Anda di halaman 1dari 101

MODULPRAKTIKUM

KEPERAWATAN ANAK

Penyusun :

Koordinator Praktikum
Dyah Rahmawatie Ratna Budi Utami,.S.Kep,.Ns,.M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
2019

1
BIODATA MAHASISWA

PAS FOTO

NAMA : …………………………………….
NIM : …………………………………….
ALAMAT : …………………………………….
NO TELP : …………………………………….

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA

2
VISI MISI TUJUAN STIKES

A. Visi
Menjadi lembaga pendidikan unggulan dalam bidang profesi kesehatan yang
profesional, berakhlakul karimah dan kompettitif / berwawasan global pada
tahun 2024
B. Misi
1. Menyelenggarakan pendidikan profesi kesehatan yang berkualitas dan
berbasis kompetensi
2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam bidang
kesehatan
3. Menyelenggarakan kerjasama pada tingkat regional, nasional dan
internasional

C. Tujuan
1. Menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional dan berakhlakul
karimah
2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dengan penelitian dan pengabdian
masyarakat dalam bidang kesehatan
3. Menghasilkan kader ‘Aisyiyah – Muhammadiyah sebagai pelopor,
pelangsung dan penyempurna amal usaha Aisyiyah – Muhammadiyah

3
Visi Program Studi

Mewujudkan Program Studi Ners yang unggul dalam bidang keperawatan


komunitas yang berakhlakul karimah dan kompetitif di tingkat nasional pada
tahun 2024.

Misi Program Studi

(1) Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan


profesi Ners yang bermutu dan Islami.
(2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pengembangan IPTEK di bidang
keperawatan.
(3) Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
(4) Mengembangkan jejaring dengan institusi lain di tingkat nasional

Tujuan Program Studi

(1) Menghasilkan Ners yang berkualitas dan Islami di bidang keperawatan


komunitas
(2) Menghasilkan penelitian yang menunjang pengembangan IPTEK keperawatan
berbasis komunitas
(3) Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang keperawatan
(4) Menghasilkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta dalam
penyelenggaraan Catur Dharma PT di tingkat nasional

4
KATA PENGANTAR

Keperawatan meliputi pemberian asuhan keperawatan yang


berfokus pada peningkatan kesehatan dengan menggunakan pendekatan bio-
psiko-sosial-kultural-spiritual.Keilmuan yang dimiliki oleh mahasiswa ilmu
keperawatan tahap akademik didapatkan dari tatap muka di kelas dan juga
latihan ketrampilan di laboratorium. Hal tersebutdilakukan untuk memberikan
gambaran dan ilustrasi kepada mahasiswa terkait situasi nyata sebelum
mahasiswa terjun ke rumah sakit untuk pembelajaran tahap selanjutnya.
Keperawatan anak adalah pelayanan keperawatan profesional yang
berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan anak.

Asuhan keperawatan yang dilakukan harus berlandaskan pada


proses keperawatan yang sistematis, yang meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, penyusunaan rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan melakukan evaluasi pada tiap tahap tumbuh kembang anak
dan pada tataran anak sehat maupun anak sakit.Sejalan dengan
profesionalisme keperawatan, mahasiswa keperawatan diharapkan selalu
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan keperawatannya dan etika profesi
dalam memberikan asuhan keperawatan yang optimal sehingga pada
pembelajaran praktek laboratorium ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan mempelajari ketrampilan yang ditemui
pada keperawatan anak.

Surakarta, Februari 2019


Koordinator Praktikum Keperawatan Anak

Dyah Rahmawatie RBU, S.Kep, Ns,.M.Kep

5
DAFTAR ISI

Hal

Halaman cover..................................................................................................... ..1


Halaman Identitas................................................................................................ 2
Visi Misi Tujuan.................................................................................................... 3
Kata Pengantar………………………………………………………………….. 5
Daftar isi................................................................................................................. 6

Pendahuluan
A. Ayat Al-Qur’an yang relevan………………………………………. 6
B. Deskripsi Mata Ajar............................................................................ 6
C. Tujuan.............................................................................................. 6
Isi Modul
A. Modul 1. Antropometri ...................................................................... ..... 10
B. Modul 2. Imunisasi................................................................................... 17
C. Modul 3. DDST........................................................................................ 26
D. Modul 4. Pijat Bayi.................................................................................. 33
E. Modul 5. Terapi Bermain..........................................................................38
F. Modul 6. MTBS........................................................................................ 52
G. Modul 7. Pengisian KMS.......................................................................... 57
H. Modul 8. Komunikasi pada Anak.............................................................64
I. Modul 9. Pendidikan Kesehatan Gigi pada Anak......................................73
J. Modul 10. Pendidikan Seks pada Anak.....................................................78
K. Modul 11. Pendidikan Kesehatan Nutrisi pada Anak............................... 84
L. Modul 12. Heimlich Manuver................................................................... 93

Penutup...............................................................................................................101

6
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah praktikum keperawatan Anak 1 membahas tentang praktikum di
laboratorium yang meliputi pemantauan tumbuh kembang (antropometri, ,
DDST), program bermain, komunikasi pada anak dengna berbagai tahap
tumbuh kembang, dan peningkatan kesehatan anak (Pengisian KMS, pijat
bayi, pemberian imunisasi, MTBS, hiemlich manuver, pendidikan seks pada
anak, pendidikan kesehatan gigi pada anak dan pendidikan kesehatan nutrisi
pada anak).
B. Tujuan Instruksional
- Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan praktek
laboratorium keperawatan anak meliputi pemantauan tumbuh kembang
(antropometri, , DDST), program bermain, komunikasi pada anak dengna
berbagai tahap tumbuh kembang, dan peningkatan kesehatan anak
(Pengisian KMS, pijat bayi, pemberian imunisasi, MTBS, hiemlich
manuver, pendidikan seks pada anak, pendidikan kesehatan gigi pada anak
dan pendidikan kesehatan nutrisi pada anak).
- Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan praktek
laboratorium pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang
(antropometri, DDST)
2. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumpemberian imunisasi,
3. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan praktikumpijat
bayi,
4. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan praktikum
edukasi nutrisi pada anak, kesehatan gigi pada anak dan pendidikan
seks pada anak

7
5. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumprosedur antisipasi: hiemlich manuver
6. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumMTBS
7. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumpengisian KMS
8. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumkomunikasi pada anak dengan berbagai tahapan tumbuh
kembang
9. Mahasiswa dapat memahami dan mendemonstrasikan
praktikumprogram bermain pada anak

C. Ayat yang Relevan

‫ى‬ َ ِ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف‬


َّ َ‫صالُهُ فِي َا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِلي َو ِل َوا ِلدَيْكَ ِإل‬ َ ‫ص ْينَا اْ ِإلن‬
َّ ‫َو َو‬
}14{ ‫ير‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ْال َم‬

‫اح ْب ُه َما فِي الدُّ ْنيَا َم ْع ُروفًا َواتَّبِ ْع‬


ِ ‫ص‬َ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَالَ ت ُ ِط ْع ُه َما َو‬ َ ‫علَى أَن ت ُ ْش ِركَ بِي َمالَي‬
َ َ‫َوإِن َجا َهدَاك‬
}15{ َ‫ى َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَبِئ ُ ُكم ِب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُون‬
َّ ‫ى ث ُ َّم إِ َل‬ َ ‫سبِي َل َم ْن أَن‬
َّ ‫َاب إِ َل‬ َ

Artinya : (Ayat 14) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat


baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
[Ayat 15] Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
8
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu,
maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan….

9
MODUL 1
PENGUKURAN ANTOPOMETRI

A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran antropometri

B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan Pengukuran
Antropometri.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya Pengukuran
Antropometri.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
tindakan Pengukuran Antropometri.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan Pengukuran Antropometri.

C. Teori
1. Pengertian
Pengukuran Antropometri adalah pengukuran yang dilakukan
untuk menilai pertumbuhan anak yang meliputi pengukuran tinggi
badan, berat badan dan lingkar lengan.Penilaian pertumbuhan pada
anak sebaiknya dilakukan dengan jarak yang teratur disertai dengan
pemeriksaan serta pengamatan fisik. Pengukuran berat badan digunakan
untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh.
Sedangkan tinggi badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan
linier.
2. Tujuan dan Indikasi
Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui
kondisi pertumbuhan dan gizi anak.Indikasi pengukuran antropometri
dilakukan pada setiap anak.
10
3. Peralatan
a. Timbangan bayi atau timbangan injak
b. Alat ukur panjang atau tinggi badan
c. Metline / meteran
4. Cara Kerja
a. Pengukuran Tinggi / Panjang Badan
Penyiapan alat ukur :
1. Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
2. Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau
permadani, maka pasang kaki tambahan pada alat timbangan untuk
bisa mengatasi daya pegas dari alas yang tebal
3. Pastikan alat timbang menunjukkan angka “00.00” sebelum
melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.
Persiapan sebelum melakukan pengukuran :
1. Jelaskan kepada ibu/pengasuh tujuan dari pengukuran berat badan
dan berikan kesempatan untuk bertanya
2. Pastikan bahwa anak tidak menggunakan pakaian tebal, pampers,
popok, selimut, dll, agar mendapatkan berat badan anak seakurat
mungkin

Cara pengukuran berat badanAnak bisa berdiri:


1. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah
anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2. Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak,
mata/kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk. Perawat
dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik di atas
timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang tidak perlu
yang dapat mempengaruhi hasil penimbangan.
3. Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang
akan menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah anak

11
tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus
segera mencatat hasil penimbangan tersebut
Cara pengukuran berat badanBayi/Anak belum bisa berdiri
1. Jika anak belum bisa berdiri, maka minta ibu/pengasuh untuk
menggendong tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah
menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong sang
anak untuk berdiri di tengah-tengah alat timbang.
2. Pastikan posisi ibu, badan tegak, mata lurus ke depan, kaki tidak
menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah. Sebisa mungkin
bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang.
3. Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu tersebut
untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara harus segera
mencatat hasil penimbangan tersebut
4. Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa
menggendong anak

b. Cara Pengukuran Tinggi Badan :


Pengukuran Tinggi Badan Anak dengan berdiri
1. Penyiapan alat ukur :
 Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian
yang lebih panjang menempel di lantai dan bagian yang lebih
pendek menempel di tembok.
 Tarik meteran pengukur ke atas hingga anda bisa melihat angka
0 pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai
(anda harus berlutut untuk melihat angka 0 ini sehingga anda
harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas meteran
pengukur). Prosedur ini sangat penting untuk memastikan
pengukuran yang akurat.
 Tempelkan ujung atas alat pengukur dengan menggunakan
paku, pastikan kestabilan alat tersebut
12
 Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel
dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke
atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan.
2. Cara pengukuran tinggi badan :
 Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan
melepaskan hiasan atau dandanan rambut yang mungkin dapat
mempengaruhi hasil pengukuran TB anak.
 Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur
dan berlutut di hadapan si anak.
 Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua lutut di sebelah
kanan si anak.
 Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di sebelah kiri
anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum
kepada anda untuk bergerak.
 Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan bersamaan di
tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding.
 Tempatkan tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si anak
pada ujung tulang kering, tangan kiri anda pada lutut si anak
dan dorong ke arah papan ukur/dinding.
 Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di
papan ukur/dinding.
 Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau
kepada ibunya yang berdiri di depan si anak.
 Pastikan garis pandang si anak sejajar dengan tanah. Dengan
tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan perlahan-
lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau
telinga si anak.
 Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan
kepala, tulang bahu dan pantat menempel di papan
ukur/dinding.

