Anda di halaman 1dari 7

1.

Teori Tata Guna Lahan


Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan
penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah
untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu,misalnya fungsi pemukiman,
perdagangan, industri, dll.

Contoh ilustrasi dalam Tata Guna Lahan:


 Pemanfaatan

2. Kriteria lahan secara lokasional dan fungsional (berbagai kegiatan utama dalam
sistem ruang kegiatan)
 Lokasional ( Kawasan Permukiman )
 Berikut beberapa kriteria dalam penentuan kesesuaian lahan untuk
permukiman:
 1.    Besar sudut dan kemiringan lereng, untuk mengetahui kelas
kemiringan lereng digunakan kriteria seperti yang dipakai oleh USDA
(1978) sebagai berikut:
 Tabel 1. Klasifikasi dan Kriteria Kemiringan Lereng untuk
Permukiman
Harkat dan Kelas Kriteria
Harkat Kelas Kemiringan Lereng Besarnya Sudut
(%)
5 Sangat Baik Rata-Hampir Rata <2
4 Baik Agak miring- Miring 2-8
3 Sedang Miring 8-30
2 Jelek Sangat miring 30-50
1 Sangat Jelek Terjal- sangat terjal >50

 2.    Daya Dukung Tanah, merupakan kekuatan tanah untuk mendukung
atau menahan beban pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat
menggeser. Penentuan daya dukung tanah dapat dilakukan dengan
pensondiran, pengelolaan atau pnetrometer. Kelas dan kriteria daya
dukung tanah disajikan dalam tabel berikut:
 Tabel 2. Kelas dan Kriteria Daya Dukung Tanah untuk
Permukiman
Harkat Kelas Kriteria DDT(kg/cm2)
5 Sangat baik >1.5
4 Baik 1.4-1.5
3 Sedang 1.2-1.3
2 Jelek 1.1-1.2
1 Sangat jelek <1.1

 3.    Kerentanan terhadap Banjir, parameter ini dapat dinilai
berdasarkan interpretasi penggunaan lahan dan wawancara dengan
penduduk setempat, maupun berdasarkan data yang diperoleh dari
badan terkait. Klasifikasi dan kriteria lama penggenangan akibat banjir
yang digunakan oleh Direktorat Perumahan (1980) disajiakn sebagai
berikut:
 Tabel 3. Kelas dan Kriteria Lama Penggenangan atau Banjir
untuk Permukiman
Harkat Kelas Kriteria
5 Sangat baik Daerah tidak pernah terlanda banjir
4 Baik Daerah tergenang <2 bulan setahun
3 Sedang Daerah tergenang antara 2-6 bulan setahun
2 Jelek Daerah tergenang >6 bulan setahun
1 Sangat jelek Daerah selalu tergenang atau daerah rawa

 4.    Kondisi saluran pembuangan air kotor, penilaian kondisi saluran
pembuangan atau drainase didasarkan pada jenis material saluran dan
kondisi alirannya. Kriteria penilaian konsisi saluran pembuangan
mengikuti kriteria penilaian kondisi saluran pembuangan sebagai
berikut:
 Tabel 4. Kelas dan Kriteria Kondisi Saluran Pembuangan Air
Kotor untuk Permukiman
Harkat Kelas Kriteria
5 Sangat baik Saluran pembuangan terbuat dari pasangan batu
permanen dan aliran air sangat lancar
4 Baik Saluran pembuangan terbuat dari pasangan batu
kosong dan aliran air cukup lancar
3 Cukup Saluran pembuangan terbuat dari batu kosong
dan aliran kurang lancar
2 Jelek Saluran pembuangan terbuat dari tanah dan aliran
kurang lancar
1 Sangat jelek Tidak ada saluran pembuangan air kotor
 5.    Pengatusan permukaan tanah, identifikasi pengatusan permukaan
tanah dapat dilakukan dengnan pengamatan di lapangan dan dari nilai
permeabilitas tanahnya. Kriteria penentuan pengatusan permukaan
mengikuti Suprapto dan Sunarto (1990) seperti berikut:
 Tabel 5. Kelas dan Kriteria Pengatusan Permukaan untuk
Permukiman
Harkat Kelas Kriteria
5 Sangat baik Lahan kering, pengatusan sangat baik
4 Baik Lahan dengan pengatusan baik sekalipun
setelah turun hujan
3 Sedang Lahan dengan pengatusan sedang sedikit
terpengaruh dengan fluktuasi air tanah
2 Jelek Lahan dengan banyak persoalan pengatusan
sangat terpengaruh oleh fluktuasi air tanah
1 Sangat jelek Daerah rawa dan genangan banjir

 6.    Tingkat pelapukan batuan atau tanah, identifikasi pelapukan batuan
atau tanah diperoleh dari interpretasi peta geologi atau peta tanah dan
pengamatan lapangan. Untuk penentuan kelas dan kriteria tingkat
pelapukan tanah atau batuan mengikuti kriteria yang digunakan oleh
Dackombe dan Gardiner (1983) seperti berikut:
 Tabel 6. Kelas dan Kriteria Tingkat Pelapukan Batuan untuk
Permukiman
Harkat Kelas Kriteria
5 Segar (tak lapuk) Tidak tampak tanda pelapukan, batu
sesegar kristal. Beberapa diskontinuitas
terkadang bernoda
4 Lapuk ringan Pelapukan hanya terjadi pada
diskontinuitas teruka yang menimbulkan
perubahan warna, dapat mencapai satu cm
dari permukaan
3 Lapuk sedang Sebagian besar batuan berubah warna,
belum lapuk (kecuali batuan sedimen
yang tersemen baik), diskontinuitas
ternoda/ terisi bahan lapuk.
2 Lapuk kuat Pelapukan meluas ke seluruh massa
batuan. Sebagian massa batuan lapuk,
batu tidak mengkilap, seluruh bahan
batuan berubah warna, mudah digali
dengan palu geologi.
1 Lapuk sempurna Seluruh bagian berubah warna dan lapuk,
kenampakan luar seperti tanah.

 E.   Daya Dukung Lahan
 Menurut Chapin (1995) dalam Hesti (2003) dari sudut perencanaan,
daya dukung lahan diartikan sebagai kemampuan alam untuk
mendukung pertumbuhan penduduk, pembangunan fisik atau
intensitas pemanfaatan sumber daya alam tanpa kerusakan lingkungan
yang berarti. Dalam daya dukung lahan dianalisis dengan
membandingkan penggunaan lahan dengan kapasitas kemampuan
alam atau sistem yang dibuat oleh manusia. Hal tersebut berkaitan
dengan kapasitas ambang batas di luar sistem yang akan menderita
kerusakan sebagai dasar rekomendasi batas pertumbuhan yang
dilakukan manusia. Daya dukung lahan yang dimaksud di sini adalah
alami dimana alam dapat memulihkan kembali kondisi yang tidak
seimbang yang masih dalam batas wajar tanpa campur tangan
manusia.
 Daya dukung lahan diukur menurut berbagai kriteria:
 1.        Ekologi, dalam ekologi kita dipelajari makhluk hidup sebagai
kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Dalam hal ini, kajian
ekologi suatu lahan dikaitkan dengan daya dukung lahan tersebut,
dimana apabila kondisi ekologis suatu lahan baik, maka daya dukung
lahan tersebut terhadap makhluk hidup yang tinggal di situ adalah
baik.
 2.        Ekonomi, penggunaan lahan untuk kegiatan yang menghasilkan
pendapatan misalnya, namun kondsi lahan masih baik dan mampu
menanggung beban dari penggunaan lahan tersebut mengindikasikan
bahwa daya dukung lahannya baik.
 3.        Estetika (keindahan), estetika atau keindahan dari suatu wilayah
dapat mengindikasikan apakah suatu lahan memiliki daya dukung
yang baik atau tidak. Semakin indah suatu lokasi dapat dikatakan
semakin baik pula daya dukung lahannya.
 4.        Rekreasi, suatu daerah dapat digunakan sebagai tempat untuk
rekreasi apabila memiliki suasana yang nyaman dan indah tentu saja.
Hampir sama dengan estetika, suatu tempat yang dapat digunakan
sebagai tempat rekreasi berarti alam mampu mengkondisikan dirinya
agar tidak rusak atau lahan menjadi kritis.
 5.        Psikologi (agar orang tetap tenang), hampir sama dengan estetika
dan rekreasi, suatu tempat yang indah biasanya membuat orang atau
makhluk hidup yang lain merasa tenang berada di situ, hal ini berarti
lahan memiliki daya dukung yang masih baik.
 6.        Pertanian, biasanya lahan yang digunakan untuk pertanian,
khususnya pertanian padi, memiliki daya dukung yang sangat bak
karena masih dapat memulihkan kondisinya sendiri meskipun telah
berulang kali digunakan.
 7.        Cagar alam, lahan yang difungsikan sebagai cagar alam memiliki
kriteria tersendiri dimana makhluk-makhluk hidup bisa terus bertahan
hidup atau bertempat tinggal di tempat tersebut karena laahn memiliki
daya dukung yang baik.
 8.        Kehidupan penduduk, dari kesemua kriteria di atas, tak diragukan
bahwa kehidupan penduduk yang menghuni suatu lahan tertentu dapat
menjadi indikator suatu lahan memiliki daya dukung yang baik atau
tidak. Masyarakat tentu saja menggunakan lahan untuk berbagai
keperluan seperti pertanian ataupun rekreasi, dan karena itu sangat
dibutuhkan daya dukung lahan yang baik untuk dapat menunjang
kehidupan manusia.

 Fungsional ( Kawasan Industri )


1. Potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah
2. Potensi sumber daya penunjang seperti air tanah atau air sungai
yang dapat dimanfaatkan guna air industri dan air minum
3. Potensi energi yang memadai
4. Potensi atau keterjangkauan pada sarana dan prasarana yang
diperlukan
5. Potensi yang mampu berkembang menjadi aglomerasi industri
6. Perangkat institusional yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai