Anda di halaman 1dari 138

BLOK

KEPERAWATAN ANAK I

Penyusun:
Ns. Sri Intan Rahayuningsih, M.Kep., Sp. Kep. An

Reviewer :
Ns. Sufriani, M.Kep., Sp.Kep.An

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
IDENTITAS PEMILIK

Pasfoto 3x4 cm

Nama : ...............................................................................................................

NIP : ...............................................................................................................

Tempat/tgl lahir : ...............................................................................................................

Alamat Rumah : ...............................................................................................................

: ...............................................................................................................

Nomor Telp : ...............................................................................................................

Pemilik,

(___________________)
NIP/NIK :

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sama-sama kita panjatnya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga modul Blok Keperawatan Anak I dapat diselesaikan
dengan baik oleh Tim penyusun. Shalawat beriring salam kita haturkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan kepada alam yang berilmu
pengetahuan.
Modul Blok Keperawatan Anak I merupakan modul yang digunakan pada semester
Genap Tahun Akademik 2019/2020 pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah Kuala, dengan harapan modul ini diharapkan dapat
memberikan acuan bagi mahasiswa dan tutor untuk melaksanakan pembelajaran dengan
sistem Student Centered Learning (SCL) yang sedang diterapkan di Fakultas Keperawatan
Unsyiah, khususnya pada bidang keperawatan anak. Selain itu, dengan penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan, modul ini dapat mendukung
proses belajar mengajar dengan pendekatan metode pembelajaran yang berorientasi pada
mahasiswa sehingga dapat memfasilitasi dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada tim
penyusun yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan tugasnya. Semoga modul ini dapat
mendukung upaya peningkatan mutu akademik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
Kuala.

Darussalam, Februari 2020


Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Ns. Hasmila Sari, M.Kep.,Sp.Kep.J


NIP. 19801110 201012 2 003

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i


IDENTITAS PEMILIK.................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat ................................................................................... 1
B. Capaian Pembelajaran ........................................................................... 2
BAB II PENYAJIAN
A. Uraian Materi Konsep Keperawatan Anak I ............................................ 11
B. Praktikum Konsep Keperawatan Anak I dan Form Checklis Praktikum ... 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Teknik Penulisan Laporan

Lampiran 2. Grafik dan Tabel BB/U

Lampiran 3. Grafik dan Tabel TB/U

Lampiran 4. Grafik dan Tabel BB/TB

Lampiran 5. Grafik dan Tabel IMT/U

Lampiran 6. Lembar penilaian perkembangan: Denver Development Screening Test (DDST)

Lampiran 7. Lembar penilaian perkembangan: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI SINGKAT
1. Nama Modul : Keperawatan Anak I
2. Beban SKS : 4 SKS (2T, 1P, 1PL)
3. Tujuan Modul :
Bila diberi kasus, mahasiswa mampu:
1. Melakukan simulasi asuhan keperawatan kepada anak sehat /keluarganya
dengan mengembangkan pola pikir kritis, logis dan etis, menggunakan
komunikasi terapeutik dan memperhatikan aspek budaya, menghargai
sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain dari setiap pasien yang unik
2. Melakukan simulasi asuhan keperawatan kepada anak sakit akut,
kronis/terminal serta keluarganya dengan mengembangkan pola pikir kritis,
logis dan etis, menggunakan komunikasi terapeutik dan memperhatikan
aspek budaya dan menghargai sumber-sumber etnik, agama atau faktor lain
dari setiap pasien yang unik
3. Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun
kolaborasi pada sehat/sakit akut dengan menerapkan konsep ilmu dasar
keperawatan dan ilmu keperawatan dasar sesuai standar serta menerapkan
prinsip atraumatic care, legal dan etis.
4. Mampu memberikan simulasi pendidikan kesehatan kepada anak/keluaga
sebagai upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.
5. Mampu menjalankan fungsi advokasi bagi anak/keluarga berbagai yang
mengalami untuk mempertahankan hak klien agar dapat mengambil
keputusan untuk dirinya.

4. Deskripsi Modul :
Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus
kepada respon anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai
lahir sampai akhir masa remaja baik dalam keadaan sehat ataupun sakit akut,
di masyarakat ataupun dirawat di rumah sakit, serta intervensi keperawatannya
baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif.
Mata kuliah ini juga merupakan integrasi dan penerapan ilmu
keperawatan dasar dan ilmu dasar keperawatan yang membantu mengantarkan
mahasiswa untuk mendalami tentang bagaimana melakukan asuhan

1
keperawatan profesional (holistik), memberikan pendidikan kesehatan,
menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarganya dengan menerapkan
komunikasi efektif, serta membuat keputusan dengan mempertimbangkan aspek
legal dan etik.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan
berfikir sistematis, komprehensif dan kritis dalam mengaplikasikan konsep
dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar penyelesaian masalah
serta mengembangkan sikap profesional (pengembangan soft sklills) melalui
beberapa model belajar yang relevan.

5. Profesional Profil :
Setelah mengikuti proses pembelajaran pada tahap pendidikan akademik,
mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan konsep dan
keterampilan dalam memenuhi kebutuhan keperawatan anak sesuai dengan
tahap tumbuh kembang dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan baik di
rumah sakit maupun di komunitas.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
1 Mampu menerapkan konsep a. Komunikasi
keperawatan anak dalam konteks terapeutik
keluarga. b. Berpikir
2 Pendidikan kesehatan kepada kritis
anak/keluarga sebagai upaya
pencegahan primer, sekunder dan
tersier:

3 Mampu menerapkan konsep


keperawatan anak dalam konteks
keluarga. Meliputi konsep tumbuh
kembang anak mulai neonatus-remaja,
pengukuran dan permasalahannya:

4 Mampu melakukan kerjasama dengan


sumber kesehatan yang ada
dimasyarakat, melakukan rujukan pasien,
mendokumentasikan pengkajian MTBS
dengan benar, mendemonstrasikan
pengobatan MTBS , mendemonstrasikan

2
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
pendidikan kesehatan pada anak dan
keluarga

5 Mampu melakukan simulasi asuhan


keperawatan kepada anak sakit akut,
serta keluarganya dengan
mengembangkan pola pikir kritis, logis
dan etis, menggunakan komunikasi
terapeutik dan memperhatikan aspek
budaya dan menghargai sumber-sumber
etnik, agama atau faktor lain dari setiap
pasien yang unik.
Meliputi:
a. Patofisiologi dan asuhan
keperawatan pada neonatal risiko
tinggi: BBLR, asfiksia,
Hiperbilirubinemia dan RDS
(Respiratory Distress Syndrome),
dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (dalam
konteks keluarga)
b. Patofisiologi peradangan pada sistem
respirasi dan asuhan keperawatan
anak:ISPA, Pneumonia, asma, difteri
dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (dalam
konteks keluarga)
c. Patofisiologi peradangan pada sistem
digestif dan asuhan keperawatan
anak: Diare, Typhoid Fever dan
dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (dalam
konteks keluarga)
d. Patofisiologi pada gangguan nutrisi
dan asuhan keperawatan anak:
marasmus, kwashiorkor, dan stunting
dan dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (dalam
konteks keluarga)
e. Patofisiologi dan asuhan keperawatan
pada anak thalassemia,
hidrocephalus, meningitis, kejang
demam dan dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (dalam konteks keluarga)
f. Patofisiologi Kelainan pada sistem
integumen dan asuhan keperawatan
anak: campak, cacar, dan scabies dan
dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia (dalam

3
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
konteks keluarga)

6 Mampu
mendemonstrasikan
intervensi keperawatan
baik mandiri maupun
kolaborasi pada sehat/sakit
akut dengan menerapkan
konsep ilmu dasar
keperawatan dan ilmu
keperawatan dasar sesuai
SOP serta menerapkan
prinsip atraumatic care,
legal dan etis, meliputi:
Demonstrasi Intervensi
keperawatan pada bayi
dan anak :
1. Pijat bayi
2. Pemeriksan fisik pada
neonatus
3. Perhitungan Ballard
Score
4. Pemeriksaan Fisik
Pada Anak
5. Menghitung status gizi
anak
6. Perhitungan kebutuhan
cairan pada anak dan
bayi
7. Perhitungan sediaan
obat
8. Metode Kanguru
Pemberian Imunisasi
Dasar
7 Melakukan observasi dan
analisis terhadap
intervensi mandiri dan
kolaborasi keperawatan
pada tata layanan rumah

4
No HARD SKILLS SOFT SKILLS
Keperawatan Anak I
KNOWLEDGE PSIKOMOTOR
sakit dan komunitas,
meliputi:
a. Prosedur Nebulisasi
pada anak
b. Pemberian obat pada
anak (oral dan injeksi)
c. Terapi cairan (jenis
cairan intravena, cara
menghitung kebutuhan
cairan pada anak, cara
pemberian terapi
cairan)
d. Fototerapi
e. Oksigenasi pada
neonatus (nasal kanul,
CPAP, ventilator)
f. Pemberian nutrisi (oral,
enteral, parenteral)
g. Suctioning
h. Penilaian GCS pada
anak
i. Oksigenasi pada anak
(nasal kanul, simple
mask, ventilator)
j. Kemoterapi
k. Transfusi darah

2. Jadwal Perkuliahan
a. Jadwal Perkuliahan
No Hari/ Tanggal Waktu PT Kompetensi Metode

1 Selasa/ - - 1,2,3,4,5,6 Kuliah introduksi dan


4 Februari 2020 Pembagian Sasbel (ISS)

14.00-15.40 1 1 Seven Jumps (Step 1-5)

16.35-18.15 2

2 Rabu/
5 Februari 2020 14.00-15.40 3 1, 2 TCL Family centered care,
atraumatic care, Konsep
16.35-18.15 4 pertumbuhan dan
perkembangan anak, masalah
kesehatan,
(Ns.Sufriani.,M.Kep.Sp.Kep.An)

5
No Hari/ Tanggal Waktu PT Kompetensi Metode

3 Kamis/
6 Februari 2020 14.00-15.40 5 5 Presentasi the Seven Jumps
6 (Step 7)
16.35-18.15
4 Jumat/
7 Februari 2020 14.00-15.40 7 5 Konsultasi ISS (pada tutor duta)

Transfer Knowledge

16.35-18.15 8 Konsultasi: makalah tugas


kelompok
5 Senin/
10 Februari 2020 14.00-15.40 9 2 TCL Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
16.35-18.15 10 (Ns.Sri Intan R,
M.Kep.Sp.Kep.An)
6 Selasa/
11 Februari 2020 14.00-15.40 11 Presentasi ISS 1 (TIK 1-4)
5
16.35-18.15 12
7 Rabu/
12 Februari 2020 14.00-15.40 13 Presentasi ISS 2 (TIK 5-8)
5
16.35-18.15 14
8 Senin/
24 Februari 2020 14.00-15.40 15 Ujian Tulis
16.35-18.15 16

b. Jadwal Praktikum
No Hari/ PT Pukul Sesi 1 Sesi 2
Tanggal
Kamis/ 1 14.00-15.40 Kasus 1 (NF) : Klp 1 Kasus 1 (AF) : Klp 5
1 13 Februari Kasus 2 (DW) : Klp 2 Kasus 2 (SF) : Klp 6
2020 2 16.35-18.15 Kasus 3 (NH) : Klp 3 Kasus 3 (DH) : Klp 7
Kasus 4 (SI) : Klp 4 Kasus 4 (IM) : Klp 8
Jumat/ 3 14.00-15.40 Kasus 1 (AF) : Klp 6 Kasus 1 (NF) : Klp 2
2 14 Februari 4 Kasus 2 (SF) : Klp 7 Kasus 2 (DW) : Klp 3
2020 16.35-18.15 Kasus 3 (DH) : Klp 8 Kasus 3 (NH) : Klp 4
Kasus 4 (IM) : Klp 5 Kasus 4 (SI) : Klp 1
Senin/ 5 14.00-15.40 Kasus 1 (NF) : Klp 3 Kasus 1 (AF) : Klp 7
3 17 Februari 6 Kasus 2 (DW) : Klp 4 Kasus 2 (SF) : Klp 8
2020 16.35-18.15 Kasus 3 (NH) : Klp 1 Kasus 3 (DH) : Klp 5
Kasus 4 (SI) : Klp 2 Kasus 4 (IM) : Klp 6

6
No Hari/ PT Pukul Sesi 1 Sesi 2
Tanggal
4 Selasa/
18 Februari - 9.00 – 10.00 Briefing tutor dengan mahasiswa
2020 tentang KPSP dan DDST
7 14.00-15.40 Kasus 1 (AF) : Klp 8 Kasus 1 (NF) : Klp 4
8 Kasus 2 (SF) : Klp 5 Kasus 2 (DW) : Klp 1
16.35-18.15 Kasus 3 (DH) : Klp 6 Kasus 3 (NH) : Klp 2
Kasus 4 (IM) : Klp 7 Kasus 4 (SI) : Klp 3
5 Selasa/ 9 14.00-15.40
25 Februari 10 OSPE
2020 16.35-18.15

c. Jadwal Praktik Lapangan


No Hari/ PT Pukul Kegiatan
Tanggal
Rabu/ 1 8.30-12.30 Praktek Lapangan Ke Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin
1 19 Februari
2020 2
Kelompok 1 : Ruang NICU (SI)
Kelompok 2 : Ruang PICU (NF)
Kelompok 3 : Ruang Arafah 1 (Ruang rawat Anak) (SF)
Kelompok 4 : Ruang Thursina 1 (Sentra Thalasemia
dan onkologi anak) (IM)
Kelompok 5 : Raudhah 2 (Bedah Anak) (DW)
Kelompok 6 : Poliklinik Anak (DH)
Kelompok 7 : Puskesmas – Imunisasi (NH)
Kelompok 8 : Sekolah Luar Biasa (Anak Kebutuhan
Khusus) (AF)

Kamis/ - 9.00 – 12.00 Praktikum Mandiri Kelompok 1, 2, 3, dan 4


2 20 Februari
2020
3 14.00-15.40 Pemeriksaan perkembangan anak Balita (di FKep)

4 16.35-18.15

Jumat/ - 9.00 – 12.00 Praktikum Mandiri Kelompok 5, 6, 7, dan 8


3 21 Februari
2020 5 14.00-15.40 Presentasi hasil observasi dan analisis praktek
6 lapangan di RS
16.35-18.15

7
d. Materi Praktikum
No Kasus Labskill
1 Kasus 1 : NF & AF a. Pemeriksaan fisik pada neonatus
b. Perhitungan usia gestasi dengan Ballard Score
2 Kasus 2 : DW & a. Imunisasi
SF b. Perhitungan sediaan obat
3 Kasus 3 : NH & a. Pemeriksaan fisik anak
DH b. Menghitung status gizi
c. Perhitungan kebutuhan cairan pada anak dan bayi
4 Kasus 4 : SI & IM a. Pijat bayi
b. Perawatan metode kangguru

e. Materi Praktik Lapangan

No Ruang Kompetensi
Semua ruangan:
a. Komunikasi pada pasien
b. Penerapan family centered care
c. Penerapan prinsip atraumatic care
1 Ruang NICU a. Fototerapi
b. Oksigenasi pada neonatus (nasal kanul, CPAP)
c. Pemberian nutrisi (oral, enteral, parenteral)
d. Asuhan perkembangan neonatus (developmental
care)
e. Perawatan mencegah hipotermia (perawatan bayi
dalam incubator dan PMK)

2 Ruang PICU a. Suctioning


b. Penilaian GCS pada anak
c. Pemberian nutrisi (oral, enteral, parenteral)
d. Oksigenasi pada anak (nasal kanul, simple mask,
ventilator)
e. Terapi cairan (jenis cairan intravena, cara
menghitung kebutuhan cairan pada anak, cara
pemberian terapi cairan)

3 Ruang Arafah 1 a. Prosedur Nebulisasi pada anak


b. Pemberian obat pada anak (oral dan injeksi)
c. Respons hospitalisasi pada anak
d. Intervensi mencegah reaksi stress akibat
hospitalisasi

4 Ruang Thalasemia dan a. Kemoterapi


Onkologi b. Transfusi darah

5. Raudhah 2 (Bedah Anak) a. Perawatan luka pada anak


b. Manajemen nyeri (pengkajian dan intervensi) pada
anak

8
6. Poliklinik Anak a. Pemeriksaan fisik dan anamnesa pada anak
b. Pemeriksaan perkembangan anak

7. Puskesmas – Imunisasi a. Pemberian imunisasi


b. Penerapan MTBS
c. Pemeriksaan antropometri pada anak (BB, PB/TB,
LK, hitung usia anak)

8. Sekolah Luar Biasa (Anak a. Perkembangan anak berkebutuhan khusus


Kebutuhan Khusus b. Terapi anak kebutuhan khusus

3. Rancangan Pelaksanaan Blok


a. Nama Tutor
1) Ns. Sri Intan Rahayun ingsih, M.Kep.,Sp.Kep.An (SI)
2) Ns. Sufriani, M.Kep.,Sp.Kep.An (SF)
3) Ns. Nova Fajri, Sp.Kep, An (NF)
4) Ns. Nevi Hasrati Nizami, M.Kep (NH)
5) Ns. Inda Mariana Harahap, M.Kep (IM)
6) Ns. Darmawati, M.Kep. Sp.Mat (DW)
7) Ns. Dewi Hermawati, Sp.Mat (DH)
8) Ns. Aida Fitri (AF)

b. Kegiatan Tutor
1) Tutor diharapkan membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2) Tutor diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif
dalam proses pembelajaran.
3) Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan baik
pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4) Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah
keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari kasus pemicu
yang diberikan.
5) Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang
belajar dan laboratorium.
6) Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7) Apabila mengalami kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.

9
c. Kegiatan Mahasiswa
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (introduction lecturer) oleh koordinator blok yang bertujuan memberikan
gambaran secara komprehensif pada mahasiswa mengenai modul yang akan
dipelajari, kompetensi, tujuan pembelajaran serta metode pembelajaran yang
akan digunakan. Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai
dengan metode pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan praktikum
merupakan lanjutan dari pembelajaran konsep keperawatan anak.

d. Metode Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL)
dengan menggunakan metode The Seven Jump, ISS, Lecture, tugas
individu/kelompok dan praktikum di laboratorium keperawatan anak dan
praktek lapangan.

e. Metode Evaluasi
1. Absensi : 5%
2. Soft skill :7%
3. Diskusi/presentasi : 10 %
4. Tugas individu/kelompok : 20 %
6. Ujian tulis : 28 %
7. Praktikum : 30%

Tugas Individu : Tugas Kelompok = 60% : 40 %


Rincian penilaian praktikum:
a. Pretest : 10%
b. Proses : 5%
c. Tindakan : 20%
d. Ujian praktikum (OSPE) : 65%

10
BAB III
PENYAJIAN KEPERAWATAN ANAK I

URAIAN MATERI
A. PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA MELIPUTI:
1. KONSEP FAMILY CENTERED CARE
Family centered care (asuhan berpusat pada keluarga). Dalam setiap
kegiatan merawat anak di rumah sakit (RS) selalu difasilitasi oleh keterlibatan
orangtua termasuk mengupayakan peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat anaknya. Perawat juga punya peran penting dalam memfasilitasi
hubungan orang tua dengan anaknya dan harus diupayakan jangan sampai
terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya selama RS. Dengan
difasilitasinya hubungan antara orangtua dan anaknya, diharapkan mempunyai
kesempatan untuk meneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama di
RS (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan
kemampuan orang tua dalam merawat anaknya. Orangtua dipandang
sebagai subjek yang punya potensi untuk melaksanakan perawatan pada
anaknya. Di harapkan selama perawatan anaknya di RS, terjadi proses belajar
pada orangtua, baik dalam hal peningkatan pengetahuan dan ketrampilan yang
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Dengan demikian, pada saat
anak diperbolehkan pulang kerumah, orang tua sudah memiliki seperangkat ilmu
pengetahuan dan ketrampilan tentang perawatan anaknya (Wong, Hockenberry-
Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
Prinsip asuhan yang berpusat pada keluarga meliputi: flexibility
(asuhan yang diberikan tidak kaku pada sistem yang ada), collaboration (pemberi
asuhan berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam pemberian asuhan
keperawatan), support (memberi dukungan baik fisik, psikologis, sosial dan
spiritual), empowerment (memberdayakan anak dan keluarga dalam proses
asuhan), respect (pemberi asuhan menghargai keunikan anak), information
(pemberi asuhan berkomunikasi dan berbagi informasi yang bemanfaat
dengan anak dan keluarga secara lengkap dengan cara yang tegas), strengths
(senantiasa memanfaatkan kekuatan yang ada pada anak dan keluarga), dan
choice (memberi alternatif pada anak dan keluarga dalam menentukan asuhan)
(Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).

11
2. KONSEP ATRAUMATIC CARE
Atraumatic care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam layanan pelayanan kesehatan anak,melalui penggunaan
tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun distress psikologis yang
dialami anak dan orangtua. Atraumatic care bukan satu bentuk intervensi yang nyata
terlihat, tetapi member perhatian pada apa, siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana
prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangi
sresfisik dan psikologis (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz,
2008).
Asuhan yang terapeutik tersebut dapat dilakukan melalui tindakan
pencegahan, penetapan diagnosis, pengobatan, dan perawatan baik pada kasus
akut maupun kronik dengan intervensi mencakup pendekatan psikologis
(menyiapkan anak untuk prosedur fisik, memberikan kesempatan pada orang tua
untuk terlibat merawat anak di RS, dan menciptakan suasana lingkungan RS yang
nyaman bagi anak dan orangtua). Dapat dibayangkan bagaimana bila seorang
perawat atau dokter anak datang kepada pasien (anak dan keluarganya) untuk
melakukan asuhan keperawatan, tetapi dengan wajah cemberut, masam, dan tidak
ada sapaan serta tidak ramah sedikitpun. Mungkin sebelum dilakukan tindakan
anak sudah takut dan menangis atau bahkan tidak mau didekati. Akan tetapi,
bagaimana bila seorang perawat datang dengan wajah yang manis, tersenyum, dan
sapaannya ramah pada anak, lemah lembut, sambil menawarkan mainan kecil yang
menarik hati. Selain petugasnya, ruang perawatan untuk anak tidak dapat disamakan
seperti orang dewasa. Ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan
nuansa anak (adanya gambar di dinding, tirai, dan seprei serta sarung bantal yang
berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).

B. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK MULAI NEONATUS SAMPAI REMAJA


1. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Definisi
Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran sel pada
saat membelah dan mensistensi protein baru menghasilkan peningkatan
ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel (Wong, Hockenberry-Eaton,
Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008). Perkembangan adalah tahap

12
kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan
dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta
pembelajaran (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
b. Pola pertumbuhan dan perkembangan
Yaitu peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan
pada anak.
1) Pola perkembangan fisik yang terarah terdiri dari dua prinsip yaitu
cephalocaudal dan proximal distal (Wong, 2008)
a) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dari kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran
kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan
untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala
dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan tangan dan
kaki.
b) Proximaldistal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang
dimulai dengan menggerakkan anggota gerak yang paling
dekat dengan pusat/sumbu tengah, seperti menggerakkan bahu
dahulu baru kemudian jari-jari.
2) Pola perkembangan dari umum ke khusus, yaitu pola pertumbuhan dan
perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah yang lebih
umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks.
Misalnya melambaikan tangan kemudian memainkan jari.
3) Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan
Pola ini mencerminkan ciri khusus dalam setiap tahapan perkembangan
yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan
selanjutnya. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu :
a) Masa pra lahir; terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat
dan jaringan tubuh
b) Masa neonatus; terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di
luar rahim dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam
perubahan
c) Masa bayi; terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
mempengaruhinya dan mempunyai kemampuan untuk melindungi
dan menghindari dari hal yang mengancam dirinya

13
d) Masa anak; terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat,
sikap, minat dan cara penyesuaian dengan lingkungan
e) Masa remaja; terjadi perubahan kearah dewasa sehingga
kematangan pada tanda-tanda pubertas.
4) Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan/belajar
Terdapat saat yang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk
mencapai proses kematangan dan kematangan yang dicapainya dapat
disempurnakan melalui rnagsangan yang tepat. Masa ini merupakan
masa kritis yang harus dirangsang agar mencapai perkembangan
selanjutnya melalui proses belajar.

2. Dasar Teori Perkembangan Mental


a. Perkembangan Kognitif (Piaget)
Perkembangan kognitif terdiri atas perubahan-perubahan terkait usia yang
terjadi dalam aktivitas mental. Teori yang paling terkenal tentang cara
berpikir anak, dan teori perkembangan yang lebih komprehensif dibuat
oleh psikolog dari swiss bernama Jean Piaget. Menurut Piaget, intelegensia
memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga
meningkatkan kemungkinan bertahan hidup (Wong, Hockenberry-Eaton,
Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
1) Sensorimotor (lahir sampai 2 tahun)
Anak-anak mengalami perkembangan aktivitas refleks dari perilaku
berulang sederhana ke perilaku imitatif. Mereka membentuk rasa
“sebab akibat” pada saat mereka mengarahkan perilaku terhadap suatu
objek. Penyelesaian masalah biasanya bersifat uji coba. Mereka
menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, eksperimentasi, dan
menyukai hal-hal baru serta mulai membentuk rasa diri karena mereka
mampu membedakan diri mereka dari lingkungannya. Mereka
menyadari bahwa sebuah objek memiliki sifat permanen bahwa
sebuah objek tetap ada walaupun tidak terlihat. Diakhir periode
sensorimotor anak-anak mulai menggunakan bahasa dan cara
berpikir representasional (Wong, 2008)
2) Praoperasional (2 sampai 7 tahun)
Ciri menonjol tahap praoperasional dalam perkembangan intelektual
adalah egosentrisme, hal ini bukan berarti egois atau berpusat pada

14
diri sendiri, tetapi ketidakmampuan menempatkan diri ditempat orang
lain. Berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak-anak tidak
dapat berpikir melebihi yang terlihat, dan mereka kurang mampu
membuat dedukasi atau generalisasi. Pemikiran didominasi oleh apa
yang mereka lihat, dengar, atau alami. Pada tahap akhir periode ini
pemikiran mereka bersifat intuitif (misalnya bintang harus pergi tidur
karena mereka juga tidur). Cara berpikir juga bersifat transduktif karena
dua kejadian terjadi bersamaan, mereka saling menyebabkan satu
sama lain atau pengetahuan tentang satu cirri dipindahkan ke cirri lain
(misalnya semua wanita yang berperut besar pasti hamil) (Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, Schwartz, 2008).
3) Operasional konkret (7 sampai 11 tahun)
Pada usia ini berpikir menjadi semakin logis dan masuk akal. Anak-
anak mampu mengklasifikasi, mengurutkan, menyusun, dan
mengatur fakta tentang dunia untuk menyelesaikan masalah. Mereka
membentuk konsep baru tentang permanen konservasi. Mereka
menyadari bahwa faktor-faktor fisik seperti volume berat badan, dan
jumlah tetap sama sekalipun tampilan luarnya berubah. Cara berpikir
bersifat induktif, cara berpikir tidak lagi terlalu berpusat pada diri sendiri.
Mereka dapat mempertimbangkan sudut pandang orang lain yang
berbeda dan sudut pandang mereka sendiri. Cara berpikir menjadi
semakin tersosialisasi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).
4) Operasional formal (11 sampai 15 tahun)
Cara berpikir operasional formal dicirikan dengan adaptabilitas dan
fleksibilitas. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah-istilah abstrak,
menggunakan simbol abstrak, dan menarik kesimpulan logis dari
serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis dan
mengujinya, mereka dapat mempertimbangkan hal-hal yang bersifat
abstrak, teori dan filosofi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
Schwartz, 2008).

b. Perkembangan Bahasa
Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme dan kemampuan untuk
mengembangkan bicara dan ketrampilan berbahasa. Mereka tidak dapat

15
berbicara secara spontan. Lingkungan harus memberikan cara bagi
mereka untuk menguasai ketrampilan ini. Keahlian bicara membutuhkan
struktur dan fungsi fisiologis yang utuh (termasuk pernapasan,
pendengaran, dan otak) ditambah intelegensi, kebutuhan untuk
berkomunikasi dan stimulasi (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, Schwartz, 2008).
Laju perkembangan bicara bervariasi dari satu anak ke anak yang lain
dan berkaitan langsung dengan kompetensi neurologik dan perkembangan
kognitif. Bahasa tubuh mendahului kemampuan bicara, dan dengan cara
ini anak kecil mengkomunikasikan rasa puasnya. Pada saat kemampuan
bicara berkembang, bahasa tubuh berkurang namun tidak pernah hilang
sepenuhnya. Disemua tahap perkembangan bahasa, pemahaman anak
terhadap perbendaharaan kata (kata yang mereka pahami) lebih besar dari
pada perbendaharaan kata yang mereka ekspresikan (yang mereka
ucapkan), dan perkembangan ini mencerminkan proses modifikasi yang
kontinu yang melibatkan perolehan kata-kata baru, dan perluasan arti dari
kata-kata yang dipelajari sebelumnya (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson,
Winkelstein, Schwartz, 2008).

c. Perkembangan Moral (Kohlberg)


Menurut Wong (2008), Anak-anak juga mendapatkan cara berpikir
moral dalam urutan perkembangan. Perkembangan moral, dijelaskan oleh
Kohlberg, dibuat berdasarkan teori perkembangan kognitif dan terdiri atas
tiga tingkat utama yaitu :
1) Tingkat prakonvensional
Tingkat prakonvensional dalam perkembangan moral sejajar
dengan tingkat pemikiran intuitif. Terorientasi secara budaya
dengan label baik/buruk dan benar/salah anak-anak mengintegrasikan
label ini dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi menyenangkan dari
tindakan mereka. Awalnya, anak-anak menetapkan baik atau buruknya
suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Mereka
menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa
yang berkuasa untuk menentukan dan memperkuat aturan dan label.
2) Tingkat konvensional
Pada tahap ini anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas. Mereka

16
menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok, atau negara
tanpa memperdulikan konsekuensinya. Perilaku yang disetujui dan
disukai atau membantu orang lain dianggap sebagai perilaku yang baik.
Seseorang mendapat persetujuan dengan bersikap baik mematuhi aturan,
melakukan tugas seseorang, menunjukkan rasa hormat terhadap
wewenang, dan menjaga aturan sosial merupakan perilaku yang tepat.
3) Tingkat pascakonvensional, autonomi, atau prinsip
Pada tahap ini individu telah mencapai tahap kognitif operasional
formal. Perilaku yang tepat cenderung didefinisikan dari segi hak-hak dan
standar umum individu yang telah diuji dan disetujui masyarakat.

3. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak


Menurut Wong (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak yaitu :
a. Keturunan
Karakteristik yang diturunkan mempunyai pengaruh besar pada
perkembangan. Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat
mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk
mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar
antara orang tua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat
badan, dan laju pertumbuhan. Kebanyakan karakteristik fisik, termasuk pola
dan bentuk gambaran, bangun tubuh, dan keganjilan fisik, diturunkan dan
dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan
lingkungannya. Banyak dimensi kepribadian, seperti temperamen, tingkat
aktivitas, responsif, dan kecenderungan kearah rasa malu, diyakini
dapat diturunkan.
b. Faktor Neuroendokrin
Kemungkinan semua hormon mempengaruhi pertumbuhan dalam beberapa
cara. Tiga hormon pertumbuhan, hormon tiroid dan androgen ketika
diberikan pada individu yang kekurangan hormon ini, merangsang
anabolisme protein dan karenanya menghasilkan retensi elemen esensial
untuk pembangunan protoplasma dan jaringan bertulang. Tampak bahwa
setiap hormon yang mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pada periode pertumbuhan yang
berbeda.

17
c. Nutrisi
Faktor diet mengatur pertumbuhan pada semua tahap perkembangan dan
efeknya ditunjukkan pada cara beragam dan rumit. Selama periode
pertumbuhan prenatal yang cepat, nutrisi buruk dapat mempengaruhi
perkembangan dari waktu implantasi ovum sampai kelahiran. Selama
masa bayi dan kanak-kanak, kubutuhan terhadap kalori relative besar,
seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. Pada
waktu kebutuhan protein dan kalori lebih tinggi dibandingkan pada hampir
setiap periode perkembangan pasca natal. Ketika laju pertumbuhan
melambat disertai dengan penurunan metabolisme, akibatnya terjadi
penurunan kebutuhan kalori dan protein.
d. Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam
perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan
kepribadian. Tidak hanya kualitas dan kuantitas kontak dengan orang lain
yang member pengaruh pada anak yang sedang berkembang, tetapi
luasnya rentang kontak penting untuk pembelajaran dan perkembangan
kepribadian yang sehat.
e. Individu yang menjadi pengasuh tidak diragukan lagi adalah individu
satu-satunya yang paling berpengaruh selama awal masa bayi. Individu
ini dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi yaitu makanan,
kehangatan kenyamanan dan kasih sayang. Individu ini menstimulasi indra
anak dan memfasilitasi pengembangan kemampuan anak. Melalui
individu ini, anak belajar untuk percaya terhadap dunia dan merasa aman
untuk menjelajahi hubungan yang semakin luas.
f. Secara umum, orang tua paling berpengaruh dalam membantu anak
menemukan identifikasi peran seksual. Orang tua mendefinisikan
dan mendorong perilaku peran seksual yang dapat diterima dan
memberikan model peran seksual yang tepat untuk anak. Apabila tidak ada
model peran seksual yang tepat dalam lingkungan keluarga, anak
dapat mengadopsi beberapa karakteristik orang tua atau saudara
kandung yang memiliki jenis kelamin berbeda. Sering kali anak
mengidentifikasi guru atau orang terdekat lain yang memiliki jenis kelamin
sama.

18
g. Tingkat Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai
dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua
usia anak dari keluarga kelas atas dan menengah mempunyai tinggi
badan lebih dari anak dari keluarga dengan strata sosioekonomi rendah.
h. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi
klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Banyak penyakit kronik yang
dikaitkan dengan berbagai tingkat kegagalan pertumbuhan adalah
anomali jantung kongenital dan gangguan pernapasan seperti kistik
fibrosis. Gangguan apa pun yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna dan mengabsorpsi nutrisi tubuh akan member efek
merugikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
i. Pengaruh media masa
Anak-anak masa kini cenderung memilih media dan figure olahraga sebagai
model peran ideal mereka, sedang orang tua mereka sebagai orang yang
paling ingin mereka contoh. Kecenderungan ini dapat dipandang sebagai
kekhawatiran serius atau kesempatan besar untuk meningkatkan model
peran positif. Tidak ada keraguan bahwa media komunikasi member anak
cara untuk memperluas pengetahuan mereka tentang dunia tempat mereka
hidup dan berkontribusi dalam mempersempit perbedaan antar kelas.

4. Tahap tumbuh kembang anak


a. Bayi 0-6 bulan
1) Pertumbuhan fisik
Pada bayi yang lahir cukup bulan berat badan akan menjadi 2 kali berat
badan waktu lahir pada bayi umur 5 bulan. Berat badan bayi 0-6 bulan
setiap minggunya berat badan akan bertambah 140-200 gr. Sedangkan
panjangnya setiap bulannya akan bertambah 2,5 cm per bulan.
2) Perkembangan motorik
Telapak tangannya menggenggam tidak kuat kecendrungan tangan
kemulut, tangan tidak mengepal setiap saat, kadang-kadang tangan
terbuka, melihat objek yang ada diatas kepalanya, ingin mendapat objek
tersebut tetapi tidak bisa mengenggam walaupun sudah ditangan, dan
pada umur 4-6 bulan, bayi akan lebih sering mengguling. Lebih dapat

19
menahan berat badan pada saat didudukkan, mulai mengambil benda tapi
sering lepas dengan menggunakan tangan mengepal, akan menyokong
berat badan pada saat posisi tengkurap.
3) Perkembangan Bahasa
Pada umur 0-3 bulan bayi akan menangis, bermain dengan suara
tenggorokan dan mulai belajar vocal. Pada umur 3-6 bulan bayi akan
mencari suara yang ada diruangan, mengarahkan pandangan kepada arah
suara.
4) Perkembangan kognitif
Pada umur 0-3 bulan memiliki refleks dan tingkah laku yang halus, mulai
mengulang gerakan yang menyenangkan (menghisap ibu jari). Pada umur
3-6 bulan bayi akan mengenali wajah objek yang lama, ketrampilannya
akan bertambah seperti menggenggam dan mengunyah.

b. Bayi 6-12 bulan


1) Pertumbuhan fisik
Berat badan bayi umur 6-12 bulan menjadi tiga kali dari berat badan bayi
waktu lahir dalam satu tahun pertama, berat badan ini mengalami
pertambahan 85 sampai 140 gr/mgg, sedangkan tingggi badannya
bertambah 1,25 cm ( 0,5 inc/bln). Panjang bayi akan meningkat kira-kira
50% pada akhir pertumbuhan pertama.
2) Perkembangan motoric
Bayi dapat memindahkan objek dari suatu tangan ketangan yang lain,
sudah dapat menggapai objek dan menggenggam dengan baik, dapat
berdiri dengan dipegangi, dapat duduk sendiri tanpa dibantu, dapat
merangkak, berjalan sambil berpegangan.
3) Perkembangan Bahasa
Bayi dapat tertawa dan berteriak, dia dapat menikmati suaranya sendiri,
berbicara dengan mainan, mengucapkan kata-kata kombinasi (mama,
papa).
4) Perkembangan kognitif
Bayi dapat meniru suara dan gerakan tangan sederhana melihat objek dan
tertarik menjatuhkannya, berkembang kesadaran adanya arti dan akhir dari
hubungan, menunjukan pertambahan perilaku.

20
5) Perkembangan psikososial
Bayi pada tahap oral, sebaiknya kebutuhan dipenuhi dengan segera, untuk
membangun kepercayaan dapat dilakukan dengan sentuhan, kehangatan
dan kelembutan. Bayi juga dapat bermain dengan orang lain dapat
dimotivasi dengan keinginan bersenang-senang dan mendapatkan
kesenangan yang berhubungan dengan orang lain.

c. Toddler 1-3 tahun


1) Pertumbuhan fisik
Pada anak berat badan akan meningkat 4 kali pada umur 2,5 tahun
dimana setiap tahun akan bertanbah 2-3 kg sedangkan tinggi
badan bertambah panjang kira-kira 50% dari panjang badan umur 1 tahun
untuk tahun keduanya. Sedangkan pada umur 3 tahun penambahan
sekitar 6-8 cm.
2) Perkembangan motorik
Anak pada usia 12-18 bulan dapat berdiri sendiri, berjalan dengan tegak,
dapat menumpuk 2 balok keatas, minum dengan cangkir, buang air kecil
lebih teratur. Sedangkan pada umur 18-24 bulan sudah dapat duduk
sendiri pada kursi yang kecil, mendorong dan menarik bola kedepan,
menyusun bangunan 3-4 balok, menggunakan sendok makan tanpa jatuh,
mencoba membuat garis. Untuk umur 2-3 tahun dapat berjalan berjinjit,
menyusun 7-8 balok, memegang pensil dengan baik, naik tangga,
menaruh pensil kedalam botol, memakai sepatu sendiri.
3) Perkembangan Bahasa
Pada usia 12-18 bulan suara lebih keras, menggelengkan kepala saat tidak
setuju, mengatakan kata-kata sederhana secara berulang-ulang, pada umur
18-24 bulan dapat menyebutkan bagian tubuh dan nama benda,
menggunakan kata tunggal, mengikuti langsung contoh kalimat, sedangkan
pada umur 2-3 tahun dapat mengetahui satu warna, menyebutkan nama
lengkap, nama panggilannya sendiri, mengerti arti lelah dan lapar, aktif
bertanya dan berbicara, penambahan artikulasi.
4) Perkembangan kognitif
Pada umur 3 tahun dia dapat bermain imajinasi sendiri, mengetahui jenis
kelamin sendiri, dapat memanjat dengan kaki bergantian, meletakkan
kedua kakinya pada masing-masing tangga sambil melompat. Anak-anak

21
pada usia 3 tahun mempunyai keinginan yang besar untuk bebas melakukan
hal-hal yang disukainya. Pada umur 4 tahun dia dapat mengerti panjang dan
pendek, berat dan ringan dapat meneruskan imajinasi dan bercerita
mencakup fantasi dan realita, dapat menuliskan nama lengkap, dapat
menyebutkan umurnya sendiri, anak laki-laki pada usia ini sering
bertengkar secara fisik meliputi menendang, memukul, menggigit,
sedangkan anak perempuan lebih suka berteriak pada temannya ketika
tidak setuju. Sedangkan pada usia 5-6 tahun dia dapat mengidentifikasikan
warna, mulai lancar untuk berbicara mengklasifikasikan benda menurut
karakteristiknya.

d. Prasekolah 3-6 tahun


1) Pertumbuhan fisik
Anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam pertumbuhan.
Pada tahun ketiga terjadi penambahan berat badan 1,8 s.d. 2,7 kg dan
rata-rata berat badan 14,6 kg. Penambahan tinggi badan berkisar 7,5 cm
dan tinggi badan rata-rata 95 cm. Pada tahun ke empat berat badan
mencapai 16,7 kg dan tinggi badan rata-rata 103 cm. Pada tahun ke lima
berat badan rata-rata 18,7 kg dan tinggi badan rata-rata 110 cm. Terjadi
perubahan pada gigi yaitu tumbuh gigi permanen.
2) Perkembangan motorik
Di usia prasekolah, gerakan tangan anak (handstroke) sudah pada taraf
membuat pola (pattern making). Ini tingkat paling sulit karena anak harus
membuat bangun/bentuk sendiri. Jadi anak dituntut mengandalkan
imajinasinya. Sedangkan pada keterampilan motorik kasar, anak usia
prasekolah sudah mampu menggerakkan seluruh anggota tubuhnya untuk
melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga,
melempar bola, bahkan melakukan dua gerakan sekaligus seperti melompat
sambil melempar bola.
3) Perkembangan kognitif
Ciri kognitif anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian
dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya
anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk
menjadi pendengar yang baik. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.

22
4) Perkembangan kreativitas
Kreativitas imajiner (orang, benda, atau binatang yang diciptakan anak
dalam khayalannya) dan animasi (kecenderungan mengganggap benda
mati sebagai benda hidup) yang merupakan kreativitas awal di masa batita
sudah mulai ditinggalkan. Sebagai gantinya, anak prasekolah cenderung
melakukan dusta putih (white lie) atau membual. Tujuannya bukan untuk
menipu orang lain, tapi karena ia merasa yakin hal itu benar. Ia ingin
bualannya didengar. Perlu diketahui, pada masa prasekolah, anak sudah
mulai menunjukkan ego dan otoritasnya. Misalnya ia melihat seekor naga
hitam melintas di depan rumah. Anak ini merasa yakin dan ingin orang lain
juga turut meyakininya. Sejalan dengan pertambahan usianya dimana anak
mulai membedakan antara khayalan dan kenyataan, kebiasaan membual
mulai hilang. Sebaliknya, orang dewasa juga jangan membiarkan anak untuk
terus-terusan membual berlebihan. Sebab, bila hal ini dibiarkan, membual
dan melebih-lebihkan yang dilakukan dengan tujuan mengesankan orang
lain, namun menjadi kebohongan yang mungkin menjadi kebiasaan.
5) Perkembangan sosial
Usia prasekolah memberi kesempatan luas kepada anak untuk
mengembangkan keterampilan sosialnya. Di usia inilah ia mulai melihat
dunia lain di luar dunia rumah bersama ayah-ibu. Kemampuan
bersosialisasi harus terus diasah. Sebab, seberapa jauh anak bisa meniti
kesuksesannya, amat ditentukan oleh banyaknya relasi yang sudah dijalin.
Banyaknya teman juga membuat anak tidak gampang stres karena ia bisa
lebih leluasa memutuskan kepada siapa akan menceritakan masalahnya.

e. Sekolah 6-12 tahun


1) Pertumbuhan fisik
Berat badan meningkat sekitar 2-3 kg/thn sedangkan untuk tinggi
badan setelah umur 7 tahun akan bertambah 5 cm setiap tahunnya dan
pada usia 13 tahun panjangnya tiga kali dari panjang lahir. Pada saat
mendekati usia 6 tahun mulai kehilangan giginya (rontok). Biasanya
pada awal usia sekolah gigi geraham mulai tumbuh, sedangkan pada
usia 12 tahun sistem saraf lebih kompleks dan mampu menulis naskah.
2) Perkembangan psikososial
Pada usia sekolah anak mengalami perubahan pergaulan dilingkungan

23
sekolah atau masyarakat, sehingga anak-anak tersebut mulai
hidup dengan bebas dan mencari tujuan serta tingkah laku diluar
rumah. Pada saat usia ini anak belajar untuk menghasilkan sesuatu
dan miulai untuk mengeksplor keinginan seperti mengkoleksi
binatang peliharaan dan bermain kartu. Anak usia sekolah
membutuhkan pengetahuan untuk keberhasilan mereka, contohnya
dalam hal prestasi belajar, partisipasi kelompok dalam mengembangkan
ketrampilan olah raga Jika seseorang anak tidak dapat meningkatkan
prestasi sesuai harapan orang tua, saat itulah pertama kali anak
belajar mengalami kegagalan dan bereaksi dengan ansietas dan
bermusuhan.
3) Perkembangan kognitif
Anak pada usia sekolah biasanya menggunakan kalimat induktif
“sebab” untuk memecahkan masalah yang baru, dapat mengerti
peristiwa yang terjasi, dapat menggunakan logika yang simpel seperti
masa volume berat, serta menguasai dasar-dasar matematika.
4) Perkembangan motorik
Pada anak usia 8 tahun dapat bekajar untuk menulis dengan
tangan, misalnya: menulis angka dan huruf dengan teliti,
menggambar dan mewarnai, anak usia ini juga dapat mengerjakan
pekerjaan rumah, berlari, melompat, mengendarai sepeda, berenang
dan mengikuti gerakan yang diajarkan seperti menari.

f. Remaja 12-18 tahun


Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu itu
berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Dalam periode ini terjadi masa
transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, baik fisik dan perilaku
maupun sifat, dalam periode ini akan terjadi perubahan yang tercepat dan
universal seperti, meningkatkan emosi, perubahan bentuk tubuh, dan
berubahnya pola perilaku.
Pada periode remaja mereka berusaha unutk mencari identitas diri
yang menjelaskan siapakah dirinya dan apakah perannya dalam masyarakat.
Pada periode ini mereka sudah mulai memikirkan cita-cita untuk masa
derpannya.

24
1) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan berat badan seiring dengan tinggi badan. Wanita pada
umur 10-14 tahun berat badannya akan bertambah 7-25 kg dengan rata-
rata 17,5 kg, sedangkan tinggi badannya akan bertambah 5-25 cm kira-
kira 95% dari tinggi badan yang dicapai pada permulaan menstruasi
sekitar umur 13 tahun dan rata-rata akan bertambah 20,5 cm,
sedangkan untuk laki-laki pada umur 11-14 tahun berat badannya akan
bertambah 7-30 kg dengan rata-rata 23,7 kg, sedangkan untuk
pertambahan tinggi badan yang paling puncak adalah pada umur 15
tahun dengan rata-rata 27,5 cm.
2) Proporsi tubuh
Bentuk tubuh seseorang dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
makanan yang dikonsumsi dan genetik orang tuanya.
3) Organ seks
Organ seks laki-laki dengan perempuan mencapai ukuran yang
matang pada akhir remaja tetapi fungsinya belum matang sampai
beberapa tahun kemudian.
4) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitf pada manusia terjadi pada umur 12-15
tahun, mereka akan mengembangkan keterampilan, kemampuan,
kerja sama dan komunikasi untuk membuat rencana menuju masa
depannya.

C. Pemeriksaan fisik pada anak


1. Pengukuran Pertumbuhan
Pengukuran pertumbuhan fisik pada anak adalah elemen kunci dalam evaluasi
status kesehatan anak. Parameter pertumbuhan fisik meliputi berat badan, tinggi
badan (panjang badan), ketebalan lipatan kulit, lingkar lengan dan lingkar kepala.
Grafik pertumbuhan yang paling umum digunakan di amerika Serikat adalah grafik
dari National Center for Helath Statistics (NCHS) untuk anak laki-laki dan
perempuan berdasarkan usia. Berat badan diukur dengan timbangan yang sesuai.
Sebelum ditimbang timbangan diatur pada angka nol. Adapun pengukuran lemak
tubuh yang tepat adalah ketebalan lipatan kulit, ketabalan lipatan kulit diukur
dengan kapiler khusus, seperti kapler lange, tempat yang paling sering digunakan
untuk mengukur adalah trisep, subscapula, suprailiaka, abdomen, dan paha atas.

