0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas transformasi hidup yang dialami oleh Rasul Paulus setelah bertemu dengan Kristus. Sebelumnya, Paulus hidup untuk keagamaan dan kebanggaan diri, namun setelah bertobat ia menjadi lebih rendah hati, kuat, dan fokus kepada Tuhan. Paulus mengalami perubahan mendasar dari manusia lama yang sombong menjadi manusia baru yang dipenuhi kasih Kristus.
Dokumen tersebut membahas transformasi hidup yang dialami oleh Rasul Paulus setelah bertemu dengan Kristus. Sebelumnya, Paulus hidup untuk keagamaan dan kebanggaan diri, namun setelah bertobat ia menjadi lebih rendah hati, kuat, dan fokus kepada Tuhan. Paulus mengalami perubahan mendasar dari manusia lama yang sombong menjadi manusia baru yang dipenuhi kasih Kristus.
Dokumen tersebut membahas transformasi hidup yang dialami oleh Rasul Paulus setelah bertemu dengan Kristus. Sebelumnya, Paulus hidup untuk keagamaan dan kebanggaan diri, namun setelah bertobat ia menjadi lebih rendah hati, kuat, dan fokus kepada Tuhan. Paulus mengalami perubahan mendasar dari manusia lama yang sombong menjadi manusia baru yang dipenuhi kasih Kristus.
Pembaharuan hidup sejati atau perubahan totalitas hidup lebih dikenal
dengan istilah “transformasi hidup”. Dalam Bahasa Yunani, kata yang digunakan adalah “metamorfomai” yang digambarkan bagaikan kupu-kupu, mengalami perubahan bentuk (transformasi=metamorfosa) yang sangat nyata, dari kelihatan menjijikan hingga menjadi sesuatu yang indah, dari ulat-kepompong-kupu kupu yang indah. Metamorfomai = (transformasi hidup) atau pembaharuan hidup sejati itulah yang telah dialami oleh Paulus sebagai pribadi yang telah dijumpai dan mengalami kepenuhan Kristus. Nampak ada perbendaan mendasar dan nyata antara manusia lama dan manusia baru di dalam Kristus, yakni: 1. Manusia lama Keadaan manusia lama digambarkan bahwa ia mengerjakan segala sesuatu dengan berlandaskan pada kekuatan diri sendiri, merasa diri lebih dari yang lain, lebih bergiat dalam memberi, dalam ibadah, melayani bahkan dalam kesucian diri. Ya, itulah Saulus (manusia lama) yang hidup keagamaannya (pelayanannya) berfokus pada kebiasaan dan kebanggaan serta kekuatan diri sendiri. Ketika semua dibangun bertumpu pada kekuatan diri sendiri (mengandalkan kemampuan/kelebihan yang dimiliki di mana diri sendiri menjadi ukuranya), maka kepribadian Saulus nampak tertampil menjadi pribadi yang: sombong, salah sasaran, mudah rapu dan lelah, melihat diri sendiri sebagai ukurannya. Namun Ketika Saulus mengalami perjumpaan dan perubahan (transformasi) hidup melalui kepenuhan Kristus, maka ia berkata: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus…” (Filipi 3:7-8) 2. Manusia baru Sejak perjumpaan dengan Kristus dan mengalami kasih karunia-Nya, itulah titik balik (point of return) dimana Saulus berubah menjadi Paulus. Ia mengalami transformasi hati, pola pikir dan hidup yang total, menuju kepenuhan hidup yang mendatangkan kesukacitaan dan kedamaian yang melampauhi segala akal. Tentu masalah yang dihadapi tidak bertambah ringan, bahkan semakin berat. Tetapi setelah ia mengalami trabsformasi hidup, Paulus menjadi pribadi yang: rendah hati, tenang, makin kuat dan bersungguh-sungguh, orientasi hidupnya focus kepada Tuhan (memandang kepada Tuhan). Saat menghadapi ujian, ejekan, fitnahan bahkan aniaya karena iman dan pelayanannya, Rasul Paulus tidak uring-uringan, ia menjadi lebih tenang. Ia sadar bahwa ini bukan lagi soal pembenaran dan penerimaan dari manusia, sebab ia telah mengalami pembenaran dan penerimaan dari Kristus yang jauh melebihi semua pengakuan dan pembenaran manusia. Oleh sebab itu Rasul Paulus menjadi pribadi yang makin rendah hati, kuat dalam tekanan, karena ia hanya berfokus memandang kepada Tuhan saja. Semua yang ia kerjakan hanyalah ungtuk Tuhan saja, dan bukan untuk mencari popularitas diri. Karena itu ia mengerjakan pelayanan bukan tentang dia dan pelayanannya, tetapi ini semua tentang Tuhan dan pelayanan kepada Tuhan. Ia ingin makin menjadi seperti Kristus, yang terus menerus diperbaharui, disempurnakan untuk kemuliaaan Kristus, dan bukan menjadi pribadi seperti yang orang lain inginkan. Itulah sebabnya Pualus berkata: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian- Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (Filipi 3:10- 11). Saudara, sungguh tiada keindahan dan kepenuhan hidup bagi kita pengikut Kristus kecuali mengejar kehidupan yang makin serupa dengan Kristus. Tidak mudah memang,tetapi bukan hal yang mustahil, sebab hal itu datang dari pihak Allah. Allah yang berinisiatif, Allahlah yang justru menangkap dan mengerjakan dalam kehidupan kita. Tugas kita hanyalah meminta dan membiarkan Roh Kudus leluaa bekerja mentransformasi hati, pikiran dan hidup kita, seperti yang dialami oleh Rasul Paulus. Amin