Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBERANTASAN PENYAKIT
DI INDONESIA
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, maka saya menyambut
baik terbitnya buku ”SEJARAH PEMBERANTASAN PENYAKIT DI INDONESIA”,
sebagai informasi antargenerasi untuk mengetahui dan memahami hasil
proses perjalanan panjang upaya pemberantasan penyakit, sebagai bagian integral pembangunan
kesehatan nasional.
Upaya pemberantasan penyakit di Indonesia telah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia,
sejalan dengan perkembangan serta kemajuan teknologi kedokteran dan kesehatan modern,
terutama di Benua Eropa dan Amerika.
Upaya pemberantasan penyakit di Indonesia mencatat sukses di tahun 1972, dengan terbasminya
penyakit cacar, sehingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh WHO pada tahun 1974. Prestasi
lain yang juga patut diingat adalah kemampuan kita membasmi polio pada tahun 1990 melalui
gerakan nasional, yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN), yang mampu membebaskan Indonesia dari
penyakit polio.
Dewasa ini kita sedang menghadapi tantangan yang sangat berat (double bourden). Kita tidak hanya
dihadapkan pada masalah “penyakit menular”, tapi juga pada masalah “penyakit tidak menular”,
seperti jantung, diabetes, kanker, maupun penyakit atau kecacatan akibat cedera dan kecelakaan.
Namun kita harus yakin, dengan kerja keras dan pengolahan program yang solid, kita bersama
mampu melaksanakan tugas mulia yang berhasil dan berdaya guna, yaitu pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan.
Sekali lagi, saya menyambut baik adanya penerbitan buku Sejarah Pemberantasan Penyakit di
Indoensa. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih atas ide maupun upaya gigih yang tak kenal
menyerah untuk memberi manfaat bagi masyarakat luas. Kepada semua pihak yang telah
membantu penerbitan buku ini, saya sampaikan terima kaasih dan penghargaan setinggi-tingginya,
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua.
ttd
i
DAFTAR ISI
Sambutan Direktur Jenderal PP & PL ................................................................... ...... i
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (PP & PL)
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : HK.03.05/D/1.4/2510/2007
TENTANG
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN TENTANG PEMBENTUKAN TIM
PENYUSUN SEJARAH DIREKTORAT JENDERAL PP & PL
TAHUN 2007.
Kedua : Tim Penyusun Sejarah Direktorat Jenderal PP & PL Tahun 2007 adalah
sebagai berikut.
Penasehat : Direktur Jenderal PP & PL
Tim Pelaksana :
Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila terdapat kekeliruan
di kemudian hari.
ERA KOLONIAL
CACAR
1
Sumber: http://nl.wikipedia.org
2
Dari waktu ke waktu, penyempurnaan pelaksanaan pencacaran
mulai dilakukan. Bibit cacar yang tadinya didatangkan dari Eropa,
kini mulai dibuat sendiri. Untuk mendukung pembuatan bibit
cacar sendiri, maka di tahun 1879, ”Parc vaccinogene” didirikan
di daerah Batu Tulis, Jawa Barat.
Sumber: http://www.schaakclubutrecht.nl
3
Sumber: http://bandungheritage.org
KUSTA
4
Namun di tahun 1932, peraturan pengasingan paksa di leprozerie
dihapus oleh Dr. J. B. Sitanala, yang saat itu menjabat sebagai
Kepala Dinas Pemberantasan Kusta. Ia bertindak atas referensi
pemberantasan penyakit kusta di Norwegia. Pertimbangan
lainnya, penerapan sistem tersebut di Filipina dan Hindia Barat
tidak membawa hasil memuaskan.
MALARIA
5
Menyadari bahwa penyakit malaria telah menjadi ancaman
kesehatan rakyat di beberapa wilayah, maka di tahun 1911,
Jawatan Kesehatan Sipil didirikan sebagai bentuk upaya
penyelidikan dan pemberantasan penyakit malaria.
Sumber: http://id.wikipedia.org
6
Pemberantasan malaria di pantai, dapat dilakukan dengan cara
Species-assaineering. Pertama, membuat tanggul sepanjang
garis pantai. Tinggi tanggul dibuat melebihi tinggi air laut saat
pasang, begitu juga pada tanah di belakang tanggul. Cara kedua,
yaitu dengan membuat sebuah saluran. Saluran ini dibuat mulai
dari muara sungai sampai melewati batas pemecah gelombang
air laut. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan pembagian
kinine, penggunaan kelambu/alat pembunuhan nyamuk,
pemberian minyak tanah di sarang nyamuk, penempatan
kandang kerbau di antara rumah tinggal dan sarang nyamuk,
serta pemeliharaan tambak secara higienis.
SAMPAR/PES
7
Saa
Saat itu rantai penularan antara tikus, pinjal, dann manusia
m masih
be
berupa hipotesis. Dengan bukti yang cukup, diketahetahui adanya
hu
hubungan antara sampar tikus dan sampar manusi nusia. Untuk itu,
pe
pemberantasan difokuskan pada pemutusan jarak rak
hu
hubungan/kontak antara manusia dengan tikus.
Pa
Pada tahun 1915, Dinas Pemberantasan Pes dibent
bentuk untuk
me
memutus kontak antara manusia dengan tikus.. Dinas
Din ini bertugas
me
melakukan perbaikan perumahan dan pembinaan an dalam
d
me
mengurus rumah tangga, hingga tidak ada lagi tempat
tem tikus
be
bersarang.
Sumber: http://www.arsipjatim.go.id
Da
Daerah Temanggung, Tegal, dan Majalengka yang ng dianggap
d
seb
sebagai ”sarang” terus diamati dan diawasi dengan
gan cermat,
seb
sebagai upaya memberantas penyakit ini.
8
FRAMBUSIA
Sumber: http://www
www.rmaf.org.ph
ar 6. dr. KodiyatKolera
Gambar
9
Penyakit Kolera mulai dikenal pada tahun 1821. Penyakit ini
termasuk penyakit sangat akut. Namun sampai dengan tahun
1860, sifatnya yang menular atau tidak, masih diperdebatkan.
Setiap kali kolera mewabah, maka vaksinansi massa dan
penyuluhan higiene akan diadakan.
TRACHOMA
TUBERKULOSIS
10
Ternyata kenyataan berkata
rkata lain. Tuberkulosis tetap menjadi
masalah. Untuk itu di tahun
un 11917, dibentuk suatu panitia khusus,
yang bertugas menyelidiki
idiki jumlah penduduk pribumi yang
menderita penyakit tuberkulo
rkulosis dan paru-paru.
Sumber: http://www.qoop.nl
Gambar 7. Lingkung
kungan sekitar Sanatorium Tosari
Sumber: http://www.stamps-auction.com
Gambar 8. Villa
illa Ju
Juliana – Sanatorium Tosari
11
Pada Oktober 1918, didirikan suatu badan swasta berbentuk
yayasan, yang mendapat bantuan tenaga dan keuangan dari
Pemerintah. Yayasan itu bernama ”Stichting der Centrale
Vereeniging tot Bestrijding der Tuberculose” (SCVT). Rencananya,
yayasan ini akan mendirikan sanatoria, mengusahakan
perawatan penderita di rumah, dan higiene sekolah sebagai
upaya pemberantasan penyakit ini.
12
Saat menjabat sebagai Kepala
pala Jawatan Kesehatan Sipil
(Hoofdinspecteur) di tahun
n 19
1916, ia mengusulkan agar
pemerintah merubah organis
anisasi Jawatan Kesehatan Sipil. Usul itu
disampaikan atas dasar peng
engalaman sebagai dokter.
Sumber: www.historycooperative.org
13
Pro
Propaganda ini ditujukan tidak hanya untuk pembe
mberantasan
cac
cacing tambang, tetapi juga pemberantasan penyak
nyakit perut
lain
lainnya, dengan cara penyuluhan di berbagai sekola
kolah dan
pen
pengobatan bagi anak sekolah yang menderita sakit.
saki
Sumber: www.historycooperative.org
Tah
Tahun 1933, suatu organisasi higiene mulai berope
operasi dalam
ben
bentuk “Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten”ten”. Percontohan
ini berlokasi di Purwokerto, dengan harapan kabup
bupaten lain akan
me
mencontoh dan melakukan hal yang sama.
Da
Dalam kedudukannya, Dinas Higiene terpisah dariari Dinas
D Kuratif.
Na
Namun dalam pelaksanaannya, kerjasama erat mencakup
men
beb
beberapa program tetap dilakukan keduanya, sepeeperti:
1. Tindakan kekarantinaan, seperti isolasi, observa
servasi, desinfeksi,
penyidikan epidemiologi, dan tindakan perlindu
lindungan lainnya
saat menghadapi wabah (penyakit yang termasmasuk dalam
ordonasi epidemic);
2. Tindakan preventif terhadap penyakit-penyakit
akit rakyat,
seperti membangun assainering/penyehatan n terhadap
te
malaria, pembuatan kakus terhadap penyakitkit cacing
c
tambang dan penyakit perut lainnya (termasuk
suk pengamatan
dan penyuluhan penggunaannya), pengawasan asan air minum
(termasuk pengawasan terhadap perusahaan an es,
e minuman,
dan susu);
3. Mengadakan kursus dukun, sebagai upaya menghadapi
men
banyaknya kasus kematian bayi dan anak;
4. Pendidikan kesehatan bagi rakyat, termasukk pemberian
pe
kursus untuk guru sekolah dan perkumpulan n wanita.
w
14
PEMBERANTASAN PENYAKIT
(1945 – 1965)
15
Sumber: http://www.eijkman.go.id
Pri
Prinsip kebijakan kesehatan pada masa Demokrasirasi Terpimpin
dit
ditujukan pada beberapa usaha, yaitu:
1. Memberi landasan hukum yang lebih kuat bagi segenap
peraturan-peraturan kesehatan;
2. Memperbanyak pendidikan tenaga kesehatan, tan, baik dokter
maupun tenaga paramedik;
3. Menyelenggarakan pembaharuan kebijaksanaa anaan
perumahsakitan, balai pengobatan, dan sejumlumlah BKIA;
4. Menentukan kebijaksanaan mengenai kefarma rmasian,
menggiatkan penggunaan obat-obatan asli serta
sert pendirian
pabrik-pabrik obat nasional, seperti ABDI, PAPH
PHROS;
5. Pembasmian malaria dengan membentuk KOPE OPEM;
6. Mengintensifkan pemberantasan penyakit Frambusia;
Fram
7. Menunjang penyelesaian Trikora dan Dwikora ora dengan
d
menyediakan tenaga medik, paramedik, dan n peralatan;
pe
8. Perbaikan gizi masyarakat melalui Revolusi Makanan
Mak Rakyat
dan Operasi Komando Buta Gizi;
9. Penyelenggaraan Rombongan Kesehatan Indon donesia (RKI)
untuk pemeliharaan kesehatan jemaah haji;
10. Pembinaan usaha-usaha kesehatan swasta;
11. Pembentukan Badan Pelindung Susila Kedokter kteran;
12. Perkembangan Kesehatan Olah Raga, berhubun ubung dengan
akan adanya Asian Games dan Game of the New Emerging
Force (GANEFO).
16
PERIODE DITJEN KRIDA NIRMALA – DITJEN P4M
SAMPAR/PES
17
Penyakit ini pertama kali berjangkit di Pelabuhan Surabaya,
kemudian menyebar ke daerah Pasuruan, Malang, Kediri,
Madiun, Surakarta, Boyolali, Magelang, dan Yogyakarta. Pada
tahun 1919, penyakit ini menyebar ke wilayah Jawa Tengah
melalui Pelabuhan Semarang.
KOLERA
18
Dengan kemajuan teknologi kesehatan, pemberian kekebalan
dilakukan dengan menggunakan vaksinasi Chotipa (cholera,
typhus, dan parathypus), yang dikenal dengan istilah pemberian
”Ring Vaksinasi”.
CACAR
19
Sumber: Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid 1
20
TUBERKULOSIS
Sumber: http://www.general-anaesthesia.com
21
Pada Juli 1953, diadakan konferensi pertama pemberantasan
penyakit paru-paru. Rekomendasi dari konferensi ini
dipergunakan sebagai sebagai dasar upaya pemberantasan
penyakit tuberkolosis paru-paru, dengan vaksinasi BCG sebagai
salah satu upaya preventif yang penting.
MALARIA
22
Pada era 1950, Pemerintah
ah In
Indonesia bekerja sama dengan
Pemerintah Amerika, melalui
lalui USAID, mencanangkan Komando
Basmi Malaria (KOPEM). KOP
KOPEM merupakan suatu ”task force”
Departemen Kesehatan, deng
dengan tugas khusus membasmi
penyakit malaria.
Sumber: Pembangunan
unan Kesehatan Edisi 1992
23
FRAMBUSIA
FR
Fr
Frambusia merupakan penyakit rakyat yang erat
rat kaitannya
k
de
dengan kebersihan perorangan (higiene dan sanita
anitasi).
Se
Sebelum Perang Dunia II, upaya pemberantasanan penyakit
p
fr
frambusia telah dilakukan dengan cara pemberian
rian suntikan
neosalvarsan. Upaya yang dilakukan oleh dr. Kod
ne odiyat telah
be
berhasil menurunkan tingkat infeksi frambusia hingga
hin kurang
da
dari 1%.
U
Upaya pemberantasan frambusia telah dikenall luas
lua dengan
is
istilah ”Treponematosis Control Program”.
Su
Sumber: Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid 2
24
KUSTA
25
Saat itu, Jawa Tengah merupakan satu-satunya provinsi yang
telah memiliki Dinas Pemberantasan Kusta, dengan dua orang
dokter di Semarang.
FILARIASIS
POLIOMYELITIS
26
PEMBERANTASAN PENYAKIT
(1966 – 1975)
27
Pada era Pembangunan Nasional (Pelita), pemberantasan
penyakit menular ditujukan untuk mematahkan rantai
penularan. Untuk itu, cara yang dilakukan adalah dengan
menghilangkan sumber atau pembawa penyakit, mencegah
adanya hubungan dengan penyebab penyakit, serta memberi
kekebalan kepada penduduk.
28
MALARIA
DEMAM BERDARAH
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes
29
FILARIASIS DAN SCHISTOSOMIASIS
RABIES
TUBERKULOSIS
30
PES
KOLERA
FRAMBUSIA
31
KU
KUSTA
Pad
Pada Pelita I, daerah pemberantasan penyakit kusta telah
me
mencakup 83% dari jumlah kabupaten di Indonesia esia. Kegiatan
pen
penemuan penderita sampai akhir Pelita I mencapacapai 80 % dari
tar
target, yaitu sebesar 40.245 penderita dari target
et 50
5 ribu
pen
penderita.
Keb
Keberhasilan program pemberantasan penyakitt kusta
kus ini telah
me
mengalirkan bantuan hibah dari Sasakawa Foundat dation, Jepang.
Ban
Bantuan hibah ini sangat berguna untuk pengembambangan rumah
sak
sakit kusta di Tangerang dan Sulawesi Selatan.
CA
CACAR
Da
Dalam usaha pemberantasan penyakit cacar, Peme
emerintah
Ind
Indonesia mengambil kebijakan peningkatan penga
ngamatan dan
pem
pemberian kekebalan penyakit cacar kepada 1/3
3 penduduk
pe
Ind
Indonesia.
Pem
Pemerintah juga mengambil kebijakan lain dengan
gan ikut serta
dal
dalam Global Smallpox Eradication Program (SEP)
P) pada
p tahun
196
1967.
32
Sejak keikutsertaan dalam SEP, Indonesia mulai mengalami
banyak kemajuan dalam pemberantasan penyakit cacar, hingga
dinyatakan bebas cacar oleh WHO pada 25 April 1974.
PENYAKIT KELAMIN
33
HIGIENE DAN SANITASI
34
INPRES SAMIJAGA
P4D
35
Tatalaksana penderita menjadi efektif setelah dikembangkan
upaya rehidrasi oral dengan menggunakan oralit (sesuai dengan
anjuran WHO tahun 1973) dan cairan rumah tangga sebagai
pertolongan pertama. Dengan dilaksanakannya tatalaksana
tersebut dengan cepat dan tepat, angka kematian akibat diare
dapat diturunkan, terutama saat terjadi KLB.
ERADIKSI POLIOMYELITIS
36
Untuk mensukseskan program ini, Pemerintah menjadikan
program ini sebagai gerakan nasional, yang dikenal dengan
Pekan Imunisasi Nasional (PIN).
FILARIASIS
37
Me
Metode lainnya adalah pengobatan dosis rendah h di
diikuti dosis
sta
standar, yang dilakukan di Kalimantan Selatan, Flores
Flor Barat, dan
Kab
Kabupaten Batang Hari (Jambi). Ternyata, pengoba
obatan ini sangat
ber
berhasil.
Ber
Berdasarkan pengalaman, pengamatan, serta pene
enelitian, maka
dip
diputuskan penggunaan DEC dosis rendah semingg
inggu sekali
sel
selama 40 minggu, sebagai program pemberantasa
tasan filariasis.
Gam
Gambar 22.
SC
SCHISTOSOMIASIS
Sch
Schistosomiasis adalah penyakit parasitik akibatt infeksi
inf cacing
Sch
Schistosoma, dengan gejala klinis awal gatal-gatal
tal saat
s serkaria
ma
masuk ke dalam kulit.
Ter
Terdapat empat spesies cacing Schistosoma yangng menjadi
m parasit
pad
pada manusia, yaitu Schistosoma haematobium,, Schistosoma
Sch
ma
mansonni, Schistosoma japonicum, Schistosoma a mekongi.
me
Pen
Penyelidikan epidemiologi Schistosomiasis dilakuka
kukan
ber
berdasarkan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan
an jenis
je
pen
penyebaran schistosomiasis di dunia, manivestasi
asi klinis,
k dampak
sos
sosio ekonomi, dan pemberantasan.
38
PEMBERANTASAN PENYAKIT
ERA REFORMASI
(2000 – 2007)
39
KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
BTKLPPM
40
RSPI PROF. DR. SULIANTI SAROSO
Sumber: http://www.navigasi.net
41
Sejak diresmikan penggunaannya pada 21 April 1994, RSPI-SS
telah melakukan tugas pelayanan penyembuhan dan perawatan
penderita secara menyeluruh. Selain itu, RSPI-SS juga
menjalankan fungsi sebagai:
1. pelaksana rujukan nasional di bidang penyakit infeksi dan
penyakit menular lainnya;
2. penatalaksanaan penyakit infeksi menular lainnya;
3. penelitian klinik dan epidemiologi penyakit infeksi dan
penyakit menular lainnya;
4. pelaksanaan sistem kewaspadaan dini, penanggulangan
wabah/kejadian luart biasa (KLB);
5. pendidikan dan pelatihan di bidang penyakit infeksi dan
penyakit menular lainnya;
6. penelitian dan pengembangan di bidang penyakit infeksi dan
penyakit menular lainnya;
7. pengelolaan sistem informasi penyakit infeksi dan penyakit
menular lainnya.
42
PROGRAM IMUNISASI
ber: K
Sumber: Koleksi Ditjen PP & PL
43
Di tahun yang sama, bencana tsunami juga terjadi di Nangroe
Aceh Darussalam dan Pulau Nias. Untuk itu, Crash Program
Imunisasi Campak dilakukan bagi para korban pengungsi berusia
0 – 5 tahun.
KUSTA
FRAMBUSIA
44
MALARIA
45
Sur
Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan peman
mantauan jentik
ole
oleh petugas kesehatan maupun juru/kader peman mantau jentik
(Ju
(Jumantik/Kamantik). Pengembangan sistem surveirveilans vektor
sec
secara berkala perlu terus dilakukan, terutama dalam
dala kaitannya
den
dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
kasu
DE
DEMAM CHIKUNGUNYA
De
Demam Chikungunya (Demam Chik) adalah suatu tu penyakit
p
me
menular dengan gejala utama demam mendadak, ak, nyeri
n pada
per
persendian terutama lutut, pergelangan, jari kaki
ki dan
d tangan,
ser
serta tulang belakang yang disertai ruam pada kulit.
kulit
Pen
Penyakit ini disebabkan oleh virus chikungunya dan ditularkan
ole
oleh nyamuk Aedes aegepti, yang juga nyamuk penular
pen DBD.
ISP
ISPA
ISP
ISPA termasuk Pneumonia, sering kali disebut seba
ebagai wabah
ray
raya yang terlupakan atau The Forgotten Pandemicmic, karena
kur
kurangnya perhatian organisasi internasional terha
rhadap penyakit
ini. Upaya yang dilakukan lebih dari sepuluh tahun
un yang lalu,
bel
belum juga menemukan suatu intervensi yang efektif
efek untuk
me
mengatasi penyakit ini.
46
Di tahun 1997, pendekatanan Integrated Management Childhood
Illness (IMCI) atau Manajeme
emen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
diperkenalkan. Pendekatanan in
ini merupakan model tatalaksana
kasus untuk berbagai penyak
yakit anak, seperti ISPA, Diare, Malaria,
Campak, Gizi Kurang, dan Kec
Kecacingan.
TUBERKULOSIS
47
Pe
Pengembangan Program Pengendalian TBC denga ngan strategi
D
DOTS (Directly Observed Treatment, Shortcourse rse
Chemotheraphy) sampai dengan tahun 2005 telah
Ch elah dilaksanakan
di seluruh provinsi di Indonesia. Hasilnya, tercapai
apai penurunan
in
insiden kasus menular, yaitu dari 130/100.000 penduduk
pen (WHO-
19
1995) menjadi 170/100.000 penduduk.
H
HIV/AIDS DAN PMS
Pa
Pada Desember 2003, WHO menetapkan kebijaka akan ”Three by
Fiv
Five Initiative”, yaitu target global akses pengobat
batan Anti Retro
Vir
Viral (ARV) terhadap tiga juta ODHA pada tahun n 2005.
20
Be
Berdasarkan kebijakan itu, Menteri Kesehatan menetapkan
me
ta
target, bahwa sepanjang tahun 2005 sebanyakk 10 ribu ODHA
te
telah mendapatkan aksesbilitas pengobatan ARV.
RV.
D
Di tahun 2004, lima ribu ODHA telah mendapatkan
tkan pengobatan
AR
ARV. Sedangkan di tahun 2005, pengobatan telah
lah diakses oleh
le
lebih dari lima ribu ODHA.
sumber: http://www.artasauthority.com
su
Sa
Sampai dengan tahun 2005, Departemen Kesehata
hatan telah
m
menetapkan 75 rumah sakit sebagai pusat rujukan
ukan pengobatan
AR
ARV. Penetapan tersebut sebagai bentuk komitme
itmen Indonesia
da
dalam mendukung 3 by 5.
48
Hingga Desember 2005, secara kumulatif tercatat 3.368 orang
mengidap HIV (+) dan sebanyak 2.682 orang mengidap AIDS.
Dengan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, maka
pemantauan terhadap kecenderungan HIV/AIDS dan sipilis pada
kelompok risiko tinggi dilakukan dengan cara pengambilan
sampel secara bersamaan setiap setahun sekali.
DIARE
Selain angka kesakitan yang masih tinggi, penyakit diare juga
sering menimbulkan KLB dengan tingkat CFR yang juga tinggi.
Dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
diperoleh angka kematian diare (semua umur) 23 per 100.000
penduduk. Sedangkan pada Balita, 75 per 1000.000 penduduk.
KECACINGAN
49
Dengan penyuluhan ini, diharapkan para murid dapat melakukan
perilaku hidup sehat, seperti kebiasaan cuci tangan sebelum
makan dan sesudah buang air besar, potong kuku, serta
memakai alas kaki jika keluar rumah, sehingga terhindar dari
penyakit kecacingan.
FILARIASIS
SCHISTOSOMIASIS
50
FLU BURUNG
51
Pengobatan bagi penderita, dapat dilakukan dengan oksigenasi
bila terdapat sesak napas; hidrasi dengan pemberian cairan
parenteral (infus); pemberian obat antivirus oseltamivir 75 mg
dosis tunggal selama 7 hari; serta pemberian Amantadin di awal
terjadi infeksi (sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama,
selama 3 - 5 hari).
52
SARS
53
Upaya surveilans epidemiologi SARS di Indonesia mencakup
pemeriksaan penumpang di bandara pada saat kedatangan
(arrival screening) dan keberangkatan (pre-departure screening),
pemeriksaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang datang dari
daerah terjangkit SARS, surveilans SARS di rumah sakit dan
sarana kesehatan, surveilans SARS dan penumonia di
masyarakat, serta investigasi dan pelacakan kontak.
KESEHATAN HAJI
54
KOL. Dr. AZIL WIDJAYAKUSUMA
DIREKTUR JENDERAL EKSEKUTIF KOPEM
1960 – 1966
88
Dr. MARSAID S.
DIREKTUR JENDERAL KRIDA NIRMALA
1966 – 1967
89
Dr. R. E. M. SULING
DIREKTUR JENDERAL KRIDA NIRMALA
1967
90
PROF. DR. J. SULIANTI SAROSO
DIREKTUR JENDERAL P 4 M
1967 – 1975
91
Dr. BAHRAWI WONGSOKOESOEMO, MPH
DIREKTUR JENDERAL P 3 M
1975 – 1978
92
Dr. M. ADHYATMA, MPH
DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP
1978 – 1987
93
Dr. S. L. LEIMENA, MPH
DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP
1987 – 1988
94
Dr. GANDUNG HARTONO
DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP
1988 – 1993
95
Dr. HADI M. ABEDNEGO, SKM
DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP
1993 – 1998
96
Dr. ACHMAD SUJUDI
DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP
1998 – 2000
97
PROF. DR. Dr. UMAR FAHMI ACHMADI, MPH
DIREKTUR JENDERAL PPM & PL
2000 – 2005
98
Dr. I NYOMAN KANDUN, MPH
DIREKTUR JENDERAL PP & PL
2005 – Sekarang
99
DAFTAR PUSTAKA
B UK U
100
INTER NET
1. http://nl.wikipedia.org/wiki/Thomas_Raffles
2. http://www.schaakclubutrecht.nl/histarnoldforeest.html
3. http://bandungheritage.org/index.php?option=com_content
&task=view&id=55&Itemid=49
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Anopheles
5. http://www.arsipjatim.go.id/web/ARSIP/WebContent/web/
view_koleksi_detail.jsp?q=200600000224
6. http://www.rmaf.org.ph/Awardees/Biography/BiographyKo
dijatRad.htm
7. http://www.qoop.nl/showimage.php?artikelID=6205480
8. http://www.stamps-auction.com/indonesia-old-postcard-
villa-juliana-sanatorium-tosari-for-sale-30554
9. www.historycooperative.org/journals/hah/8.2/stein.html
10. http://www.eijkman.go.id/Public
11. http://www.general-anaesthesia.com/images/robert-
koch.html
12. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes
13. http://www.navigasi.net/goart.php?a=puonrust
14. http://www.artasauthority.com/2006/12/show_your_color_
world_aids_day.html
15. http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burun
g.pdf
16. http://www.who.or.id/ind/php/faq_avian.php
17. http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=43
18. http://www.biofarma.co.id/ind/company2.html