25
Untuk lingkar lengan adalah pengukuran tidak langsung terhadap massa otot.
Lingkar kepala untuk menentukan apakah terdapat pembesaran ukuran kepala,
diukur pada anak sampai berusia 36 bulan atau anak yang memiliki masalah
pada ukuran kepala.
a. Penampilan umum
Penampilan umum anak adalah kesan subjektif dan kumulatif penampilan
fisik anak, status nutrisi, perilaku, kepribadian. Perhatikan mimik wajah,
ekspresi wajah. Observasi postur, posisi, dan tipe pergerakkan tubuh (anak
yang kehilangan fungsi pendengaran atau penglihatan menagangkat kepala
dalam posisi yang kaku), perhatikan hygine, perilaku dan nutriai anak.

b. Kulit
kaji warna, tekstur, suhu dan turgor kulit atau tingkat elasitisitas kulit

c. Struktur Asesorius
Inspeksi warna, tekstur, kulaitas, distribusi dan elasitisitas rambut dan kulit
kepala. Rambut pada anak biasnya berkilau, halus, kuat, dan elastis.
Inspeksi warna, bentuk, tekstur dan kualitas kuku. Secara normal kuku
berwarna merah muda, konveks, halus, dan keras tetapi fleksibel.

d. Kelenjar limfe
Kelenjar limfe biasanya dikaji ketika bagian tubuh tempat kelenjar limfe
tersebut berada. Palpasi kelenjar dengan menggunakan bagian distal jari
dan secara lembut namun tegas, tekan dengan gerakkan
melingkarsepanjang letak normal kelenjar tersebut. Catat ukuran, mobilitas,
suhu, dan nyeri tekan jugalaporan orang tua tentang adanya perubahan
yang dapat dilihat dari pembesaran kelenjar. Pada anak kelenjar yang kecil
tidak nyeri dan hangat biasanya normal.kelenjar limfe yang teraa nyeri,
membesar dan dapat digerakkan biasanya menandakan infeksi atauinfeksi
atau inflamasi.

e. Kepala dan Leher


Observasi bentuk dan simetris kepala secara umum. Adanya pendataran
pada satu sisi kepala, seperti ubun-ubun kecil, dapat mengidikasikan bahwa
anak tersebut berbaring pada posisi yang sama. Catat kontrol kepala pada
bayi dan postur kepala pada anak yang lebih besar, palpasi tulang

26
tengkorak untuk mengetahui kepatenan sutura, ubun-ubun, fraktur dan
pembengkakan.

f. Mata
Inspeksi struktur eksterna, yaitu penempatan kelopak yang tepat pada mata,
konjungtiva palpebra, sklera, kornea dan reaksi pupil terhadap cahaya.
Inspeksi struktur interna menggunakan oftalmoskop memungkinkan
visualisasi bagian dalam bola mata dengan sistem lensa dan cahaya
intensitas tinggi.

g. Telinga
Inspeksi struktur eksterna meliputi daun telinga yang disebut pina atau
aurikula, ukur kesegarisan tinggi pina. Secara normal, pina sedikit melebar
kearah luar tengkorak. Kecuali pada bayi baru lahir, telinga datar pada
kepala atau menonjol jauh dari kulit kepala dapat mengindikasikan masalah.
Inspeksi permukaan kulit disekitar telinga untuk mengetahui adanya lubang
kecil, tonjolan tambahan kulit, atau sinus. Kaji juga hygine telinga, lihat
saluran telinga eksterna untuk mengetahui adanya serumen. Inspeksi
struktur interna menggunakan otoskop untuk melihat membran timpani
dengan cahaya terang

h. Hidung
Inspeksi struktur eksterna dengan melihat kesimetrisan dan lubang hidung,
terdapat nafas cuping hidung, yang menandakan kesulitan dalam bernapas.
Pada inspeksi struktur interna dengan melihat bagian vestibulo anterior
hidung, perhatikan warna lapisan mukosa (normal berwarna lebih merah dari
oral), perhatikan adanya pembekakakan, keluaran, kekeringan atau
perdarahan. Inspeksi konka, meatus dan septum.

i. Mulut dan tenggorokkan


Minta anak membuka mulutnya lebar-lebar dan mengatakan “ahh” untuk
melihat mukosa mulut, tonsil, uvula, dan orofaring, gusi, gigi, lidah, palatum.

j. Dada
Inspeksi dada untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan, pergerakkan
dinding dada (harus simetris bilateral dan terkoordianasi dengan

27
pernapasan), perkembangan payudara, dan adanya gambaran tulang pada
dada yang dibentuk oleh strenum, inspeksi ruang interkostal, rongga toraks
(barrel chest, pigeon chest )

k. Paru
Paru terletak dalam rongga toraks, dengan satu paru pada setiap sisi
sternum. Setiap paru terbagi menjadi satu apeks, yang agak meruncing dan
agak tinggi dari iga pertama. Inspeksi paru terutama meliputi observasi
pergerakkan pernapasan (kecepatan, irama, kedalaman, dan kualitas
pernapasan, perhatikan karakter bunyi napas. Lakukan perkusi pada paru,
resonan terdengar pada semua lobus paru yang tidak berada dekat dengan
organ lain. Auskultasi dengan stetoskop untuk mengevaluasi suara napas
apakah terdapat suara napas tambahana misal ronkhi dan mengi.

l. Jantung
Jantung terletak dalam rongga toraks diantara paru pada mediastinum dan
diatas diagfragma. Sekitar dua pertiga bagian jantung terletak di dalam sisi
kiri rongga dada, dengan satu pertiga bagian pada bagian kanan melewati
sternum. Kaji waktu pengisian kapiler dan auskultasi bunyi jantung (kualitas,
intensitas, frekuensi, irama, dan sinus aritmia.

m. Abdomen
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, diikuti dengan auskultasi,
kemudian palpasi. Lakukan palpasi terakhir karena hal tersebut dapat
mengaggu bunyi normal abdomen. Membuat garis imajiner rongga abdomen
menjadi empat kuadran. Inspeksi kontur abdomen dengan anak pada posisi
tegak dan terlantang. Observasi pergerakkan abdomen (normlanya
pergerakkan dada dan abdomen sinkron) kaji umbilkus ( ukuran, kebersihan,
dan adanya tanda-tanda abnormalitas) perhatikan apakah terdapat hernia
umbilikalis, hernia inguanalis, dan hernia femoralis. Auskultasi peristaltik
usus atau bising usus, catat tidak adanya bisng usus atau hiperperistaltik.
Lakukan palapasi superfisial, palpasi dalam dan palpasi nadi femoralis.

n. Genetalia
Pemeriksaan genetalia lebih nyaman dilakukan mengiringi pengkajian
andomen pada saat posisi masih terlentang. Pada remaja inspeksi genetalia

28
dapat dilakukan pada akhir pemeriksaan. Pada pemiriksaan genetalia
pakailah sarung tangan dan perhatikan privasi pasien.

o. Anus
Setelah pemeriksaan genetalia, area anal lebih mudah diperiksa, walaupun
anak harus diposisikan telungkup, perhatikan kesimetrisan, lipatan gluteal.
Kaji tonus spinkter anal dengan merangsang refleks anal. Sentuh perlahan
pada area anal menyebabkan kontraksi cepat nyata dari sfinkter anal
eksterna.

p. Punggung dan ekstremitas


Kelengkungan spina normalnya bagian punggung bayi baru lahir adalah
bulat atau berbentuk huruf C dari lengkung toraks dan pelvi. Perkembangan
servikal dan lumbal memperikirakan perkembangan dari berbagai
keterampilan motorik, seperti kurvatura servikal dengan kontrol kepala
membentuk lengkungan S yang khas pada anak yang lebih tua. Kaji
kelaianan bentuk tulang belakang anak mis, skoliosis. Inspeksi kesimetrisan
panjang dan ukuran masing-masing ekstremitas, hitung jumlah jari tangan
dan kaki (polidaktili dan sindaktili), inspeksi suhu dan warna lengan dan kaki
(harus sama pada setiap ekstremitas). Perhatikan apakah terdapat pigeon
toe atau jari kaki yang mengarah kedalam, observasi refleks plantar atau
menggenggam dan refleks babinski (normal dibawah usia 1 tahun).

2. Pengkajian Neurogis
Pengkajian sistem saraf merupakan bagian paling luas dan paling beragam dari
proses pemeriksaan, karena setiap fungsi manusia baik fisik maupun emosional,
dikontrol oleh impuls-impuls neurologis. Pengakijian neurologis meliputi
pemeriksaan refleks dan saraf kranial.

3. Pengkajian perkembangan
Salah satu kompenen paling penting dalam penilaian kesehatan komplit adalah
pengkajian fungsi perkembngan. Prosedur skrining dirancang untuk
mengidentifakasi secara cepat dan dapat diandalkan anak untuk tingkat
perkembangan dibawah normal untuk usia mereka dan memerlukan penyelidikan
lebih lanjut. Adapun pengkajian perkembangan yang digunakan adalah Denver II,
uji skrinning perkembangan yang digunakan paling luas untuk anak kecil

29
merupakan rangkaian pengujian yang dikembangkan oleh Dr. Wiiliam
Frankenburg dan koleganya di Denver, Colorado. Uji yang paling tua dan paling
dikenal, Denver Development Screening Test (DDST) dan revisinya, DDST-R,
telah direvisi, distandarisasi ulang dan berganti nama Denver II.

D. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)


Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) atau yang dalam bahasa
Indonesia disebut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu strategi
untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas dikaitkan dengan penyebab utama
penyakit pada balita (anak umur di bawah lima tahun). WHO dan Unicef mulai
mengembangkan strategi MTBS pada tahun 1992, dan saat ini lebih dari 100 negara
di seluruh dunia telah mengadopsinya. Implementasi dari strategi MTBS memberikan
hasil yang mengesankan, baik dalam mengurangi mortalitas maupun dalam
meningkatkan kualitas hidup dari balita di seluruh dunia.
MTBS merupakan singkatan dari "Manajemen Terpadu Balita Sakit". MTBS
meliputi cara menangani balita sakit dan cara memperhatikan semua masalah dan
kebutuhan anak secara terpadu, cara memberi asuhan dasar pada bayi muda, untuk
memastikan agar bayi muda segera dapat beradaptasi dengan cepat dan aman. IMCI
Computerized Adaptation and Training Tool (ICATT) atau sarana komputer untuk
pelatihan dan adaptasi MTBS akan membantu mempelajari cara menangani masalah
utama penyakit anak dengan menggunakan pedoman tatalaksana klinis MTBS.
Dengan ICATT, dapat membaca informasi baru, melihat video dan foto dan
mengerjakan beberapa latihan yang bermanfaat.
MTBS merupakan pendekatan terpadu untuk kesehatan anak yang berfokus
pada kesejahteraan anak secara menyeluruh. MTBS bertujuan mengurangi kematian,
kesakitan dan kecacatan, serta mempromosikan tumbuh kembang balita. MTBS
meliputi elemen preventif dan kuratif yang dilaksanakan oleh keluarga, masyarakat
dan fasilitas kesehatan.

Strategi MTBS berfokus pada:


1. Peningkatan keterampilan dari pemberi layanan kesehatan dalam manajemen
(tatalaksana) kasus
2. Peningkatan sistem kesehatan secara menyeluruh
3. Peningkatan praktik kesehatan oleh keluarga dan masyarakat

30
1. Prinsip Dari Pedoman Manajemen Terpadu Kasus Klinis
Pedoman MTBS didasari oleh prinsip berikut:
a. Semua balita sakit umur sampai 5 tahun diperiksa untuk tanda bahaya umum
dan semua bayi muda diperiksa untuk tanda-tanda penyakit sangat berat.
Tanda-tanda ini menunjukkan perlunya rujukan segera atau dirawat di rumah
sakit.
b. Anak dan bayi kemudian dinilai untuk gejala utama. Untuk anak yang lebih tua,
gejala utama termasuk batuk atau kesulitan bernapas, diare, demam, dan
infeksi telinga. Untuk bayi muda, gejala utama meliputi infeksi bakteri lokal,
diare, dan ikterus. Sebagai tambahan, semua anak secara rutin dinilai status
gizi dan imunisasinya serta masalah potensial lainnya.
c. Hanya menggunakan tanda-tanda klinis dalam jumlah terbatas, dipilih
berdasarkan sensitivitasnya dan spesivisitasnya untuk mendeteksi penyakit.
d. Suatu kombinasi dari tanda-tanda individual mengarah pada satu klasifikasi
anak dalam satu atau lebih kelompok gejala, dan bukan satu diagnosa.
Klasifikasi penyakit didasarkan pada sistem triase dengan kode warna: “Merah
muda“ menunjukkan perlunya rujukan segera sedangkan “kuning“
menunjukkan diperlukannya pengobatan spesifik pada pasien rawat jalan, dan
“hijau“ menunjukkan perawatan di rumah.
e. Prosedur tatalaksana dari MTBS menggunakan obat-obat esensial dengan
jumlah terbatas dan mendorong partisipasi aktif dari pengasuh anak dalam
menangani anak.
f. Suatu komponen esensial dari MTBS adalah konseling bagi ibu/pengasuh
anak berkaitan dengan perawatan di rumah, pemberian makan dan cairan
yang tepat, dan kapan harus kembali ke klinik, dengan segera atau untuk
tindak lanjut.

Proses MTBS dapat digunakan oleh dokter, perawat dan profesi kesehatan lain
yang memeriksa bayi muda dan balita, pada fasilitas kesehatan dasar, seperti
klinik, puskesmas, puskesmas pembantu atau di unit rawat jalan rumah sakit
(Khusus di rumah sakit, yang ditekankan adalah cara pendekatan yang
komprehensif dari MTBS).

31
2. Langkah-Langkah Dalam Manajemen Terpadu Kasus
Proses manajemen terpadu kasus dalam MTBS terdiri dari sejumlah langkah yang
harus diambil oleh petugas kesehatan untuk memastikan penanganan kasus secara
efektif.
a. Langkah 1: Penilaian
Jika seorang anak atau bayi muda dibawa ke klinik, petugas kesehatan
menggunakan keterampilan komunikasi yang baik untuk menanyakan kepada ibu
tentang masalah anaknya dan membuat penilaian terhadap kondisi anak. Pertama
kali, petugas kesehatan memeriksa adakah tanda bahaya umum yang
menunjukkan kondisi yang mengancam jiwa. Pada bayi muda, petugas kesehatan
memeriksa apakah ada tanda penyakit sangat berat dan infeksi bakteri lokal.
Petugas kesehatan kemudian mengajukan pertanyaan spesifik tentang kondisi
paling umum yang mempengaruhi kesehatan anak. Jika jawabannya positif,
petugas perlu memeriksa anak dengan tepat. Satu bagian esensial dari penilaian
adalah memeriksa status gizi anak dan status imunisasinya. Penilaian mencakup
juga memeriksa masalah kesehatan lain.
b. Langkah 2: Membuat Klasifikasi
Berdasarkan hasil penilaian, petugas kesehatan membuat klasifikasi penyakit
menggunakan suatu sistem triase dengan kode warna yang dikembangkan secara
khusus. Karena banyak anak mengalami lebih dari satu kondisi, setiap kondisi
diklasifikasikan sesuai dengan apakah kondisi itu membutuhkan:

Pengobatan pra-rujukan dan rujukan segera, atau

Pengobatan medis spesifik dan nasihat, atau

Nasihat sederhana tentang penanganan di rumah

c. Langkah 3: Menentukan Tindakan


Setelah mengklasifikasikan semua kondisi yang ada, petugas kesehatan
menentukan tindakan spesifik untuk balita atau bayi muda sakit.
1) Jika seorang anak membutuhkan rujukan segera (klasifikasi merah muda)
perlu diidentifikasi penanganan esensial yang diberikan sebelum rujukan.

32
2) Jika seorang anak membutuhkan pengobatan spesifik (klasifikasi kuning),
dibuat rencana tindakan dan ditentukan obat yang harus diberikan di klinik.
Ditentukan isi dari nasihat yang akan diberikan kepada ibu
3) Jika tak ditemukan kondisi serius (klasifikasi hijau), ibu harus dinasihati dengan
benar tentang tindakan tepat yang harus diambil dalam merawat anaknya di
rumah
d. Langkah 4: Memberi Pengobatan
Setelah menentukan tindakan yang tepat, petugas kesehatan melaksanakan
prosedur yang diperlukan sesuai dengan kondisi anak. Petugas kesehatan:
1) Memberi tindakan pra-rujukan untuk anak sakit yang dirujuk.
2) Memberi dosis pertama dari obat yang sesuai kepada anak yang
membutuhkan pengobatan khusus, dan mengajari ibu cara meminumkan obat,
cara pemberian makan dan cairan selama anak sakit, dan cara menangani
infeksi lokal di rumah.
3) Memberi nasihat tentang penatalaksanaan anak sakit di rumah.
4) Jika perlu, mintalah ibu atau pengasuh anak yang lain agar kembali
berkunjung bersama anaknya untuk tindak lanjut, pada waktu yang telah
ditentukan.
b. Langkah 5: Konseling
Jika ditentukan perlu perawatan tindak lanjut, petugas kesehatan memberitahu ibu
kapan harus kembali ke klinik, dan juga mengajari ibu untuk mengenali tanda-
tanda yang menunjukkan kapan anak harus segera dibawa ke klinik. Bila
diperlukan, petugas kesehatan menilai pemberian makan termasuk praktik
pemberian ASI dan memberikan konseling untuk mengatasi masalah yang
ditemukan dalam pemberian makan. Konseling meliputi juga untuk kesehatan ibu
sendiri.
c. Langkah 6: Tindak Lanjut
Beberapa anak perlu dilihat lebih dari satu kali untuk satu episode sakit saat ini.
Proses penatalaksanaan kasus dari MTBS membantu mengidentifikasi anak yang
memerlukan kunjungan ulang. Jika anak tersebut dibawa kembali ke klinik,
petugas kesehatan memberikan pelayanan tindak lanjut seperti yang disebutkan
dalam pedoman MTBS dan bila perlu nilai kembali anak jika ada masalah baru.

33
E. Asuhan keperawatan dan Patofisiologi pada neonatal serta dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga):
1. Asuhan keperawatan pada pada Bayi Risiko tinggi
a. Definisi
Bayi risiko tinggi didefinisikan sebagai bayi baru lahir, tanpa memperhitungkan
usia gestasi atau berat badan, yang memiliki kemungkinan lebih besar morbiditas
atau mortalitas.
b. Klasifikasi
Bayi risiko tinggi diklasifikasikan sesuai berat badan, usia gestasi, dan masalah
patofisiologi yang menonjol. Berikut terminologi khusus untuk menggambarkan
status perkembangan bayi baru lahir:
a. Klasifikasi menurut ukuran
b. Klasifikasi menurut usia gestasi
c. Klasifikasi menurut mortalitas

Grafik Lubhenco: Pertumbuhan janin sesuai usia gestasi

34
2. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang
dari 2500 gram (WHO, 1961). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat
badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Sofian, 2012). Bayi BBLR merupakan bayi
risiko tinggi yaitu bayi baru lahir, tanpa memperhitungkan usia gestasi atau berat badan,
yang memiliki kemungkinan lebih besar morbiditas atau mortalitas.

b. Beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang berhubungan, yaitu :
1) Faktor ibu
2) Faktor kehamilan
3) Faktor janin

3. Asuhan Keperawatan Pada bayi dengan Asfiksia


a. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir (Sarwono, 2007).
b. Klasifikasi
Derajat asfiksia diklasifikasikan berdasarkan nilai Apgar.
Apgar Skor
Menit
Tanda-Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
1 5 10
Appearance Seluruh badan Warna kulit tubuh Seluruh kulit bayi
(Warna Kulit) biru atau pucat merah berwarna merah
muda,tangan dan muda
kaki kebiruan
Pulse Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(Denyut kali/menit kali/menit
Jantung)
Grimace Tidak ada Meringis/ Meringis/ bersin/
(Respon respons terhadap menangis lemah batuk saat
Reflek) stimulasi ketika distimulasi stimulasi saluran
napas
Activity Lemah atau Sedikit Bergerak aktif
(Tonus Otot) tidak ada gerakan
Respiration Tidak ada Lemah atauMenangis kuat,
(Pernapasan) tidak teratur
pernapasan baik
dan teratur
TOTAL
Menentukan nilai APGAR dengan cara menilai reaksi bayi setelah lahir pada menit
pertama dan menit kelima. Bila skor Apgar pada menit kelima belum mencapai 7, maka
perlu menilai apgar lagi pada menit kesepuluh.
Asfiksia neonatorum di klasifikasikan berdasarkan skor APGAR:
a. Asfiksia Ringan (vigorous baby) : 7-10
b. Asfiksia sedang : 4-6
c. Asfiksia Berat : 0-3

35
Alur resusitasi neonatus

Tabel Down Score

0 1 2 NILAI
Frekuensi Napas < 60 x/menit 60-80 x/menit > 80 x/menit
Retraksi Tidak Ada Retraksi Ringan Retraksi Berat
Sianosis Tidak Sianosis Hilang dengan O2 Menetap walaupun diberi
O2
Air Entry (Udara Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara masuk
Masuk) biletaral baik udara masuk
Merintih Tidak merintih Terdengar dengan Terdengar tanpa alat
stetoskop bantu
TOTAL NILAI

36
Untuk menilai adanya gawat napas pada bayi, maka dilakukan penilaian menggunakan tabel
down score. Nilai total untuk mengidentifikasi derajat kegawatan napas.
Skor < 4 : gangguan pernapasan ringan (membutuhkan O2 nasal)

Skor 4-5 : gangguan pernapasan sedang (membutuhkan Nasal CPAP)

Skor >6 : gangguan pernapasan berat (Membutuhkan pemeriksaan Analisa Gas Darah)

c. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Dengan Hiperbilirubinemia


a. Definisi
Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin dalam darah dan
ditandai dengan jaundice atau ikterus, suatu perwarnaan kuning pada kulit, sclera,
dan kuku (Wong, dkk, 2008).

F. Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi peradangan pada system respirasi anak serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga)
1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asma
Definisi
Asma adalah keadaan klinik yang menunjukan meningkatnya respon trakea dan bronkus
yang menyebabkan penyempitan jalan napas akibat dari bronkospasme, edema mukosa,
dan hipersekresi mucus yang kental.

2. Asuhan Keperawatan Pada Aanak Dengan Pneumonia


Definisi
Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa
kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak awal. Secara
klinis, pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari
penyakit lain.

37
G. Patofisiologi peradangan pada system digestif dan asuhan keperawatan anak serta
dampaknya terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga):
1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare
Definisi
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih 3 kali
pada anak, konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah (Wong, 2008). Penatalaksanaan diare menurut Kementerian kesehatan
RI (2010) yaitu dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare – LINTAS
DIARE).

Penatalaksanaan diare menurut Kementerian kesehatan RI (2010) yaitu dengan


LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare – LINTAS DIARE-)

H. Patofisiologi dan asuhan keperawatan anak dan dampaknya terhadap pemenuhan


kebutuhan dasar manusia (dalam konteks keluarga):
1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kurang Energi dan Protein - KEP
(Marasmus dan Kwashiorkor)
Definisi
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka
kebutuhan gizi (AKG).
Marasmus adalah salah satu bentuk KEP berat yang timbul karena defisiensi karbohidrat
dengan presentasi berat badan kurang dari 60% tanpa edema.
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori yang tidak cukup.

2. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang Demam


Definisi

38
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6
bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 oC,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses
intracranial (AAP, 2009).
Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karena gangguan
elektrolit atau metabolik lainnya. Bila ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya maka tidak disebut sebagai kejang demam. Kejang demam terjadi
pada 2-5% anak berumur 6 bulan – 5 tahun

3. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Meningitis


Definisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan
virus merupakan penyebab utama dari meningitis (Smeltzer,2001).

Penilaian GCS pada anak:


Eye (respon membuka mata)
(4) : spontan
(3) : Patuh pada perintah/suara
(2) : dengan rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon

Verbal (respon verbal)


(5) : mengoceh
(4) : menangis lemah
(3) : menangis (karena diberi rangsangan nyeri)
(2) : merintih (karena diberi rangsangan nyeri)
(1) : tidak ada respon

Motorik (Gerakan)
(6) : spontan
(5) : menarik (karena sentuhan)
(4) : menarik (karena rangsangan nyeri)
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon

39
Skenario The Seven Jump

Cepat Sembuh Anak-ku Sayang

Seorang anak perempuan usia 4 tahun dirawat di ruang rawat anak sejak 2 hari
yang lalu, karena mengalami demam tinggi. Hasil pengkajian, perawat
menemukan bahwa anak tersebut tidak pernah diimunisasi. Selama rawatan,
anak tampak menangis, berteriak dan menolak untuk diperiksa oleh perawat dan
dokter. Ibu mengatakan anaknya mulai mengompol lagi sejak sakit, meskipun
sudah pernah berhasil toilet training. Maka perawat berupaya mengajak anak
bermain sesuai tahap perkembangan untuk mengurangi reaksi hospitalisasi pada
anak. Perawat juga mempersiapkan untuk memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga mengenai pedoman antisipasi sesuai usia anak, sibling rivalry,
negativisme, temper tantrum, dan child abuse.

KOMPETENSI PADA ISS 1


1. Asuhan keperawatan pada bayi risiko tinggi (definisi, klasifikasi, grafik lubchenco),
Bayi Berat Lahir Rendah (definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, asuhan keperawatan) dan Asfiksia (definisi, etiologi, Apgar,
down score, alur resusitasi neonatus AHA 2015)
(Tutor: Ns. Sri Intan Rahayun ingsih, M.Kep.,Sp.Kep.An )
2. Asuhan keperawatan pada anak dengan hiperbilirubinemia (definisi, etiologi,
patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, penilaian Kramer, asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Nova Fajri, Sp.Kep, An)
3. Asuhan keperawatan pada anak dengan Asma (definisi, gambar perbedaan
anatomi bronchus normal dan saat serangan, manifestasi klinis, etiologi,
patofisiologi, penatalaksanaan (jangka pendek dan jangka panjang), asuhan
keperawatan)
(Tutor: Ns. Nevi Hasrati Nizami, M.Kep)
4. Asuhan keperawatan pada anak dengan Kejang Demam (definisi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Inda Mariana Harahap, MNS)

40
Kompetensi pada ISS 2
5. Asuhan keperawatan pada anak dengan Diare (definisi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan (Lintas Diare), asuhan
keperawatan)
(Tutor: Ns. Darmawati, M.Kep. Sp.Mat)
6. Asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia (definisi, gambar sistem
pernapasan, klasfikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, asuhan
keperawatan)
(Tutor: Ns. Dewi Hermawati, M.Kep., Sp.Mat)
7. Asuhan keperawatan pada anak dengan Meningitis (definisi, etiologi, gambar
anatomi selaput otak, manifestasi klinis, patofisiologi, penilaian GCS pada anak,
penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang, asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Sufriani, M.Kep.,Sp.Kep.An)
8. Asuhan keperawatan pada anak dengan Kurang Kalori dan Protein (Marasmus dan
Kwashiorkor) (definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan,
asuhan keperawatan)
(Tutor: Ns. Aida Fitri, M.Kep)

TUGAS KELOMPOK MAHASISWA


Berikut uraian tugas kelompok:
1. Buatlah asuhan keperawatan (konsep dasar penyakit, asuhan keperawatan
(pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, intervensi, implementasi
dan evaluasi), serta resume 2 jurnal internasional mengenai intervensi atau
penatalaksanan yang tepat terkait kasus tersebut sesuai daftar tugas ( print out jurnal
dilampirkan pada lampiran)
2. Tugas dikonsultasikan dan dikumpulkan kepada tutor masing-masing.
3. Gunakan sumber buku dan jurnal (paling lama tahun 2009).
4. Penulisan tugas kelompok mengikuti outline makalah terlampir
5. Pembagian tugas tiap kelompok adalah:
Kelompok Tugas
Kelompok 1 : Asuhan keperawatan pada neonatus dengan Respiratory Distress
Syndrome
Kelompok 2 : Asuhan keperawatan pada anak dengan Difteri

Kelompok 3 : Asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA

41
Kelompok Tugas
Kelompok 4 : Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit campak

Kelompok 5 : Asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit cacar dan scabies

Kelompok 6 : Asuhan keperawatan pada anak dengan Stunting

Kelompok 7 : Asuhan keperawatan pada bayi dengan Hidrosephalus

Kelompok 8 : Asuhan keperawatan pada anak dengan Demam Tifoid (typhoid


Fever)

TUGAS INDIVIDU:
Buat makalah yang memuat pembahasan tentang :
1. Komunikasi pada anak (bayi, toddler, preschool, school, adolescent)
2. Teori model keperawatan pada anak (model konservasi Levine dan Teori Kathryn
E.Barnard)

42
B. PRAKTIKUM KEPERAWATAN ANAK I

1. PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS


1. Pengertian: melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus untuk
mengetahui masalah kesehatan yang ada pada pasien

2. Tujuan
a. Untuk mengumpulkan data dasar tentang masalah kesehatan
anak
b. Untuk mendapatkan data yang komprehensif
c. Untuk membuat penilaian klinis

3. Waktu pemeriksaan pada bayi baru lahir:


a. Baru lahir sebelum usia 6
jam
b. Usia 6 – 48 jam
c. Usia 3 -7 hari
d. Minggu ke 2 pasca lahir

4. Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada


bayi adalah :
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak menangis)
b. Pemeriksaan dilakukan di ruang yang hangat nyaman dan tidak
menstimulasi
c. Lepaskan pakaian hanya pada area yang diperiksa, untuk
mencegah kehilangan panas, kecuali jika bayi baru lahir telah berada di
bawah sumber panas seperti radian penghangat
d. Lakukan berurutan (biasanya dari kepala ke kaki) dengan
pengecualian berikut:
1) Lakukan lebih dahulu semua prosedur yang memerlukan observasi
ketat (posisi, sikap, penilaian tarikan dinding dada) kemudian lanjutkan
dengan prosedur ringan seperti mengauskultasi paru, jantung dan
abdomen
2) Prosedur yang mengganggu, seperti manguji refleks dilakukan pada
tahap akhir.
3) Pengukuran kepala, dada dan panjang dilakukan sekaligus

e. Lakukan pemeriksaan dengan cepat untuk menghindari timbulnya stress


bayi.
f. Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan baik dan dapat digunakan
g. Beri kenyamanan pada bayi selama dan setelah pemeriksaan, bila ia
marah maka dapat dilakukan hal berikut: berbicara lembut, bedung dan
peluk, berikan pada ibu dan berikan mainan yang disenanginya.
h. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum
dan sesudah memegang bayi
5. Persiapan alat
a. Sarung tangan bersih
b. Kain bersih dan hangat
c. Stetoskop infant
d. Stop watch atau jam dengan jarum detik
e. Thermometer
f. Timbangan bayi
g. Pengukur panjang bayi
h. Pengukur lingkar bayi
i. Penlight (senter)
j. Lampu yang berfungsi untuk penerangan

6. Prosedur

Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas


fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
Lihat postur, a. Posisi tungkai dan lengan Kaki diekstensikan, diabduksikan
tonus dan fleksi dan paha dirotasi penuh oksiput
aktivitas b. Bayi sehat akan bergerak aktif didatarkan, leher diekstensikan
c. istirahat telentang dan
telungkup

Lihat kulit a. Pada saat lahir, merah terang, a. Ikterik neonatus setelah 48
menggembung halus jam pertama
b. Hari kedua sampai ketiga b. Ekimosis atau ptekie karena
merah muda, mengelupas trauma kelahiran
dan kering c. Milia (kelenjar sebasea
c. Verniks kaseosa terdistensi tampak sebagai
d. Lanugo papula putih kecil pada pipi,
e. Edema disekitar mata wajah, dagu dan hidung
kaki, punggung tangan, d. Miliaria atau sudamina
telapak dan skrotum atau (kelenjar keringat
labia terdistensi/ekrin yang tampak
f. Wajah, bibir dan selaput sebagai vesikel menit
lendir, dada harus berwarna khususnya pada wajah
merah muda, tanpa adanya e. Eritema toksikum (ruam
kemerahan atau bisul popular merah muda dengan
g. Perubahan warna normal: vesikel yang tumpang tindih
akrosianosis (sianosis tangan pada dada punggung bokong
dan kaki) dan abdomen dapat tampak
dalam 24-48 jam dan hilang
setelah beberapa hari
f. Perubahan warna Harlequin
(perubahan warna jelas
terlihat saat bayi berbaring
miring setengah bawah dari
tubuh menjadi merah muda
dan setengah atas pucat
g. Nevus Flammeus (merah
kebiruan gelap biasanya
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
pada leher dan wajah
h. Mongolian spots (area
ireguler pigmentasi biru tua,
biasanya pada bagian sacral
dan gluteal terlihat terutama
pada bayi baru lahir dari
orang asli Amerika, Afrika,
Asia, atau keturunan
Hispanik
i. Telangiektatik nevi/ gigitan
bangau (area terlokalisir
merah muda dalam, datar
biasanya terlihat dibagian
belakang leher

Hitung a. Frekuensi napas normal 40-60 a. Menangis akan


pernapasan dan kali per menit meningkatkan frekuensi
lihat tarikan b. Tidak ada tarikan dinding pernapasan, tidur akan
dinding dada dada bawah yang menurunkan frekuensi
bawah ketika mendalam pernapasan
bayi sedang b. Selama periode pertama
tidak menangis reaktivitas (6-8 jam)
frekuensi pernafasan
mencapai 80 kali/menit
c. Takipnea (frekuensi
pernafasan di bawah 60
kali/menit)
d. Apnea (henti nafas lebih dari
15-20 detik

Hitung Frekuensi denyut normal 120 – a. Menangis akan


denyut jantung 160 kali permenit meningkatkan frekuensi
dengan jantung, tidur akan
meletakkan menurunkan frekuensi
stetoskop di jantung
dada kiri b. Selama periode pertama
setinggi apeks reaktivitas (6-8 jam) frekuensi
kordis dapat mencapai 180
denyut/menit
c. Bradikardi (frekuensi jantung
saat istirahat dibawah 80-100
denyut/menit)
d. Takikardi ( frekuensi jantung
saat istirahat dibawah 160-
180 denyut/menit)
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
e. Irama tidak teratur

Lakukan Suhu normal = 36,5 - 37,5 oC a. Menangis dapat sedikit


pengukuran meningkatkan suhu tubuh
suhu aksila b. Radian penghangat akan
dengan meningkatkan suhu aksila
thermometer c. Hipotermia
d. Hipertermia

Lihat dan a. Bentuk kepala terkadang a. Kaput suksedaneum


raba bagian asimetris karena penyesuaian (edema jaringan kulit
kepala pada saat proses persalinan, kepala yang lunak yang
umumnya hilang dalam 48 jam melewati garis sutura)
b. Ubun-ubun besar rata atau b. Sefalhematoma (diantara
tidak membonjol, dapat periosteum dan tulng
sedikit membomjol saat bayi tengkorak yang dibatasi
menangis Fontanel harus dengan batas khusus dan
datar, lunak, dan padat tidak melewati garis sutura)
c. Bagian terlebar dari fontanel
diukur dari tulang ke tulang
bukan dari sutura ke sutura

Lihat mata a. Kelopak biasanya edema a. Lipatan epikantus pada


b. Mata biasanya tertutup bayi oriental
c. Warna (agak abu-abu, biru b. Nistagmus atau strabismus
gelap, coklat)
d. Tidak ada air mata
e. Tidak ada kotoran/secret,
tidak terdapat infeksi dan
pus
f. Adanya reflex merah
g. Refleks kornea sebagai
respons terhadap sentuhan
h. Reaksi pupil sebagai
respon terhadap cahaya
atau sentuhan
i. Refleks berkedip sebagai
respons terhadap cahaya
atau sentuhan

Lihat telinga a. Puncak pinna berada pada a. Ketidakmampuan untuk


garis horizontal bersama melihat membrane timpani
bagian luar kantus mata karena verniks kaseosa yang
b. Refleks moro atau reflex ada dalam kanal
terkejut ditimbulkan oleh bunyi b. Pina datar sejajar kepala
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
keras dan tiba-tiba c. Bentuk atau ukuran tidak
c. Pina lentur, adanya kartilago teratur
d. Bercak atau bintik kulit
e. Sinus preurikuler

Hidung a. Patensi nasal Datar dan memar


b. Rabas nasal (mucus putih
encer)
c. Bersin

Lihat mulut a. Utuh, palatum arkus-tinggi a. Bibir, gusi, langit-langit utuh


dan tenggorokan: b. Uvula di garis tengah dan tidak ada bagian yang
a. Masukkan c. Bibir, gusi, langit-langit utuh terbelah
satu jari yang dan tidak ada bagian yang b. Nilai kekuatan isap bayi
menggunakan terbelah (reflex isap/ sucking refles).
sarung d. Refleks menghisap kuat Bayi akan mengisap kuat jari
tangan ke dan terkoordinasi pemeriksa
dalam mulut, e. Refleks rooting
raba langit- f. Refleks gag
langit g. Refleks ekstrusi
h. Salivasi minimal atau tidak ada
b. Nilai kekuatan i. Menangis keras
isap bayi b.
(reflex hisap/
sucking
refleks). Bayi
akan
mengisap
kuat jari
pemeriksa
Leher a. Pendek, gemuk, biasanya di a. Tortikolis/leher miring
kelilingi oleh lipatan kulit (kepala menengok ke
b. Refleks leher tonik salah satu sisi dengan
c. Refleks neck-righting dagu mengarah ke sisi
d. Refleks otolight-righting yang berlawanan)

Dada a. Diameter anteroposterior a. Dada corong (pektus


dan lateral ekskavatum)
b. Retraksi sterna sedikit b. Dada burung (pektus
c. terlihat selama inspirasi karinatum)
d. Terlihat prosesus xifoideus c. Putting supernumerary
e. Pembesaran dada d. Sekresi seperti senyawa susu
dari payudara

Paru-Paru a. Pernapasan utamanya a. Frekuensi dan kedalaman


Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
adalah pernapasan pernapasan mungkin tidak
abdominal teratur, pernapasan periodic
b. Refleks batuk tidak ada b. Crackles sesaat setelah lahir
saat lahir, ada setelah 1
sampai 2 hari
c. Bunyi napas bronchial
sama secara bilateral

Jantung a. Posisi apeks diruang Sianosis transien saat


interkostal keempat sampai menangis setelah lahir
kelima, sebelah lateral batas
kiri sternum
b. Nada S2 sedikit lebih tajam
dan lebih tinggi daripada S1

Lihat dan a. Abdomen datar dan lemas a. Hernia umbilicus


palpasi b. Bentuk silindris b. Distasis rekti (kesenjangan
abdomen c. Hepar dapat diraba 2-3 cm garis tengah garis tengah
dibawah marjin kostal kanan antara otot- otot rektum)
d. Limpa puncak dapat diraba
pada akhir minggu pertama
e. Ginjal dapat diraba 1-2 cm
diatas umbilicus
f. Nadi femoral bilateral sama

Lihat tali pusat a. Pusat umbilicus putih


kebiruan pada saat lahir
dengan 2 arteri dan 1 vena
b. Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat
atau kemerahan sekitar tali
pusat

Lihat punggung a. Kulit terlihat utuh, tidak Feses cair hijau pada bayi di
dan raba tulang terdapat lubang dan bawah fototerapi
belakang benjolan pada tulang
belakang
b. Spina utuh, tidak ada lubang
c. Refleks melengkung batang
tubuh
d. Lubang anal paten
e. Lintasan mekonium dalam 36
jam
Ekstremitas a. Sepuluh jari tangan dan jari a. Sindaktili parsial antara jari
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
kaki kaki kedua dan ketiga
b. Rentang gerak penuh b. Jari kaki atau tangan kedua
c. Punggung kuku merah tumpang tindih dengan jari
muda dengan sianosis kaki atau tangan ketiga
sementara setelah lahir c. Panjang jari kaki atau tangan
d. Fleksi ektremitas atas dan asimetris
bawah
e. Telapak biasanya datar
f. Ekstremitas simetri
g. Tonus otot sama secara
bilateral
h. Nadi brakialis bilateral sama

Genetalia a. Labia dan klitoris biasanya a. Rabas berbecak darah


Perempuan edema atau mukoid
b. Labia minora lebih besar (pseudomenstruasi)
dari labia mayora b. Selaput hymen
c. Verniks kaseosa diantara labia
d. Pastikan bayi sudah berkemih
dalam 24 jam setelah lahir
Genetalia Laki- a. Lubang uretra pada puncak a. Lubang uretra tertutup
laki glen penis preputium
b. Testis dapat diraba didalam b. Ereksi
setiap skrotum c. Scrotum kecil
c. Skrotum biasanya besar, d. Testis dapat diraba pada kanal
edema, pendulus dan tertutup inguinalis
dengan rugae biasanya
pigmentasi lebih gelap pada
kelompok etnik
d. Smegma
e. Berkemih dalam 24 jam

Lihat lubang a. Terlihat lubang anus dan -


anus periksa apakah mekonium
a. Hindari sudah keluar
memasukka b. Biasanya mekonium keluar
n alat atau dalam 24 jam setelah lahir
jari dalam
memeriksa
anus
b. Tanyakan
pada ibu
apakah bayi
sudah
buang air
Pemeriksaan Variasi umum/abnormalitas
fisik yang Keadaan normal minor
dilakukan
besar

Timbang bayi a. Berat lahir 2,5 – 4 kg


b. Dalam minggu pertama, berat
bayi mungkin turun dahulu
(tidak melebihi 10% dalam
wsaktu 3-7 hari) baru
kemudian naik kembali

Mengukur a. Panjang lahir normal 48-52


panjang dan cm.
lingkar kepala b. Lingkar kepala normal 33-37
bayi cm
Sumber: Depkes 2010, Wong, 2004.

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA NEONATUS

PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu selama pemeriksaan
d. Lakukan pendekatan pada anak
2 Siapkan peralatan
3 Mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, dan mulai pemeriksaan
4 Lihat postur, tonus dan aktivitas
5 Lihat area kulit
Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika
6 bayi sedang tidak menangis
Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri
7 setinggi apeks kordis
8 Lakukan pengukuran suhu aksila dengan thermometer
9 Lihat dan raba bagian kepala
10 Periksa bagian mata
11 Periksa bagian telinga
PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
12 Periksa bagian hidung
13 Lihat mulut dan tenggorokan: periksa palatum dan sucking refleks
14 Periksa bagian leher
15 Periksa bagian dada
16 Periksa paru-paru dan pernapasan
17 Periksa area jantung
18 Lihat dan palpasi abdomen
19 Lihat tali pusat (umbilikus)
20 Lihat punggung dan raba tulang belakang
21 Periksa bagian Ekstremitas
22 Periksa area genetalia: L a ki -l aki , Perempuan
23 Periksa lubang anus
24 Timbang bayi
25 dan lingkar kepala bayi
26 Merapikan bayi, mengucapkan Alhamdulillahirrabbilalamin, dan
terminasi pada orangtua
27 Mencuci tangan
28 Dokumentasi tindakan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


54
2. PEMERIKSAAN APGAR SCORE
a. Pengertian: suatu metode sederhana yang digunakan untuk menilai
keadaan umum bayi sesaat setelah kelahiran. Yang dinilai adalah frekuensi
jantung (Heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle
tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsang (respon to
stimuli) yaitu dengan memasukkan kateter ke lubang hidung saat jalan nafas
dibersihkan.
Penilaian APGAR dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi
lahir. Penilaian menit kesepuluh dilakukan bila pada menit kelima belum
mencapai skor 7.

b. Tujuan: untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak

c. Persiapan alat: stopwatch atau jam dengan jarum detik.

TABEL PERHITUNGAN NILAI APGAR

Aspek
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
yang
dinilai
Warna Kulit Seluruh badan biru warna kulit tubuh warna kulit tubuh,
(Appearance) atau pucat normal merah tangan, dan kaki
muda, tetapi normal merah
tangan dan kaki muda, tidak ada
Denyut Jantung tidak ada <100 kali
kebiruan >100 kali permenit
sianosis
(Pulse) permenit
Respon Reflek tidak ada respons meringis atau Meringis/ bersin/
(Grimace) terhadap menangis lemah batuk saat stimulasi
stimulasi ketika distimulasi saluran napas
Tonus Otot lemah atau tidak sedikit gerakan bergerak aktif
(Activity) ada
Pernafasan tidak ada lemah atau tidak menangis kuat,
(Respiration) teratur pernapasan baik
dan teratur
d. Interpretasi skor APGAR
Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui:
a. Nilai Apgar 7-10 disebut asfiksia ringan (Vigorous baby).
b. Nilai Apgar 4-6 disebut asfiksia sedang. Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian
oksigen untuk membantu bernapas.
c. Nilai Apgar 0-3 disebut asfiksia berat. Memerlukan tindakan medis yang lebih
intensif.

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN APGAR SCORE

PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
NO TINDAKAN
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Cuci tangan dan gunakan hand schoon
2 Inspeksi warna kulit ((Appearance)
3 Ukur denyut jantung menggunakan stetodkop pada apeks kordis
(Pulse)
4 Inspeksi respon bayi saat distimulasi (saat jalan napas bayi
dibersihkan) (Grimace)
5 Inspeksi tonus otot (Activity)
6 Inspeksi usaha bernapas (Respiration)
7 Jumlahkan skor dari kelima penilaian tersebut
8 Interpretasi skor Apgar
9 Lakukan penilaian ulang pada menit kelima
Dokumentasikan dengan menulis nilai menit pertama dan menit
10 kelima menggunakan garis miring. Cth: 7/9
11 Mencuci tangan
Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................
22

3. PENILAIAN USIA GESTASI PADA NEONATES (BALLARD SCORE)


a. Pengertian
Suatu metode yang digunakan untuk menentukan usia gestasi berdasarkan
pada temuan klinik dan neurologis dengan mengkaji enam tanda-tanda
neuromuscular dan fisik eksternal. Penilaian neuromuscular meliputi:
postur, square window, arm recoil, popliteal angle, scarf sign dan heel to
ear. Penilaian fisik yang dinilai adalah kulit, lanugo, permukaan plantar,
payudara, mata/telinga, dan genitalia. Skala usia gestasi Ballard
mempunyai validitas lebih besar jika dilakukan sebelum usia 96 jam
pada bayi preterm.

b. Tujuan: untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir.

c. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian Ballard score


1) Pada bayi dengan usia gestasi 20 minggu atau kurang,
penilaian harus dilakukan pada usia postnatal kurang dari 12 jam
2) Pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 26 minggu atau
kurang, pemeriksaan dapat dilakukan sampai 96 jam setelah
kelahiran. Meskipun dianjukran dilakukan segera setelah lahir, dalam
2-8 jam
3) Maturitas neurologis perlu dilakukan penilaian ulang setelah bayi
stabil.

d. Prosedur
Skala Ballard terdiri dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan karakteristik
neuromuscular dan karakteristik fisik. Pemeriksaan maturitas
neuromuscular terdiri dari 6 karakteristisk/tanda, sedangkan pemeriksaan
fisik eksternal terdiri 7 karakteristik/tanda.
1) Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam table Ballard dan
berikan nilai untuk setiap tanda dengan skor (nilai) dari 0 hinga 5.
2) Selanjutnya skor dijumlahkan. Skor kumulatif disesuaikan dengan
table Rentang Maturitas yang terdiri dari 20 sampai 40 minggu
(lihat kotak rentang maturitas pada skala)

Maturitas Neuromuskular
Maturitas Fisik
-1 0 1 2 3 4 5
Kulit Lengket, Mirip Berwarna Kulit Retak,Kencang Kasa,
mudah gelatin merah mengelup area retak- retak,
terkelupas merah, muda, as dan/ pucat,retak yang keriput
, translusen halus, ruam vena dalam,
transpara vena superficial jarangvena
n tampak , tampak tidak
jelas sedikit terlihat
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Tipis
vena Terdapat Sebagian
area besar
botak botak
Permukaa Tumit- > 50 Pucat, Lipatan Lipatan Lipatan
n plantar jempol mm, tanda hanya terdapat terdapat
kaki: tidak kemeraha terdapat pada hampir
ada n pada 2/3 bagian di seluruh
40-50mm lipatan area anterior telapak
= -1 tranversu kaki
Mammae Tidak Sedikit Areola Areola
m anterior Areola Areola
terlihat
<40 mm= terlihat datar, tipis, menonjol tampak
-2 tidak ada putting puting penuh,
putting sebesar sebesar putting
1-2 mm 3-4 mm sebesar
5-10 mm
Mata/ Kelopak Kelopak Daun Daun Recoil Telinga
telinga mata mata telinga telinga cepat kaku,
menutup, terbuka, sedikit melengku dan kartilago
longgar: - daun melengku ng baik, menetap tebal
1, rapat: - telinga n g, lunak tapi
2 datar, lembut mudah
tetap recoil recoil
Genetalia Skrotum Skrotum
terlipat Testis
lambat Testis Testis Testis
laki-laki datar, kosong, berada menurun, telah terjumbai,
lembut rugae tipis pada ruge turun, ruge
saluran sedikit ruge baik yang
atas, dalam
rugae
-1 0 1 2 3 4 5
Genealia Klitoris Klitoris Klitoris Labia Labia Labia
perempua menonjol. menonjol, menonjol, mayora mayora mayora
n Labia labia labia dan labia besar, menutupi
datar minora minora minora labia labia
tampak tampak sama minora minora
kecil membesa menonjol kecil dan
r nya klitoris
Rentang Maturitas

Nilai minggu
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
Panduan pemeriksaan karakteristik maturitas
15 30 neuromuscular pada Ballard skore
20 32 a. Penilaian maturitas neuromuscular
1) Postur (posisi istirahat)
25 34
a) Bayi dalam kondisi tenang dan posisi terlentang.
30 36 b) Observasi derajat fleksi lengan dan kaki.
35 38 Tonus otot dan derajat fleksi meningkat sesuai
maturitas. Fleksi penuh lengan dan kaki= 4
40 40
45 42
50 44

2) Square window (pergelangan tangan)


a) Fleksikan tangan bayi ke lengan bawah bagian ventral.
b) Sudut yang dibuat oleh pergelangan tangan diukur, dengan cara
taksiran dan mencocokkan dengan nilai sudut pada alat penilaian. Hasil sudut
antara telapak tangan bayi dan lengan bawah bayi dari preterm hingga
posterm diperkirakan beruturut-turut: >90o, 90o , 60o , 45o , 30o dan 0o.
3) Recoil lengan (arm recoil)
a) Recoil lengan adalah uji perkembangan fleksi
b) Letakkan bayi pada posisi supine, fleksikan total kedua siku (dengan
memegang pergelangan tangan bayi dan menempatkan pergelangan tangan
ke atas, lengan bawah menempel pada lengan atas hingga adanya tahanan)
c) Pegang tangan pada posisi ini selama 5 detik, lalu kemudian lepaskan. Pada
saat melepaskan, siku bayi cukup bulan akan membentuk sudut < 90o, dan
secara cepat terjadi recoil hingga posisinya kembali ke posisi fleksi. Lengan
bayi preterm mempunyai waktu recoil yang lebih lambat dan membentuk
sudut > 90o
Skor 0 = tetap rentang/gerakan acak.
Skor 1 = fleksi parsial 140 – 180
Skor 2 = fleksi parsial 110-140
Skor 3 = fleksi parsial 90-100
Skor 4 = posisi kembali fleksi penuh

4) Popliteal angel (Sudut popliteal)


a) Ditentukan dengan cara membaringkan bayi dalam posisi terlentang
b) Fleksikan paha sampai ke arah abdomen atau daerah dada pada bayi baru
lahir, dan letakkan jari telunjuk pemeriksa yang lain di belakang pergelangan
kaki bayi untuk melebarkan tungkai bawah, hingga didapati adanya tahanan
(resistance).
c) Hasilnya: pada bayi premature tidak terdapat resistensi, pada bayi
aterm terbentuk sudut 80o

5) Tanda skarf
a) Bayi diletakkan dalam posisi terlentang
b) Tarik lengan bayi ke dada menuju bahu bayi yang berada pada sisi yang
berlawanan, hingga adanya tahanan.
6) Heel to ear (Tumit ke telinga)
a) Bayi diletakkan dalam posisi terlentang
b) Secara lembut tarik kaki menuju telinga, hingga adanya tahanan.
c) Tentukan/kaji derajat eksistensi lutut dan kedekatan kaki ke telinga
d) Pada bayi premature tidak ditemukan tahanan.
e) Jika bayi baru lahir dengan presentasi sungsang, pengkajian ini harus
ditunda hingga tungkai posisinya kembali lebih normal.

b. Penilaian fisik
1) Kulit
Pada neonatus preterm kulit tampak tipis dan transparan, vena menonjol di
abdomen pada awal masa kehamilan. Sebelum perkembangan lapisan
epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket
ke jari pemeriksa. Dengan bertambahnya usia kehamilan kulit menjadi
lebih halus, dan menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix
yang menghilang pada akhir kehamilan.
2) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada
premature ekstrim kulit janain sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai
tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak,
terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28.
Pada saat melakukan scoring, pemeriksa hendaknya menilai lanugo pada
daerah yang mewakili jumlah realatif lanugo bayi yaitu di daerah atas
dan bawah punggung bayi
3) Permukaan plantar
Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis telapak
kaki. Untuk menilai maturitas fisik bayi, maka dipakai ukuran panjang dari
ujung jari hingga tumit (seperti pada table)
4) Areola
Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik
akibat pertumbuhan papilla. Kemudian dilakukan palpasi jaringa mammae
dibawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameter
5) Bentuk telinga dan kartilago
Lakukan palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun
telinga ke awarh wajah, kemudian lepaskan. Pemeriksa mengamati
kecepatan kembalinya daun telinga ketika di lepaskan ke posisi semula.
Pada bayi premature daun telinga biasanya akan tetap terlipat.

6) Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk menilai kematangan perkembangan
palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra
superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada
bayi premature, palpebra menempel satu sama lain.

7) Genital
Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam
scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun
mendahului testis kanan. Kedua testis sudah dapat diraba di canalis
inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34
kehamilan.
Untuk memeriksa genetalia neonates perempuan maka neonates harus
diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis
horizontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora
dan klitoris tamapk lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkan
keduanya
tertutupi oleh labia mayora.
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PENGKAJIAN BALLARD SCORE

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar benar
1 Cuci tangan
Pemeriksaan Karakteristik Neuromuscular
Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam tabel Ballard maturitas neuromuskular dan berikan nilai
untuk setiap tanda dengan skor (nilai) dari -1 hingga 5
2 Memeriksa Posture
3 Memeriksa square window
4 Memeriksa arm recoil
5 Memeriksa popliteal angle
6 Memeriksa scarf sign
7 Memeriksa heel to ear
Pemeriksaan Karakteristik Fisik
Kaji semua karakteristik yang terdapat dalam tabel Ballard maturitas fisik dan berikan nilai untuk setiap
tanda dengan skor (nilai) dari -1 hingga 5
8 Memeriksa Kulit
9 Memeriksa Lanugo
10 Memeriksa Permukaan plantar
11 Memeriksa Mammae
12 Memeriksa Mata/telinga
13 Memeriksa Genetalia pada laki-laki atau perempuan
Jumlahkan hasil seluruh penilaian, dan tentukan usia
14 gestasi sesuai tabel rentang maturitas yang terdiri dari
usia 20 sampai 40 minggu
15 Mencuci tangan
16 Dokumentasi tindakan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


32

4. PEMERIKSAAN PERTUMBUHAN JANIN SESUAI USIA GESTASI


a. Definisi
Pada neonatus, diperlukan suatu pemeriksaan untuk menilai pertumbuhan janin
yang sesuai dengan usia gestasi/ usia kehamilan. Hal ini akan menentukan
penanganan yang diberikan kepada neonatus tersebut, serta dapat memprediksi
masalah medis yang mungkin terjadi.