13
 Mintalah si anak untuk mengambil nafas panjang
 Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran alat pengukur
hingga pas di atas kepala si anak.
 Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak
sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran dengan
desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di dalam
kaca pengukuran.
 Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan
kiri anda dari dagu si anak
Pengukuran Panjang Badan Bayi/Anak belum bisa berdiri
1. Penyiapan alat ukur :
a. Tempelkan alat pengukur pada permukaan keras yang rata,
dianjurkan meja panjang atau tempat tidur dengan satu bagian
menempel di tembok. Tempelkan bagian alat pengukur yang
lebih panjang pada ujung yang menempel di tembok. Tarik
meteran pengukur hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis
merah di kaca pengukur yang menempel di tembok. Prosedur ini
sangat penting untuk memastikan pengukuran yang akurat.
b. Tempelkan ujung alat pengukur yang bukan menempel di
tembok dengan menggunakan paku, pastikan stabil dan tidak
berubah-ubah.
c. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel
dengan stabil maka meteran alat pengukur dapat anda tarik ke
samping dan pengukuran tinggi siap dilakukan.
2. Langkah untuk melakukan pengukuran:
a. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan
keras yang rata dengan memegang punggung si anak dengan
satu tangan dan bagian bawah badan dengan tangan lainnya.
Dengan perlahan-lahan turunkan si anak ke atas permukaan
keras tersebut dengan bagian kaki menempel di tembok.

14
b. Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur
menghadap alat ukur agar si anak lebih tenang.
c. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan
menggunakan tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan
kepala si anak ke bagian atas papan ukur sehingga si anak
dapat memandang lurus kearah depan. Garis pandang si anak
harus tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus
dengan kepala si anak. Pandanglah langsung ke mata si anak.
d. Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan
tangan kiri anda pada lutut anak. Tekanlah dengan kuat ke arah
permukaan keras.
e. Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat
pengukur ke arah kepala si anak. Pastikan anda menekan
rambut si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan
catatlah hasil pengukuran.
c. Petunjuk Pengukuran Lingkar Lengan
Cara pengukuran lingkar lengan :
1. Usahakan pengukuran dilakukan sejajar dengan pandanga mata,
duduk jika dimungkinkan.
2. Anak yang masih terlalu kecil bisa dipegang oleh ibunya. Minta
tolong ibunya untuk menyingkap baju yang menutupi lengan kiri si
anak.
3. Ukurlah titik tengah lengan atas sang anak,dengan cara sebagai
berikut :
- Cari pertengahan lengan dengan mengukur ujung bahu sampai
dengan siku, dan dicari pertengahannya
- Lingkarkan pita ukur pada lengan sang anak. Pastikan bahwa pita
benar-benar rata melingkari lengan
- Periksalah tekanan pita pada lengan anak, jangan terlalu kencang
atau terlalu longar.
- Jika sudah lihat hasil pengukuran dan catat hasilnya.
15
A. Daftar Pustaka
1. Betz & Sowden. Alih Bahasa : Jan Tamayong. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Jakarta : EGC, 2002.
2. Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
3. Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
4. Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000

16
STIKES 'AISYIYAH SURAKARTA
Kampus 1: Jl. Ki Hajar Dewantoro 10, Kentingan, Jebres , Solo (0271) 631141
Kampus 2: Jl Kapulogo o3 Pajang Laweyan Solo (0271) 711270
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PENGUKURAN ANTROPOMETRI

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan tindakan 3
4 Menjelaskan prosedur 3
5 Menanyakan kesiapan pasien 3
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Mengukur panjang/tinggi badan anak dengan 10
3 posisi lututlingkar
Mengukur tidak menekuk
kepala anak 10
4 10
Melepas baju anak
5 Mengukur lingkar lengan atas anak 10
6 Mengukur lingkar dada 10
7 Menimbang anak 10
8 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 2
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

17
MODUL 2
PEMBERIAN IMUNISASI

A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan imunisasi dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pemberian imunisasi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pemberian
imunisasi.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pemberian imunisasi.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian imunisasi dengan baik
dan benar

C. Teori
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan cara memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah
dilemahkan, dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut telah
dimodifikasi.
Vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan atau diminum
(oral). Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh akan
bereaksi membentuk antibodi. Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan
virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi selanjutnya akan membentuk
imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut.

18
Jenis-jenis Imunisasi
Berikut jenis-jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
bisa didapat secara gratis di Puskesmas atau Posyandu:
Jenis Vaksin
1. BCG
Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak
lahir.Imunisasi ini betujuan untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap
penyakit tubercolocis (TBC). Apabila vaksin BCG akan diberikan pada
bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji tuberkulin. BCG
boleh diberikan apabila hasil tuberkulin negatif.
2. Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12
jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3
hingga 6 bulan untuk vaksin monovalen / vaksin Hepatitis B tunggal. Jarak
antara dua imunisasi Hepatitis B minimal 4 minggu.Imunisasi ini untuk
mencegah penyakit Hepatitis B.
3. Polio
Imunisasi Polio diberikan untuk mencegah poliomielitis yang bisa
menyebabkan kelumpuhan.
4. DPT
Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit
difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus.Ketiga penyakit ini sangat
mudah menyerang bayi dan anak.Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur
lebih dari 6 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara simultan
(bersamaan) dengan vaksin Hepatits B. Ulangan DPT diberikan pada usia
18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat vaksin TT (tetanus) melalui
program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
5. Campak
Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada
usia 2 tahun dan selanjutnya usia 6 tahun melalui program BIAS.

19
JADWAL IMUNISASI

LOKASI PEMBERIAN :
1. atas sebelah luar
2. paha bagian depan
3. perut
4. area scapula
5. area ventrogluteal
6. area dorsogluteal

20
D.
Indikasi dan kontraindikasi
1. Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja
sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak
alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang
bagian atas.
2. Kontra Indikasi : luka, alergi, infeksi kulit, sakit
E. Peralatan
1. Catatan pemberian imunisasi
2. Vaksin dalam tempatnya
3. Spuit
4. Kapas alkohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut bak injeksi
6. Bengkok
F. Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada keluarga
2. Cuci tangan

21
3. Bebaskan daerah yang akan disuntikan.bebaskan daerah suntikan
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan
.kemudian
tempatkan pada bak injeksi
5. Desinfeksi dengan kapas alkohol
6. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan
subkutan (angkat kulit)
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk
sudut 45º terhadap permukaan kulit

8. Lakukan aspirasi. Bila tidak ada darah , semprotkan obat perlahan


hingga habis
9. Tarik spuit dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan
kedalam bengkok
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
11. Catat prosedur pemberian obat dan respon klien
TEKNIK INJEKSI
Injeksi subkutan dilakukan dengan menyuntikan jarum menyudut 45 derajat
dari permukaan kulit.Kulit sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan
jaringan subkutisdari jaringan otot.
DAFTAR PUSTAKA
1. Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
2. Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
3. Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18
tahun.
22
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI DPT

DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin DPT, tepat 0,5 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 3
5
Mengganti jarum yang sudah dipakai dengan jarum baru
7
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 90 derajat 12
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
5
Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas desinfektan
10
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

23
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI BCG

DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin BCG, tepat 0,05 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 5
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 15 derajat 15
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
10 Mencabut jarum 5
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

24
INSTRUMEN PENILAIAN PROSEDUR PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

DILAKUKAN
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucapkan salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan pasien & keluarga 2
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 3
2 Menginspirasi vaksin Campak, tepat 0,5 ml 12
3 Mengatur posisi pasien sesuai tempat tusukan 5
4 Memasang perlak dan alasnya 3
5 Membebaskan daerah yang akan diinjeksi 3
6 Memakai handschoon 3
5
Mengganti jarum yang sudah dipakai dengan jarum baru
7
Membersihkan kulit dengan kapas basah (melingkar dari 5
7 dalam-keluar)
8 Menusukkan spuit dengan sudut 45 derajat 12
9 Memasukkan obat secara perlahan 10
5
Mencabut jarum sambil menekan dengan kapas desinfektan
10
11 Membuang spuit ke dalam bengkok 3
12 Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terapeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 3
4 Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

25
MODUL 3
DDST (Denver Development Screening Test)

A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeriksaan DDST
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pemeriksaan DDST.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pemeriksaan
DDST
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pemeriksaan DDST.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeriksaan DDSTdengan baik
dan benar

C. Teori
PENGERTIAN

Pengkajian perkembangan

 Masa pertumbuhan & perkembangan

 Pertumbuhan  bertambahnya ukuran fisik, perubahan dalam ukuran

 Perkembangan  kemajuan tingkah laku, kematangan emosional dan


sosial dinilai dari aktivitas sosial, pendengaran & bahasa, motorik kasar &
halus

 Pengkajian perkembangan komponen penting kelengkapan pengkajian


kesehatan komprehensif

26
DDST :

 Uji skrening perkembangan yang paling luas digunakan.

 Dipublikasikan pertamakali tahun 1967 direvisi tahun 1981 DDST-R,


dipakai di 15 negara berbeda. Uji ini dikenal dengan nama Denver II.

 Penilaian pada 4 domain perkembangan yaitu pribadi sosial ; penyesuaian


motorik halus ; bahasa dan motorik kasar.

 Digunakan untuk anak sejak lahir (2 minggu) sampai 6 tahun ; waktu 15 –


20 menit.

 Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:


1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia:
3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

Domain pengukuran DDST

1. Pribadi Sosial
Kemampuan anak untuk menyesuaikan dengan orang lain.
2. Motorik Halus
Kemampuan anak untuk menggunakan bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot halus sehingga tidak perlu tenaga, namun perlu
koordinasi yang lebih kompleks.
3. Bahasa
Kemampuan mengungkapkan perasaan, keinginan dan pendapat melalui
pengucapan kata2, kemampuan mengerti dan memahami perkataan orla
serta kemampuan berfikir.
4. Motorik Kasar

27
Kemampuan anak untuk menggunakan dan melibatkan sebagian besar
bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
CARA MENGHITUNG USIA KRONOLOGIS ANAK

CONTOH KASUS I :

Dela, dibawa ibunya ke Poli tumbang Soesilo pada tanggal 31 Maret 2009.
Tanggal lahir Dela 5 Mei 2008. Hitunglah umur Dela dan gambar garis umurnya

JAWABAN KASUS I

tahun bulan hari

tgl test 2009 331

tgl lahir 2008 5 5

-------------------------------------------------

umur anak 9 bulan26 hari

CONTOH KASUS II
An. ‘Aisyiyah lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5
Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April
2008. Hitung usia kronologis An. ‘Aisyiyah!
Diketahui:
Tanggal lahir An. ‘Aisyiyah : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. ‘Aisyiyah?
Jawab:
2008 – 4 – 1 An. ‘Aisyiyah prematur 32 minggu
2006 – 8 – 5 - Maka 37 – 32 = 5 minggu
1tahun – 7bulan -26hari

28
Jadi usia An. ‘Aisyiyah jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari
atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari,
sehingga usia kronologis An. ‘Aisyiyah untuk pemeriksaan DDST II adalah: 1
tahun 7 bulan 26 hari – 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari atau 1 tahun 7 bulan atau
19 bulan
PERHATIAN !!!

Aterm = 37 mgg, 1 mgg= 7 hari, 1 bulan= 30 hr, > 15 hari: blt ke bawh,≤ 15
blt ke atas
Penyesuaian prematuritas dilakukan pada anak yang lahirnya maju lebih dari 2
minggu sebelum HPL

Penyesuaian prematuritas tidak dilakukan setelah anak berusia 2 tahun

 Tandai item penilaian :

O = F (Fail / Gagal)

M = R ( Refusal / Menolak)

V = P ( Pass / Lewat )

No = No Opportunity

GAGAL (F)

Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.

Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas
dengan baik.

REFUSAL / MENOLAK (R)

Anak menolak untuk melakukan uji coba  faktor sesaat (lelah, menangis, sakit,
ngantuk dll).

PASS / LEWAT (P)


29
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.

Ibu atau pengasuh memberi laporan (L) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukan dengan baik.

NO OPPORTUNITY (No)

Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan  kasus Retardasi Mental dan Down Syndrome.

ADVANCED

Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis umur.

Lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.

NORMAL

Apabila anak gagal / menolak tugas pada item di sebelah kanan garis umur

Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas dimana garis umur berada diantara 25 %
– 75 % (warna putih).

CAUTION

Apabila anak gagal atau menolak tugas pada item dimana garis umur berada
diantara 75 % – 90 % (warna hijau).

DELAY

Apabila anak gagal atau menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri garis
umur.

Delay menjadi perhatian, penolakan pada satu item dapat menjadi alasan delay.

30
INTERPRETASI HASIL TEST
(4 SEKTOR)

NORMAL

Bila tidak ada delay

Paling banyak satu caution

Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya

SUSPECT

Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay.

Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat


(takut, sakit, lelah, tidak nyaman dll).

UNSTABLE

Bila ada skor menolak satu atau lebih item di sebelah kiri garis umur.

Bila menolak satu item pada area 75 % – 90 % (warna hijau pada grs usia).

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz & Sowden. Alih Bahasa : Jan Tamayong. Buku Saku Keperawatan
Pediatri. Jakarta : EGC, 2002.
2. Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
3. Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
4. Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000

31
STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA
Kampus I : Jl. Ki Hajar Dewantara 10 Kentingan, Jebres, Surakarta Telp.
(0271) 631141-631143
Kampus II : Jl. Kapulogo 03 Pajang Laweyan, Surakarta Telp. (0271) 711270

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan Tujuan Tindakan 2
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
6 Menyiapkan alat tulis, penggaris 2
B FASE KERJA
1 Menanyakan usia 3
2 menghitung usia kronologis klien 3
3 membuat garis sesuai kronologis klien 10
melakukan pengukuran aspek personal sosial disebelah kiri garis
4 usia kronologis 10
melakukan pengukuran aspek bahasa disebelah kiri garis usia
5 kronologis 10
melakukan pengukuran aspek motorik halus disebelah kiri garis
6 usia kronologis 10
melakukan pengukuran aspek motorik kasar disebelah kiri garis
7 usia kronologis 10
8 Melakukan penilaian : Normal, abnormal, meragukan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 3
4 Pendokumentasian 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 4
2 Melakukan komunikasi terpeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 4
4 Menjaga keamanan perawat 4
TOTAL 100

32
MODUL 4
PIJAT BAYI

A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pijat bayi dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi tindakan pijat bayi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pijat bayi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan pijat
bayi.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian pijat bayi dengan baik
dan benar
C. Teori
1. Pengertian
Pijat Bayi merupakan bahasa sentuhan. Dengan pijat bayi, ibu dapat
menenangkan dan menyamankan bayi serta mengomunikasikan cinta.
2. Manfaat
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Memperbaiki peredaran darah dan pernapasan
- Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan
- Meningkatkan kenaikan berat badan
- Mengurangi stress dan ketegangan
- Membuat tidur lelap
- Mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan sakit perut
- Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi

33
3. Waktu
Pemijatan dapat dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan. pemijatan dapat
dilakukan setiap hari. Waktu pemijatannya sebaiknya dilakukan 2 kali
sehari yaitu: Pagi hari, dan malam hari (sebelum tidur).
4. Hal-hal yang tidak dianjurkan waktu pemijatan
- Memijat bayi langsung setelah selesai minum susu.
- Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan.
- Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat.
- Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat
- Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi
5. Alat
- Baby oil
- Pengalas
6. Cara Kerja
a. Wajah (melemaskan otot wajah)
Pijat daerah diatas alis dengan ke dua ibu jari menggunakan
tekanan yang lembut, tarik garis dengan ibu jari dari arah hidung ke
arah pipi. Pijat sekitar area mulutnya dengan kedua ibu jari, tarik
sampai ia tersenyum, pijat lembut rahang bawah bayi dari tengah ke
arah samping dan di daerah belakang telinga ke arah dagu.

b. Dada (memperkuat organ paru-paru dan jantung)


Dengan kedua tangan di tengah dada bayi, buat gerakan ke atas dan
kesisi luar tubuh, kemudian ke ulu hati tanpa mengangkat tangan, lalu
pijat menyilang dari tengah dada ke arah bahu, seperti membentuk
kupu-kupu.

34
c. Perut (Meningkatkan sistem pencernaan dan mengurangi sembelit)
Pijat perut bayi dari atas ke bawah, lau angkat ke dua kaki bayi dan
tekan lututnya perlahan-lahan ke arah perut.

i.Pijatan “Matahari Bulan” :


1) Dengan tangan kaan, buatlah arah bulan separuh yang terbalik dari
arah kiri ke kanan
2) Tangan kanan diatas, dan tangan kiri di bawah dan lakukan
gerakan memutar mengikuti arah jarum jam dengan membentuk
lingkaran penuh seperti matahari
3) Rasakan gelembung angin lalu tekan lembut denga jari anda searah
jarum jam
ii.Pijatan “ I Love U” :
1) Usap perut sebelah kiri bayi dengan tangan kanan sembari
membentuk huruf “I”
2) Buat huruf “L” terbalik dari arah kiri ke kanan
3) Buat huruf “U” terbalik dari arah kiri ke kanan
4) Bisikkan ke telinga bayi dengan kata “I Love U”
d. Tangan dan kaki (Menghilangkan ketegangan dan mempekuat tulang)
Pijat tangan bayi dari bahu menuju pergelangan tangan, seperti
memerah. Lakukan gerakan kebalikannya dari pergelangan tangan ke
arah lenga, tarik lembut jari-jari bayi dengan gerakan memutar. Kedua
ibu jari bergantian memijat permukaan telapak tangan dan punggung
tangan. Gunakan telapak tangan untuk membuat gerakan seperti
menggulung.

35
e. Punggung (Memperkuat otot untuk menyanggah tulang belakang)
Pijat maju mundur dengan ke 2 telapak tangan di sepanjang
punggungnya. Lakukan sedikit tekanan lembut dan luncurkan salah
satu telapak tangan dari leher ke arah pantan. Buat gerakan melingkar
terutama pada otot sebelah tulang punggung. Buat pijatan memanjang
dengan kedua telapak tangan dari leher ke arah kaki untuk mengakhiri
pijatan.

DAFTAR PUSTAKA

Cerdaskan Si Kecil Sejak Dini Lewat Rutinitas Pijat Bayi.


https://www.johnsonsbaby.co.id/cerdaskan-si-kecil-sejak-dini-lewat-rutinitas-
pijat-bayi-tiap-hari#o6ymmH7bwJy7ETUv.97

Whaley & Wong. 2000. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby

36
INSTRUMEN PENILAIAN PIJAT BAYI

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan/manfaat pijat bayi 2
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
B FASE KERJA
Menghangatkan tangan pemijat dan memberi
1 minyak 4
2 Memijat pada area wajah 8

3 Memijat area dada 8


4 Memijat area perut 8
5 Melakukan pijatan matahari bulan 8
6 Melakukan pijatan I Love U 8
7 Melakukan pijatan tangan dan kaki 8
8 Melakukan pijatan area punggung 8
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 4
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 5
2 Melakukan komunikasi terpeutik 4
3 Menjaga keamanan pasien 5
4 Menjaga keamanan perawat 4
TOTAL 100

37
MODUL 5
TERAPI BERMAIN

a. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan program bermain pada anak
b. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi terapi bermian pada anak
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya terapi bermian
pada anak
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pembuatan bubur tempe dengan
baik dan benar
c. Teori
A. KONSEP BERMAIN.
1. PENGERTIAN.
Bemain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social, dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan
berkata-kata(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan,
melakukan apa yang dapat dilakukan, mengenal waktu, jarak serta
suara(Wong,2000).
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta merupakan
satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting
untuk kesejahteraan mental dan emosional anak.(Champbell dan Glaser,1995).
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress anak, media
yang baik bagi anak untuk belajar berkomunikasi dengan lingkungannya,
38
menyesuaikan diri terhadap lingkungan, belajar mengenal dunia sekitar
kehidupannya dan penting untuk meningkatkan kesejahteraan mental serta
social anak.
2. FUNGSI BERMAIN PADA ANAK.
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreatifitas,perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik motorik.
Aktivitas sensorik dan motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan
anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensorik motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan
prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik
kasar maupun halus.
2. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakumbedakan eksploitasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memesahkan masalah dari
hubungan tersebut. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal
bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya di luar lingkungan keluarga.
4. Perkembangan kreatifitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
ke dalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan
bermain anak akan belajar dan mencoba merealisasikan ide-idenya. Misalnya,
39
dengan membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai dasar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Denagan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat
diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak
juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta belajar bertanggung jawab atas segala tindakan
yang telah dilakukannya.
7. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami
anak karena menghadapi beberapa stresorr yang ada di lingkungan rumah
sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permaianan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenanganya melakukan permainan. Dengan demkian
permainan adalah media komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan di rumah sakit. Perawat dapat
mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang
ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang

40
ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis
kelamin anak, lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan
yang cocok atau sesuai bagi anak.

a. Tahap perkembangan anak


Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi
tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah.
Permainan adalah stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan
demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energy. Walaupun
demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit.
Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja
pada orang dewasa. Yang terpenting pada saat kondisi anak sedang
menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit orang tua
dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak
sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang di rawat di rumah
sakit.
c. Jenis kelamin anak
Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dlm kaitannya dengan
permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak
membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.untuk
mengembangkan daya piker, imajinatif, kreativitas, dan kemampuan social
anak. Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan
adalah salah satu untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga
41
sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk
digunakan oleh anak laki-laki.
d. Lingkungan yang mendukung
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak
salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik
rumah. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan
anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-
mandir, berlari, melompat, dan bermain dengan teman sekelompoknya.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak.
Label yang tertera pada permainan harus di baca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat
permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau mainan jadi, tetapi
lebih diutamakan yang dapat menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak,
bahkan sering kali disekitar kehidupan anak , akan lebih merangsang anak
untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan
dimanipulasi, akan mengajarkan anak untuk dapat mengembangkan
kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta
interkasi social dengan orang lain.

5. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Berdasarkan isi permainan
1) Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.permainan
yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum/tertawa, atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan
menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil
42
tersenyum dan tertawa.
2) Sense of pleasure play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikan. Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau
benda-benda apasaja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bias
juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-
macam permainan, misalnya memindahkan air ke botol, bak atau
tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin
lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan
dengan permainan yang dilakukan sehingga susah dihentikkan.
3) Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalkan
bayi akan trampil memegang benda-benda kecil, memindahkan
benda dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dan anak trampil
naik sepeda.
4) Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan
ini bias dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau temannya. Banyak
sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional
maupun yang modern. Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
5) Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja
atau apa saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang
ada disekelilingnya yang digunakannnya sebagai alat permainan.
Anak tampak senang, gembira dan asyik dengan situasi serta

43
lingkungannya tersebut.
6) Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainan. Anak berceloteh
sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru,
ibunya, ayahnya, kakanya, dan sebagainya yang ia tiru.

b. Berdasarkan karakter soaial


1) Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan, jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temanya.
2) Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, atau
komunikasi dengan teman sepermainan.
3) Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi
kontak satu sama lain sehingga antara anak yang satu dengan anak
yang lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan
ini dilakukan oleh anak usia toddler.
4) Assosiatif play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasi tidak ada
pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan
tidak jelas. Contoh bermain boneka, bermain hujan-hujanan,
bermain masak-masakan.
44
5) Cooperative play
Aturan permainan dlam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya,untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada
permainan sepak bola.
b. Berdasarkan kelompok usia anak
1) Anak usia bayi
Bayi usia 0-3 bulan.seperti yang disinggung pada uraian
sebelumnya karakteristik khas permainan bagi usia bayi adalah
adanya interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan orang
tua dan atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang
juga menjadi cirri khas dan permainan untuk bayi usia ini. Alat
permainan yang biasa digunakan misalnya mainan gantung yang
berwarna terang dan bunyi music yang menarik.
Bayi usia 4-6 bulan. Untuk menstimulasi penglihatan dapat
dilakukan permainan seperti mengajak bayi menonton TV, member
mainan yang mudah dipeganggnya dan berwarna terang, serrta
dapat pula dengan cara member cermin dan meletakkan bayi di
depannya sehingga memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di
cermin.stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan cara selalu
membiasakan memanggil namaya. Untuk stimulasi taktil berikan
mainan yang dapat digenggamnya lembut dan lentur, atau pada
saat memandikan biar bayi bermain air di dalam bak mandi.
Bayi usia 7-9 bulan. Untuk stimulasi penglihatan dapat dilakukan
dengan memberikan mainan yang berwarna terang atau berikan
kepadanya kertas dan alat tulis biarkan ia mencoret-coret sesuai
keinginannya.
2) Anak usia toddler(>1 tahun-3tahun)

45
Anak usia toddler kegiatan belajar menunjukan karakteristik yang
khas yaitu banyak bergerak, tidak bias diam, dan mulai
mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat
mandiri.jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler
adalah solitary play dan parallel play.
3) Anak usia pra sekolah (>3 tahun-6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia
prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang
lebih matang daripada anak usia toddler.anak sudah lebih aktif,
kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan
berhubungan social dengan temannya semakin meningkat. Oleh
karena itu jenis permainan yang sesuai adalah associative play,
dramatic play, dan skill play.
4) Anak usia sekolah(6-12tahun)
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan
menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki tepat jika diberikan
mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan
kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki misalnya
mobil-mobilan. Ank perempuan lebih tepat diberikan permainan
yang dapt menstimulasi untuk mengembangkan perasaan, pikiran,
dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang
perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
5) Anak usia remaja (13-18 tahun)
Melihat karakteristik ank remaja demikian, mereka perlu mengisi
kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan
berbagai macam olahraga, mendengar, dan atau bermain music
serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif serta
kelompok basket, sepak bola, karang taruna dan lain-
lain.prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya
sekedar mencari kesenagan dan meningkatkan perkembangan
fisiemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat. Bakat,
46
aspirasi, serta membantu remaja untuk menemukan identitas
pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bias berupa
berbagai macam alat olahraga, alat music, dan alat gambar atau
lukis.
BERMAIN UNTUK ANAK YANG DIRAWAT DIRUMAH
SAKIT
Perawatan anak dirumah sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa bukti
ilmiah, menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri
merupakan penyebab stress bagi anak dan orang tuanya, baik
lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-
alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun
lingkungan social, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi
dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan, seperti takut,
cemas, tegang, nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan
lainnya, sering kali dialami anak
Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas
kesehatan selama dalam perawatan.media yang paling efektif
adalah melalui kegiatan permainan. Permainan yang teraupetik
didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan
aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan parasaan
nyeri, dan relaksasi. Dengan demikian, kegiatan bermain harus
menjadi bagian integral dan pelayanan kesehatan anak dirumah
sakit. Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di
rumah sakit akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1) Meningkatkan hubungan antara klien ( anak keluaarga ) dan
perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat
mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan
47
menyenangkan dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan
alat komunikasi yang elektif antara perawat dank klien.
2) Perawatan dirumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan
memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3) Permainan pada anak dirumah sakit tidak hanya akan
memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu
anak mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,
tegang, dan nyeri. Pada beberapa anak yang belum dapat
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara verbal dan/ atau pada
anak yang kurang dapat mengekspresikannya, permainan
menggambar, mewarnai, atau melukis akan membantunya
mengekspresikan perasaan tersebut.
4) Permainan yang terupetik akan dapat meningkatkan kemampuan
anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.
5) Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak
untuk berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan
ketegangan pada anak dan keluarganya.
Prinsip – prinsip permainan pada anak di rumah sakit :
1) Permainan Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan
perawatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus
tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan
ditempat tidur dan anak tidak boleh diajak bermain dengan
kelompoknya ditempat bermain khusus yang ada diruang rawat.
Misalnya, sambil tiduran anak dapat dibacakan buku cerita atau
diberikan buku komik anak-anak, mobil-mobilan yang tidak pakai
remote control, robot-robotan, dan permainan lain yang dapat
dimainkan anak dan orang tuanya sambil tiduran.
2) Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan
sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,
menggunakan alat permainan yang ada pada anak dan/atau yang
48
tersedia diruangan. Kalaupun akan membuat suatu alat permainan,
pilih yang sederhana, supaya tidak melelahkan anak (misalnya,
menggambar / mewarnai, bermain boneka dan membaca buku
cerita )
3) Harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat permainan
yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang anak untuk
berlari – lari dan bergerak secara berlebihan.
4) Dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila permainan
dilakukan khusus di kamar bermain secara berkelompok dirumah,
permainan harus dilakukan pada kelompok umur yang sama.
Misalnya, permainan mewarnai pada kelompok usia prasekolah.
5) Melibatkan orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak
walaupun sedang dirawat dirumah sakit termasuk dalam aktivitas
bermain anaknya. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator
sehingga apabila permainan diinisiasi oleh perawat orang tua harus
terlibat secara aktif dan mendampingi anak dari awal permainan
sampai mengevaluasi permainan anak bersama dengan perawat dan
orang tua anak lainnya.
c. Pedoman dalam menyusun rancangan program bermain pada anak
yang di rawat di rumah sakit :
a. Tujuan bermain
Tetapkan tujuan bermain bagi anak sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak,
sedangkan tujuan yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip
bermain bagi anak di rumah sakit, yaitu menekankan pada upaya
ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut,
cemas, sedih, tegang dan nyeri
b. Proses kegiatan bermain
Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan yang akan dilakukan
49
dalam kelompok, uraikan dengan jelas aktivitas setiap anggota
kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua setiap anak.
c. Alat permainan yang diperlukan
Gunakan alat permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di
ruang rawat. Apabila anak akan diajak bermain melipat kertas,
gunakan bahan yang murah dan haga yang terjangkau.
d. Pelaksanaan kegiatan bermain
Selama kegiatan bermain, respon anak dan orang tua harus
diobservasi dan menjadi catatan penting bagi perawat, bahkan
apabila tampak adanya
e. Evaluasi atau penilaian
Daftar pustaka
- Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
- Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby,
2000

50
TOOLS PENILAIAN TERAPI BERMAIN
Nama Mhs : Tanggal :
Stase : Observer :
Set : Tanda Tangan :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A Fase Orientasi
1 Permainan sesuai kondisi klien 5
2 Alat bermain yang digunakan (sesuai dengan
tujuan, aman untuk anak) 5
B Fase Kerja
a) Mencuci tangan 5
b) Mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri 5
c) Menjelaskan tujuan 5
d) Menempatkan alat untuk memudahkan
pelaksanaan 4
e) Menggunakan komunikasi sesuai
perkembangan anak 5
f) Mengantisipasi hambatan 5
g) Pelaksanaan bermain sesuai tujuan 5
h) Melibatkan orang tua 5
i) Berfokus pada kebutuhan anak 5
j) Mempertahanakan keamanan selama
bermain 5
k) Anak berpartisipasi selama permainan 6
EVALUASI
a) Memperhatikan respon anak selama proses 5
b) Memberi tanggapan setiap respon anak 5
c) Menanyakan perasaan anak
5
d) Memberi feed back dari pernyataan anak 5
e) Meminta pendapat anak tentang
permainan yang dilakukan 5
f) Membuat kesimpulan dari proses bermain
yang dilakukan 5
g) Membuat kontrak untuk bermain
selanjutnya 5
i)Mencuci tangan 5
Total
100

51
MODUL 6
MTBS

a. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) dengan baik
b. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi MTBS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya MTBS
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pengukuran MTBS.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengukuran MTBS baik dan
benar
c. Teori
1. Definisi

Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah suatu ppendekatan


yang terpadu yang tata pelaksanaanya dilakukan pada balita sakit dengan
fasilitas rawat jalan dengan pengetahuan pelayanan kesehatan.

2. Tujuan

Sebagai Pedoman kerja bagi Petugas / Paramedis dalam pelayanan /


pemeriksaan Balita sakit.

3. Uraian umum

a. Anamnesa

Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan


utama, keluhan tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang telah
diberikan, riwayat penyakit lainnya.

b. Pemeriksaan

52
Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :

» Periksa kemungkinan kejang.

» Periksa gangguan nafas.

» Ukur suhu tubuh.

» Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri.

» Periksa kemungkinan adanya icterus.

» Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare.

» Ukur berat badan.

» Periksa status imunisasi.

» Dan seterusnya lihat formulir MTBS.

Untuk bayi umur 2 bulan s/d 5 tahun :

» Keadaan Umum.

» Respirasi ( menghitung nafas )/

» Derajat dehidrasi ( turgor kulit ).

» Suhu tubuh.

» Periksa telinga ( apakah keluar cairan dari lubang telinga ).

» Periksa status gizi.

» Periksa status imunisasi dan pemberian vitamin A.

» Penilaian pemberian makanan untuk anemia / BGM.

d. Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter.

SASARAN :

Petugas / Paramedis dalam melaksanakan MTBS.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :

53
a. Pasien bayi / balita dari loket pendaftaran menuju ruang KIA / Gizi untuk
ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS.

b. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan.

c. Petugas melaksanakan anamnesa :

Keluhan Utama.

Keluhan tambahan.

Lamanya sakit.

Pengobatan yang telah diberikan.

Riwayat penyakit lainnya.

d. Petugas melakukan pemeriksaan :

Keadaan Umum.

Respirasi.

Derajat dehidrasi

Suhu tubuh.

Telinga.

Status gizi.

Status imunisasi dan pemberian Vitamin A.

e. Petugas menulis hasil anamnesa dan pemeriksaan serta mengklasifikasi dalam


form klasifikasi dan memberikan penyuluhan.

f. Petugas memberikan pengobatan sesuai Buku Bagan MTBS, bila perlu


dirujuk ke ruang Pengobatan untuk konsultasi dokter.

DAFTAR PUSTAKA

 Depkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit.Jakarta


 Whaley & Wong. Children’s Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.

54
 Whaley & Wong. Essential of Pediatric Nursing. St. Louis : Mosby, 2000.
 Whaley & Wong. Nursing of Infant & Children. St. Louis : Mosby, 2000

55
Tool Penilaian MTBS

Ya Tidak
Nama Tindakan Nilai

Memberi salam/menyapa klien 3

Memperkenalkan diri 2

Menjelaskan tujuan 3

Meminta ijin pada anak dan orang tua 2

Mengisi identitas anak 5

Memeriksa tanda bahaya umum 6

Anamnesa dan periksa terkait batuk/kesulitan bernafas 6

Anamnea dan periksa terkait diare 6

Anamnesa dan periksa kondisi demam 6

Anamnesa dan periksa masalah telinga 6


Memeriksa status gizi dan anemia 6

Memeriksa status imunisasi anak 6

Memeriksa pemberian vitamin A 6

Memeriksa masalah keluhan lain 6

Mendokumentasikan dan mengklasifikasikan hasil 6


Melakukan evaluasi 4
Menyampaikan rencana tindak lanjut 5
Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 3
Ketenangan 5
Melakukan komunikasi terpeutik 5
Menjaga keamanan pasien 3
Total 100

56
MODUL 7
PENGISIAN KMS

A. Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pembuatan pengisian KMS
dengan baik
B. Indikator Kompetensi :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pengisian KMS
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukannya pengisian KMS
3. Mahasiswa mampu menjelaskan alat dan bahan untuk melakukan
pengisian KMS.
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengisian KMS dengan baik dan
benar
C. Teori
1. Definisi
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan
dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu
balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter.
2. Manfaat
a. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balitasecara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan anak pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
b. Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak.
57
c. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
d. KMS - Balita dapat berguna, apabila memperhatikan hal-hal sbb :
i. Penimbangan dan deteksi tumbuh kembang balita dilakukan setiap
bulan
ii. Semua kolom isian diiisi dengan benar
iii. Semua keadaan kesehatan dan gizi anak dicatat
iv. Orang tua selalu memperhatikan catatan dalam KMS-Balita
v. Kader dan petugas kesehatan selalu memperhatikan hasil
penimbangan
vi. Setiap ada gangguan pertumbuhan anak, dicari penyebabnya
dandilakukan tindakan yang sesuai.
vii. Penyuluhan gizi dalam bentuk konseling dilakukan setiap kali
anak selesai ditimbang dan hasil penimbangannya dicatat dalam KMS
viii. KMS - Balita disimpan oleh ibu balita dan selalu dibawa setiap
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan/dokter.

