Anda di halaman 1dari 4

"Andai aku tak pernah dilahirkan"

Pada suatu pagi, ada seorang remaja yang sedang berjalan ke sekolah sembari membaca
sebuah buku, ditengah perjalanan ke sekolahnya bukunya dipukul sampai jatuh diselokan.
"HAHAHAAAAA MAMPUS!!!" Teriak dari sang pelaku. Sang pelaku adalah Erisa, ia
adalah anak dari CEO, ia sangatlah kaya ia selalu kesekolah dengan dandanan mahal dan
selalu memamerkan benda baru setiap hari dikelas. Disisi lain, sang korban bernama Axel,
dia adalah korban bully dari Erisa. Setiap hari ia jalani dengan diganggu oleh Erisa. Axel
pernah sekali mencoba melawan Erisa namun, Axel langsung dipukul habis habisan oleh
kakak kelas yang menyukai Erisa.
"Akan kuakhiri semuanya" ucap Axel sembari mengambil bukunya.

Pada hari senin, tepatnya pukul 13.56 Axel memasuki gedung dekat sekolah yang sudah tak
terpakai, Axel juga diikuti oleh Erisa yang niat awalnya membully Axel, namun Erisa mulai
bingung karena arah jalan Axel yang menuju ke gedung tinggi dekat sekolahnya.
"Ngapain dia? Apa yang mau dia lakuin di gedung itu?" Tanya Erisa ke dirinya sendiri.
Meski begitu Axel tak berhenti ia terus berjalan dan menaiki tangga menuju ke lantai paling
atas. Saat sampai disana angin kencang menghembus, banyak debu dari gedung tersebut,
Erisa yang masih mengikuti Axel bertanya-tanya apa yang diinginkan Axel, apa yang mau
dilakukan Axel. Saat Erisa sedang berfikir keras terdengar suara Axel yang memanggil Erisa,
"Erisa, ini kan yang kamu mau? Alasan kenapa kamu membullyku adalah karena kehadiran
ku bukan? Jika iya.. Maka aku akan mengakhiri ini dan membuatmu bahagia. Ibu.. Sabarlah
sebentar, aku akan, melepaskan rindumu dalam beberapa menit lagi." ucap Axel sembari
berbalik mengarah ke Erisa. Erisa yang awalnya kebingungan mulai sadar dengan apa yang
terjadi, saat ia sadar Erisa berlari sekencang mungkin kearah Axel. Disaat Erisa berlari, Axel
juga mulai menjatuhkan dirinya. "SEMPATLAH! TUHAN.. BERIKAN AKU
KESEMPATAN KEDUA" ucap Erisa dalam hatinya saat berlari. Beruntung, tangan Erisa
berhasil menggapai tangan Axel dan menyelamatkannya. Erisa berusaha menarik Axel
namun, karena Axel yang pasrah membuat badan Axel terasa sangat berat.
"KELUARKANLAH TENAGAMU SEDIKIT!! JANGANLAH HILANGKAN SEMUA
MIMPIMU BODOH!" Teriak Erisa sambil berusaha menarik Axel. "Sudahlah... Aku hanya
ingin bertemu dengan ibuku.. Lagian kamu bakalan bahagia dengan kepergianku bukan?"
ucap Axel sambil mencoba melepas tangan Erisa. "TIDAK!!" Satu kata ini membuat Axel
terkejut, "AKU TAK AKAN BAHAGIA!! DENGAR, IBUMU TAK AKAN BAHAGIA
JIKA KAU MENYUSULNYA DENGAN CARA BEGINI!" Mendengar itu Axel mulai ragu,
"Dan juga... Berikan aku... Kesempatan kedua... Aku... AKU MAU MEMPERBAIKI INI!!"
Ucap Erisa sambil meneteskan air matanya, Air mata Erisa jatuh ke pipi Axel dan disaat itu
sekilas Axel melihat bayangan ibunya, Axel melihat raut wajah yang tak pernah ia lihat,
wajah yang kecewa terpancar jelas dan juga air matanya juga membasahi pipinya. Melihat itu
Axel sadar bahwa ibunya tak akan bahagia jika ia menyusulnya dengan cara seperti ini.
Disaat itu juga api kehidupan dalam hati Axel mulai membara, dalam hati Axel ada satu kata
yang terulang-ulang yaitu "HIDUP!" Axel pun mencoba sekuatnya untuk naik kepermukaan.
Akhirnya Axel berhasil naik dan Erisa berhasil mendapatkan kesempatan keduanya. Disaat
itu, Axel yang sedang tergeletak langsung berdiri, "Kamu... Jangan berdiri dulu.." ucap Erisa
sambil menahan Axel, "Biarkan saja.. Aku mau sendiri." setelah berkata seperti itu, Axel
berjalan menjauh dari Erisa, sedangkan Erisa hanya bisa menangis bersyukur.

Sejak hari itu juga Erisa tak pernah membully Axel lagi, justru ia membantu masalah Axel,
seperti membelanya saat mau dipukul oleh kakak kelas, membelikannya roti saat istirahat,
bahkan membayar orang untuk melakukan tugas Axel. Axel pun merasa tak enak dengan
semua perbuatan Erisa yang tiba-tiba saja baik ke Axel. Lalu, Pada suatu hari saat ,Erisa
membelikan Axel roti, "Erisa.. Bisa ngga kamu berhenti ngelakuin ini?" Ucap Axel sambil
memegang roti yang diberikan Erisa, "Eh? Kenapa? Kan aku diberi kesempatan kedua, maka
aku akan berusaha melakukan yang kubisa untuk membuatmu bahagia." Ucap Erisa sembari
mengunyah roti dimulutnya. Mendengar itu Axel hanya duduk sambil menunduk, Erisa yang
melihat Axel menunduk pun bertanya, "Kenapa? Kamu sakit?? Perlu kubawa ke UKS??"
Namun Axel tak menjawabnya, ia tetap diam meskipun sudah digoyang-goyangkan oleh
Erisa. "Kamu.. Tak perlu melakukan semua hal ini, jika kamu ingin aku bahagia.. Maka
pergilah dari hadapanku." Ucap Axel sambil berdiri, Erisa yang shock hanya bisa diam,
"Kalau begitu aku pergi dulu." ucap Axel sambil berjalan menjauh, namun saat Axel sedang
berjalan Erisa juga berdiri dan mengikutinya, "Sudah kubilang bukan... Pergilah dari
hadapanku!" ucap Axel dengan nada membentak. Erisa terdiam mendengar hal itu dan murid
murid lainnya melihat kearah Axel dan Erisa. Merasa tak nyaman, Axel pun pergi
meninggalkan Erisa sendirian, beberapa saat kemudian Erisa yang masih berdiri tiba-tiba
menangis, "Aku... Aku hanya.. Ingin memperbaiki ini..." ucap Erisa sambil mengusap air
matanya.

Setelah kejadian tadi, Axel berjalan ke atap sekolah, ia pergi ke atap karena hanya disanalah
ia merasa dekat dengan Ibunya. Beberapa menit berlalu dan suara gaduh terdengar dari pintu
masuk ke atap sekolah. "OI AXEL!! BERANI-BERANINYA KAU MEMBUAT ERISA
MENANGIS!!" Ada 4 kakak kelas yang mendatangi Axel dan siap memukul Axel diatap
sekolah, "KAU TAU APA YANG TELAH KAU LAKUKAN BUKAN?!" Ucap salah satu
kakak kelas sambil menarik baju Axel, "Apa? Jika kalian ingin membunuhku silahkan... Aku
lebih baik mati daripada melihat perempuan itu tiba-tiba baik kepadaku! Dan pasti PASTI
DIA PUNYA MAKSUD TERSEMBUNYI!! Setelah dia baik kepadaku DIA PASTI A-."
Sebuah pukul mendarat di pipi Axel yang membuatnya terjatuh. Saat Axel masih tergeletak
salah satu kakak kelas itu berjongkok dan berkata, "Kau... Setidaknya hargailah dia... Dia
sudah berusaha untuk baik padamu! Hargailah sedikit." lalu memerintah ke-3 rekannya
memukulinya. Beruntung sebelum ke-3 rekan nya memukul Axel, Erisa datang dan
menyuruhnya untuk berhenti. Awalnya kakak kelas itu tak mau menghentikan aksinya
namun, Erisa berkata akan melaporkan kejadian ini pada kepala sekolah. Mendengar itu para
kakak kelas pun berhenti dan pergi dari atap sekolah, "Kamu gapapa Axel? Mau kubawa ke
UKS?" Ucap Erisa sambil membantu Axel bangun, "Tak usah! Aku bisa sendiri." Axel lalu
berdiri dan pergi meninggalkan Erisa sendirian di atap sekolah. Axel berjalan menyusuri
lorong kelas dan mendengar bisikan dari beberapa murid yang mengatakan bahwa Axel ada
pria brengsek yang memanfaatkan wanita. Mendengar itu, amarah Axel memuncak ia
membentak murid 2 yang berbisik, "KALIAN!! TAK TAU APA APA!! KALIAN BILANG
AKU BRENGSEK?! KALIAN TAK TAU HAL YANG TELAH IA LAKUKAN
PADAKU!! Kalian tak bakalan tau.. KALIAN TAK AKAN TAU RASANYA TAKUT
UNTUK PERGI KESEKOLAH! KALIAN TAK AKAN TAU RASA TAKUT YANG
MENGHANTUI KALIAN SAAT BERJALAN PULANG!! YANG KALIAN LAKUKAN
HANYALAH MELIHAT APABYANG KULAKUKAN SEKARANG DAN MELUPAKAN
APA YANG TELAH DIPERBUAT DIA!" mendengar teriakan dari Axel, 2 murid yang
berbisik tersebut ketakutan dan guru-guru yang mendengar teriakan pun mendatangi tempat
kejadian. "Jadi... Selama ini.. Ini yang kamu rasakan... Maafkan aku Axel..." Erisa yang baru
saja turun dari atap sekolah mendengar teriakan Axel dilorong dan merasa semakin bersalah.

Axel dibawa ke kantor kepala sekolah lalu diskors karena telah membuat keributan disekolah.
Mendengar itu, Axel menerima dan berjalan keluar dari kantor kepala sekolah. Ia kembali
kekelas untuk mengambil tasnya namun, saat ia kekelas semua teman sekelasnya menatap
sinis kearah Axel. Ia berjalan menuju tempat duduknya untuk mengambil tasnya, saat ia
berjalan ia mendengar salah satu temannya berkata, "Cowo brengsek!" mendengar itu Axel
langsung menarik tasnya dan berlari keluar kelas. Ia berlari sambil meneteskan air mata,
"KENAPA!! AKU HANYA INGIN BERSEKOLAH DENGAN DAMAI!! KENAPA
TUHAN... KENAPA KAMU SEAKAN AKAN SANGAT MEMBENCIKU!!" ucap Axel
dalam hatinya. Ia berlari sekencang mungkin, Axel bukan orang yang atletis maka dari itu ia
cepat sekali capek namun, saat ia berlari yang ia rasakan hanya sakit didada yang luar biasa,
bukan karen capek namun karena kecewa. Ia mengira bahwa teman sekelasnya akan berpihak
padanya karena mereka tau akan kondisi Axel disekolah, namun nyatanya mereka sama saja
dengan semua orang-orang. Ia pulang kerumah, namun baru saja ia menginjakkan kakinya
Ayahnya menghampirinya dan menjambak Axel. "ANAK BANG***!!! GA GUNA!!
TAUNYA HABISIN DUIT AJA!! DAH KERJA GA BECUS!!" Ternyata Ayahnya
mengetahui apa yang terjadi, "APA-APAAN?! KAU MEMARAHIKU?? KAU?! CUIH!!!"
Axel mendorong ayahnya lalu meludahinya, "Kau... Hanya boleh memarahiku ketika kau
berhenti minum-minum dan mengambil uangku!" Karena kesal, Axel pergi dari rumah, Ia
berlari sekencang mungkin. Saat ia berlari sebuah mobil tak sengaja menabrak Axel, Axel
terpental jauh dari mobil dan saat terpental Axel sedikit melihat bayangan ibunya. Masih
sama, mungkin itulah kata uang cocok untuk menggambarkan eskpresi ibu Axel. Setelah
kejadian itu, Axel dilarikan kerumah sakit, namun ditengah perjalanan Axel meninggal di
Mobil Ambulance. Beberapa hari kemudian, tersebar kasus Axel telah meninggal, teman
sekelas Axel terkejut karena mereka tak menyangka Axel akan meninggal secepat itu,
terutama yang menyebut Axel dengan kata "Cowo Brengsek" dia sangat merasa bersalah
sehingga beberapa minggu setelah kejadian itu ia Bunuh diri karena menyebut dirinya
sebagai seorang pembunuh. Erisa yang mendengar kabar itu juga tak bisa menerima, ia
langsung menangis tersedu-sedu saat mendengar guru memberitahu Axel telah meninggal, ia
menangis dan berteriak, "MAAFKAN AKU MAAFKAN AKU.. SEANDAINYA AKU TAK
MELAKUKAN ITU."
Erisa terus menangis selama berhari-hari tanpa henti sehingga membuat ayahnya sangat
khawatir. Beberapa minggu setelah kejadian, Erisa akhirnya memutuskan untuk bunuh diri
karena tak bisa menahan tekanan bahwa ia adalah seorang pembunuh. Dikarekan anaknya
meninggal, ayahnya yang seorang CEO tak bisa fokus dalam pekerjaan yang mengakibatkan
perusahaannya bangkrut. Keluarga Erisa hancur, karena Erisa meninggal. Ini merupakan
Balas Dendam dari Axel yang telah tersiksa selama bertahun tahun.

Anda mungkin juga menyukai