Pembagian bayi premature dapat diklasifikasi pada beberapa Kategori (IDAI,


2016):
1) Berdasarkan Usia kehamilan
a) Amat sangat premature (extremely Preterm) : usia gestasi < 28 minggu
b) Sangat premature (very preterm) : usia gestasi 28 – 32 minggu
c) Moderate to late preterm : usia gestasi 28 – 32 minggu
2) Berdasarkan Berat Badan Lahir
a) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) : BBL < 2500 gram
b) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah *BBLSR) : BBL < 1500 gram
c) Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) : BBL < 1000 gram

3) Berdasarkan Kombinasi usia kehamilan dan berat badan lahir


a) Bayi Sesuai Masa Kehamilan / SMK (Appropriate for Gestational Age =
AGA): Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir antara persentil 10 sampai
persentil 90 menurut grafik lubchenco
b) Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan / KMK (Small for Gestational Age = SGA)
: Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < persentil 10 menurut grafik
lubchenco
c) Bayi Besar untuk Masa Kehamilan / BMK (Large for Gestational Age =
LGA) : Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > persentil 90 menurut grafik
lubchenco

b. Tujuan
Untuk mengetahui pertumbuhan janin sesuai usia gestasi, dan memperediksi
masalah kesehatan neonatus

c. Prosedur
a. Tentukan usia gestasi bayi baru lahir berdasarkan dari HPHT ibu (Hari
Pertama Haid Terakhir) atau berdasarkan hasil pemeriksaan kematangan
fisik dan neuromuscular pada pemeriksaan Ballard Score
b. Timbang atau lihat dokumentasi berat badan bayi baru lahir
c. Bandingkan usia gestasi dengan berat badan lahir kedalam grafik Lubhenco
d. Tentukan titik perbandingan tersebut dan kategori neonatus berdasarkan
posisinya pada angka persentil pada grafik.
Grafik lubhenco

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN


PERTUMBUHAN JANIN SESUAI USIA GESTASI

NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
Tentukan usia gestasi bayi baru lahir berdasarkan dari HPHT ibu
1 atau hasil Ballard score
2 Timbang atau lihat dokumentasi berat badan bayi baru lahir
3 Bandingkan usia gestasi dengan berat badan lahir kedalam grafik
Lubhenco
4 Tentukan titik perbandingan tersebut dan kategori neonatus
berdasarkan posisinya pada angka persentil pada grafik.
5 Dokumentasi hasil penilaian

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


10

5. Pemeriksaan reflex pada bayi


a. Refleks pada Neonatus
1) Mata
a) Berkedip atau refleks corneal: Bayi berkedip pada pemunculan sinar
terang yang tiba-tiba atau pada pendekatan objek kearah kornea,
harus menetap sepanjang hidup.
b) Reflek Pupil: Pupil konstriksi bila sinar diarahkan padanya, refleks ini
harus menetap sepanjang hidup.
c) Reflek Mata Boneka: reflek ini diperiksa sebagai salah satu cara
untuk menentukan mati batang otak. Ketika kepala bayi
digerakkan dengan perlahan kekanan atau kekiri, maka bola mata
akan bergerak, refleks ini harus hilang sesuai perkembangan. Tapi
jika jika bola mata tidak bergerak berarti dimungkinkan ada kematian
batang otak
d) Reflek ketuk glabela: reflek ini diperiksa dengan mengetuk secara
berulang pada dahi. Respon yang timbul adalah kedipan mata pada
ketukan yang pertama dan hanya timbul sekali. Jika kedipan mata
terus berlangsung pada ketukan selanjutnya, maka disebut tanda-
tanda Myerson yang merupakan gejala penyakit Parkinson.

2) Hidung
a) Bersin: Respons spontan saluran hidung terhadap iritasi atau
obstruksi, refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
b) Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.

3) Mulut dan Tenggorokan


a) Sucking reflex (Reflex Menghisap): Bayi harus memulai
gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respons
terhadap rangsangan yang menyentuh mulutnya, refleks ini harus
tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun
seperti saat tidur.
b) Muntah: Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan,
atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami
refleks muntah, refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
c) Rooting reflex: dilakukan dengan menyentuh atau menekan
dagu sepanjang sisi mulut, yang akan menyebabkan bayi akan
menggerakkan kepala ke arah sisi yang disentuh dan mencari objek
tersebut dengan menggerakkan kepalnya terus menerus hingga ia
berhasil menemukan. Reflek ini akan hilang pada usia 3-4 bulan,
tetapi dapat menetap selama 12 bulan.

Gambar: rooting reflex

d) Ekstrusi: Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespons dengan


mendorongnnya keluar, harus hilang pada usia 4 bulan.
e) Menguap: Respons spontan terhadap penurunan oksigen dengan
meningkatnya jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang
hidup.
f) Batuk: Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial
menyebabkan batuk, refleks ini harus terus ada sepanjang hidup,
biasanya ada setelah hari pertama kelahiran.

4) Ekstremitas
a) Reflex palmar grasping (Reflek Menggenggam)
Sentuhan pada telapak tangan bayi dekat dasar jari menyebabkan
fleksi jari tangan dan menggenggam benda sentuhan tersebut. Reflek ini
muncul pada usia 5-6 bulan dan akan berkurang setelah usia 3 bulan,
digantikan dengan gerakan volunter, genggaman plantar berkurang
pada usia 8 bulan.

b) Reflek Babinski
Tekanan ditelapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang
bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan haluks
dorsofleksi, refleks ini harus hilang setelah usia 1 tahun.
c) Reflek plantar/ plantar grasp
Reflek ini dapat diperiksa dengan menggosokkan sesuatu di
telapak kakinya, maka jari-jari kakinya akan melekuk secara erat. Reflek
ini muncul
sejak lahir dan berlangsung hingga sekitar 1
tahun.
d) Klonus pergelangan kaki
Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut pada
posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua
gerakan oskilasi (denyut), akhirnya tidak boleh ada denyut yang
teraba.

5) Massa
(Tubuh)
a) Moro
Reflek ini terjadi jika kepala bayi terangkat
tiba-tiba, atau suhu tubuh bayi berubah
drastic atau pada saat bayi dikagetkan
oleh suara yang keras. Kaki dan tangan
akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan
tersentak le atas dan ibu jarinya bergerak
fleksi. Kedua lengan akan terangkat dan
tangan seperti ingin mencengkeram atau
memeluk tubuh dan bayi menangis keras.
Refleks ini akan hilang setelah usia 3-4 bulan, meskipun terkadang akan
menetap hingga usia 6 bulan. Bila reflek ini tidak ada pada kedua sisi
tubuh (bilateral) menandakan adanya kerusakan pada system saraf
pusat, sementara bila tidak adanya reflek ini pada unilateral (satu sisi
saja) dapat menunjukkan adanya trauma persalinan seperti
fraktur klavikula.

b) Perez
Saat bayi telungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang
medulla spinalis dari sacrum ke leher, bayi berespons dengan
menangis, memfleksikan ekstremitas, dan meninggikan pelvis dan
kepala, lordosis tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan
urinasi. Reflek ini akan hilang pada usia 4-6 bulan.

c) Reflek Tonik neck dan asymetric tonick neck (menengadah)


Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan
dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang
berlawanan
dan kaki fleksi. Reflek ini harus hilang pada usia 3-4 bulan,
digantikan dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh. Jika bayi
baru lahir tidak mampu melakukan posisi ini atau bahkan jika
reflek ini menetap hingga lewat usia 6 bulan, maka bayi
dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas.

d) Neck-righting
Jika bayi telentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan
batang tubuh membalik kearah tersebut, diikuti dengan pelvis.
Reflek ini menghilang pada usia 10 bulan.
e) Otolith-righting: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala
kembali tegak, posisi tegak.

f) Inkurvasi batang tubuh (Galant)


Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang
menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi,
refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu.

g) Reflek walking/stepping (Menari atau melangkah)


Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh
permukaan rata dan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal
dari kaki, yang menstimulasi berjalan. Reflek ini akan hilang setelah
usia 3-4 minggu, digantikan oleh gerakan yang dikehendaki.

h) Merangkak
Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (telungkup), membuat
gerakan merangkak dengan tangan dan kaki, harus hilang kira-kira pada
usia 6 minggu.

i) Placing
Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki
dengan tiba-tiba ditempatkan di atas objek keras, seperti meja, kaki
mengangkat seolah-olah telapak melangkah di atas meja, usia
hilangnya refleks ini bervariasi.

6. PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK


Pedoman umum pemeriksaan fisik pada anak-anak
1. Lakukan pemeriksaan dalam ruang yang menyenangkan dan tidak mengancam:
a. Penerangan yang cukup dan dekorasi dengan warna dan gambar
kesukaan anak-anak
b. Tempatkan alat-alat yang asing dan potensial menakutkan, jauh
dari pandangan anak
c. Sediakan beberapa mainan, boneka untuk anak-anak
d. Beri privasi khususnya untuk anak usia sekolah dan remaja
e. Berikan waktu untuk bermain dan saling mengenal: pertahankan kontak
mata, tawarkan perlatan yang memungkinkan di sentuh anak
2. Libatkan orangtua
3. Hindari penjelasan yang panjang
4. Lakukan pemeriksaan secepat mungkin
5. Mulailah pemeriksaan dengan observasi dan pemeriksaan yang tidak
mengancam atau menyakitkan
6. Pada saat melakukan pemeriksaan yang menyakitkan sampaikan pada anak:
a. Apa yang akan dilakukan oleh pemeriksa dan bagaimana anak tersebut
dapat membantu
b. Pemeriksaan ini perlu untuk dilakukan
c. Pemeriksaan akan dilakukan secepat mungkin dan diupayakan tidak
sakit
d. Jangan berbohong

7. Persiapan alat:
a. Stetoskop (usahakan dalam kondisi hangat)
b. Tangan pemeriksa (dalam kondisi hangat dan kuku pendek
c. Sarung tangan
d. Tirai atau selimut penutup
e. Spekulum
f. Perlak
g. Bengkok

8. Prosedur pemeriksaan pada anak


a. Lakukan Pendekatan
1) Perlihatkan sikap yang bersahabat, berbicara dengan suara yang
tidak terlalu keras & perlahan
2) Cuci tangan dan pastikan telapak tangan pemeriksa cukup
hangat saat melakukan pemeriksaan
3) Perlakukan anak sebagai individu yang memiliki perasaan dan
sensibilitas

b. Observasi
1) Walaupun anak tidak / belum dapat berkomunikasi, informasi tetap
dapat diperoleh dengan cara melakukan observasi
2) Lakukan observasi sejak anak tersebut masuk ke dalam ruang periksa &
catat semua hasil observasi di dalam rekam medic
3) Intinya: pada anak, informasi lebih banyak diperoleh melalui observasi

c. Posisi
1) Pemeriksaan dapat dilakukan pada saat anak dipangku atau digendong
2) Perhatikan untuk beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan dengan
posisi tidur.
3) Guna melindungi rasa takut, pemeriksaan dapat dilakukan dari
belakang tubuh si anak.

d. Buka baju
1) Baju dibuka secara bertahap untuk mencegah kedinginan atau
perasaan malu pada anak yang lebih besar
2) Minta orangtua yang menbukakan baju dan memasukkan
thermometer di bawah ketiak anak
3) Tetap hargai anak yang tidak mau membuka bajunya

e. Pemeriksaan
1) Mulai pemeriksaan dari bagian tubuh yang paling kecil
kemungkinannya untuk terasa sakit/tidak nyaman
2) Pemeriksaan telinga dan tenggorokan dilakukan paling akhir
3) Upayakan agar pemeriksa sudah mempunyai alur pemeriksaan
yang baku yang dapat diterapkan pada setiap anak yang diperiksa.
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
KEADAAN UMUM Tingkat kesadaran anak:
Kesan keadaan sakit kompos mentis, apatis,
a. Lebih bersifat somnolen, sopor, dan
subjektif delirium
b. Perhatikan ekspresi
wajah
c. Perhatikan posisi dan
aktivitas anak

Kesadaran
a. Nilai saat anak bangun
b. Tentukan tingkat
kesadaran anak;
c. Pada tahap ini,
perhatikan pula status
mental, perilaku anak,
kelainan yang tampak

Kesan status gizi


d. Perhatikan proporsi
atau postur tubuh;
adakah kelainan yang
menyebabkan proporsi
tubuh berubah.
b. Lakukan cubit tebal
jaringan lemak
subkutan dan keadaan
otot pada alat gerak.
c. Cari tanda defisiensi
nutrient
Nadi a. Nilai normal a. Disritmia sinus:
a. Lakukan dalam tergantung denyut nadi teraba
keadaan tenang (bila umur lebih cepat saat
tidak memungkinkan, b. Keadaan normal, inspirasi dan lebih
catat keadaan anak irama nadi teratur. lambat saat
saat diperiksa) ekspirasi (normal > 3
b. Perhitungan laju nadi Nilai normal : tahun, remaja, dan
dilakukan bersamaan a. Bayi baru lahir: laju nadi < 100
dengan laju jantung 100-180 x/menit x/menit).
c. Titik pengukuran pada b. Bayi 1 minggu - 3 b. Jenis disritmia- EKG
usia < 2 tahun adalah bulan: 100-220
pada nadi apikal. x/menit
d. Titik pengukuran pada c. Usia 3 bulan - 2
usia > 2 adalah pada tahun: 80-150 x/menit
nadi radialis, brakialis, .
dorsalis pedis, dan d. Usia 2 - 10 tahun:
femoralis. 70-110 x/menit .
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
e. Hitung nadi selama 1 e. Usia > 10 tahun:
menit penuh, 55-90 kali/menit (saat
khususnya nadi bangun).
irreguler
Tekanan darah
- Gunakan ukuran - Nilai TD - Sistolik dan
manset yang sesuai normal: diastoik meningkat:
dengan anak. Neonatus: pelbagai kelainan
- Pengukuran umumnya 80/45mmHg ginjal, TIK meningkat,
dilakukan pada lengan Usia 6-12 bulan: hiperfungsi adrenal,
atas. 90/60 mmHg intoksikasi vitamin A &
Usia 1-5 tahun: D.
95/60 - Sistolik &
mmHg diastolik rendah: syok
Usia 5-10
tahun:
100/60 mmHg
Usia 10-15
tahun
115/60 mmHg.

Pernapasan - Irama - Irama tidak teratur


- Observasi frekuensi, teratur : indikasi
irama, kedalaman dan - Cheyne-Stokes encephalitis,
pola pernapasan. normal pada bayi poliomyelitis
- Lakukan observasi baru lahir, hilang - Dispne (kesulitan
selama 1 menit. setelah berumur bernapas): napas
- Pada bayi, observasi beberapa minggu. cuping hidung,
pernapasan pada - Frekuensi retraksi subkostal,
gerakan abdomen. napas: interkostal, atau
- Pada anak yang lebih Neonatus: 30- suprasternal,
besar, observasi pada 60 x/menit. sianosis, & takipne
gerakan toraks Usia 1 bulan – 1 - Ortopne = kesulitan
tahun: 30-60 bernapas saat
kali/menit. berbaring, berkurang
Usia 1 – 2 tahun: saat duduk / berdiri
25 – (asma, gagal jantung,
60 x/ edema paru).
menit.
Usia 3 – 4 tahun:
20 –
30
xi/menit.
Usia 5 – 9 tahun:
15 –
30
x/menit.
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
Usia > 10 tahun: 15

30
x/menit.

SUHU
- Gunakan termometer - Suhu sedikit - Demam ringan
merkuri meningkat saat sampai hiperpireksia:
- Bisa diletakkan di mulut anak menangis, indikasi infeksi bakteri,
(1 menit), aksila (3 setelah makan, virus, protozoa,
menit), dan rektum (3 bermain, atau dehidrasi, heat stroke,
menit). gelisah. trauma otak, tumor
- Baca termometer 10 – otak, keganasan,
15 detik setelah penyakit jaringan ikat,
pengukuran. reaksi transfusi, reaksi
obat.
- Hipertermia
- Hipotermia
KULIT
- Observasi kulit - - Vitiligo: daerah kulit
pada cahaya matahari yang mengalami
alami atau lampu dengan depigmentasi
sinar netral. - Sianosis tampak
- Paling baik dilihat bila kadar
pada telapak tangan / hemoglobin
kaki, kuku, mukosa reduksi >5 g/dl
mulut, atau konjungtiva. - Ikterik terlihat bila
- Perhatikan kelembaban, kadar bilirubin >2
kehalusan, mg/dl (bayi / anak).
kekasaran, integritas, - Kulit kuning
dan suhu. mengindikasikan
- Kaji turgor kulit hemolisis, hepatitis,
dengan cara mononukleosis
menggenggam kulit infeksiosa,
abdomen dengan jari, leptospirosis, sifilis,
tarik, dan lepaskan kongenital, obsruksi
dengan cepat. empedu.
- Dermatitis atopik
sering
terdapat di pipi atau
dahi

Dermatitis kontak, salah


satunya yang sering
dijumpai adalah
diaper rash (ruam
popok)
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
- Urtikaria: eritema
yang menimbul, dapat
bersifat local maupun
generalisata
- makula dapat dijumpai
pada penyakit
seperti campak
- vesikula dapat
dijumpai
pada penyakit seperti
cacar air
KEPALA - Ukuran kepala - Lingkar kepala
- lakukan inspeksi: 32-38 cm saat yang secara
bentuk kepala, molage, lahir sampai usia abnormal mungkin
- palpasi fontanel 18 bulan. menunjukan
- ukur lingkar kepala - Fontanel hidrosefalus.
posterior - Lingkar kepala
tertutup saat yang kecil
lahir. mungkin
- Fontanel anterior menunjukkan
menutup antara kraniostenosis
umur 9 atau mikrosefali.
- 18 bulan.
- Fontanel anterior
halus, rata, dan
berdenyut, serta
menonjol bila bayi
sedang menangis.
LEHER - Kepala sudah - Pembengkakan
Lakukan inspeksi mampu tegak pada pada leher
dan palpasi leher anak usia 6 bulan menunjukan
keatas. gondong, atau
infeksi tenggorok
atau mulut.
TELINGA - Bagian atas - Adanya rabas
telinga harus berwarna kuning
melewati garis atau hijau yang
khayal dari mata berbau busuk
sebelah dalam ke menunjukan
oksiput. rupturnya membrane
- Serumen lunak timpani.
berwarna - Rabas yang
kuning mengandung
kecoklatan darah
adalah normal. menunjukan
iritasi benda
asing atau
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
goresan.
MATA
- Perhatikan apakah jarak - Jarak kantus (jarak - Jarak mata
mata lebar mata) rata-rata 2,5 lebar
(hipertelorisme) atau cm. ditemukan
lebih kecil - Alis mata simetris pada SIndrom
(hipotolerisme). dan tidak bertemu di Down.
- Periksa palpebra bawah garis tengah. - Kelopak mata
dengan menariknya ke - Konjungtiva cekung
bawah ketika anak berwarna merah mengindikasikan
melihat ke atas. Lihat muda dan dehidrasi.
palpebra atas dengan mengkilap. - Konjungtiva
membalikan kelopak - Sklera berwarna yang sangat
mata ke atas dengan putih dan bersih. pucat dapat
kapas lidi - Respon pupil menyertai
- Periksa warna terhadap cahaya: anemia.
sKlera kontriksi . - Sklera yang
- Periksa respon berwarna kuning
pupil terhadap cahaya. menunjukan
ikterus.
HIDUNG
- Amati ukuran dan - Hidung dan - Pengelupasan nares
bentuk hidung. mulut simetris eksternal rabas
- Amati nares eksternal pada garis yang mengiritasi dan
terhadap pelebaran, tengah muka. penyekaan hidung
rabas, pengelupasan, - rabas encer dan yang sering.
dan bau. jernih mungkin - Rabas hidung
- Uji indera penciuman dijumpai pada anak yang jernih dan
dengan menyuruh anak sedang encer
menutup mata. Tutup menangis. rhinitis alergi.
salah satu lubang - Rabas purulen yang
hidung beberapa menit warna kuning atau
dan minta anak untuk hijau
mengidentifikasi bau infeksi.
seperti kopi atau - Rabas hidung yang
lemon. jernih yang
mengikuti cedera
kepala merupakan
cairan
serebrospinal.
- Nyeri dan nyeri tekan
sinusitis.
MULUT
- Periksa bibir terhadap - Bibir harus utuh, - Kebiru-biruan pada
warna, kesimetrisan, warna merah muda, bibir
kelembaban, dan kuat. sianosis.
pembengakakan, lesi, - Membrane mulut - Pewarnaan
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
fisura. berwarna merah merah cherry
- Periksa membran mulut. muda, asidosis.
kuat, licin, dan - Fisura pada sudut
lembab. mulut defisiensi
riboflavin atau
niacin (vitamin B)
TORAKS DAN PARU-PARU
- Kaji dada terhadap - Toraks bergerak - Stridor dan serak
stridor, serak, secara simetris. yang keras croup
dengkur, mengi, dan (batuk)
batuk. Gambarkan - Stridor inspirasi
bunyi dan kejadiannya. epligotitis.
- pengembangan. - Mengi: asma,
- Periksa toraks terhadap bronkiolitis, aspirasi
konfigurasi, benda asing.
kesimetrisan - Gerakan satu sisi
dan abnormalitas. toraks yang menurun
- Amati dada terhadap pneumonia,
retraksi atau tertarik pneumotoraks,
ke dalam atau benda
- Amati kedalaman dan asing.
regulasi pernafasan - Fase ekspirasi
dan lama inspirasi dan yang memanjang:
ekspirasi obstruksif
pernapasan, seperti
asma.
ABDOMEN
- Periksa kontur - Pada anak, abdomen - Abdomen yang
abdomen saat anak tampak agak menonjol: retensi
berbaring menonjol dan buncit. cairan, tumor,
- Periksa warna dan Pada usia pubertas, organomegali atau
keadaan kulit saat berbaring dan asites.
abdomen, perhatikan berdiri abdomen - Abdomen besar
adanya jaringan parut tampak rata. dengan ekstrimitas
dan ekimosis. - Bising usus normal tipis dan bokong
- Periksa umbilikus terjadi setiap 10-30 menyusut: malnutrisi
terhadap warna, bau, detik berat
rabas, inflamasi dan - Bunyi pekak/flatness - Abdomen cekung:
herniasi. normal pada dehidrasi atau
- Auskultasi bising usus. sepanjang batas iga obstruksi abdomen
Lakukan auskultasi pada kanan dan 1-3 cm di bagian atas.
4 kuadran abdomen bawah batas iga dari - Penonjolan
dengan durasi waktu 1 hepar. umbilikus: herniasi
menit untuk setiap - Bunyi pekak di atas yang tampak jelas
kuadran. simfisis pubis : saat anak batuk
- Gunakan teknik perkusi kandung kemih yang atau menangis.
tidak langsung; penuh. - Bising usus dengan
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
lakukan perkusi secara - Timpani normal nada tinggi: diare,
sistematik di seluruh di seluruh gastroenteritis atau
area abdomen. abdomen. obstruksi.
- Bising usus yang
tidak terdengar:
peritonitis atau ileus
paralitik.
ANUS
- Posisi anak tengkurap, - Anus biasanya - Kemerahan dan
periksa bokong dan tampak lembab dan ruam
paha; periksa kulit tidak berambut. hygiene tidak
sekitar area anus adekuat
terhadap kemerahan - Tanda bekas garukan:
dan ruam. gatal/investasi
- Periksa anus terhadap cacing.
tanda fisura, - Fisura: bekas jalan
hemorhoid, prolapusus, feses yang keras.
polip, dan pertumbuhan - Perdarahan: polip,
ke luar yang kecil. ulkus lambung &
peptikum, varises
esofagus, kolitis
ulseratif, dan penyakit
infeksi.
SISTEM REPRODUKSI

Payudara - Kontur & ukuran, - Perkembangan


- Periksa payudara; serta perubahan payudara lambat
perhatikan ukuran, areola → maturasi (tidak ada pada usia
kesimetrisan dan seksseksualseksua 13 tahun) harus
warna payudara. l. dievaluasi
- Periksa puting susu dan - Satu payudara - Pembentukkan
areola; perhatikan mungkin lekukan ringan dan
warna, ukuran, bentuk berkembang perubahan kontur
dan adanya rabas, sebelum yang lain payudara →
serta perubahan hal ini merupakan mungkin kanker.
warnanya. sesuatu yang - Kemerahan → infeksi.
- Lakukan palpasi pada normal. - Puting yang rata pada
area yang abnormal dan - Jaringan remaja yang lebih
perhatikan lokasinya, payudara muda matang atau edema →
ukuran, bentuk, yang normal kanker.
konsistensi, nyeri tekan, memiliki - Nodul keras yang tidak
mobilitas, dan elastisitas yang bergerak dengan
ketegasan. kencang. batas yang tidak jelas
menunjukkan kanker.
Genitalia Wanita - Labia berwarna - Kemerahan dan
- Periksa labia mayora merah muda dan pembengkakan :
dan labio minora lembab. infeksi, masturbasi
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
terhadap ukuran, atau penganiayaan
warna, integritas kulit seksual.
dan massa. - Kemerahan pada
- Periksa uretra dan uretra
lubang vagina terhadap → uretritis.
edema, kemerahan - Kemerahan dan
dan rabas rabas berbau busuk
pada vagina:
benda asing,
infeksi,
penganiayaan
seksual atau cacing
kremi.
- Rabas putih seperti
keju dari vagina :
infeksi kandida.
Genitalia Pria
- Periksa penis terhadap - Prepusium - Kondiloma
ukuran, warna, dan normalnya lengket akuminata atau kutil
intensitas kulit; pada anak kecil kelamin → aktivitas
perhatikan apakah yang berusia < 3 seksual pada
anak sudah di thn. remaja atau
sirkumsisi. - Meatus urinarius penganiayaan
- Periksa meatus normalnya agak seksual pada anak
urinarius terhadap ventral di ujung yang lebih kecil.
bentuk, letak, rabas, dan penis dan mirip - Prepusium yang sulit
ulserasi. celah. ditarik pada anak usia
- Periksa skrotum - Testis kiri lebih > 3 thn : fimosis.
terhadap warna, rendah daripada - Hipospadia:
ukuran, kesimetrisan, testis kanan. Meatus urinarius
edema, massa, dan - Testis turun palin di ventral
lesi. lambat saat anak - Epispadia: meatus
- Palpasi testis dengan usia 3 tahun urinarius yang
menahan jari di atas terletak dorsal.
kanalis inguinalis.
SISTEM
MUSKULOSKELETAL
- Amati lengkung tulang - Tulang belakang - Ekstremitas pendek
belakang, perhatikan normal dan lebar, sendi yang
kesimetrisan pinggul melengkung pada dapat hiperekstensi
dan bahu dan lakukan bayi < 3 bln, dan lipatan simian →
pemeriksaan terhadap lengkung lumbal sindrom Down.
skoliosis. terbentuk bulan ke - Polidaktili dan
- Kaji kekuatan 12- sindaktili pada anak
ekstrimitas atas dengan 18. dengan retardasi
meminta anak untuk - Lordosis lumbal mental.
meremas jari pemeriksa. normal pada anak - Hangat dan nyeri
Item pemeriksaan Keadaan normal Masalah/Abnormalitas
- Kaji kekuatan kecil. tekan sendi →
ekstrimitas bawah - Tidak ada tahanan artritis reumatoid.
dengan meminta anak atau nyeri yang - Pelebaran sendi
mendorng tangan dirasakan ketika pergelangan tangan
pemeriksa dengan anak membungkuk → ricketsia.
telapak kaki. atau saat leher fleksi - Kelemahan salah
atau digerakkan dari satu ekstremitas →
satu hemiparesis atau
sisi ke sisi lain. nyeri.
- Kekuatan
ekstrimitas atas
harus sama.

Gambar untuk pemeriksaan fisik pada anak

Vitiligo ikterus Dermatitis kontak Cacar air

Dermatitis kontak Campak

Petekie Urtikaria Kaji turgor


kulit
FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PADA ANAK

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu selama pemeriksaan
3 Lakukan pendekatan kepada anak
4 Cuci tangan
5 Mulai pemeriksaan dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim
6 Obsevasi keadaan umum anak
7 Hitung nadi selama 1 menit penuh
8 Hitung tekanan darah
9 Kaji pernapasan
10 Kaji suhu tubuh
11 Periksa area kulit
12 Periksa bagian kepala dan ukur lingkar kepala
13 Periksa area leher
14 Periksa telinga
15 Periksa bagian mata
16 Periksa bagian hidung
17 Periksa mulut
18 Kaji bagian thoraks dan paru-paru
19 Periksa area abdomen
20 Periksa anus
21 Kaji sistem reproduksi
22 Kaji sistem muskuloskeletal
23 Terminasi dengan pasien dan keluarga, ucapkan Alhamdulillah
24 Mencuci tangan
25 Dokumentasi tindakan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


50

7. MENGITUNG STATUS GIZI PADA ANAK


a. Definisi
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi yang
diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri (Almatsier, 2005, p.3).
b. Tujuan
a. Untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi
b. Untuk menilai pertumbuhan anak
c. Untuk menentukan intervensi keperawatan yang sesuai

c. Indikasi: anak balita sehat, anak yang sakit, pasien dengan masalah gizi

4. Alat dan Bahan


a. Lembar pengkajian
b. Grafik dan tabel BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U (lihat lampiran)

5. Prosedur
Berikut akan diuraikan beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak.Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil.Sehingga indeks BB/U lebih mengambarkan status gizi seseorang saat ini.
1) Tanyakan tanggal lahir anak, lalu hitung usia sesuai dengan tanggal
pemeriksaan
2) Ukur berat badan anak (Review materi sebelumnya)

Menggunakan Dacin (Untuk Balita)


(a) Periksa dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik atau
tidak. Dacin yang baik, apabila bandul geser berada pada posisi skala
0,0 Kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang
(b) Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau penyangga
kaki tiga
(c) Periksa apakah dacin tergantung kuat dengan cara menarik batang
dacin ke bawah dengan kuat-kuat
(d) Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang
dacin dikaitkan dengan tali pengaman
(e) Pasang celana atau kain sarung timbang yang kosong pada dacin.
(f) Seimbangkan dacin yang sudah dibebani dengan celana atau sarung
timbang dengan cara memasukkan pasir ke kantong plastik, lalu
dikaitkan di ujung tangkai dacin.
(g) Anak yang akan ditimbang, sebaiknya memakai pakaian minimal,
melepaskan sepatu, jaket, baju dan topi. Anak ditimbang dengan posisi
tidur di sarung timbang dan seimbangkan dacin
(h) Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul
geser
(i) Catat hasil penimbangan, lalu geser bandul kembali ke angka nol,
setelah itu anak dapat diturunkan.
Gambar 1 dan 2. Menimbang dengan dacin

Menggunakan timbangan bayi


(a) Alasi timbangan dengan kain tipis untuk mencegah dingin pada kulit bayi,
lalu periksa posisi jarum berada pada skala nol
(b) Minimalkan pakaian bayi, bayi yang tidak mau posisi terlentang dapat
didudukkan di timbang (bila bayi telah mampu duduk)
(c) Pastikan seluruh anggota tubuh berada diatas timbangan. Jangan
tinggalkan bayi tanpa pengawasan
(d) Tentukan berat badan bayi dengan membaca jarum penunjuk pada skala
timbangan ketika bayi telah diam atau stabil.
(e) Catat berat badan bayi pada lembar pengkajian atau pencatatan

Gambar 3.Timbangan bayi manual Gambar 4. Timbangan bayi digital

Menggunakan timbangan injak


(a) Periksa jarum penunjuk berada skala nol
(b) Pasien yang akan ditimbang, sebaiknya memakai pakaian minimal,
melepaskan sepatu, jaket, tas dan topi
(c) Meminta pasien berdiri tegak dengan memandang tegak lurus ke depan
(d) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk, lalu catat berat badan
pasien

Bila keadaan memaksa, dimana anak balita menangis dan menolak


diletakkan di timbangan, maka dapat dilakukan cara alternatif sebagai
berikut:
(a) Ibu menggendong balitanya & naik ke timbangan injak secara
bersamaan, lalu petugas mencatat angka pada jarum penunjuk
(b) Ibu meletakkan balitanya, lalu ibu naik ke timbangan injak untuk
mengetahui berat badan ibu saja, petugas mencatat angkanya
(c) Petugas mengurangi hasil timbangan pertama (berat badan ibu dan anak)
dengan hasil timbangan kedua (berat badan ibu saja), sehingga didapatkan
berat badan anak

3) Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/U sesuai usia dan
jenis kelamin anak
4) Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan usia anak menggunakan tabel
atau grafik BB/U (weight-age)
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut pengkategorian
status gizi dengan indeks BB/U

Tabel 1. Status Gizi berdasarkan BB/U

No Kategori BB/U
1. Gizi Lebih > +2 SD
2. Gizi Baik >-2 SD sampai +2 SD
3. Gizi Kurang < -2SD sampai ≥ -3SD
4. Gizi Buruk < -3 SD

b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan merupakan antropometri yang mengambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang
pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini mengambarkan status gizi
masa lampau.
1) Tanyakan tanggal lahir anak, lalu hitung umur sesuai dengan tanggal
pemeriksaan
2) Ukur tinggi badan anak

Menggunakan Mikrotoa
(a) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
(b) Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan dilakukan, mengapa
perlu dilakukan, serta meminta pasien untuk bekerja sama
(c) Tempelkan dengan paku mikrotoa pada dinding yang lurus datar setinggi
tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
(d) Mengatur posisi anak
(1) Sewaktu diukur, anak tidak boleh memakai alas kaki dan penutup
kepala
(2) Anak berdiri membelakangi dinding
(3) Posisi anak bebas, tidak sikap tegap seperti tentara
(4) Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke badan
(5) Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat
(6) Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding
(7) Anak menghadap dengan pandangan lusus ke depan

(e) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding
(f) Baca angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi badan anak yang diukur.
(g) Catat hasil pengukuran pada lembar pengkajian atau pencatatan pada
mikrotoa
Gambar 6. Mikrotoa Gambar 7. Membaca angka

Menggunakan Meteran
(a) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
(b) Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan dilakukan, mengapa
perlu dilakukan, serta meminta pasien untuk bekerja sama
(c) Pilihlah lantai yang rata dan tegak lurus dengan lantai (90 o). jangan pilih
dinding yang bagian bawahnya menonjol
(d) Pasang pita meteran tegak lurus pada dinding dengan angka 0 cm berada
tepat di lantai dan angka 150 cm berada di atas
(e) Periksa bahwa pita meteran sudah menempel seluruhnya di dinding,
menggunakan paku kecil atau dengan alat perekat pada beberapa bagian.
(f) Periksa apakah pita meteran sudah terpasang tegak lurus. Gunakan
benang yang ujungnya diberi pemberat (paku, batu kecil). Ujung benang
bagian atas digantung bersamaan dengan ujung pita meteran
(g) Meteran dan bagian bawa benang dibiarkan menggantung bebas. Dengan
adanya pemberta maka benang akan tegak lurus. Sejajarkan pita meteran
dengan benang, dengan demikian pita meteran akan terpasang tegak
lurus. Bila meteran telah selesai dipasang, benang dapat dilepaskan.
(h) Atur posisi anak (seperti pada pengukuran menggunakan mikrotoa)
(i) Untuk menentukan tinggi anak, digunakan alat bantu berupa segitiga siku-
siku (gambar 10).Satu sisi menempel dibagian tengah kepala anak, dan
satu sisi lainnya menempel ke pita meteran didinding.
(j) Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku-siku yang menempel di
kepala digerakkan. Baca angka dibawah segitiga siku-siku menunjukkan
angka dalam centimeter. Jumlah skala kecil diatas skala panjang
menunjukkan millimeter.

Meteran tegak lurus di dinding

Menggunakan Alat Pengukur Panjang Bayi


(a) Alat pengukur diletakkan diatas meja atau diatas tempat yang datar
(b) Bayi ditidurkan lurus di atas alat pengukur, kepala diletakkan dengan hati-
hati sampai menyinggung bagian atas alat pengukur
(c) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat
menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat pengukur dapat
dibaca (Lihat Gambar)

Gambar . Alat ukur panjang bayi

3) Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik TB/U sesuai usia dan
jenis kelamin
4) Bandingkan hasil pengukuran tinggi badan dan usia anak menggunakan tabel
atau dengan grafik TB/U (height-age)
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut pengkategorian
status gizi dengan indeks TB/U

Tabel 2. Status Gizi berdasarkan TB/U

No Kategori TB/U
1. Pendek < -2 SD
2. Normal ≥ -2SD

c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(sekarang), dan merupakan indeks yang independen terhadap umur.
1) Ukur tinggi badan dan berat badan anak
2) Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/TB sesuai usia dan
jenis kelamin anak
3) Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak menggunakan
tabel atau grafik BB/TB
4) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut Pengkategorian
status gizi dengan indeks BB/TB

Tabel 3. Status Gizi berdasarkan BB/TB


No Kategori BB/TB
1. Gemuk > +2 SD
2. Normal ≥ -2SD sampai +2SD
3. Kurus < -2SD sampai ≥ -3SD
4. Sangat kurus < -3 SD
d. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Laporan WHO (1995) menyatakan batasan berat badan orang dewasa
ditentukan berdasarkan nilai Body mass Index (BMI), diterjemahkan menjadi
Indeks massa Tubuh (IMT). Tahun 2007, WHO menyatakan bahwa anak usia
5-19 tahun, pengukuran status gizi juga dapat menggunakan IMT/U.

Rumus IMT

IMT = Berat Badan (Kg)


Tinggi badan (m) X Tinggi badan (m)

Contoh : seorang anak dengan berat badan 12 Kg, dan tinggi badan 140
cm
Maka IMT anak tersebut adalah = 12 Kg
1,4 m x 1,4 m

= 12 Kg
1,96 m2

IMT = 6,12

1) Menanyakan tanggal lahir anak, lalu hitung umur sesuai dengan tanggal
pemeriksaan
2) Ukur tinggi badan dan berat badan anak, serta tentukan jenis kelamin anak
3) Hitung IMT anak sesuai dengan rumus
4) Bandingkan hasil pengukuran dengan tabel atau grafik IMT/U
5) Tentukan status gizi berdasarkan nilai standar deviasi. Berikut
Pengkategorian status gizi dengan indeks IMT/U

Tabel 4. Status Gizi berdasarkan IMT/U


No Kategori IMT/U
1. Sangat Gemuk > +2 SD
2. Gemuk > + 1 SD
3. Normal 2 SD s/d +1 SD
4. Kurus < - 2 SD
5. Sangat kurus < - 3 SD

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR MENGUKUR ANTROPOMETRI PADA ANAK

NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
MENGUKUR BERAT BADAN MENGGUNAKAN DACIN

3 Periksa dacin dengan seksama, apakah masih dalam kondisi baik


atau tidak. Dacin yang baik, apabila bandul geser berada pada posisi
skala 0,0 Kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang
4 Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang rumah, atau
penyangga kaki tiga
5 Periksa apakah dacin tergantung kuat dengan cara menarik batang
dacin ke bawah dengan kuat-kuat
6 Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang
dacin dikaitkan dengan tali pengaman
7 Pasang celana atau kain sarung timbang yang kosong pada dacin.
8 Seimbangkan dacin yang sudah dibebani dengan celana atau sarung
timbang dengan cara memasukkan pasir ke kantong plastik, lalu
dikaitkan di ujung tangkai dacin.
9 Anak yang akan ditimbang, sebaiknya memakai pakaian minimal,
melepaskan sepatu, jaket, baju dan topi. Anak ditimbang dengan
posisi tidur di sarung timbang dan seimbangkan dacin
10 Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul
geser
11 Catat hasil penimbangan, lalu geser bandul kembali ke angka nol,
setelah itu anak dapat diturunkan
MENGUKUR BERAT BADAN MENGGUNAKAN TIMBANGAN BAYI
12 Alasi timbangan dengan kain tipis untuk mencegah dingin pada kulit
bayi, lalu periksa posisi jarum berada pada skala nol
13 Minimalkan pakaian bayi, bayi yang tidak mau posisi terlentang dapat
didudukkan di timbang (bila bayi telah mampu duduk)
14 Pastikan seluruh anggota tubuh berada diatas timbangan. Jangan
tinggalkan bayi tanpa pengawasan
15 Tentukan berat badan bayi dengan membaca jarum penunjuk pada
skala timbangan ketika bayi telah diam atau stabil.
16 Catat berat badan bayi pada lembar pengkajian atau pencatatan
MENGUKUR BERAT BADAN MENGGUNAKAN TIMBANGAN INJAK
17 Periksa jarum penunjuk berada skala nol
18 Pasien yang akan ditimbang, sebaiknya memakai pakaian minimal,
melepaskan sepatu, jaket, tas dan topi
19 Meminta pasien berdiri tegak dengan memandang tegak lurus ke
depan
20 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk, lalu catat berat
badan pasien
MENGUKUR TINGGI BADAN MENGGUNAKAN MIKROTOA
21 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
22 Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan dilakukan,
mengapa perlu dilakukan, serta meminta pasien untuk bekerja sama
23 Tempelkan dengan paku mikrotoa pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai yang datar rata.
24 Mengatur posisi anak
25 Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku
harus lurus menempel pada dinding
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
26 Baca angka pada skala yang tampak pada lubang dalam gulungan
mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi badan anak yang
diukur.
27 Catat hasil pengukuran pada lembar pengkajian atau pencatatan
pada mikrotoa
MENGUKUR TINGGI BADAN MENGGUNAKAN METERAN
28 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
29 Pilihlah lantai yang rata dan tegak lurus dengan lantai (90o). jangan
pilih dinding yang bagian bawahnya menonjol
30 Pasang pita meteran tegak lurus pada dinding dengan angka 0 cm
berada tepat di lantai dan angka 150 cm berada di atas (gambar 9)
31 Periksa bahwa pita meteran sudah menempel seluruhnya di dinding,
menggunakan paku kecil atau dengan alat perekat pada beberapa
bagian.
32 Periksa apakah pita meteran sudah terpasang tegak lurus. Gunakan
benang yang ujungnya diberi pemberat (paku, batu kecil). Ujung
benang bagian atas digantung bersamaan dengan ujung pita
meteran
33 Meteran dan bagian bawa benang dibiarkan menggantung bebas.
Dengan adanya pemberta maka benang akan tegak lurus. Sejajarkan
pita meteran dengan benang, dengan demikian pita meteran akan
terpasang tegak lurus. Bila meteran telah selesai dipasang, benang
dapat dilepaskan.
34 Atur posisi anak (seperti pada pengukuran menggunakan mikrotoa)
35 Untuk menentukan tinggi anak, digunakan alat bantu berupa segitiga
siku-siku.Satu sisi menempel dibagian tengah kepala anak, dan satu
sisi lainnya menempel ke pita meteran didinding.
36 Hasil pengukuran dibaca sebelum segitiga siku-siku yang menempel
di kepala digerakkan. Baca angka dibawah segitiga siku-siku
menunjukkan angka dalam centimeter. Jumlah skala kecil diatas
skala panjang menunjukkan millimeter.
MENGUKUR TINGGI BADAN MENGGUNAKAN ALAT PENGUKUR PANJANG BAYI
37 Alat pengukur diletakkan diatas meja atau diatas tempat yang datar
38 Bayi ditidurkan lurus di atas alat pengukur, kepala diletakkan dengan
hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat pengukur
39 Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga tepat
menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat pengukur
dapat dibaca

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


78

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR MENGHITUNG STATUS GIZI PADA ANAK

NO TINDAKAN PENILAIAN
0 1 2
Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
c. Nama prosedur
d. Tujuan prosedur
3 Tanyakan tanggal lahir anak dan tentukan usia sesuai dengan
tanggal pemeriksaan
4 Cuci tangan
Status gizi berdasarkan berat badan menurut Umur (BB/U)
5 Ukur berat badan anak
Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/U sesuai
6 usia dan jenis kelamin anak
Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan usia anak
7 menggunakan tabel atau grafik BB/U (weight-age)
8 Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks BB/U

No Kategori BB/U
1. Gizi Lebih > +2 SD
2. Gizi Baik >-2 SD sampai +2 SD
< -2SD sampai ≥ -
3. Gizi Kurang 3SD
4. Gizi Buruk < -3 SD

Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U)


9 Ukur tinggi badan anak
Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik TB/U sesuai
10 usia dan jenis kelamin
Bandingkan hasil pengukuran tinggi badan dan usia anak
11 menggunakan tabel atau dengan grafik TB/U (height-age)
12 Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks TB/U

No Kategori TB/U
1. Pendek < -2 SD
2. Normal ≥ -2SD
Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
13 Ukur tinggi badan dan berat badan anak
14 Tentukan jenis kelamin anak dan pilih tabel atau grafik BB/TB sesuai
usia dan jenis kelamin anak
15 Bandingkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak
menggunakan tabel atau grafik BB/TB
16
Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks BB/TB)
No Kategori BB/TB
1. Gemuk > +2 SD
2. Normal ≥ -2SD sampai +2SD
3. Kurus < -2SD sampai ≥ -3SD
4. Sangat kurus < -3 SD
17 Status gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
18 Ukur tinggi badan dan berat badan anak, serta tentukan jenis kelamin
anak
19 Hitung IMT anak sesuai dengan rumus
20 Bandingkan hasil pengukuran dengan tabel atau grafik IMT/U
21
Tentukan status gizi anak berdasarkan pengkategorian status gizi
dengan indeks IMT/U
No Kategori IMT/U
1. Sangat Gemuk > +2 SD
2. Gemuk > + 1 SD
3. Normal 2 SD s/d +1 SD
4. Kurus < - 2 SD
5. Sangat kurus < - 3 SD
22 Mencuci tangan
23 Dokumentasi tindakan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


46

8. PIJAT BAYI
1. Definisi
Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak
berabad-abad silam. Pengalaman pijat pertama yang dialami manusia ialah pada
waktu dilahirkan, yaitu pada waktu melalui jalan lahir si ibu. Sentuhan dan pijat
pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh
berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.

2. Tujuan
a. Meningkatkan berat badan
b. Meningkatkan pertumbuhan
c. Meningkatkan daya tahan tubuh
d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
e. Membina ikatan kasih saying orang tua dan anak

3. Indikasi
a. Bayi usia 3 bulan ke atas dan dalam keadaan sehat
b. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
c. Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru
d. Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih
nyenyak.

4. Kontra Indikasi (waktu yang tidak dianjurkan untuk memijat bayi)


a. Memijat bayi lansung setelah selesai makan
b. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan
c. Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat
d. Memijat bayi pada saat bayi tidak mau di pijat
e. Memaksakan posisi pijat bayi tertentu pada bayi

5. Pengkajian
a. Observasi: Isyarat yang dapat diberikan oleh bayi.
b. Inspeksi : Ketidaknyamanan bayi pada posisi tertentu

6. Perencanaan
Sebelum melakukan pemijatan, perhatikanlah hal-hal berikut ini:
a. Tangan bersih dan hangat
b. Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada kulit bayi
c. Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
d. Bayi sudah selesai makan atau tidak sedang lapar
e. Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum selama 15
menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan
f. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang
g. Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan bersih
h. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
i. Sebelum memulai pemijatan, belai wajah dan kepala bayi sambil
mengajaknya bicara

7. Alat Dan Bahan


a. Handuk
b. Popok
c. Baju ganti
d. Minyak bayi (baby oil/lotion)

8. Prosedur
a. Kaki
1) Perahan Cara India
a) Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul
soft ball
b) Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah
susu.

2) Peras dan Putar


a) Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara
bersamaan
b) Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari pangkal paha
kea rah mata kaki.

3) Telapak Kaki
Urutlah telapak kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai
dari tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki.

4) Tarikan Lembut Jari


Pijatlah jari-jarinya satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi
telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih saying yang lembut pada tiap
ujung jari.

5) Gerakan peregangan (stretch)


a) Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki
mulai dari batas jari-jari ke arah tumit, kemudian ulangi lagi dari
perbatasan jari ke arah tumit.
b) Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki
pada daerah pangkal kaki ke arah tumit.

6) Titik tekanan
Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan
telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari

7) Punggung kaki
Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah
punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara bergantian.

8) Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)


Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari dan
jari-jari lainnya di pergelangan kaki bayi
9) Perahan cara Swedia
a) Peganglah pergelangan kaki bayi.
b) Gerakkan tangan anda secara bergantian dari pergelangan kaki ke
pangkal paha

10) Gerakan menggulung


a) Pegang pangkal paha dengan kedua tangan anda
b) Buatlah gerakan menggulung dari pangkal paha menuju
pergelangan kaki

11) Gerakan akhir


a) Setelah gerakan 1 sampai 10 dilakukan pada kaki kanan dan kiri,
rapatkan kedua kaki bayi.
b) Letakkan kedua tangan anda secara bersamaan pada pantat dan
pangkal paha.
c) Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha kearah
pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian kaki.
b. Perut
1) Mengayuh sepeda
a) Lakukan gerakan memijat pada perut bbayi seperti mengayuh
pedal sepeda, dari atas ke bawah perut, bergantian dengan
tangan kanan dan kiri.

2) Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat


a) Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu tangan
b) Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas
sampai ke jari-jari kaki.

3) Ibu jari kesamping


a) Letakkan kedua ibu jari disamping kanan-kiri pusar perut
b) Gerakan kedua ibu jari kearah tepi perut kanan dan kiri.

4) Bulan – matahari
a) Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari
perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) ke atas,
kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah membentuk
gambar matahari Mbeberapa kali
b) Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah
lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut bayi sampai bagian
kiri perut bayi (seolah membentuk gambar bulan B.
c) Lakukan kedua gerakan ini bersama-sama. Tangan kiri selalu
membuat bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan kanan
akan membuat gerakan setengah lingkaran (bulan).

5) Gerakan I Love You


a) “I” Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan membentuk huruf “I”.
b) “Love” Pijatlah perut bayi membentuk huruf “L” terbalik, mulai dari
kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.
c) “You” pijatlah perut bayi membentuk huruf “U” terbalik, mulai dari
kanan bawah (daerah usus buntu) keatas, kemudian kekiri,
kebawah, dan berakhir di perut kiri bawah

6) Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers)


a) Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan
b) Gerakkan jari-jari anda pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian
kiri guna mengeluarkan gelembung-gelembung udara.
c. Dada
1) Jantung besar
a) Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan meletakkan
ujung-ujung jari kedua telapak tangan anda di tengah dada
bayi/ulu hati.
b) Buat gerakan keatas sampai di bawah leher, kemudian kesamping
di atas tulang selangka, lalu ke bawah membentuk bentuk jantung,
dan kembali ke ulu hati.

2) Kupu-kupu
a) Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu, dimulai
dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang dari
tengah ke dada/ulu hati kea rah bahu kanan, dan kembali ke ulu
hati.
b) Gerakan tangan kiri anda ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.

d. Tangan
1) Memijat ketiak (armpits)
a) Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.
Perlu diingat, kalau terdapat pembengkakan kelenjer didaerah
ketiak, sebaiknya gerakan ini tidak dilakukan.

2) Perahan cara india


Arah pijatan cara India ialah pijatan yang menjauhi tubug. Guna
pemijatan cara ini adalah untuk relaksasi atau melemaskan otot
a) Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan
seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang
pergelangan tangan bayi.
b) Gerakkan tangan kanan mulai dari bagian pundak kea rah
pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak
kearah pergelangan tangan.
c) Demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan dan kiri ke
bawah secara bergabtian dan berulang-ulang seolah memerah
susu sapi.

3) Peras dan putar (squeeze and twist)


Cara lain adalah dengan menggunakan kedua tangan secara
bersamaan.
a) Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke
pergelangan tangan.

4) Membuka tangan
a) Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan
tangan ke arah jari-jari.

5) Putar jari-jari.
a) Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju kea rah ujung jari
dengan gerakan memutar.
b) Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung jari
dengan gerakan memutar.

6) Punggung tangan
a) Letakkan tangan bayi di antara ke dua tangan anda
b) Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kea
rah jari-jari dengan lembut.

7) Peras dan putar pergelangan tangan (wrist circle)


a) Peraslah sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan
jari telunjuk.

8) Perahan cara Swedia


Arah pijatan cara Swedia adalah dari pergelangan tangan arah
badan. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah ke jantung
dan paru-paru.
a) Gerakkan tangan kanan dan kiri anda secara bergantian
mulai dari pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak.
b) Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah
pundak.

9) Gerakan menggulung
a) Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua
telapak tangan.
b) Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan
menuju ke arah pergelangan tangan/jari-jari.

e. Muka
Umumnya tidak diperlukan minyak untuk daerah muka
1) Dahi : Menyetrika dahi (open book)
a) Letakkan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi.
b) Tekankan jari-jari anda dengan lembut mulai dari tengah dahi
keluar ke samping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau
membuka lembaran buku
c) Gerakkan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-
lingkaran kecil di daerah pelipis, kemudian gerakkan ke dalam
melalui daerah pipi di bawah mata.

2) Alis : Menyetrika alis


a) Letakkan kedua ibu jari anda di antara kedua alis mata
b) Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis
mata dan di atas kelopak mata, mulai dari tanah ke samping
seolah menyetrika alis.

3) Hidung : Senyum I
a) Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis.
b) Tekankan ibu jari anda dari pertengahan kedua alis turun
melalui tepi hidung kea rah pipi dengan membuat gerakkan ke
samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum.

4) Mulut bagian atas : Senyum II


a) Letakkan kedua ibu jari anda di atas mulut di bawah sekat
hidung
b) Gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah ke samping dank e
atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.

5) Mulut bagian bawah : Senyum III


a) Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu
b) Tekankan kedua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari
tengah ke samping, kemudian keatas kea rah pipi seolah
membuat bayi tersenyum.
6) Lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw)
Dengan jari kedua tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di daerah
rahang bayi.

7) Belakang telinga
a) Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan
lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.
b) Gerakkan kea rah pertengahan dagu di bawah dagu.

f. Punggung
1) Gerakan maju mundur (kursi goyang)
a) Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepala
disebelah kiri dan kaki di sebelah kanan anda
b) Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur
menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
2) Gerakan menyetrika
a) Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.
b) Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah sampai
bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah
menyetrika punggung.

3) Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki.


Ulangi gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan kanan
memegang kaki bayi dan gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki
bayi.

4) Gerakan melingkar
a) Dengan jari-jari kedua tangan anda, buatlah gerakan –
gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun
ke bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai
ke pantat.
b) Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher,
kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat.

5) Gerakan menggaruk
a) Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan anda
pada punggung bayi.
b) Buat gerakan menggaruk ke bawah sampai ke pantat bayi.
6) Bentuk Gerakan –gerakan peregangan
1)Tangan disilangkan
- Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan
keduanya di dada.
- Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping. Ulangi
gerakan ini sebanyak 4 – 5 kali.

2) Membentuk diagonal tangan-kaki


- Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi di
atas tubuh bayi sehingga membentuk garis diagonal.
Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan dan tangan kiri bayi ke
posisi semula.
- Pertemuan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan di
atas tubuh bayi. Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki
bayi ke posisi semula. Gerakan membentuk diagonal ini
dapat diulang sebanyak 4 – 5 kali.

3) Menyilangkan kaki
- Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan
keatas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan luar
bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu, kembalikan posisi
kaki pada posisi semula.
- Pegang kedua pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua
kakinya keatas sehingga mata kaki kanan dalam bertemu
dengan mata kaki kiri luar. Setelah itu, kembalikan pada
posisi semula. Gerakan ini dapat diulang sebanyak 4 – 5
kali.

4)Menekuk kaki
- Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi
kaki lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan menuju kea rah
perut. Gerakan menekuk lutut ini dapat di ulang sebanyak 4
– 5 kali.

5)Menekuk kaki bergantian


Gerakannya sama seperti menekuk kaki, tetapi dengan
mempergunakan kaki secara bergantian.

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PIJAT BAYI

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Mengucapkan salam
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
c. Apa yang harus dilakukan ibu
3 Siapkan peralatan
4 Cuci tangan
5
Baringkan bayi di permukaan rata dan bersih, Belai wajah dan kepala
bayi dan Ucapkan Bismillahirrahmanirrahim saat mulai pemijatan
BAGIAN KAKI
6 Gerakan perahan cara india
7 Gerakan peras dan putar
8 Gerakan telapak kaki
9 Gerakan tarikan lembut jari
10 Gerakan peregangan (stretch)
11 Gerakan titik tekanan
12 Gerakan punggung kaki
13 Gerakan peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)
14 Gerakan perahan cara swedia
15 Gerakan menggulung
16 Gerakan akhir
BAGIAN PERUT
17 Gerakan mengayuh sepeda
18 Gerakan mengayuh sepeda dengan kaki diangkat
19 Gerakan ibu jari kesamping
20 Gerakan Bulan – matahari
21 Gerakan I Love You
22 Gerakan gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers)
BAGIAN DADA
23 Gerakan jantung besar
24 Gerakan kupu-kupu
BAGIAN TANGAN
25 Gerakan memijat ketiak (armpits)
26 Gerakan perahan cara india
27 Gerakan peras dan putar (squeeze and twist)
28 Gerakan membuka tangan
29 Gerakan putar jari-jari
30 Gerakan punggung tangan
31 Gerakan peras dan putar pergelangan tangan (wrist circle)
32 Gerakan perahan cara swedia
33 Gerakan menggulung
BAGIAN MUKA (Tidak diperlukan minyak untuk daerah muka)
34 Gerakan Menyetrika dahi (open book)
35 Gerakan Menyetrika alis
36 Gerakan pada hidung : Senyum I
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
37 Gerakan pada Mulut bagian atas : Senyum II
38 Gerakan pada Mulut bagian bawah : Senyum III
39 Gerakan lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw)
40 Gerakan pada belakang telinga
BAGIAN PUNGGUNG
41 Gerakan maju mundur (kursi goyang)
42 Gerakan menyetrika
43 Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki
44 Gerakan melingkar
45 Gerakan menggaruk
GERAKAN PEREGANGAN
46 Gerakan tangan disilangkan
47 Gerakan membentuk diagonal tangan-kaki
48 Gerakan menyilangkan kaki
49 Gerakan menekuk kaki
50 Gerakan menekuk kaki bergantian
51 Mengucapkan Alhamdulillah
52 Mencuci tangan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


104

9. MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN PADA NEONATUS DAN ANAK


a. Definisi
Memenuhi kebutuhan cairan pada tubuh anak penting bagi homeostatis. Beberapa
masalah klinis timbul akibat adanya abnormalitas dalam hal tersebut. Volume dan
komposisi cairan tubuh perlu dijaga, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan
intraseluler (CIS) dalam batas normal. Gangguan cairan dan elektrolit dapat
membawa penderita dalam kondisi kegawatan, yang kalau tidak dikelola secara
cepat dan tepat dapat menimbulkan kematian, misalnya pada diare, peritonitis,
ileus obstruktif, luka bakar, atau pada pendarahan.

b. Tujuan
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisi elektrolit di
dalam tubuh tetap stabil.

c. Komponen cairan infus pada anak, terdiri dari :


1) Sumber energy: dextrose 5%, 10%, 20%, 40%
2) Elektrolit esensial : Na, K, Cl
3) Kreator basa: - Bicarbonat, -Laktat, -Acetat

d. Jenis Cairan Infus Pada Anak Yaitu:


1) Larutan Infus Karbohidrat
(a) Dx 5%, Dx 10%
(b) Maltos 10%

2) Larutan elektrolit
(a) NaCl 0,9% (NS)
(b) Ringer Laktat (RL)
(c) Ringer Asetat

3) Larutan untuk rumatan


(a) Kaen 1B (Dx5% : NS = 3 : 1)
(b) Kaen 3A (Dx + NS + K 10 mq/L + C
(c) Kaen 3B (Dx + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L)
(d) Kaen Mg3 (Dx10% + NS + K 20 mq/L + Laktat 20 mEq/L)
(e) Kaen 4A (Dx5% : NS = (4 : 1) + Laktat 10 mEq/L)
(f) Kaen 4B (Dx5% : NS = (4 : 1) + K 8 mEq/L + Laktat 10 mEq/L)

4) Larutan karbohidrat dan elektrolit


(a) D5-NS (Dx5%, NaCl 0,9%)
(b) D5-1/2NS
(c) D2,5-1/2NS
(d) D5-1/4NS
(e) RD 5 (Dx 5% dalam Ringer Injeksi)
(f) RL-D5 (Dx 5% dalam Ringer Laktat Injeksi)
(g) Asering-5 (Asering, Dx 5%)

e. Kebutuhan Cairan Neonatus Aterm


1) Hari 1: 60 – 80 cc/kgbb/hari ;
jenis cairan Dx 5% / 10%
2) Hari 2 – 7 : 80 – 120 cc/kgbb/hari ;
Jenis cairan N5 (D5-1/4NS ) atau campuran yang dibuat (Dx : NS = 4 : 1 )
3) Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari: 10 – 20 cc/kgbb/hari

f. Kebutuhan Cairan Neonatus Preterm


1) Hari 1-3:
BB < 800 gram : 80-100 cc/KgBB/hari
BB . 800 gram : 100-160 cc/KgBB/hari
Jenis cairan Dx 5% atau Dx 10%
2) Hari 3 – 7
Mulai menambahkan elektrolit : KCl 10 Meq/kkolf; Ca gluconas 2 – 4
meq/KgBB/hari
Jenis cairan N5 (D5-1/4NS) ataua campuran yang diracik
3) Kebutuhan cairan dinaikkan setiap hari : 10 – 20 cc/kgbb/hari
Contoh:
Hitunglah kebutuhan cairan harian untuk neonatus cukup bulan dengan Berat
Badan 2,5 kg usia 1 hari !
Kebutuhannya hari 1 adalah : 2,5 x 60 cc = 150 cc/hari
Konversi ke dalam tetesan infus mikro :
Tetes/menit = Jumlah cairan yang akan diberikan x faktor tetes mikro
Jumlah jam pemberian x 60 menit
= 150 cc x 60
24 jam x 60 menit
= 6,25 tetes/menit

Hitunglah Hitunglah kebutuhan cairan harian untuk neonatus cukup bulan dengan
Berat Badan 3 kg usia 3 hari !
Kebutuhannya hari 3 adalah : 3 x 90 cc = 270 cc/hari
Konversi ke dalam tetesan infus mikro :
Tetes/menit = Jumlah cairan yang akan diberikan x faktor tetes mikro
Jumlah jam pemberian x 60 menit
= 270 cc x 60
24 jam x 60 menit
= 11,25 tetes/menit

g. Kebutuhan Cairan Bayi dan Anak


Kebutuhan Rumatan Menurut Holiday dan Segar :
1) 10 kgbb pertama : 100 cc/kgbb/hari
2) 10 kgbb kedua : 50 cc/kgbb/hari
3) Selebihnya : 20 cc/kgbb/hari

Atau
1) 10 kg pertama : 4 cc/kgBB/jam
2) 10 kg kedua : 2cc/kgBB/jam
3) selebihnya : 1 cc/kgBB/jam

Contoh: Hitunglah kebutuhan cairan harian pada anak dengan berat badan 23 kg !
Kebutuhan cairannya :
10 x 100 cc = 1000 cc
10 x 50 cc = 500 cc
3 x 20 cc = 60 cc
Jumlah = 1560 cc/hari

Konversi ke dalam tetesan infus makro :


Tetes/menit = Jumlah cairan yang akan diberikan x faktor tetes makro
Jumlah jam pemberian x 60 menit
= 1560 cc x 20
24 jam x 60 menit
= 21,6 tetes/menit
h. Kebutuhan Cairan Pada Dehidrasi Sedang
1) Berikan cairan RL atau Ringer asetat sebanyak : 70 ml/KgBB
2) Untuk bayi < 12 bulan : habiskan dalam 5 jam
3) Untuk anak 1-5 tahun : habiskan dalam 2,5 jam
4) Selanjutnya berikan tetesan rumatan

Contoh:
Bayi usia 5 bulan dibawa ke UGD karena mengalami diare. Hasil pengkajian: berat
badan 6 Kg dan mengalami dehidrasi sedang. Hitunglah berapa cairan infus yang
akan diberikan!
Kebutuhan Cairan = 6 Kg x 70 ml = 420 ml
Tetesan Infus makro = 420 ml x 20
5 jam x 60 menit
= 28 tetes/menit

i. Kebutuhan Cairan Pada Dehidrasi Berat


1) Bayi
1 jam pertama : 30 ml/KgBB
5 jam berikut : 70 ml/KgBB
2) Anak
30 menit pertama : 30 ml/KgBB
2,5 jam berikut : 70 ml/KgBB

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PERHITUNGAN KEBUTUHAN CAIRAN

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Tentukan usia
2 Tentukan berat badan
3 Tentukan kondisi bayi/anak
4 Hitung kebutuhan cairan menggunakan rumus yang tepat
5 Konversi kebutuhan cairan dalam tetesan infus
6 Berikan kebutuhan cairan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


12

10. MENGHITUNG SEDIAAN OBAT PADA ANAK

Rumus : Jumlah Obat Yang diminta x Pengenceran


Jumlah Obat yang Tersedia

Contoh :
Seorang anak dirawat di ruang anak karena bronkhopneumonia. Anak diberikan
terapi antibiotik Amoksisilin sebanyak 4 x 250 mg. Sediaan obat Amoksisilin dalam
vial sebanyak 1 gram. Perawat mengencerkan obat tersebut dengan aquadest
steril sebanyak 10 ml.
Berapakah jumlah obat yang diberikan dalam satu kali injeksi?

1 gram = 1000 mg
Jumlah obat yang diberikan = 250 gram x 10 ml
1000 gram
= 2,5 ml

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR MENGHITUNG SEDIAAN OBAT PADA ANAK

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Membaca catatan order dokter pada rekam medik
2 Memeriksa bentuk sediaan obat sesuai identitas pasien
3 Membaca komposisi obat
4 Menentukan pengenceran obat
5 Menghitung jumlah obat yang diberikan dalam satu kali pemberian
Menyiapkan obat dalam spuit dan memberi label identitas pasien
6 pada obat

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................


12

11. PERAWATAN METODE KANGGURU (PMK)


1. Pengertian
Perawatan metode kangguru adalah metode perawatan bayi baru lahir premature
dan BBLR dengan cara meletakkan bayi dalam keadaan telanjang (hanya
memakai popok dan topi), di dada ibu (antara kedua payudara ibunya / ibu
telanjang dada) sehingga terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu,
kemudian diselimuti

2. Tujuan :
a. Suatu metode untuk meningkatkan berat badan bayi prematur atau berat
badan lahir rendah (BBLR)
b. Memberikan kehangatan pada bayi melalui kontak langsung dengan kulit
ibuara perpindahan
c. Mengurangi hari rawat

3. Manfaat PMK:
a. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung, pola pernafasan dan saturasi
oksigen
b. Meningkatkan durasi tidur
c. Mengurangi lama tangisan bayi
d. Mengurangi kebutuhan kalori
e. Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak
f. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
g. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi menyusui

4. Persiapan Alat
a. Baju kangguru bayi/ kain gendongan panjang
b. Baju kangguru ibu / baju lebar yang terbuka depan
c. Topi bayi/ penutup kepala bayi
d. Kaus kaki bila perlu
e. Timbangan
f. Thermometer
g. Stopwatch/jam
h. Peralatan resusitasi dasar dan oksigenasi set ( untuk persiapan darurat)

5. Prosedur kerja
a. Perawat mencuci tangan
b. Persiapkan alat dan dekatkan dengan klien
c. Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
1) Nama prosedur
2) Tujuan prosedur
3) Apa yang harus dilakukan ibu
d. Ibu dianjurkan mencuci tangan dan mengganti baju dengan baju kangguru
atau baju biasa yang terbuka di depan
e. Letakkan bayi di meja tindakan
f. Buka bedung dan baju bayi
g. Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi. Pengukuran suhu minimal
dilakukan 3 kali: yaitu selama tindakan, sebelum dan setelah tindakan.
h. Pakaikan baju kanguru bayi pada bayi. Bayi boleh mengenakan popok atau
diapers.
i. Buka pakaian atas depan ibu, ibu telanjang dada. Letakkan bayi di antara
payudara ibu dengan posisi tegak (posisi pronasi terhadap dada ibu), dada
bayi menempel pada dada ibu. Sehingga terjadi kontak kulit bayi dengan kulit
ibu secara langsung.
j. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dan dengan posisi sedikit
tengadah (ekstensi). Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga saluran
nafas tetap terbuka dan member peluang agar terjadi kontak mata antara ibu
dan bayi.
k. Pangkal paha bayi dalam posisi fleksi dan melebar, lengan juga dalam posisi
fleksi (frog position)
l. Ikatkan baju kangguru bayi pada ibu dengan kuat agar saat ibu bangun dari
duduk, bayi tidak tergelincir. Eratkan tali bagian bawah di punggung ibu. Tali
bagian atas masing-masing di ikatkan dengan ujung tali bagian bawh secara
menyilang di punggung ibu. Tepi kain bagian atas depan tepat berada di
bawah kuping bayi.
m. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar
epiggastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut.
Napas ibu akan merangsang bayi
n. Pakaikan topi bayi
o. Mempersilahkan ibu duduk atau beristirahat bersama bayi.
p. Jelaskan dan demontrasikan pada ibu cara memasukkan dan mengeluarkan
bayi dari gendongan :
1) Letakkan satu tangan ibu (tangan yang dominan) di belakang leher sampai
punggung bayi
2) Topang bagian bawah rahang bayi dnegan ibu jari dan jari-jari lainnya agar
kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran nafas ketika bayi
berada pada posisi tegak
3) Tempatkan tangan lainnya di bawah bokong bayi
q. Jelaskan pada ibu pemantauan tanda-tanda bahaya bayi, dan agar segera
memberitahukan perawat bila muncul tanda-tanda bahaya yaitu:
1) Sulit bernafas (terlihat sesak nafas)
2) Nafas cepat (nafas terengah-engah)
3) Berhenti nafas (apneu <20 detik)
4) Tangan dan kaki dingin
5) Bayi tidak mau minum
6) Bibir bayi tampak kebiruan
r. Perawat mencuci tangan
s. Dokumentasika tindakan: tanda-tanda vital bayi, kondisi umum bayi, pukul
berapa bayi diletakkan di dada ibu, pukul berapa bayi diturunkan dari PMK.

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Persyaratan bayi sebelum perawatan metode kangguru:
a. Berat badan bayi < 2000 gr
b. Tidak ada masalah patologis
c. Reflex hisap baik
d. Koordinasi reflek hisap dan menelan baik
e. Perkembangan dalam incubator baik
f. Orangtua menyetujui PMK
g. Catatan medik bayi lengkap

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR METODE KANGURU

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
1 Cuci tangan
2 Memberi penjelasan kepada orangtua mengenai:
a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Apa yang harus dilakukan ibu
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar
benar
3 Mempersilahkan ibu mengganti baju
4 Meletakkan bayi di meja tindakan
5 Membuka bedung dan baju bayi
6 Mengukur suhu aksila bayi
7 Memakaikan baju kanguru pada bayi
8 Meletakkan bayi di dada ibu
9 Mengikat baju kanguru pada ibu
10 Memposisikan hidung dan kepala bayi kearah samping
11 Memakaikan topi bayi
12 Mempersilahkan ibu duduk
13 Menjelaskan pada ibu apa yang harus dilakukan bila muncul
tanda-tanda bahaya yaitu:
a. Sulit bernafas (terlihat sesak nafas)
b. Nafas cepat (terengah-engah)
c. Berhenti nafas (apneu < 20 detik)
d. Tangan dan kaki dingin
e. Bayi tidak mau minum
f. Bibir bayi tampak kebiruan
14 Mencuci tangan
15 Dokumentasi tindakan

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................ %


30

12. IMUNISASI
a. Definisi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu.
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.

b. Tujuan
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

c. Indikasi
a. Imunisasi dasar

Tabel 1. Jadwal pemberian imunisasi dasar


Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Catatan:
1) Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta,
imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
2) Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib
2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.

b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi
imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia
sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Imunisasi lanjutan
pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan
antenatal.

4. Kontra Indikasi
Pada umumnya tidak terdapat kontra indikasi imunisasi untuk individu sehat
kecuali untuk kelompok risiko. Pada setiap sediaan vaksin selalu terdapat petunjuk
dari produsen yang mencantumkan kontra indikasi serta perhatian khusus
terhadap vaksin.

Tabel 3. Petunjuk Kontra Indikasi Dan Perhatian Khusus Untuk Imunisasi


Kontra Indikasi dan perhatian khusus Bukan kontra indikasi
(imunisasi dapat dilakukan)
Berlaku umum untuk semua vaksin DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B
Kontra Indikasi Bukan kontra indikasi
Ensefalopati dalam 7 hari pasca DPT
sebelumnya
Perhatian khusus
- Demam >40,5oC dalam 48 jam pasca - Demam <40,5oC pasca DPT
DPT sebelumnya, yang tidak sebelumnya
Kontra Indikasi dan perhatian khusus Bukan kontra indikasi
(imunisasi dapat dilakukan)
berhubungan dengan penyebab lain - Riwayat kejang dalam keluarga
- Kolaps dan keadaan seperti syok - Riwayat SIDS dalam keluarga
(episode hipotonik-hiporesponsif) dalam - Riwayat KIPI dalam keluarga pasca
48 jam pasca DPT sebelumnya DPT
- Kejang dalam 3 hari pasca DPT
sebelumnya
- Menangis terus >3 jam dalam 48 jam
pasca DPT sebelumnya
- Sindrom Guillain-Barre dalam 6 minggu
pasca vaksinasi
Vaksin Polio
Kontra Indikasi Bukan kontra indikasi
- Infeksi HIV atau kontak HIV serumah - Menyusui
- Imunodefisiensi (keganasan hematologi - Sedang dalam terapi antibiotik
atau tumor padat, imuno-defisiensi - Diare ringan
kongenital, terapi imunosupresan
jangka panjang)
- Imunodefisiensi penghuni serumah

Campak
Perhatian khusus
- Mendapat transfusi darah/produk darah
atau imunoglobulin (dalam 3-11 bulan,
tergantung produk darah dan dosisnya)
- Trombositopenia
- Riwayat purpura trombositopenia
-
Hepatitis B
Kontra Indikasi Bukan kontra indikasi
Reaksi anafilaktoid terhadap ragi Kehamilan

5. Pengkajian
a. Periksa identitas penerima vaksin
b. Identifikasi vaksin imunisasi yang telah diperoleh
c. Tentukan vaksin yang akan diberikan hari ini
d. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan

6. Alat dan Bahan


a. Spuit 1 ml atau spuit insulin
Pada pemberian imunisasi, menggunakan Auto Disable Syringe yaitu alat
suntik yang akan mengalami kerusakan setelah sekali pemakaian.
Tabel 4. Ukuran Auto Disable Syringe
Ukuran ADS Penggunaan
0,05 ml Pemberian imunisasi BCG
0,5 ml Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib,
Campak, DT, Td dan TT
5 ml Untuk melarutkan vaksin BCG dan
Campak

b. Spuit 5 ml
c. Kapas
d. Vaksin
Pemakaian Vaksin Sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit
atau praktek swasta) bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 1) Disimpan pada suhu
2oC - 8oC 2) VVM dalam kondisi A atau B 3) Belum kadaluwarsa 4) Tidak
terendam air selama penyimpanan 5) Belum melampaui masa pemakaian.

Tabel 5. Masa Pemakaian Vaksin Sisa


Jenis Vaksin Masa Pemakaian Keterangan
POLIO 2 Minggu Cantumkan tanggal
TT 4 Minggu pertama kali vaksin
DT 4 Minggu digunakan
Td 4 Minggu
DPT-HB-Hib 4 Minggu
BCG 3 Jam Cantumkan waktu vaksin
Campak 6 Jam dilarutkan

Vaksin sisa pelayanan dinamis (posyandu, sekolah) tidak boleh digunakan


kembali pada pelayanan berikutnya, dan harus dibuang.

e. Safety Box
Safety Box Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas
pelayanan imunisasi sebelum dimusnahkan. Limbah imunisasi selain alat
suntik bekas tidak boleh dimasukkan ke dalam safety box.

f. Lemari es penyimpanan vaksin


Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan
pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin sensitif beku atau pada
suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas). Sesuai dengan tingkat
administrasi, maka sarana coldchain yang dibutuhkan adalah: tingkat Provinsi :
Coldroom, freeze room, lemari es dan freezer; tingkat Kabupaten/kota :
Coldroom, lemari es dan freezer; Tingkat Puskesmas: Lemari es.

Aturan penyimpanan pada Puskesmas: 1) Semua vaksin disimpan pada suhu


2oC - 8oC, pada lemari es. 2) Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa
disimpan pada suhu ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung.

g. Vaksin carrier
vaksin carrier untuk membawa vaksin ke lapangan serta cool pack sebagai
penahan suhu dingin dalam vaksin carrier selama transportasi vaksin.
7. Prosedur
Langkah-langkah:
a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
b. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapatkan persetujuan orangtua.
c. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.
d. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
e. Periksa jenis vaksin dan yakinkan bahwa vaksin tersimpan dengan baik.
f. Periksa vaksin, lihat apakah ada tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal
kadaluarsa, dan catat bila ada perubahan warna yang menunjukkan adanya
kerusakan.
g. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam perode tertentu. Periksa terhadap tanda-tanda kerusakan
(warna dan kejernihan). Vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami
perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panajang 25 mm digunakan untuk
menyuntikkan vaksin.
h. Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.

