Anda di halaman 1dari 19

Asuhan keperawatan

gagal nafas akut


Ns. Jufrizal, M.Kep

Duta 6
Definisi
● Gagal nafas akut merupakan kondisi dimana memburuknya
proses pertukaran gas paru yang mendadak dan mengancam
jiwa, menyebabkan retensi karbon dioksida dan oksigenisasi
yang tidak adekuat. (Morton et.al, 2011)

● Gagal nafas akut adalah ventilasi yang tidak memadai akibat


ketidakmampuan paru-paru untuk mempertahankan
oksigenasi (Williams & wilkins, 2007)
ETIOLOGI
1. Ganggaun ventilasi
2. Gangguan pertukaran gas
3. Obstruksi jalan nafas
4. Tidak normnalnya ventilasi
perfusi
(Burns, 2014)
Faktor Risiko
7. Trauma (termasuk pembedahan)

1. Perubahan sekret traceobronkus 8. Abnormalitas neuromuscular

2. Infeksi virus atau bakteri 9. Gangguan alergi

3. Obat obatan 10. Peningkatan kebutuhan O₂

4. Inhalasi atau aspirasi iritan, muntah, benda 11. Keletihan otot inspirasi
asing

5. Gangguan kardiovaskular
(Morton., et all. 2011)
6. Faktor mekanis
Patofisiologi
klasifikasi
Gagal Napas Hipoksemia Gagal Napas Hiperkapnia Gabungan Gagal Napas
Akut (Tipe I) Akut (Tipe II) Hipoksemia dan Hiperkapnia
(Tipe I dan Tipe II)
Tipe I merupakan Tipe II yaitu kegagalan
kegagalan oksigenasi atau ventilasi atau hypercapnia Tipe III adalah gabungan
hypoxaemia arteri ditandai ditandai dengan peningkatan antara kegagalan
dengan tekanan parsial O2 tekanan parsial CO2 arteri oksigenasi dan ventilasi
arteri yang rendah yang abnormal (PaCO2 > 46 ditandai dengan
mm Hg), dan diikuti secara hipoksemia dan
simultan dengan turunnya hiperkarbia penurunan
PAO2 dan PaO2, oleh karena PaO2 dan peningkatan
itu perbedaan PAO2 - PaO2 PaCO2
masih tetap tidak berubah.
● Peningkatan oksigenasi dan
Prinsip ventilasi
manajemen
gagal nafas ● Mengobati keadaan penyakit
akut yang mendasari

● Kurangi kecemasan

● Mencegah dan mengelola


komplikasi

(Burns, 2014)
komplikasi
1. Pulmonary aspiration (Aspirasi
paru)
2. Gastrointestinal (GI) Bleeding
3. Barotrauma
4. Volutrauma
(Burns, 2014)
Penatalaksanaan
 Pengenalan dini dan pengobatan penyebab yang mendasari
 Intubasi sebelum pasien kelelahan karena bernafas
 Ventilasi mekanis dengan PEEP dan FiO2 tinggi ditambahkan
jika hipoksia parah
 Pemasangan selang nasogastrik dengan dukungan nutrisi
 Pemasangan kateter arteri pulmonalis jika status cairan dan
jantung tidak pasti
 Transfusi sel darah merah jika anemia

(Terry & Weaver, 2011)


Asuhan
keperawatan
Pengkajian
manifestasi klinis
Gejala awal Gejala lanjut
• Hipoksemia (PaO2 < 60 mmHg) • Kondisi somnolen
• Kelemahan • Sianosis
• Tachipnoe • Penurunan kesadaran
• Dyspnoe • Pucat atau sianosis kulit
• Takhikardia • Penggunaan otot-otot pernafasan
• Kebingungan (confusion) tambahan
• Berkeringat dingin (Diaphoresis) • Suara nafas abnormal (ronchi, crekles,
• Cemas whezing).
• Hiperkarbia (PaCO2 > 50 mmHg)
• Hipertensi
• Mudah tersinggung (irritability). (Burns, 2014)
Pengkajian diagnostik
Arterial Blood Gas (analisa gas darah):
1. PaO2 < 60 mmHg (normal 80-100 mmHg)
2. PaCO2 > 50 mmHg (normal 35-45 mmHg)
3. pH < 7,30 (normal 7,35-7,45)
4. Saturasi oksigen < 90% (normal 95-100%)
5. HCO3 dapat normal atau meningkat sesuai dengan kemampuan
konpensasi. Nilai HCO3 normal 22-26 mEq/L.

Test pemeriksaan spesifik lain sesuai dengan penyebab penyakit.

(Burns, 2014)
Diagnosa keperawatan
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
hipoventilasi, kerusakan membran kapiler aveolus,
gangguan ventilasi-perfusi

• Ansietas berhubungan dengan situasi kritis, iritabilitas

• Keletihan berhubungan dengan hipoksemia

• Risiko cedera b.d penggunaan ventilasi mekanik

• Risiko infeksi b.d pemasangan selang ET dengan


kondisi lemah
Intervensi
1. Meningkatkan Oksigenasi dan Ventilasi (Improving oxigenation and
Ventilation)
• Dukungan oksigen dan ventilasi yang adekuat sangat penting. Tindakan
penatalaksanaan ditujukan pada penyebab gagal nafas akut, mengupayakan fungsi
pernafasan dalam normal diikuti oleh perbaikan kondisi patofisiologi penyakit yang
mendasarinya.

• Memberikan suplement oksigen untuk mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg. Dapat


dimulai dengan metode non invasif seperti Nasal kanul, Face Masks (rebreathing mask
atau non rebreathing mask) dapat menjadi pilihan sesuai dengan kondisi hipoksemia.
Apabila dengan metode non invasif tidak membuat peningkatan nilai PaO2, metode
invasif (intubasi) dan penggunaan ventilasi mekanik dapat menjadi pilihan.
Lanjutan...
• Meningkatkan ventilasi dengan memberikan Bronchodilator, mukolitik dan modalitas manajemen
airway lain seperti: Phisioterapi dada, suction, pengaturan posisi sesuai indikasi dan patologi.

• Intubasi dan mulai dengan ventiasi mekanik jika metode non infasif gagal untuk mengoreksi
Hipoksemia dan Hiperkarbia atau jika mengalami ketidakstabilan kardiovaskuler.

• Selama suction perhatikan atau observasi tanda dan gejala Hipoksemia (saturasi oksigen menurun,
heart rate dan pernafasan meningkat, kelemahan, diaporesis dan disritmia). Jika menggunakan
Ambu Bag untuk meningkatkan oksigen selama suction, gunakan Ambu Bag yang nilai pemberian
oksigen 100% untuk mencegah gangguan fungsi pernafasan dan cardiovaskuler selama suction,
serupa halnya dengan katup PEEP ketika nilai pengaturan PEEP ventilator diatas 5 mmHg.

• Apabila pemindahan pasien intrahospital, verifikasi ventilasi selama pemindahan untuk


mempertahankan fungsi pernafasan dan jantung misalnya dengan mode Pressure Support, reverse
ratio (I:E)

(Burns, 2014)
2. Terapi penyakit penyebab (Treating the underlaying desease)
• Identifikasi dan koreksi dasar penyebab dari gagal nafas akut bila mungkin. Manajemen
penatalaksanaan disesuaikan dengan patofisiologi penyakit yang menyebabkan gagal nafas akut

3. Mengurangi cemas (Reducing anxiety), Pelihara lingkungan yang tenang untuk menghindari
peningkatan cemas

• Berikan penjelasan dengan singkat tentang aktivitas perawatan dan pendekatan yang digunakan
untuk mengatasi masalah gagal nafas akut. Waspada dan siapkan perawat klinis untuk
mendampingi pasien selama cemas. Ini situasi krusial untuk mencegah panik dan berikan
kesempatan untuk dikunjungi oleh keluarga.
• Ajarkan cara pernafasan diaprahma dengan frekuensi lambat. Caranya ialah letakkan satu
tangan pasien di atas abdomen. Intruksikan pasien menarik nafas dalam dan merasakan tangan
diabdomen naik. Selama ekspirasi tangan terasa turun. Lakukan hal ini beberapa kali.
• Setelah satu atau dua menit tanyakan pada perasaan yang dirasakan. Dapat diberikan dosis
rendah ansiolitik (misalnya: lorazepam, diazepam) yang tidak menekan pernafasan.
4. Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi (Preventing and managing complication)

Kerja Ventilator dan hambatan neuromuskuler memiliki hubungan. Manajemen airway


dan ventilasi perlu perhatian khusus. Komplikasi dapat terjadi oleh karena masalah pada
ventilasi. Beberapa strategi dan kondisi memerlukan perhatian untuk mencegah
komplikasi adalah sebagai berikut.:

a. Mencegah aspirasi paru yang disebabkan cairan lambung masuk ke paru-paru pada
pasien yang dipasang ventilator. Memastikan inflasi sesuai dari selang endotrakheal
tube (ETT). Aspirasi paru dapat mengakibatkan komplikasi pnemonia.

b. Perdarahan lambung
Periksa aspirasi selang NGT setiap 4-8jam. Untuk mencegah kerusakan mukosa dan
risiko perdarahan lambung dapat diberikan obat untuk menetralisir atau membuat cairan
lambung menjadi alkali yaitu: sulcralfate. Risiko perdarahan lambung adalah ancaman,
karena perdarahan lambung mengakibatkan encephalopati sebagai komplikasi lanjut
perdarahan lambung.
Lanjutan...
c. Barotrauma.
Menghindari hal yang tidak perlu terjadi akibat peningkatan tekanan (misalnya tekanan
mesin ventilator, batuk yang berlebihan). Pengkajian tanda dan gejala pneumotorak,
peneumomediastinum adalah tindakan penting dan didokumentasikan setiap setiap jam.

(Burns, 2014)
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai