BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
(attitudes).2
dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu
berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu.3
dapat belajar dengan baik. Oleh karena itu seorang pendidik harus paham
secara optimal. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan
berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Ada ahli yang
1
Winkel, 1996, Psikologi Pengajaran, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. h. 3
2
Udin S Winataputra, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, h.5
3
Gagne 1977, The Conditions of Learning, h.252
10
11
menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Jika guru
1. Ranah Kognitif
2. Ranah Afektif
dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini
berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini
3. Ranah Psikomotorik
kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
4
N.L. Cage & David C. Barliner1994, Educational psychology, Boston : Houghton
Mifflin Company,. h.151
12
hakekatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa
A2
Y2
A1
Y1
(A2) danRendah
kualitas pengajarannya (B2) lebih tinggi dibanding denga A1 dan B1
Kualitas Pengajaran
5
Nana Sudjana, 2009, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya ,h.40
13
aktivitas guru, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Sebagai suatu sistem
1. Keterampilan guru
2. Aktivitas siswa.
jenis yaitu:
B. Hasil Belajar
bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan
dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.10
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
C. Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Matematika
10
Nana Sudjana,2004, Metode Statistika, Bandung: Tarsito h.22
16
perbedaan konsepsi ini merupakan hal yang penting untuk mengembangkan dan
adalah suatu bidang yang dinamis dan tumbuh (NCTM, 1989; MSEB, 1989,1990)
dan aliran yang memandang bahwa matematika adalah disiplin ilmu yang statis,
ketrampilan-ketrampilan.11
yang masak yang dapat dipetik oleh para ilmuwan untuk dapat memelihara
hutan tropika yang tumbuh secara cepat, dipelihara dan dibentuk oleh pihak luar,
mengubah keragaman intelaktual flora dan fauna. Perbedaan dalam persepsi ini
Perbedaan konsepsi ini mempengaruhi para guru dan para ahli matematika
11
Turmudi, 2012, Matematika: landasan Filosofis, didaktis, dan Pedagogis Pembelajaran
Matematika untuk Siswa Sekolah dasar, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, h. 4
17
orang melihat bahwa matematika sebagai disiplin ilmu yang statis yang
ilmu yang dinamis yang secara konstan berubah sebagai hasil dari penemuan baru
sama tentang landasan filosofis yang mendasari ini memiliki percabangan yang
2. Pengertian Matematika
memajukan daya pikir manusia. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari
didasarkan kepada teori pengetahuan pihak luar, mandiri, dan tak teramati,
yang tidak secara kaku diperintahkan oleh suatu pemikiran (logistis, formalist).
dengan mengatakan:
akibat dari coretan pensil atau kapur, bukan kumpulan benda-benda fisik berupa
Apa sifat-sifat utama yang dari aktivitas dan pengetahuan matematika yang kita
satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam bidang yaitu
aljabar, analisis, dan geometri. Sedangkan menurut ahli yang lain mengatakan
13
Ibid, h.6
19
logik.
berhubungan dengan bilangan yang memiliki aturan-aturan yang ketat dan berdiri
3. Tujuan Matematika
pemecahan masalah.14
4. Kegunaan Matematika
sebagai berikut:
14
Depdiknas, Permen No 56 tahun 2008 Tentang Standar isi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan,
h.138
21
siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pelajaran
artinya bahan belum selesai jika salah satu teman dalam sekelompok belum
15
Uzer Usman, 2010, Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:. Remaja Rasakarya. h.72
22
dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan
atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan
hadiah.
Interaksi tatap muka akan memaksa siswa tatap muka dalam kelompok
sehingga mereka dapat berdialog. Interaksi semacam itu sangat penting karena
siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep
3. Akuntabilitas individual
secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua
dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-
rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus
penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan
akuntabilitas individual.
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
24
menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari
sesama siswa. 17
kooperatif, seperti:
Pembelajaran kooperatif tipe ini merupakan salah satu tipe dari model
jumlah anggota 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian
penghargaan kelompok.
2. Jigsaw
kelompok asal, dengan membentuk kelompok atas 5-6 orang siswa, materi
dibagikan kepada siswa dalam bentuk teks yang dibagi dalam bentuk sub bab,
setiap anggota kelompok membaca sub bab yang diperoleh dan bertanggungjawab
untuk mempelajarinya, anggota kelompok lain yang mendapat sub bab yang sama
3. Investigasi kelompok
persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu. Selanjutnya siswa
memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas
pelaksanaan pembelajaran tipe Think Pair Share (TPS) yaitu berfikir (think) atas
teman semeja dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan berbagi
(STAD).
18
Tritanto, 2009, mendesain Model pembelajaran Inovatif-progresif; konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Prenada Media Group, h.49-
62
19
Dasim Budimansyah, 2002, Off.Cit, h.42
26
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
keterlibatan belajar.
pembelajaran dengan empat anggota atau lebih campuran ditinjau dari tingkat
seluruh anggota tim telah menuntaskan pelajaran yang telah dipresentasikan oleh
guru, setelah itu diadakan kuis secara individual tentang bahan ajar tersebut, tanpa
kooperatif yang paling sederhana. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:
1. Presentasi kelas
Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan
2. Tim.
27
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari
kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama
dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan
3. Kuis
memahami materinya.
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja
lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap
siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam
sistem skor ini. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan
tingkat di mana skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal
mereka.20
20
Ibid
28
5. Rekognisi Tim
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga
a. Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok
dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
dipresentasikan oleh guru dan siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama
b. Pengembangan
tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih
kekonsep lain.
c. Praktek terkendali
menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab
atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas
3. Kegiatan kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan
konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa
4. Evaluasi
30
pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan
kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes,
kelompok.
5. Penghargaan Kelompok
Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena
dan super.
evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan