KEPERAWATAN ANAK I
Penyusun:
Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp. Kep. An
Reviewer :
Ns. Sufriani, M.Kep., Sp.Kep.An
i
IDENTITAS PEMILIK
Pasfoto 3x4 cm
Nama : ...............................................................................................................
NIP : ...............................................................................................................
: ...............................................................................................................
Pemilik,
(___________________)
NIP/NIK :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sama-sama kita panjatnya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga modul Blok Keperawatan Anak I dapat diselesaikan
dengan baik oleh Tim penyusun. Shalawat beriring salam kita haturkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kepada alam yang berilmu
pengetahuan.
Modul Blok Keperawatan Anak I merupakan modul yang digunakan pada semester
Genap Tahun Akademik 2019/2020 pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala, dengan harapan modul ini diharapkan dapat
memberikan acuan bagi mahasiswa dan tutor untuk melaksanakan pembelajaran dengan
sistem Student Centered Learning (SCL) yang sedang diterapkan di Fakultas Keperawatan
Unsyiah, khususnya pada bidang keperawatan anak. Selain itu, dengan penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan, modul ini dapat mendukung
proses belajar mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang berorientasi pada
mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan tugasnya. Semoga modul ini dapat
mendukung upaya peningkatan mutu akademik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat ................................................................................... 1
B. Capaian Pembelajaran ........................................................................... 2
BAB II PENYAJIAN
A. Uraian Materi Konsep Keperawatan Anak I ............................................ 11
B. Praktikum Konsep Keperawatan Anak I dan Form Checklis Praktikum ... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Anak I
2. Beban SKS : 4 SKS (2T, 1P, 1PL)
3. Tujuan Modul :
Bila diberi kasus, mahasiswa mampu:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan kepada anak sehat /keluarganya
dengan mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis, menggunakan
komunikasi terapeutik dan memperhatikan aspek budaya, menghargai
sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan kepada anak sakit akut,
kronis/terminal serta keluarganya dengan mengembangkan pola pikir kritis,
logis dan etis, menggunakan komunikasi terapeutik dan memperhatikan
aspek budaya dan menghargai sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain
dari setiap pasien yang unik
3. Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun
kolaborasi pada sehat/sakit akut dengan menerapkan konsep ilmu dasar
keperawatan dan ilmu keperawatan dasar sesuai standar serta menerapkan
prinsip atraumatic care, legal dan etis.
4. Mampu memberikan simulasi pendidikan kesehatan kepada anak/keluaga
sebagai upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.
5. Mampu menjalankan fungsi advokasi bagi anak/keluarga berbagai yang
mengalami untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil
keputusan untuk dirinya.
4. Deskripsi Modul :
Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus
kepada respon anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai
lahir sampai akhir masa remaja baik dalam keadaan sehat ataupun sakit akut,
di masyarakat ataupun dirawat di rumah sakit, serta intervensi keperawatannya
baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif.
Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan ilmu
keperawatan dasar dan ilmu dasar keperawatan yang membantu mengantarkan
mahasiswa untuk mendalami tentang bagaimana melakukan asuhan
1
keperawatan profesional (holistik), memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarganya dengan menerapkan
komunikasi efektif, serta membuat keputusan dengan mempertimbangkan aspek
legal dan etik.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan
berfikir sistematis, komprehensif dan kritis dalam mengaplikasikan konsep
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar penyelesaian masalah
serta mengembangkan sikap profesional (pengembangan soft sklills) melalui
beberapa model belajar yang relevan.
5. Profesional Profil :
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap pendidikan akademik,
mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan konsep dan
keterampilan dalam memenuhi kebutuhan keperawatan anak sesuai dengan
tahap tumbuh kembang dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di
rumah sakit maupun di komunitas.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
1 Mampu menerapkan konsep a. Komunikasi
keperawatan anak dalam konteks terapeutik
keluarga. b. Berpikir
2 Pendidikan kesehatan kepada kritis
anak/keluarga sebagai upaya
pencegahan primer, sekunder dan
tersier:
2
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
pendidikan kesehatan pada anak dan
keluarga
3
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
konteks keluarga)
6 Mampu
mendemonstrasikan
intervensi keperawatan
baik mandiri maupun
kolaborasi pada sehat/sakit
akut dengan menerapkan
konsep ilmu dasar
keperawatan dan ilmu
keperawatan dasar sesuai
SOP serta menerapkan
prinsip atraumatic care,
legal dan etis, meliputi:
Demonstrasi Intervensi
keperawatan pada bayi
dan anak :
1. Pijat bayi
2. Pemeriksan fisik pada
neonatus
3. Perhitungan Ballard
Score
4. Pemeriksaan Fisik
Pada Anak
5. Menghitung status gizi
anak
6. Perhitungan kebutuhan
cairan pada anak dan
bayi
7. Perhitungan sediaan
obat
8. Metode Kanguru
Pemberian Imunisasi
Dasar
7 Melakukan observasi dan
analisis terhadap
intervensi mandiri dan
kolaborasi keperawatan
pada tata layanan rumah
4
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
sakit dan komunitas,
meliputi:
a. Prosedur Nebulisasi
pada anak
b. Pemberian obat pada
anak (oral dan injeksi)
c. Terapi cairan (jenis
cairan intravena, cara
menghitung kebutuhan
cairan pada anak, cara
pemberian terapi
cairan)
d. Fototerapi
e. Oksigenasi pada
neonatus (nasal kanul,
CPAP, ventilator)
f. Pemberian nutrisi (oral,
enteral, parenteral)
g. Suctioning
h. Penilaian GCS pada
anak
i. Oksigenasi pada anak
(nasal kanul, simple
mask, ventilator)
j. Kemoterapi
k. Transfusi darah
2. Jadwal Perkuliahan
a. Jadwal Perkuliahan
No Hari/ Tanggal Waktu PT Kompetensi Metode
16.35-18.15 2
2 Rabu/
5 Februari 2020 14.00-15.40 3 1, 2 TCL Family centered care,
atraumatic care, Konsep
16.35-18.15 4 pertumbuhan dan
perkembangan anak, masalah
kesehatan,
(Ns.Sufriani.,M.Kep.Sp.Kep.An)
5
No Hari/ Tanggal Waktu PT Kompetensi Metode
3 Kamis/
6 Februari 2020 14.00-15.40 5 5 Presentasi the Seven Jumps
6 (Step 7)
16.35-18.15
4 Jumat/
7 Februari 2020 14.00-15.40 7 5 Konsultasi ISS (pada tutor duta)
Transfer Knowledge
b. Jadwal Praktikum
No Hari/ PT Pukul Sesi 1 Sesi 2
Tanggal
Kamis/ 1 14.00-15.40 Kasus 1 (NF) : Klp 1 Kasus 1 (AF) : Klp 5
1 13 Februari Kasus 2 (DW) : Klp 2 Kasus 2 (SF) : Klp 6
2020 2 16.35-18.15 Kasus 3 (NH) : Klp 3 Kasus 3 (DH) : Klp 7
Kasus 4 (SI) : Klp 4 Kasus 4 (IM) : Klp 8
Jumat/ 3 14.00-15.40 Kasus 1 (AF) : Klp 6 Kasus 1 (NF) : Klp 2
2 14 Februari 4 Kasus 2 (SF) : Klp 7 Kasus 2 (DW) : Klp 3
2020 16.35-18.15 Kasus 3 (DH) : Klp 8 Kasus 3 (NH) : Klp 4
Kasus 4 (IM) : Klp 5 Kasus 4 (SI) : Klp 1
Senin/ 5 14.00-15.40 Kasus 1 (NF) : Klp 3 Kasus 1 (AF) : Klp 7
3 17 Februari 6 Kasus 2 (DW) : Klp 4 Kasus 2 (SF) : Klp 8
2020 16.35-18.15 Kasus 3 (NH) : Klp 1 Kasus 3 (DH) : Klp 5
Kasus 4 (SI) : Klp 2 Kasus 4 (IM) : Klp 6
6
No Hari/ PT Pukul Sesi 1 Sesi 2
Tanggal
4 Selasa/
18 Februari - 9.00 – 10.00 Briefing tutor dengan mahasiswa
2020 tentang KPSP dan DDST
7 14.00-15.40 Kasus 1 (AF) : Klp 8 Kasus 1 (NF) : Klp 4
8 Kasus 2 (SF) : Klp 5 Kasus 2 (DW) : Klp 1
16.35-18.15 Kasus 3 (DH) : Klp 6 Kasus 3 (NH) : Klp 2
Kasus 4 (IM) : Klp 7 Kasus 4 (SI) : Klp 3
5 Selasa/ 9 14.00-15.40
25 Februari 10 OSPE
2020 16.35-18.15
4 16.35-18.15
7
d. Materi Praktikum
No Kasus Labskill
1 Kasus 1 : NF & AF a. Pemeriksaan fisik pada neonatus
b. Perhitungan usia gestasi dengan Ballard Score
2 Kasus 2 : DW & a. Imunisasi
SF b. Perhitungan sediaan obat
3 Kasus 3 : NH & a. Pemeriksaan fisik anak
DH b. Menghitung status gizi
c. Perhitungan kebutuhan cairan pada anak dan bayi
4 Kasus 4 : SI & IM a. Pijat bayi
b. Perawatan metode kangguru
No Ruang Kompetensi
Semua ruangan:
a. Komunikasi pada pasien
b. Penerapan family centered care
c. Penerapan prinsip atraumatic care
1 Ruang NICU a. Fototerapi
b. Oksigenasi pada neonatus (nasal kanul, CPAP)
c. Pemberian nutrisi (oral, enteral, parenteral)
d. Asuhan perkembangan neonatus (developmental
care)
e. Perawatan mencegah hipotermia (perawatan bayi
dalam incubator dan PMK)
8
6. Poliklinik Anak a. Pemeriksaan fisik dan anamnesa pada anak
b. Pemeriksaan perkembangan anak
b. Kegiatan Tutor
1) Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2) Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran.
3) Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik
pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4) Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu
yang diberikan.
5) Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang
belajar dan laboratorium.
6) Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7) Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.
9
c. Kegiatan Mahasiswa
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (introduction lecturer) oleh koordinator blok yang bertujuan memberikan
gambaran secara komprehensif pada mahasiswa mengenai modul yang akan
dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran yang
akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai
dengan metode pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan praktikum
merupakan lanjutan dari pembelajaran konsep keperawatan anak.
d. Metode Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL)
dengan menggunakan metode The Seven Jump, ISS, Lecture, tugas
individu/kelompok dan praktikum di laboratorium keperawatan anak dan
praktek lapangan.
e. Metode Evaluasi
1. Absensi : 5%
2. Soft skill :7%
3. Diskusi/presentasi : 10 %
4. Tugas individu/kelompok : 20 %
6. Ujian tulis : 28 %
7. Praktikum : 30%
10
BAB III
PENYAJIAN KEPERAWATAN ANAK I
URAIAN MATERI
A. PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA MELIPUTI:
1. KONSEP FAMILY CENTERED CARE
Family centered care (asuhan berpusat pada keluarga). Dalam setiap
kegiatan merawat anak di rumah sakit (RS) selalu difasilitasi oleh keterlibatan
orangtua termasuk mengupayakan peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting dalam memfasilitasi
hubungan orang tua dengan anaknya dan harus diupayakan jangan sampai
terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya selama RS. Dengan
difasilitasinya hubungan antara orangtua dan anaknya, diharapkan mempunyai
kesempatan untuk meneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama di
RS (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan
kemampuan orang tua dalam merawat anaknya. Orangtua dipandang
sebagai subjek yang punya potensi untuk melaksanakan perawatan pada
anaknya. Di harapkan selama perawatan anaknya di RS, terjadi proses belajar
pada orangtua, baik dalam hal peningkatan pengetahuan dan ketrampilan yang
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat
anak diperbolehkan pulang kerumah, orang tua sudah memiliki seperangkat ilmu
pengetahuan dan ketrampilan tentang perawatan anaknya (Wong, Hockenberry-
Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
Prinsip asuhan yang berpusat pada keluarga meliputi: flexibility
(asuhan yang diberikan tidak kaku pada sistem yang ada), collaboration (pemberi
asuhan berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan), support (memberi dukungan baik fisik, psikologis, sosial dan
spiritual), empowerment (memberdayakan anak dan keluarga dalam proses
asuhan), respect (pemberi asuhan menghargai keunikan anak), information
(pemberi asuhan berkomunikasi dan berbagi informasi yang bemanfaat
dengan anak dan keluarga secara lengkap dengan cara yang tegas), strengths
(senantiasa memanfaatkan kekuatan yang ada pada anak dan keluarga), dan
choice (memberi alternatif pada anak dan keluarga dalam menentukan asuhan)
(Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
11
2. KONSEP ATRAUMATIC CARE
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam layanan pelayanan kesehatan anak,melalui penggunaan
tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun distress psikologis yang
dialami anak dan orangtua. Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata
terlihat, tetapi member perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana
prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi
sresfisik dan psikologis (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz,
2008).
Asuhan yang terapeutik tersebut dapat dilakukan melalui tindakan
pencegahan, penetapan diagnosis, pengobatan, dan perawatan baik pada kasus
akut maupun kronik dengan intervensi mencakup pendekatan psikologis
(menyiapkan anak untuk prosedur fisik, memberikan kesempatan pada orang tua
untuk terlibat merawat anak di RS, dan menciptakan suasana lingkungan RS yang
nyaman bagi anak dan orangtua). Dapat dibayangkan bagaimana bila seorang
perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya) untuk
melakukan asuhan keperawatan, tetapi dengan wajah cemberut, masam, dan tidak
ada sapaan serta tidak ramah sedikitpun. Mungkin sebelum dilakukan tindakan
anak sudah takut dan menangis atau bahkan tidak mau didekati. Akan tetapi,
bagaimana bila seorang perawat datang dengan wajah yang manis, tersenyum, dan
sapaannya ramah pada anak, lemah lembut, sambil menawarkan mainan kecil yang
menarik hati. Selain petugasnya, ruang perawatan untuk anak tidak dapat disamakan
seperti orang dewasa. Ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan
nuansa anak (adanya gambar di dinding, tirai, dan seprei serta sarung bantal yang
berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).
12
kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan
dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta
pembelajaran (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
b. Pola pertumbuhan dan perkembangan
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan
pada anak.
1) Pola perkembangan fisik yang terarah terdiri dari dua prinsip yaitu
cephalocaudal dan proximal distal (Wong, 2008)
a) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran
kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan
untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala
dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan tangan dan
kaki.
b) Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling
dekat dengan pusat/sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu
dahulu baru kemudian jari-jari.
2) Pola perkembangan dari umum ke khusus, yaitu pola pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah yang lebih
umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks.
Misalnya melambaikan tangan kemudian memainkan jari.
3) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan
yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan
selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :
a) Masa pra lahir; terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat
dan jaringan tubuh
b) Masa neonatus; terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di
luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam
perubahan
c) Masa bayi; terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi
dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya
13
d) Masa anak; terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat,
sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
e) Masa remaja; terjadi perubahan kearah dewasa sehingga
kematangan pada tanda-tanda pubertas.
4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan/belajar
Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk
mencapai proses kematangan dan kematangan yang dicapainya dapat
disempurnakan melalui rnagsangan yang tepat. Masa ini merupakan
masa kritis yang harus dirangsang agar mencapai perkembangan
selanjutnya melalui proses belajar.
14
diri sendiri, tetapi ketidakmampuan menempatkan diri ditempat orang
lain. Berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak-anak tidak
dapat berpikir melebihi yang terlihat, dan mereka kurang mampu
membuat dedukasi atau generalisasi. Pemikiran didominasi oleh apa
yang mereka lihat, dengar, atau alami. Pada tahap akhir periode ini
pemikiran mereka bersifat intuitif (misalnya bintang harus pergi tidur
karena mereka juga tidur). Cara berpikir juga bersifat transduktif karena
dua kejadian terjadi bersamaan, mereka saling menyebabkan satu
sama lain atau pengetahuan tentang satu cirri dipindahkan ke cirri lain
(misalnya semua wanita yang berperut besar pasti hamil) (Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
3) Operasional konkret (7 sampai 11 tahun)
Pada usia ini berpikir menjadi semakin logis dan masuk akal. Anak-
anak mampu mengklasifikasi, mengurutkan, menyusun, dan
mengatur fakta tentang dunia untuk menyelesaikan masalah. Mereka
membentuk konsep baru tentang permanen konservasi. Mereka
menyadari bahwa faktor-faktor fisik seperti volume berat badan, dan
jumlah tetap sama sekalipun tampilan luarnya berubah. Cara berpikir
bersifat induktif, cara berpikir tidak lagi terlalu berpusat pada diri sendiri.
Mereka dapat mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang
berbeda dan sudut pandang mereka sendiri. Cara berpikir menjadi
semakin tersosialisasi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).
4) Operasional formal (11 sampai 15 tahun)
Cara berpikir operasional formal dicirikan dengan adaptabilitas dan
fleksibilitas. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah-istilah abstrak,
menggunakan simbol abstrak, dan menarik kesimpulan logis dari
serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis dan
mengujinya, mereka dapat mempertimbangkan hal-hal yang bersifat
abstrak, teori dan filosofi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).
b. Perkembangan Bahasa
Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme dan kemampuan untuk
mengembangkan bicara dan ketrampilan berbahasa. Mereka tidak dapat
15
berbicara secara spontan. Lingkungan harus memberikan cara bagi
mereka untuk menguasai ketrampilan ini. Keahlian bicara membutuhkan
struktur dan fungsi fisiologis yang utuh (termasuk pernapasan,
pendengaran, dan otak) ditambah intelegensi, kebutuhan untuk
berkomunikasi dan stimulasi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, Schwartz, 2008).
Laju perkembangan bicara bervariasi dari satu anak ke anak yang lain
dan berkaitan langsung dengan kompetensi neurologik dan perkembangan
kognitif. Bahasa tubuh mendahului kemampuan bicara, dan dengan cara
ini anak kecil mengkomunikasikan rasa puasnya. Pada saat kemampuan
bicara berkembang, bahasa tubuh berkurang namun tidak pernah hilang
sepenuhnya. Disemua tahap perkembangan bahasa, pemahaman anak
terhadap perbendaharaan kata (kata yang mereka pahami) lebih besar dari
pada perbendaharaan kata yang mereka ekspresikan (yang mereka
ucapkan), dan perkembangan ini mencerminkan proses modifikasi yang
kontinu yang melibatkan perolehan kata-kata baru, dan perluasan arti dari
kata-kata yang dipelajari sebelumnya (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, Schwartz, 2008).
16
menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok, atau negara
tanpa memperdulikan konsekuensinya. Perilaku yang disetujui dan
disukai atau membantu orang lain dianggap sebagai perilaku yang baik.
Seseorang mendapat persetujuan dengan bersikap baik mematuhi aturan,
melakukan tugas seseorang, menunjukkan rasa hormat terhadap
wewenang, dan menjaga aturan sosial merupakan perilaku yang tepat.
3) Tingkat pascakonvensional, autonomi, atau prinsip
Pada tahap ini individu telah mencapai tahap kognitif operasional
formal. Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan
standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat.
17
c. Nutrisi
Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan
efeknya ditunjukkan pada cara beragam dan rumit. Selama periode
pertumbuhan prenatal yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi
perkembangan dari waktu implantasi ovum sampai kelahiran. Selama
masa bayi dan kanak-kanak, kubutuhan terhadap kalori relative besar,
seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. Pada
waktu kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi dibandingkan pada hampir
setiap periode perkembangan pasca natal. Ketika laju pertumbuhan
melambat disertai dengan penurunan metabolisme, akibatnya terjadi
penurunan kebutuhan kalori dan protein.
d. Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam
perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan
kepribadian. Tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain
yang member pengaruh pada anak yang sedang berkembang, tetapi
luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan
kepribadian yang sehat.
e. Individu yang menjadi pengasuh tidak diragukan lagi adalah individu
satu-satunya yang paling berpengaruh selama awal masa bayi. Individu
ini dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi yaitu makanan,
kehangatan kenyamanan dan kasih sayang. Individu ini menstimulasi indra
anak dan memfasilitasi pengembangan kemampuan anak. Melalui
individu ini, anak belajar untuk percaya terhadap dunia dan merasa aman
untuk menjelajahi hubungan yang semakin luas.
f. Secara umum, orang tua paling berpengaruh dalam membantu anak
menemukan identifikasi peran seksual. Orang tua mendefinisikan
dan mendorong perilaku peran seksual yang dapat diterima dan
memberikan model peran seksual yang tepat untuk anak. Apabila tidak ada
model peran seksual yang tepat dalam lingkungan keluarga, anak
dapat mengadopsi beberapa karakteristik orang tua atau saudara
kandung yang memiliki jenis kelamin berbeda. Sering kali anak
mengidentifikasi guru atau orang terdekat lain yang memiliki jenis kelamin
sama.
18
g. Tingkat Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai
dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua
usia anak dari keluarga kelas atas dan menengah mempunyai tinggi
badan lebih dari anak dari keluarga dengan strata sosioekonomi rendah.
h. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi
klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Banyak penyakit kronik yang
dikaitkan dengan berbagai tingkat kegagalan pertumbuhan adalah
anomali jantung kongenital dan gangguan pernapasan seperti kistik
fibrosis. Gangguan apa pun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna dan mengabsorpsi nutrisi tubuh akan member efek
merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
i. Pengaruh media masa
Anak-anak masa kini cenderung memilih media dan figure olahraga sebagai
model peran ideal mereka, sedang orang tua mereka sebagai orang yang
paling ingin mereka contoh. Kecenderungan ini dapat dipandang sebagai
kekhawatiran serius atau kesempatan besar untuk meningkatkan model
peran positif. Tidak ada keraguan bahwa media komunikasi member anak
cara untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka
hidup dan berkontribusi dalam mempersempit perbedaan antar kelas.
19
menahan berat badan pada saat didudukkan, mulai mengambil benda tapi
sering lepas dengan menggunakan tangan mengepal, akan menyokong
berat badan pada saat posisi tengkurap.
3) Perkembangan Bahasa
Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, bermain dengan suara
tenggorokan dan mulai belajar vocal. Pada umur 3-6 bulan bayi akan
mencari suara yang ada diruangan, mengarahkan pandangan kepada arah
suara.
4) Perkembangan kognitif
Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang halus, mulai
mengulang gerakan yang menyenangkan (menghisap ibu jari). Pada umur
3-6 bulan bayi akan mengenali wajah objek yang lama, ketrampilannya
akan bertambah seperti menggenggam dan mengunyah.
20
5) Perkembangan psikososial
Bayi pada tahap oral, sebaiknya kebutuhan dipenuhi dengan segera, untuk
membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan sentuhan, kehangatan
dan kelembutan. Bayi juga dapat bermain dengan orang lain dapat
dimotivasi dengan keinginan bersenang-senang dan mendapatkan
kesenangan yang berhubungan dengan orang lain.
21
pada usia 3 tahun mempunyai keinginan yang besar untuk bebas melakukan
hal-hal yang disukainya. Pada umur 4 tahun dia dapat mengerti panjang dan
pendek, berat dan ringan dapat meneruskan imajinasi dan bercerita
mencakup fantasi dan realita, dapat menuliskan nama lengkap, dapat
menyebutkan umurnya sendiri, anak laki-laki pada usia ini sering
bertengkar secara fisik meliputi menendang, memukul, menggigit,
sedangkan anak perempuan lebih suka berteriak pada temannya ketika
tidak setuju. Sedangkan pada usia 5-6 tahun dia dapat mengidentifikasikan
warna, mulai lancar untuk berbicara mengklasifikasikan benda menurut
karakteristiknya.
22
4) Perkembangan kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak
dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda
mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita
sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung
melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk
menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin
bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah
mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misalnya ia melihat seekor naga
hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain
juga turut meyakininya. Sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak
mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual
mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk
terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual
dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang
lain, namun menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
5) Perkembangan sosial
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk
mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat
dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan
bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti
kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin.
Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa
lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan menceritakan masalahnya.
23
sekolah atau masyarakat, sehingga anak-anak tersebut mulai
hidup dengan bebas dan mencari tujuan serta tingkah laku diluar
rumah. Pada saat usia ini anak belajar untuk menghasilkan sesuatu
dan miulai untuk mengeksplor keinginan seperti mengkoleksi
binatang peliharaan dan bermain kartu. Anak usia sekolah
membutuhkan pengetahuan untuk keberhasilan mereka, contohnya
dalam hal prestasi belajar, partisipasi kelompok dalam mengembangkan
ketrampilan olah raga Jika seseorang anak tidak dapat meningkatkan
prestasi sesuai harapan orang tua, saat itulah pertama kali anak
belajar mengalami kegagalan dan bereaksi dengan ansietas dan
bermusuhan.
3) Perkembangan kognitif
Anak pada usia sekolah biasanya menggunakan kalimat induktif
“sebab” untuk memecahkan masalah yang baru, dapat mengerti
peristiwa yang terjasi, dapat menggunakan logika yang simpel seperti
masa volume berat, serta menguasai dasar-dasar matematika.
4) Perkembangan motorik
Pada anak usia 8 tahun dapat bekajar untuk menulis dengan
tangan, misalnya: menulis angka dan huruf dengan teliti,
menggambar dan mewarnai, anak usia ini juga dapat mengerjakan
pekerjaan rumah, berlari, melompat, mengendarai sepeda, berenang
dan mengikuti gerakan yang diajarkan seperti menari.
24
1) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan berat badan seiring dengan tinggi badan. Wanita pada
umur 10-14 tahun berat badannya akan bertambah 7-25 kg dengan rata-
rata 17,5 kg, sedangkan tinggi badannya akan bertambah 5-25 cm kira-
kira 95% dari tinggi badan yang dicapai pada permulaan menstruasi
sekitar umur 13 tahun dan rata-rata akan bertambah 20,5 cm,
sedangkan untuk laki-laki pada umur 11-14 tahun berat badannya akan
bertambah 7-30 kg dengan rata-rata 23,7 kg, sedangkan untuk
pertambahan tinggi badan yang paling puncak adalah pada umur 15
tahun dengan rata-rata 27,5 cm.
2) Proporsi tubuh
Bentuk tubuh seseorang dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
makanan yang dikonsumsi dan genetik orang tuanya.
3) Organ seks
Organ seks laki-laki dengan perempuan mencapai ukuran yang
matang pada akhir remaja tetapi fungsinya belum matang sampai
beberapa tahun kemudian.
4) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitf pada manusia terjadi pada umur 12-15
tahun, mereka akan mengembangkan keterampilan, kemampuan,
kerja sama dan komunikasi untuk membuat rencana menuju masa
depannya.
25
Untuk lingkar lengan adalah pengukuran tidak langsung terhadap massa otot.
Lingkar kepala untuk menentukan apakah terdapat pembesaran ukuran kepala,
diukur pada anak sampai berusia 36 bulan atau anak yang memiliki masalah
pada ukuran kepala.
a. Penampilan umum
Penampilan umum anak adalah kesan subjektif dan kumulatif penampilan
fisik anak, status nutrisi, perilaku, kepribadian. Perhatikan mimik wajah,
ekspresi wajah. Observasi postur, posisi, dan tipe pergerakkan tubuh (anak
yang kehilangan fungsi pendengaran atau penglihatan menagangkat kepala
dalam posisi yang kaku), perhatikan hygine, perilaku dan nutriai anak.
b. Kulit
kaji warna, tekstur, suhu dan turgor kulit atau tingkat elasitisitas kulit
c. Struktur Asesorius
Inspeksi warna, tekstur, kulaitas, distribusi dan elasitisitas rambut dan kulit
kepala. Rambut pada anak biasnya berkilau, halus, kuat, dan elastis.
Inspeksi warna, bentuk, tekstur dan kualitas kuku. Secara normal kuku
berwarna merah muda, konveks, halus, dan keras tetapi fleksibel.
d. Kelenjar limfe
Kelenjar limfe biasanya dikaji ketika bagian tubuh tempat kelenjar limfe
tersebut berada. Palpasi kelenjar dengan menggunakan bagian distal jari
dan secara lembut namun tegas, tekan dengan gerakkan
melingkarsepanjang letak normal kelenjar tersebut. Catat ukuran, mobilitas,
suhu, dan nyeri tekan jugalaporan orang tua tentang adanya perubahan
yang dapat dilihat dari pembesaran kelenjar. Pada anak kelenjar yang kecil
tidak nyeri dan hangat biasanya normal.kelenjar limfe yang teraa nyeri,
membesar dan dapat digerakkan biasanya menandakan infeksi atauinfeksi
atau inflamasi.
26
tengkorak untuk mengetahui kepatenan sutura, ubun-ubun, fraktur dan
pembengkakan.
f. Mata
Inspeksi struktur eksterna, yaitu penempatan kelopak yang tepat pada mata,
konjungtiva palpebra, sklera, kornea dan reaksi pupil terhadap cahaya.
Inspeksi struktur interna menggunakan oftalmoskop memungkinkan
visualisasi bagian dalam bola mata dengan sistem lensa dan cahaya
intensitas tinggi.
g. Telinga
Inspeksi struktur eksterna meliputi daun telinga yang disebut pina atau
aurikula, ukur kesegarisan tinggi pina. Secara normal, pina sedikit melebar
kearah luar tengkorak. Kecuali pada bayi baru lahir, telinga datar pada
kepala atau menonjol jauh dari kulit kepala dapat mengindikasikan masalah.
Inspeksi permukaan kulit disekitar telinga untuk mengetahui adanya lubang
kecil, tonjolan tambahan kulit, atau sinus. Kaji juga hygine telinga, lihat
saluran telinga eksterna untuk mengetahui adanya serumen. Inspeksi
struktur interna menggunakan otoskop untuk melihat membran timpani
dengan cahaya terang
h. Hidung
Inspeksi struktur eksterna dengan melihat kesimetrisan dan lubang hidung,
terdapat nafas cuping hidung, yang menandakan kesulitan dalam bernapas.
Pada inspeksi struktur interna dengan melihat bagian vestibulo anterior
hidung, perhatikan warna lapisan mukosa (normal berwarna lebih merah dari
oral), perhatikan adanya pembekakakan, keluaran, kekeringan atau
perdarahan. Inspeksi konka, meatus dan septum.
j. Dada
Inspeksi dada untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan, pergerakkan
dinding dada (harus simetris bilateral dan terkoordianasi dengan
27
pernapasan), perkembangan payudara, dan adanya gambaran tulang pada
dada yang dibentuk oleh strenum, inspeksi ruang interkostal, rongga toraks
(barrel chest, pigeon chest )
k. Paru
Paru terletak dalam rongga toraks, dengan satu paru pada setiap sisi
sternum. Setiap paru terbagi menjadi satu apeks, yang agak meruncing dan
agak tinggi dari iga pertama. Inspeksi paru terutama meliputi observasi
pergerakkan pernapasan (kecepatan, irama, kedalaman, dan kualitas
pernapasan, perhatikan karakter bunyi napas. Lakukan perkusi pada paru,
resonan terdengar pada semua lobus paru yang tidak berada dekat dengan
organ lain. Auskultasi dengan stetoskop untuk mengevaluasi suara napas
apakah terdapat suara napas tambahana misal ronkhi dan mengi.
l. Jantung
Jantung terletak dalam rongga toraks diantara paru pada mediastinum dan
diatas diagfragma. Sekitar dua pertiga bagian jantung terletak di dalam sisi
kiri rongga dada, dengan satu pertiga bagian pada bagian kanan melewati
sternum. Kaji waktu pengisian kapiler dan auskultasi bunyi jantung (kualitas,
intensitas, frekuensi, irama, dan sinus aritmia.
m. Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, diikuti dengan auskultasi,
kemudian palpasi. Lakukan palpasi terakhir karena hal tersebut dapat
mengaggu bunyi normal abdomen. Membuat garis imajiner rongga abdomen
menjadi empat kuadran. Inspeksi kontur abdomen dengan anak pada posisi
tegak dan terlantang. Observasi pergerakkan abdomen (normlanya
pergerakkan dada dan abdomen sinkron) kaji umbilkus ( ukuran, kebersihan,
dan adanya tanda-tanda abnormalitas) perhatikan apakah terdapat hernia
umbilikalis, hernia inguanalis, dan hernia femoralis. Auskultasi peristaltik
usus atau bising usus, catat tidak adanya bisng usus atau hiperperistaltik.
Lakukan palapasi superfisial, palpasi dalam dan palpasi nadi femoralis.
n. Genetalia
Pemeriksaan genetalia lebih nyaman dilakukan mengiringi pengkajian
andomen pada saat posisi masih terlentang. Pada remaja inspeksi genetalia
28
dapat dilakukan pada akhir pemeriksaan. Pada pemiriksaan genetalia
pakailah sarung tangan dan perhatikan privasi pasien.
o. Anus
Setelah pemeriksaan genetalia, area anal lebih mudah diperiksa, walaupun
anak harus diposisikan telungkup, perhatikan kesimetrisan, lipatan gluteal.
Kaji tonus spinkter anal dengan merangsang refleks anal. Sentuh perlahan
pada area anal menyebabkan kontraksi cepat nyata dari sfinkter anal
eksterna.
2. Pengkajian Neurogis
Pengkajian sistem saraf merupakan bagian paling luas dan paling beragam dari
proses pemeriksaan, karena setiap fungsi manusia baik fisik maupun emosional,
dikontrol oleh impuls-impuls neurologis. Pengakijian neurologis meliputi
pemeriksaan refleks dan saraf kranial.
3. Pengkajian perkembangan
Salah satu kompenen paling penting dalam penilaian kesehatan komplit adalah
pengkajian fungsi perkembngan. Prosedur skrining dirancang untuk
mengidentifakasi secara cepat dan dapat diandalkan anak untuk tingkat
perkembangan dibawah normal untuk usia mereka dan memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Adapun pengkajian perkembangan yang digunakan adalah Denver II,
uji skrinning perkembangan yang digunakan paling luas untuk anak kecil
29
merupakan rangkaian pengujian yang dikembangkan oleh Dr. Wiiliam
Frankenburg dan koleganya di Denver, Colorado. Uji yang paling tua dan paling
dikenal, Denver Development Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R,
telah direvisi, distandarisasi ulang dan berganti nama Denver II.
30
1. Prinsip Dari Pedoman Manajemen Terpadu Kasus Klinis
Pedoman MTBS didasari oleh prinsip berikut:
a. Semua balita sakit umur sampai 5 tahun diperiksa untuk tanda bahaya umum
dan semua bayi muda diperiksa untuk tanda-tanda penyakit sangat berat.
Tanda-tanda ini menunjukkan perlunya rujukan segera atau dirawat di rumah
sakit.
b. Anak dan bayi kemudian dinilai untuk gejala utama. Untuk anak yang lebih tua,
gejala utama termasuk batuk atau kesulitan bernapas, diare, demam, dan
infeksi telinga. Untuk bayi muda, gejala utama meliputi infeksi bakteri lokal,
diare, dan ikterus. Sebagai tambahan, semua anak secara rutin dinilai status
gizi dan imunisasinya serta masalah potensial lainnya.
c. Hanya menggunakan tanda-tanda klinis dalam jumlah terbatas, dipilih
berdasarkan sensitivitasnya dan spesivisitasnya untuk mendeteksi penyakit.
d. Suatu kombinasi dari tanda-tanda individual mengarah pada satu klasifikasi
anak dalam satu atau lebih kelompok gejala, dan bukan satu diagnosa.
Klasifikasi penyakit didasarkan pada sistem triase dengan kode warna: “Merah
muda“ menunjukkan perlunya rujukan segera sedangkan “kuning“
menunjukkan diperlukannya pengobatan spesifik pada pasien rawat jalan, dan
“hijau“ menunjukkan perawatan di rumah.
e. Prosedur tatalaksana dari MTBS menggunakan obat-obat esensial dengan
jumlah terbatas dan mendorong partisipasi aktif dari pengasuh anak dalam
menangani anak.
f. Suatu komponen esensial dari MTBS adalah konseling bagi ibu/pengasuh
anak berkaitan dengan perawatan di rumah, pemberian makan dan cairan
yang tepat, dan kapan harus kembali ke klinik, dengan segera atau untuk
tindak lanjut.
Proses MTBS dapat digunakan oleh dokter, perawat dan profesi kesehatan lain
yang memeriksa bayi muda dan balita, pada fasilitas kesehatan dasar, seperti
klinik, puskesmas, puskesmas pembantu atau di unit rawat jalan rumah sakit
(Khusus di rumah sakit, yang ditekankan adalah cara pendekatan yang
komprehensif dari MTBS).
31
2. Langkah-Langkah Dalam Manajemen Terpadu Kasus
Proses manajemen terpadu kasus dalam MTBS terdiri dari sejumlah langkah yang
harus diambil oleh petugas kesehatan untuk memastikan penanganan kasus secara
efektif.
a. Langkah 1: Penilaian
Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan
menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk menanyakan kepada ibu
tentang masalah anaknya dan membuat penilaian terhadap kondisi anak. Pertama
kali, petugas kesehatan memeriksa adakah tanda bahaya umum yang
menunjukkan kondisi yang mengancam jiwa. Pada bayi muda, petugas kesehatan
memeriksa apakah ada tanda penyakit sangat berat dan infeksi bakteri lokal.
Petugas kesehatan kemudian mengajukan pertanyaan spesifik tentang kondisi
paling umum yang mempengaruhi kesehatan anak. Jika jawabannya positif,
petugas perlu memeriksa anak dengan tepat. Satu bagian esensial dari penilaian
adalah memeriksa status gizi anak dan status imunisasinya. Penilaian mencakup
juga memeriksa masalah kesehatan lain.
b. Langkah 2: Membuat Klasifikasi
Berdasarkan hasil penilaian, petugas kesehatan membuat klasifikasi penyakit
menggunakan suatu sistem triase dengan kode warna yang dikembangkan secara
khusus. Karena banyak anak mengalami lebih dari satu kondisi, setiap kondisi
diklasifikasikan sesuai dengan apakah kondisi itu membutuhkan:
32
2) Jika seorang anak membutuhkan pengobatan spesifik (klasifikasi kuning),
dibuat rencana tindakan dan ditentukan obat yang harus diberikan di klinik.
Ditentukan isi dari nasihat yang akan diberikan kepada ibu
3) Jika tak ditemukan kondisi serius (klasifikasi hijau), ibu harus dinasihati dengan
benar tentang tindakan tepat yang harus diambil dalam merawat anaknya di
rumah
d. Langkah 4: Memberi Pengobatan
Setelah menentukan tindakan yang tepat, petugas kesehatan melaksanakan
prosedur yang diperlukan sesuai dengan kondisi anak. Petugas kesehatan:
1) Memberi tindakan pra-rujukan untuk anak sakit yang dirujuk.
2) Memberi dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
membutuhkan pengobatan khusus, dan mengajari ibu cara meminumkan obat,
cara pemberian makan dan cairan selama anak sakit, dan cara menangani
infeksi lokal di rumah.
3) Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.
4) Jika perlu, mintalah ibu atau pengasuh anak yang lain agar kembali
berkunjung bersama anaknya untuk tindak lanjut, pada waktu yang telah
ditentukan.
b. Langkah 5: Konseling
Jika ditentukan perlu perawatan tindak lanjut, petugas kesehatan memberitahu ibu
kapan harus kembali ke klinik, dan juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-
tanda yang menunjukkan kapan anak harus segera dibawa ke klinik. Bila
diperlukan, petugas kesehatan menilai pemberian makan termasuk praktik
pemberian ASI dan memberikan konseling untuk mengatasi masalah yang
ditemukan dalam pemberian makan. Konseling meliputi juga untuk kesehatan ibu
sendiri.
c. Langkah 6: Tindak Lanjut
Beberapa anak perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu episode sakit saat ini.
Proses penatalaksanaan kasus dari MTBS membantu mengidentifikasi anak yang
memerlukan kunjungan ulang. Jika anak tersebut dibawa kembali ke klinik,
petugas kesehatan memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang disebutkan
dalam pedoman MTBS dan bila perlu nilai kembali anak jika ada masalah baru.
33
E. Asuhan keperawatan dan Patofisiologi pada neonatal serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga):
1. Asuhan keperawatan pada pada Bayi Risiko tinggi
a. Definisi
Bayi risiko tinggi didefinisikan sebagai bayi baru lahir, tanpa memperhitungkan
usia gestasi atau berat badan, yang memiliki kemungkinan lebih besar morbiditas
atau mortalitas.
b. Klasifikasi
Bayi risiko tinggi diklasifikasikan sesuai berat badan, usia gestasi, dan masalah
patofisiologi yang menonjol. Berikut terminologi khusus untuk menggambarkan
status perkembangan bayi baru lahir:
a. Klasifikasi menurut ukuran
b. Klasifikasi menurut usia gestasi
c. Klasifikasi menurut mortalitas
34
2. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (WHO, 1961). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Sofian, 2012). Bayi BBLR merupakan bayi
risiko tinggi yaitu bayi baru lahir, tanpa memperhitungkan usia gestasi atau berat badan,
yang memiliki kemungkinan lebih besar morbiditas atau mortalitas.
b. Beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang berhubungan, yaitu :
1) Faktor ibu
2) Faktor kehamilan
3) Faktor janin
35
Alur resusitasi neonatus
0 1 2 NILAI
Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Retraksi Tidak Ada Retraksi Ringan Retraksi Berat
Sianosis Tidak Sianosis Hilang dengan O2 Menetap walaupun diberi
O2
Air Entry (Udara Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara masuk
Masuk) biletaral baik udara masuk
Merintih Tidak merintih Terdengar dengan Terdengar tanpa alat
stetoskop bantu
TOTAL NILAI
36
Untuk menilai adanya gawat napas pada bayi, maka dilakukan penilaian menggunakan tabel
down score. Nilai total untuk mengidentifikasi derajat kegawatan napas.
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan (membutuhkan O2 nasal)
Skor >6 : gangguan pernapasan berat (Membutuhkan pemeriksaan Analisa Gas Darah)
F. Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi peradangan pada system respirasi anak serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga)
1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asma
Definisi
Asma adalah keadaan klinik yang menunjukan meningkatnya respon trakea dan bronkus
yang menyebabkan penyempitan jalan napas akibat dari bronkospasme, edema mukosa,
dan hipersekresi mucus yang kental.
37
G. Patofisiologi peradangan pada system digestif dan asuhan keperawatan anak serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga):
1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare
Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali
pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah (Wong, 2008). Penatalaksanaan diare menurut Kementerian kesehatan
RI (2010) yaitu dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare – LINTAS
DIARE).
38
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intracranial (AAP, 2009).
Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan
elektrolit atau metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam. Kejang demam terjadi
pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun
Motorik (Gerakan)
(6) : spontan
(5) : menarik (karena sentuhan)
(4) : menarik (karena rangsangan nyeri)
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
39
Skenario The Seven Jump
Seorang anak perempuan usia 4 tahun dirawat di ruang rawat anak sejak 2 hari
yang lalu, karena mengalami demam tinggi. Hasil pengkajian, perawat
menemukan bahwa anak tersebut tidak pernah diimunisasi. Selama rawatan,
anak tampak menangis, berteriak dan menolak untuk diperiksa oleh perawat dan
dokter. Ibu mengatakan anaknya mulai mengompol lagi sejak sakit, meskipun
sudah pernah berhasil toilet training. Maka perawat berupaya mengajak anak
bermain sesuai tahap perkembangan untuk mengurangi reaksi hospitalisasi pada
anak. Perawat juga mempersiapkan untuk memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga mengenai pedoman antisipasi sesuai usia anak, sibling rivalry,
negativisme, temper tantrum, dan child abuse.
40
Kompetensi pada ISS 2
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan Diare (definisi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan (Lintas Diare), asuhan
keperawatan)
(Tutor: Ns. Darmawati, M.Kep. Sp.Mat)
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia (definisi, gambar sistem
pernapasan, klasfikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, asuhan
keperawatan)
(Tutor: Ns. Dewi Hermawati, M.Kep., Sp.Mat)
7. Asuhan keperawatan pada anak dengan Meningitis (definisi, etiologi, gambar
anatomi selaput otak, manifestasi klinis, patofisiologi, penilaian GCS pada anak,
penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Sufriani, M.Kep.,Sp.Kep.An)
8. Asuhan keperawatan pada anak dengan Kurang Kalori dan Protein (Marasmus dan
Kwashiorkor) (definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan,
asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Aida Fitri, M.Kep)
41
Kelompok Tugas
Kelompok 4 : Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit campak
Kelompok 5 : Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit cacar dan scabies
TUGAS INDIVIDU:
Buat makalah yang memuat pembahasan tentang :
1. Komunikasi pada anak (bayi, toddler, preschool, school, adolescent)
2. Teori model keperawatan pada anak (model konservasi Levine dan Teori Kathryn
E.Barnard)
42
B. PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK I
2. Tujuan
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang masalah kesehatan
anak
b. Untuk mendapatkan data yang komprehensif
c. Untuk membuat penilaian klinis
6. Prosedur
Lihat kulit a. Pada saat lahir, merah terang, a. Ikterik neonatus setelah 48
menggembung halus jam pertama
b. Hari kedua sampai ketiga b. Ekimosis atau ptekie karena
merah muda, mengelupas trauma kelahiran
dan kering c. Milia (kelenjar sebasea
c. Verniks kaseosa terdistensi tampak sebagai
d. Lanugo papula putih kecil pada pipi,
e. Edema disekitar mata wajah, dagu dan hidung
kaki, punggung tangan, d. Miliaria atau sudamina
telapak dan skrotum atau (kelenjar keringat
labia terdistensi/ekrin yang tampak
f. Wajah, bibir dan selaput sebagai vesikel menit
lendir, dada harus berwarna khususnya pada wajah
merah muda, tanpa adanya e. Eritema toksikum (ruam
kemerahan atau bisul popular merah muda dengan
g. Perubahan warna normal: vesikel yang tumpang tindih
akrosianosis (sianosis tangan pada dada punggung bokong
dan kaki) dan abdomen dapat tampak
dalam 24-48 jam dan hilang
setelah beberapa hari
f. Perubahan warna Harlequin
(perubahan warna jelas
terlihat saat bayi berbaring
miring setengah bawah dari
tubuh menjadi merah muda
dan setengah atas pucat
g. Nevus Flammeus (merah
kebiruan gelap biasanya
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
pada leher dan wajah
h. Mongolian spots (area
ireguler pigmentasi biru tua,
biasanya pada bagian sacral
dan gluteal terlihat terutama
pada bayi baru lahir dari
orang asli Amerika, Afrika,
Asia, atau keturunan
Hispanik
i. Telangiektatik nevi/ gigitan
bangau (area terlokalisir
merah muda dalam, datar
biasanya terlihat dibagian
belakang leher
Lihat punggung a. Kulit terlihat utuh, tidak Feses cair hijau pada bayi di
dan raba tulang terdapat lubang dan bawah fototerapi
belakang benjolan pada tulang
belakang
b. Spina utuh, tidak ada lubang
c. Refleks melengkung batang
tubuh
d. Lubang anal paten
e. Lintasan mekonium dalam 36
jam
Ekstremitas a. Sepuluh jari tangan dan jari a. Sindaktili parsial antara jari
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
kaki kaki kedua dan ketiga
b. Rentang gerak penuh b. Jari kaki atau tangan kedua
c. Punggung kuku merah tumpang tindih dengan jari
muda dengan sianosis kaki atau tangan ketiga
sementara setelah lahir c. Panjang jari kaki atau tangan
d. Fleksi ektremitas atas dan asimetris
bawah
e. Telapak biasanya datar
f. Ekstremitas simetri
g. Tonus otot sama secara
bilateral
h. Nadi brakialis bilateral sama
PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu selama pemeriksaan
d. Lakukan pendekatan pada anak
2 Siapkan peralatan
3 Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, dan mulai pemeriksaan
4 Lihat postur, tonus dan aktivitas
5 Lihat area kulit
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika
6 bayi sedang tidak menangis
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri
7 setinggi apeks kordis
8 Lakukan pengukuran suhu aksila dengan thermometer
9 Lihat dan raba bagian kepala
10 Periksa bagian mata
11 Periksa bagian telinga
PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
12 Periksa bagian hidung
13 Lihat mulut dan tenggorokan: periksa palatum dan sucking refleks
14 Periksa bagian leher
15 Periksa bagian dada
16 Periksa paru-paru dan pernapasan
17 Periksa area jantung
18 Lihat dan palpasi abdomen
19 Lihat tali pusat (umbilikus)
20 Lihat punggung dan raba tulang belakang
21 Periksa bagian Ekstremitas
22 Periksa area genetalia: L a ki -l aki , Perempuan
23 Periksa lubang anus
24 Timbang bayi
25 dan lingkar kepala bayi
26 Merapikan bayi, mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin, dan
terminasi pada orangtua
27 Mencuci tangan
28 Dokumentasi tindakan
Aspek
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
yang
dinilai
Warna Kulit Seluruh badan biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh,
(Appearance) atau pucat normal merah tangan, dan kaki
muda, tetapi normal merah
tangan dan kaki muda, tidak ada
Denyut Jantung tidak ada <100 kali
kebiruan >100 kali permenit
sianosis
(Pulse) permenit
Respon Reflek tidak ada respons meringis atau Meringis/ bersin/
(Grimace) terhadap menangis lemah batuk saat stimulasi
stimulasi ketika distimulasi saluran napas
Tonus Otot lemah atau tidak sedikit gerakan bergerak aktif
(Activity) ada
Pernafasan tidak ada lemah atau tidak menangis kuat,
(Respiration) teratur pernapasan baik
dan teratur
d. Interpretasi skor APGAR
Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui:
a. Nilai Apgar 7-10 disebut asfiksia ringan (Vigorous baby).
b. Nilai Apgar 4-6 disebut asfiksia sedang. Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas.
c. Nilai Apgar 0-3 disebut asfiksia berat. Memerlukan tindakan medis yang lebih
intensif.
PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Cuci tangan dan gunakan hand schoon
2 Inspeksi warna kulit ((Appearance)
3 Ukur denyut jantung menggunakan stetodkop pada apeks kordis
(Pulse)
4 Inspeksi respon bayi saat distimulasi (saat jalan napas bayi
dibersihkan) (Grimace)
5 Inspeksi tonus otot (Activity)
6 Inspeksi usaha bernapas (Respiration)
7 Jumlahkan skor dari kelima penilaian tersebut
8 Interpretasi skor Apgar
9 Lakukan penilaian ulang pada menit kelima
Dokumentasikan dengan menulis nilai menit pertama dan menit
10 kelima menggunakan garis miring. Cth: 7/9
11 Mencuci tangan
Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................
22
d. Prosedur
Skala Ballard terdiri dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan karakteristik
neuromuscular dan karakteristik fisik. Pemeriksaan maturitas
neuromuscular terdiri dari 6 karakteristisk/tanda, sedangkan pemeriksaan
fisik eksternal terdiri 7 karakteristik/tanda.
1) Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam table Ballard dan
berikan nilai untuk setiap tanda dengan skor (nilai) dari 0 hinga 5.
2) Selanjutnya skor dijumlahkan. Skor kumulatif disesuaikan dengan
table Rentang Maturitas yang terdiri dari 20 sampai 40 minggu
(lihat kotak rentang maturitas pada skala)
Maturitas Neuromuskular
Maturitas Fisik
-1 0 1 2 3 4 5
Kulit Lengket, Mirip Berwarna Kulit Retak,Kencang Kasa,
mudah gelatin merah mengelup area retak- retak,
terkelupas merah, muda, as dan/ pucat,retak yang keriput
, translusen halus, ruam vena dalam,
transpara vena superficial jarangvena
n tampak , tampak tidak
jelas sedikit terlihat
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Tipis
vena Terdapat Sebagian
area besar
botak botak
Permukaa Tumit- > 50 Pucat, Lipatan Lipatan Lipatan
n plantar jempol mm, tanda hanya terdapat terdapat
kaki: tidak kemeraha terdapat pada hampir
ada n pada 2/3 bagian di seluruh
40-50mm lipatan area anterior telapak
= -1 tranversu kaki
Mammae Tidak Sedikit Areola Areola
m anterior Areola Areola
terlihat
<40 mm= terlihat datar, tipis, menonjol tampak
-2 tidak ada putting puting penuh,
putting sebesar sebesar putting
1-2 mm 3-4 mm sebesar
5-10 mm
Mata/ Kelopak Kelopak Daun Daun Recoil Telinga
telinga mata mata telinga telinga cepat kaku,
menutup, terbuka, sedikit melengku dan kartilago
longgar: - daun melengku ng baik, menetap tebal
1, rapat: - telinga n g, lunak tapi
2 datar, lembut mudah
tetap recoil recoil
Genetalia Skrotum Skrotum
terlipat Testis
lambat Testis Testis Testis
laki-laki datar, kosong, berada menurun, telah terjumbai,
lembut rugae tipis pada ruge turun, ruge
saluran sedikit ruge baik yang
atas, dalam
rugae
-1 0 1 2 3 4 5
Genealia Klitoris Klitoris Klitoris Labia Labia Labia
perempua menonjol. menonjol, menonjol, mayora mayora mayora
n Labia labia labia dan labia besar, menutupi
datar minora minora minora labia labia
tampak tampak sama minora minora
kecil membesa menonjol kecil dan
r nya klitoris
Rentang Maturitas
Nilai minggu
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
Panduan pemeriksaan karakteristik maturitas
15 30 neuromuscular pada Ballard skore
20 32 a. Penilaian maturitas neuromuscular
1) Postur (posisi istirahat)
25 34
a) Bayi dalam kondisi tenang dan posisi terlentang.
30 36 b) Observasi derajat fleksi lengan dan kaki.
35 38 Tonus otot dan derajat fleksi meningkat sesuai
maturitas. Fleksi penuh lengan dan kaki= 4
40 40
45 42
50 44
5) Tanda skarf
a) Bayi diletakkan dalam posisi terlentang
b) Tarik lengan bayi ke dada menuju bahu bayi yang berada pada sisi yang
berlawanan, hingga adanya tahanan.
6) Heel to ear (Tumit ke telinga)
a) Bayi diletakkan dalam posisi terlentang
b) Secara lembut tarik kaki menuju telinga, hingga adanya tahanan.
c) Tentukan/kaji derajat eksistensi lutut dan kedekatan kaki ke telinga
d) Pada bayi premature tidak ditemukan tahanan.
e) Jika bayi baru lahir dengan presentasi sungsang, pengkajian ini harus
ditunda hingga tungkai posisinya kembali lebih normal.
b. Penilaian fisik
1) Kulit
Pada neonatus preterm kulit tampak tipis dan transparan, vena menonjol di
abdomen pada awal masa kehamilan. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket
ke jari pemeriksa. Dengan bertambahnya usia kehamilan kulit menjadi
lebih halus, dan menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix
yang menghilang pada akhir kehamilan.
2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada
premature ekstrim kulit janain sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai
tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak,
terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28.
Pada saat melakukan scoring, pemeriksa hendaknya menilai lanugo pada
daerah yang mewakili jumlah realatif lanugo bayi yaitu di daerah atas
dan bawah punggung bayi
3) Permukaan plantar
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis telapak
kaki. Untuk menilai maturitas fisik bayi, maka dipakai ukuran panjang dari
ujung jari hingga tumit (seperti pada table)
4) Areola
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik
akibat pertumbuhan papilla. Kemudian dilakukan palpasi jaringa mammae
dibawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameter
5) Bentuk telinga dan kartilago
Lakukan palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun
telinga ke awarh wajah, kemudian lepaskan. Pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika di lepaskan ke posisi semula.
Pada bayi premature daun telinga biasanya akan tetap terlipat.
6) Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk menilai kematangan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra
superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada
bayi premature, palpebra menempel satu sama lain.
7) Genital
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam
scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun
mendahului testis kanan. Kedua testis sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34
kehamilan.
Untuk memeriksa genetalia neonates perempuan maka neonates harus
diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis
horizontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora
dan klitoris tamapk lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkan
keduanya
tertutupi oleh labia mayora.
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PENGKAJIAN BALLARD SCORE
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar benar
1 Cuci tangan
Pemeriksaan Karakteristik Neuromuscular
Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam tabel Ballard maturitas neuromuskular dan berikan nilai
untuk setiap tanda dengan skor (nilai) dari -1 hingga 5
2 Memeriksa Posture
3 Memeriksa square window
4 Memeriksa arm recoil
5 Memeriksa popliteal angle
6 Memeriksa scarf sign
7 Memeriksa heel to ear
Pemeriksaan Karakteristik Fisik
Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam tabel Ballard maturitas fisik dan berikan nilai untuk setiap
tanda dengan skor (nilai) dari -1 hingga 5
8 Memeriksa Kulit
9 Memeriksa Lanugo
10 Memeriksa Permukaan plantar
11 Memeriksa Mammae
12 Memeriksa Mata/telinga
13 Memeriksa Genetalia pada laki-laki atau perempuan
Jumlahkan hasil seluruh penilaian, dan tentukan usia
14 gestasi sesuai tabel rentang maturitas yang terdiri dari
usia 20 sampai 40 minggu
15 Mencuci tangan
16 Dokumentasi tindakan
b. Tujuan
Untuk mengetahui pertumbuhan janin sesuai usia gestasi, dan memperediksi
masalah kesehatan neonatus
c. Prosedur
a. Tentukan usia gestasi bayi baru lahir berdasarkan dari HPHT ibu (Hari
Pertama Haid Terakhir) atau berdasarkan hasil pemeriksaan kematangan
fisik dan neuromuscular pada pemeriksaan Ballard Score
b. Timbang atau lihat dokumentasi berat badan bayi baru lahir
c. Bandingkan usia gestasi dengan berat badan lahir kedalam grafik Lubhenco
d. Tentukan titik perbandingan tersebut dan kategori neonatus berdasarkan
posisinya pada angka persentil pada grafik.
Grafik lubhenco
NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
Tentukan usia gestasi bayi baru lahir berdasarkan dari HPHT ibu
1 atau hasil Ballard score
2 Timbang atau lihat dokumentasi berat badan bayi baru lahir
3 Bandingkan usia gestasi dengan berat badan lahir kedalam grafik
Lubhenco
4 Tentukan titik perbandingan tersebut dan kategori neonatus
berdasarkan posisinya pada angka persentil pada grafik.
5 Dokumentasi hasil penilaian
2) Hidung
a) Bersin: Respons spontan saluran hidung terhadap iritasi atau
obstruksi, refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
b) Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
4) Ekstremitas
a) Reflex palmar grasping (Reflek Menggenggam)
Sentuhan pada telapak tangan bayi dekat dasar jari menyebabkan
fleksi jari tangan dan menggenggam benda sentuhan tersebut. Reflek ini
muncul pada usia 5-6 bulan dan akan berkurang setelah usia 3 bulan,
digantikan dengan gerakan volunter, genggaman plantar berkurang
pada usia 8 bulan.
b) Reflek Babinski
Tekanan ditelapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan haluks
dorsofleksi, refleks ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
c) Reflek plantar/ plantar grasp
Reflek ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di
telapak kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk secara erat. Reflek
ini muncul
sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar 1
tahun.
d) Klonus pergelangan kaki
Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut pada
posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua
gerakan oskilasi (denyut), akhirnya tidak boleh ada denyut yang
teraba.
5) Massa
(Tubuh)
a) Moro
Reflek ini terjadi jika kepala bayi terangkat
tiba-tiba, atau suhu tubuh bayi berubah
drastic atau pada saat bayi dikagetkan
oleh suara yang keras. Kaki dan tangan
akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan
tersentak le atas dan ibu jarinya bergerak
fleksi. Kedua lengan akan terangkat dan
tangan seperti ingin mencengkeram atau
memeluk tubuh dan bayi menangis keras.
Refleks ini akan hilang setelah usia 3-4 bulan, meskipun terkadang akan
menetap hingga usia 6 bulan. Bila reflek ini tidak ada pada kedua sisi
tubuh (bilateral) menandakan adanya kerusakan pada system saraf
pusat, sementara bila tidak adanya reflek ini pada unilateral (satu sisi
saja) dapat menunjukkan adanya trauma persalinan seperti
fraktur klavikula.
b) Perez
Saat bayi telungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang
medulla spinalis dari sacrum ke leher, bayi berespons dengan
menangis, memfleksikan ekstremitas, dan meninggikan pelvis dan
kepala, lordosis tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan
urinasi. Reflek ini akan hilang pada usia 4-6 bulan.
d) Neck-righting
Jika bayi telentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut, diikuti dengan pelvis.
Reflek ini menghilang pada usia 10 bulan.
e) Otolith-righting: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala
kembali tegak, posisi tegak.
h) Merangkak
Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (telungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki, harus hilang kira-kira pada
usia 6 minggu.
i) Placing
Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki
dengan tiba-tiba ditempatkan di atas objek keras, seperti meja, kaki
mengangkat seolah-olah telapak melangkah di atas meja, usia
hilangnya refleks ini bervariasi.
7. Persiapan alat:
a. Stetoskop (usahakan dalam kondisi hangat)
b. Tangan pemeriksa (dalam kondisi hangat dan kuku pendek
c. Sarung tangan
d. Tirai atau selimut penutup
e. Spekulum
f. Perlak
g. Bengkok
b. Observasi
1) Walaupun anak tidak / belum dapat berkomunikasi, informasi tetap
dapat diperoleh dengan cara melakukan observasi
2) Lakukan observasi sejak anak tersebut masuk ke dalam ruang periksa &
catat semua hasil observasi di dalam rekam medic
3) Intinya: pada anak, informasi lebih banyak diperoleh melalui observasi
c. Posisi
1) Pemeriksaan dapat dilakukan pada saat anak dipangku atau digendong
2) Perhatikan untuk beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan dengan
posisi tidur.
3) Guna melindungi rasa takut, pemeriksaan dapat dilakukan dari
belakang tubuh si anak.
d. Buka baju
1) Baju dibuka secara bertahap untuk mencegah kedinginan atau
perasaan malu pada anak yang lebih besar
2) Minta orangtua yang menbukakan baju dan memasukkan
thermometer di bawah ketiak anak
3) Tetap hargai anak yang tidak mau membuka bajunya
e. Pemeriksaan
1) Mulai pemeriksaan dari bagian tubuh yang paling kecil
kemungkinannya untuk terasa sakit/tidak nyaman
2) Pemeriksaan telinga dan tenggorokan dilakukan paling akhir
3) Upayakan agar pemeriksa sudah mempunyai alur pemeriksaan
yang baku yang dapat diterapkan pada setiap anak yang diperiksa.
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
KEADAAN UMUM Tingkat kesadaran anak:
Kesan keadaan sakit kompos mentis, apatis,
a. Lebih bersifat somnolen, sopor, dan
subjektif delirium
b. Perhatikan ekspresi
wajah
c. Perhatikan posisi dan
aktivitas anak
Kesadaran
a. Nilai saat anak bangun
b. Tentukan tingkat
kesadaran anak;
c. Pada tahap ini,
perhatikan pula status
mental, perilaku anak,
kelainan yang tampak
SUHU
- Gunakan termometer - Suhu sedikit - Demam ringan
merkuri meningkat saat sampai hiperpireksia:
- Bisa diletakkan di mulut anak menangis, indikasi infeksi bakteri,
(1 menit), aksila (3 setelah makan, virus, protozoa,
menit), dan rektum (3 bermain, atau dehidrasi, heat stroke,
menit). gelisah. trauma otak, tumor
- Baca termometer 10 – otak, keganasan,
15 detik setelah penyakit jaringan ikat,
pengukuran. reaksi transfusi, reaksi
obat.
- Hipertermia
- Hipotermia
KULIT
- Observasi kulit - - Vitiligo: daerah kulit
pada cahaya matahari yang mengalami
alami atau lampu dengan depigmentasi
sinar netral. - Sianosis tampak
- Paling baik dilihat bila kadar
pada telapak tangan / hemoglobin
kaki, kuku, mukosa reduksi >5 g/dl
mulut, atau konjungtiva. - Ikterik terlihat bila
- Perhatikan kelembaban, kadar bilirubin >2
kehalusan, mg/dl (bayi / anak).
kekasaran, integritas, - Kulit kuning
dan suhu. mengindikasikan
- Kaji turgor kulit hemolisis, hepatitis,
dengan cara mononukleosis
menggenggam kulit infeksiosa,
abdomen dengan jari, leptospirosis, sifilis,
tarik, dan lepaskan kongenital, obsruksi
dengan cepat. empedu.
- Dermatitis atopik
sering
terdapat di pipi atau
dahi
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu selama pemeriksaan
3 Lakukan pendekatan kepada anak
4 Cuci tangan
5 Mulai pemeriksaan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
6 Obsevasi keadaan umum anak
7 Hitung nadi selama 1 menit penuh
8 Hitung tekanan darah
9 Kaji pernapasan
10 Kaji suhu tubuh
11 Periksa area kulit
12 Periksa bagian kepala dan ukur lingkar kepala
13 Periksa area leher
14 Periksa telinga
15 Periksa bagian mata
16 Periksa bagian hidung
17 Periksa mulut
18 Kaji bagian thoraks dan paru-paru
19 Periksa area abdomen
20 Periksa anus
21 Kaji sistem reproduksi
22 Kaji sistem muskuloskeletal
23 Terminasi dengan pasien dan keluarga, ucapkan Alhamdulillah
24 Mencuci tangan
25 Dokumentasi tindakan
c. Indikasi: anak balita sehat, anak yang sakit, pasien dengan masalah gizi
5. Prosedur
Berikut akan diuraikan beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak.Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil.Sehingga indeks BB/U lebih mengambarkan status gizi seseorang saat ini.
1) Tanyakan tanggal lahir anak, lalu hitung usia sesuai dengan tanggal
pemeriksaan
2) Ukur berat badan anak (Review materi sebelumnya)
3) Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/U sesuai usia dan
jenis kelamin anak
4) Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan usia anak menggunakan tabel
atau grafik BB/U (weight-age)
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut pengkategorian
status gizi dengan indeks BB/U
No Kategori BB/U
1. Gizi Lebih > +2 SD
2. Gizi Baik >-2 SD sampai +2 SD
3. Gizi Kurang < -2SD sampai ≥ -3SD
4. Gizi Buruk < -3 SD
Menggunakan Mikrotoa
(a) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
(b) Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan dilakukan, mengapa
perlu dilakukan, serta meminta pasien untuk bekerja sama
(c) Tempelkan dengan paku mikrotoa pada dinding yang lurus datar setinggi
tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
(d) Mengatur posisi anak
(1) Sewaktu diukur, anak tidak boleh memakai alas kaki dan penutup
kepala
(2) Anak berdiri membelakangi dinding
(3) Posisi anak bebas, tidak sikap tegap seperti tentara
(4) Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke badan
(5) Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat
(6) Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding
(7) Anak menghadap dengan pandangan lusus ke depan
(e) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding
(f) Baca angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi badan anak yang diukur.
(g) Catat hasil pengukuran pada lembar pengkajian atau pencatatan pada
mikrotoa
Gambar 6. Mikrotoa Gambar 7. Membaca angka
Menggunakan Meteran
(a) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
(b) Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan dilakukan, mengapa
perlu dilakukan, serta meminta pasien untuk bekerja sama
(c) Pilihlah lantai yang rata dan tegak lurus dengan lantai (90 o). jangan pilih
dinding yang bagian bawahnya menonjol
(d) Pasang pita meteran tegak lurus pada dinding dengan angka 0 cm berada
tepat di lantai dan angka 150 cm berada di atas
(e) Periksa bahwa pita meteran sudah menempel seluruhnya di dinding,
menggunakan paku kecil atau dengan alat perekat pada beberapa bagian.
(f) Periksa apakah pita meteran sudah terpasang tegak lurus. Gunakan
benang yang ujungnya diberi pemberat (paku, batu kecil). Ujung benang
bagian atas digantung bersamaan dengan ujung pita meteran
(g) Meteran dan bagian bawa benang dibiarkan menggantung bebas. Dengan
adanya pemberta maka benang akan tegak lurus. Sejajarkan pita meteran
dengan benang, dengan demikian pita meteran akan terpasang tegak
lurus. Bila meteran telah selesai dipasang, benang dapat dilepaskan.
(h) Atur posisi anak (seperti pada pengukuran menggunakan mikrotoa)
(i) Untuk menentukan tinggi anak, digunakan alat bantu berupa segitiga siku-
siku (gambar 10).Satu sisi menempel dibagian tengah kepala anak, dan
satu sisi lainnya menempel ke pita meteran didinding.
(j) Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku-siku yang menempel di
kepala digerakkan. Baca angka dibawah segitiga siku-siku menunjukkan
angka dalam centimeter. Jumlah skala kecil diatas skala panjang
menunjukkan millimeter.
3) Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik TB/U sesuai usia dan
jenis kelamin
4) Bandingkan hasil pengukuran tinggi badan dan usia anak menggunakan tabel
atau dengan grafik TB/U (height-age)
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut pengkategorian
status gizi dengan indeks TB/U
No Kategori TB/U
1. Pendek < -2 SD
2. Normal ≥ -2SD
Rumus IMT
Contoh : seorang anak dengan berat badan 12 Kg, dan tinggi badan 140
cm
Maka IMT anak tersebut adalah = 12 Kg
1,4 m x 1,4 m
= 12 Kg
1,96 m2
IMT = 6,12
1) Menanyakan tanggal lahir anak, lalu hitung umur sesuai dengan tanggal
pemeriksaan
2) Ukur tinggi badan dan berat badan anak, serta tentukan jenis kelamin anak
3) Hitung IMT anak sesuai dengan rumus
4) Bandingkan hasil pengukuran dengan tabel atau grafik IMT/U
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut
Pengkategorian status gizi dengan indeks IMT/U
NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
MENGUKUR BERAT BADAN MENGGUNAKAN DACIN
NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
c. Nama prosedur
d. Tujuan prosedur
3 Tanyakan tanggal lahir anak dan tentukan usia sesuai dengan
tanggal pemeriksaan
4 Cuci tangan
Status gizi berdasarkan berat badan menurut Umur (BB/U)
5 Ukur berat badan anak
Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/U sesuai
6 usia dan jenis kelamin anak
Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan usia anak
7 menggunakan tabel atau grafik BB/U (weight-age)
8 Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks BB/U
No Kategori BB/U
1. Gizi Lebih > +2 SD
2. Gizi Baik >-2 SD sampai +2 SD
< -2SD sampai ≥ -
3. Gizi Kurang 3SD
4. Gizi Buruk < -3 SD
No Kategori TB/U
1. Pendek < -2 SD
2. Normal ≥ -2SD
Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
13 Ukur tinggi badan dan berat badan anak
14 Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/TB sesuai
usia dan jenis kelamin anak
15 Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak
menggunakan tabel atau grafik BB/TB
16
Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks BB/TB)
No Kategori BB/TB
1. Gemuk > +2 SD
2. Normal ≥ -2SD sampai +2SD
3. Kurus < -2SD sampai ≥ -3SD
4. Sangat kurus < -3 SD
17 Status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
18 Ukur tinggi badan dan berat badan anak, serta tentukan jenis kelamin
anak
19 Hitung IMT anak sesuai dengan rumus
20 Bandingkan hasil pengukuran dengan tabel atau grafik IMT/U
21
Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks IMT/U
No Kategori IMT/U
1. Sangat Gemuk > +2 SD
2. Gemuk > + 1 SD
3. Normal 2 SD s/d +1 SD
4. Kurus < - 2 SD
5. Sangat kurus < - 3 SD
22 Mencuci tangan
23 Dokumentasi tindakan
8. PIJAT BAYI
1. Definisi
Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak
berabad-abad silam. Pengalaman pijat pertama yang dialami manusia ialah pada
waktu dilahirkan, yaitu pada waktu melalui jalan lahir si ibu. Sentuhan dan pijat
pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh
berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.
2. Tujuan
a. Meningkatkan berat badan
b. Meningkatkan pertumbuhan
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
e. Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak
3. Indikasi
a. Bayi usia 3 bulan ke atas dan dalam keadaan sehat
b. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
c. Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru
d. Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih
nyenyak.
5. Pengkajian
a. Observasi: Isyarat yang dapat diberikan oleh bayi.
b. Inspeksi : Ketidaknyamanan bayi pada posisi tertentu
6. Perencanaan
Sebelum melakukan pemijatan, perhatikanlah hal-hal berikut ini:
a. Tangan bersih dan hangat
b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi
c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
d. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum selama 15
menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan
f. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang
g. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
h. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
i. Sebelum memulai pemijatan, belai wajah dan kepala bayi sambil
mengajaknya bicara
8. Prosedur
a. Kaki
1) Perahan Cara India
a) Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul
soft ball
b) Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah
susu.
3) Telapak Kaki
Urutlah telapak kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai
dari tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki.
6) Titik tekanan
Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan
telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari
7) Punggung kaki
Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah
punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara bergantian.
4) Bulan – matahari
a) Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari
perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,
kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah membentuk
gambar matahari Mbeberapa kali
b) Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah
lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut bayi sampai bagian
kiri perut bayi (seolah membentuk gambar bulan B.
c) Lakukan kedua gerakan ini bersama-sama. Tangan kiri selalu
membuat bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan kanan
akan membuat gerakan setengah lingkaran (bulan).
2) Kupu-kupu
a) Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu, dimulai
dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang dari
tengah ke dada/ulu hati kea rah bahu kanan, dan kembali ke ulu
hati.
b) Gerakan tangan kiri anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.
d. Tangan
1) Memijat ketiak (armpits)
a) Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.
Perlu diingat, kalau terdapat pembengkakan kelenjer didaerah
ketiak, sebaiknya gerakan ini tidak dilakukan.
4) Membuka tangan
a) Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan
tangan ke arah jari-jari.
5) Putar jari-jari.
a) Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju kea rah ujung jari
dengan gerakan memutar.
b) Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari
dengan gerakan memutar.
6) Punggung tangan
a) Letakkan tangan bayi di antara ke dua tangan anda
b) Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kea
rah jari-jari dengan lembut.
9) Gerakan menggulung
a) Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua
telapak tangan.
b) Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan
menuju ke arah pergelangan tangan/jari-jari.
e. Muka
Umumnya tidak diperlukan minyak untuk daerah muka
1) Dahi : Menyetrika dahi (open book)
a) Letakkan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi.
b) Tekankan jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi
keluar ke samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau
membuka lembaran buku
c) Gerakkan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-
lingkaran kecil di daerah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam
melalui daerah pipi di bawah mata.
3) Hidung : Senyum I
a) Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis.
b) Tekankan ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun
melalui tepi hidung kea rah pipi dengan membuat gerakkan ke
samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum.
7) Belakang telinga
a) Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan
lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.
b) Gerakkan kea rah pertengahan dagu di bawah dagu.
f. Punggung
1) Gerakan maju mundur (kursi goyang)
a) Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepala
disebelah kiri dan kaki di sebelah kanan anda
b) Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur
menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
2) Gerakan menyetrika
a) Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.
b) Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai
bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah
menyetrika punggung.
4) Gerakan melingkar
a) Dengan jari-jari kedua tangan anda, buatlah gerakan –
gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun
ke bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai
ke pantat.
b) Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher,
kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat.
5) Gerakan menggaruk
a) Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan anda
pada punggung bayi.
b) Buat gerakan menggaruk ke bawah sampai ke pantat bayi.
6) Bentuk Gerakan –gerakan peregangan
1)Tangan disilangkan
- Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan
keduanya di dada.
- Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping. Ulangi
gerakan ini sebanyak 4 – 5 kali.
3) Menyilangkan kaki
- Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan
keatas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan luar
bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu, kembalikan posisi
kaki pada posisi semula.
- Pegang kedua pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua
kakinya keatas sehingga mata kaki kanan dalam bertemu
dengan mata kaki kiri luar. Setelah itu, kembalikan pada
posisi semula. Gerakan ini dapat diulang sebanyak 4 – 5
kali.
4)Menekuk kaki
- Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi
kaki lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan menuju kea rah
perut. Gerakan menekuk lutut ini dapat di ulang sebanyak 4
– 5 kali.
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
c. Apa yang harus dilakukan ibu
3 Siapkan peralatan
4 Cuci tangan
5
Baringkan bayi di permukaan rata dan bersih, Belai wajah dan kepala
bayi dan Ucapkan Bismillahirrahmanirrahim saat mulai pemijatan
BAGIAN KAKI
6 Gerakan perahan cara india
7 Gerakan peras dan putar
8 Gerakan telapak kaki
9 Gerakan tarikan lembut jari
10 Gerakan peregangan (stretch)
11 Gerakan titik tekanan
12 Gerakan punggung kaki
13 Gerakan peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)
14 Gerakan perahan cara swedia
15 Gerakan menggulung
16 Gerakan akhir
BAGIAN PERUT
17 Gerakan mengayuh sepeda
18 Gerakan mengayuh sepeda dengan kaki diangkat
19 Gerakan ibu jari kesamping
20 Gerakan Bulan – matahari
21 Gerakan I Love You
22 Gerakan gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers)
BAGIAN DADA
23 Gerakan jantung besar
24 Gerakan kupu-kupu
BAGIAN TANGAN
25 Gerakan memijat ketiak (armpits)
26 Gerakan perahan cara india
27 Gerakan peras dan putar (squeeze and twist)
28 Gerakan membuka tangan
29 Gerakan putar jari-jari
30 Gerakan punggung tangan
31 Gerakan peras dan putar pergelangan tangan (wrist circle)
32 Gerakan perahan cara swedia
33 Gerakan menggulung
BAGIAN MUKA (Tidak diperlukan minyak untuk daerah muka)
34 Gerakan Menyetrika dahi (open book)
35 Gerakan Menyetrika alis
36 Gerakan pada hidung : Senyum I
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
37 Gerakan pada Mulut bagian atas : Senyum II
38 Gerakan pada Mulut bagian bawah : Senyum III
39 Gerakan lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw)
40 Gerakan pada belakang telinga
BAGIAN PUNGGUNG
41 Gerakan maju mundur (kursi goyang)
42 Gerakan menyetrika
43 Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki
44 Gerakan melingkar
45 Gerakan menggaruk
GERAKAN PEREGANGAN
46 Gerakan tangan disilangkan
47 Gerakan membentuk diagonal tangan-kaki
48 Gerakan menyilangkan kaki
49 Gerakan menekuk kaki
50 Gerakan menekuk kaki bergantian
51 Mengucapkan Alhamdulillah
52 Mencuci tangan
b. Tujuan
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi elektrolit di
dalam tubuh tetap stabil.
2) Larutan elektrolit
(a) NaCl 0,9% (NS)
(b) Ringer Laktat (RL)
(c) Ringer Asetat
Hitunglah Hitunglah kebutuhan cairan harian untuk neonatus cukup bulan dengan
Berat Badan 3 kg usia 3 hari !
Kebutuhannya hari 3 adalah : 3 x 90 cc = 270 cc/hari
Konversi ke dalam tetesan infus mikro :
Tetes/menit = Jumlah cairan yang akan diberikan x faktor tetes mikro
Jumlah jam pemberian x 60 menit
= 270 cc x 60
24 jam x 60 menit
= 11,25 tetes/menit
Atau
1) 10 kg pertama : 4 cc/kgBB/jam
2) 10 kg kedua : 2cc/kgBB/jam
3) selebihnya : 1 cc/kgBB/jam
Contoh: Hitunglah kebutuhan cairan harian pada anak dengan berat badan 23 kg !
Kebutuhan cairannya :
10 x 100 cc = 1000 cc
10 x 50 cc = 500 cc
3 x 20 cc = 60 cc
Jumlah = 1560 cc/hari
Contoh:
Bayi usia 5 bulan dibawa ke UGD karena mengalami diare. Hasil pengkajian: berat
badan 6 Kg dan mengalami dehidrasi sedang. Hitunglah berapa cairan infus yang
akan diberikan!
Kebutuhan Cairan = 6 Kg x 70 ml = 420 ml
Tetesan Infus makro = 420 ml x 20
5 jam x 60 menit
= 28 tetes/menit
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Tentukan usia
2 Tentukan berat badan
3 Tentukan kondisi bayi/anak
4 Hitung kebutuhan cairan menggunakan rumus yang tepat
5 Konversi kebutuhan cairan dalam tetesan infus
6 Berikan kebutuhan cairan
Contoh :
Seorang anak dirawat di ruang anak karena bronkhopneumonia. Anak diberikan
terapi antibiotik Amoksisilin sebanyak 4 x 250 mg. Sediaan obat Amoksisilin dalam
vial sebanyak 1 gram. Perawat mengencerkan obat tersebut dengan aquadest
steril sebanyak 10 ml.
Berapakah jumlah obat yang diberikan dalam satu kali injeksi?
1 gram = 1000 mg
Jumlah obat yang diberikan = 250 gram x 10 ml
1000 gram
= 2,5 ml
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Membaca catatan order dokter pada rekam medik
2 Memeriksa bentuk sediaan obat sesuai identitas pasien
3 Membaca komposisi obat
4 Menentukan pengenceran obat
5 Menghitung jumlah obat yang diberikan dalam satu kali pemberian
Menyiapkan obat dalam spuit dan memberi label identitas pasien
6 pada obat
2. Tujuan :
a. Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur atau berat
badan lahir rendah (BBLR)
b. Memberikan kehangatan pada bayi melalui kontak langsung dengan kulit
ibuara perpindahan
c. Mengurangi hari rawat
3. Manfaat PMK:
a. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, pola pernafasan dan saturasi
oksigen
b. Meningkatkan durasi tidur
c. Mengurangi lama tangisan bayi
d. Mengurangi kebutuhan kalori
e. Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak
f. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
g. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi menyusui
4. Persiapan Alat
a. Baju kangguru bayi/ kain gendongan panjang
b. Baju kangguru ibu / baju lebar yang terbuka depan
c. Topi bayi/ penutup kepala bayi
d. Kaus kaki bila perlu
e. Timbangan
f. Thermometer
g. Stopwatch/jam
h. Peralatan resusitasi dasar dan oksigenasi set ( untuk persiapan darurat)
5. Prosedur kerja
a. Perawat mencuci tangan
b. Persiapkan alat dan dekatkan dengan klien
c. Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
1) Nama prosedur
2) Tujuan prosedur
3) Apa yang harus dilakukan ibu
d. Ibu dianjurkan mencuci tangan dan mengganti baju dengan baju kangguru
atau baju biasa yang terbuka di depan
e. Letakkan bayi di meja tindakan
f. Buka bedung dan baju bayi
g. Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi. Pengukuran suhu minimal
dilakukan 3 kali: yaitu selama tindakan, sebelum dan setelah tindakan.
h. Pakaikan baju kanguru bayi pada bayi. Bayi boleh mengenakan popok atau
diapers.
i. Buka pakaian atas depan ibu, ibu telanjang dada. Letakkan bayi di antara
payudara ibu dengan posisi tegak (posisi pronasi terhadap dada ibu), dada
bayi menempel pada dada ibu. Sehingga terjadi kontak kulit bayi dengan kulit
ibu secara langsung.
j. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dan dengan posisi sedikit
tengadah (ekstensi). Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran
nafas tetap terbuka dan member peluang agar terjadi kontak mata antara ibu
dan bayi.
k. Pangkal paha bayi dalam posisi fleksi dan melebar, lengan juga dalam posisi
fleksi (frog position)
l. Ikatkan baju kangguru bayi pada ibu dengan kuat agar saat ibu bangun dari
duduk, bayi tidak tergelincir. Eratkan tali bagian bawah di punggung ibu. Tali
bagian atas masing-masing di ikatkan dengan ujung tali bagian bawh secara
menyilang di punggung ibu. Tepi kain bagian atas depan tepat berada di
bawah kuping bayi.
m. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar
epiggastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut.
Napas ibu akan merangsang bayi
n. Pakaikan topi bayi
o. Mempersilahkan ibu duduk atau beristirahat bersama bayi.
p. Jelaskan dan demontrasikan pada ibu cara memasukkan dan mengeluarkan
bayi dari gendongan :
1) Letakkan satu tangan ibu (tangan yang dominan) di belakang leher sampai
punggung bayi
2) Topang bagian bawah rahang bayi dnegan ibu jari dan jari-jari lainnya agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran nafas ketika bayi
berada pada posisi tegak
3) Tempatkan tangan lainnya di bawah bokong bayi
q. Jelaskan pada ibu pemantauan tanda-tanda bahaya bayi, dan agar segera
memberitahukan perawat bila muncul tanda-tanda bahaya yaitu:
1) Sulit bernafas (terlihat sesak nafas)
2) Nafas cepat (nafas terengah-engah)
3) Berhenti nafas (apneu <20 detik)
4) Tangan dan kaki dingin
5) Bayi tidak mau minum
6) Bibir bayi tampak kebiruan
r. Perawat mencuci tangan
s. Dokumentasika tindakan: tanda-tanda vital bayi, kondisi umum bayi, pukul
berapa bayi diletakkan di dada ibu, pukul berapa bayi diturunkan dari PMK.
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Cuci tangan
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
3 Mempersilahkan ibu mengganti baju
4 Meletakkan bayi di meja tindakan
5 Membuka bedung dan baju bayi
6 Mengukur suhu aksila bayi
7 Memakaikan baju kanguru pada bayi
8 Meletakkan bayi di dada ibu
9 Mengikat baju kanguru pada ibu
10 Memposisikan hidung dan kepala bayi kearah samping
11 Memakaikan topi bayi
12 Mempersilahkan ibu duduk
13 Menjelaskan pada ibu apa yang harus dilakukan bila muncul
tanda-tanda bahaya yaitu:
a. Sulit bernafas (terlihat sesak nafas)
b. Nafas cepat (terengah-engah)
c. Berhenti nafas (apneu < 20 detik)
d. Tangan dan kaki dingin
e. Bayi tidak mau minum
f. Bibir bayi tampak kebiruan
14 Mencuci tangan
15 Dokumentasi tindakan
12. IMUNISASI
a. Definisi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
b. Tujuan
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
c. Indikasi
a. Imunisasi dasar
Catatan:
1) Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
2) Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia
sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan
pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan
antenatal.
4. Kontra Indikasi
Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu sehat
kecuali untuk kelompok risiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat petunjuk
dari produsen yang mencantumkan kontra indikasi serta perhatian khusus
terhadap vaksin.
Campak
Perhatian khusus
- Mendapat transfusi darah/produk darah
atau imunoglobulin (dalam 3-11 bulan,
tergantung produk darah dan dosisnya)
- Trombositopenia
- Riwayat purpura trombositopenia
-
Hepatitis B
Kontra Indikasi Bukan kontra indikasi
Reaksi anafilaktoid terhadap ragi Kehamilan
5. Pengkajian
a. Periksa identitas penerima vaksin
b. Identifikasi vaksin imunisasi yang telah diperoleh
c. Tentukan vaksin yang akan diberikan hari ini
d. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan
b. Spuit 5 ml
c. Kapas
d. Vaksin
Pemakaian Vaksin Sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit
atau praktek swasta) bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 1) Disimpan pada suhu
2oC - 8oC 2) VVM dalam kondisi A atau B 3) Belum kadaluwarsa 4) Tidak
terendam air selama penyimpanan 5) Belum melampaui masa pemakaian.
e. Safety Box
Safety Box Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas
pelayanan imunisasi sebelum dimusnahkan. Limbah imunisasi selain alat
suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.
g. Vaksin carrier
vaksin carrier untuk membawa vaksin ke lapangan serta cool pack sebagai
penahan suhu dingin dalam vaksin carrier selama transportasi vaksin.
7. Prosedur
Langkah-langkah:
a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
b. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapatkan persetujuan orangtua.
c. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.
d. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
e. Periksa jenis vaksin dan yakinkan bahwa vaksin tersimpan dengan baik.
f. Periksa vaksin, lihat apakah ada tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal
kadaluarsa, dan catat bila ada perubahan warna yang menunjukkan adanya
kerusakan.
g. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam perode tertentu. Periksa terhadap tanda-tanda kerusakan
(warna dan kejernihan). Vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami
perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panajang 25 mm digunakan untuk
menyuntikkan vaksin.
h. Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.
3) Posisi anak
Perlu diupayakan agar bayi/anak tidak bergerak saat disuntik, namun
cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan
sehingga meningkatkan ketegangan otot.orangtua perlu diyakinkan untuk
membantu memegang anak atau bayi.
Deltoid, posisi anak dan lokasi penyuntikkan
a) Posisi yang paling nyaman adalah duduk diatas pangkuan ibu.
b) Buka pakaian yang menutupi lengan sampai pundak.
c) Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi,
sementara lengan lainnya diletakkan dibelakang tubuh orangtua.
d) Lokasi yang paling baik adalah ditengah otot, yaitu separuh antara
akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan
membuat sudut 45o sampai 60o mengarah pada akromion. Bila bagian
bawah deltoid yang disuntik, ada risisko trauma saraf radialis karena
saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.
l. Setelah pemberian vaksin, catat imunisasi dalam catatan klinis atau buku KIA.
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar benar
1. Pengertian
Tes yang dilakukan untuk mengukur bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar. gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian pada anak. Pada
bagian ini, dua jenis tes akan didemonstrasikan yaitu KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) dan DDST (The Denver
Developmental Screening Test/ Denver II). Kedua tes ini dapat digunakan
pada bayi baru lahir sampai usia 6 tahun.
2. Prosedur pelaksanaan
a. Tentukan umur bayi/anak dengan menyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contohnya, bila
bayi berumur 3 bulan 16 hari, maka dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila
usianya 3 bulan
15 hari, maka dibulatkan menjadi 3 bulan.
b. Pilih formulir KPSP yang sesuai dengan usia anak.
c. Isi formulir dengan 2 cara yaitu
1) Dari jawaban orangtua/pengasuh, contoh; “dapatkan bayi Anda
makan kue sendiri?”
2) Dari perintah ibu/pengasuh/penguji untuk melakukan tugas yang ada di
dalam formulir, contoh; “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangan secara perlahan ke posisi duduk”
d. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
e. Tanyakan pertanyaan pada formulir secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban , ya atau tidak. Catat jawaban
tersebut dalam formulir.
f. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu
g. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
h. Berikan interpretasi terhadap hasil tes KPSP
i. Hitung jumlah jawaban YA
1) Jawaban YA, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa, atau pernah
atau sering atau kadang-kadang melakukannya
2) Jawaban TIDAK, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidk pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu
j. Interpretasi:
1) Jumlah jawaban YA = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap pekembangannya (S)
2) Jumlah jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Denver II (DDST)
1. Persiapan alat
a. Format tes
b. Mainan kerincing
c. Mainan kayu berbentuk kotak
d. Botol kecil
e. Bola tenis
f. Pulpen merah
g. Boneka plastic
h. Gelas plastik dengan pegangan
i. Kertas kosong
j. Selimut atau kain lapis untuk bayi
k. Kursi
2. Prosedur pelaksanaan
a. Catat nama bayi/anak, tanggal lahir, dan tanggal tes dibagian atas format.
b. Hitung umur bayi/anak dengan mengurangkan tanggal tes dengan
tanggal lahirnya.
Contoh:
c. Untuk bayi yang lahir lebih dari 2 minggu lebih awal dari tanggal perkiraan
lahirnya dan masih berusia dibawah 2 tahun, maka usianya harus
disesuaikan dengan cara mengurangi usia bayi dengan usia prematurnya.
Contoh: Bayi prematur yang lahir 6 minggu sebelum tanggal perkiraan lahir
(usia gestasi 34 minggu).
Hari Bulan
Tahun
Keterangan:
f. Jelaskan kepada orangtua bahwa tes ini dilakukan untuk menentukan status
perkembangan bayi/anak saat ini, dan juga jelaskan bahwa tidak semua
item tes harus dilewati si bayi/anak.
i. Uji bayi/anak dengan 3 item disebelah kiri garis usia dan dengan
item yang berpotongan dengan garis usia pada setiap sektor.
- Jika bayi/anak bisa melewati semua item, lanjutkan pengujian
dengan item- item yang lebih kanan dari garis sampai anak gagal
melewati 3 item.
- Jika bayi/anak tidak bisa melewati uji pada item tersebut (gagal atau
menolak), uji lagi dengan item yang lebih kiri dari garis.
l. Berikan interpretasi terhadap tiap item yang telah diskor. Setiap item terbagi :
- Advanced
Anak lulus pada blok yang terletak pada sebelah kanan dari garis
usia.
Garis usia
- Normal
Anak gagal atau menolak pada blok yang terletak pada sebelah
kanan dari garis usia.
F R
Anak lulus, gagal atau menolak pada blok yang berpotongan dengan
garis usia diantara persentil 25 sampai 75.
Garis usia
- Caution
Anak gagal atau menolak pada item penilaian yang berpotongan
pada garis usia diantara persentil 75% dan 90%. Lalu tuliskan tanda
“C” pada sebelah kanan blok.
F
C
F C
F C
- Delayed
Anak gagal atau menolak pada item penilaian yang berada pada
sebelah kiri garis usia (90% anak yang usianya lebih muda, telah mampu
lulus pada item penilaian standar). Warnai pada bagian akhir blok
yang mengalami delay.
Garis usia
- No opportunity
NO
NO
n. Untuk tes perilaku (kotak kecil dikanan bawah pada format tes), dilakukan
setelah tes telah selesai. Tanyakan pada orangtua apakah perilaku
anak yang muncul bisa dilakukan si anak sebelum tes. Karena terkadang
anak sudah bisa melakukan beberapa hal, namun pada saat tes bayi/anak
sedang merasa letih, tidak nyaman, lapar, atau sedih. Ada kalanya tes harus
dilakukan ulang pada hari yang lain agar anak lebih kooperatif.
KASUS PRAKTIKUM
Kasus 1
Seorang bayi usia 6 jam lahir di rumah sakit. Berat badan lahir 2200 gram, panjang badan
48 cm, nilai APGAR pada menit pertama kelahiran: tampak badan berwarna merah, kaki
dan tangan kebiruan, denyut jantung 90 x/menit, bersin saat distimulasi, gerakan lemah,
menangis kuat. Usia gestasi tidak diketahui, maka dihitung ballard skor dan hasil skor =
25, sehingga usia gestasi 34 minggu. Tanda-tanda vital normal, posisi tungkai dan lengan
fleksi, terdapat verniks kaseosa dan lanugo pada kulit bayi, mata masih tertutup, dan bayi
aktif bergerak. Bayi tersebut akan dilakukan pemeriksaan fisik lengkap.
Pertanyaan:
1. Hitunglah nilai Apgar pada kasus tersebut?
2. Bagaimana cara penilaian ballard score pada neonatus?
3. Bagaimana melakukan prosedur pemeriksaan fisik pada neonatus tersebut?
4. Apa saja refleks fisiologis pada neonatus?
Kasus 2a
Bayi laki-laki usia 1 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas untuk imunisasi. Hasil
pengkajian, bayi telah mendapat imunisasi HB-0 setelah lahir.
Pertanyaan:
Bagaimana jadwal, dosis dan cara memberikan imunisasi?
Kasus 2b
Seorang bayi usia 8 bulan, dibawa ke rumah sakit karena demam dan batuk. Hasil
pengkajian: rewel, kulit teraba hangat, denyut jantung 110 x/menit, frekuensi napas 56
x/menit, suhu 38,7 oC, berat badan 9 Kg. Ibu mengatakan anak sulit tidur, terutama pada
malam hari. Ibu sangat khawatir dengan kondisi anaknya. Anak mendapatkan terapi
amoksisilin intravena 4 x 300 mg dalam sediaan vial berisi 1 gram dan diencerkan dengan
aquadest steril 10 ml.
Pertanyaan:
1. Apa saja data subjektif dan objektif yang ditemukan pada bayi tersebut?
2. Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat dirumuskan?
3. Bagaimana jadwal, dosis dan cara memberikan imunisasi?
4. Hitunglah berapa jumlah obat (ml) yang diberikan pada bayi tersebut?
Kasus 3
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa oleh orangtuanya ke poliklinik anak,
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Berat badan 10 Kg dan TB 92 cm. Hasil
observasi, diketahui anak tampak lemas dan rewel. Ibu mengatakan anak tidak mau
makan sejak 2 hari yang lalu. Ibu tampak cemas dengan kondisi anaknya dan meminta
perawat untuk segera memeriksa kondisi anaknya. Selama pengkajian, anak menolak
dibaringkan di tempat tidur pemeriksaan dan tidak mau jauh dari ibunya.
Pertanyaan:
1. Apa persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik
pada anak?
2. Bagaimana melakukan prosedur pengkajian pada anak?
3. Apakah status gizi anak tersebut?
4. Hitunglah kebutuhan cairan bayi tersebut dalam 24 jam !
Kasus 4
Seorang bayi usia 2 hari dirawat di ruang perinatologi karena mengalami BBLR. Hasil
pengkajian, berat badan 2200 gram, panjang badan 48 cm, usia gestasi 34 minggu,
sucking refleks lemah, rooting refleks lemah, suhu 36 oC. Perawat mendiskusikan kepada
orangtua mengenai jadwal imunisasi yang akan diberikan setelah anak cukup bulan.
Pertanyaan:
1. Apa saja data subjektif dan objektif yang ditemukan pada bayi tersebut?
2. Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat dirumuskan?
3. Bagaimana cara melaksanakan perawatan metode kanguru
4. Bagaimana cara melaksanakan prosedur pijat bayi?
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D. & Perry, S.E. ( 2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Burton, J.L. (1990). Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Binarupa Aksara
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., dan Murr, A.C (2014). Manual Diagnosis
Keperawatan: Rencana, Intervensi, dan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Engel, J. (1999). Seri pedoman praktis: Pengkajian pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal Child Nursing
Care. Vol.1. Edisi 4. Missouri, Mosby Elsevier
Smeltzer, S., Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Suradi, R., Pratomo, H., Marnoto, B.W., & Sadi, I.P.S. ( 2010). Perawatan bayi berat
lahir rendah dengan metode kangguru. Jakarta: Perinasia
Wong, D.L., Hockenberry. M., Wilson, D., Winkelstein, M,. & Schwartz, P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 dan 2. Jakarta: EGC
Yatim, Fl. ( 2003). Talasemia, Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Laporan Tugas Mandiri
times new roman, uk. 12, kapital, bold
JUDUL
--------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------
Oleh:
NAMA
NIM
huruf times new roman, bold, ukuran 14, awal kata huruf kapital.
jarak antara “oleh” dan “NAMA” 2 spasi, dan jarak antara “NAMA” dan “NIM” 1 spasi
huruf kapital, times new roman, ukuran 14, bold, jarak 1 spasi
TEKNIK PENULISAN LAPORAN TUGAS INDIVIDU/KELOMPOK
1. TEKNIK PENGETIKAN
Teknik penulisan isi laporan tugas mandiri/kelompok harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
Kertas yang digunakan adalah kuarto (8” x 11”) atau A4s, berat 70
gram/m2
Margin kertas atau ruang pengetikan:
Margin atas 4 cm
Margin bawah 3 cm
Margin kiri 4 cm
Margin kanan 3 cm
Teknik penomoran adalah sebagai berikut :
A……………….
1………………
a……………...
1)...………….
a).........……..
Spasi pengetikan skripsi adalah 2, huruf yang digunakan untuk isi laporan
adalah Times New Roman ukuran 12 pt.
2. PENULISAN KUTIPAN
Penulisan kutipan mengikuti aturan APA (American Psychological
Association), untuk teks Inggris kita mulai dengan nama akhir.
1. Untuk 1 (satu) pengarang, contohnya:
Roger (1994) mengatakan bahwa……………………………………..
Atau ………………………………………………………..(Roger, 1994)
4. 2 (dua) atau lebih buku dalam satu pernyataan. Tuliskan menurut alphabet.
Pisahkan kutipan dengan menggunakan tanda titik koma. Contoh:
Pendidikan ………………… (Donna & Jones, 1980; Erickson, 1959)
5. Untuk kutipan pendek (kurang dari 4 baris), ditulis dalam alenia yang sama
dengan teks dalam tanda petik, diakhiri dengan nama pengarang dan
tahun.
6. Untuk kutipan panjang (5 baris atau lebih), ditulis dalam alenia tersendiri
dengan 1 (satu) spasi.
Contoh:
Savoi & Anderw, 1994 mengatakan bahwa:
“Implementasi PBL dirancang dengan struktur pembelajaran 1) mahasiswa
secara individual maupun kelompok dihadapkan pada suatu masalah yang
kontektual, 2) masalah yang dikonfrontasikan diusahakan sedekat mungkin
dengan kehidupan mahasiswa sehari-hari, 3) fasilitator menyiapkan materi
perkuliahan yang dapat menuntut mahasiswa/ siswa kearah pemecahan
masalah, 4) memberikan tanggungjawab kepada mahasiswa untuk
mengarahkan sendiri pembelajarannya, 5) membentuk kelompok-kelompok
kecil dalam pembelajaran, 6) menuntut agar mahasiswa menampilkan apa
yang telah dipelajari.”
7. Untuk literatur yang diambil dari situs, aturan penulisan kutipan tetap sama
dengan kutipan dari buku
Roger (1994) mengatakan bahwa ……………………………………..
COVER
a. Judul laporan/makalah
b. Logo Unsyiah
c. Nama mahasiswa
d. Nama tutor/pembimbing
e. Institusi: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Syiah Kuala
f. Tahun penerbitan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB I. PENDAHULUAN (epidemiologi penyakit, dll)
B. BAB II. KONSEP …. (sesuai dengan judul tugas)
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi (dalam bentuk skema yang menunjukkan masalah keperawatan)
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Evidence Based Practice in Nursing (resume 2 jurnal internasional tentang
penatalaksanaan kasus tersebut)
C. BAB III. Asuhan Keperawatan Pada ….
1. Pengkajian
2. Rencana asuhan keperawatan (dalam tabel)
a. Diagnosis keperawatan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
D. BAB IV. KESIMPULAN
E. DAFTAR PUSTAKA
F. LAMPIRAN (jika ada)