Anda di halaman 1dari 48

BAB I

DEFINISI

A. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr.R.D Kandou sebagai tempat umum di mana
banyak potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga. Risiko atau
bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam. Apapun bentuknya
risiko atau bahaya yang dapat menimpa banyak orang memerlukan penanganan
khusus yang telah direncanakan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia,
data maupun properti.

Risiko maupun bahaya terhadap pasien, staf, pengunjung dan kelangsungan


operasional rumah sakit juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang ada di
rumah sakit, maupun keadaan darurat medik / wabah.

Untuk itulah Rumah Sakit Umum Pusat Prof.Dr R.D Kandou menyusun pedoman
penanggulangan bencana di rumah sakit (Hospital disaster management plan)

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan proses
penanggulangan keadaan gawat darurat, wabah dan bencanayang dapat
mempengaruhi rumah sakit
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan tipe, probability dan konsekwensi dari setiap bahaya,
ancaman dan bencana
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat,
wabah dan bencana
3. Untuk menegakkan strategi komunikasi dalam keadaan-keadaan di atas
4. Untuk menegakkan proses dalam mengelola sumber daya selama
keadaan-keadaan di atas,termasuk alternatifnya
5. Untuk menegakkan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama
keadaan-keadaan diatas, termasuk alternatifnya
6. Untuk mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan selama
keadaan-keadaan diatas
7. Untuk mengidentifikasi keperluan program pelatihan karyawan dalam
penangana keadaan-keadaan di atas
C. KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)

Planning

Continuous
Improvement Action

Monitorin
Evaluation
g
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Planning
Identifikasi potensi bencana
Mengukur potensial dampak bencana
Penyusunan pedoman penanggulangan bencana rumah sakit
Pengorganisasian
Penyusunan berbagai kebijakan dan prosedur
Koordinasi dengan :
1. Direktorat Medik dan Keperawatan
2. Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Direktorat mum dan Administrasi Keuangan
4. Komite Medik & Komite Keperawatan

B. Action
Melakukan uji disaster plan (program penanggulangan bencana) secara berkala
Penanggulangan dini
Penanggulangan lanjut (termasuk evakuasi)
Pelatihan staf :
Disaster drill / simulasi penanggulangan bencana / keadaan darurat

C. Monitoring
Monitoring terhadap input, proses dan output kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bencana / keadaan darurat

D. Evaluation
Penilaian pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana /
keadaan darurat. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk penyesuaikan/
perbaikan dari rencana kerja sesuai dengan perkembangan kebutuhan,
perubahan peraturan perundangan, teknologi, ketersediaan anggaran dan lain-
lain termasuk pola koordinasi dengan pihak terkait.
E. Continuous Improvement
Merupakan tindak lanjut (rekomendasi dan pelaksanaan rekomendasi) dari hasil
pengolahan data pada tahap evaluasi. Wujudnya dapat berupa suatu project,
program tahunan, atau revisi dari sistem (kebijakan dan prosedur), revisi dari
metode, penambahan alat, SDM dan lain sebagainya baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
BAB III

TATA LAKSANA

A. PENGORGANISASIAN

Direktur

Ketua Tim K3RS


Manager SQICO
Supervisor
Koordinator Penanggulangan
Bencana / keadaan darurat
Tim K3RS

CodeRed Code Code Code Code Code


Team Blue yellow Black Wite Pink
Team Team Team Team
Team

1. Uraian Tugas
a. Direktur
Menerima laporan dan bertindak atas laporan mengenai kesiapan
penanggulangan bencana / keadaan daruratrumah sakit.
Mengangkat dan memberhentikan ketua tim K3RS
Melaporkan seluruh rencana penanganan dan antisipasi serta aktivitas
penanganan bencana / keadaan daruratkepada governing body.
Menjadi / menunjuk juru bicara rumah sakit di saat terjadi bencana. Informasi
kepada publik di-release sesuai keperluan, sesuai peraturan yang berlaku,
kepada pihak yang berkepentingan.
b. Ketua Tim K3RS
Menyusun kebijakan dasar program penanggulangan bencana / keadaan
darurat rumah sakit
Memimpin program pencegahan dan penanggulangan bencana / keadaan
daruratrumah sakit
Mengangkat dan memberhentikan koordinator penanggulangan bencana /
keadaan daruratrumah sakit
c. Koordinator Penanggulangan Bencana / keadaan daruratTim K3RS
Menyusun hospital disaster management plan
Memimpin proses penanggulangan bencana rumah sakit bersama ketua tim
K3RS
Membentuk dan menyiapkan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
d. Code RED TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketika
terjadi kebakaran termasuk diantaranya penyelamatan dan evakuasi serta
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang penanganganan kebakaran.
e. Code BLUE TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan medik dan
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang kegawatdaruratan medik.
f. Code YELLOW TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketik
terjadi gempa, ancaman ledakan bom, huru hara dan penyelenggaraan
pelatihan di bidang kesiapsiagaan gempa, ancaman ledakan bom
g. Code BLACK TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan ketika terjadinya
overload pelayanan di unit gawat darurat termasuk penyelenggaraan
pelatihan-pelatihan di bidang tersebut.
h. Code WITE TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kegawat daruratan
ketika terjadi wabah penyakit dan tumpahan B3 di rumah sakit termasuk
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan kewaspadaan terhadap wabah.

2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)


Sesuai dengan ketentuan dari Joint Commission International, penyusunan
pedoman penanggulangan emergensi rumah sakit harus didasarkan pada hasil
proses penilaian resiko. Salah satu cara penilaian resiko adalah dengan
penyusunan Hazard Vulnerability Analysis(HVA). HVA adalah cara untuk
menganalisa bahaya (hazard) serta dampak dari hazard tersebut terhadap rumah
sakit, baik langsung maupun tidak langsung.
3. Tahapan Penyusunan HVA
a. Identifikasi potensial bahaya atau bencana
Penyusunan daftar berisi semua bahaya dan bencana yang mungkin, melalui
metode brainstorming, analisa data kecelakaan, kepustakaan dan metode-
metode lainnya sehingga dihasilkan data yang menyeluruh. Supaya dalam
pembahasannya lebih terfokus, maka bahaya/ bencana dikelompokkan ke
dalam 4 kategori yaitu: bencana alam (naturally occuring events), kegagalan
teknologi (technological events), kejadian terkait orang (human related
events) dan penyakit-penyakit khusus (disease specific).
b. Analisis terhadap setiap bahaya/ bencana yang teridentifikasi
Untuk setiap bahaya/ bencana, maka dilakukan analisa mengenai:
a) Kemungkinan terjadinya (probability of occurance)
b) Dampaknya (magnitude), baik terhadap orang (human impact), barang
(property impact) dan bisnis (bussines impact).
c) Pencegahan dan penanganan (mitigation): yang meliputi kesiapan
(preparadness), respon internal dan respon eksternal.
c. Menentukan prioritas
d. Setelah setiap jenis bahaya/ bencana selesai dievaluasi, maka akan didapat
nilai total resiko untuk setiap bahaya/ bencana tersebut. Dalam menentukan
prioritas penanganan bahaya/ bencana dan keperluan penyusunan
emergency planning, pertimbangannya adalah sebagai berikut
e. Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya ≥ 30%
f. Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah 30%, tapi
harus dibuat penanganannya sesuai rekomendasi dan ketentuan dari JCI,
KARS, Departemen Kesehatan RI dan badan lainnya.
g. Sebelum HVA dilakukan, sudah dibuat pedoman/ rencana
penanggulangannya
4. Pelaksanaan Penyusunan HVA
Penyusunan HVA dilakukan oleh Tim K3RS, KPPI dan KKPMRK dengan
melibatkan seluruh jajaran direksi, manajemen senior, manajer dan komite/ tim
dibawah direktur. Hasil dari HVA dilaporkan kepada Direktur RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou dengan tembusannya diberikan kepada seluruh direktorat, departemen
dan komite.
Karena HVA merupakan suatu dokumen yang berkembang dan maka peninjauan
ulang HVA dilakukan setiap tahun
5. Hasil HVA

N
O EVENT NILAI RISK

1 Gempa Bumi 83

2 Banjir External 54

3 Kecelakaan Biologi 54

4 Influenza 50

5 Viral Hemorrhagic Fever 42

6 Kegagalan IT 41

7 Kegagalan Listrik 33

8 Kegagalan Generator 33

9 B3 Internal 31

10 Kegagalan Suply 31

11 Wabah 27

12 Kecelakaan Massal 17

Kebakaran Int

13 Ernal 16

14 Ancaman Bom 15

15 Flu Burung 25

16 Kebakaran External 15

17 Penculikan Pasien 27

18 Kegagalan HVAC 25

19 Kegagalan Air 23

20 Kegagalan Alarm Kebakaran 14

21 Kegagalan Gas Medik 11

22 Kegagalan Boiler 11

23 Kegagalan Komunikasi 29

24 Topan /Badai 29

25 Longsor 29
26 Kecelakaan Kimia 29

27 Kekurangan Pegawai 25

28 Gunung Meletus 24

29 Kecelakaan Radiologi 23

30 Pasien Kabur 21

31 Ledakan 21

32 Penyakit Antrax (Udara) 20

33 Petir 19

34 Penyakit Antrax (Kulit) 19

35 Sars 19

36 Penyanderaan 15

37 Penyakit Botulism 15

38 Kekeringan 14

39 Banjir Internal 14

40 Kerusakan Struktur Bangunan 14

41 Kegagalan Penanganan Limbah 13

42 Mumps 13

43 Pertussis 13

Sesuai dengan pertimbangan dalam menentukan prioritas, maka jenis bencana/


keadaan darurat No. 1 (Gempa Bumi) sampai dengan No. 24 (Kegagalan Sistem Boiler)
akan dicantumkan ke dalam Pedoman Penanggulangan Bencana/ Keadaan Darurat
Rumah Sakit ini. Kecuali bebrapa jenis bencana/ keadaan darurat dibawah ini,
dicantumkan dalam pedoman yang terpisah:
a) Kebakaran (internal, external dan kegagalan alarm) di Pedoman
Penanggulangan Kebakaran.
b) Penculikan Pasien di Pedoman Security.
B. JENIS BENCANA / KEADAAN DARURAT
(Type of disaster / emergency condition)
1. Definisi
Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik mapun non medik,
yang memerlukan mobilisasi staf, dan atau pasien serta pengunjung, di luar
prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat sehingga jalur pengambilan
keputusan yang normal tidak dapat ditempuh.

Keadaan darurat adalah kondisi di mana terjadi situasi yang berpotensi


mengganggu pelayanan terhadap pasien maupun membahayakan pasien / staf /
pengunjung, yang memerlukan antisipasi dan penanganan yang cepat.

2. Jenis Bencana
Pimpinan rumah sakit mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-
masing bencana diberikan kode guna mencegah timbulnya kepanikan dan
memudahkan komunikasi antar petugas terkait dengan penanggulangan
bencana.

Adapun bencana yang diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit meliputi :

a. Kebakaran (fire) - CODE RED


b. Gempa Bumi(earthequake) Ancaman Bom(bomb threat)- CODE YELLOW
c. Jumlah pasien melebihi kapasitas penanganan
(over capacity of patient at A&E) -CODE BLACK
d. Epidemik/ wabah - CODE WITE
e. Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan
medik lain - CODE BLUE
f. Pencurian dan penculikan bayi - CODE PINK

1) Kebakaran (Code Red)


Termasuk didalamnya pembahasan tentang kebakaran internal, eksternal
dan kegagalan alarm kebakaran. Dibahas lebih lanjut dalam pedoman
pencegahan dan penanggulangan kebakaran (see : Hospital fire prevention
& control plan)
2) Gempa Bumi, ancaman bom,huru hara, (Code YELLOW)
Merupakan pemberitahuan adanya kejadian gempa bumi. ancaman
bom,huru hara
3) Ancaman Bom (Code Black)
.Jumlah pasien melebihi kapasitas Merupakan kode dari unit gawat
darurat (UGD) di mana terjadi luapan jumlah pasien dalam waktu yang
hampir bersamaan di mana tidak memungkinkan semua pasien tertangani
dengan sesuai prosedur rutin.
4) Epidemik dan tumpahan B3 (Code WITE)
Merupakan kondisi di mana ada suatu penyakit menular dengan tingkat
penularan tinggi, terutama penyakit air-borne, atau penyakit lain yang
ditetapkan oleh Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, serta
adanya tumpahan bahan berbahaya dan beracun di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou, atau pimpinan rumah sakit, maupun otoritas kesehatan (dinas
kesehatan / departemen kesehatan).
5) Kejadian Henti Jantung & Kegawat daruratan medik lain (Code Blue)
Pemberitahuan adanya eseorang dalam kondisi henti nafas/Jantung yang
memerlukan tindakan resusitasi jantung-paru (RJP). Dibahas lebih lanjut
dalam pedoman Code Blue.
6) Pencurian dan penculikan bayi ( Code PINK)
Merupakan pemberitahuan adanya kejadian Pencurian dan penculikan bayi
di rumah sakit.

3. Keadaan Darurat
Sesuai dengan hasil HVA, maka yang termasuk dalam keadaan darurat di rumah
sakit yang memerlukan perhatian khusus meliputi :

a. Listrik Padam / black out


b. Kegagalan sistem suplai listrik cadangan (emergency power), termasuk di
antaranya Genset dan UPS. / emergecy power failure
c. Kerusakan sistem HVAC (Heating, Ventilation & Air Conditioning) / HVAC
failure
d. Kerusakan sistem pompa & suplai air bersih / pump & clean water disruption
e. Kegagalan sistem gas medik (Oksigen & Vaccum) / medical gas failure
f. Kegagalan Sistem Informasi / Information system failure
4. Penyakit Khusus
Sesuai dengan hasil HVA, penyakit-penyakit yang memerlukan penanganan
khusus di rumah sakit meliputi:

a. Influenza
b. Viral Haemorrhagic Fever

C. GEMPA BUMI (Earthquake)


1. Batasan
Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh aktivitas
gunung api, tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif atau runtuhan batuan.
Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya struktur bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran
gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa gempa,
kecelakaan industri dan transportasi dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan
dan tanggul tanggul penahan lainnya.

Kejadian gempa bumi terdiri dari beberapa parameter, salah satunya adalah
skala intensitas gempa. Skala intensitas guncangan gempa yang banyak dipakai
adalah skala Modified Mercalli Intensity (MMI, Skala I - XII). Secara umum
gempa bumi dianggap bahaya bila mencapai Skala IV MMI atau lebih.

Sulawesi Utara pada umumnya dan khususnya Kota Manado sebagai


daerah/kota yang dikelilingi oleh jajaran gunung berapi memiliki resiko gempa
bumi yang cukup tinggi. Sementara posisi RSUP Prof.Dr.R.D Kandou sebagiani
bangunan bertingkat meningkatkan resiko bahaya jika terjadi kejadian gempa
bumi.

2. Struktur Organisasi

Ketua K3RS Direktur


Dinas pemadam kebakaran

Polisi Koordinator Penanggulangan


Bencana ruangan/Instalasi

Koord.kode Koord. Evakuasi Koordinator Koord. Emergensi


merah barang Evakuasi pasien (code blue)

Koord Pengaman Koord Medik &


Keperawatan Temporary
Aset
Lift Assembly Area
Koord Logistik
Genset / Listrik Koord Pengaman
Koord Transport Final
Instalasi
Gas medik
Assembly Area
Koord Keamanan Pengamanan data
3. Tugas & Tanggung Jawab
a. Koordinator Penanggulangan Bencana (ex officio Spv UGD / A&E)
Disaster management coordinator
1) Tugas dan wewenang
a) Membuat perencanaan penanganan bencana di RSUP Prof.Dr.R.D
Kandou, termasuk rencana penanganan kejadian gempa bumi.
b) Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan
penanggulangan gempa sesuai dengan rencana kerja.
c) Melakukan koordinasi dengan departemen / instasi terkait dalam
kegiatan penanggulangan kejadian gempa.
d) Memimpin proses penanggulangan kejadiangempa dengan dibantu
seluruh jajaran team code green.
e) Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan kejadiangempa berkoordinasi
dengan staff development unit.
f) Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUP Prof.Dr.R.D
Kandou, termasuk rencana pengendalian gempa serta program
pelatihan yang ada.
2) Kualifikasi
a) Dokter
b) Tenaga lain Pernah mengikuti pelatihan penanggulangan bencana/
gempa
b. Koordinator Evakuasi (Evacuation coordinator)
1) Tugas dan Wewenang
a) Memimpin proses evakuasi gempa.
b) Membawahi koordinator transport, medik dan keperawatan,
logistik dan pengamanandata.
c) Melakukan koordinasi dengan koordinator pengamanan fasilitas
2) Kualifikasi
a) Pernah mengikuti pelatihan penanggulangan bencana.
b) Berpengalaman dalam proses evakuasi
c. Koordinator medik dan keperawatan
1) Tugas dan wewenang
a) Menyiapkan pelayanan medik dan keperawatan di area tujuan
evakuasi (assembly area)
b) Melakukan analisis terhadap jumlah pasien yang akan dievakuasi.
c) Termasuk dalam tim yang dipimpin oleh koordinator ini adalah :
koordinator penyiapan daerah evakuasi awal / temporary assembly area
(ugd & lobby)
Tugas
1) Menyiapkan pelayanan di DAERAH EVAKUASI AWAL
2) Melakukan analisis terhadap pelayanan medik pasien rawat inap
(terutama pasien kritis)
3) Menyiapkan rujukan di mana perlu
koordinator penyiapan daerah evakuasi lanjut / final assembly area (di
luar bangunan rsup prof.dr.r.d kandou)
Tugas:
1) Mengkoordinir pelayanan medik pasien rawat inap terutama yang
non-critical.
2) Menerima pelimpahan pasien dari area evakuasi awal.
Koordinator dokter
Tugas:

Memobilisasi dokter sesuai dengan keperluan pelayanan medik di area


evakuasi

Koordinator perawat
Tugas:
1) Memobilisasi perawat dan nurse aid (NA) sesuai dengan keperluan
pelayanan keperawatan di area evakuasi
2) Kualifikasi
a) Dokter / perawat yang memiliki pelatihan di bidang evakuasi.
d. Koordinator Logistik
1) Tugas dan wewenang
a) Menyiapkan logistik di area evakuasi untuk keperluan
kesinambungan pelayanan medik dan keperawatan pasien rawat
inap Logistik meliputi
b) Tempat tidur, kasur, bantal dan selimut
c) Meja, kursi, lemari, trolley seperlunya guna membawa dan
menempatkan perlengkapan.
d) Kertas dan dokumen terkait guna dokumentasi pelayanan yang
diberikan selama evakuasi.
e) Alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan di area
evakuasi
f) Tenda dan sarana evakuasi lain.
2) Menyiapkan logistik terkait pelayanan nutrisi dan obat-obatan pasien
rawat inap
a) Menyiapkan makanan untuk petugas terkait di area evakuasi.
e. Koordinator Transport
1) Tugas
a) Memimpin proses pemindahan pasien sesuai prosedur di bawah.
b) Berkoordinasi dengan koordinator medik dan keperawatan serta
koordinator logistik
f. Koordinator Pengaman data (Rekam medik dan IT)
1) Tugas
a) Mengamankan berkas rekam medik pasien yang sedang dirawat
inap.
b) Mengamankan data-data di server IT di lantai 5
g. Koordinator Pengamanan Fasilitas
1) Tugas
a) Memimpin proses pengamanan seluruh fasilitas rumah sakit
b) Membawahi koordinator pengaman aset, pengaman instalasi dan
keamanan.
h. Koordinator Pengaman Aset
1) Tugas
a) Memimpin tim pengaman aset rumah sakit
i. Koordinator Pengaman instalasi
1) Tugas
a) Memimpin team pengaman instalasi
b) Memastikan seluruh sistem yang diperlukan untuk evakuasi
berfungsi dengan baik
c) Memastikan seluruh sistem yang terancam bahaya atau yang
mengancam bahaya diamankan.
d) Termasuk di dalam tim yang dipimpin oleh koordinator ini adalah :
Operator Lift /lift operator

a) Bila terjadi gempa, menurunkan lift ke lantai dasar.


b) Melakukan pertolongan bila ada yang terjebak di dalam sangkar
Lift.
c) Mematikan lift sesuai instruksi ketua tim.
Operator Gas Medik /medical gas operator
a) Mengamankan instalasi gas medik mudah terbakar dan meledak.
b) Mengecek ulang fungsi instalasi gas medik sebelum proses
pengembalian pasien ke ruangan masing-masing pasca evakuasi
Petugas Kitchen /kitchen officer

a) Mengamankan instalasi gas masak (LPG)


Operator listrik dan genset / electrical & generator operator

a) Memeriksa fungsi peralatan listrik dan genset dengan baik.


b) Mematikan listrik pada tempat dimana gempa terjadi, terutama
yang
c) membutuhkan daya listrik yang besar seperti pengkondisian udara
HeatingVentilation Air Conditioning (HVAC).
j. Koordinator Keamanan (Security coordinator)
1) Tugas
a) Pelaksanaan evakuasi penghuni bangunan ke tempat aman dari
bahaya gempa.
b) Pelaksanaan penyelamatan penghuni/pengguna bangunan yang
terperangkap di daerah gempa ke tempat yang aman dan kepada
orang-orang lanjut usia, cacat, sakit dan ibu-ibu hamil harus
diberikan cara penyelamatan khusus.
c) Mengamankan daerah gempa agar tidak dimasuki oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab.
d) Menangkap orang yang mencurigakan sesuai prosedur yang
berlaku, seperti dengan borgol, diturunkan lewat tangga darurat,
dibawa ke pos keamanan untuk diperiksa dan selanjutnya
diserahkan ke polisi.
e) Mengamankan barang-barang berharga, brankas dan lain-lain.
4. Pencegahan & Mitigasi (Prevention & Mitigation)
Adalah upaya atau kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan apabila terjadi gempa.
a. Mitigasi Pasif /passive mitigation
a) Pembuatan Prosedur Penanggulangan Gempa Bumi, yang meliputi
semua hal yang harus dilakukan oleh staf rumah sakit, pasien dan
pengunjung terjadi gempa, termasuk didalamnya sistem komunikasi
dan evakuasi.
b) Pembentukan Tim Penanggulangan Gempa (code green team)
c) Pembuatan peta daerah/ ruangan yang rawan bila terjadi gempa
d) Identifikasi tempat aman di dalam dan luar rumah sakit
e) Di bawah benda atau struktur yang kokoh seperti meja atau bangku
yang berat
f) Di sudut-sudut bangunan
g) Jauh dari benda atau peralatan yang mudah pecah dan jatuh, seperti
jendela, cermin, lukisan, lemari dll.
h) Di area terbuka, jauh dari bangunan, pohon, kabel telepon dan listrik.
1) Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang prosedur
penanggulangan gempa
2) Pengkajian / analisis risiko gempa
b. Mitigasi Aktif/active mitigation
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana/gempa dsb.
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedurt
tentang berkaitan dengan pencegahan bencana/gempa.
3) Penempatan ulangbenda, peralatan atau struktur yang mudah jatuh
atau rusak ketika terjadi guncangan, antara lain:
a) Memeriksa dan memperbaiki bila ada kerusakan di lantai, dinding
dan atap
b) Memperbaiki kabel-kabel listrik yang rusak dan pipa gas yang
bocor. Semuanya berpotensi untuk timbulnya kebakaran ketika
terjadi gempa.
c) Mengikat lemari ke dinding.
d) Menempatkan peralatan yang besar dan berat di rak yang rendah.
e) Menyimpan benda atau peralatan yang mudah pecah di rak yang
rendah dan mempunyai penutup.
f) Menggantung benda yang berat seperti lukisan atau kaca jauh dari
tempat tidur, kursi dan semua tempat pasien, pengunjung atau
karyawan duduk.
g) Memperkuat struktur lampu-lampu, kipas atau peralatan lain yang
menepel di langit-langit.
h) Menyimpan cairan kimia dan bahan-bahan yang mudah terbakar
di lemari tertutup dan rak terbawah.
1) Pelatihan prosedur penanggulangan gempa bagi para
karyawan
2) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
3) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana/gempa.
5. Proses Penanganan Kejadian Gempa
Bangunan RSUP Prof.Dr, R.D Kandou dirancang untuk tahan terhadap
Gempa Bumi dengan intensitas besar yang pernah terjadi di Indonesia, oleh
karena itu bahaya untuk robohnya bangunan adalah kecil, akan tetapi
kerusakan sebagai efek sampingan mungkin tetap ada. Misalnya terjadinya
kaca pecah, benda berat jatuh / terguling, pintu keluar macet, kebocoran air,
kerusakan instalasi listrik, kebocoran gas dan kebakaran.
RSUP Prof.Dr.R.D Kandoubuuilding isconstructed to be high intensity-
earthquake proof, so the risk of collapse is low, although, many collateral
damage like broken window, heavy object falling, jammed door, water
leaking, electricity damage, gas leak and fire might occur.
Sebisa mungkin tetap tinggal di tempat selama gempa bumi. Kadangkala
gempa yangterjadi adalah gempa awal dan gempa yang lebih besar mungkin
terjadi. Pergerakan dibatasi hanya menuju tempat aman dan tinggal di dalam
bangunan sampai guncangan berhenti.
It is advised to stay in the place during earthquake. Sometimes, the
earthquake is only the initial, and subsequent earthquake might occur.
Movement is limited to more secure place, and stay until the earthquake
ceased.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak yang disebabkan oleh
banyak orang berebutan lari keluar bangunan, apalagi bertingkat,
diperkirakan akan lebih besar dari bahaya gempa bumi itu sendiri. Manusia
yang bergerak dapat terjatuh dan terpeleset di dalam gedung, jalan keluar
bisa tersumbat, orang – orang bisa terinjak – injak dan terjatuh dari tangga.
Many research shows that the impact of many people run out the building is
more than the hazard of the earthquake itself.
a. Penanganan Awal Ketika Terjadi Gempa
Early management when an earthquake happen.
Berikut adalah prosedur yang perlu dilakukan oleh semua karyawan, pasien dan
pengunjung RSUPProf. Dr. R.D Kandou ketika terjadi gempa:
1) Jangan panik
2) Berlindung di bawah meja atau furnitur lain yang kokoh. Bila tidak ada,
lindungi wajah dan kepala dengan lengan dan jongkok di sudut bangunan, di
dekat kolom tiang penyangga bangunan.
3) Tetap di tempat tidur bila sedang di sana ketika terjadi gempa. Berpegangan
dan lindungi kepala dengan bantal, kecuali bila berada di bawah peralatan
yang mudah jatuh. Pada kondisi tersebut pindahlah ke tempat yang lebih
aman.
4) Jauhi kaca, jendela, bagian luar pintu dan dinding, serta semua benda dan
peralatan yang mudah jatuh , seperti lampu-lampu, AC dll.
5) Tetap di dalam gedung sampai guncangan berhenti.
6) Tunggu instruksi selanjutnya dari koordinator penanggulangan bencana
b. Penanganan Lanjut
1) Setelah gempa betul-betul berhenti, dokter UGD akan meminta operator
untuk mengumumkan terjadinya CODE GREEN melalui paging. Termasuk
didalamnya himbauan untuk tetap berada di tempat sampai aman untuk pergi
keluar.
2) Dokter UGD melapor kepada Koordinator Penanggulangan Bencana RSUP
Prof. Dr. R.D Kandou tentang terjadinya gempa. Dokter UGD bertindak
sebagai ketua tim sementara hingga koordinator penanggulangan bencana
RSUP Prof. Dr. R.D Kandou tiba di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou.
3) Koordinator Penanggulangan Bencana RSUPProf. Dr. R.D Kandou melapor
kepada Ketua Tim K3RS dan Direktur RSUP Prof. Dr. R.D Kandou.
4) Tim penanggulangan bencana sementara berkumpul di UGD atau di tempat
aman jika UGD mengalami kerusakan akibat gempa.
a) Dokter UGD bertindak sebagai Ketua Tim sementara
b) Supervisor maintenance umum atau koordinator maintenance yang
sedang berdinas bertindak sebagai Koordinator Pengamanan
Fasilitas.
c) Komandan regu keamanan bertindak sebagai koordinator keamanan
d) Manajer Pelayanan Medik atau dokter jaga ruangan senior bertindak
sebagai koordinator medik.
e) Manajer Keperawatan atau Supervisor on duty keperawatan bertindak
sebagai koordinator keperawatan.
f) Manajer Yanmed atau Supervisor Farmasi atau petugas farmasi
senior bertindak sebagai koordinator logistik.
5) Dokter UGD menerima laporan tentang kerusakan akibat gempa dari
koordinator pengamanan fasilitas atau anggota tim lainnya.
6) Berdasarkan laporan-laporan tersebut, dr. UGD memutuskan perlu tidaknya
evakuasi pasien, pengunjung dan staf rumah sakit (prosedur evakuasi akan
dibahas pada bab khusus).
D. ANCAMAN BOM / CODE Yellow)
a. Batasan
Ancaman Bom adalah berita atau informasi dengan tujuan untuk membuat
suasana menjadi panik atau menimbulkan kegelisahan biasanya terjadi
dengan menggunakan media telepon atau media komunikasi lain misalnya
surat atau email
Tipe Ancaman Ancaman Bom adalah :
1. Ancaman lewat telepon
2. Ancaman lewat surat
3. Ancaman lewat email
4. Ancaman lewat paket
b. Struktur& Tugas Team yellow
a) Struktur Organisasi Code yellow

6. Struktur Organisasi

Ketua K3RS Direktur


Dinas pemadam kebakaran

Polisi
Koordinator Penanggulangan
Bencana code yellow

Koord.kode Koord. Evakuasi Koordinator Koord. Emergensi


merah barang Evakuasi pasien (code blue)

Koord Pengaman Koord Medik &


Keperawatan Temporary
Aset
Lift Assembly Area
Koord Logistik
Genset / Listrik Koord Pengaman
Final
Instalasi Koord Transport
Gas medik
Assembly Area
Koord Keamanan Pengamanan data
c. Tugas & Tanggung Jawab
a) Koordinator Penanggulangan Bencana RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
1) Membuat perencanaan penanganan bencana di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandoutermasuk rencana penanganan kejadian ancaman bom.
2) Mengawasi dan mengendalikan aktivitas terkait dengan
penanggulangan ancaman bom sesuai dengan rencana kerja.
3) Melakukan koordinasi dengan departemen / instasi terkait dalam
kegiatan penanggulangan kejadian ancaman bom.
4) Memimpin proses penanggulangan kejadian ancaman bom dengan
dibantu seluruh jajaran team code black.
5) Merencanakan proses pelatihan / staff development terkait dengan
pencegahan dan penanggulangan kejadian ancaman bom
berkoordinasi dengan staff development unit.
6) Mengevaluasi proses penanganan bencana di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou, termasuk rencana pengendalian ancaman bom serta
program pelatihan yang ada.
b) Ketua Code yellow Team
1) Pelaksana penanganan kedaruratan ketika terjadi atau adanya
ancaman ledakan bom.
2) Penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang kesiapsiagaan
menghadapi ancaman bom.
c) Koordinator lainnya
Tugas, tanggung jawab dan kualifikasi koordinator-koordinator lain
(Pegamanan fasilitas, evakuasi dan lain-lain) sama dengan struktur
penanganan bencana ancaman gempa bumi.
d. PROSES PENANGANAN KEJADIAN ANCAMAN BOM
pada saat terjadi ancaman bom penanganannya adalah menyelamatkan
seluruh penghuni dan fasilitas gedung dengan prosedur yang tidak
menimbulkan kepanikan.
a) Penanganan Awal Ancaman Bom
1) Ancaman Bom Lewat Telepon
Jika ancaman bom menggunakan telepon seharusnya si penerima
telepon dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari
sipengancam karena dengan begitu informasi yang didapat akan
mempermudah pihak kepolisian diantaranya yaitu :
1. Dimana bom akan diledakan?
2. Dimana lokasinya?
3. Bentuknya seperti apa?
4. Siapa targetnya?.
5. Kapan bom akan diledakkan / meledak?
6. Apa jenis bomnya?
7. Bagaimana bentuknya?
8. Di mana si penelepon berada?
9. Tanyakan jati dir penelepon?
10. Kenapa melakukan hal tersebut?
11. Apa tuntutannya?
2) Penerima telepon tidak boleh panik, dan harus mendengarkan
latar dari sipengancam misalnya bunyi kereta, pesawat, musik,
dsb, nada suaranya bagaimana?marah, pelan, tertawa, berbisik,
sengau, gagap atau yang lainnya.
Perhatikan juga identitas dan keadaan sekeliling penelepon
seperti :
1. Laki-laki atau perempuan
2. Dewasa atau anak-anak
3. Telepon lokal (dari dalam RSUPProf. Dr. R.D Kandou) atau dari luar.
4. Karakter suara (keras atau pelan)
5. Cara berbicara (cepat atau lambat)
6. Bahasa dan logat / dialek
7. Kondisi psikologis (marah, tenang)
 Cobalah mengingat-ingat kata-kata dan pesan-pesan yang
tepat, Usahakan pembicaraan si penelepon dapat dicatat
begitu penelepon sedang berbicara. Jika ancaman ini diterima
oleh operator, maka usahakan ancaman ini direkam
 Segera menghubungi ketua penanggulangan bencana RSUP
Prof. Dr. R.D Kandou/ dokter UGD, kemudian Dokter UGD
akan menghubungi Ketua K3RS dan kepolisisan terdekat.
2) Ancaman lewat surat
Jika ancaman lewat surat atau form lainnya maka sipenerima email
jangan panik dan langsung menghubungi ketua penanggulangan
bencana/dokter UGD kemudian dokter UGD menghubungi ketua K3RS
dan kepolisian terdekat
3) Ancaman lewat email
ancaman lewat email biasa sangat menggangu dalam berkomunikasi dan
tidak pribadi karena alamat email dalam dilihat langsung siapa
pengirimnya, dan nama pengirimnya adalah nama samaran, sipenerima
email jangan panik dan langsung menghubungi ketua penanggulangan
bencana/dokter UGD kemudian dokter UGD menghubungi ketua K3RS
dan kepolisian terdekat
4) Ancaman lewat paket
Ancaman lewat paket biasanya berupa bahan mudah meledak dengan
menggunakan alat /mesin detonator jika menerima paket mencurigakan
jangan mencoba untuk membukanya, segera menghubungi dokter UGD
kemudian dokter UGD menghubungi ketua K3RS dan kepolisian terdekat
e. Penanganan Lanjut Ancaman Bom
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh Koordinator
Penanggulangan Bencana atau Dokter UGD bila menerima laporan adanya
ancaman bom:
1) Melapor kepada Ketua Tim K3RS dan Direktur RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou
2) Memberi tahu kepolisian terdekat dan meminta bantuan pencarian dan
penjinakkan bom.
3) Memberi tahu koordinator pengamanan fasilitas (Supervisor
maintenance umum atau coordinator maintenance yang bertugas)
4) Tidak melakukan komunikasi melalui Radio HT selama proses
pencarian.
5) Bila lokasi spesifik diberikan oleh si pengancam:
a) Respon secepatnya ke lokasi yang dimaksud
b) Beri tahu supervisor/ coordinator/ penanggung jawab ruangan
tersebut
c) Tidak usah menunggu pihak kepolisian, mulai usaha pencarian
dengan bantuan Koordinator pengamanan fasilitas dan supervisor/
coordinator/ penanggung jawab ruangan yang bersangkutan.
d) Jangan beritahu pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit
yang tidak berkepentingan untuk mencegah timbulnya kepanikan.
e) Jangan dulu melakukan evakuasi.
6) Bila si pengancam tidak memberikan informasi spesifik tentang lokasi
bom maka pencarian akan dilakukan di semua area, public/ non publik.
7) Beritahu supervisor/ koordinator/ penanggung jawab setiap ruangan
sebelum memulai usaha pencarian.
8) Bila menemukan benda yang mencurigakan:
a. Isolasi area tersebut
a) evakuasi karyawan, pasien dan pengunjung
b) Tutup semua pintu
b. Hubungi pihak kepolisian agar member tahu Tim Penjinak Bom.
c. Perintah evakuasi akan diberikan oleh Koordinator
Penanggulangan Bencana/ Dokter UGD setelah berkonsultasi
dengan Ketua Tim K3RS dan Direktur RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou(prosedur evakuasi akan dibahas di bab khusus).
d. Tidak memperbolehkan seorang pun masuk ke ruangan tersebut
sampai dinyatakan aman oleh pihak kepolisian

CODE BLACK TEAM

a. Batasan
Merupakan suatu kode dari Unit Gawat Darurat bahwa jumlah pasien yang
datang melebihi kapasitas Unit Gawat Darurat baik dari segi perlengkapan
maupun dari segi ketenagaan.Keputusan untuk mengaktifkan code BLACK
merupakan kewenangan mutlak dari dr. UGD yang sedang bertugas setelah dr.
UGD menilai kemampuan dari tim UGD yang pada saat itu sedang bertugas
b. Perlengkapan
1. Rompi Komando sebanyak 1 buah.
2. Rompi Triage sebanyak 3 buah.
3. Kartu Triage, dilengkapi 4 warna triage (hitam-merah-kuning-hijau), nomor
rekam medis sementara dan tali gantung.
c. Jenis bencana / keadaan darurat
1. Multiple Casualty Incident : Merupakan suatu keadaan di mana jumlah
pasien melebihi kapasitas dari Unit Gawat Darurat, tapi masih dapat di
tanggulangi dengan sumber daya rumah sakit pada saat kejadian.
2. Mass Casualty Incident: Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien
jauh melebihi kapasitas dari Unit Gawat Darurat dan tidak dapat di atasi oleh
seluruh sumber daya rumah sakit pada saat kejadian.
d. Proses Pelaksanaan Code BLACK
1. Dokter UGD yang sedang bertugas menentukan jenis dari code purple,
apakah termasuk dalam multiple casualty ataukah termasuk dalam mass
casualty.
2. Pada multiple casualty incident, dokter UGD yang sedang bertugas,
menghubungi Supervisor On Duty, bilamana yang di butuhkan adalah tenaga
selain dokter, untuk meminta mobilisasi ketenagaan dari ruangan yang lain.
Bila yang dibutuhkan adalah tenaga dokter, maka dokter UGD yang sedang
berdinas menghubungi dokter jaga ruangan / dokter jaga UPI.
3. Selama menunggu ketenagaan dari ruang yang lain, staff UGD yang sedang
bertugas berusaha semampunya mengatasi pasien yang datang.
4. Setelah bantuan ketenagaan tiba, dokter UGD memberikan instruksi apa saja
yang dapat di kerjakan oleh tenaga tambahan tersebut.
5. Setelah seluruh pasien tertangani, dan dokter UGD yang bertugas merasa
jumlah pasien yang berada di UGD sudah dapat di tangani oleh staff UGD,
maka dilakukan serah terima pasien dari tenaga tambahan kepada staff
UGD, dan tenaga tambahan dapat kembali ke tempat kerjanya masing
masing, dan dengan sendirinya multiple casualty berakhir.
6. Dokter UGD memberikan laporan tertulis kepada Ketua Tim Penanggulangan
Bencana / Supervisor UGD dalam waktu 1x24 jam.
7. Pada adanya kecurigaan terjadinya mass casualty incident, dokter UGD
yang sedang bertugas berusaha mencari informasi kepada pihak luar yang
dapat dipercaya (mis. Polisi; pemadam kebakaran) tentang adanya suatu
bencana yang berpotensi menjadi mass casualty di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou.
8. Setelah informasi tersebut di dapat, maka dokter UGD yang sedang bertugas
menekan tombolemergency yang terdapat di UGD.
9. Operator kemudian akan menghubungi Ketua Tim Penanggulangan Bencana
/ Supervisor UGD, Ketua Tim K3RS, Direktur, dan seluruh supervisor untuk
memobilisasi seluruh anggotanya agar segera datang ke rumah sakit
( kecuali yang sedang cuti).
10. Kemudian dokter jaga UGD yang sedang bertugas pada saat ini menjadi
ketua tim penanggulangan bencana sementara, hingga ketua tim
penanggulangan bencana tiba di rumah sakit, melakukan koordinasi dengan
sumber daya rumah sakit yang ada, sambil menunggu bantuan tenaga
datang.
11. Penanggung jawab shift dari masing masing unit, bertindak sebagai
supervisor sementara hingga supervisor unit tersebut tiba di rumah sakit, dan
dokter jaga ruangan / dokter jaga UPI berkumpul di UGD untuk mendapat
penugasan dari dokter UGD yang sedang bertugas.
12. Seluruh pasien yang datang di daftarkan oleh petugas pendaftaran secara
aktif.
13. Setelah ketua tim penanggulangan bencana / supervisor UGD tiba di rumah
sakit, maka dokter jaga UGD yang sedang bertugas melakukan laporan
singkat dan serah terima apa saja yang telah dilakukan untuk di lanjutkan
oleh ketua tim penanggulangan bencana.
14. Apabila diperlukan, proses triase tidak dilakukan di dalam UGD, tapi dapat
dilakukan pada pintu masuk rumah sakit.
15. Koordinator keamanan yang sedang bertugas mempunyai tugas
mengamankan dan bertanggung jawab untuk kelancaran seluruh akses
masuk ambulans daridan kerumah sakit.
16. Bila daya tampung rumah sakit tidak memadai, maka dokter UGD yang
bertugas menghubungi dokter UGD rumah sakit lain untuk menampung
pasien.
17. Code purple dinyatakan selesai bila seluruh pasien sudah terlayani,dan
dokter UGD yang sedang bertugas atau ketua tim penanggulangan bencana
menyatakan berakhir.
18. Dokter jaga UGD yang sedang bertugas membuat laporan tertulis kepada
Ketua Tim Penanggulangan Bencana / Supervisor UGD dalam waktu 1x24
jam, dengan tembusan kepada direktur.
e. Proses Triase Bencana
Seluruh pasien yang tiba di rumah sakit, dilakukan proses triase. Proses triase ini
tergantung kebutuhannya, dapat dilakukan di UGD ataupun di pintu masuk
rumah sakit. Prinsip triase pada saat bencana adalah menyelamatkan sebanyak
mungkin pasien yang tiba di rumah sakit. Proses triase bencana berlangsung
tidak lebih dari 1 menit untuk setiap pasien. Pasien yang telah menjalani proses
triase diberikan kartu berwarna tergantung dari pengelompokannya.
Pengelompokan pasien berdasarkan dari hasil triase di dapatkan :
Pasien hijau di kumpulkan di lobby depan UGD, apabila tidak mencukupi, maka
dapat diperluas hingga ke lobby rumah sakit.
Pasien kuning langsung di masukkan ke dalam ruang UGD untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dan mendapatkan prioritas utama dalam penanganan
Pasien merah langsung di arahkan ke dalam ruang resusitasi dan dilakukan
pembebasan jalan napas yang selanjutnya di lakukan penilaian, bila kemungkinan
tertolong sangat kecil pasien dapat di tinggalkan.Apabila ruang resusitasi penuh,
pasien dapat di bawa ke ruang pemeriksaan medical.
Pasien label hitam langsung di bawa ke ruang mortuari / ruang jenazah
Di setiap kartu pasien ada nomor yang berfungsi sebagai nomor rekam medik
pasien sementara sampai pasien dapat didaftarkan secara layak.
E. EPIDEMIK/WABAH DAN TUMPAHAN B3 (CODE WITE)
1. BATASAN
Epidemik dan Tumpahan Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam pengertian
bencana adalah terjadinya suatu kejadian luar biasa yang merupakan
ancaman terhadap kondisi kesehatan staf rumah sakit, pasien maupun
pengunjung.
Kejadian luar biasa yang dimaksud adalah terjadinya penyakit, yang karena
nature-nya berpotensi untuk dapat mengganggu operasional rumah sakit
akibat banyaknya karyawan yang terpaksa tidak bekerja karena sakit.
Penyakit yang memenuhi kriteria untuk dinyatakan epidemik / code pink
adalah :
1. Memiliki jalur transmisi lewat udara (air-borne)
2. Penularan yang mudah, serta onset yang cepat.
3. Gejala sedang sampai berat di mana tidak memungkinkan
penderitanya bekerja dengan normal, atau sampai berresiko fatal.
2. Proses Penanganan Kejadian Epidemik
1. Pencegahan & Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang
dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya wabah serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh wabah. Tindakan mitigasi dilihat
dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi
pasif dan mitigasi aktif.
2. Mitigasi Pasif
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain
adalah:
a) Pembuatan pedoman/standar/Prosedur
b) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana/wabah
c) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
d) Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang pencegahan kejadian
wabah/epidemik
e) Penelitian / pengkajian karakteristik wabah
f) Pengkajian / analisis risiko wabah
3. Mitigasi Aktif
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif
antara lain:
a) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana/wabah dsb.
b) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedurt
tentang berkaitan dengan pencegahan bencana/wabah.
c) Pelatihan dasar kebencanaan bagi para karyawan.
d) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
e) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana/wabah.
4. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya wabah guna menghindari jatuhnya korban jiwa. Upaya
kesiapsiagaan dilakukan pada saat wabah sudah mulai teridentifikasi
akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
b) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sector
c) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
d) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu
guna mendukung tugas kebencanaan.
e) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
f) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/saranaperalatan)
5. Peringatan Dini
a) Pengamatan gejala wabah
Adalah mengamati adanya perubahan incidence rate dari waktu ke
waktu guna mendeteksi lonjatan insidens diluar kebiasaan yang
secara statistik bermakna. Cara yang dilakukan harus dengan
mengumpulkan data secara terus menerus.
b) Analisa hasil pengamatan gejala wabah
Penyelidikan wabah yang mencurigakan dapat menjadi sangat
kompleks, sehingga membutuhkan bantuan dari ahli epidemiologi dan
orang yang berpengalaman menangani pencegahan infeksi dari
Badan Nasional maupun internasional (P2M,CDC).
Bila terjadi penularan, identifikasi masalah dilakukan dengan cara
yang mudah dan tidak boleh dengan asumsi, tapi konfimasi diagnosis
yang tepat, cari kasus tambahan dan tetapkan apakah
peningkatannya signifikan sebelum menyimpulkan wabah / KLB.
Pembiakan negatif tidak dapat disimpulkan bahwa wabah tidak terjadi,
karena pembiakan negatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti misal ; penanganan spesimen yang salah,teknik pembiakan
yang buruk,atau penggunaan reagen yang salah dan kesalahan dalam
pengumpulan spesimen yang tepat.
c) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
Pengambilan keputusan kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah
sakit adalah ketua KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua
KPPI bertanggung jawab langsung kepada direktur.
d) Penyebaran informasi kepihak yang terkait
Penyebaran informasi ini ditujukan untuk berkoordinasi dengan pihak-
pihak terkait, seperti departemen kesehatan, dinas kesehatan dll.
6. Penyelenggaraan Penanggulangan Wabah
Peneyelenggaraan penanggulangan wabah disesuikan dengan prosedur
Penanganan Wabah KPPI (Komite Pencegahan dan Penanggulangan
Infeksi) RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, sebagai berikut:
Jika ada suatu isu terjadinya kejadian luar biasa terkait dengan penyakit
infeksi di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, maka langkah-langkah berikut
diambil :
a) Mendefinisikan terjadinya kejadian luar biasa, apakah itu tingkat
rumah sakit, regional, nasional, atau global.
b) Jika kejadian luar biasa sifatnya terlokalisir rumah sakit, maka
kebijakan disusun sesuai dengan hasil meeting tim KPPI dan komite
medik serta manajemen pada saat itu.
c) Pimpinan investigasi kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit
adalah ketua KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
d) Hasil investigasi KPPI membuahkan rekomendasi, yang akan dibawa
oleh direktur dalam rapat manajemen untuk ditindak lanjuti.
e) Untuk kejadian luar biasa yang tingkatnya regional, nasional ataupun
global, mengikuti langkah 6 – 12 berikut.
f) Mengadopsi status epidemik kasus ke dinas kesehatan baik kota /
propinsi, departemen kesehatan, ataupun institusi kesehatan global
seperti WHO.
g) Mencari protokol deteksi kasus yang telah disepakati, baik untuk
kasus suspect, probable, ataupun confirmed.
h) Menyusun SOP deteksi dan penanganan sesuai dengan protokol yang
berlaku secara regional, nasional ataupun global.
i) Melakukan pengadaan logistik terkait dengan protokol tersebut.
j) Melakukan sosialisasi kepada staf dan pengunjung (public awareness)
terhadap protokol yang dimiliki.
k) Melakukan pemantauan / monitoring terhadap status epidemi kasus
tersebut sesuai tingkat epidemik yang ada.
l) Menyesuaikan kebijakan RSUP Prof. Dr. R.D Kandou dengan
kebijakan yang berlaku regional, nasional ataupun global.
3. Keadaan Darurat Internal (Internal Emergencies)
a. Kegagalan Ketel Uap (Boiler)
Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah2 yang
harus dilakukan bilamana terjadi kegagalan system uap air ( Steam ) dengan
bahan bakar solar.
Jenis keadaan darurat yang mungkin terjadi :
a) Gelas Penduga Pecah, packing Valve ( Man Hole, Hand Hole, Safety
Valve,Venting Valve, Blowdown,:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Menekan Stop Emergency untuk boiler yang mengalami Kegagalan
system
b) Menutup Ball Valve.
c) Menutup Valve supply di Header untuk boiler yang mengalami
Kegagalan
d) Bila ada masih bertekanan, buang tekanan lewat saluran pembuangan
Uap atau Venting.
e) Matikan Power panel boiler yang mengalami kegagalan system
f) Operasikan ke Boiler Cadangan
g) Perbaikan untuk system Boiler yang mengalami Kegagalan system
b. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Matikan Boiler 1 dan dialihkan ke Boiler 2.
b) Perbaikan untuk boiler yang mengalami Kegagalan system
c) Memberitahu Manager Maintenance
d) Manager Maintenance akan memberitahu Management
c. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1 dan 2 :
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
petugas dinas akan melaksanakan:
a) Memberitahu Direktur Rumah sakit/ management
b) Memberitahu Manager Maintenance
c) Pelayanan yang mengalami gangguan Steam dan air panas
d) Mendapat dukungan untuk memperoleh palayanan khususnya di Unit
CSSD
e) Rumah sakit bertanggung jawab untuk mengaktifkan Emergency
Management Plan
Bila terjadi gangguan pada system Steam dan Air panas, pipa bocor, gate valve bocor
untuk segera melapor kepada :

No Menghubungi Ext Keterangan


1 Manager Maintenance 1130,1188 Jam 800-1600
2 Supervisor Building 1188 Jam 800-1600
Maintenance
3 Koord. M/E 1188,1121,1133 24 jam
4 Vendor Pabrik Mesin Jl. Arjuna 29 Bandung 40182T : Setiap Waktu
Teha (Boiler) (022) 6030148, Ibu Ike :
08156236863
5 Vendor Euroasiatic (022) 7204387 / 7102600, P'Japi Setiap Waktu
(Boiler) Tarmidi : 0812201 3787

4. Gangguan Suplai Listrik Dari Pln


Tujuan prosedur ini untuk menjelaskan secara singkat langkah2 yang harus
dilakukan bilamana terjadi gangguan suplai listrik dari PLN dimana power
supply pada gedung tidak terganggu.
a. Gangguan pada Gardu
Bilamana terjadi gangguan pada Gardu, petugas dinas akan :
a) Melapor ke PLN
b) Melapor ke atasan
b. Gangguan pada Panel Tegangan Menengah (TM) & Transformator
Bilamana terjadi gangguan Panel Tegangan Menengah dan
Trasformator petugas dinas akan :
a) Mengecek Peralatan yang terpasang
b) Mengecek Line power yang terganggu
c) Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan supervisor M/E
d) Mengoperasikan Genset secara manual pada PUTR yang
mengalami gangguan.
c. Gangguan pada PUTR
Bilamana terjadi gangguan pada system PUTR ( Panel Utama Tegangan
Rendah ) petugas dinas akan melaksanakan:
a) Mengecek Peralatan yang terpasang
b) Mengecek Line power yang terganggu
c) Mengoperasikan Genset secara manual
d) Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan supervisor M/E
e) Memperbaiki peralatan yang terganggu
d. Gangguan pada system SDP ( Sub Distribusi Panel ) petugas dinas akan
melaksanakan:
a) Mengecek Peralatan yang terpasang
b) Mengecek Line power yang terganggu
c) Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan supervisor M/E
d) Mencari Alternatif untuk memback-up power yang bermasalah jika
diperlukan
e) Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah
e. Gangguan pada System Pada Panel Power ( PP ) dan Panel Lampu ( LP )
petugas dinas akan melaksanakan:
a) Mengecek Peralatan yang terpasang
b) Mengecek Line power yang terganggu
c) Memperbaiki, mengganti Line power/ peralatan yang bermasalah
Bila terjadi gangguan pada system listrik untuk segera melapor kepada :

No Menghubungi Ext Keterangan


1 Manager Maintenance 1229, Jam 800-1600
2 Supervisor Building 1229 Jam 800-1600
Maintenance
3 Coord. M/E 1229 24 jam
4 PT. ( Vendor ) T : (0431) Setiap Waktu
5 PT. ( Vendor) T Setiap Waktu
6 PT. ( Genset) ( Vendor) T: Setiap Waktu

5. Gangguan Pada Sistem Listrik Cadangan (Emergency Power)


Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah2
yang harus dilakukan bilamana terjadi kegagalan/ gangguan pada sistem
listrik cadangan (emergency power)
a. Gangguan pada listrik PLN baik itu internal/external petugas dinas akan
melaksanakan:
a) Memeriksa panel di Panel PUTR ( Panel Utama Tegangan Rendah )
b) Memeriksa Panel Tegangan Menengah
c) Memeriksa di Gardu
d) Bila gangguan ini berlangsung Genset akan beroperasi secara auto
e) Melapor ke dinas gangguan PLN
f) Monitoring system
b. Gangguan pada system Genset petugas dinas akan melaksanakan :
a) Mematikan Genset yang mengalami gangguan ( secara otomatis
Genset Cadangan akan beroperasi )
b) Melapor kepada Manager Maintenance M/E dan Supervisor M/E
c) Genset cadangan mengambil alih operasional
d) Memperbaiki system Genset yang bermasalah
c. Gangguan pada system Genset total petugas dinas akan melaksanakan:
a) Memeriksa / trouble setting pada system Genset
b) Memeriksa / trouble setting pada system PKG ( Panel Kontrol
Genset)
c) Memeriksa / trouble setting pada Panel PUTR
d) Melapor kepada Manager Maintenance dan Supervisor M/E
d. Gangguan pada UPS ( Uninterruptible Power System ) petugas dinas
akan melaksanakan:
a) Mengalihkan system / Bypass ke listrik PLN
b) Memeriksa / trouble setting system UPS
c) Melapor kepada Manager Maintenance dan supervisor M/E
d) Memperbaiki UPS yang mengalami gangguan
Bila terjadi gangguan pada system Listrik untuk segera melapor kepada :

No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan


1 Manager Maintenance 1229 Jam 800-1600
2 Supervisor M/E 1229 Jam 800-1600
3 Coord. M/E 1229 24 jam
4 PT. ( Vendor ) T: Setiap Waktu
5 PT. ( Vendor ) T: Setiap Waktu
6 (UPS) ( Vendor ) T: Setiap Waktu
7 Dinas Gangguan PLN Kantor distribusi (0431), area Setiap Waktu
palayanan jaringan(APJ)
Manado(0431),Pak.

6. Kegagalan Pada Sistem Hvac (Heating, Ventilation & Air Conditioning)


Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menetapkan tindakan yang akan
diambil oleh petugas dinas selama peralatan HVAC mengalami kegagalan
system.
a. AC sentral VRV
1. Kebocoran /kerusakan /error pada salah satu condensing unit:
a) Menutup valve/katup
b) Mematikan unit tersebut
c) Mengalihkan ke condensing cadangan
d) Memperbaiki kerusakan jika memungkinkan
e) Melaporkan kepada Manager maintenance/Supervisor M/E
f) Mengajukan penggantian unit/ komponen yang mengalami
kerusakan
g) Menghubungi vendor AC
2. Kebocoran /error semua unit condensing dalam 1 (satu) Zone
a) Mematikan unit tersebut
b) Menganalisa kerusakan
c) Perbaikan kerusakan
d) Melaporkan kejadian kepada Manager Maintenance/ Supervisor
M/E
e) Persiapkan back-up bila perlu dan pemesanan unit
f) Kontak vendor
g) Pemberitahuan kepada seluruh dept. terkait mengenai kerusakan
yang meliputi area/zone
b. AC single split
1. Kerusakan salah satu komponen
a) Analisa kerusakan
b) Ganti komponen yang rusak
c) Pasang back-up dan lapor ke Manager Maintenance/Supervisor
M/E
d) Pemesanan unit
2. AC mati total
a) Matikan AC
b) Pasang back-up dan lapor ke Manager Maintenance/Supervisor
M/E
c) Pemasanan unit

3. Exhaust Fan dan Intak Fan


a) Kerusakan pada motor blower/ blade
b) Analisa kerusakan
c) Perbaiki kerusakan, ganti motor blower dengan cadangan
d) Lapor kepada Manager Maintenance/Supervisor M/E
e) Pemesanan unit
Bila terjadi gangguan pada system HVAC untuk segera melapor kepada :

No Menghubungi Ext/Tlp Keterangan


1 Manager Maintenance 1229 Jam 800-1600
2 Supervisor M/E 1229 Jam 800-1600
3 Coord. M/E 1229 24 jam
4 PT (AC) T Setiap Waktu

7. Kegagalan Sistem Pompa Dan Suplai Air Bersih


Tanggap Darurat Apabila Pengadaan Air Bersih Terganggu
Air bersih yang di gunakan harus dapat memenuhi kebutuhan operasional
rumah sakit baik secara kualitas maupun kuantitas. Untuk menjaga
ketersediaan air bersih, dibutuhkan perencanaan yang dapat menaggulangi
kemungkinan terhentinya ketersediaan air bersih.
a. Identifikasi
a) Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air
bersih ke rooftank terhenti.
b) Terputusnya suply air baku karena bencana alam.
b. Penanganan
Adanya kerusakan pada pompa yang menyebabkan pengaliran air bersih
ke rooftank terhenti.
Apabila terjadi kerusakan pada pompa air baku, proses ataupun transfer
yang menyebabkan pengaliran air bersih terhenti, yang harus dilakukan
oleh orang yang bertugas atau bertanggung jawab adalah :
a) Teknisi sanitasi yang bertugas
1) Setelah teknisi sanitasi yang bertugas mengidentifikasi bahwa
pompa air tidak bisa mengalirkan air sampai ke rooftank, maka
orang-orang yang harus dihubungi adalah :
 Supervisor Sanitasi
 Supervisor Maintenance Building
 Memonitor level air di roof tank dan membantu teknisi
maintenance dalam melakukan perbaikan.
b) Supervisor Sanitasi
1) Menghubungi Pejabat Terkait, yaitu:
 Senior Manager GA & HRD tentang keadaan ini untuk
memutuskan keadaan darurat.
 Senior Manager Keperawatan
 Senior Manager Medik
 Manager HK & Laundry
 Pihak luar untuk pembelian air bersih apabila diperlukan
2) Mengekspektasi berapa lama air akan habis dipakai tanpa
adanya penambahan air bersih di rooftank.
3) Melakukan koordinasi dengan departemen lain untuk
mendistribusikan air ke tempat-tempat kritikal yang kehabisan
air.
c) Supervisor Maintenance Building
1) Melihat dan memastikan kerusakan yang terjadi,
2) Melakukan perbaikan yang diperlukan.
3) Menghubungi pihak luar (vendor) yang berkepentingan untuk
melakukan perbaikan/pembelian sparepart.
d) Senior Manager GA & HRD
Melihat dan mengawasi apakah perbaikan yang diperlukan dikerjakan
secara tepat dan cepat.
a) Senior Manager Keperawatan
1) Memberitahukan kepada seluruh perawat untuk membatasi
penggunaan air.
2) Mengawasi dan membantu para perawat untuk menentukan
prioritas pemakaian air.
b) Supervisor Nutrisi
1) Kegiatan dapur masih dapat berfungsi, tetapi tetap harus dapat
membatasi penggunaan air.
2) Peralatan makan sekali pakai dapat dimanfaatkan.
c) Manager HK & Laundry
1) Menghentikan penyiraman yang menggunakan air bersih.
2) Membatasi penggunaan air untuk keperluan pembersihan dan
pencucian linen.
g. Terputusnya supply air baku karena bencana alam.
Semua tanggung jawab sama seperti yang disebutkan pada sub bab 1.2.1
kecuali ada penambahan pada :
1. Teknisi Sanitasi
Mengakomodasi/mengarahkan/menyediakan tempat agar vendor
penyuplai air bersih dapat membongkar muatannya di groundtank.
2. Supervisor Sanitasi
a) Menghubungi PDAM dan atau vendor penyuplai air bersih.
b) Membantu pendistribusian air.
c) Meminta Maintenance Building untuk menghentikan supply steam,
dan memberitahukan hal ini ke laundry dan CSSD. Steam akan
disupply apabila ada permintaan darurat.
3. Senior Manager GA & HRD
a) Menghubungi orang tertentu ataupun vendor apabila dibutuhkan.
b) Mengawasi pendistribusian air.
4. Supervisor Nutrisi
a) Memastikan kecukupan peralatan makan sekali pakai minimal untuk
3 kali makan pasien.
b) Menentukan menu pasien yang menggunakan sedikit air untuk
persiapannya.
c) Menggunakan air minum (air gallon) untuk persediaan air termos
pasien.
5. Senior Manager Medik
a) Membatalkan tindakan/operasi yang dapat ditunda dan
berkoordinasi dengan rumah sakit lain untuk memindahkan pasien
tersebut.
b) Meminta pengunjung meninggalkan rumah sakit dan jam kunjungan
dibatalkan kecuali untuk pasien intensif sampai keadaan darurat
selesai.
c) Berkoordinasi dengan perawat, nitrisi dan maintenance/senior
manager GA dan HRD untuk memutuskan prioritas distribusi air
yang tersedia.
6. Senior Manager Keperawatan
a) Dengan bantuan dokter, mengidentifikasi pasien yang boleh pulang,
agar segera dipulangkan.
b) Penggunaan pampers untuk seluruh pasien, dan perawat harus
menyimpan limbahnya kedalam kantung plastic yang akan diambil
oleh petugas cleaning service.
h. Kegagalan Sistem Gas Medik
Kegagalan Gas Medis adalah sbb:
a. Pipa Terrputus g. Mesin Vaccum Mati

b. Outlet Bocor h. Zone Valve Rusak

c. Outlet Rusak i. Central Gas Meledak

d..Instalasi Bocor j. Panel Terbakar


e. Distribusi Central Gas Rusak k. Tanki Buffer Bocor

f. Mesin CompressorMati l. Alarm Box

1. Pipa Terputus
Terinjak
a) Patah Terkena Benda Berat
b) Gempa Bumi (tembok bergeser)
2. Outlet Bocor
a) Seal rusak
3. Outlet Rusak
a) Pin Rusak Setelah Operasional
4. Instalasi Bocor
a) Sambungan Bocor
b) Selang Gas Di Pendant Pecah Karena Gerakan
5. Central Gas Bocor
a) RS 80 ( N2O )
b) RS 20 ( O2 )
6. Mesin Compresor Air
a) Mati Total Motor Down
b) Pressure Inlet Bocor
7. Mesin Vaccum
a) Motor Mesin Vaccum Down
b) Selang Oli Bocor
8. Zone Valve
a) Electronic automatice Limit pressure rusak
b) Mano meter Tekanan Rusak
c) Inlet Gas Emergency Rusak
9. Central Gas Kebakaran
10. Panel Control Vac,N20,02,CA
a) Terbakar
b) Komponen Rusak ( Relay, Kontaktor, PLC )
11. Buffer tank
a) Bocor
b) Meledak Karena Safety Valve Rusak
12. Alarm Box
a) Mati Total
b) Rusak Sebagian
DRAFT PENANGANAN KEGAGALAN DISTRIBUSI GAS MEDIS

a. Sarana dan prasarana


a) Pipa distribusi gas O2 bahannya adalah tembaga
b) Alokasi pendistribusian gas O2 terdiri dari 8lt.
c) Untuk setiap sumber gas medis (O2,N2O,udara tekan dan vakum)
disediakan sumber alternatife dimana sumber utama punya titik sumber
cadangan yang langsung dapat bekerja secara otomatis bila sistem utama
mengalami kegagalan fungsi.
d) Stiap lantai distribusi dibagi dalam kelompok area distribusi perlantai dengan
dikontrol oleh zone valve box
e) Zone valve per area distribusi dilengkapi dengan sistem kegawatdaruratan
gas medis,seperti untuk O2,N2O dan udara tekan yang mana sumber
cadangan disediakan dalam bentuk tabung 6m3, siap sedia standby didekat
zone valve stiap area distribusi per lantai
f) Untuk distribusi gas O2 pada kebutuhan mobile dipakai gas medis dalam
kemasan tabung ukuran: 6m3, 1m3 dan 0.5m3
b. Penanganan kegagalan gas medis
a) Operasional gas medis 24 jam sehari & 7hari perminggu
b) Diagram struktur kewenangan
c) Spv MM
d) Koordinator MM& koordinator gas medis
e) Bantuan kebijakan dari management (SM HRGA)
f) Pelaksana gas medis &MM
g) Zone valve setiap area distribusi dilengkapi dengan alarm, high & low
pressure gas untuk setiap outlet per area distribusi. Alarm terdiri dari suara
sirine dan lampu berkedip berwarna merah
h) Waktu tanggap yang dapat diberikan oleh mm adalah dalam waktu sesingkat
singkatnya dengan cepat berkoordinasi bersama keperawatan untuk
pemasangan tabung 6m3 (pasang tabung harus sesuai dengan alarm yang
muncul disetiap area zone valve
i) Penanganan alarm pertama dari kegawatdaruratan gas medis seharsnya
ditangani oleh perawat di setiap area distribusi per lantai dengan melakukan
penanganan sementara memasangkan tabung emergency dan setelah itu
berkoordnasi dengan petugas medical maintenance.
j) Penanganan Sistem kegawatdaruratan gas medis pada zone valve adalah
dengan mengantikan distribusi sentral gas mejadi distribusi per area
distribusi per lantai dengan menggunakan sumber gas medis dari tabung gas
medis ukuran 6m3
k) Setelah alarm kegawatdaruratan selesai ditangani maka MM berkoordinasi
dengan stiap kepala ruang untuk memonitor volume tabung emergency.
Supervisor MM membagi Staff MM untuk plotting SDM MM saat
penanganan, distribusi gas medis dilapangan selama central gas blm
berjalan normal.
l) Bila kegagalan distribusi gas medis di central gas belum dapat ditangani
maka supply gas medis akan tetap menggunakan tabung emergency di
setiap zone valve setiap area distribusi. Spv MM harus berkoordinasi dengan
unit-unit ("keperawatan & management) untuk bagaimana penanganan hal
ini

i. SARANA PRASARANA
Sarana Komunikasi
a. PABX dan Direct line
Menggunakan sistem informasi RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, berupa PABX
yang dapat secara langsung berhubungan dengan berbagai nomor telepon
darurat.

UGD sebagai command center memiliki :

1 telefon direct line ……… extension PABX untuk komunikasi


(…………………….handphone ambulance.

b. Handie Talkie
Pemegang HT dalam keadaan darurat adalah :

a. Command Center (Normal ada di UGD), di pegang oleh ketua tim


(baik definitif maupun sementara)
b. Seluruh Koordinator lapangan (sesuai struktur organisasi di atas)
c. Seluruh Petugas Security di setiap lantai
c. Paging
Media komunikasi lain adalah paging system. Seluruh informasi paging
system selama disaster berasal dari ketua tim. Agar paging system selalu
siap dalam keadaan apapun, maka volume paging selalu harus berada
dalam posisi maksimal.

j. Sarana Jalan Keluar


Bila terjadi bencana dan harus dilakukan evakuasi, evakuasi dilakukan dengan
menggunakan tangga. Ada 6 tangga di Prof.Dr.R.D Kandouyang dapat
digunakan untuk evakuasi:

2 Tangga Utama di Sebelah Lift IGD dan CVBC


4 Tangga daruratan (2 tangga di CVBC dan 2 tangga di IGD)
a) Penamaan Jalur Evakuasi :
Tangga darurat diberi nama sebagai berikut :
Tangga A di bagian Timur gedung CVBC
Tangga B di bagian barat gedung CVBC
Tangga C di bagian Utara gedung IGD
Tangga D di bagian selatan gedung IGD
Pintu darurat untuk masuk ke tangga diberi nama sesuai lantai dan tangga.
Misalnya pintu darurat untuk menuju tangga A dari lantai 4 disebut pintu 4A,
dan seterusnya. Pintu darurat hanya bisa dibuka dari dalam ruangan
menuju tangga dan tidak bisa sebaliknya. Dari tangga darurat pintu bisa
dibuka ke arah dalam hanya di lantai dasar.
Tujuan penamaan ini adalah untuk menyamakan persepsi dan
mempermudah komunikasi dalam keadaan darurat.
b) Tanda jalan keluar
1. Tanda-tanda emergency exit
2. Iluminasi minimum
3. Penerangan
c) Kelengkapan Jalur Evakuasi
Di dekat setiap pintu dan pada dinding ada petunjuk jalur evakuasi dan ada
pemadam kebakaran (APAR)yang ditetakan 15-25 meter. Pada bangunan
tertentu seperti gedung laboratorium tedapat pemadam kebakaran yang
terdiri dari fire extinguisher, fire hydrant dan ada tombol untuk mengaktifkan
alarm dalam kotak kaca yang dapat dipecahkan dalam keadaan darurat.
Disamping itu tersedia tombol alaram bencana yang dipasang disetiap
gedung pelayanan yang terhubung dengan pusat informasi rumah sakit.
d) Perlengkapan evakuasi pasien
1. Ventilator transport. Posisi di UGD, dapat dimobilisasi ke ICU / jika
diperlukan.
2. Wheel chair
3. Stretcher
e) Denah Lantai
Denah lantai berisi peta situasi setiap lantai dan jalur-jalur menuju tangga
darurat. Denah ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis di setiap lantai
bangunan RSUP Prof. Dr. R.D Kandou.
k. Sarana Di Daerah Evakuasi
Meliputi sarana-sarana yang diperlukan untuk perawatan sementara pasien-
pasien dan staf/ pengunjung yang cedera terutama di daerah evakuasi lanjut (di
luar gedung RSUP Prof. Dr. R.D Kandou), diantaranya:

a) Tenda dan kelengkapannya


b) Tempat tidur pasien dan kelengkapannya
c) Tabung Oksigen dan kelengkapannya
k. Penanda Petugas Evakuasi
Pada saat dilakukan evakuasi, diperlukan penanda khusus untuk membedakan
petugas evakuasi, dengan staf RSUP Prof. Dr. R.D Kandou dan pengunjung
lainnya. Penanda tersebut berupa PIN WARNA HIJAU yang akan dikenakan
oleh petugas evakuasi setiap ruangan atau lantai.

l. Evakuasi
1. Pengertian
Evakuasi adalah upaya yang dilakukan untuk memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat (daerah berbahaya atau lokasi bencana) ke
tempat yang lebih aman dengan tujuan penyelamatan atau pencegahan.
Tidak semua bencana rumah sakit harus diikuti dengan evakuasi. Kondisi-
kondisi yang memerlukan tindakan evakuasi antara lain:

a. Bencana ancaman bom yang diikuti terjadinya kebakaran.


b. Bencana ancaman bom yang menyebabkan kerusakan struktur
bangunan.
c. Adanya ancaman bom yang nyata
d. Kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi
e. Gempa Bumi yang sampai menimbulkan kepanikan.
Keputusan tentang perlu atau tidaknya melakukan evakuasi pasien, pengunjung
dan karyawan diambil oleh Koordinator Penanggulangan Bencana sementara
( dokter jaga/SOD IGD) RSUP Prof. Dr. R.D Kandou (atau perwakilannya sesuai
dengan urutan penanggung jawab penanggulangan bencana di bawah) setelah
melakukan koordinasi internal dan eksternal dengan pihak yang berwenang
seperti dinas kebakaran, kepolisian dan lain-lain.
b. Ketua Tim
Adalah penanggung jawab seluruh proses penanggulangan bencana dan
evakuasi. Ketua tim normalnya adalah :

a. Koordinator Penanggulangan Bencana Tim K3RS ; atau


b. Ketua Tim K3RS ; atau
c. Direktur RSUP Prof. Dr. R.D Kandou ; atau
Dalam kondisi di luar jam kerja, atau hari libur
d. Dokter UGD memegang posisi ini sementara hingga salah satu dari ketiga
orang tersebut di atas tiba di rumah sakit.
Seluruh aktivitas penanggulangan bencana harus berada di bawah
koordinasi ketua tim.
c. Prioritas Evakuasi
1. Pasien,
2. Rekam medik pasien yang sedang dirawat inap.
3. Alat medis mayor (Monitor, Trolley, dll).
d. Command Center
Adalah titik berkumpulnya seluruh penanggung jawab proses penanganan
bencana dan evakuasi. Seluruh perintah berasal dari command center oleh
Koordinator Penanggulangan Bencana atau yang lain sesuai dengan urutan
diatas.
Dalam keadaan UGD intak dan tidak terancam, maka command center
diletakkan di UGD.
Dalam hal UGD tidak memungkinkan menjadi command center, maka ketua
tim penanggulangan bencana RSUP Prof. Dr. R.D Kandou menentukan
lokasi command center.
e. Daerah Tujuan Evakuasi
Ditandai dengan marka sebagai berikut :

Daerah tujuan evakuasi dibagi menjadi :

Daerah Evakuasi Awal

Untuk penanganan sementara dan penghitungan jumlah pasien / pengunjung

UGD : Untuk pasien yang memerlukan support peralatan medis


Lobby : Untuk pasien yang tidak memerlukan medical support dan
pengunjung / penunggu pasien

Daerah Evakuasi Lanjut

Untuk mengevakuasi pasien / pengunjung lebih lanjut jika bahaya bencana


meluas :

Assembly point 1, di parkir IRJ (bagian depan IRJ/tempat parkir bagian


utara/timur pintu masuk) RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Assembly point 2, di
Parkir depan kantor administrasi (parkir bagian utara/barat pintu keluar)
RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, Assembly point 4 di lapangan parkir dekat
kolam bagian tengah /depan Anggrek satu., Assembly point 5 di lapangan
parkir dan halaman Instalasi Nyiur Melambai.

Di masing-masing daerah evakuasi diatur tempat berkumpul pasien dan


keluarga berdasarkan lantai asal pasien.

Di daerah tujuan evakuasi tersebut, dilakukan penghitungan jumlah pasien


oleh tim.

Khusus di UGD:

Resuscitation Room dan ruang medical diprioritaskan untuk pasien


ICU/NICU/ PICU

Ruang tindakan dan surgical untuk melanjutkan operasi emergency bagi


pasien yang tidak bisa di transfer ke RS lain.

Ruang observasi untuk pasien / pengunjung / karyawan yang cedera selama


proses evakuasi.

e. Data Pasien dan karyawan.


Yang dimaksud data adalah daftar nama pasien dan karyawan, digunakan
untuk kepentingan mengabsen di daerah tujuan evakuasi guna cek silang
bahwa semua sudah terevakuasi tanpa ada yang tertinggal.
a) Data pasien rawat inap, rehabilitasi medik, hemodialisis dan operasi
segera dicetak setelah alarm kebakaran berbunyi.
b) Data karyawan yang sedang berdinas segera dicetak setelah data
pasien rawat inap dicetak.
c) Data pasien rawat jalan di lantai 1 dan lantai 2 segera dicetak setelah
data karyawan dicetak.
f. Klasifikasi pasien dalam evakuasi :
a) Pasien kelas A, bisa berjalan, tidak memerlukan monitoring, jantung
dan paru tidak terganggu, maksimal terpasang 1 infus line.
b) Pasien kelas B, bisa berjalan, namun terpasang monitor jantung
paru definitif.
c) Pasien kelas C, tidak bisa berjalan, tidak terpasang monitor dan
jantung paru dalam keadaan baik.
d) Pasien kelas D, tidak bisa berjalan, terpasang monitor jantung paru
definitif.
e) Pasien kelas E, tidak bisa berjalan, terpasang support vital (ventilator,
obat-obat inotropik, perlu continuous suction, pace maker, WSD, dll)
Klasifikasi pasien dilakukan oleh perawat ruang rawat inap untuk setiap
pasien baru, dan ditulis dalam papan pasien / daftar pasien. Klasifikasi
pasien dilakukan tiap 24 jam, terutama peralihan dari shift pagi ke shift
siang.
m. Pelaksanaan evakuasi :
1. Secara garis besar, pelaksanaan evakuasi akibat bencana rumah sakit
sama dengan evakuasi pada kebakaran.
2. Apabila diperlukan dan diinstrusikan oleh penanggung
jawabpenanggulangan bencana (Koordiantor Penanggulangan
Bencana atau Doter UGD atau Ketua K3RS atau Diektur RSUP Prof.
Dr. R.D Kandou), tim penanggulangan bencana berkumpul di UGD
atau di tempat aman lainnya.
a) Ketua Code (sesuai dengan jenis bencana)
b) Manajer On Duty atau dokter jaga ruangan senior bertindak
sebagai koordinator medik
c) Manajer keperawatan atau supervisor on duty keperawatan dan
bertindak sebagai koordinator keperawatan.
d) Petugas farmasi senior bertindak sebagai koordinator logistik
e) Komandan regu keamanan bertindak sebagai koordinator
keamanan
3. Perintah evakuasi datang dari ketua tim penanggulangan bencana dan
daerah yang belum mendapatkan perintah evakuasi tetap menjalankan
aktivitas seperti biasa dengan tingkat kesiagaan tinggi.
4. Selama proses penanggulangan bencana dan evakuasi dilakukan, tim
tetap berkoordinasi dengan pihak dinas atau instansi terkait seperti
dinas kebakaran, kepolisian dan dinas kesehatan dan lain-lain.
Prosedur Evakuasi:
a. Ketua tim penanggulangan bencana memegang data pasien dan karyawan
segera setelah mengumumkan evakuasi. Seluruh anggota tim berkumpul di
command center
b. Seluruh staf yang tidak mempunyai tugas khusus dalam proses
penanggulangan bencana berkumpul di ruang tunggu depan UGD /
Radiologi untuk mendapat pengarahan dan dilakukan absensi, setelah
sebelumnya melakukan pengamanan aset di unit masing-masing minimal
berupa mengunci pintu (bilamana memungkinkan).Dokter dan perawat di
unit rawat jalan segera ke UGD untuk menunggu penugasan selanjutnya
oleh tim.
c. Masing masing unit diberi prioritas menggunakan tangga darurat, di mana
pengaturan ditentukan oleh ketua tim.
1. Lantai 3 diberi prioritas menggunakan tangga utama untuk evakuasi ke
lantai 2, dan kemudian turun ke lobby dan UGD melalui eskalator yang
dimatikan KECUALI bila Tangga utama tidak bisa digunakan, di mana
jalur evakuasi lantai 3 akan diatur sesuai kebutuhan.
2. Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk menyiapkan pasien untuk
di transfer, dalam arti mengupayakan pasien durante operasi untuk
dalam kondisi siap ditransport (misal, luka ditutup dulu, dsb). Kamar
operasi mendapat giliran terakhir untuk evakuasi dan mendapat
perlindungan maksimal dari segenap sumber daya.
3. Pada jam di mana poliklinik di lantai 2 beroperasi, petugas di lantai 2
mengevakuasi pengunjung di lantai 2 melalui tangga utama dan
eskalator yang dimatikan langsung menuju ke lobby. Evakuasi rawat
jalan dipimpin SQICO/ perawat senior dengan ratio maksimal 1 SQICO/
perawat senior untuk 30 orang.
4. Lantai lain yang dapat menggunakan tangga darurat sesuai instruksi
tim.
d. Koordinator evakuasi masing-masing lantai/ruangan adalah SQICO, atau
jika tidak ada, perawat paling senior yang berdinas, atau yang ditunjuk oleh
ketua tim. Tahapan evakuasi pasien:
1. Pertama-tama, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas A dan B.
Pasien-pasien yang demikian bersama penunggu / pengunjung
berkumpul di depan pintu darurat yang ditentukan, kemudian turun
bersama-sama dipimpin oleh 1 orang petugas. Pasien kelas B harus
ada yang menemani (keluarga). Dalam hal tidak ada yang menemani,
dimasukkan dalam gelombang kedua.
2. Kedua, evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas C. Penunggu bekerja
sama dengan petugas RS menggendong pasien, turun ke lantai dasar,
langsung menuju ke UGD ke lokasi yang sudah ditujukan untuk lantai
tertentu di UGD. Ratio maksimal 1 perawat memonitor 3 pasien.
Masing-masing pasien dibawa oleh keluarga. Prioritas bagi pasien yang
ada penunggunya, atau pasien yang penunggunya kuat menggendong
terlebih dahulu.
3. Ketiga, untuk pasien kelas D harus dibawa dengan stretcher. Masing-
masing pasien dibawa oleh 4 orang. Stretcher dimobilisasi berdasarkan
prioritas, instruksi dari tim. Petugas pembawa stretcher terdiri dari 3
orang non medis, dan 1 orang medis (dokter / perawat) yang
merupakan pimpinan.
4. Keempat, untuk pasien kelas E, harus dibawa seperti pasien kelas D,
namun oleh 5 orang, di mana orang kelima bertanggung jawab atas
instrumen, airway dan pernapasan.
e. Kebutuhan tenaga pengangkut pasien dilaporkan oleh koordinator evakuasi
lantai yang bersangkutan kepada tim.
f. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya.
g. Prioritas berikut adalah alat medis yang disa di bawa dengan tangan (hand
carry) seperti monitor, defibrillator, pulse oxymetri, infusion pump, syringe
pump, guna melanjutkan proses perawatan di tempat evakuasi.
h. Di UGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi bantuan
RS lain untuk mengirim ambulans guna mentransfer pasien ke RS lain,
terutama pasien-pasien kritis, durante operasi, dan pasien kelas E.
i. Koordinator pelayanan medis melakukan set up pelayanan medis di tempat
evakuasi. Penilaian ulang kondisi setiap pasien rawat inap dilakukan mulai
dari pasien kelas E ke bawah.
j. Koordinator sarana menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja sama
dengan pihak keamanan. Jalur ambulans diamankan oleh koordinator
keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.
BAB IV

DOKUMENTASI

A. ORIENTASI UMUM KARYAWAN


Salah satu materi keselamatan (K3RS) pada setiap orientasi karyawan baru adalah
hal-hal sebagai berikut :
a. Kode-kode bencana rumah sakit
b. Prosedur penanganan bencana
c. Perlengkapan deteksi dini dan penanggulangan dini
d. Prosedur evakuasi
e. Jalur evakuasi dan assembly area.

B. PELATIHAN
a. Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
b. Pelatihan internal untuk semua karyawan tetntang prosedur penanganan
bencana.

C. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada
seluruh karyawan RSUP Prof. Dr. R.D Kandoutentang prosedur penanganan
kegawatdaruratan ketika terjadi bencana, dengan menggunakan skenario pelatihan
yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya duakali dalam
setahun dengan sasaran seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUP Prof.
Dr. R.D Kandou. Setiap karyawan RSUP Prof. Dr. R.D Kandou diharapkan
mengikuti minimal 1x simulasi penanggulangan bencana dalam setahun.
Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi penanganan bencana:
1. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan
pengunjung bahwa akan diadakan simulasi penanganan bencana,
sehingga tidak mengagetkan dan tidak menimbulkan kepanikan.
2. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai