KEPERAWATAN ANAK
Penyusun :
Koordinator Praktikum
Dyah Rahmawatie Ratna Budi Utami,.S.Kep,.Ns,.M.Kep
1
BIODATA MAHASISWA
PAS FOTO
NAMA : …………………………………….
NIM : …………………………………….
ALAMAT : …………………………………….
NO TELP : …………………………………….
2
VISI MISI TUJUAN STIKES
A. Visi
Menjadi lembaga pendidikan unggulan dalam bidang profesi kesehatan yang
profesional, berakhlakul karimah dan kompettitif / berwawasan global pada
tahun 2024
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan profesi kesehatan yang berkualitas dan
berbasis kompetensi
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang
kesehatan
3. Menyelenggarakan kerjasama pada tingkat regional, nasional dan
internasional
C. Tujuan
1. Menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan berakhlakul
karimah
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam bidang kesehatan
3. Menghasilkan kader ‘Aisyiyah – Muhammadiyah sebagai pelopor,
pelangsung dan penyempurna amal usaha Aisyiyah – Muhammadiyah
3
Visi Program Studi
4
KATA PENGANTAR
5
DAFTAR ISI
Hal
Pendahuluan
A. Ayat Al-Qur’an yang relevan………………………………………. 6
B. Deskripsi Mata Ajar............................................................................ 6
C. Tujuan.............................................................................................. 6
Isi Modul
A. Modul 1. Antropometri ...................................................................... ..... 10
B. Modul 2. Imunisasi................................................................................... 17
C. Modul 3. DDST........................................................................................ 26
D. Modul 4. Pijat Bayi.................................................................................. 33
E. Modul 5. Terapi Bermain..........................................................................38
F. Modul 6. MTBS........................................................................................ 52
G. Modul 7. Pengisian KMS.......................................................................... 57
H. Modul 8. Komunikasi pada Anak.............................................................64
I. Modul 9. Pendidikan Kesehatan Gigi pada Anak......................................73
J. Modul 10. Pendidikan Seks pada Anak.....................................................78
K. Modul 11. Pendidikan Kesehatan Nutrisi pada Anak............................... 84
L. Modul 12. Heimlich Manuver................................................................... 93
Penutup...............................................................................................................101
6
PENDAHULUAN
7
5. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumprosedur antisipasi: hiemlich manuver
6. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumMTBS
7. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumpengisian KMS
8. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumkomunikasi pada anak dengan berbagai tahapan tumbuh
kembang
9. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumprogram bermain pada anak
9
MODUL 1
PENGUKURAN ANTOPOMETRI
A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran antropometri
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan Pengukuran
Antropometri.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya Pengukuran
Antropometri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
tindakan Pengukuran Antropometri.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan Pengukuran Antropometri.
C. Teori
1. Pengertian
Pengukuran Antropometri adalah pengukuran yang dilakukan
untuk menilai pertumbuhan anak yang meliputi pengukuran tinggi
badan, berat badan dan lingkar lengan.Penilaian pertumbuhan pada
anak sebaiknya dilakukan dengan jarak yang teratur disertai dengan
pemeriksaan serta pengamatan fisik. Pengukuran berat badan digunakan
untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh.
Sedangkan tinggi badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan
linier.
2. Tujuan dan Indikasi
Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui
kondisi pertumbuhan dan gizi anak.Indikasi pengukuran antropometri
dilakukan pada setiap anak.
10
3. Peralatan
a. Timbangan bayi atau timbangan injak
b. Alat ukur panjang atau tinggi badan
c. Metline / meteran
4. Cara Kerja
a. Pengukuran Tinggi / Panjang Badan
Penyiapan alat ukur :
1. Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
2. Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau
permadani, maka pasang kaki tambahan pada alat timbangan untuk
bisa mengatasi daya pegas dari alas yang tebal
3. Pastikan alat timbang menunjukkan angka “00.00” sebelum
melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.
Persiapan sebelum melakukan pengukuran :
1. Jelaskan kepada ibu/pengasuh tujuan dari pengukuran berat badan
dan berikan kesempatan untuk bertanya
2. Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakaian tebal, pampers,
popok, selimut, dll, agar mendapatkan berat badan anak seakurat
mungkin
11
tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus
segera mencatat hasil penimbangan tersebut
Cara pengukuran berat badanBayi/Anak belum bisa berdiri
1. Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk
menggendong tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah
menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong sang
anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2. Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak
menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin
bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang.
3. Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu tersebut
untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus segera
mencatat hasil penimbangan tersebut
4. Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa
menggendong anak
13
Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur
hingga pas di atas kepala si anak.
Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak
sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran dengan
desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di dalam
kaca pengukuran.
Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan
kiri anda dari dagu si anak
Pengukuran Panjang Badan Bayi/Anak belum bisa berdiri
1. Penyiapan alat ukur :
a. Tempelkan alat pengukur pada permukaan keras yang rata,
dianjurkan meja panjang atau tempat tidur dengan satu bagian
menempel di tembok. Tempelkan bagian alat pengukur yang
lebih panjang pada ujung yang menempel di tembok. Tarik
meteran pengukur hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis
merah di kaca pengukur yang menempel di tembok. Prosedur ini
sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.
b. Tempelkan ujung alat pengukur yang bukan menempel di
tembok dengan menggunakan paku, pastikan stabil dan tidak
berubah-ubah.
c. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel
dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke
samping dan pengukuran tinggi siap dilakukan.
2. Langkah untuk melakukan pengukuran:
a. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan
keras yang rata dengan memegang punggung si anak dengan
satu tangan dan bagian bawah badan dengan tangan lainnya.
Dengan perlahan-lahan turunkan si anak ke atas permukaan
keras tersebut dengan bagian kaki menempel di tembok.
14
b. Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur
menghadap alat ukur agar si anak lebih tenang.
c. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan
menggunakan tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan
kepala si anak ke bagian atas papan ukur sehingga si anak
dapat memandang lurus kearah depan. Garis pandang si anak
harus tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus
dengan kepala si anak. Pandanglah langsung ke mata si anak.
d. Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan
tangan kiri anda pada lutut anak. Tekanlah dengan kuat ke arah
permukaan keras.
e. Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat
pengukur ke arah kepala si anak. Pastikan anda menekan
rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan
catatlah hasil pengukuran.
c. Petunjuk Pengukuran Lingkar Lengan
Cara pengukuran lingkar lengan :
1. Usahakan pengukuran dilakukan sejajar dengan pandanga mata,
duduk jika dimungkinkan.
2. Anak yang masih terlalu kecil bisa dipegang oleh ibunya. Minta
tolong ibunya untuk menyingkap baju yang menutupi lengan kiri si
anak.
3. Ukurlah titik tengah lengan atas sang anak,dengan cara sebagai
berikut :
- Cari pertengahan lengan dengan mengukur ujung bahu sampai
dengan siku, dan dicari pertengahannya
- Lingkarkan pita ukur pada lengan sang anak. Pastikan bahwa pita
benar-benar rata melingkari lengan
- Periksalah tekanan pita pada lengan anak, jangan terlalu kencang
atau terlalu longar.
- Jika sudah lihat hasil pengukuran dan catat hasilnya.
15
A. Daftar Pustaka
1. Betz & Sowden. Alih Bahasa : Jan Tamayong. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Jakarta : EGC, 2002.
2. Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
3. Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
4. Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000
16
STIKES 'AISYIYAH SURAKARTA
Kampus 1: Jl. Ki Hajar Dewantoro 10, Kentingan, Jebres , Solo (0271) 631141
Kampus 2: Jl Kapulogo o3 Pajang Laweyan Solo (0271) 711270
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PENGUKURAN ANTROPOMETRI
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 3
4 Menjelaskan prosedur 3
5 Menanyakan kesiapan pasien 3
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Mengukur panjang/tinggi badan anak dengan 10
3 posisi lututlingkar
Mengukur tidak menekuk
kepala anak 10
4 10
Melepas baju anak
5 Mengukur lingkar lengan atas anak 10
6 Mengukur lingkar dada 10
7 Menimbang anak 10
8 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 2
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
17
MODUL 2
PEMBERIAN IMUNISASI
A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan imunisasi dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pemberian imunisasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pemberian
imunisasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pemberian imunisasi.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian imunisasi dengan baik
dan benar
C. Teori
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah
dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum
(oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan
bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan
virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk
imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.
18
Jenis-jenis Imunisasi
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
bisa didapat secara gratis di Puskesmas atau Posyandu:
Jenis Vaksin
1. BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak
lahir.Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap
penyakit tubercolocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan diberikan pada
bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG
boleh diberikan apabila hasil tuberkulin negatif.
2. Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12
jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3
hingga 6 bulan untuk vaksin monovalen / vaksin Hepatitis B tunggal. Jarak
antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu.Imunisasi ini untuk
mencegah penyakit Hepatitis B.
3. Polio
Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa
menyebabkan kelumpuhan.
4. DPT
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.Ketiga penyakit ini sangat
mudah menyerang bayi dan anak.Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur
lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan
(bersamaan) dengan vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia
18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui
program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
5. Campak
Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada
usia 2 tahun dan selanjutnya usia 6 tahun melalui program BIAS.
19
JADWAL IMUNISASI
LOKASI PEMBERIAN :
1. atas sebelah luar
2. paha bagian depan
3. perut
4. area scapula
5. area ventrogluteal
6. area dorsogluteal
20
D.
Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak
alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang
bagian atas.
2. Kontra Indikasi : luka, alergi, infeksi kulit, sakit
E. Peralatan
1. Catatan pemberian imunisasi
2. Vaksin dalam tempatnya
3. Spuit
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut bak injeksi
6. Bengkok
F. Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada keluarga
2. Cuci tangan
21
3. Bebaskan daerah yang akan disuntikan.bebaskan daerah suntikan
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan
.kemudian
tempatkan pada bak injeksi
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol
6. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan (angkat kulit)
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk
sudut 45º terhadap permukaan kulit
DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin DPT, tepat 0,5 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 3
5
Mengganti jarum yang sudah dipakai dengan jarum baru
7
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 90 derajat 12
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
5
Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas desinfektan
10
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
23
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI BCG
DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin BCG, tepat 0,05 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 5
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 15 derajat 15
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
10 Mencabut jarum 5
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
24
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK
DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin Campak, tepat 0,5 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 3
5
Mengganti jarum yang sudah dipakai dengan jarum baru
7
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 45 derajat 12
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
5
Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas desinfektan
10
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
25
MODUL 3
DDST (Denver Development Screening Test)
A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeriksaan DDST
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pemeriksaan DDST.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pemeriksaan
DDST
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pemeriksaan DDST.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeriksaan DDSTdengan baik
dan benar
C. Teori
PENGERTIAN
Pengkajian perkembangan
26
DDST :
1. Pribadi Sosial
Kemampuan anak untuk menyesuaikan dengan orang lain.
2. Motorik Halus
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu
koordinasi yang lebih kompleks.
3. Bahasa
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui
pengucapan kata2, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orla
serta kemampuan berfikir.
4. Motorik Kasar
27
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar
bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
CARA MENGHITUNG USIA KRONOLOGIS ANAK
CONTOH KASUS I :
Dela, dibawa ibunya ke Poli tumbang Soesilo pada tanggal 31 Maret 2009.
Tanggal lahir Dela 5 Mei 2008. Hitunglah umur Dela dan gambar garis umurnya
JAWABAN KASUS I
-------------------------------------------------
CONTOH KASUS II
An. ‘Aisyiyah lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5
Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April
2008. Hitung usia kronologis An. ‘Aisyiyah!
Diketahui:
Tanggal lahir An. ‘Aisyiyah : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. ‘Aisyiyah?
Jawab:
2008 – 4 – 1 An. ‘Aisyiyah prematur 32 minggu
2006 – 8 – 5 - Maka 37 – 32 = 5 minggu
1tahun – 7bulan -26hari
28
Jadi usia An. ‘Aisyiyah jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari
atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari,
sehingga usia kronologis An. ‘Aisyiyah untuk pemeriksaan DDST II adalah: 1
tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari atau 1 tahun 7 bulan atau
19 bulan
PERHATIAN !!!
Aterm = 37 mgg, 1 mgg= 7 hari, 1 bulan= 30 hr, > 15 hari: blt ke bawh,≤ 15
blt ke atas
Penyesuaian prematuritas dilakukan pada anak yang lahirnya maju lebih dari 2
minggu sebelum HPL
O = F (Fail / Gagal)
M = R ( Refusal / Menolak)
V = P ( Pass / Lewat )
No = No Opportunity
GAGAL (F)
Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas
dengan baik.
Anak menolak untuk melakukan uji coba faktor sesaat (lelah, menangis, sakit,
ngantuk dll).
Ibu atau pengasuh memberi laporan (L) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukan dengan baik.
NO OPPORTUNITY (No)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan kasus Retardasi Mental dan Down Syndrome.
ADVANCED
Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis umur.
Lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
NORMAL
Apabila anak gagal / menolak tugas pada item di sebelah kanan garis umur
Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas dimana garis umur berada diantara 25 %
– 75 % (warna putih).
CAUTION
Apabila anak gagal atau menolak tugas pada item dimana garis umur berada
diantara 75 % – 90 % (warna hijau).
DELAY
Apabila anak gagal atau menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis
umur.
Delay menjadi perhatian, penolakan pada satu item dapat menjadi alasan delay.
30
INTERPRETASI HASIL TEST
(4 SEKTOR)
NORMAL
SUSPECT
Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay.
UNSTABLE
Bila ada skor menolak satu atau lebih item di sebelah kiri garis umur.
Bila menolak satu item pada area 75 % – 90 % (warna hijau pada grs usia).
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz & Sowden. Alih Bahasa : Jan Tamayong. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Jakarta : EGC, 2002.
2. Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
3. Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
4. Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000
31
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta Telp.
(0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan Tujuan Tindakan 2
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
6 Menyiapkan alat tulis, penggaris 2
B FASE KERJA
1 Menanyakan usia 3
2 menghitung usia kronologis klien 3
3 membuat garis sesuai kronologis klien 10
melakukan pengukuran aspek personal sosial disebelah kiri garis
4 usia kronologis 10
melakukan pengukuran aspek bahasa disebelah kiri garis usia
5 kronologis 10
melakukan pengukuran aspek motorik halus disebelah kiri garis
6 usia kronologis 10
melakukan pengukuran aspek motorik kasar disebelah kiri garis
7 usia kronologis 10
8 Melakukan penilaian : Normal, abnormal, meragukan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 3
4 Pendokumentasian 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 4
2 Melakukan komunikasi terpeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 4
4 Menjaga keamanan perawat 4
TOTAL 100
32
MODUL 4
PIJAT BAYI
A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pijat bayi dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pijat bayi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pijat bayi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan pijat
bayi.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian pijat bayi dengan baik
dan benar
C. Teori
1. Pengertian
Pijat Bayi merupakan bahasa sentuhan. Dengan pijat bayi, ibu dapat
menenangkan dan menyamankan bayi serta mengomunikasikan cinta.
2. Manfaat
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Memperbaiki peredaran darah dan pernapasan
- Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan
- Meningkatkan kenaikan berat badan
- Mengurangi stress dan ketegangan
- Membuat tidur lelap
- Mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan sakit perut
- Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi
33
3. Waktu
Pemijatan dapat dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan. pemijatan dapat
dilakukan setiap hari. Waktu pemijatannya sebaiknya dilakukan 2 kali
sehari yaitu: Pagi hari, dan malam hari (sebelum tidur).
4. Hal-hal yang tidak dianjurkan waktu pemijatan
- Memijat bayi langsung setelah selesai minum susu.
- Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan.
- Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat.
- Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat
- Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi
5. Alat
- Baby oil
- Pengalas
6. Cara Kerja
a. Wajah (melemaskan otot wajah)
Pijat daerah diatas alis dengan ke dua ibu jari menggunakan
tekanan yang lembut, tarik garis dengan ibu jari dari arah hidung ke
arah pipi. Pijat sekitar area mulutnya dengan kedua ibu jari, tarik
sampai ia tersenyum, pijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke
arah samping dan di daerah belakang telinga ke arah dagu.
34
c. Perut (Meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit)
Pijat perut bayi dari atas ke bawah, lau angkat ke dua kaki bayi dan
tekan lututnya perlahan-lahan ke arah perut.
35
e. Punggung (Memperkuat otot untuk menyanggah tulang belakang)
Pijat maju mundur dengan ke 2 telapak tangan di sepanjang
punggungnya. Lakukan sedikit tekanan lembut dan luncurkan salah
satu telapak tangan dari leher ke arah pantan. Buat gerakan melingkar
terutama pada otot sebelah tulang punggung. Buat pijatan memanjang
dengan kedua telapak tangan dari leher ke arah kaki untuk mengakhiri
pijatan.
DAFTAR PUSTAKA
Whaley & Wong. 2000. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby
36
INSTRUMEN PENILAIAN PIJAT BAYI
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan/manfaat pijat bayi 2
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
B FASE KERJA
Menghangatkan tangan pemijat dan memberi
1 minyak 4
2 Memijat pada area wajah 8
37
MODUL 5
TERAPI BERMAIN
a. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan program bermain pada anak
b. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi terapi bermian pada anak
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya terapi bermian
pada anak
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pembuatan bubur tempe dengan
baik dan benar
c. Teori
A. KONSEP BERMAIN.
1. PENGERTIAN.
Bemain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan
berkata-kata(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, jarak serta
suara(Wong,2000).
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta merupakan
satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting
untuk kesejahteraan mental dan emosional anak.(Champbell dan Glaser,1995).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress anak, media
yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi dengan lingkungannya,
38
menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar
kehidupannya dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta
social anak.
2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreatifitas,perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensorik motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan masalah dari
hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal
bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain anak akan belajar dan mencoba merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
39
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak
juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan
yang telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stresorr yang ada di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permaianan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenanganya melakukan permainan. Dengan demkian
permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang
ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang
40
ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis
kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan
yang cocok atau sesuai bagi anak.
5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.permainan
yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan
menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
42
tersenyum dan tertawa.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
benda-benda apasaja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bias
juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-
macam permainan, misalnya memindahkan air ke botol, bak atau
tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin
lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan
dengan permainan yang dilakukan sehingga susah dihentikkan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan
bayi akan trampil memegang benda-benda kecil, memindahkan
benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dan anak trampil
naik sepeda.
4) Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan
ini bias dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau temannya. Banyak
sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun yang modern. Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja
atau apa saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang
ada disekelilingnya yang digunakannnya sebagai alat permainan.
Anak tampak senang, gembira dan asyik dengan situasi serta
43
lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainan. Anak berceloteh
sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru,
ibunya, ayahnya, kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.
45
Anak usia toddler kegiatan belajar menunjukan karakteristik yang
khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai
mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat
mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler
adalah solitary play dan parallel play.
3) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang daripada anak usia toddler.anak sudah lebih aktif,
kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh
karena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play,
dramatic play, dan skill play.
4) Anak usia sekolah(6-12tahun)
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan
menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan
mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya
mobil-mobilan. Ank perempuan lebih tepat diberikan permainan
yang dapt menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran,
dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13-18 tahun)
Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan
berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau bermain music
serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif serta
kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-
lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya
sekedar mencari kesenagan dan meningkatkan perkembangan
fisiemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat. Bakat,
46
aspirasi, serta membantu remaja untuk menemukan identitas
pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa
berbagai macam alat olahraga, alat music, dan alat gambar atau
lukis.
BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT DIRUMAH
SAKIT
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti
ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-
alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun
lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut,
cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan
lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif
adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan
aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan
nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus
menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah
sakit. Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di
rumah sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
47
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan
alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada
anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak
untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan
ketegangan pada anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :
1) Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan
perawatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus
tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan
ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau
diberikan buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai
remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat
dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,
menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang
48
tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan,
pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya,
menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku
cerita )
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan
yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk
berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan
dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah,
permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama.
Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5) Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas
bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator
sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus
terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan
sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan
orang tua anak lainnya.
c. Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak
yang di rawat di rumah sakit :
a. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya
ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut,
cemas, sedih, tegang dan nyeri
b. Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan
49
dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
c. Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di
ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas,
gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.
d. Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus
diobservasi dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan
apabila tampak adanya
e. Evaluasi atau penilaian
Daftar pustaka
- Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
- Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby,
2000
50
TOOLS PENILAIAN TERAPI BERMAIN
Nama Mhs : Tanggal :
Stase : Observer :
Set : Tanda Tangan :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A Fase Orientasi
1 Permainan sesuai kondisi klien 5
2 Alat bermain yang digunakan (sesuai dengan
tujuan, aman untuk anak) 5
B Fase Kerja
a) Mencuci tangan 5
b) Mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri 5
c) Menjelaskan tujuan 5
d) Menempatkan alat untuk memudahkan
pelaksanaan 4
e) Menggunakan komunikasi sesuai
perkembangan anak 5
f) Mengantisipasi hambatan 5
g) Pelaksanaan bermain sesuai tujuan 5
h) Melibatkan orang tua 5
i) Berfokus pada kebutuhan anak 5
j) Mempertahanakan keamanan selama
bermain 5
k) Anak berpartisipasi selama permainan 6
EVALUASI
a) Memperhatikan respon anak selama proses 5
b) Memberi tanggapan setiap respon anak 5
c) Menanyakan perasaan anak
5
d) Memberi feed back dari pernyataan anak 5
e) Meminta pendapat anak tentang
permainan yang dilakukan 5
f) Membuat kesimpulan dari proses bermain
yang dilakukan 5
g) Membuat kontrak untuk bermain
selanjutnya 5
i)Mencuci tangan 5
Total
100
51
MODUL 6
MTBS
a. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) dengan baik
b. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi MTBS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya MTBS
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pengukuran MTBS.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran MTBS baik dan
benar
c. Teori
1. Definisi
2. Tujuan
3. Uraian umum
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan
52
Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
» Keadaan Umum.
» Suhu tubuh.
SASARAN :
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
53
a. Pasien bayi / balita dari loket pendaftaran menuju ruang KIA / Gizi untuk
ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS.
Keluhan Utama.
Keluhan tambahan.
Lamanya sakit.
Keadaan Umum.
Respirasi.
Derajat dehidrasi
Suhu tubuh.
Telinga.
Status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
54
Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000
55
Tool Penilaian MTBS
Ya Tidak
Nama Tindakan Nilai
Memperkenalkan diri 2
Menjelaskan tujuan 3
56
MODUL 7
PENGISIAN KMS
A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pembuatan pengisian KMS
dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pengisian KMS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pengisian KMS
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pengisian KMS.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengisian KMS dengan baik dan
benar
C. Teori
1. Definisi
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan
dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter.
2. Manfaat
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balitasecara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
57
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
d. KMS - Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sbb :
i. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap
bulan
ii. Semua kolom isian diiisi dengan benar
iii. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat
iv. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita
v. Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil
penimbangan
vi. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya
dandilakukan tindakan yang sesuai.
vii. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali
anak selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS
viii. KMS - Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan/dokter.
59
2. Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar
pertama kali.
3. Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan
KMS
5. Kolom "anak yang ke" diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).
7. Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan berat badan
anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat Badan Lahir" ini
kemudian dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan "0".
8. Kolom "Nama ayah" dan "Nama Ibu" beserta pekerjaannya diisi nama dan
pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
Catatan *)
Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut
Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak sesuai
jawaban ibu
Bila ibu ingat bulan Hijriah/Jawa, perkirakan bulan nasional / masehi-nya dan
catat.
Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak (dalam
bulan), kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat.
60
Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir.
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua
kolom bulan secara berurutan
Misalnya : Bulan lahir anak Agustus 2000, maka cantumkan bulan Agustus 2000
di kolom tersebut. Kemudian isi semua kolom bulan
September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya.
Contoh : Rudi dalam penimbangan bulan Mei 2000 berat badannya 7,5 kg. Karena
baru satu kali ditimbang, maka hanya ada satu titik berat
badan dan tidak bisa dibuat.
Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat mem-pengaruhi
kesehatannya, pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan
bersangkutan.
Misal :
Anak tidak mau makan
Anak sakit panas
Anak diare
Anak diberi nasi tim
Ibu meninggal
Ayah di-PHK
Anak dikirim ke Puskesmas
Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi.
Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi
diberikan (lihat contoh disamping)
61
Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan
bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
.
62
INSTRUMEN PENILAIAN PENGISIAN KMS
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 3
4 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
B FASE KERJA (kunjungan pertama)
1 Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran 5
2 Mengisi kolom identitas 8
63
MODUL 8
KOMUNIKASI PADA ANAK
65
cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan
fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
66
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak
Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi
terapeutik pada anak adalah :
a. Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.3 Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan
ini sangat meliputi tahap awal ( pra interaksi ), tahap perkenalan atau
orientasi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.
a. Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah
mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada,
mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam
saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada
pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini
ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana
apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan
senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif),
mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau
pemeriksaan ang lain, memperkenalkan nama kita denga tujuan agar selalu
ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannnya, menanyakan nama
panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi
dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien,
67
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan
kerahasiaan.
c. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kia lakukan adalah memberi
kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal-hal yang kurangdimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
d. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita
lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan
hasil, memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan mengakhiri
wawancara dengan cara yang baik.
Teknik Verbal
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
e. Bercerita
68
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
f. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh
dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada
anak.
g. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
h. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
i. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan
atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa
situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak.
j. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih
dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.
69
Teknik Non Verbal
Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak
seperti :
a. Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak,
remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat
dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta
untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak lebih riil dan
nyata.
b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga
melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar
adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya.
c. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play
sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah
sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/
perawatan.
70
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak
yang aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata
saat mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali
melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol
perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.
2.6 Teknik yang Kurang Tepat Dilakukan dalam Komunikasi Terapeutik pada
Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik
pada anak, seperti :
1. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya
selalu mendengarkan segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari
sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan seorang perawat mampu
mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak.
2. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang
dan sabar dalam mendengarkan segala keterangan yang disampaikan anak.
Hindari bersikap emosional karena seorang anak akan enggan untuk
menyampaikan masalahnya.
3. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik
pada anak karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam,
mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan memberikan
71
kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak menjadi
lebih terbuka kepada kita.
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi
karena hal itu akan membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak
berkomunikasi pada tahap selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan
yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga mendapatkan
respon.
5. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan
membuat anak kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak
apa adanya. Apapun yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan
selalu mendengarkan segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita
sebagai temannya.
72
MODUL 9
KESEHATAN GIGI PADA ANAK
Gigi sehat yaitu gigi yang bersih tak ada plak apa lagi karang gigi, tak ada keluhan
sakit atau ngilu, dan tidak terdapat adanya tanda karies gigi.
2. Pengertian Menggosok Gigi
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi.
3. Manfaat Menggosok Gigi
b) Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan penyakit
lainnya.
b. Sebelum tidur
73
5. Cara Merawat Gigi, Gusi dan Mulut agar Tetap Bersih danSehat
c. Sikat gigi setiap hari pada pagi hari sesudah sarapan dan sesudah makan
malam/ sebelum tidur dengan cara yang baik dan benar.
d. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor terbukti bisa
menurunkan angka kejadian karies gigi.
74
e. Mulailah berkumur dengan air.
f. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45 deraja
di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi.
Gerakkan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan
setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan
dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat
dibersihkan.
Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.
Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.
Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan
tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat
membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak
dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.
Berkumur- kumur sampai mulut terasa bersih.
Lap / keringkan mulut dengan handuk.
Rapikan alat – alat.
C) Perhatian
Kita harus menggunakan sikat gigi sendiri.
Menyikat gigi jangan terlalu keras.
Jangan sampai tertelan air bekas kumur – kumur.
Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut.
D) Tips Merawat Gigi
Rutin menggosok gigi dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur
Kurangi makanan manis melekat atau makanan yang mengandung
gula,seperti: cokelat, kue manis, permen,dll
Perbanyak makan sayuran yang bererat dan buah yang mengandung banyak
air seperti: semangka, melon,dll
Rutin memeriksakan kesehatan gigi anda minimal 6 bulan sekali ke dokter
atau ke perawat gigi di pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdekat
75
Perbanyak minum air putih, terutama setelah makan makanan manis melekat
Kurangi minum teh/ kopi atau minuman yang dapat menimbulkan pewarnaan
pada gigi
Kurangi minum-minuman bersoda karena sifat asam dari minuman tersebut
dapat mengikis lapisan email gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Hockenbery , M., Rodgers C., Wilson D,. 2016. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing 10 th Edition. New York : Mosby
Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Alih bahasa: Devi
Yuliyanti. EGC: Jakarta
76
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
NAMA:
NIM :
1 PERSIAPAN
2 PELAKSANAAN
a) Mengucapkan salam 5
b) Mengulang kontrak 5
3 EVALUASI
b) Melakukan RTL 5
TOTAL 100
77
MODUL 10
PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK
DAFTAR PUSTAKA
Andika,Alya. 2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir? Cara Cerdas Mendidik Anak
Tentang Seks. Yogyakarta; Pustaka Grhatama
82
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
NAMA:
NIM :
1 PERSIAPAN
2 PELAKSANAAN
a) Mengucapkan salam 5
b) Mengulang kontrak 5
3 EVALUASI
b) Melakukan RTL 5
TOTAL 100
83
MODUL 11
NUTRISI PADA ANAK
84
neonatus masih steril tidak mengandung flora, sampai mengkonsumsi
makanan (ASI) pertama dari luar. Flora usus ini sanggup mensintesa
berbagai vitamin B-kompleks dan vitamin K. Terutama vitamin K harus
diberikan pada neonatus, untuk menghindarkan hemorrhagia
neonatorum karena kekurangan vitamin K tersebut. Sudah jadi prosedur
standar di banyak rumah sakit untuk memberikan suntikan depot vitamin
K pada anak yang baru lahir, sebagai tindakan profilaksis.
Makanan bayi yang alamiah adalah ASI (Air Susu Ibu). Tidaklah
benar kalau ada yang mengadvertensikan susu kaleng cair maupun bubuk
sama baiknya dengan ASI. Salah satu sifat yang tidak pernah akan terdapat
pada susu kaleng ialah adanya kandunganimmunoglobulin yang memberi
daya tahan (pertahanan tubuh) kepada bayi, berasal dari tubuh ibunya.
Sampai umur enam bulan bayi cukup diberikan ASI dapat pula ditambah
suplemen sari buah sejak 1- 1,5 bulan postnatal. Di Indonesia di anjurkan
untuk memberikan ASI kepada anak sampai umur sekitar 2 tahun.
ASI dianjurkan untuk bayi karena :
1. Nilai, komponen yang terkandung didalamnya sangat sesuai untuk
bayi.
2. Mengandung antibody, yaitu kolostrum.
3. Kebutuhan psikologis dapat dipenuhi
4. Praktis, selalu segar dan ekonomis.
Nilai Gizi ASI :
1. Protein
2. Karbohidrat
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
Zat-zat kekebalan ASI :
Macam Khasiat
Immunoglobulin – melindungi dari infeksi
85
Zat anti stapilococcus – menghambat pertumbuhan Stapilococcus
Lysosime – menghancurkan dinding sel bakteri
Lactoperondase – membunuh streptococcus
Lactoperin – membunuh beberapa jenis organisme
Sel darah putih – membuat C3 dan C4 , lactoperin Ig. D
C. Nutrisi Bagi Infant
Makanan pendamping ASI diberikan setelah bayi lulus ASI
eksklusif. MP ASI diberikan dengan tekstur yang halus terlebih dahulu,
secara bertahap jumlah dan teksturnya. Pemberian ASI diberikan dengan
memperrhatikan komposisi gizi seimbang. Untuk mensiasati adanya alergi
maka pemberian makanan yang sama diberikan selama kurang lebih 4 hari
terlebih dahulu. Pada bayi umur 8 – 12 bulan bubur susu sudah dapat
diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu, pada pagi hari sebagai makan
pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang sekitar jam
13.00 dan pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00.
Pengaturan makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah
kelancaran pengaturan makan pada usia selanjutnya. Masa infant perlu
dihindari tambahan pangan untuk menunjukkan rasa asli makanan. Pada
akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari,
yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau
malam (makan malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali
sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah
dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama
dengan nasi tim.
86
3. Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu.
4. Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu
lama.
Kebutuhan Nutrisi
a. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga
kebutuhan anak usia ini terhadap kalori, protein dan cairan menurun.
b. Kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB/hari & Kebutuhan protein 1,2
gr/kgBB/hari.
c. Pemberian susu tidak lebih dari 1 liter / hari untuk membantu
menjamin asupan makanan yang kaya zat besi. Pemeriksaan
hematokrit harus dilakuakn untuk screening anemia.
d. Anak toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein yang
cukup, harus dirujuk ke ahli gizi.
Pola dan pilihan makanan
a. Pada usia 12 bulan, kebanyakan toddler makan makanan keluarga.
b. Pada usia 18 bulan, sebagaian besar toddler mengalami anoreksi
fisiologis dan menjadi pemilih dalam hal makanan,menginginkan
suatu makanan tertentu, mkan dalam jumlah besar di suatu hari dan
sangat sedikit di hari berikutnya.
c. Toddler memilih makanan sendiri dan lebih menyukai makanan dalam
porsi kecil (makanan yang enak dan mengundang selera).
d. Toddler lebih menyukai satu jenis makanan dalam piring daripada
makanan yang dicampur.
e. Orangtua harus menanjurkan penggunaan alat makan tetapi menyadari
bahwa toddler lebih menyukai mengunakan tangan.
Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi pada usia ini hampir sama dengan toddler meskipun
kebtuhan kalori menurun sampai 90 kkal/kgBB/hari & kebutuhan
protein tetap 1,2 gr/kgBB/hari.
b. Kebutuhan cairan 100 ml/kgBB/hari, bergantung pada tingkat
aktivitas anak.
Pola dan Pilihan Makanan
a. Pada usia anak mungkin menolak sayuran, makanan kombinasi dan
hati.
b. Makanan yang disukai anatara lain sereal, daging, kentang, buah-
buahan dan permen.
c. Banyak anak pada usia ini yang tidak dapt diam atau cerewet selama
makan dengan keluarga dan dapat tetap berjuang dengan penggunaan
peralatan makan.
d. Kebiasaan orang lain mempengaruhi anak usia 5 tahun.
F. Nutrisi Pada Usia Sekolah
Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang
berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kg
berat badan. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi
yang lebih baik daripada kelompok Balita, karena kelompok umur sekolah
ini sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang
dilakukan oleh pemerintah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
maupun oleh kelompok swasta berupa program suplementasi makanan
tambahan di sekolah atau Program Makan Siang Sekolah (School Lunch
88
Program). Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak
sekolah yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang kurang,
anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C, dan di daerah-daerah tertentu
juga defisiensi Iodium. Keluhan yang banyak disuarakan oleh kaum ibu
mengenai kelompok umur sekolah ini bahwa mereka kurang nafsu makan,
sehingga sulit sekali disuruh makan yang cukup dan teratur. Sebenarnya
kelompok anak sekolah ini merupakan kelompok yang mudah menerima
upaya pendidikan gizi melalui sekolahnya, dan dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi pendapat keluarga mengenai hal ini. Beberapa karakteristik
yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan
pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
a. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri.
89
1. Anak terpajan dengan pengalaman makan yang lebih luas di kantin
sekolah, anak mungkin tetap memilih-milih dalam hal makanan tetapi
harus lebih mempunyai kemauan untuk mencoba makanan-makanan baru.
2. Di rumah anak harus makan apa yang keluarga makan. Pola makan
anak dapat mencerminkan budaya keluarga.
3. Banyak anak pada usia ini yang tidak menyukai sayuran, hati dan
makanan pedas.
4. Anggota keluarga memainkan peranan penting dalam
mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan, namun teman sebaya dan
media juga berpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Hockenbery , M., Rodgers C., Wilson D,. 2016. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing 10 th Edition. New York : Mosby
Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Alih bahasa: Devi
Yuliyanti. EGC: Jakarta
91
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN
NAMA:
NIM :
1 PERSIAPAN
2 PELAKSANAAN
a) Mengucapkan salam 5
b) Mengulang kontrak 5
3 EVALUASI
b) Melakukan RTL 5
TOTAL 100
92
MODUL 12
HIEMLICH MANUVER
MANUVER HEIMLICH
Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap bayi
tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang
94
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan
dan korban dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha
bernapas spontan dari korban. Jika batuk pada korban menjadi tanpa
suara, kesulitan bernapas meningkat, dan disertai suara napas tidak biasa
pada korban, atau jika korban menjadi tidak sadarkan diri yang merupakan
tanda-tanda penyumbatan berat, segera aktivasi SPGDT. Jika terdapat
lebih dari satu penyelamat, satu penyelamat mengaktivasiSPGDT dan
(backblow)3
sampai sumbatan hilang.1 Yang perlu diingat adalah manuver hentakan pada
perut hanya boleh dilakukan untuk anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa.3
Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk yang diharapkan
menemukannya.1,3
Referensi:
1. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM,
Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5:
Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-S705.
2. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015
Jun 26] Available at:
http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
3. ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
4. ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.
98
INSTRUMEN PENILAIAN MANUVER HEIMLICH
99
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa Keluarga 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan Tujuan Tindakan 4
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
6 Menyiapkan alat Penutup mata 2
B FASE KERJA
1 Cuci tangan 3
2 Memakai Handscoen 3
100
PENUTUP
101