3. Pemantauan pertumbuhan anak


Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang,
hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS
dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini
dihubungkan dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan
anak tersebut membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang
sehat, berat badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan
sesuai dengan umurnya (Depkes RI, 2000).
a). Balita naik berat badannya bila :
 Garis pertumbuhan-nya naik mengikuti salah satu pita warna ,atau
 Garis pertumbuhan-nya naik pindah ke pita warna diatasnya
b). Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhan-nya turun, atau
58
Garis pertumbuhan-nya mendatar, atau
Garis pertumbuhan-nya naik, tetapi pindah ke pita warna dibawahnya

c). Berat badan balita dibawah garis merah :


Artinya pertumbuhan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus, sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
d). Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya balita
mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung dirujuk ke
Puskesmas/ Rumah Sakit.
e). Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna
atau pindah ke pita warna diatasnya.

4. Cara pengisian KMS


Selain terdapat grafik pertumbuhan dan pesan-pesan penyuluhan, dalam KMS
balita terdapat juga kolom-kolom yang harus diisi yaitu tentang identitas anak,
imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, kondisi infeksi/infestasi
cacing/ISPA/Anemia/TBC paru/penyakit lain, pemberian ASI-eksklusif, MP-ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas.
 Pada penimbangan pertama
Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom pada KMS
yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih dahulu, sesuai
dengan Langkah pertama, Langkah kedua, dan Langkah ketiga.
Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran. Pada halaman
muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai
dengan nomor registrasi yang ada di posyandu.
Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam
KMS Balita
1. Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar

59
2. Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak didaftar
pertama kali.

3. Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman depan
KMS

4. Kolom "Laki-laki" diisi tanda apabila anak tersebut laki-laki dan


demikian pula bila perempuan.

5. Kolom "anak yang ke" diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).

6. Kolom “Tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak. *)

7. Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan berat badan
anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat Badan Lahir" ini
kemudian dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan "0".

8. Kolom "Nama ayah" dan "Nama Ibu" beserta pekerjaannya diisi nama dan
pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.

9. Kolom "alamat" diisi alamat anak menetap.

Catatan *)

Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut

Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak sesuai
jawaban ibu

Bila ibu ingat bulan Hijriah/Jawa, perkirakan bulan nasional / masehi-nya dan
catat.

Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak (dalam
bulan), kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat.

60
Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir.
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua
kolom bulan secara berurutan

Misalnya : Bulan lahir anak Agustus 2000, maka cantumkan bulan Agustus 2000
di kolom tersebut. Kemudian isi semua kolom bulan
September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya.

Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-Balita.


Setelah anak ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu garis tegak
(sesuai dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat
badan).

Contoh : Rudi dalam penimbangan bulan Mei 2000 berat badannya 7,5 kg. Karena
baru satu kali ditimbang, maka hanya ada satu titik berat
badan dan tidak bisa dibuat.

Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya.

Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat mem-pengaruhi
kesehatannya, pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan
bersangkutan.
Misal :
Anak tidak mau makan
Anak sakit panas
Anak diare
Anak diberi nasi tim
Ibu meninggal
Ayah di-PHK
Anak dikirim ke Puskesmas
Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi.

Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi
diberikan (lihat contoh disamping)
61
Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi

Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal


pemberian kapsul vitamin A yang diberikan kepada bayi 6-11
bulan (warna biru) dan anak 12-59 bulan (warna merah) pada
setiap bulan Februari dan Agustus.

Langkah kedelapan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI Ekslusif

Pada pemnimbangan kedua dan seterusnya


1. Lakukan langkah keempat
Jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini
dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak antara penimbangan
bulan ini dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu bulan, maka titik berat
badan bulan ini tidak dapat dihubungkan dengan titik berat badan sebelumnya.

2. Lakukan langkah kelima

Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan
bersangkutan.

Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam.


Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A(Februari atau
Agustus), maka jika anak diberi kapsul vitamin A,
lakukan langkah ketujuh.
Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkahkedelapan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 1996. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)


Balita bagi petugas kesehatan. Jakarta
2. Departemen Kesehatan RI. 1999. Kartu Menuju Sehat (KMS). Jakarta

.
62
INSTRUMEN PENILAIAN PENGISIAN KMS

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 3
4 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
B FASE KERJA (kunjungan pertama)
1 Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran 5
2 Mengisi kolom identitas 8

3 Mengisi kolom bulan lahir 5


4 Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-Balita 10
Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan
5 lain 8
6 Mengisi kolom pemberian imunisasi 8
7 Mengisi kolom pemberian kapsum vit A dosis tinggi 8
8 Mengisi kolom periode pemberian ASI eksklusif 8
9 Mendokumentasikan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 4
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 5
3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 4
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 5
2 Melakukan komunikasi terpeutik 5
3 Menjaga keamanan pasien 3
TOTAL 100

63
MODUL 8
KOMUNIKASI PADA ANAK

Komunikasi Terapeutik pada Anak

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan secara


sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik pada anak adalahkomunikasi yang dilakukan
antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara
lain :
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non
verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan
maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi.
Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau
cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala
pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi
sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain.
Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada
akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang
spesifik antara dua atau tiga kata.
64
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi
yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non
verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong,
memangku, dan lain-lain.

2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-
300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti
mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut
sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi,
kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa
bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini
anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak
mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan

65
cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan
fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)


Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang
besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan
kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak
sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap
masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau
mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)


Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering
kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam
komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang
lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa
peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang
dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa
transisi dalam bersikap dewasa.

66
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak
Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi
terapeutik pada anak adalah :
a. Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
2.3 Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan
ini sangat meliputi tahap awal ( pra interaksi ), tahap perkenalan atau
orientasi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.
a. Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah
mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada,
mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam
saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan apa yang ada
pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini
ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana
apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b. Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan
senyum pada klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif),
mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau
pemeriksaan ang lain, memperkenalkan nama kita denga tujuan agar selalu
ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannnya, menanyakan nama
panggilan kesukaan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi
dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien,

67
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan menjelaskan
kerahasiaan.
c. Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kia lakukan adalah memberi
kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang
hal-hal yang kurangdimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan
utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan
sesuai dengan rencana.
d. Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita
lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan
hasil, memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak lanjut dengan
klien, melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan mengakhiri
wawancara dengan cara yang baik.

2.5 Teknik – Teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak


Seperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang
unik, dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak
dibutuhkan teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung
dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.

Teknik Verbal
a. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta
hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
e. Bercerita

68
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.
f. Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh
dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada
anak.
g. Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah
yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.
h. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan
perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
i. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan
atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa
situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak.
j. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih
dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.

69
Teknik Non Verbal
Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak
seperti :
a. Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak,
remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat
dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta
untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak lebih riil dan
nyata.
b. Menggambar
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga
melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar
adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya.
c. Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk
mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play
sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah
sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/
perawatan.

Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada


umumnya, sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien anak, antara lain : (Mundakir, 2005)
1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara
yang rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang
ditanyakan oleh perawat.
2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih menyukai
aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang
bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi
atau medis.

70
3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak
yang aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata
saat mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali
melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol
perilakunya.
5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam


menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau tindakan
keperawatan.

2.6 Teknik yang Kurang Tepat Dilakukan dalam Komunikasi Terapeutik pada
Anak
Hal- hal yang kurang berkenan dilakukan dalam komunikasi terapeutik
pada anak, seperti :
1. Mengabaikan keterangan anak
Saat melakukan komunikasi pada anak seorang perawat hendaknya
selalu mendengarkan segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari
sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan seorang perawat mampu
mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak.
2. Besikap emosional
Dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang
dan sabar dalam mendengarkan segala keterangan yang disampaikan anak.
Hindari bersikap emosional karena seorang anak akan enggan untuk
menyampaikan masalahnya.
3. Pembicaraan satu arah
Hindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik
pada anak karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam,
mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan memberikan

71
kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak menjadi
lebih terbuka kepada kita.
4. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubi
Saat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi
karena hal itu akan membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak
berkomunikasi pada tahap selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan
yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga mendapatkan
respon.
5. Menyudutkan anak
Hindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan
membuat anak kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak
apa adanya. Apapun yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan
selalu mendengarkan segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita
sebagai temannya.

Dalami, Ermawati., dkk. 2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta:


Trans Info Media.
Zen, Pribadi. 2013. Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: D-Medika.

72
MODUL 9
KESEHATAN GIGI PADA ANAK

1. Pengertian Gigi Sehat

Gigi sehat yaitu gigi yang bersih tak ada plak apa lagi karang gigi, tak ada keluhan

sakit atau ngilu, dan tidak terdapat adanya tanda karies gigi.
2. Pengertian Menggosok Gigi

Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi.
3. Manfaat Menggosok Gigi

a) Gigi menjadi bersih dan sehat.

b) Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi dan penyakit

lainnya.

c) Memberikan perasaan segar dalam mulut.

d) Mencegah bau nafas tidak sedap.

4. Waktu Menggosok Gigi

a. Sesudah makan pagi (sarapan)

Gambar Menggosok Gigi

b. Sebelum tidur

73
5. Cara Merawat Gigi, Gusi dan Mulut agar Tetap Bersih danSehat

a. Makanlah makananyang bergizi (Empat sehat lima sempurna).

b. Batasi makanan dan minumanyang mengandung karbohidrat (gula) seperti: es


krim, permen, coklat dsb. Kandungan gula inilah yang menyebabkan gigi
cepat keropos. Demikian juga dengan makanan-makanan yang lengket, dan
tak perlu proses pengunyahan yang cukup, seperti fast food, yang membuat
plak gigi mudah terbentuk.

c. Sikat gigi setiap hari pada pagi hari sesudah sarapan dan sesudah makan
malam/ sebelum tidur dengan cara yang baik dan benar.

d. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor terbukti bisa
menurunkan angka kejadian karies gigi.

e. Melakukan pemeriksaan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali,


supaya kalau ada gigi yang mulai bermasalah/berlubang dapat segera
ditangani sebelum terlanjur menjadi besar (deteksi dini). Hendaknya dipahami
bahwa sekali gigi mulai berlubang, karies ini tidak bisa mengecil lagi tetapi
secara pelan tapi pasti akan membesar terus.

6. Cara Menyikat Gigi


A) Persiapan Alat dan Bahan
 1 buah sikat gigi
 Gelas atau cangkir berisi air
 Pasta gigi
 Lap dan handuk kering
B) Cara Kerja
a. Cuci tangan.
b. Ambil dan dekatkan peralatan.
c. Keluarkan isi pasta gigi penuh dan merata pada permukaan sikat gigi.
d. Tutup kembali pasta gigi dan kembalikan pada tempatnya.

74
e. Mulailah berkumur dengan air.
f. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45 deraja
di daerah perbatasan antara gigi dengan gusi.
 Gerakkan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan
setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan
dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat
dibersihkan.
 Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.
 Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.
Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan
tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat
membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
 Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak
dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.
 Berkumur- kumur sampai mulut terasa bersih.
 Lap / keringkan mulut dengan handuk.
 Rapikan alat – alat.
C) Perhatian
 Kita harus menggunakan sikat gigi sendiri.
 Menyikat gigi jangan terlalu keras.
 Jangan sampai tertelan air bekas kumur – kumur.
 Gunakan sikat gigi yang berbulu lembut.
D) Tips Merawat Gigi
 Rutin menggosok gigi dua kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur
 Kurangi makanan manis melekat atau makanan yang mengandung
gula,seperti: cokelat, kue manis, permen,dll
 Perbanyak makan sayuran yang bererat dan buah yang mengandung banyak
air seperti: semangka, melon,dll
 Rutin memeriksakan kesehatan gigi anda minimal 6 bulan sekali ke dokter
atau ke perawat gigi di pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdekat
75
 Perbanyak minum air putih, terutama setelah makan makanan manis melekat
 Kurangi minum teh/ kopi atau minuman yang dapat menimbulkan pewarnaan
pada gigi
 Kurangi minum-minuman bersoda karena sifat asam dari minuman tersebut
dapat mengikis lapisan email gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Hockenbery , M., Rodgers C., Wilson D,. 2016. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing 10 th Edition. New York : Mosby
Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Alih bahasa: Devi
Yuliyanti. EGC: Jakarta

76
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NAMA:

NIM :

NO KOMPONEN YANG DINILAI NILAI YA TIDAK

1 PERSIAPAN

a) Pre planning lengkap dan sistematis 8

b) Media/peraga sesuai tujuan,bahasa mudah dipahami 10

c) Mempersiapkan klien, keluarga dan lingkungan 5

2 PELAKSANAAN

a) Mengucapkan salam 5

b) Mengulang kontrak 5

c) Menguasai materi dan penjelasan sistematis 15

d) Menggunakan komunikasi efektif dan terapeutik (sesuai


kondisi klien dan keluarga) 8

c) Media/peraga dan leaflet digunakan efektif 6

e) Mampu mempertahankan situasi terapeutik selama proses 6

f) Mampu memfasilitasi atas pertanyaan yang diajukan klien 6

g) Mampu mendorong klien untuk aktif selama proses 8

3 EVALUASI

a) Melakukan evaluasi (klien dan keluarga mampu menjawab


pertanyaan) 8

b) Melakukan RTL 5

c) Berpamitan dan mengucapkan salam 5

TOTAL 100

77
MODUL 10
PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK

Pendidikan seks berdasarkan usia

1. Anakku mengenali dunianya (usia 0-2 tahun)


Di usia 2 tahun, anak muali tertarik akan kelamin. Kepedulian ini dikenal
dengan sebagai identitas kelamin. Anak mulai memahami perbedaan antara
laki-laki dan perumpuan, serta dapat mengidentifikasikan dirinya dan orang
lain. Hal ini sebagai kombinasi pembelajaran yang didapat secara biologis
dan lingkungan. Di usia ini pula, mulai menghubungkan perilaku tertentu
dengan jenis kelamin, yang disebut dengan aturan kelamin. Seperti sifat
maskulin dan feminim.
Pendidikan seks mulai diberiakn pada anak baduta ( bawah dua tahun), ketika
anak sudah bisa berjalan, anak diajarkan membuang air. Bagi perumpuan,
membuang air dengan cara jongkok atau duduk dikloset duduk. Tetapi bagi
anak laki-laki diajarkan buang air sambil berdiri baik di kloset duduk maupun
kloset duduk. Setelah buang air anak diajarkan untuk cebok agar bersih dan
sehat. Anak laki-laki diberikan baju selayaknya anak laki-laki, begitu pula
dengan anak perumpuan. Maka saat itu, mengajarkan anak laki-laki
berprilaku sebagai anak laki-laki yang berbeda dengan anak perumpuan.
2. Merasa, meraba, dan belajar berbeda ( usia 3-6 tahun)
Anak di usia 3-6 tahun berada pada masa pra-operasional. Anak biasa diajak
memahami sesuatu lewat stimulus, imajinasi, serta mengelompokkan warna,
benda, maupun ukuran. Untuk itu, perlu memahami apa saja yang bisa yang
dicerna dan ditangkap anak untuk memberikan pendidikan yang benar sesuai
perkembangam emosi dan mentalnya. Kenalkan terhadap organ pribadinya
dengan nama yang sebenarnya, kenalkan sentuhan boleh dan tidak boleh serta
78
bagaimana berespon terhadap adanya sentuhan yang tidak tepat. Pada usia ini,
kebanyakan anaka-anak lebih memahami dan melanjutkan eksplorasi tubuh
anak untuk teujuan tertentu. Bukan ide yang baik jika orang tua memarahi
anak apalagi smapai mengeluarkan kata-kata yang kasar ketika orang tua
mendapati anak sedang menyentuh tubuhnya sendiri.
Ajarkan anak tentang privasi. Di usia ini,cobalah untuk memulai pemisahan
kamarnya. Agar anak lebih bertanggung jawab terhadap barang-barang
miliknya sendiri. Orangtua harus membiasakan anak untuk tidur sendiri, tidak
lagi bersama orangtuanya. Hal ini tentunya untuk menghindarkan
kemungkinan anak melihat tau mendengar sesuatu yang sukit dijangkau
pikiran anak.
Pertanyaan yang semakin membungungkan ( usia 7- 11 tahun)
Di usia ini, merupakan masa dimana anak-anak mulai meninggalkan sikap
egosentrisnya. Anak tidak lagi bersikap pelit terhadap apa yang dimilikinya.
Anak mulai bermain bersma secara berkelompok dan mudah menjalin kerja
sama. Pada usia ini rasa keingintauan tentang aspek seksual mulai muncul.
Sering ada pertanyaan berkaitan dengan organ reproduksinya dan
membandingkan dengan orang lain. Anak mulai berlajar bersosialisai
sehingga memerlukan bimbingan untuk mengendalikan emosinya terutama
eksplorasi terhadap anggota tubuhnya.
Orangtua berperan dalam mengarahkan kegitan yang lebih memperjelas
identitas jenis kelaminnya. Perumpuan lebih menyukai kegitan ibunya
sementara anak laki-laki menyukai kegiatan ayahnya.namun tak jarang anak
perumupuan memiliki sifat tomboy sementara anak laki-laki cenderung
cengeng. Biarkan anak tumbuh berdasarkan sifat dasar yang dimilikinya.
Pra pubertas: peralihann masa kanak-kanak remaja (usia 12-13 tahun) fase
pra pubertas disebut juga sebagai masa pueral. Masa dimana terjadi peralihan
dari kanak-kanakke remaja. Pada. anak perumpuan terlihat lebih cepat dewasa
dalam menanggapi perubahannya, bahkan tak jarang anak perumpuan
menganggap anak laki-laki seusianya masih bersikap seperti anak-anak. Pada
masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatkan
79
hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta
organ-organ reproduksi remaja. Secara fisik, anak perumpuan
berkembangdengan lebih cepat. Mareka mangalami menstrurasi, pembesaran
payudara.timbulnya jerawat, serta pelebaran pingang dalam. Waktu yang
singkat. semantara laki-laki tumbuh secara brtahap. Dimulai dari mimpi
basah, tumbuh jankun, pecahnya suara dan bertambahan tinggi badan secara
pesat.semua terjadi dalam waktu bertahun- tahun.
Masa Puber yang Mencemaskan (Usia 14-15)
Masa puber memang menjadi masa yang membingungkan tak hanya bagi
anak yang mengalaminya. Orangtua pun sering merasa kesulitan untuk
menghadapi anaknya yang tengah puber.Pada masa ini, emosi remaja menjadi
sangat labil akibat perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu
pesat. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang
pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan datangnyamimpi basah
yang pertama.Di samping itu, remaja mulaimengerti tentang
gengsi,penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka
ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya,
remaja sukar diselami perasaannya. Jangan biarkan anak anda menghadapi
kegelisahan itu sendirian. Bantulah dia menghadapi masa-masa sulitnya
dengan bersikap terbuka terhadap pertanyaan anak seputar
tubuh,bayi,cinta,seks,perubahan tubuh. Anda harus menjadi sumber informasi
yang tepat untuknya atau bawalah dia ke ahli yang dapat dipercaya atau
sediakan buku-buku yang berisi informasi tersebut. Pastikan anak mendapat
informasi yang benar.
Para Remaja: Bertanggungjawablah pada Masa Depanmu ( 16-19 tahun )
Masa remaja atau masa adolesens adalah suatu fase tumbuh kembang yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik,mental,emosional, dan sosial. Tercapainya
tumbuh kembang remaja yang optimal tergantung potensi biologiknya.
Tingkat tercapainya potensi biologic seorang remaja merupakan hasil
80
interaksi faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Masih terdapat
berbagai pendapat tentang umur kronologis berapa seorang anak dikatakan
remaja. Menurut WHO, remaja adalah bila anak telah mencapai umur 10-19
tahun. Menurut undang-undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan
anak,remaja adalah individu yang belum mecapai umur 21 tahun dan belum
menikah. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja bila
telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal sendiri.
Cara jitu mengenalkan seks pada anak
1. Gunakan istilah-istilah yang tepat pada saat anak bertanya
Gunakan istilahyang sebenarnya . jangan diganti dengan bahasa atau
istilah yang lain yang justru akan membinggungkan anak misalnya adik
dibuat dari tepung gandum. Jadi istilah seperti sel telur atau air mani dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan dari sianak.
2. Ambil insiatif
Jika sampai 3 tahun anak belum pernah menayakan sesuatu yang
berhubungan langsung dengan seks. Maka segera bertanya kepada anak
sejauh mana yang telah diketahuinya.jangan timbul pikiran-pikiran negatif
dan jangankan biarkan anak berkreasi sendiri dengan pikiran mareka.
3. Jelaskan dengan jelas sesuai kebutuhan
Jawab pertanyaan anak dengan jelas, singkat dan padat
4. Jangan ada yang ditutup-tutupi
Jawablah dengan jujur setiap pertanyaan anak. Jangan sangka dan jangan
menganggap pertanyan anak adalah pertanyaan tabu.
5. Lakukan sedini mungkin
Jangan tunda pendidikan seks bagi anak, terutama bagi anak yang sudah
terekspos dengan media informasi yang ada. Jelaskan bagian tubuh anak,
dan jelaskan pula pada anak bahwa anak tidak boleh melepas bajunya
didepan orang lain dan jangan biarka orang lain menyentuh dan merabah
bagian tubuh anak. Terangkanlah dengan bahasa yang sederhana apa yang
oleh dan tidak hingga anak jelas dan mengerti.
81
6. Jadilah pendengar yang baik
Dengarkan lah komentar dan ocehan si anak dengan sabar dan jelakan
semua yang ingin anak ketahui

DAFTAR PUSTAKA

Andika,Alya. 2010. Berbicara Seks Bersama Anak. Jogyakarta; Pustaka Anggrek.

Andika,Alya. 2010. Ibu, Dari Mana Aku Lahir? Cara Cerdas Mendidik Anak
Tentang Seks. Yogyakarta; Pustaka Grhatama

Chomaria,Nurul. 2012.Pendidikan Seks Untuk Anak. Solo; Aqwan

82
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NAMA:

NIM :

NO KOMPONEN YANG DINILAI NILAI YA TIDAK

1 PERSIAPAN

a) Pre planning lengkap dan sistematis 8

b) Media/peraga sesuai tujuan,bahasa mudah dipahami 10

c) Mempersiapkan klien, keluarga dan lingkungan 5

2 PELAKSANAAN

a) Mengucapkan salam 5

b) Mengulang kontrak 5

c) Menguasai materi dan penjelasan sistematis 15

d) Menggunakan komunikasi efektif dan terapeutik (sesuai


kondisi klien dan keluarga) 8

c) Media/peraga dan leaflet digunakan efektif 6

e) Mampu mempertahankan situasi terapeutik selama proses 6

f) Mampu memfasilitasi atas pertanyaan yang diajukan klien 6

g) Mampu mendorong klien untuk aktif selama proses 8

3 EVALUASI

a) Melakukan evaluasi (klien dan keluarga mampu menjawab


pertanyaan) 8

b) Melakukan RTL 5

c) Berpamitan dan mengucapkan salam 5

TOTAL 100

83
MODUL 11
NUTRISI PADA ANAK

A. Pengertian Pola Makan


Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau
usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang
dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau
usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud
tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola
makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap
harinya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan
seseorang, antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial
ekonomi, personal preference ( rasa suka atau tidak suka), rasa lapar, nafsu
makan, rasa kenyang, dan kesehatan.
B. Nutrisi Bagi Neonates
Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi bila
dinyatakan dalam satuan berat badan karena bayi sedang ada dalam
periode pertumbuhan yang sangat pesat. Kebutuhan bayi akan energi
adalah 100-110 kal/kg berat badan sehari dan kebutuhannya akan protein
adalah 3-4 gram/kg berat badan sehari. Bayi mulai disusukan sedini
mungkin, langsung setelah lahir. Waktu dan lama menyusui disesuaikan
dengan kebutuhan bayi (on demand) untuk pertumbuhan tulang kerangka,
kebutuhan kalsium (Ca) dan posfor (P) harus sangat diperhatikan. Di
daerah tropik, kebutuhan vitamin D bagi pertumbuhan bayi tidak
merupakan persoalan, asal bayi tersebut cukup terkena sinar matahari
tersebut.
Ketika dilahirkan, bayi tidak cukup dibekali cadangan vitamin A
dan vitamin K sehingga harus diberi vitamin ini sejak umur dini postnatal.
Juga unsur Fe termasuk yang cepat menyusut pada neonatus. Usus

84
neonatus masih steril tidak mengandung flora, sampai mengkonsumsi
makanan (ASI) pertama dari luar. Flora usus ini sanggup mensintesa
berbagai vitamin B-kompleks dan vitamin K. Terutama vitamin K harus
diberikan pada neonatus, untuk menghindarkan hemorrhagia
neonatorum karena kekurangan vitamin K tersebut. Sudah jadi prosedur
standar di banyak rumah sakit untuk memberikan suntikan depot vitamin
K pada anak yang baru lahir, sebagai tindakan profilaksis.
Makanan bayi yang alamiah adalah ASI (Air Susu Ibu). Tidaklah
benar kalau ada yang mengadvertensikan susu kaleng cair maupun bubuk
sama baiknya dengan ASI. Salah satu sifat yang tidak pernah akan terdapat
pada susu kaleng ialah adanya kandunganimmunoglobulin yang memberi
daya tahan (pertahanan tubuh) kepada bayi, berasal dari tubuh ibunya.
Sampai umur enam bulan bayi cukup diberikan ASI dapat pula ditambah
suplemen sari buah sejak 1- 1,5 bulan postnatal. Di Indonesia di anjurkan
untuk memberikan ASI kepada anak sampai umur sekitar 2 tahun.
ASI dianjurkan untuk bayi karena :
1. Nilai, komponen yang terkandung didalamnya sangat sesuai untuk
bayi.
2. Mengandung antibody, yaitu kolostrum.
3. Kebutuhan psikologis dapat dipenuhi
4. Praktis, selalu segar dan ekonomis.
Nilai Gizi ASI :
1. Protein
2. Karbohidrat
3. Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
Zat-zat kekebalan ASI :

Macam Khasiat
Immunoglobulin – melindungi dari infeksi

85
Zat anti stapilococcus – menghambat pertumbuhan Stapilococcus
Lysosime – menghancurkan dinding sel bakteri
Lactoperondase – membunuh streptococcus
Lactoperin – membunuh beberapa jenis organisme
Sel darah putih – membuat C3 dan C4 , lactoperin Ig. D
C. Nutrisi Bagi Infant
Makanan pendamping ASI diberikan setelah bayi lulus ASI
eksklusif. MP ASI diberikan dengan tekstur yang halus terlebih dahulu,
secara bertahap jumlah dan teksturnya. Pemberian ASI diberikan dengan
memperrhatikan komposisi gizi seimbang. Untuk mensiasati adanya alergi
maka pemberian makanan yang sama diberikan selama kurang lebih 4 hari
terlebih dahulu. Pada bayi umur 8 – 12 bulan bubur susu sudah dapat
diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu, pada pagi hari sebagai makan
pagi, misalnya jam 09.00, pada siang hari sebagai makan siang sekitar jam
13.00 dan pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 – 18.00.
Pengaturan makan bayi yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah
kelancaran pengaturan makan pada usia selanjutnya. Masa infant perlu
dihindari tambahan pangan untuk menunjukkan rasa asli makanan. Pada
akhir masa bayi telah dibiasakan bayi menerima makanan 3 kali sehari,
yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang), dan sore atau
malam (makan malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali
sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan tersendiri setelah
dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama – sama
dengan nasi tim.

D. Nutrisi Bagi Toddler


Karakteristik terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak usia
toddler :
1. Anak sukar atau kurang mau makan.
2. Nafsu makan anak sering kali berubah yang mungkin pada hari ini
makannya cukup banyak dan pada hari berikutnya makannya sedikit.

86
3. Biasanya anak menyukai jenis makanan tertentu.
4. Anak cepat bosan dan tidak tahan makan sambil duduk dalam waktu
lama.
 Kebutuhan Nutrisi
a. Kecepatan pertumbuhan berkurang secara dramatis sehingga
kebutuhan anak usia ini terhadap kalori, protein dan cairan menurun.
b. Kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB/hari & Kebutuhan protein 1,2
gr/kgBB/hari.
c. Pemberian susu tidak lebih dari 1 liter / hari untuk membantu
menjamin asupan makanan yang kaya zat besi. Pemeriksaan
hematokrit harus dilakuakn untuk screening anemia.
d. Anak toddler dengan diet vegetarian tidak menerima protein yang
cukup, harus dirujuk ke ahli gizi.
 Pola dan pilihan makanan
a. Pada usia 12 bulan, kebanyakan toddler makan makanan keluarga.
b. Pada usia 18 bulan, sebagaian besar toddler mengalami anoreksi
fisiologis dan menjadi pemilih dalam hal makanan,menginginkan
suatu makanan tertentu, mkan dalam jumlah besar di suatu hari dan
sangat sedikit di hari berikutnya.
c. Toddler memilih makanan sendiri dan lebih menyukai makanan dalam
porsi kecil (makanan yang enak dan mengundang selera).
d. Toddler lebih menyukai satu jenis makanan dalam piring daripada
makanan yang dicampur.
e. Orangtua harus menanjurkan penggunaan alat makan tetapi menyadari
bahwa toddler lebih menyukai mengunakan tangan.

E. Nutrisi Bagi Pra Sekolah


Karakteristik yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu
diperhatikan pada anak Prasekolah adalah sebagai berikut :
87
a. Nafsu makan berkurang.
b. Anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman atau
lingkungannya dari pada makan.
c. Anak mulai senang mencoba jenis makanan baru.
d. Waktu makan merupakan kesempatan yang baik bagi anak untuk
belajar dan bersosialisasi dengan keluarga.

Kebutuhan Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi pada usia ini hampir sama dengan toddler meskipun
kebtuhan kalori menurun sampai 90 kkal/kgBB/hari & kebutuhan
protein tetap 1,2 gr/kgBB/hari.
b. Kebutuhan cairan 100 ml/kgBB/hari, bergantung pada tingkat
aktivitas anak.
 Pola dan Pilihan Makanan
a. Pada usia anak mungkin menolak sayuran, makanan kombinasi dan
hati.
b. Makanan yang disukai anatara lain sereal, daging, kentang, buah-
buahan dan permen.
c. Banyak anak pada usia ini yang tidak dapt diam atau cerewet selama
makan dengan keluarga dan dapat tetap berjuang dengan penggunaan
peralatan makan.
d. Kebiasaan orang lain mempengaruhi anak usia 5 tahun.
F. Nutrisi Pada Usia Sekolah
Pertumbuhan anak tidak banyak mengalami perubahan yang
berarti, sehingga kebutuhan kalori anak usia sekolah adalah 85 kkal/kg
berat badan. Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi
yang lebih baik daripada kelompok Balita, karena kelompok umur sekolah
ini sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang
dilakukan oleh pemerintah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
maupun oleh kelompok swasta berupa program suplementasi makanan
tambahan di sekolah atau Program Makan Siang Sekolah (School Lunch

88
Program). Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak
sekolah yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang kurang,
anemia defisiensi Fe, defisiensi vitamin C, dan di daerah-daerah tertentu
juga defisiensi Iodium. Keluhan yang banyak disuarakan oleh kaum ibu
mengenai kelompok umur sekolah ini bahwa mereka kurang nafsu makan,
sehingga sulit sekali disuruh makan yang cukup dan teratur. Sebenarnya
kelompok anak sekolah ini merupakan kelompok yang mudah menerima
upaya pendidikan gizi melalui sekolahnya, dan dapat dipergunakan untuk
mempengaruhi pendapat keluarga mengenai hal ini. Beberapa karakteristik
yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang perlu diperhatikan
pada anak usia sekolah adalah sebagai berikut :
a. Anak dapat mengatur pola makannya sendiri.

b. Adanya pengaruh teman atau jajanan di lingkungan sekolah dan di


lingkungan luar rumah serta adanya reklame atau iklan makanan
tertentu di televisi yang dapat mempengaruhi pola makan atau
keinginannya untuk mencoba makanan yang belum dikenalnya.

c. Kebiasaan menyukai satu makanan tertentu berangsur – angsur


hilang.

d. Pengaruh aktivitas beramain dapat menyeababkan keinginan yang


lebih besar pada aktivitas bermain dari pada makan.
Kebutuhan Nutrisi
1. Kebutuhan kalori harian pada usia ini menurun berhubungan
dengan ukuran tubuh. Anak usia sekolah membutuhkan rata-rata 2400
kalori / hari.
2. Pengasuh / orangtua harus tetap menekankan kebutuhan terhadap
diet seimbang sesuai dengan piramida makanan : tubuh menyimpan
cadangan makanan sebagai sumber kebutuhan pertumbuhan yang
meningkat saat remaja.
Pola dan Pilihan Makanan

89
1. Anak terpajan dengan pengalaman makan yang lebih luas di kantin
sekolah, anak mungkin tetap memilih-milih dalam hal makanan tetapi
harus lebih mempunyai kemauan untuk mencoba makanan-makanan baru.
2. Di rumah anak harus makan apa yang keluarga makan. Pola makan
anak dapat mencerminkan budaya keluarga.
3. Banyak anak pada usia ini yang tidak menyukai sayuran, hati dan
makanan pedas.
4. Anggota keluarga memainkan peranan penting dalam
mempengaruhi pilihan anak terhadap makanan, namun teman sebaya dan
media juga berpengaruh.

G. Nutrisi Pada Remaja


Kelompok umur remaja juga menunjukkan fase pertumbuhan yang
pesat, yang disebut “adolescense growth spurt”, sehingga memerlukan
zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Pada remaja laki-laki kegiatan
jasmani sangat, karena biasanya pada umur inilah perhatian untuk sport
sedang tinggi-tingginya, seperti atletik, mendaki gunung, sepak bola,
hiking dan sebagainya. Bila konsumsi berbagai zat gizi tidak ditingkatkan,
mungkin terjadi defisiensi relatif terutama defisiensi vitamin-vitamin. Pada
remaja perempuan mulai terjadi menarche dan menses disertai
pembuangan sejumlah Fe. Remaja putri kelompok ini sangat sadar akan
bentuk badannya, sehingga banyak yang membatasi konsumsi
makanannya. Bahkan banyak yang berdiit tanpa pengawasan atau nasihat
seorang ahli kesehatan dan gizi. Penyuluhan dan bimbingan gizi yang
benar dan jelas sangat diperlukan oleh golongan remaja ini.
Pola dan pilihan makanan
1. Remaja biasanya makan ketika mereka memiliki waktu luang di
antara aktivitas mereka, makanan siap saji yang bergizi membantu
mempertahankan diet yang seimbang.
90
2. Mempertahan kualitas dan kuantitas asupan harian yang adekuat
mungkin sulit karena beberapa faktor seperti jadwal yang sibuk, pengaruh
teman sebaya dan kemudahan mendapatkan makanan cepat saji berlemak
tanpa kalori.
3. Pola makan keluarga terbentuk selama masa sekolah dan tetap
berlanjut mempengaruhi pilihan remaja terhadap makanan.
4. Remaja perempuan sangat rentan terhadap prilaku makan yang
negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Hockenbery , M., Rodgers C., Wilson D,. 2016. Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing 10 th Edition. New York : Mosby
Kyle T & Carman S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Alih bahasa: Devi
Yuliyanti. EGC: Jakarta

91
FORMAT PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

NAMA:

NIM :

NO KOMPONEN YANG DINILAI NILAI YA TIDAK

1 PERSIAPAN

a) Pre planning lengkap dan sistematis 8

b) Media/peraga sesuai tujuan,bahasa mudah dipahami 10

c) Mempersiapkan klien, keluarga dan lingkungan 5

2 PELAKSANAAN

a) Mengucapkan salam 5

b) Mengulang kontrak 5

c) Menguasai materi dan penjelasan sistematis 15

d) Menggunakan komunikasi efektif dan terapeutik (sesuai


kondisi klien dan keluarga) 8

c) Media/peraga dan leaflet digunakan efektif 6

e) Mampu mempertahankan situasi terapeutik selama proses 6

f) Mampu memfasilitasi atas pertanyaan yang diajukan klien 6

g) Mampu mendorong klien untuk aktif selama proses 8

3 EVALUASI

a) Melakukan evaluasi (klien dan keluarga mampu menjawab


pertanyaan) 8

b) Melakukan RTL 5

c) Berpamitan dan mengucapkan salam 5

TOTAL 100

92
MODUL 12
HIEMLICH MANUVER

MANUVER HEIMLICH

Tersedak merupakan kondisi gawat darurat yang harus cepat


ditangani. Bila dibiarkan teralu lama tubuh bisa mengalami kurang oksigen
(hipoksia) dan dapat mengakibatkan kematian (kalcare, 2014).Tersedak
dapat terajdi pada anak dan bayi berbagai jenis benda yang dpaat
mengakibatkan anak dan bayi tersedak yaitu makanan, minuman, permen,
buah maidan dan lain-lain (jones dan Bartllet, 2007)

Menurut World Health Organization (WHO) SEKITAR 17537 anak-


anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karean tersedak,
sebesar (59,5%) berhubungan denagn makanan (31,4%) tersedak karena
benda asing dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui (Committee
oninjury, 2010).

Di Indonesia sendiri belum ada data maupun riset tentang tersedak


pada nak dan bayi, namun kejadian-kejadian tersedak diindonesia teralh
banyak terjadi terutama kejadian tersedak pada bayi diantaranya terjadi pada
28 Maret 2015 di Bali, bayi berusia 6 bulan meninggal setelah diberikan
susu, dari hasil pemeriksaan diketahui bayi tersebut meninggak diakibatkan
oleh tersedak susu (Edi Suwiknyo, 2015). Tersdak pada bayi bisa terjadi
saat menyusui baik ASI maupun susu formula, hal ini bisa terjadi karena
posisi pemberian yang kurang tepat. Selain itu juga bayi dibawah umu 6
bulan rentan tersdak karena dipenagruhi beberapa faktor salah satunya
reflek menelan.
Tersedak atau tersumbatnya saluran napas dengan benda asing
dapat menjadi penyebab kematian. Biasanya saat seseorang mengalami
93
tersedak, orang lain dapat membantu saat korban masih sadar. Penanganan
yang dilakukan biasanya berhasil dan tingkat kelangsungan hidupdapat
mencapai 95%.
Pada orang dewasa, tersedak paling sering terjadi ketika makanan
tidak dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara atau tertawa. Pada
anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya makanan dengan
sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu, anak-anak
juga sering memasukkan benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya.
Karena pengenalan tanda-tanda tersedak merupakan kunci dari
keberhasilan penanganan, penting bagi kita untuk dapat membedakan
tersedak dengan pingsan, serangan jantung, kejang, atau keadaan-keadaan
lain yang juga dapat menyebabkan kesulitan bernapas tiba-tiba, kebiruan,
dan hilang kesadaran.
Benda asing dapat menyebabkan penyumbatan yang ringan atau berat.
Penyelamat harus segera melakukan penanganan jika korban tersedak
menunjukkan tanda-tanda penyumbatan yang berat yaitu tanda-tanda
pertukaran udara yang buruk dan kesulitan bernapas, antara lain batuk tanpa

suara, kebiruan, dan ketidakmampuan untuk berbicara atau bernapas.1 Korban

dapat sambil memegang atau mencengkeram lehernya. Hal itu merupakan


tanda umum dari tersedak. Segera tanyakan, “Apa anda tersedak?” Jika korban
mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernapas, ini dapat
menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang ringan. Jika
korban mengiyakan dengan menganggukkan kepalanya tanpa berbicara, ini

dapat menunjukkan korban mengalami sumbatan saluran napas yang berat.3

Pada bayi yang tersedak, harus diperhatikan apakah ada perubahan sikap bayi
tersebut karena mereka belum bisa melakukan tanda umum tersedak.
Perubahan yang mungkin terlihat adalah kesulitan bernapas, batuk yang

lemah, dan suara tangisan lemah.1

94
Ketika yang ditemukan adalah tanda-tanda penyumbatan ringan
dan korban dapat batuk, jangan menghalangi proses batuk dan usaha
bernapas spontan dari korban. Jika batuk pada korban menjadi tanpa
suara, kesulitan bernapas meningkat, dan disertai suara napas tidak biasa
pada korban, atau jika korban menjadi tidak sadarkan diri yang merupakan
tanda-tanda penyumbatan berat, segera aktivasi SPGDT. Jika terdapat
lebih dari satu penyelamat, satu penyelamat mengaktivasiSPGDT dan

satu penyelamat lagi membantu korban.1

Terdapat beberapa manuver yang terbukti efektif untuk menangani


tersedak, antara lain back blow(tepukan di punggung),abdominal
thrust(hentakan padaperut) disebut juga dengan manuver Heimlich,

danchest thrust (hentakan pada dada).1

Tepukan di punggung (back blow) dilakukan dengan


memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di punggung

(backblow)3

1. Berdiri di belakang korban den sedikit bergeser kesamping


2. Miringkan korban sedikit ke depan dan sangga dada korban dengan
salah satu tangan
3. Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas di antara tulang
belikat menggunakan tangan bagian bawah
Namun, untuk mempermudah, jika menemukan orang tersedak
disarankan untuk langsung melakukan manuver hentakan pada perut

sampai sumbatan hilang.1 Yang perlu diingat adalah manuver hentakan pada

perut hanya boleh dilakukan untuk anak berusia diatas 1 tahun dan dewasa.3

Manuver hentakan pada perut dapat membuat korban batuk yang diharapkan

cukup kuat untuk menghilangkan sumbatan pada saluran napas.1 Manuver

hentakan pada perut membuat tekanan (penekanan) pada paru-paru dan


95
memaksa udara keluar.1 Udara yang dipaksa keluar juga akan memaksa keluar

benda yang membuat korban tersedak.

Berikut cara melakukan manuver hentakan pada perut1,2:

1. Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang korban dan


letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki korban.
2. Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain menggenggam
kepalan tangan tersebut. Lingkarka tubuh korban dengan kedua lengan
kita.
3. Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban tepat di
bawah tulang dada atau di ulu hati
4. Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat untuk
membantu korban membatukkan benda yang menyumbat saluran
napasnya. Manuver ini terus diulang hingga korban dapat kembali
bernapas atau hingga korban kehilangan
Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara
perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan RJP. Setiap
saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat harus memeriksa apakah
terdapat benda asing pada mulut korban dan mengambilnya apabila

menemukannya.1,3

Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami kegemukan,


manuver hentakan pada perut mungkin tidak efektif. Pada keadaaan-

keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver hentakan pada dada.3

1. Letakkan tangan di bawah ketiak korban


2. Lingkari dada korban dengan lengan kita
3. Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah tulang dada
korban (sama seperti tempat melakukan penekanan dada pada RJP)
4. Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya dan
hentakan ke dalam dan ke atas.
Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada pada
bayi:4
96
1. Posisikan bayi menelungkup
seperti pada gambar 3 dan
lakukan tepukan di
punggungdengan menggunakan
pangkal telapak tangan sebanyak
lima kali.
2. Kemudian, dari posisi
menelungkup, telapak tangan kita
yang bebas menopang bagian
belakang kepala bayi sehingga Gambar 3. Tepukan di punggung
bayi berada di antara kedua pada anak dibawah 1 tahun2

tangan kita (tangan satu


menopang bagian belakang
kepala bayi, dan satunya
menopang mulut dan wajah bayi).
3. Lalu, balikan bayi sehingga bayi
berada pada posisi menengadah
dengan telapak tangan
yangberada di atas paha
menopang belakang kepala bayi
dan tangan lainnya bebas
seperti pada
4. Lakukan manuver hentakan pada
dada sebanyaklima kali dengan
menggunakan jari tengah
dantelunjuk tangan yang bebas di
Gambar 4. Dorongan pada dada
tempat yang samadilakukan pada anak dibawah 1 tahun2
penekanan dada saat RJP pada
bayi
5. Jika korban menjadi tidak sadar,
lakukan RJP
97
Jika penyelamat tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan,
segera aktivasi SPGDT, jangan ditunda. Penyelamat mungkin dapat
berhasil menghentikan korban tersedak sebelum bantuan datang namun
akan lebih baik jika korban ditangani oleh tenaga medis. Jika masih
terdapat benda asing pada saluran napas, tenaga medis yang datang
dapat melakukan penanganan segera dan membawa korban ke rumah
sakit untuk penanganan lebih lanjut.2

Gambar 5. Algoritma pertolongan tersedak3

Referensi:
1. Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM,
Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science Part 5:
Adult Basic Life Support. Circulation. 2010;122:S685-S705.
2. Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015
Jun 26] Available at:
http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
3. ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
4. ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.

98
INSTRUMEN PENILAIAN MANUVER HEIMLICH

99
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa Keluarga 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan Tujuan Tindakan 4
4 Menjelaskan Prosedur 2
5 Meminta ijin pada anak dan orang tua 2
6 Menyiapkan alat Penutup mata 2
B FASE KERJA
1 Cuci tangan 3
2 Memakai Handscoen 3

3 Tempatkan Bayi pada posisi aman 10


Posisikan bayi menelungkup dan lakukan tepukan di
punggungdengan menggunakan pangkal telapak tangan
4 sebanyak lima kali. 10
Posisi menelungkup, telapak tangan kita yang bebas
menopang bagian belakang kepala bayi sehingga bayi
berada di antara kedua tangan kita (tangan satu menopang
bagian belakang kepala bayi, dan satunya menopang mulut
5 dan wajah bayi). 10
balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi menengadah
dengan telapak tangan yang berada di atas paha
menopang belakang kepala bayi dan tangan lainnya
6 bebas seperti pada 10
Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP, Jika sadar
7 kasihkan kekeluarga 10

8 Lepas hands coen dan cuci tangan 5


C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 4

3 Berpamitan dan berterimakasih atas kerjasamanya 3


4 Pendokumentasian 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan 2
2 Melakukan komunikasi terpeutik 3
3 Menjaga keamanan pasien 4
4 Menjaga keamanan perawat 4
TOTAL 100

100
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Praktikum Keperawatan Anak ini dibuat,


semoga bisa memberikan manfaat dan kemudahan bagi mahasiswa dan dosen
dalam perkuliahan praktikum keperawatan anak.

101

Anda mungkin juga menyukai