Tabel 5. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi

Jenis Vaksin Dosis Cara Tempat Pemberian


Imunisasi
Hepatitis B 0,5 ml Intra Muskuler Paha
BCG 0,05 ml Intra Kutan Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral Mulut
DPT-HB-Hib 0,5 ml Intra Muskuler Paha untuk bayi
Lengan kanan untuk
batita
Campak 0,5 ml Sub Kutan Lengan kiri atas
DT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
Td 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas
TT 0,5 ml Intra Muskuler Lengan kiri atas

i. Interval pemberian imunisasi


Jarak minimal antar dua pemberian imunisasi yang sama adalah 4 (empat)
minggu. Tidak ada batas maksimal antar dua pemberian imunisasi.
j. Cuci tangan dengan sabun. Untuk membersihkan tempat suntikan digunakan
kapas dengan melakukan sekali usapan pada tempat yang akan disuntik.
k. Berikan vaksin dengan teknik yang benar (pemilihan jarum suntik, sudut arah
jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin).
1) Teknik dan ukuran jarum
Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panajang 25 mm. Kecuali pada
bayi kurang dari dua bulan, dapat dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang
16 mm. Untuk suntkan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 25
dengan panjang 16 mm. Untuk suntikan intradermal, dipakai jarum ukuran
25-27 dengan panjang 10 mm.

2) Arah sudut jarum pada suntikan intramuskular


Jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45 o sampai 60o ke dalam otot
vastus lateralis atau otot deltoid. Lakukan dengan cepat. Untuk otot vastus
lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut, dan untuk otot deltoid, jarum
diarahkan ke arah pundak. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara
sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian paling tebal
dan padat. Bila suntikan menggunakan arah 90o maka akan terjadi
kerusakan saraf dan pembuluh vaskular.
Anak atau bayi diletakkan di meja periksa, dapat dipegang oleh orangtua
atau posisi setengah tidur pada pangkuan orangua. Celana harus dibuka bila
menutupi otot vastus lateralis agar area penyuntikkan tidak terlalu ke bawah.
Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang dengan
tangan antar jempol dan jari-jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan
dalam proses penyuntikkan.
Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat
jarum ditusukkan. Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikkan, untuk
meyakinkan jarum tidak masuk ke dalam vena, apabila terdapat darah,
buang spuit dan ulangi dengan suntikan baru.
Untuk vaksin BCG, disuntikkan pada kulit di atas insersi otot deltoid
(lengan atas), karena suntikan di puncak pundak akan berisiko terjadi keloid.

3) Posisi anak
Perlu diupayakan agar bayi/anak tidak bergerak saat disuntik, namun
cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan
sehingga meningkatkan ketegangan otot.orangtua perlu diyakinkan untuk
membantu memegang anak atau bayi.
 Deltoid, posisi anak dan lokasi penyuntikkan
a) Posisi yang paling nyaman adalah duduk diatas pangkuan ibu.
b) Buka pakaian yang menutupi lengan sampai pundak.
c) Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi,
sementara lengan lainnya diletakkan dibelakang tubuh orangtua.
d) Lokasi yang paling baik adalah ditengah otot, yaitu separuh antara
akromion dan insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan
membuat sudut 45o sampai 60o mengarah pada akromion. Bila bagian
bawah deltoid yang disuntik, ada risisko trauma saraf radialis karena
saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.
l. Setelah pemberian vaksin, catat imunisasi dalam catatan klinis atau buku KIA.

FORMAT PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI

PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar benar

1 Komunikasi kepada orangtua mengenai:


a. Nama prosedur
b. Tujuan prosedur
c. Baca catatan imunisasi pada KMS atau buku KIA dan
menentukan imunisasi yang akan diberikan hari ini
2 Periksa jenis vaksin dan yakinkan bahwa vaksin tersimpan
dengan baik, tanggal kadaluarsa dan adanya kondisi yang
berubah.
3 Cuci tangan
PEMBERIAN VAKSIN BCG
4 Mengambil vaksin BCG dari vial sejumlah 0,05 ml
5 Memilih ukuran spuit/jarum suntik yang tepat
6 Posisikan bayi di tempat tidur, minta bantuan orangtua untuk
memfiksasi bayi (dapat menggunakan teknik mommy restrain)
7 Tentukan area penyuntikan di lengan kanan atas (otot deltoid)
dan desinfektan area penyuntikan
8 Jarum suntik disuntikkan secara intra kutan (intra dermal) dengan
sudut 15o. (setelah disuntik jangan diusap/digosok)

9 Jelaskan pada orangtua mengenai munculnya pustul setelah 2 -8


minggu setelah penyuntikan
PEMBERIAN VAKSIN PENTAVALEN (DPT-HB-Hib)
10 Mengambil vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib) dari vial sebanyak
0,5 ml
PENILAIAN
0 1 2
NO TINDAKAN Tidak Melakukan Melakukan
melakukan namun dengan
kurang benar benar

11 Memilih jarum suntik yang tepat


12 Bayi diletakkan di tempat tidur, dapat dipegang oleh orangtua.
Celana harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis agar area
penyuntikkan tidak terlalu ke bawah. Kedua tangan bayi dipegang
menyilang pelvis bayi, dan paha dipegang menggunakan tangan
antar jempol dan jari-jari perawat

13 Desinfektan area penyuntikan


Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk
14 saat jarum ditusukkan
Jarum suntik disuntikkan secara intra muskuler dengan sudut 90o
15 ke dalam otot vastus lateralis
Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan
16 tidak ada darah atau jarum tidak masuk ke dalam vena
17 Injeksikan vaksin Pentavalen (DPT-HB-Hib)
PEMBERIAN VAKSIN POLIO
18 Meneteskan vaksin polio sebanyak 2 tetes ke oral
PEMBERIAN VAKSIN CAMPAK
19 Mengambil vaksin Campak dari vial sebanyak 0,5 ml
20 Memilih jarum suntik yang tepat
21 Posisikan bayi:
Bayi duduk diatas pangkuan ibu. Buka pakaian yang menutupi
lengan sampai pundak. Lengan yang akan disuntik dipegang
menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan
dibelakang tubuh orangtua
22 Tentukan area penyuntikan dan desinfektan area penyuntikan
Lokasi yang paling baik adalah ditengah otot, yaitu separuh
antara akromion dan insersi pada tengah humerus
23 Jarum suntik disuntikkan secara sub kutan dengan sudut 45o
24 Aspirasi spuit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan
tidak ada darah atau jarum tidak masuk ke dalam vena
25 Injeksikan vaksin Campak
26 Buang spuit pada safety box (setiap selesai memberi vaksin)
27 Cuci tangan
Dokumentasi tindakan imunisasi dalam catatan klinis, KMS atau
29 buku KIA.

Penguasaan Keterampilan: NILAI TOTAL X 100 % = ................ %


58
13. TES PERKEMBANGAN ANAK

1. Pengertian
Tes yang dilakukan untuk mengukur bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar. gerak halus,
bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian pada anak. Pada
bagian ini, dua jenis tes akan didemonstrasikan yaitu KPSP
(Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) dan DDST (The Denver
Developmental Screening Test/ Denver II). Kedua tes ini dapat digunakan
pada bayi baru lahir sampai usia 6 tahun.

KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)


1. Persiapan alat
a. Formulir KPSP menurut usia (9-10 pertanyaan)
b. Sasaran KPSP bayi/anak usia 0-72 bulan
c. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm

2. Prosedur pelaksanaan
a. Tentukan umur bayi/anak dengan menyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contohnya, bila
bayi berumur 3 bulan 16 hari, maka dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila
usianya 3 bulan
15 hari, maka dibulatkan menjadi 3 bulan.
b. Pilih formulir KPSP yang sesuai dengan usia anak.
c. Isi formulir dengan 2 cara yaitu
1) Dari jawaban orangtua/pengasuh, contoh; “dapatkan bayi Anda
makan kue sendiri?”
2) Dari perintah ibu/pengasuh/penguji untuk melakukan tugas yang ada di
dalam formulir, contoh; “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangan secara perlahan ke posisi duduk”
d. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
e. Tanyakan pertanyaan pada formulir secara berurutan, satu persatu.
Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban , ya atau tidak. Catat jawaban
tersebut dalam formulir.
f. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu
g. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
h. Berikan interpretasi terhadap hasil tes KPSP
i. Hitung jumlah jawaban YA
1) Jawaban YA, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa, atau pernah
atau sering atau kadang-kadang melakukannya
2) Jawaban TIDAK, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidk pernah atau ibu/pengasuh anak tidak
tahu
j. Interpretasi:
1) Jumlah jawaban YA = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahap pekembangannya (S)
2) Jumlah jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

3) Jumlah jawaban YA = 6 atau kurang, perkembangan kemungkinan


ada penyimpangan (P)
4) Untuk jawaban TIDAK , dirincikan jumlah jawaban “tidak” menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian)
k. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak
4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan sekali
5) Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak
dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Dini
Usia (PADU), kelompok bermain dan taman kanak-kanak
6) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak umur 24 sampai 72 bulan.

l. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut :


1) beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak
lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin
2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
m. Mengatasi penyimpangan/mengajar ketertinggalannnya
1) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembanggannya.
2) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak
3) Jika hasil KPSP “ulang”, jawaban YA tetap 7 atau 8 maka kemungkinan
ada penyimpangan (P).
n. Bila tahapan terjadi penyimpangan (P), berikan rujukan ke RS dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).

Denver II (DDST)

1. Persiapan alat
a. Format tes
b. Mainan kerincing
c. Mainan kayu berbentuk kotak
d. Botol kecil
e. Bola tenis
f. Pulpen merah
g. Boneka plastic
h. Gelas plastik dengan pegangan
i. Kertas kosong
j. Selimut atau kain lapis untuk bayi
k. Kursi

2. Prosedur pelaksanaan
a. Catat nama bayi/anak, tanggal lahir, dan tanggal tes dibagian atas format.
b. Hitung umur bayi/anak dengan mengurangkan tanggal tes dengan
tanggal lahirnya.
Contoh:

Hari Bulan Tahun

Tanggal tes : 2018 8 20

Tanggal lahir : 2018 6 1


-
Usia bayi : 2 19
Jadi usia bayi adalah 2 bulan 19 hari.

c. Untuk bayi yang lahir lebih dari 2 minggu lebih awal dari tanggal perkiraan
lahirnya dan masih berusia dibawah 2 tahun, maka usianya harus
disesuaikan dengan cara mengurangi usia bayi dengan usia prematurnya.
Contoh: Bayi prematur yang lahir 6 minggu sebelum tanggal perkiraan lahir
(usia gestasi 34 minggu).

Hari Bulan
Tahun

Tanggal tes : 2018 8 20

Tanggal lahir : 2018 6 1 -


Usia bayi : 2 19
Prematur : 1 12 (6
minggu)
Usia yang sesuai 1 7

Keterangan:

1 bulan 12 hari adalah untuk menggambarkan 6 minggu. Jadi usia bayi


menjadi 1 bulan 7 hari.
d. Tarik garis lurus sesuai usia bayi dari atas hingga kebawah format, baik
untuk usia dalam bulan maupun tahun. Kemudian, tulis tanggal tes tepat
diatas garis usia tersebut. Garis ini harus selalu digambarkan setiap kali
skrining dilakukan.

e. Bangun kepercayaan bayi/anak dan orang tua terhadap penguji yang


melakukan skrining agar informasi yang didapatkan akurat. Bayi/anak
harus merasa aman dan nyaman. Sebaiknya sepatu atau sandal
bayi/anak dilepaskan agar mudah bagi penguji untuk memberikan
penilaian.

f. Jelaskan kepada orangtua bahwa tes ini dilakukan untuk menentukan status
perkembangan bayi/anak saat ini, dan juga jelaskan bahwa tidak semua
item tes harus dilewati si bayi/anak.

g. Untuk menguji bayi, orangtua memangku bayi saat melakukan penilaian.


Pada anak-anak, penguji menyiapkan kursi dan meja agar anak dapat
bermain dengan mainan yang disediakan. Ukuran kursi dan meja
disesuaikan dengan usia dan ukuran tubuh anak.

h. Namun, urutan yang paling umum dimulai dari item personal-sosial,


adaptif- motorik halus, bahasa, dan yang terakhir adalah motorik kasar.
Akan tetapi, urutan penilaian sangat fleksibel dan harus mencakup
semua item yang tertera pada format tes. Urutan ini disesuaikan dengan
respon yang muncul pada bayi/anak.

i. Uji bayi/anak dengan 3 item disebelah kiri garis usia dan dengan
item yang berpotongan dengan garis usia pada setiap sektor.
- Jika bayi/anak bisa melewati semua item, lanjutkan pengujian
dengan item- item yang lebih kanan dari garis sampai anak gagal
melewati 3 item.
- Jika bayi/anak tidak bisa melewati uji pada item tersebut (gagal atau
menolak), uji lagi dengan item yang lebih kiri dari garis.

j. Lakukan penilaian pada;


- Skoring pada masing-masing item
- Interpretasi setiap sektor perkembangan
- Interpretasi hasil tes Denver II

k. Lakukan skoring pada masing-masing item;


- P = lulus (pass)
- F = gagal (failure)
- N.O = tidak ada kesempatan (no opportunity)
- R = menolak (refusal)

l. Berikan interpretasi terhadap tiap item yang telah diskor. Setiap item terbagi :
- Advanced
Anak lulus pada blok yang terletak pada sebelah kanan dari garis
usia.

Garis usia

- Normal

Anak gagal atau menolak pada blok yang terletak pada sebelah
kanan dari garis usia.

Garis usia Garis usia

F R

Anak lulus, gagal atau menolak pada blok yang berpotongan dengan
garis usia diantara persentil 25 sampai 75.

Garis usia

- Caution
Anak gagal atau menolak pada item penilaian yang berpotongan
pada garis usia diantara persentil 75% dan 90%. Lalu tuliskan tanda
“C” pada sebelah kanan blok.

F
C

F C

F C

- Delayed
Anak gagal atau menolak pada item penilaian yang berada pada
sebelah kiri garis usia (90% anak yang usianya lebih muda, telah mampu
lulus pada item penilaian standar). Warnai pada bagian akhir blok
yang mengalami delay.

Garis usia

- No opportunity

Anak tidak mempunyai kesempatan untuk mencoba item-item yang diuji.

NO
NO

m. Berikan interpretasi terhadap hasil tes.


- Normal: Jika tidak ada delay dan hanya terdapat 1
caution
- Dicurigai (suspect):
Terdapat ≥ 2 caution dan/atau ≥ 1 delay.
Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu lagi, untuk mengurangi pengaruh
faktor kelelahan, takut, atau sakit.
- Tidak dapat diuji (Untestable)
Terdapat refusal ≥ 1 pada blok yang terletak pada sebelah kiri garis usia,
atau Terdapat refusal > 1 pada blok yang berpotongan dengan garis
usia pada area persentil 75%-90% .
Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu lagi, untuk mengurangi pengaruh
faktor kelelahan, takut, atau sakit.

n. Untuk tes perilaku (kotak kecil dikanan bawah pada format tes), dilakukan
setelah tes telah selesai. Tanyakan pada orangtua apakah perilaku
anak yang muncul bisa dilakukan si anak sebelum tes. Karena terkadang
anak sudah bisa melakukan beberapa hal, namun pada saat tes bayi/anak
sedang merasa letih, tidak nyaman, lapar, atau sedih. Ada kalanya tes harus
dilakukan ulang pada hari yang lain agar anak lebih kooperatif.
KASUS PRAKTIKUM

Kasus 1

Seorang bayi usia 6 jam lahir di rumah sakit. Berat badan lahir 2200 gram, panjang badan
48 cm, nilai APGAR pada menit pertama kelahiran: tampak badan berwarna merah, kaki
dan tangan kebiruan, denyut jantung 90 x/menit, bersin saat distimulasi, gerakan lemah,
menangis kuat. Usia gestasi tidak diketahui, maka dihitung ballard skor dan hasil skor =
25, sehingga usia gestasi 34 minggu. Tanda-tanda vital normal, posisi tungkai dan lengan
fleksi, terdapat verniks kaseosa dan lanugo pada kulit bayi, mata masih tertutup, dan bayi
aktif bergerak. Bayi tersebut akan dilakukan pemeriksaan fisik lengkap.

Pertanyaan:
1. Hitunglah nilai Apgar pada kasus tersebut?
2. Bagaimana cara penilaian ballard score pada neonatus?
3. Bagaimana melakukan prosedur pemeriksaan fisik pada neonatus tersebut?
4. Apa saja refleks fisiologis pada neonatus?

Kasus 2a
Bayi laki-laki usia 1 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas untuk imunisasi. Hasil
pengkajian, bayi telah mendapat imunisasi HB-0 setelah lahir.

Pertanyaan:
Bagaimana jadwal, dosis dan cara memberikan imunisasi?

Kasus 2b
Seorang bayi usia 8 bulan, dibawa ke rumah sakit karena demam dan batuk. Hasil
pengkajian: rewel, kulit teraba hangat, denyut jantung 110 x/menit, frekuensi napas 56
x/menit, suhu 38,7 oC, berat badan 9 Kg. Ibu mengatakan anak sulit tidur, terutama pada
malam hari. Ibu sangat khawatir dengan kondisi anaknya. Anak mendapatkan terapi
amoksisilin intravena 4 x 300 mg dalam sediaan vial berisi 1 gram dan diencerkan dengan
aquadest steril 10 ml.

Pertanyaan:
1. Apa saja data subjektif dan objektif yang ditemukan pada bayi tersebut?
2. Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat dirumuskan?
3. Bagaimana jadwal, dosis dan cara memberikan imunisasi?
4. Hitunglah berapa jumlah obat (ml) yang diberikan pada bayi tersebut?
Kasus 3
Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa oleh orangtuanya ke poliklinik anak,
dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Berat badan 10 Kg dan TB 92 cm. Hasil
observasi, diketahui anak tampak lemas dan rewel. Ibu mengatakan anak tidak mau
makan sejak 2 hari yang lalu. Ibu tampak cemas dengan kondisi anaknya dan meminta
perawat untuk segera memeriksa kondisi anaknya. Selama pengkajian, anak menolak
dibaringkan di tempat tidur pemeriksaan dan tidak mau jauh dari ibunya.

Pertanyaan:
1. Apa persiapan yang harus dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik
pada anak?
2. Bagaimana melakukan prosedur pengkajian pada anak?
3. Apakah status gizi anak tersebut?
4. Hitunglah kebutuhan cairan bayi tersebut dalam 24 jam !

Kasus 4
Seorang bayi usia 2 hari dirawat di ruang perinatologi karena mengalami BBLR. Hasil
pengkajian, berat badan 2200 gram, panjang badan 48 cm, usia gestasi 34 minggu,
sucking refleks lemah, rooting refleks lemah, suhu 36 oC. Perawat mendiskusikan kepada
orangtua mengenai jadwal imunisasi yang akan diberikan setelah anak cukup bulan.

Pertanyaan:
1. Apa saja data subjektif dan objektif yang ditemukan pada bayi tersebut?
2. Diagnosa keperawatan apa saja yang dapat dirumuskan?
3. Bagaimana cara melaksanakan perawatan metode kanguru
4. Bagaimana cara melaksanakan prosedur pijat bayi?
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen, M.D. & Perry, S.E. ( 2005). Buku ajar
keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC

Burton, J.L. (1990). Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Binarupa Aksara

Diehl-Svrjcek, B.C. & Price-Douglas, W. (2006). Resusitasi neonates: 2006 standars


untuk praktek klinik berbasis ilmiah

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., dan Murr, A.C (2014). Manual Diagnosis
Keperawatan: Rencana, Intervensi, dan Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: EGC.

Engel, J. (1999). Seri pedoman praktis: Pengkajian pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal Child Nursing
Care. Vol.1. Edisi 4. Missouri, Mosby Elsevier

Nurarif, A.H dan Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa medis dan NANDA Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 1, 2, 3. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction Jogja.

Price. A & Wilson. ( 2006). Patofisiologi. Jakarta : EGC

Smeltzer, S., Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.

Suradi, R., Pratomo, H., Marnoto, B.W., & Sadi, I.P.S. ( 2010). Perawatan bayi berat
lahir rendah dengan metode kangguru. Jakarta: Perinasia

Wong, D.L. (2005). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Wong, D.L., Hockenberry. M., Wilson, D., Winkelstein, M,. & Schwartz, P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1 dan 2. Jakarta: EGC

Yatim, Fl. ( 2003). Talasemia, Leukemia dan Anemia. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Laporan Tugas Mandiri
times new roman, uk. 12, kapital, bold

JUDUL

times new roman, uk.14, bold, jarak 1 spasi, piramida terbalik

--------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------

Oleh:

NAMA

NIM

huruf times new roman, bold, ukuran 14, awal kata huruf kapital.

jarak antara “oleh” dan “NAMA” 2 spasi, dan jarak antara “NAMA” dan “NIM” 1 spasi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN

huruf kapital, times new roman, ukuran 14, bold, jarak 1 spasi
TEKNIK PENULISAN LAPORAN TUGAS INDIVIDU/KELOMPOK

1. TEKNIK PENGETIKAN
Teknik penulisan isi laporan tugas mandiri/kelompok harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
 Kertas yang digunakan adalah kuarto (8” x 11”) atau A4s, berat 70
gram/m2
 Margin kertas atau ruang pengetikan:
Margin atas 4 cm
Margin bawah 3 cm
Margin kiri 4 cm
Margin kanan 3 cm
 Teknik penomoran adalah sebagai berikut :
A……………….
1………………
a……………...
1)...………….
a).........……..
 Spasi pengetikan skripsi adalah 2, huruf yang digunakan untuk isi laporan
adalah Times New Roman ukuran 12 pt.

2. PENULISAN KUTIPAN
Penulisan kutipan mengikuti aturan APA (American Psychological
Association), untuk teks Inggris kita mulai dengan nama akhir.
1. Untuk 1 (satu) pengarang, contohnya:
Roger (1994) mengatakan bahwa……………………………………..
Atau ………………………………………………………..(Roger, 1994)

2. Satu buku dengan 2 (dua) atau lebih pengarang, contohnya:


Osgood, Suci, and Task (1980) ……………………………………..
Atau ……………………………………(Osgood, Suci & Task, 1980)
Untuk kutipan yang dari buku yang pengarangnya lebih dari 6 orang,
setelah nama pertama diikuti “et al”. Contoh:
……………………………………………………..(Osgood et al, 1980)
3. Banyak buku oleh 1 (satu) pengarang. Contoh :
Roger (1980 a, 1980 b, 1980 c)…………………………………………

4. 2 (dua) atau lebih buku dalam satu pernyataan. Tuliskan menurut alphabet.
Pisahkan kutipan dengan menggunakan tanda titik koma. Contoh:
Pendidikan ………………… (Donna & Jones, 1980; Erickson, 1959)

5. Untuk kutipan pendek (kurang dari 4 baris), ditulis dalam alenia yang sama
dengan teks dalam tanda petik, diakhiri dengan nama pengarang dan
tahun.

6. Untuk kutipan panjang (5 baris atau lebih), ditulis dalam alenia tersendiri
dengan 1 (satu) spasi.
Contoh:
Savoi & Anderw, 1994 mengatakan bahwa:
“Implementasi PBL dirancang dengan struktur pembelajaran 1) mahasiswa
secara individual maupun kelompok dihadapkan pada suatu masalah yang
kontektual, 2) masalah yang dikonfrontasikan diusahakan sedekat mungkin
dengan kehidupan mahasiswa sehari-hari, 3) fasilitator menyiapkan materi
perkuliahan yang dapat menuntut mahasiswa/ siswa kearah pemecahan
masalah, 4) memberikan tanggungjawab kepada mahasiswa untuk
mengarahkan sendiri pembelajarannya, 5) membentuk kelompok-kelompok
kecil dalam pembelajaran, 6) menuntut agar mahasiswa menampilkan apa
yang telah dipelajari.”

7. Untuk literatur yang diambil dari situs, aturan penulisan kutipan tetap sama
dengan kutipan dari buku
Roger (1994) mengatakan bahwa ……………………………………..

Atau ………………………………………………………..(Roger, 1994)

Di halaman daftar pustaka aturan penulisan mengikuti aturan APA


(American Psychological Association)
 Dari Buku:
Burn, N., & Grove, S., K. (2001). The practice of nursing research:
conduct, critique, & utilization (4 ed.). Philadelphia PA:
W.B. Saunders Company.
 Dari Internet:
Blendon, R. J., Benson, J. M., Desroches, C. M., Lyon-Daniel, K.,
Mitchell, E. W., & Pollard, W. E. (2007). The public's
preparedness for hurricanes in four affected regions.
Public Health Report, 122. Dikutip pada tanggal 9
November 2009, dari
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17357359
 Dari Jurnal:
Brislin, R.W. (1970). Back-translation for cross-cultural research. Journal
of Cross Cultural Psychology, 1, 185-216.
LAY OUT PEMBUATAN LAPORAN INDIVIDU/KELOMPOK

Dalam penulisan laporan individu maupun kelompok, haruslah memuat beberapa


hal berikut ini:

COVER
a. Judul laporan/makalah
b. Logo Unsyiah
c. Nama mahasiswa
d. Nama tutor/pembimbing
e. Institusi: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas
Syiah Kuala
f. Tahun penerbitan

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. BAB I. PENDAHULUAN (epidemiologi penyakit, dll)
B. BAB II. KONSEP …. (sesuai dengan judul tugas)
1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi klinis
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi (dalam bentuk skema yang menunjukkan masalah keperawatan)
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan
9. Evidence Based Practice in Nursing (resume 2 jurnal internasional tentang
penatalaksanaan kasus tersebut)
C. BAB III. Asuhan Keperawatan Pada ….
1. Pengkajian
2. Rencana asuhan keperawatan (dalam tabel)
a. Diagnosis keperawatan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
D. BAB IV. KESIMPULAN
E. DAFTAR PUSTAKA
F. LAMPIRAN (jika ada)

Anda mungkin juga menyukai