Anda di halaman 1dari 21

DOKUMEN STATUS JALAN

1. Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan


(berdasarkan Permen 03/PRT/M/2012)

2. Perubahan Fungsi Jalan & Status Jalan

3. Penutup

2
Penetapan Fungsi Jalan &
Status Jalan
a. Dasar Hukum
b. Tujuan & Lingkup Pengaturan
c. Skema Penyusunan Jaringan Jalan
d. Pengelompokan Jalan
e. Jalan menurut Sistem
f. Jalan menurut Fungsi
g. Jalan menurut Status
h. Arahan Penataan Ruang dalam Pengaturan Fungsi Jalan pada Sistem Jaringan Jalan Primer
i. Arahan Penataan Ruang dalam Pengaturan Fungsi Jalan pada Sistem Jaringan Jalan Sekunder
j. Prosedur Penetapan Fungsi Jalan
k. Prosedur Penetapan Status Jalan
❖ UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
❖ PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
❖ PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
JALAN

❖ UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang TATA LALU ❖ KM No. 49 Tahun 2005 tentang SISTRANAS
❖ PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN RUANG LINTAS ❖ UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ

UU No. 38 Tahun ❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan diatur
2004 tentang Jalan dalam Peraturan Pemerintah
Pasal 8 ayat (6) dan
9 ayat (7) ❖ Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum diatur dalam Peraturan
Pemerintah

❖ Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya dilakukan berdasarkan pedoman yang


PP No. 34 Tahun 2006 ditetapkan oleh Menteri
tentang Jalan Pasal 61
ayat (4) dan 62 ayat (6) ❖ Penetapan ruas-ruas jalan menurut statusnya dilakukan secara berkala dan dengan
memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri

Permen PU No. ❖Penetapan & Prosedur Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan
03/PRT/M/2012
tentang Pedoman ❖Wewenang Penetapan Fungsi Jalan & Status Jalan
Penetapan Fungsi ❖Perubahan Fungsi Jalan & Status Jalan
Jalan dan Status Jalan 4
TUJUAN PENGATURAN LINGKUP PENGATURAN
❖ Mewujudkan tertib penyelenggaraan jalan; ❖ Penetapan dan perubahan fungsi jalan; dan
❖ Mewujudkan kepastian hukum mengenai fungsi ❖ Penetapan dan perubahan status jalan.
jalan dan status jalan.

JALAN adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. 5
UU dan PP tentang Jalan
• UU No. 38/2004
• PP No.15/2006 (tentang
Jalan Tol)
• PP No. 34/2006

• UU No. 26/2007 tentang UU dan PP tentang Lalu


ARTERI PRIMER
PENATAAN RUANG Lintas dan Angkutan
• PP No. 26/2008 tentang Jalan
RTRWN • UU No. 22/2009 SISTEM PRIMER KOLEKTOR PRIMER
• PP No. 32/2011
( WILAYAH
(tentang Manajemen NASIONAL)
Rekayasa Lalu Lintas) LOKAL PRIMER

LINGK. PRIMER
SISTEM TRANSPORTASI
NASIONAL/ SISTRANAS
(darat, sub sektor jalan)
(jangka menengah & panjang)
ARTERI SEKUNDER

KEBIJAKAN DAN
STRATEGI SISTEM SEKUNDER KOLEKTOR SEKUNDER
• P E R TU M B U H A N PENYELENGGARAAN ( KAWASAN
• PE MERA TA AN JARINGAN JALAN PERKOTAAN)
LOKAL SEKUNDER
JANGKA MENENGAH &
PANJANG
LINGK. SEKUNDER

6
PERUNTUKAN SISTEM FUNGSI STATUS

Arteri (JAP) JALAN NASIONAL


SK Menteri SK Menteri
(termasuk jalan tol dan
Kolektor-1 (JKP-1) PU PU
jalan strategis nasional)
Kolektor-2(JKP-2)
Sistem JALAN PROVINSI SK Gubernur
Kolektor-3 (JKP-3)
Primer
JALAN
UMUM Kolektor-4 (JKP-4)
(Jalan yang JALAN KABUPATEN
Lokal (JLP)
diperuntukkan dan SK Bupati
bagi lalu lintas Lingkungan (Jling-P) SK JALAN DESA
umum)
Arteri (JAS) Gubernur

Sistem Kolektor (JKS)


Sekunder JALAN
Lokal (JLS) SK Walikota
KOTA
Lingkungan (Jling-S)
JALAN KHUSUS
(Jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan
sendiri.) Catatan :
JKP-1 = Menghubungkan Antar Ibukota Propinsi
JKP-2 = Ibukota Propinsi Dengan Ibukota Kabupaten
JKP-3 = Menghubungkan Antar Ibukota Kabupaten
JKP-4 = Ibukota Kabupaten Dengan Kecamatan
7
• SISTEM PRIMER
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat pusat kegiatan

• SISTEM SEKUNDER
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

8
Kriteria Arteri Kolektor Lokal Lingkungan
HIERARKI JALAN Angkutan yang dilayani Utama Pengumpul Setempat Lingkungan
Jarak perjalanan Jauh Sedang Dekat Dekat
Kecepatan rata-rata Tinggi Sedang Rendah Rendah
Jumlah jalan masuk Dibatasi Dibatasi Tidak Dibatasi Tidak Dibatasi
ARTERI

Vol. & Kec. KOLEKTOR


P tinggi
E Lalulintas
R Lokal terbatas
G
E 100 Km/jam
R
A
K LOKAL
A Lalulintas
N Menerus
Makin
Dominan

20 Km/jam
Vol. & Kec.
rendah Areal Permukiman Semakin Dominan
Semakin Bertambah
Akses dikontrol Peruntukan Jalan Akses dan Parkir Akses tidak
penuh dikontrol
A KSESIBILITAS 9
1 JAP
Jalan 2 JKP-1 1 JKP-4
Nasional 2 JLP
3 Jalan Tol
3 Jling-P
4 JSN
Jalan 4 JSK
1 JKP-2 Kabupaten
Jalan 2 JKP-3 5 JAS
Provinsi 3 JSP 6 JKS
4 Ruas jalan di wilayah DKI 7 JLS
Jakarta kecuali jalan nasional 8 Jling-S
1 JAS
JLing-P & JLP yang
Jalan 2 JKS Jalan tidak termasuk jalan
Kota 3 JLS Desa kabupaten di dalam
kawasan perdesaan
4 Jling-S

10
Bandara Bandara Bandara Pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan
Perkotaan PKN PKW PKL PKLing Persil PKSN Pengumpan KSN KSP KSK
Utama Pengumpul Utama Pengumpul Pengumpan

PKN JAP JAP JKP JLP Jling.P JSN JAP JAP --- JAP JAP --- JSN --- ---

PKW JAP JKP JKP JLP Jling.P JSN JAP JAP JSP JAP JAP JSP JSN JSP ---

PKL JKP JKP JLP JLP Jling.P JSN --- --- JSK --- --- JSK --- --- JSK

PKLing JLP JLP JLP JLP Jling.P --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Persil Jling.P Jling.P Jling.P Jling.P Jling.P --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

PKSN JSN JSN JSN --- --- JSN --- --- --- --- --- --- --- --- ---

Bandara
JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
Utama
Ibukota Provinsi Ibukota Provinsi
---JKP-1
Bandara
JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
Pengumpul
Bandara
--- JSP JSK --- --- --- --- --- ---JKP-2 --- Ibukota
--- Kabupaten/
--- Kota ---
--- ---
Pengumpan
Pelabuhan
Utama
JAP JAP --- --- Ibukota
--- Kabupaten/
--- --- Kota
--- ---JKP-3 --- Ibukota
--- Kabupaten/
--- Kota ---
--- ---

Pelabuhan
JAP JAP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
Pengumpul JKP-4 Ibukota Kecamatan
Pelabuhan
--- JSP JSK --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
Pengumpan

KSN JSN JSN --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

KSP --- JSP --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---

KSK --- --- JSK --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- 11---
Kawasan
Primer

Prime Sekunder Sekunder Sekunder Perumaha


Perkotaan JAS
r I II III n
JAS
Primer --- JAS --- --- ---
Kawasan Kawasan
Sekunder I JAS JAS JAS --- JLS Sekunde Sekunde
Sekunder r JAS r
--- JAS JKS JKS JLS I I
II
Sekunder JAS
--- --- JKS JLS JLS JAS
III
Perumaha
--- JLS JLS JLS Jling.S Kawasan Kawasan
n Sekunde Sekunde
Keterangan : JLS JKS r
r
JAS = Jalan Arteri Sekunder II II
JKS = Jalan Kolektor Sekunder
JLS = Jalan Lokal Sekunder JKS
JLing.S = Jalan Lingkungan Sekunder
JLS Kawasan Kawasan
Sekunde Sekunde
r
JLS
r
III III

JLS

Perumahan JLingS Perumahan


Contoh Sketsa Hirarki Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Pelabuhan
Bandar
Udara Pergudanga
n

Kawasan
Kawasan Perdagangan
Industri Regional
Regional

Terminal
Angkutan
Barang
Terminal
Tipe A

Kawasan Sekunder I
Jaringan Jalan Primer
Batas Perkotaan
Kawasan Sekunder II Jalan Arteri Sekunder
Kawasan Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Kawasan Sekunder III
Jalan Lokal Sekunder
Perumahan Jalan Lingkungan Sekunder 13
Menetapkan fungsi (JAP & JKP-1)
Menyusun konsep Menyampaikan konsep kepada setelah memperhatikan masukan
penetapan JAP & JKP-1 Menteri yang menyelenggarakan dari Menteri yang
berdasarkan RTRWN urusan pemerintahan di bidang LLAJ menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang LLAJ
Penetapan JAP dan JKP-1
→Secara berkala paling singkat 5 (lima) tahun dengan Keputusan Menteri

Penetapan JKP-2, JKP-3, JKP-4, JLP, Jling-P, JAS, JKS, JLS, dan Jling-S
→Secara berkala paling singkat 5 (lima) tahun dengan Keputusan Gubernur

Usulan Bupati/ Walikota tentang fungsi


Kepmen tentang penetapan ruas jalan jalan untuk ruas jalan sebagai JKP-4,
sebagai JAP & JKP-1; JLP, Jling-P, dan semua ruas jalan dalam
sistem jaringan jalan sekunder.

KHUSUS DKI JAKARTA, GUBERNUR GUBERNUR menetapkan ruas jalan sebagai


JKP-2, JKP-3, JKP-4, JLP, Jling-P, dan
DKI JAKARTA menetapkan ruas jalan semua ruas jalan dalam sistem jaringan
sebagai JAS, JKS, JLS, dan Jling-S jalan sekunder

Ket:
Perlu memperhatikan Dengan memperhatikan masukan 14
PENETAPAN
STATUS JALAN
FUNGSI JALAN yang ditetapkan JALAN NASIONAL oleh
oleh MENTERI (Keputusan Menteri
Menteri)

PERLU MEMPERHATIKAN
JALAN PROVINSI oleh
Gubernur
JALAN KABUPATEN
FUNGSI JALAN yang ditetapkan oleh oleh Bupati
GUBERNUR (Keputusan Gubernur) JALAN KOTA oleh
Walikota
JALAN DESA oleh
FUNGSI JALAN yang ditetapkan Bupati
oleh GUBERNUR DKI JAKARTA
JALAN PROVINSI DI
(Keputusan Gubernur DKI DKI JAKARTA oleh
Jakarta) Gubernur

Ket:
Perlu memperhatikan 15
Alasan Perubahan
Fungsi Jalan & Status Jalan
① Perubahan peranan pelayanan suatu pusat kegiatan
(misalnya: PKW menjadi PKN)
② Peningkatan status outlet dalam suatu sistem transportasi
(misalnya: pengembangan pelabuhan/ bandara baru berskala utama/
pengumpul)
③ Peningkatan wilayah penyelenggaraan jalan
(misalnya: pemekaran wilayah, pembentukan KSN baru)
④ Pengurangan peran dan/atau wilayah layanan
(misalnya: pembangunan jalan lingkar sebagai pengganti jalan nasional
eksisting)
CONTOH Sketsa Perubahan Fungsi Jalan Arteri Primer Menjadi
Jalan Arteri Sekunder Sebagai Akibat Pembanguan Jalan Lingkar (By Pass)

Arteri Primer
Jalan Bypass menjadi Arteri
(Arteri Primer) Sekunder

Perkotaan

Sistem Sekunder
(Dalam Perkotaan)

❖ Dibangunnya jalan bypass mengakibatkan jalan primer semula yang masuk perkotaan menjadi berkurang fungsinya (dari
fungsi jalan primer menjadi fungsi jalan sekunder).
❖ Perubahan fungsi jalan membawa konsekuensi perubahan status jalan yang berarti perubahan wewenang
penyelenggaranya.
❖ Perlu komitmen antar instansi terkait dalam hal wewenang penyelenggaraannya yang akan dilepas atau yang akan
menjadi tanggung jawab penyelenggaraannya.
17
ARTERI JALAN
ARTERI PRIMER NASIONAL
• UU No. 26 Th. 2007 • Kebijakan nasional dan
PRIMER
dan PP No. 26 Th. strategi KOLEKTOR JALAN TOL DAN JALAN
PRIMER 1 STRATEGIS NASIONAL
KOLEKTOR PRIMER 1
2008: Penataan Ruang penggunaan
• Sitem Transportasi jaringan jalan JARINGAN JALAN PRIMER KOLEKTOR PRIMER 2
Nasional • RenstraKementeri (JANGKA MENENGAH DAN KOLEKTOR PRIMER 3 KOLEKTOR
JANGKA PANJANG)
an PU PRIMER 2
KOLEKTOR PRIMER 4 JALAN
• Renstra Ditjen. KOLEKTOR PROVINSI
RUJTJ (Sistranas)
Bina Marga LOKAL PRIMER 3
PRIMER
RUJTJN (Tatranas)
RUJTJP (Tatrawil) LINGKUNGAN KOLEKTOR
RUJTJKab/Kot PRIMER PRIMER 4

(Tatralok) LOKAL
ARTERI JALAN
RUJPJJ SEKUNDER
PRIMER KABUPATEN DAN JALAN
KOTA
UU dan PP tentang Jalan: JARINGAN JALAN SEKUNDER LINGKUNGAN
RUJMJJ • UU No. 38 Th. 2004: KOLEKTOR PRIMER
Jalan (JANGKA MENENGAH DAN SEKUNDER
JANGKA PANJANG)
• PP No.15 Th. 2005: Jalan ARTERI, KOLEKTOR,
Tol LOKAL LOKAL, DAN
• PP No. 34 Th. 2006: Jalan SEKUNDER LINGKUNGAN JALAN
SEKUNDER KOTA
• Sinergitas RTRW Provinsi/
Kabupaten/ Kota/ Nasional UU dan PP tentang Lalu LINGKUNGAN
Lintas dan Angkutan SEKUNDER
• Pertumbuhan ekonomi
wilayah Jalan:
• Pemerataan hasil • UU No. 22 Th. 2009: LLAJ Ket: ** ARTERI, KOLEKTOR,
pembangunan • PP No. 32 Th. 2011: • Berdasarkan usulan Bupati/ LOKAL, DAN JALAN
LINGKUNGAN PROVINSI DI DKI
• Keseimbangan spasial/ status
Manajemen dan Walikota tentang fungsi SEKUNDER DI DKI JAKARTA
soaial/ sektoral/ modernitas
Rekayasa Lalu Lintas jalan untuk ruas JKP-4, JAKARTA

• PP No. 37 Th. 2011: JLP, Jling-P, JAS, JKS, JLS,


Forum Lalu Lintas dan dan Jling-S
• Memperhatikan Permen Ket: ***
Angkutan Jalan
tentang pedoman • Memperhatikan Permen
penetapan fungsi dan tentang pedoman
status jalan penetapan fungsi dan Sumb er: Permen PU No. 03/PRT/2012 tentang
Ket: * • Memperhatikan Kepmen status jalan Pedoman Penetapan Fungsi dan Status Jalan
Mendengarkan pendapat tentang penetapan fungsi • Memperhatikan Kepmen
menteri yang menyelenggarakan jalanuntuk ruas JAP dan tentang penetapan fungsi
urusan pemerintahan di bidang JKP-1 jalan untuk ruas JAP dan
LLAJ JKP-1 18
Penilaian kelaikan terkait status jalan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kategori laik apabila memiliki dokumen
penetapan status jalan.
2. Kategori Laik bersyarat, apabila
dokumen sedang dalam proses
penetapan.
Penutup
❑ Perubahan status jalan nasional dilakukan berdasarkan Permen PU No. 03/PRT/M/2012 tentang
Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan.
❑ Usulan perubahan status jalan yang telah dibahas tidak serta merta dapat berubah statusnya karena perlu
melihat sistem jaringan jalan secara nasional dan kemampuan APBN.
❑ Ruas-ruas jalan yang berpotensi menjadi jalan nasional perlu dilengkapi dengan data administrasi
(FS, DED, Dokumen Lingkungan, Berita Acara Penyerahan Aset, dan sertifikat) serta data teknis
(panjang jalan, lebar jalan, ROW, tata guna lahan pada kedua sisi jalan, data lalu lintas, dll).
❑ Penanganan ruas-ruas jalan yang berpotensi menjadi jalan nasional, pada TA 2015 masih menjadi
kewenangan penyelenggara jalan sebelumnya.
❑ Diperlukan komitmen dari Pemda untuk menjaga sempadan jalan agar jaringan jalan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Sekian semoga bermanfaat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai