Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

I. PENGANTAR
Sasaran : Siswa SMK Negeri 2 Tondano
Hari / Tanggal : 12 maret 2020
Jam : 09.00 WITA
Waktu : 35 menit
Tempat : Ruang kelas

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM. (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan “Siswa” dapat
mengetahui tentang pentingnya Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana.

III. TUJUAN INSTRUKSI KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan “Siswa” dapat menjelaskan


kembali:

a. Pengertian kesiapsiagaan.
b. Tujuan kesiapsiagaan.
c. Tahap kesiapsiagaan dalam mengadapi bencana.
d. Rencana tanggap darurat

IV. MATERI
Terlampir

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3.
VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Powerpoint dan Leaflet

VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

Pembukaan:
1 2 menit Menjawab salam
Memberi Salam
Mendengarkan dan
Menyebutkan Materi atau pokok memperhatikan
pembahasan yang akan disampaikan

Pelaksanaan:
Menyimak dan
2. 25 menit Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur

Evaluasi:
Menjawab Pertanyaan
Meminta audiens menjelaskan atau
3 6 menit menjelaskan kembali mengenai
pengertian kesehatan
reproduksi,Perubahan Fisik, Biologis,
Psikososial Remaja, dapat mengetahui
perilaku remaja

Memberikan pujian atas keberhasilan


dalam menjelaskan pertanyaan dan
memperbaiki kesalahan, serta
menyimpulkan.

Penutup:

4. 2 menit Mengucapkan terimakasih dan Menjawab salam


mengucapkan salam
VIII. EVALUASI
1. Jenis : Tanya Jawab
2. Teknik : Lisan
IX. LAMPIRAN MATERI

KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA

A. Definisi Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta memulai

langkah yang tepat dan berdaya guna (UU RI No. 24 Tahun 2007).

B. Tujuan Kesiapsiagaan
kesipasiagaan bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya
melalui tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efisiensi
untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana. Tujuan
khusus dari upaya kesiapsiagaan bencana adalah dapat menjamin
bahwa sistem, prosedur, dan sumber daya yang tepat siap ditempatnya
masing-masing untuk memberikan bantuan yang efektif dan segera bagi
korban bencana sehingga dapat mempermudah langkah-langkah
pemulihan dan rehabilitasi layanan (BNPB, 2008). Upaya kesiapsiagaan
juga bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang diperlukan
untuk tanggap dalam peristiwa bencana dapat digunakan secara efektif
pada saat bencana dan tahu bagaimana menggunakannya.

C. Tahap kesiapsiagaan dalam mengadapi bencana

1. Penilaian Risiko / Risk Assessment

Pada aspek ini Merupakan suatu program kerja yang didalamnya

terdapat proses mengenali bahaya pada suatu pekerjaan, membuat

identifikasi bahaya dan menilai terhadap resiko yang akan terjadi

diantaranya:

a. Mengidentifikasi seluruh proses area dan wilayah yang ada .


b. Mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek area dan wilayah yang

telah diidentifikasi sebelumnya.

c. Mengidentifikasi seluruh area yang ada baik dalam kondisi

normal maupun abnormal.

d. Menganalisis resiko dan tingkat resiko yang ada dengan

melakukan pemetaan.

2. Perencanaan Siaga /Contingency Planning

Penyusunan rencana kontinjensi dapat dilakukan melalui tahapan

dan proses persiapan dan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Melakukan penilaian bahaya.

b. Melakukan penentuan kejadian.

c. Melakukan pengembangan scenario terhadap segala aspek.

d. Penetapan kebijakan dan strategi yang tepat.

e. Perencanaan pada setiap sektoral.

f. Sinkronisasi yaitu dengan mengitegrasikan semua elemen dan

sektor-sektor yang terkait.

g. Terstruktur dengan formal dalam setiap kegiatan.

3. Mobilisasi Sumber daya /Resource Mobilization

Mobilisasi sumberdaya merupakan tindakan pengerahan dan penggunaan

sumber daya, sarana dan prasarana telah dibina dan dipersiapkan sebagai

komponen kekuatan pertahanan keamanan negara untuk digunakan

secara tepat, terpadu, dan terarah bagi penanggulangan setiap

ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Adapun tindakan

yang dapat dilakukan sebagai berikut:


a. Melakukan inventarisasi semua sumber daya yang dimiliki oleh

daerah dan setiap sector.

b. Mengidentifikasi sumber daya yang tersedia dan siap digunakan.

c. Mengidentifikasi sumber daya dari luar yang dapat dimobilisasi

untuk keperluan darurat.

4. Pendidikan dan Pelatihan /Training dan Education

Peran pendidikan merupakan knowledge aset yang dapat diwariskan

kepada generasi yang mendatang khususnya mengenai ilmu

kebencanaan, peran pendidikan tersebut dapat diterapkan melalui:

a. Pendidikan disekolah sekolah dengan memasukkan kurikulum

kebencanaan.

b. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan secara berkala kepada

masyarakat-masyarakat dengan menerapkan pengetahuan yang

berbasis penanggulangan resiko bencana secara terstruktur.

5. Koordinasi /Coordination

Merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan teratur dan

terstruktur dan mengarah dengan harapan dapat menghasilkan suatu

tindakan dan keputusan yang tepat dan berkelanjutan. Dalam aspek

kebencanaan tahap koordinasi dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Membentuk forum koordinasi dengan tujuan adanya sharing

pengetahuan dan pengalaman khususnya lembaga-lembaga

kebencanaan dengan masyarakat dan publik.

b. Menyelenggarakan pertemuan berkala secara rutin, dengan

harapan koordinasi antara pihak-pihak terkait dapat terkoneksi

sehingga tidak adanya ketimpangan dalam menjalankan tugas.


c. Menyusun Rencana Terpadu dengan melakukan pertemuan-

pertemuan dengan pihak terkait untuk menyusun suatu konsep

rencana penanggulangan bencana sesuai dengan tupoksi-tupoksi

tiap sector.

6. Mekanisme Respon /Respon Mechanism

Merupakan suatu respon terhadap suatu system yang telah

dibangun dan dirancangkan dalam kesiapsiagaan bencana, pada aspek

ini pelaksanaan dimaktubkan pada masa tanggap darurat, adapun

mekanismenya sebagai berikut:

a. Menyediakan posko-posko yang merupakan sumber informasi

dilapangan terhadap korban bencana dan pemantauan situasi

yang berkala.

b. Menyediakan tim reaksi cepat untuk penanggulangan bencana

yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan membekali standar-

standar dilapangan.

c. Adanya suatu protap maupun SOP dalam melaksanakan respon

tanggap darurat, sehingga pertolongan dan penanganan korban

dapat tertangani dengan baik.

d. Mengambil inisiatif lain dalam masa tanggap darurat yang

terkadang tidak termaktub dalam protap, akan tetapi harus

memenuhi syarat dalam artian memanusiakan manusia.

7. Peringatan Dini /Early Warning

Merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi suatu

ancaman bahaya sehingga memberikan peringatan untuk mencegah


jatuhnya korban. Adapun peringatan dini dalam mengahadapi bencana

dapat dilakukakan dengan cara:

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang resiko, hal

ini dapat dilakukan dengan adanya data yang sinkron yaitu

dengan terlebih dahulu melakukan assessment.

b. Melakukan pemantauan dan memberikan layanan peringatan,

sehingga parameter yang diberikan kepada masyarakat dapat

diterima dengan baik

c. Menyebarluaskan dan memberikan informasi tentang resiko, pada

tahap ini harus dipastikan bahwa sistem peringatan dini harus

dapat dijangkau oleh masyarakat dengan baik dan harus

dimengerti oleh masyarakat sehingga tidak adanya miskomunikasi

antara peringatan yang diberikan dengan informasi yang diterima

masyarakat

d. Membangun kemampuan respons dari masyarakat, dalam artian

sebuah system peringatan harus terlokalisasi oleh masyarakat

dengan mempertimbangkan aspek lokal wisdom sehingga mampu

melakukan upaya tanggap darurat yang efektif jika terjadi

bencana.

8. Manajemen Informasi /Information Systems

Merupakan suatu pengelolaan data dimana didalamnya mencakup

proses mencari, menyusun, mengklasifikasikan, serta menyajikan berbagai

data yang terkait dengan informasi kebencanaan dengan tujuan dapat

terlaksana suatu kegiatan dengan baik. Adapun manajemen informasi

dalam kebencanaan dapat dilakukan dengan cara:


a. Menciptakan dan tersedianya suatu system informasi yang

mudah diakses, mudah dimengerti dan dapat disebarluaskan.

b. Informasi yang diberikan dan disampaikan kepada masyarakat

harus akurat, tepat waktu, dapat dipercaya dan mudah

dikomunikasikan.

9. Gladi/Simulation

Uji coba dilakukan untuk menguji ketepatan Rencana Kontinjensi

yang dibuat, Dalam melakukan gladi ini diharapkan supaya besaran dan

skalanya mendekati peristiwa/ kejadian yang diskenariokan. Apabila tidak

memungkinkan, dapat diambil sebagian dari luas yang sesungguhnya

dan Gladi atau Simulasi harus dilakukan secara berkala, agar

masyarakat dapat membiasakan diri dengan terhadap uji coba tersebut.

D. Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat

meliputi:

1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan

sumber daya; untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi bencana; jumlah

korban; kerusakan prasarana dan sarana; gangguan terhadap fungsi

pelayanan umum serta pemerintahan; dan kemampuan sumber daya

alam maupun buatan.

2. Penentuan status keadaan darurat bencana.

3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya:

pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan evakuasi

korban.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi: kebutuhan air bersih dan

sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial,

penampungan dan tempat hunian.

5. Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan

prioritas kepada kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang

sedang mengandung atau menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut

usia) berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan

kesehatan, dan psikososial.

6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan

memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.

Anda mungkin juga menyukai