Anda di halaman 1dari 40

MODUL

PRAKTIKUM KEPERAWATAN BENCANA

Penyusun:

Ns Budi Satria MNS

Reviewer:

Teuku Tahlil, S.Kp, MS, Ph.D

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA


TAHUN AJARAN
2020/2021
1
MATERI PRAKTIKUM

A. FASE Pra Bencana; MEMBUAT RENCANA KONTIJENSI DALAM MITIGASI BENCANA


a. Penentuan Event
Pada tahapan ini dilakukan penentuan resiko bencana dan wilayah kemungkinan terjadi
bencana dengan membuat peta rawan bencana, sehingga semua pihak dapat memahami
keparahan atau dampak yang bisa ditimbulkan bila terjadi bencana. Dalam hal ini
diharapkan semua pihak terkait dapat memahami tanda - tanda peringatan, batas indikasi
dan faktor pemicu terjadinya suatu bencana, dan menindentifikasikan tindakan untuk
penanganannya.
b. Pengembangan Skenario

Pada tahapan pengembangan skenario, dibuat suatu simulasi pada suatu wilayah yang
telah diidentifikasikan sebelumnya bahaya bencana yang mungkin terjadi yang akan
direnspon di wilayah tersebut. Pengembangan skenario dimulai dari dampak terparah yang
diakibatkan oleh suatu bencana. Pengembangan skenario ini harus dibuat secara bersama
atau dikomunikasikan untuk menekan kemungkinan dan oleh karena itu diperlukan
perencanaan aksi renspon. Asumsi – asumsi yang mendasari setiap skenario dibuat secara
spesifik dan masuk akal supaya pihak-pihak yang terlibat memahami rasionalnya.

c. Penentuan Kebijakan dan Sasaran Sektoral

Setelah pengembangan skenario, kemudian ditentukan kebijakan tindakan (peran) yang


akan dilakukan oleh setiap instansi – instansi terkait pada saat menghadapi keadaan
darurat yang dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak terkait, yang mengacu pada
kebijakan yang lebih tinggi serta menentukan tujuan umum rencana tanggap darurat dan
menentukan sumber untuk dimobilisasikan dan kebijakan ini
sedapat mungkin dapat diterima oleh semua pihak
d. Pengenalan Kesenjangan

Pada tahap ini dilakukan pengkajian terhadap kerentanan (Kesenjangan) suatu wilayah
apabila terjadi suatu bencana baik secara fisik, social dan ekonomi. Serta melakukan
pendataan terhadap kapasitas yang dimiliki oleh suatu wilayah dan meramalkan kebutuhan
yang dibutuhkan pada saat menghadapi keadaan darurat.

2
e. Penentuan Mekanisme Respon (Sistem dan Kegiatan)

Pada tahapan terakhir ditentukan mekanisme persiapan dan tindakan menghadapai


rencana darurat , penentuan mekanisme sistem dan kegiatan menghadapai keadaan
darurat dilakukan secara bersamasama dengan semua pihak terkait dan disusun dalam
suatu Prosedur Tetap (Protap) menghadapai keadaan darurat.

Gambar : alur proses perencanaan kontijensi

3
B. RESPONSE; Assessment Tanggap Darurat Bencana (Rapid Health Assessment)
1. Pengertian
Assessment Tanggap Darurat Bencana atau Rapid Health Assessment (RHA) adalah
Assessment yang dilakukan selama fase tanggap darurat bencana. RHA merupakan
serangkaian kegiatan pengkajian untuk mengumpulkan data sehingga berguna untuk
penyajian informasi dan mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan kesehatan
akibat bencana dan mengidentifikasi kebutuhan penanggulangan. RHA dilakukan
sesaat/segera mungkin setelah bencana terjadi. Assessment dapat menggunakan teknik
Rapid Assessment dan Detiled Assessment yang dilanjutkan dengan Continual
Assessment.
a. Rapid Assessment adalah assesment yang dilakukan secara cepat, kurang dari 1
(satu) pekan setelah kejadian, sehingga dapat digunakan untuk mengambil
keputusan segera.
b. Detiled Assessment adalah assessment yang dilakukan untuk medapatkan data
yang lebih detil.
c. Continual Assessment adalah assessment yang dilakukan secara berkelanjutan
untuk mendapatkan gambaran perubahan yang terjadi.

2. Tipe Assessment Tanggap Darurat Bencana (Rapid Health Assessment)


No. Tehnik Assessment Kapan Apa Bagaimana
1 Rapid Segera setelah Pengamatan awal/ a. Satellite
Reconnaissance/ bencana sepintas pada b. Pesawat terbang
initial assessment area disaster c. Mapping
d. Observasi lapangan
menggunakan IMIS/
templates
2 Rapid Health Segera mungkin Pengumpulan data Pengamatan visual,
Assessment setelah bencana secara cepat wawancara, data-data
untuk mengukur primer/ sekunder,
besaran pencatatan lain
masalah,
dimana dan
kemungkinan
intervensi
kesehatan
3 Survei untuk Situasi aman Detail, studi Sampling Studi
kebutuhan atau bilamana sistematis, perbandingan antara
memungkinkan terkadang terkait data lama dan baru
dengan masalah Wawancara/ memakai
tertentu dan pembanding
rehabilitasi
4
3. Unit kerja Assesment
Pelaksanaan Assessment adalah tugas dan tanggungjawab Unit kerja Assesment
yang merupakan bagian integral dari tugas pokok Tim Tanggap Darurat. Unit kerja
Assesment dipimpin oleh Koordinator yang ditunjuk dan disepakati ketua Tanggap
Darurat Bencana yang beranggotakan orang – orang / relawan yang mempunyai
keahlian pemetaan, analisa medis, dan mengerti kondisi lingkungan serta karakter
wilayah yang terkena bencana. Koordinator tim assesment bertanggung jawab
langsung kepada Ketua Tanggap darurat bencana.

4. Tugas dan Tanggung Jawab


Unit kerja Assesment bertugas dan bertanggungjawab :
a. Melakukan Assessment
b. Melaporkan hasil assessment kepada Ketua Tanggap darurat bencana
c. Bekerjasama dengan unit lain dalam tim tanggap darurat dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya
d. Mencari dan berkomunikasi dengan Pimpinan Wilayah / Daerah / Cabang dan
ranting sesuai dengan jenis dan lokasi bencana yang terjadi untuk mendukung
tugas assesmen dan penanganan tanggap darurat bencana.

5. Tahap Pelaksanaan Assessment


a. Menyusun perencanaan kegiatan assesment
b. Mengumpulkan data primer dan/atau sekunder
c. Membuat pemetaan lokasi kejadian bencana dan peta camp pengungsian
d. Membuat kajian dan analisis kondisi lokasi bencana secara tepat dan cepat
e. Menentukan titik lokasi pendampingan dan menentukan jenis bantuan yang akan
diberikan
f. Melaporkan hasil assessment kepada Ketua Tanggap darurat bencana
g. Mempersiapkan assessment berikutnya jika diperlukan

6. Indikasi
bencana gempa bumi

5
7. Pengkajian
lakukan pengkajian pada kebutuhan yang dihadapi ketika gempa bumi
8. Diagnosa Keperawatan
-
9. Perencanaan
a. Menyusun perencanaan kegiatan assesment
b. Mengumpulkan data primer dan/atau sekunder
c. Membuat pemetaan lokasi kejadian bencana dan peta camp pengungsian
d. Membuat kajian dan analisis kondisi lokasi bencana secara tepat dan cepat
e. Menetukan titik lokasi pendampingan dan menentukan jenis bantuan yang akan
diberikan
f. Melaporkan hasil assessment kepada Ketua Tanggap darurat bencana
g. Mempersiapkan assessment berikutnya jika diperlukan

10. Alat dan Bahan


a. Formulir Rapid Assessment, Detiled Assessment dan Continual Assessment
b. Buku Pedoman Assessment
c. Komunikasi : telpon, telpon satelit, mesin fax, radio komunikasi (jarak dekat dan
jarak jauh)
d. Seperangkat computer dan multimedia : Laptop, desk top, printer, website, e-mail
e. Televisi, radio
f. Alat transportasi : mobil, motor, perahu karet
g. Alat tulis kantor
h. Meja kursi kantor
i. Media presentasi : LCD projector
j. Papan data dan informasi
k. Peta Induk kegiatan Posko
l. Peta lokasi geografi, peta wilayah topografi
m. Data logistic : perencanaan, ketersediaan, distribusi, dan stok barang
n. Data personil / relawan
o. Data Peralatan
p. Jadwal tugas dan lokasi masing – masing anggota unit

6
7
8
9
10
12. Evaluasi
Didapatkan data-data yang dibutuhkan untuk perencanaan selanjutnya

B. Emergency Medical System (EMS), dan Disaster Medical Assistance Team (DMAT)
1. Pengertian
Disaster Medical Assistance Team (DMATs) adalah tim medis yang dikirim pada saat
bencana yang telah dilatih khusus dan dapat diaktifkan sewaktu-waktu agar dapat
bergerak dalam fase akut bencana (dalam 48 jam pertama).
DMAT adalah team yang dipersiapkan untuk memberikan penanganan segera setelah
terjadinya bencana. DMAT terdiri dari team yang disponsori oleh sebuah organisasi
kesehatan, pusat kesehatan seperti RS, Puskesmas, pihak keamanan (kepolisian,
kamtibnas, basarnas), yayasan kesehatan atau organisasi swasta yang mempunyai
kerja sama dengan departemen kesehatan. sponsor-sponsor DMAT mengatur timnya,
merekrut anggota, dan melakukan pelatihan. tim tersebut terdiri dari dokter, perawat,
perawat pelaksana, asisten dokter, apoteker, teknisi apotik, pembantu perawat,
spesialis jiwa, dokter gigi, pakar lingkungan dan laboratorium, dan tenaga medis gawat
darurat. sedangkan team yang berasal dari non kesehatan adalah insinyur, operator
radio (ORARI), administrasi, logistik, keamanan, mekanik dan ahli komputer sama
pentingnya dengan tenaga kesehatan.

2. Tugas dan Tanggung Jawab


Jumlah anggota dalam tim bisa bervariasi tergantung kondisi bencana yang dihadapi.
tim tanggap darurat, terdiri dari 5 sampai 6 regu, yang terdiri dari tim medis yang
memiliki kemampuan bergerak cepat ke area bencana dan langsung memberikan
tindakan medis dan pengkajian. jumlah anggota keseluruhan tim adalah 33 atau 35
orang yang terdiri dari tim medis, tim ahli atau spesialis dan anggota pendukung
lainnya atau nonmedis. biasanya tim ini bekerja pada saat bencana besar seperti
badai/ tornado dan gempa bumi.
Tugas DMAT pada saat terjadinya bencana adalah; triase, menyediakan perawatan
medis yang berkualitas, dan mengeevakuasi pasien.
DMAT juga dapat membantu kekurangan tenaga kesehatan disuatu tempat kejadian
bencana.
11
3. Indikasi
Team yang disiapkan untuk keadaan gawat darurat dan bencana
4. Pengkajian
Kaji kebutuhan tim terhadap kejadian bencana
5. Diagnosa Keperawatan
-
6. Perencanaan
melakukan pengorganisasian team sesuai kondisi bencana
7. Alat dan Bahan
-
8. Prosedur
a. bagi mahasiswa menjadi 4 atau 5 regu yang akan berperan sesuai dengan kriteria
team DMAT
b. setiap tim mempunyai peranan sebagai dokter spesialis bedah, perawat gawat
darurat, farmasi yang segera bergerak setelah kejadian bencana
c. lakukan pengkajian cepat terhadap korban bencana, dan tetapkan sesuai kondisi
untuk ditriase
d. team lain membangun posko kesehatan atau posko emergency untuk penanganan
pembedahan segera
e. tim mengevakuasi korban yang selamat dan cedera ke tempat yg lebih aman
sambil mendapatkan pertolongan
f. tim mempersiapkan alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dalam kondisi bencana,
obat-obatan dan darah dan produk darah lainnya untuk mendukung kerja tim
lainnya pada saat dibutuhkan.
9. Evaluasi
mahasiswa mampu membagi peran dan mengetahui perannya dalam DMAT

C. Mampu melakukan tindakan keperawatan: triage bencana (pre hospital )


1. Pengertian
Triase (Triage) berasal dari bahasa Perancis yang berarti “menyeleksi”. dulu istilah ini
dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur yang anggur
untuk membuat minuman anggur yang bagus atau memisahkan biji kopi sesuai
kualitasnya.

12
Triase bencana adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis
berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat kedaruratannya, agar
dapat dilakukan perawatan medis yang terbaik kepada korban-korban yang sebanyak-
banyaknya, di dalam kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi
lainnya serba terbatas.

2. Prinsip-prinsip Triase
a. triase umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
b. waktu untuk Triase per orang tidak lebih dari 30 detik
c. prinsip utama Triase adalah melaksanakan prioritas dengan urutan “nyawa” →
“fungsi” → “penampilan”
d. pada saat melakukan Triase, maka kartu Triase akan dipasangkan kepada korban
luka untuk memastikan urutan prioritasnya
e. Triase dilakukan secara berulang-ulang.

3. Indikasi
dilakukan pada keadaan gawat darurat dan bencana

4. Pengkajian
Metode Triase yang digunakan adalah Simple Triage and Rapid Treatment (START).
START adalah metode yang dikembangkan atau pemikiran bahwa Triase harus
akurat, cepat, dan universal. Metode tersebut menggunakan 4 (empat) macam
observasi, yaitu:
a. bisa berjalan
b. bernapas
c. sirkulasi darah
d. tingkat kesadaran

5. Diagnosa Keperawatan
-
6. Perencanaan
melakukan triase
7. Alat dan Bahan

13
Tag triase atau kartu triase
8. Prosedur
a. Tentukan tingkat kegawatan pasien
b. Kaji dengan menggunakan metode START
c. Tempatkan sesuai kategori
Kategori Triase
Prioritas Warna Kode Kategori Kondisi penyakit / Luka

1 Merah I Prioritas utama Memerlukan pengobatan dengan segera


pengobatan karena dalam kondisi yang sangat kritis
yaitu: tersumbatnya jalan napas, dyspnea,
perdarahan, syok, hilang kesadaran

2 Kuning II Bisa Pengobatan mereka dapat ditunda untuk


menunggu beberapa jam dan tidak akan berpengaruh
pengobatan terhadap nyawanya. Tanda-tanda vital stabil

3 Hijau III Ringan Mayoritas korban luka yang dapat berjalan


sendiri. Mereka dapat melakukan rawat
jalan

4 Hitam 0 Meninggal Korban sudah meninggal dunia ataupun


atau tidak tanda-tanda kehidupannya terus
dapat menghilang
diselamatkan

Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :

a. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah
ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.

b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :


c. Pernapasan :
1) Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.

14
2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan
jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
3) Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.

d. Waktu pengisian kapiler :


2) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila
ada.
3) Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
4) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini
berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.

e. Pemeriksaan status mental :


1) Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
2) Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
3) Bila mampu beri KUNING.

f. Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke
penderita berikut.

15
16
9. Evaluasi
a. Hasil Triage, jika pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan,
sebaiknya ditutup. Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila
tidak bernapas setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas
buatan. Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan
secepatnya. Di lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke
rumah sakit.

Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :


1) Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance
dimana mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam.
Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
2) Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1
sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan
medis lebih lanjut.
3) Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya
telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut
setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya
perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan
perawatan luka dan antiseptik.

b. Triage Sekunder (dalam rumah sakit)


Pada sistem triage lanjutan, triage sekunder dilakukan oleh paramedis atau perawat terlatih
di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit selama terjadinya bencana. Pasien dipilah menjadi 5
kelompok:
1) Hitam / expectant : pasien dengan cedera berat yang dapat meninggal karena
cederanya, mungkin dalam beberapa jam atau hari selanjutnya. (luka bakar luas,
trauma berat, radiasi dosis letal), atau kemungkinan tidak dapat bertahan hidup karena
dalam krisis yang mengancam nyawa walaupun diberikan penanganan medis (cardiac
arrest, syok septik, cedera berat kepala atau dada). Pasien ini sebaiknya dimasukkan
dalam ruangan rawat dengan pemberian analgetik untuk mengurangi penderitaan.

17
2) Merah / immediate : pasien yang memerlukan tindakan bedah segera atau
tatalaksana lain untuk menyelamatkan nyawa, dan sebagai prioritas utama untuk tim
bedah atau ditransport ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pasien ini dapat bertahan
hidup bila ditangani sesegera mungkin.
3) Kuning / observation : kondisi pasien ini stabil sementara waktu namun memerlukan
pengawasan dari tenaga medis terlatih dan re-triage berkala serta perawatan rumah
sakit
4) Hijau / wait (walking wounded) : pasien ini memerlukan perhatian dokter dalam
beberapa jam atau hari kemudian namun tidak darurat, dapat menunggu hingga
beberapa jam atau dianjurkan untuk pulang dan kembali ke rumah sakit keesokan
harinya (misal pada patah tulang sederhana, luka jaringan lunak multipel)
5) Putih / dimiss (walking wounded) : pasien ini mengalami cedera ringan, pengobatan
P3K dan berobat jalan sudah cukup, peranan dokter disini tidak mutlak diperlukan.
Contoh cedera pasien ini seperti luka robek, lecet, atau luka bakar ringan.
Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat
menjadi prioritas pada keadaan IGD yang sudah tenang. Selama masa ini juga,
kebanyakan trauma amputasi dapat dianggap sebagai “merah” karena tindakan bedah
perlu dilakukan dalam beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak
mengancam nyawa.

18
F. Mendemontrasikan disaster drill (health team collaboration)
1. Pengertian
disaster drill (Health team collaboration) adalah kolaborasi dari seluruh tem medis
maupun non medis dalam penanganan tanggap bencana.
2. Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggup jawab berdasarkan peran dan tugas
3. Indikasi
keadaan bencana erupsi gunung seulawah
4. Pengkajian
kaji tingkat kebutuhan yang diperlukan dalam penganan bencana erupsi gunung
5. Diagnosa Keperawatan
-
6. Perencanaan
melakukan simulasi
7. Alat dan Bahan
RHA
8. Prosedur
lakukan sesuai peran yang dibutuhkan pada kasus pemicu
9. Evaluasi

19
KASUS PEMICU PRAKTIKUM
Kasus I

Skenario Kejadian

Diperkirakan Gempa bumi akan terjadi dengan kekuatan besar (lebih dari 8 SR) engan pusat
gempa di laut dengan kedalaman 20 km, diperkirakan gempa tersebut akan menimbulkan
Tsunami di pantai barat Sumatera. Tsunami yang ditimbulkan dapat mencapai kecepatan 900
km per jam dengan ketinggian diperkirakan antara 4 m hingga 12 m di pantai. Sebagai dampak
apabila terjadi gempa bumi dan gelombang tsunami tersebut, maka bentuk kerusakan yang
ditimbulkan adalah: runtuhnya beberapa bangunan dan prasarana akan roboh, dan
kemungkinan gelombang tsunami akan menyapu pemukiman di tepi pantai. Diperkirakan
tsunami akan mengancam semua wilayah yang berada di tepi pantai. Hampir semua wilayah di
Kota Banda Aceh berbatasan dengan laut salah satu tempat yang rentan yaitu kecamatan
Syiah kuala. Diperkirakan korban sebanyak 3.690 jiwa (82%) dari jumlah penduduk 4.500 Jiwa.
Prediksi yang meninggal 1.217 jiwa (33%), kemudian sejumlah 922 jiwa (25%) akan mengalami
luka-luka, korban hilang sebanyak 442 jiwa (12%). Penduduk yang mengungsi sebanyak 2.925
(65%), korban yang pindah sebanyak 1.575 jiwa (35%).

Tugas.
1. Buatlah, simulasikan kegiatan penilaian ancaman bencana pada wilayah kecamatan syiahkuala
sesuai kasus diatas
2. Buatlah dan presentasikan peta rawan bencana di kecamatan tersebut (syiah kuala), dan analisis
resiko
3. Buatlah dan simulasikan (pengembangan Skenario) Analisis resiko dan pengembangan skenario
dampak Bencana

20
Tugas 1 Penilaian Ancaman

Tugas: Isilah tabel penilaian ancaman berikut dengan memasukkan Skor/nilai sesuai
dengan keterangan isian

No Ancaman Probabilitas Dampak


1 Banjir

2 Kebakaran

3 Angin kencang/puting beliung

4 Abrasi/gelombang tinggi

5 Konflik sosial

7 Gempa dan Tsunami

Tabel 1. Penilaian Ancaman

Keterangan Isian:
NILAI atau SKOR Penentuan Ancaman
SKOR ARTI
5 Pasti (80% -90%)
4 Kemunkinan besar (60%-80%)
3 Kemunkinan terjadi (40%-60%)
2 Kemunkinan kecil (20%-40%)
1 Kemunkinan sangat kecil (20%)

NALAI/SKOR Dampak ancaman


SKOR ARTI
5 Sangat parah (80% -90% wilayah hancur dan lumpuh)
4 Parah (60%-80% wilayah hancur)
3 Sedang (40%-60% wilayah yang terkenan rusak)
2 Ringan (20%-40%)
1 Sangat ringan, (Kurang dari 20%)

21
Tugas: masukkan jenis bencana sesuai dengan niai skor Probabilitas dan Skor Dampak
PROBABILITAS pada tabel diatas

DAMPAK

Tabel: 2 Matrik Skala Tingkat Bahaya

Tugas 2: membuat Peta rawan Bencana

Petunjuk: gambarlah peta berikut dengan mengarsir tingkat kerawanan bencana.

Warna Merah: yaitu potensi landasan tinggi tsunami, Kuning: Zona potensi landasan
tsunami sedang, Hijau; rendah, dan

Putih: tidak berpotensi tsunami

Cth Peta:

22
tugas.2. Gambarlah dua peta kecamatan berikut dan beri warna sesuai dengan kerentanannya

Gambar peta Kecamatan Syiah kuala

Tugas 3 (pengembangan Skenario) Analisis resiko dan pengembangan skenario Dampak

Fasilitas Umum, Infrastruktur, dan Aset

Fasilitas aset

No Jenis Fasilitas Terancam Perkiraan Rusak

1 Jalan 20 KM ........
2 Jembatan 2 ........
3 Sekolah ... ........
4 PDAM ........ ........
5 PLN ........ ........
6 Telkom ........ ........
7 SPBU ........ ........
8 Pelabuhan ........ ........
9 Rumah Warga ........ ........
...
....

23
Ekonomi

No Objek Dampak

1 Pasar 1 pasar lumpuh


2 Toko/warung 30 kedai tutup
3 Ternak 240
4 PDAM ........
5 PLN ........
6 Telkom ........
7 SPBU ........
8 Pelabuhan ........
9 Rumah Warga ........
10

Pemerintahan

No Objek Dampak

1 Kantor 1 buah kantor camat, 5 kantor


geuchik
2 Pegawai 500 pegawai mengungsi
3 Arsip Rusak
4 Mobiler/aset
5 ........

Lingkungan

No Objek Dampak

1 Sawah 15 Ha
2 Tambak 100 Ha
3 Hutan Bakau ....
4 Objek wisata .......

24
Praktikum II

KASUS MERUJUK KASUS I, Praktikum


SEKTOR MANAGEMEN KOORDINASI
Sasaran

1. Pembagian kelompok tugas dan fungsi perannya, Mobilisasi sumber daya yang ada akan melakukan
tanggap darurat.
2. Terkendalinya penanganan bencana.
3. Terkoordinasi upaya penanganan dan bantuan.
4. Terinventaris kerugian dan korban yang ditimbulkan
Tugas:

1. Lakukan simulasi Pembentukan Kelompok Relawan Tanggap Bencana berikut tugas dan fungsi
perannya, dan mobilisasi sumber daya yang ada akan melakukan tanggap darurat.
2. Tentukan dan diskusikan tentang peranan sasaran sektoral sebagai pelaku dengan mengisi tabel
yg tersedia, kebutuhan Sumber Daya Pada Saat darurat, Sektor Penyelamatan Dan
Perlindungan (Evakuasi), Sektor Kesehatan, dan Sektor Sosial

25
Tugas 1, Pembagian kelompok tugas dan fungsi perannya

Kebijakan Pembagian Kelompok Tugas Dan Fungsi

Ketua Pelaksana :..........

Wakil I, : ...........................

Wakil II, : ...........................

Pelaksana harian

a. Pokja evakuasi
Pj........................

b. Pokgas Pencarian, Pertolongan, Dan Penyelamatan


Pj...........................

c. Pokgas Kesehatan
Pj. ...........................

d. Pokgas Rehabilitasi, Rekonsiliasi, dan Relokasi


Pj. ...........................

e. Pokgas Sosial
Pj. ...........................

f. Pokgas Informasi dan Peringatan Dini


Pj...........................

g. Pokgas Pemberdayaan Masyarakat


Pj...........................

26
Tugas 2.Tentukan dan diskusikan tentang peranan sasaran sektoral sebagai pelaku
dengan mengisi tabel di bawah ini

NO Kegiatan Pelaku Waktu

1 Membuat Posko

2 Menyiapkan Tim

3 Mengkoordinasikan Kegiatan
sektoral

4 Membuat laporan menyeluruh

5 memberikan arah pelaksanaan

5 menerima dan menyampaikan


informasi

6 mengkoordinir kebutuhan di
lapangan dan keamanan

............ ........ ...........

Standar
 Tim Evakuasi terdiri dari 311 orang yaitu berasal dari unsur TNI,POLRI, POL PP, SAR,
Relawan.masyarakat
 Adanya pusat krisis (crisis center) yang di gunakan sebagai pusat untuk koordinasi, yang berada di
wilayah yang aman terhadap bencana
 Rapat koordinasi dilakukan setiap hari
 Laporan perkembangan situasi disusun setiap hari
 Media informasi setiap waktu
 Laporan stok bantuan yang tersedia setiap hari

Kebutuhan Sumber Daya Pada Saat darurat

No Jenis kebutuhan Volume Total


kebutuhan
1 tenda Peleton

2 tenda regu

3 Truk

4 Sepatu bot

5 Masker

6 sarung tangan

27
No Jenis kebutuhan Volume Total
kebutuhan
7 jas hujan

8 tandu

9 Kantong mayat

10 genset

11 HT

12 Bensin

13 Solar

14 Gudang

15 Peta

16 Perahu Karet

LAINYA di Tambahkan... ........ .......

SEKTOR PENYELAMATAN DAN PERLINDUNGAN (EVAKUASI)

Tentukan dan diskusikan tentang kebijakan dan sasaran sektoral dengan mengisi tabel di
bawah ini

Gambaran Umum Situasi


Akibat dari bencana gempa bumi dan tsunami, ada masyarakat yang mampu untuk
menyelamatkan diri, namun apabila intensitasnya besar maka akan banyak terdapat
penduduk yang menjadi korban baik meninggal, luka-luka maupun hilang. Bagi korban yang
luka-luka perlu segera diberikan pertolongan berupa evakuasi ketempat-tempat yang aman
dan diberikan bantuan obat-obatan, sandang dan pangan. Sedangkan korban yang meninggal
dilakukan pemakaman yang selayaknya, dan terhadap korban yang hilang dilakukan
pencarian. Bagi masyarakat yang selamat namun kehilangan tempat tinggal perlu disiapkan
tempat-tempat penampungan. Selain korban jiwa, bencana ini juga menyebabkan rusaknya
fasilitas
umum seperti jalan, jembatan, rumah ibadah, rumah sakit, sekolah dan juga gedung-gedung
pemerintahan.

28
Sasaran
 Dapat diselamatkan dan dievakuasi korban bencana yang masih hidup.
 Teridentifikasi korban yang meninggal dunia.
 Terkoordinasikannya kegiatan pencarian dan penyelamatan korban yang hilang.
 Terlaksananya pemakaman bagi korban yang meninggal dunia.

Kegiatan Pelaksana Waktu

Menyiapkan tim reaksi cepat

Mengadakan Koordinasi dengan


satgas

Menentukan dan membuat poskotis


di sekitar lokasi pertolongan

Menjaukan massa dari daerah


berbahaya dan mengamankan jalur
lalu lintas

Pencarian korban yang masih hidup


dan dikawatirkan masih berada di
lokasi

mengambil tindakan pencegahan


dan penyelamatan terhadap
bencana susulan

Secepat munkin melaksanakan


evakuasi korban dari lokasi bencana

Mengumpulkan jenazah bila


ditemukan korban meninggal dan
menyerahkan kepada tim evakuasi

Standar
Tersedia peta jalur evakuasi (escape road) dan tempat evakuasi (escape building) di
lingkungan masyarakat rawan bencana, yang di sosialisasikan kepada masyarakat luas.

Posko
• Kota: 1 buah poskotis
• Kecamatan : 2 buah posko pembantu
Tim Evakuasi, terdiri dari :
- TNI : 1 SST (....orang)
- POLRI : 1 SST (... orang)
- POL PP : 1 Pleton (....orang)
- LSM : 10 orang
29
- Masyarakat : 10 orang
JUMLAH Total: ..... orang
Rapat Koordinasi dilakukan 1 kali dalam sebulan (sebelum kejadian),
1 hari sekali (saat kejadian)

Sektor Kesehatan

Tentukan dan diskusikan tentang kebijakan dan sasaran sektoral dengan mengisi tabel di
bawah ini
Gambaran Umum Situasi

Dari kejadian Gempa bumi dan tsunami diperkirakan korban sebanyak 28284 jiwa (82%) dari
jumlah penduduk 34.454 Jiwa, dimana sebanyak 9334 jiwa (33%) diprediksikan akan
meninggal, kemudian sejumlah 7063 jiwa (25%) akan mengalami luka-luka, korban hilang
sebanyak 3390 jiwa (12%) dan mengungsi sebanyak 7063 (25%), korban yang pindah
sebanyak 1412 jiwa (5%). Selain korban tersebut gempa bumi dan tsunami juga
mengakibatkan rusaknya sarana dan prasarana kesehatan termasuk tenaga medis dan
paramedis yang meninggal dan cedera / luka yang berakibat pelayanan kesehatan tidak bisa
dilaksanakan secara optimal. Sarana dan prasarana yang dimaksud diantaranya 1 unit Rumah
Sakit Swasta 2 unit Puskesmas.
a. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi korban luka
b. Terlaksananya pelayanan kesehatan bagi pengungsi
c. Terlaksananya rujukan kesehatan secara optimal

No Kegiatan Pelaksa Waktu


na
1 Menyiapkan tim Kesehatan
a. tim reaksi cepat
b. Tim rapid health asessment
2 Menyiapkan obat, bahan habis pakai, dan alat
kesehatan
3 membentuk pos kesehatan

4 Mengaktifkan puskesmas dan rumah sakit yan


tidak terkena bencana selama 24 jam
5 menyiapkan ambulan

6 Menyiapkan rumah sakit lapangan

7 pelayanan rujukan

Proyeksi Kebutuhan Obat, Peralatan dan Tenaga Sektor Kesehatan


No Jenis kebutuhan Satuan Total
kebutuhan
30
No Jenis kebutuhan Satuan Total
kebutuhan
1 Obat dan bahan habis pakai Paket
2 Obat Specialis Paket
3 Statescope ......
4 tensi meter
5 minor surgery
6 Dokter umum
7 dokter bedah
8 Perawat kesehatan
9 tenaga surveylence
10 Sanitarian
11 Ahli gizi
12 Relawan PMI orang
13 Pramuka orang
14 Supir orang
15 Ambulan
16 Kendaraan Ops roda 4
17 Kendaraan ops bak terbuka
18 tim resque committe
19 Posko
20 Bahan Bakar ambulan

SEKTOR SOSIAL

Tentukan dan diskusikan tentang kebijakan dan sasaran sektoral dengan mengisi tabel di
bawah ini

Gambaran Umum Situasi


Dari kejadian Gempa bumi dan tsunami diperkirakan korban sebanyak 3.690 jiwa (82%)
dari jumlah penduduk 4.500 Jiwa. Prediksi yang meninggal 1.217 jiwa (33%), kemudian
sejumlah 922 jiwa (25%) akan mengalami luka-luka, korban hilang sebanyak 442 jiwa
(12%). Penduduk yang mengungsi sebanyak 2.925 (65%), korban yang pindah sebanyak
1.575 jiwa (35%).

Sasaran
a. Tersedianya tenda dan tempat penampungan sementara untuk pengungsi dalam jumlah mencukupi.
b. Tersedianya pangan dan sandang (logistik) yang memadai bagikorban/pengungsi.
c. Tersedianya dapur umum pelayanan/pemberian makanan di lokasipenampungan sementara.
d. Tersedianya genset dalam jumlah cukup di lokasi penampungansementara.
e. Tersedianya selimut bagi pengungsi.
f. Tersedianya personil dalam jumlah cukup untuk menyalurkanbantuan sampai ke lokasi
penampungan sementara.

31
No Kegiatan Pelaksana Waktu
1 Menyiapkan jalur evakuasi Setelah ada
tanda-tanda
bencana
2 menyiapkan lokasi evakuasi Setelah ada
dengan sarana: Pos kesehatan, tanda-tanda
air bersih, MCK, tempat ibadah, bencana
sekolah darurat
3 Memulihkan jalur transportasi Pasca Bencana Pasca Bencana
(jalan dan jembatan)
4 memulihkan jaringan listrik Pasca Bencana
5 memulihkan sarana air bersih Pasca Bencana
6 memulihkan jaringan komunikasi Pasca Bencana

Standar
a. Areal aman / evakuasi dengan ketinggian ≥ 15 meter dengan jalur transportasi yang memadai
(minimal standar kelas III A).
b. Ketentuan luas areal adalah 1.500 jiwa/ha.
c. Air bersih 15 liter/hari/jiwa.
d. M.C.K : 4 unit, ukuran 5.5 x 10 m / 1500 jiwa
e. Tempat Ibadah : 4 unit, ukuran 5.5 x 10 m / 1500 jiwa
f. Sekolah darurat : 4 unit, ukuran 5.5 x 10 m / 1500 jiwa
g. Pos kesehatan : 1 unit, ukuran 5.5 x 10 m / 1500 jiwa
h. Sarana air bersih : 1 unit kapasitas 1.500 liter/hari untuk 100 jiwa
i. Membangun jembatan darurat, bentang : ±4 m: 0.5 m³ kayu/m3
j. Pemulihan jalan :1 excavator + 2 dump truck /10 km jalan
k. Pemulihan jaringan komunikasi diserahkan kepada TELKOM
l. Pemulihan jaringan listrik diserahkan kepada PLN

32
KASUS 2

Sabtu 27 Mei 2008, ketika jarum jam menunjukkan pukul 06.55 pagi, warga di dikejutkan
oleh gempa yang dahsyat, bahkan membuat warga tidak bisa berdiri. Tercatat 218 jiwa
penduduk kecamatan syiah kuala meninggal dunia. Sedangkan jumlah penduduk yang
terluka berat maupun ringan, sulit untuk didata. Pada sisi lain, sebanyak 2.411 rumah roboh,
600 diantaranya mengalami kerusakkan berat. 2 hari pertama pasca bencana bantuan belum
ada, semua mengandalkan bahan makanan yang tersisa (yang sebenarnya sudah tertimbun
reruntuhan), termasuk memanfaatkan tanaman-tanaman pangan yang masih tumbuh di
sekitar rumah. Beberapa orang berinisiatif mencoba menghubungi pihak keluarganya di kota
lain untuk mendapatkan bahan makanan dan peralatan pengungsian. Sekitar empat hari
pasca gempa, bantuan dari luar mulai berdatangan, dimulai dengan pembenahan kondisi di
lingkungannya, seperti: mendirikan tenda dari bahan seadanya untuk tempat berlindung para
pengungsi, sambil terus melakukan koordinasi dan komunikasi antar anggota dan pihak
pemerintah/desa.

PRAKTIKUM III : DMAT dan TABLE TOP EXERCISE

Tugas:

Berdasarkan Kasus 2 diatas Lakukan hal sebagai berikut:


1. Berdasarkan kasus diatas menyusun Disaster Medical Assistance Team (DMAT) dan
melaksanakan Table Top Discussion kesiapan teknis pada fase response tanggap darurat
bencana.
2. Melakukan simulasi Dril Table Top Exercise

33
PRAKTIKUM IV: Rapid Health Asessment, Triage pre hospital, mendemonstrasikan fase

penyelamatan korban

1. Melakukan rapid health assessment, mengisi form

2. Mendomentrasikan fase penyelamatan korban (first aid, mobilisasi dan tranportasi korban,

BHD)

3. Melakukan triage Pre hospital

LO : preparedness
Mendemontrasikan table top discussion pada penanggulangan bencana.
a. Pengertian
table top discussion merupakan suatu metode untuk menentukan tugas dan tujuan
tindakan yang akan dilakukan pada saat bencana.
b. Tujuan
Table top simulation (TTS) dilakukan dengan tujuan :
1) Mengoptimalkan peran tiap orrang dalam penanggulangan bencana
2) Menguji rencana kontinjensi
3) Menguji kerjasama antar pihak dalam penanggulangan bencana
c. Tugas dan Tanggung Jawab
Pihak-pihak yang ikut terlibat dalm table top simulation ini:
1) Incident comander
2) Security officer
3) Parking officer
4) Logistic
5) Finance
6) Communication officer
7) Media center manager
8) Liason officer

34
9) Rescue officer
10) Medical commander
11) Ambulance
12) Triage
13) DVI
14) First aid
15) Evacuation
d. Indikasi
-
e. Pengkajian
identifikasi wilayah bencana dan tindakan yang harus dilakukan pada table top discussion
atau table top simulation
f. Diagnosa Keperawatan
-
g. Perencanaan
Melakukan prosedur table top discussion atau table top simulation (TTS) untuk mengetahui
peran dari setiap
h. Alat dan Bahan
peta wilayah bencana
i. Prosedur
1) Instruktur membagi kelompok, tiap kelompok terdiri atas 20-26 orang mahasiswa
2) Instruktur menetapkan peran bagi masing-masing mahasiswa dengan melibatkan ketua
kelas/kelompok yang dipilih oleh mahasiswa sendiri.
3) Peran-peran tersebut adalah:
No Peran Jumlah Melapor pada Koordinasi
person /klp dengan
1 Incident comander 1 orang incident Semua
(IC) commander commander
berikutnya
2 Security 1 orang IC Rescue, medic
Commander
3 Parking officer 1 orang Security Officer Medic, rescue
4 Logistic 1 orang IC Medic, semua
commander
5 Finance officer 1 orang IC Semua bidang
6 Communication 1 orang IC Semua Como
Office

35
No Peran Jumlah Melapor pada Koordinasi
person /klp dengan
7 Media Center 1 orang communication off Semua Como
Manager
8 Liason Officer 3 orang IC Pihak luar
9 Rescue 1 orang IC Medic
Commander
10 Medical 1 orang IC Rescue, security
Commander
11 Ambulance 1 orang Medical Comm Field hospital
Commander Como
12 Triage commander 1 orang Lapor pada
Medical Comm
13 Disaster Victim 1 orang Lapor pada triage
Identification comm
Commander
14 DVI member team 1 orang Lapor pada DVI
Como
15 Field Hospital 1 orang Lapor medical
Commander comm
16 Field Hospital 3 orang Lapor pada Field
member hosp comm
17 First Aid officer 1 orang Lapor pada
Medical comm
18 First Aid member 1 orang Lapor pada first aid
comm
19 Evacuation 1 orang Lapor pada triage
commander comm
20 Evacuation officer 2 orang Lapor pada evac
comm

1) Instruktur memberitahukan tugas dan wewenang masing-masing peran.


No Peran Job Description
1 Incident comander (IC) Mendirikan dan memulai Pos komando
Meminta bantuan orang lain dan memberi peran-
peran yang diperlukan
Mengerahkan dan mencatat di papan semua
tindakan yang diambil secara kronologis
Bertanggungjawab terhadap semua personel yang
diterjunkan ke daerah bencana
2 Security Commander Menetapkan perimeter untuk menjamin keamanan
(police-line)

36
No Peran Job Description
Mengamankan jalan dan bangunan
Menjamin kelancaran transportasi kendaraan
bantuan
3 Parking officer Menyiapkan tempat-tempat yang akan dijadikan
tempat/pos
Mengatur parkir kendaraan bantuan
4 Logistic commander Menyiapkan kebutuhan penolong dan korban
5 Finance officer Mengatur cash flow
6 Communication officer Mengatur lalu lintas informasi melalui radio dan
telepon, membantu IC dalam mengatur kerja seluruh
ICS.
7 Media Center Manager Mendokumentasi dan mempublikasi informasi
tentang korban dan penolong
Membuat papan pengumuman identitas korban
hidup/meninggal/hilang untuk kebutuhan keluarga
korban
8 Liason Officer Menolong IC dalam menghubungi pihak luar, ikut
mengorganisir sumberdaya bantuan.
9 Rescue Commander Mengatur operasi penyelamatan korban dan
menjamin keselamatan penolong
10 Medical Commander Mengatur operasi pemberian bantuan medis, dari
triage sampai transportasi ke RS tempat pemberian
perawatan definitif, setelah diselamatkan oleh rescue
team.
11 Ambulance Mengatur transportasi ke RS definitif setelah korban
Commander diberi bantuan di RS lapangan.
12 Triage commander Memimpin proses triage, first aid sampai evakuasi.
Mengatur sumber daya dalam tiap proses,
perubahan fungsi triage menjadi first aid, first aid
dalam evakuasi.
13 Disaster Victim Memimpin proses DVI dari fase 1 (olah TKP) sampai
Identification 5 (rekonsiliasi), setelah pasien hidup dievakuasi
37
No Peran Job Description
Commander
14 DVI member team Membantu DVI commander.
15 Field Hospital Mendirikan RS lapangan dan mengoperasikannya.
Commander
16 Field Hospital member Membantu field hospital commander.
17 First Aid Office Memberi bantuan pertama setelah triage.
18 First Aid member Membantu first aid officer.
19 Evacuation Memimpin evakuasi setelah diberi bantuan awal.
commander
20 Evacuation officer Membantu evacuation commander sesuai prinsip-
prinsip evakuasi.

6) Menyusun garis komando (kepada siapa akan menerima dan melaporkan hasil kerja)
dan garis koordinasi antar peran (kepada siapa meminta dan memberi informasi).
7) Instruktur membentangkan peta dan menyediakan perangkat penyerta simulasi.
8) Instruktur membacakan skenario.
9) Instruktur mempersilahkan semua peran bercerita dimana dan apa yang akan
dilakukan masing-masing peran, dimulai dengan Incident Commander yang
menceritakan rencana dimana ia akan mendirikan posko, apa yang dilakukan, sarana
apa yang diupayakan, person mana yang dibutuhkan untuk membantunya dengan
menggunakan peta dan perangkat lain yang disediakan oleh instruktur (misalkan
miniatur bangunan, mobil, dan lain-lain). Instruktur memberi arahan jika pemain peran
belum optimal menceritakan perannya.
10) Setelah semua pihak menceritakan peran, instruktur memimpin fase refleksi.
11) Instruktur mengisi form assessment dan mengedarkannya pada mahasiswa untuk
dibubuhi tandatangan masing-masing.
12) Pelaksanaan melibatkan panitia TTS terdiri atas mahasiswa yang tidak ikut dalam
kegiatan pembelajaran TTS.

j. Evaluasi

38
DAFTAR PUSTAKA

Alim,.S.,Kawabata.,M.,Nakazawa.,M. (2015). Evaluation of Disaster Preparedness Training and


Disaster Dirll for Nursing Student. Nurse Education today,34;25-31

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2017). Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan


Bencana; Membangun Kesadaran, Kewaspadaan, dan Kesiapsiagaan dalam
menghadapi Bencana. Direktorat kesiapsiagaan, Jakarta

Efendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam
Keperawatan. Jakarta: salemba medika.

Grimaldi, M.,E. (2007) ETHICS: Ethical Decisions in Times of Disaster: Choices Healthcare
Workers Must Make. Journal of Trauma Nursing, Vol. 14 no 3, 163-164.

Gregor, S. (2005). Resilience after a disaster Retrieved August 1, 2009, from http:
www..psychology.org.au/publications/inpsych/disaster/

Hatthakit, U., & Thaniwathananon, P. (2007). The suffering experiences of Buddhist tsunami
survivors. International Journal for Human Caring, 11(2), 59-66.

Japanese Red Cross Society & PMI. 2009. Keperawatan Bencana. Banda Aceh : Forum
Keperawatan Bencana
Juanita.,F. Suratmi.,Maghfiroh.,I. (2017). The Effectiveness of Basic Training on Disaster
Management; Pilot Program For Disaster Preparedness in Community, Jurnal INJEC.
Vol.2;2: 126-135

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI] (2012). Pusat Penanggulangan


Krisis Kesehatan. Diunduh dari
http://penanggulangankrisis.depkes.go.id/tag/ppkk/13986/ppkk.htm

Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia (2011) Kerangka Kerja: Sekolah Siaga Bencana,
Jakarta, word Press.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Rekam Medis. Diakses melalui


http://www.depkes.go.id

Kharismawan, Kuriake. Panduan Program Psikososial Paska Bencana. Diakses tanggal 30


April 2012 dari http://www.sintak.unika.ac.id/

Nursalam & Effendi, F. (2012). Pendidikan Dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nuryati & Rawi,.M. (2010). Pendokumentasian Rekam Medis Bencana Merapi di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Magelang. Di unduh dari http://eprints.dinus.ac.id/2080/

39
Priambodo, S. A. (2009). Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kasinius

Powers, R (2006), Introduction to Disasters and Disaster Nursing, International Disaster Nursing

Purnama.,S.,Satria.,B. (2018) Kesiapsiagaan Bencana Gemba Bumi dan Tsunami Pada


Keluarga Dengan Anak Diabilitas. Jurnal Ilmial Mahasiswa, Vol3; 215-222.

Satria.,B. Isaramalai.,S., Komjakraphan.,P. (2017) The Effect of a community-based spiritual


Life Review Program on Indonesian Elders Resilience.,Enfermeria Clinica. 27; 55-60.

Sudiharto (2011). Manajemen Disaster. Di unduh dari


http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-content/uploads/2011/06/
ManajemenDisaster.pdf

Sukandarrumidi. (2010). Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius

Seni, W. (2011). Siklus Manajemen Bencana. Diakses pada tanggal 16 April 2018 pukul 08. 36
WIB dari http://bakauhijau.wordpress.com

Tirtana.,F.A., Satria.,B. (2018) Kesiapsiagaan Taruna Dalam Menghadapi Bencana Tsunami;


Idea Nursing Journal,

Veenema, T. G. (2007). Disaster nursing and emergency preparedness for chemical, biological,
and radiological terrorism and other hazards (2 nd ed.). New York: Springer Publishing
Company.

Undang-Undang Republik Indonesia No.24 tahun 2007-PNPB.di Unduh dari


www.bnpb.go.id/upload/pubs/1.pdf

Zailani, Badruzzaman, Yusuf, M., Muhammad, Risyad,A., Nurdin, A., Agustiar, Dkk. (2009).
Keperawatan Bencana, Edisi I, Forum Keperawatan, Banda Aceh.

40

Anda mungkin juga menyukai