DEFINISI
A. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr.R.D Kandou sebagai tempat umum di mana
banyak potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak dapat diduga. Risiko atau
bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia ataupun alam. Apapun bentuknya
risiko atau bahaya yang dapat menimpa banyak orang memerlukan penanganan
khusus yang telah direncanakan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia,
data maupun properti.
Untuk itulah Rumah Sakit Umum Pusat Prof.Dr R.D Kandou menyusun pedoman
penanggulangan bencana di rumah sakit (Hospital disaster management plan)
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur dan proses
penanggulangan keadaan gawat darurat, wabah dan bencanayang dapat
mempengaruhi rumah sakit
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menentukan tipe, probability dan konsekwensi dari setiap bahaya,
ancaman dan bencana
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat,
wabah dan bencana
3. Untuk menegakkan strategi komunikasi dalam keadaan-keadaan di atas
4. Untuk menegakkan proses dalam mengelola sumber daya selama
keadaan-keadaan di atas,termasuk alternatifnya
5. Untuk menegakkan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama
keadaan-keadaan diatas, termasuk alternatifnya
6. Untuk mengidentifikasi peran dan tanggung jawab karyawan selama
keadaan-keadaan diatas
7. Untuk mengidentifikasi keperluan program pelatihan karyawan dalam
penangana keadaan-keadaan di atas
C. KERANGKA KERJA (FRAMEWORK)
Planning
Continuous
Improvement Action
Monitorin
Evaluation
g
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Planning
Identifikasi potensi bencana
Mengukur potensial dampak bencana
Penyusunan pedoman penanggulangan bencana rumah sakit
Pengorganisasian
Penyusunan berbagai kebijakan dan prosedur
Koordinasi dengan :
1. Direktorat Medik dan Keperawatan
2. Direktorat Sumber Daya Manusia (SDM)
3. Direktorat mum dan Administrasi Keuangan
4. Komite Medik & Komite Keperawatan
B. Action
Melakukan uji disaster plan (program penanggulangan bencana) secara berkala
Penanggulangan dini
Penanggulangan lanjut (termasuk evakuasi)
Pelatihan staf :
Disaster drill / simulasi penanggulangan bencana / keadaan darurat
C. Monitoring
Monitoring terhadap input, proses dan output kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bencana / keadaan darurat
D. Evaluation
Penilaian pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan bencana /
keadaan darurat. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk penyesuaikan/
perbaikan dari rencana kerja sesuai dengan perkembangan kebutuhan,
perubahan peraturan perundangan, teknologi, ketersediaan anggaran dan lain-
lain termasuk pola koordinasi dengan pihak terkait.
E. Continuous Improvement
Merupakan tindak lanjut (rekomendasi dan pelaksanaan rekomendasi) dari hasil
pengolahan data pada tahap evaluasi. Wujudnya dapat berupa suatu project,
program tahunan, atau revisi dari sistem (kebijakan dan prosedur), revisi dari
metode, penambahan alat, SDM dan lain sebagainya baik dari segi kuantitas
maupun kualitas.
BAB III
TATA LAKSANA
A. PENGORGANISASIAN
Direktur
1. Uraian Tugas
a. Direktur
Menerima laporan dan bertindak atas laporan mengenai kesiapan
penanggulangan bencana / keadaan daruratrumah sakit.
Mengangkat dan memberhentikan ketua tim K3RS
Melaporkan seluruh rencana penanganan dan antisipasi serta aktivitas
penanganan bencana / keadaan daruratkepada governing body.
Menjadi / menunjuk juru bicara rumah sakit di saat terjadi bencana. Informasi
kepada publik di-release sesuai keperluan, sesuai peraturan yang berlaku,
kepada pihak yang berkepentingan.
b. Ketua Tim K3RS
Menyusun kebijakan dasar program penanggulangan bencana / keadaan
darurat rumah sakit
Memimpin program pencegahan dan penanggulangan bencana / keadaan
daruratrumah sakit
Mengangkat dan memberhentikan koordinator penanggulangan bencana /
keadaan daruratrumah sakit
c. Koordinator Penanggulangan Bencana / keadaan daruratTim K3RS
Menyusun hospital disaster management plan
Memimpin proses penanggulangan bencana rumah sakit bersama ketua tim
K3RS
Membentuk dan menyiapkan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
d. Code RED TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketika
terjadi kebakaran termasuk diantaranya penyelamatan dan evakuasi serta
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang penanganganan kebakaran.
e. Code BLUE TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan medik dan
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang kegawatdaruratan medik.
f. Code YELLOW TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kedaruratan ketik
terjadi gempa, ancaman ledakan bom, huru hara dan penyelenggaraan
pelatihan di bidang kesiapsiagaan gempa, ancaman ledakan bom
g. Code BLACK TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan ketika terjadinya
overload pelayanan di unit gawat darurat termasuk penyelenggaraan
pelatihan-pelatihan di bidang tersebut.
h. Code WITE TEAM
Fungsi secara umum adalah pelaksana penanganan kegawat daruratan
ketika terjadi wabah penyakit dan tumpahan B3 di rumah sakit termasuk
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan kewaspadaan terhadap wabah.
N
O EVENT NILAI RISK
1 Gempa Bumi 83
2 Banjir External 54
3 Kecelakaan Biologi 54
4 Influenza 50
6 Kegagalan IT 41
7 Kegagalan Listrik 33
8 Kegagalan Generator 33
9 B3 Internal 31
10 Kegagalan Suply 31
11 Wabah 27
12 Kecelakaan Massal 17
Kebakaran Int
13 Ernal 16
14 Ancaman Bom 15
15 Flu Burung 25
16 Kebakaran External 15
17 Penculikan Pasien 27
18 Kegagalan HVAC 25
19 Kegagalan Air 23
22 Kegagalan Boiler 11
23 Kegagalan Komunikasi 29
24 Topan /Badai 29
25 Longsor 29
26 Kecelakaan Kimia 29
27 Kekurangan Pegawai 25
28 Gunung Meletus 24
29 Kecelakaan Radiologi 23
30 Pasien Kabur 21
31 Ledakan 21
33 Petir 19
35 Sars 19
36 Penyanderaan 15
37 Penyakit Botulism 15
38 Kekeringan 14
39 Banjir Internal 14
42 Mumps 13
43 Pertussis 13
2. Jenis Bencana
Pimpinan rumah sakit mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-
masing bencana diberikan kode guna mencegah timbulnya kepanikan dan
memudahkan komunikasi antar petugas terkait dengan penanggulangan
bencana.
3. Keadaan Darurat
Sesuai dengan hasil HVA, maka yang termasuk dalam keadaan darurat di rumah
sakit yang memerlukan perhatian khusus meliputi :
a. Influenza
b. Viral Haemorrhagic Fever
Kejadian gempa bumi terdiri dari beberapa parameter, salah satunya adalah
skala intensitas gempa. Skala intensitas guncangan gempa yang banyak dipakai
adalah skala Modified Mercalli Intensity (MMI, Skala I - XII). Secara umum
gempa bumi dianggap bahaya bila mencapai Skala IV MMI atau lebih.
2. Struktur Organisasi
Koordinator perawat
Tugas:
1) Memobilisasi perawat dan nurse aid (NA) sesuai dengan keperluan
pelayanan keperawatan di area evakuasi
2) Kualifikasi
a) Dokter / perawat yang memiliki pelatihan di bidang evakuasi.
d. Koordinator Logistik
1) Tugas dan wewenang
a) Menyiapkan logistik di area evakuasi untuk keperluan
kesinambungan pelayanan medik dan keperawatan pasien rawat
inap Logistik meliputi
b) Tempat tidur, kasur, bantal dan selimut
c) Meja, kursi, lemari, trolley seperlunya guna membawa dan
menempatkan perlengkapan.
d) Kertas dan dokumen terkait guna dokumentasi pelayanan yang
diberikan selama evakuasi.
e) Alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan di area
evakuasi
f) Tenda dan sarana evakuasi lain.
2) Menyiapkan logistik terkait pelayanan nutrisi dan obat-obatan pasien
rawat inap
a) Menyiapkan makanan untuk petugas terkait di area evakuasi.
e. Koordinator Transport
1) Tugas
a) Memimpin proses pemindahan pasien sesuai prosedur di bawah.
b) Berkoordinasi dengan koordinator medik dan keperawatan serta
koordinator logistik
f. Koordinator Pengaman data (Rekam medik dan IT)
1) Tugas
a) Mengamankan berkas rekam medik pasien yang sedang dirawat
inap.
b) Mengamankan data-data di server IT di lantai 5
g. Koordinator Pengamanan Fasilitas
1) Tugas
a) Memimpin proses pengamanan seluruh fasilitas rumah sakit
b) Membawahi koordinator pengaman aset, pengaman instalasi dan
keamanan.
h. Koordinator Pengaman Aset
1) Tugas
a) Memimpin tim pengaman aset rumah sakit
i. Koordinator Pengaman instalasi
1) Tugas
a) Memimpin team pengaman instalasi
b) Memastikan seluruh sistem yang diperlukan untuk evakuasi
berfungsi dengan baik
c) Memastikan seluruh sistem yang terancam bahaya atau yang
mengancam bahaya diamankan.
d) Termasuk di dalam tim yang dipimpin oleh koordinator ini adalah :
Operator Lift /lift operator
6. Struktur Organisasi
Polisi
Koordinator Penanggulangan
Bencana code yellow
a. Batasan
Merupakan suatu kode dari Unit Gawat Darurat bahwa jumlah pasien yang
datang melebihi kapasitas Unit Gawat Darurat baik dari segi perlengkapan
maupun dari segi ketenagaan.Keputusan untuk mengaktifkan code BLACK
merupakan kewenangan mutlak dari dr. UGD yang sedang bertugas setelah dr.
UGD menilai kemampuan dari tim UGD yang pada saat itu sedang bertugas
b. Perlengkapan
1. Rompi Komando sebanyak 1 buah.
2. Rompi Triage sebanyak 3 buah.
3. Kartu Triage, dilengkapi 4 warna triage (hitam-merah-kuning-hijau), nomor
rekam medis sementara dan tali gantung.
c. Jenis bencana / keadaan darurat
1. Multiple Casualty Incident : Merupakan suatu keadaan di mana jumlah
pasien melebihi kapasitas dari Unit Gawat Darurat, tapi masih dapat di
tanggulangi dengan sumber daya rumah sakit pada saat kejadian.
2. Mass Casualty Incident: Merupakan suatu keadaan di mana jumlah pasien
jauh melebihi kapasitas dari Unit Gawat Darurat dan tidak dapat di atasi oleh
seluruh sumber daya rumah sakit pada saat kejadian.
d. Proses Pelaksanaan Code BLACK
1. Dokter UGD yang sedang bertugas menentukan jenis dari code purple,
apakah termasuk dalam multiple casualty ataukah termasuk dalam mass
casualty.
2. Pada multiple casualty incident, dokter UGD yang sedang bertugas,
menghubungi Supervisor On Duty, bilamana yang di butuhkan adalah tenaga
selain dokter, untuk meminta mobilisasi ketenagaan dari ruangan yang lain.
Bila yang dibutuhkan adalah tenaga dokter, maka dokter UGD yang sedang
berdinas menghubungi dokter jaga ruangan / dokter jaga UPI.
3. Selama menunggu ketenagaan dari ruang yang lain, staff UGD yang sedang
bertugas berusaha semampunya mengatasi pasien yang datang.
4. Setelah bantuan ketenagaan tiba, dokter UGD memberikan instruksi apa saja
yang dapat di kerjakan oleh tenaga tambahan tersebut.
5. Setelah seluruh pasien tertangani, dan dokter UGD yang bertugas merasa
jumlah pasien yang berada di UGD sudah dapat di tangani oleh staff UGD,
maka dilakukan serah terima pasien dari tenaga tambahan kepada staff
UGD, dan tenaga tambahan dapat kembali ke tempat kerjanya masing
masing, dan dengan sendirinya multiple casualty berakhir.
6. Dokter UGD memberikan laporan tertulis kepada Ketua Tim Penanggulangan
Bencana / Supervisor UGD dalam waktu 1x24 jam.
7. Pada adanya kecurigaan terjadinya mass casualty incident, dokter UGD
yang sedang bertugas berusaha mencari informasi kepada pihak luar yang
dapat dipercaya (mis. Polisi; pemadam kebakaran) tentang adanya suatu
bencana yang berpotensi menjadi mass casualty di RSUP Prof. Dr. R.D
Kandou.
8. Setelah informasi tersebut di dapat, maka dokter UGD yang sedang bertugas
menekan tombolemergency yang terdapat di UGD.
9. Operator kemudian akan menghubungi Ketua Tim Penanggulangan Bencana
/ Supervisor UGD, Ketua Tim K3RS, Direktur, dan seluruh supervisor untuk
memobilisasi seluruh anggotanya agar segera datang ke rumah sakit
( kecuali yang sedang cuti).
10. Kemudian dokter jaga UGD yang sedang bertugas pada saat ini menjadi
ketua tim penanggulangan bencana sementara, hingga ketua tim
penanggulangan bencana tiba di rumah sakit, melakukan koordinasi dengan
sumber daya rumah sakit yang ada, sambil menunggu bantuan tenaga
datang.
11. Penanggung jawab shift dari masing masing unit, bertindak sebagai
supervisor sementara hingga supervisor unit tersebut tiba di rumah sakit, dan
dokter jaga ruangan / dokter jaga UPI berkumpul di UGD untuk mendapat
penugasan dari dokter UGD yang sedang bertugas.
12. Seluruh pasien yang datang di daftarkan oleh petugas pendaftaran secara
aktif.
13. Setelah ketua tim penanggulangan bencana / supervisor UGD tiba di rumah
sakit, maka dokter jaga UGD yang sedang bertugas melakukan laporan
singkat dan serah terima apa saja yang telah dilakukan untuk di lanjutkan
oleh ketua tim penanggulangan bencana.
14. Apabila diperlukan, proses triase tidak dilakukan di dalam UGD, tapi dapat
dilakukan pada pintu masuk rumah sakit.
15. Koordinator keamanan yang sedang bertugas mempunyai tugas
mengamankan dan bertanggung jawab untuk kelancaran seluruh akses
masuk ambulans daridan kerumah sakit.
16. Bila daya tampung rumah sakit tidak memadai, maka dokter UGD yang
bertugas menghubungi dokter UGD rumah sakit lain untuk menampung
pasien.
17. Code purple dinyatakan selesai bila seluruh pasien sudah terlayani,dan
dokter UGD yang sedang bertugas atau ketua tim penanggulangan bencana
menyatakan berakhir.
18. Dokter jaga UGD yang sedang bertugas membuat laporan tertulis kepada
Ketua Tim Penanggulangan Bencana / Supervisor UGD dalam waktu 1x24
jam, dengan tembusan kepada direktur.
e. Proses Triase Bencana
Seluruh pasien yang tiba di rumah sakit, dilakukan proses triase. Proses triase ini
tergantung kebutuhannya, dapat dilakukan di UGD ataupun di pintu masuk
rumah sakit. Prinsip triase pada saat bencana adalah menyelamatkan sebanyak
mungkin pasien yang tiba di rumah sakit. Proses triase bencana berlangsung
tidak lebih dari 1 menit untuk setiap pasien. Pasien yang telah menjalani proses
triase diberikan kartu berwarna tergantung dari pengelompokannya.
Pengelompokan pasien berdasarkan dari hasil triase di dapatkan :
Pasien hijau di kumpulkan di lobby depan UGD, apabila tidak mencukupi, maka
dapat diperluas hingga ke lobby rumah sakit.
Pasien kuning langsung di masukkan ke dalam ruang UGD untuk mendapatkan
penanganan lebih lanjut dan mendapatkan prioritas utama dalam penanganan
Pasien merah langsung di arahkan ke dalam ruang resusitasi dan dilakukan
pembebasan jalan napas yang selanjutnya di lakukan penilaian, bila kemungkinan
tertolong sangat kecil pasien dapat di tinggalkan.Apabila ruang resusitasi penuh,
pasien dapat di bawa ke ruang pemeriksaan medical.
Pasien label hitam langsung di bawa ke ruang mortuari / ruang jenazah
Di setiap kartu pasien ada nomor yang berfungsi sebagai nomor rekam medik
pasien sementara sampai pasien dapat didaftarkan secara layak.
E. EPIDEMIK/WABAH DAN TUMPAHAN B3 (CODE WITE)
1. BATASAN
Epidemik dan Tumpahan Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam pengertian
bencana adalah terjadinya suatu kejadian luar biasa yang merupakan
ancaman terhadap kondisi kesehatan staf rumah sakit, pasien maupun
pengunjung.
Kejadian luar biasa yang dimaksud adalah terjadinya penyakit, yang karena
nature-nya berpotensi untuk dapat mengganggu operasional rumah sakit
akibat banyaknya karyawan yang terpaksa tidak bekerja karena sakit.
Penyakit yang memenuhi kriteria untuk dinyatakan epidemik / code pink
adalah :
1. Memiliki jalur transmisi lewat udara (air-borne)
2. Penularan yang mudah, serta onset yang cepat.
3. Gejala sedang sampai berat di mana tidak memungkinkan
penderitanya bekerja dengan normal, atau sampai berresiko fatal.
2. Proses Penanganan Kejadian Epidemik
1. Pencegahan & Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang
dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya wabah serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh wabah. Tindakan mitigasi dilihat
dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu mitigasi
pasif dan mitigasi aktif.
2. Mitigasi Pasif
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain
adalah:
a) Pembuatan pedoman/standar/Prosedur
b) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana/wabah
c) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
d) Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang pencegahan kejadian
wabah/epidemik
e) Penelitian / pengkajian karakteristik wabah
f) Pengkajian / analisis risiko wabah
3. Mitigasi Aktif
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif
antara lain:
a) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana/wabah dsb.
b) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan prosedurt
tentang berkaitan dengan pencegahan bencana/wabah.
c) Pelatihan dasar kebencanaan bagi para karyawan.
d) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
e) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana/wabah.
4. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya wabah guna menghindari jatuhnya korban jiwa. Upaya
kesiapsiagaan dilakukan pada saat wabah sudah mulai teridentifikasi
akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
b) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sector
c) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
d) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu
guna mendukung tugas kebencanaan.
e) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
f) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/saranaperalatan)
5. Peringatan Dini
a) Pengamatan gejala wabah
Adalah mengamati adanya perubahan incidence rate dari waktu ke
waktu guna mendeteksi lonjatan insidens diluar kebiasaan yang
secara statistik bermakna. Cara yang dilakukan harus dengan
mengumpulkan data secara terus menerus.
b) Analisa hasil pengamatan gejala wabah
Penyelidikan wabah yang mencurigakan dapat menjadi sangat
kompleks, sehingga membutuhkan bantuan dari ahli epidemiologi dan
orang yang berpengalaman menangani pencegahan infeksi dari
Badan Nasional maupun internasional (P2M,CDC).
Bila terjadi penularan, identifikasi masalah dilakukan dengan cara
yang mudah dan tidak boleh dengan asumsi, tapi konfimasi diagnosis
yang tepat, cari kasus tambahan dan tetapkan apakah
peningkatannya signifikan sebelum menyimpulkan wabah / KLB.
Pembiakan negatif tidak dapat disimpulkan bahwa wabah tidak terjadi,
karena pembiakan negatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti misal ; penanganan spesimen yang salah,teknik pembiakan
yang buruk,atau penggunaan reagen yang salah dan kesalahan dalam
pengumpulan spesimen yang tepat.
c) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
Pengambilan keputusan kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah
sakit adalah ketua KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua
KPPI bertanggung jawab langsung kepada direktur.
d) Penyebaran informasi kepihak yang terkait
Penyebaran informasi ini ditujukan untuk berkoordinasi dengan pihak-
pihak terkait, seperti departemen kesehatan, dinas kesehatan dll.
6. Penyelenggaraan Penanggulangan Wabah
Peneyelenggaraan penanggulangan wabah disesuikan dengan prosedur
Penanganan Wabah KPPI (Komite Pencegahan dan Penanggulangan
Infeksi) RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, sebagai berikut:
Jika ada suatu isu terjadinya kejadian luar biasa terkait dengan penyakit
infeksi di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, maka langkah-langkah berikut
diambil :
a) Mendefinisikan terjadinya kejadian luar biasa, apakah itu tingkat
rumah sakit, regional, nasional, atau global.
b) Jika kejadian luar biasa sifatnya terlokalisir rumah sakit, maka
kebijakan disusun sesuai dengan hasil meeting tim KPPI dan komite
medik serta manajemen pada saat itu.
c) Pimpinan investigasi kecurigaan kejadian luar biasa intra rumah sakit
adalah ketua KPPI, dan dalam menjalankan tugasnya, ketua KPPI
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
d) Hasil investigasi KPPI membuahkan rekomendasi, yang akan dibawa
oleh direktur dalam rapat manajemen untuk ditindak lanjuti.
e) Untuk kejadian luar biasa yang tingkatnya regional, nasional ataupun
global, mengikuti langkah 6 – 12 berikut.
f) Mengadopsi status epidemik kasus ke dinas kesehatan baik kota /
propinsi, departemen kesehatan, ataupun institusi kesehatan global
seperti WHO.
g) Mencari protokol deteksi kasus yang telah disepakati, baik untuk
kasus suspect, probable, ataupun confirmed.
h) Menyusun SOP deteksi dan penanganan sesuai dengan protokol yang
berlaku secara regional, nasional ataupun global.
i) Melakukan pengadaan logistik terkait dengan protokol tersebut.
j) Melakukan sosialisasi kepada staf dan pengunjung (public awareness)
terhadap protokol yang dimiliki.
k) Melakukan pemantauan / monitoring terhadap status epidemi kasus
tersebut sesuai tingkat epidemik yang ada.
l) Menyesuaikan kebijakan RSUP Prof. Dr. R.D Kandou dengan
kebijakan yang berlaku regional, nasional ataupun global.
3. Keadaan Darurat Internal (Internal Emergencies)
a. Kegagalan Ketel Uap (Boiler)
Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjelaskan secara singkat langkah2 yang
harus dilakukan bilamana terjadi kegagalan system uap air ( Steam ) dengan
bahan bakar solar.
Jenis keadaan darurat yang mungkin terjadi :
a) Gelas Penduga Pecah, packing Valve ( Man Hole, Hand Hole, Safety
Valve,Venting Valve, Blowdown,:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Menekan Stop Emergency untuk boiler yang mengalami Kegagalan
system
b) Menutup Ball Valve.
c) Menutup Valve supply di Header untuk boiler yang mengalami
Kegagalan
d) Bila ada masih bertekanan, buang tekanan lewat saluran pembuangan
Uap atau Venting.
e) Matikan Power panel boiler yang mengalami kegagalan system
f) Operasikan ke Boiler Cadangan
g) Perbaikan untuk system Boiler yang mengalami Kegagalan system
b. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1:
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
a) Matikan Boiler 1 dan dialihkan ke Boiler 2.
b) Perbaikan untuk boiler yang mengalami Kegagalan system
c) Memberitahu Manager Maintenance
d) Manager Maintenance akan memberitahu Management
c. Kegagalan System Ketel uap ( Boiler ) 1 dan 2 :
Langkah yang harus dlakukan :
Petugas Ketel Uap on duty (24 jam) akan melaksanakan:
petugas dinas akan melaksanakan:
a) Memberitahu Direktur Rumah sakit/ management
b) Memberitahu Manager Maintenance
c) Pelayanan yang mengalami gangguan Steam dan air panas
d) Mendapat dukungan untuk memperoleh palayanan khususnya di Unit
CSSD
e) Rumah sakit bertanggung jawab untuk mengaktifkan Emergency
Management Plan
Bila terjadi gangguan pada system Steam dan Air panas, pipa bocor, gate valve bocor
untuk segera melapor kepada :
1. Pipa Terputus
Terinjak
a) Patah Terkena Benda Berat
b) Gempa Bumi (tembok bergeser)
2. Outlet Bocor
a) Seal rusak
3. Outlet Rusak
a) Pin Rusak Setelah Operasional
4. Instalasi Bocor
a) Sambungan Bocor
b) Selang Gas Di Pendant Pecah Karena Gerakan
5. Central Gas Bocor
a) RS 80 ( N2O )
b) RS 20 ( O2 )
6. Mesin Compresor Air
a) Mati Total Motor Down
b) Pressure Inlet Bocor
7. Mesin Vaccum
a) Motor Mesin Vaccum Down
b) Selang Oli Bocor
8. Zone Valve
a) Electronic automatice Limit pressure rusak
b) Mano meter Tekanan Rusak
c) Inlet Gas Emergency Rusak
9. Central Gas Kebakaran
10. Panel Control Vac,N20,02,CA
a) Terbakar
b) Komponen Rusak ( Relay, Kontaktor, PLC )
11. Buffer tank
a) Bocor
b) Meledak Karena Safety Valve Rusak
12. Alarm Box
a) Mati Total
b) Rusak Sebagian
DRAFT PENANGANAN KEGAGALAN DISTRIBUSI GAS MEDIS
i. SARANA PRASARANA
Sarana Komunikasi
a. PABX dan Direct line
Menggunakan sistem informasi RSUP Prof. Dr. R.D Kandou, berupa PABX
yang dapat secara langsung berhubungan dengan berbagai nomor telepon
darurat.
b. Handie Talkie
Pemegang HT dalam keadaan darurat adalah :
l. Evakuasi
1. Pengertian
Evakuasi adalah upaya yang dilakukan untuk memindahkan orang atau
barang dari suatu tempat (daerah berbahaya atau lokasi bencana) ke
tempat yang lebih aman dengan tujuan penyelamatan atau pencegahan.
Tidak semua bencana rumah sakit harus diikuti dengan evakuasi. Kondisi-
kondisi yang memerlukan tindakan evakuasi antara lain:
Khusus di UGD:
DOKUMENTASI
B. PELATIHAN
a. Pelatihan eksternal untuk tim penanggulangan bencana
b. Pelatihan internal untuk semua karyawan tetntang prosedur penanganan
bencana.
C. SIMULASI / DRILL
Simulasi penanggulangan bencana adalah pelatihan yang diberikan kepada
seluruh karyawan RSUP Prof. Dr. R.D Kandoutentang prosedur penanganan
kegawatdaruratan ketika terjadi bencana, dengan menggunakan skenario pelatihan
yang mendekati kenyataan.
Simulasi penanggulangan bencana diselenggarakan sedikitnya duakali dalam
setahun dengan sasaran seluruh karyawan, pasien dan pengunjung RSUP Prof.
Dr. R.D Kandou. Setiap karyawan RSUP Prof. Dr. R.D Kandou diharapkan
mengikuti minimal 1x simulasi penanggulangan bencana dalam setahun.
Beberapa kebijakan dasar terkait simulasi penanganan bencana:
1. Adanya pengumuman terhadap seluruh karyawan, pasien dan
pengunjung bahwa akan diadakan simulasi penanganan bencana,
sehingga tidak mengagetkan dan tidak menimbulkan kepanikan.
2. Skenario dibuat seriil mungkin sehingga mendekati kenyataan.