«¢
%""r."%
• • ••
•• ••
«
•
• ••
•
••
"« %"
OLEH
NI NYOMAN SUDRESTI
NIM 1302115029
«¢
r."%
• • ••
•• ••
«
« •
•
•
• ••
« •• •
OLEH
NI NYOMAN
SUDRESTI NIM
1302115029
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan
kepada
Udayana Denpasar.
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS, AIF, sebagai ketua PSIK Fakultas
Kedokteran
llll.
3. Komang Ayu Mustriwati, S.Kp, MPH, sebagai pembimbing utama yang telah
tepat waktu.
5. Orang tua, seluruh keluarga dan sahabat penulis yang telah memberikan
sernpuma, oleh karena itu penulis rnernbuka diri untuk rnenerirna saran dan kritik
yang rnernbangun.
rnernbutuhkan.
Penulis
ABSTRAK
Halaman
JUDUL . 1
LEMBAR PERSETUJUAN . 111
LEMBAR PENGESAHAN . lV
KATA PENGANTAR . V
.
ABSTRAK Vll
.
ABSTRAC VI11
T
DAFTAR ISI . lX
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR . Xl
DAFTARLAMPIRAN . Xll
BABIPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . X111
1.2 Rumus an Masalah .
1.3 Tujuan Penelitian .
1.4 Manfaat Penelitian . 1
1.5 Keaslian Penelitian . 9
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 10
2.1 Konsep Dasar Komunikasi . 10
2.1.1 Pengertian Komunikasi .
2.1.2 Komponen Komunikasi .
2.1.3 Jenis Komunikasi . 12
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Komunikasi . 12
12
2.2 Metode Komunikasi SBAR .
13
2.2.1 Pengertian Komunikasi SBAR . 13
2.2.2 Kerangka Komunikasi SBAR .
16
2.3 Timbang Terima . 15
2.3.1 Pengertian Timbang Terima . 17
2.3.2 Tujuan Timbang Terima . 19
2.3.3 Manfaat Timbang Terima . 20
2.3.4 Pelaksanaan Timbang Terima . 20
20
2.4 Kualitas Bedside Handover . 21
2.4.1 Pengertian Kualitas . 23
2.4.2 Unsur-unsur Kualitas . 23
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kuualitas . 24
2.4.4 Komponen kualitas . 26
2.4.5 Pengertian Bedside Handover . 26
2.4.6 Manfaat Bedside Handover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
2.4.7 Alur Bedside Handover.......................................... 31
2.4.8 Faktor-faktor yang Mernpengaruhi Bedside Handover...... 31
2.5 Hubungan Meto de Ko munikasi SBAR den gan Kualitas 36
Bedside Handover .
37
BAB III KERANGKA KONSEP
Tabel Halaman
Halaman
Penelitian
Handover
PENDAHULUAN
Sasaran keselamatan pasien berkelanjutan atau pertukaran antar
yang tertuang dalam PMK No. shift yang dilakukan disamping
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tempat tidur pasien yang bertujuan
dibuat dengan mengacu pada untuk berbagi informasi antara
sembilan solusi keselamatan pasien pasien dan petugas untuk
oleh WHO bertujuan untuk memastikan kesinambungan
mendorong perbaikan spesifik dalam perawatan dan merupakan proses
keselamatan pasien.Timbang terima interaktif, memberikan kesempatan
pasien termasuk pada sasaran yang pasien untuk memberikan masukan
kedua yaitu peningkatan komunikasi dan menyampaikann masalahnya.
yang efektif petugas kesehatan. Melalui pendekatan
Kesalahan akibat penyampaian bedside handover maka perawat
timbang terima pada saat pergantian dapat memastikan keselamatan pasien
shift akan berakibat pada yang mencakup lingkungan pasien
menurunnya indikator kualitas seperti posisi tempat tidur, alat-alat
pelayanan terutama patient medis disamping pasien berfungsi
safety suatu rumah sakit (Fabre, dengan baik dan memastikan
2010 dalam Manopo, 2012). Dalam terapi medikasi yang diberikan
penerapan pelayanan yang mengacu sesuai program. Pelaksanaan
pada patient safety ada beberapa bedside handover yang
standar yang perlu berkualitas akan mampu
menggali data tentang pasien.
diimplementasikan, salah satu
standar tersebut adalah penerapan Kwalitas pelaksanaan bedside
timbang terima menggunakan handover dapat dilihat dari lima
komunikasi dengan metode komponen kualitas pelayanan yaitu,
Situation, Background, Assesement keandalan (reliability), daya
and Recommendation (SBAR). tanggap (responssiveness),
Kerangka komunikasi dengan jaminan (assurance), empati
metode SBAR digunakan pada saat (empathy), bukti fisik (tangibles)
perawat melakukan timbang terima (tjiptono & chandra,
(handover), pindah ruang perawatan 2007). kelima komponen kualitas
maupun dalam melaporkan kondisi pelaksanaan bedsisde handover
pasien kepada dokter (Tim KP-RS tersebut akan membuat pasien
RSUP Sanglah, 2011 ). merasa dihargai dan dilibatkan dalam
Menurut Kuntoro (2010), ada proses keperawatan sehingga secara
dua jenis metode timbang terima tidak langsung akan membantu
yaitu timbang terima dengan metode kesembuhan pasien.
tradisional dan timbang terima Hasil survey lapangan yang
dengan metode bedside handover. peneliti lakukan di Ruang Ratna
Menurut Australian Commission on RSUP Sanglah Denpasar selama dua
Safety and Quality in Healthcare minggu dari tanggal 18-31 Oktober
(2007), bedside handover yaitu 2014 diperoleh data masih
metode transfer informasi (termasuk ditemukan pasien yang mengatakan
tanggungjawab dan tanggunggugat) perawat tidak menyampaikan
selama perpindahan perawatan yang permasalah dan kondisi terkini
pasien seperti perkembangan kondisi
pasien dan hasil pemeriksaan
laboratorium terkini, perawat tidak RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian
menjelaskan rencana perawatan yang ini dilaksanakan selama 2 minggu
akan diberikan, perawat jarang yaitu pada tanggal 15 sampai
menanyakan atau mengklarifikasi dengan
kondisi pasien, perawat tidak 31 Januari 2015
memeriksa keadaaan alat-alat medis
didekat pasien dan tidak memeriksa Populasi dan
keamanan tempat tidur dan Sampel
lingkungan pasien. Hal tersebut bisa Populasi dalam penelitian ini
saja disebabkan karena beban kerja adalah seluruh pelaksanaan
yang tinggi, tingkat ketergantungan komunikasi SBAR dan
pasien, jumlah tenaga, waktu, bedside
kesadaran perawat yang masih handover yang dilakukan saat
kurang, serta banyaknya tugas pergantian shift di ruang
administrasi lain yang harus Ratna
dikerjakan perawat. RSUP Sanglah Denpasar. Sampel
Metode timbang terima yang yang digunakan pada penelitian
saat ini dilakukan di ruang Ratna ini
RSUP Sanglah Denpasar sudah seluruh pelaksanaan
menggunakan komunikasi SBAR komunikasi
dan bedside handover, namun SBAR dan bedside handover
penerapannya belum maksimal yang
karena belum menggunakan konsep dilakukan saat pergantian shift di
yang jelas, sehingga menimbulkan ruang Ratna RSUP Sanglah
berbagai kendala seperti, informasi Denpasar yang memenuhi kriteria
yang kurang fokus, waktu yang inklusi yaitu terdiri dari delapan
panjang, kesalahan penerimaan responden (grup handover).
pesan yang berefek pada salah Pengambilan sampel dilakukan
persepsi, sehingga kurang efektif dengan teknik sampling yaitunon
dan efisien. Metode timbang terima probability (non random sampling)
(handover) yang dilakukan saat jenis purposive sampling.
pergantian shift belum sesuai dengan
SPO sehingga dalam pelaksanaanya Instrumen
membutuhkan waktu yang berbeda• Penelitian
beda tergantung dari kemampuan Pedoman observasi yang
komunikasi maupun kemampuan digunakan untuk menilai
klinis masing-masing perawat kemampuan responden dalam
dalam menguasai kondisi pasien yang melakukan metode komunikasi
dirawat. SBAR yaitu menggunakan lembar
observasi dengan 8 item observasi
METODE dan dibagi menjadi empat skala likert
PENELITIAN yaitu: tidak sesuai (1 ), kurang
Rancangan Penelitian sesuai (2), dan sesuai (3).
Desain penelitian yang Selanjutnya jumlah nilai setiap
digunakan adalah cross responden dilakukan skoring dan
sectional dikelompokan menjadi tiga kriteria
yang bersifat analitik. Tempat yaitu, komunikasi SBAR baik bila
penelitian ini adalah Ruang nilai responden yang diperoleh (x) >
Ratna mean
+ 1 SD, komunikasi SBAR
kategori cukup, bila mean - I< x <
mean + I
SD, dan komunikasi SBAR kategori
kurang bila nilai responden yang
diperoleh (x) < mean - 1 SD.
Pelaksanaan bedside consent. Peneliti melakukan
handover dinilai lembar observasi observasi terhadapa pelaksanaan
kualitas pelaksanaan komunikasi SBAR dan
bedside handover yang terdiri pelaksanaan bedside handover
dari lima komponen kualitas secara bersamaan melalui lembar
yang terbagi menjadi 20 item observasi yang disediakan oleh
observasi yaitu komponen peneliti.
keandalan (reliability) yang terdiri Teknik analisa data yang
dari 4 item observasi, komponen digunakan dalam penelitian ini
ketanggapan (responsiveness) terdiri adalah Uji Korelasi Rank
dari 4 item observasi, komponen Spearmen yaitu uji yang digunakan
asuransi (assurance) terdiri dari untuk mencan hubungan atau
4 item observasi, komponen untuk menguji signifikansi hipotesis
empati (emphaty) terdiri dari 4 asosiatif bila masing-masing
item observasi dan komponen bukti variabel yang dihubungkan berbentuk
fisik (tangible) terdiri dari 4 ordinal (Sugiyono, 2010). Jika p
item observasi. Pedoman hitung > p tabel maka Ho ditolak,
observasi tersebut dibagi atau bila a <
menjadi empat tingkatan skala 0,05 maka Ho ditolak yang
likert yaitu: nilai 3 bila dilakukan artinya
sepenuhnya dengan tepat, nilai 2 ada hubungan penggunaan metode
bila dilaksanakan hanya sebagian komunikasi SBAR dengan
atau masih ada yang kurang, kualitas pelaksanaan bedside
dan nilai 1 bila tidak di kerjakan handover di Ruang Ratna
sama sekali. Selanjutnya jumlah RSUP Sanglah Denpasar.
nilai setiap responden dilakukan Menurut Hastono (2007) kekuatan
skoring dan dikelompokan menjadi p hitung uji Korelasi Rank
tiga kriteria yaitu, pelaksanaan Spearmen yaitu 0,000-0, 199
bedside handover berkualitas bila sangat lemah, 0,200-0,399 lemah,
nilai responden yang diperoleh (x) 0,400-
> mean + 1 SD, pelaksanaan 0,599 sedang, 0,600-0, 799 kuat,
bedside handover cukup dan
berkualitas bila mean I x < 0,800-1,000 sangat
mean kuat.
+ 1 SD, dan pelaksanaan
bedside
handover kurang berkualitas bila HASIL PENELITIAN DAN
nilai responden yang diperoleh (x) < PEMBAHASAN
mean-1 SD. 1. Penggunaan Metode
Komunikasi SBAR
Prosedur Pengumpulan dan
Analisis Data Dari hasil pengukuran
Subjek penelitian diberikan terhadap 8 responden (group
penjelasan tentang tujuan dan handover) diperoleh hasil distribusi
manfaat penelitian, serta resiko yang frekuensi penggunaan metode
mungkin dialami. Bila subjek setuju komunikasi SBAR sebagai berikut:
untuk ikut sebagai responden
penelitian maka responden diminta
untuk menandatangani
informed
Tabel Penggunaan Metode
4. Sanglah Denpasar, sehingga
Komunikasi SBAR di Ratna pelaksanaannya perlu dilakukan
RSUP Sanglah Denpasar Tahun monitoring dan evaluasi. Untuk
2015 meningkatkan kemampuan dalam
hal
N Variabel Responden komunikasi, materi ataupun teori saja
0 Metode Jumla Persentas kurang efektif sehingga diperlukan
Komunika h e (%) simulasi dan role play dalam
si SBAR pembelajaran
1 Baik 2 25,00 Menurut pendapat Kesten (2011)
2 Cukup 4 50,00 pelatihan komunikasi SBAR
3 Kurang 2 25,00 merupakan salah satu strategi yang
Total 8 100,00 dapat digunakan untuk meningkatkan
efektifitas operan jaga pasien.
Adapun persentase jumlah nilai Pelatihan ini dilakukan sebagai
atau skor dari setiap komponen upaya untuk menghilangkan
instrumen komunikasi SBAR yang kesenjangan pengetahuan, sikap dan
diobservasi disajikan dalam tabel ketrampilan sebagai komponen
berikut: utama perilaku, sehingga dapat
meningkatkan efektifitas dan
Tabel 5. Hasil Observasi mutu . .
Pelaksanaan Metode Komunikasi operan j aga pas1
SBAR en
Adanya perbedaan jenjang
N Variabel Total Nilai pendidikan dan pengalam kerja
0 nila % juga dapat mempengaruhi
pelaksanaan komunikasi SBAR.
i
Berdasarkan hasil penelitian
1 Situation 68 39,
Schermerhorn, Hunt dan Orbom
3
dalam Konsil Kedokteran Indonesia
2 Background 18 10,
(2006) yaitu komunikasi akan
7
berjalan efektif atau dapat saja
3 Assessment 38 22,
terjadi kesenjangan antara maksud
9
pengirim pesan dengan yang
4 Recommendatio 48 27,
dimengerti oleh penenma pesan
n 1
karena beberapa hambatan seperti
Total skor 172 100 pengetahuan, pengalaman, perbedaan
sudut pandang, budaya, bahasa dan
Metode komunikasi SBAR lainnya sehingga usia yang relatif
mulai diperkenalkan dan disosialisasi lebih muda dan dengan pengalaman
di RSUP Sanglah Denpasar sejak yang masih terbatas akan berefek
bulan Agustus 2011, tehnik ini terhadap kemampuan komunikasi
masih relatif baru sehingga dalam seseorang.
pelaksanaannya masih banyak Berdasarkan hasil penelitian
ditemui kekurangan. Form baku Wahyuni (2014), dengan judul
pelaksanaan timbang terima dengan Efektifitas Pelatihan Komunikasi
metode komunikasi SBAR juga SBAR dalam Meningkatkan Mutu
baru tersedia awal Februari 2015 di Operan Jaga (Handover) di Bangsal
RSUP Wardah RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II,
menunjukan
hasil berdasarkan uji Paired sample t• Adapun persentase jumlah
test adanya peningkatan yang nilai atau skor dari setiap komponen
bermakna pada mutu operan jaga instrument kualitas pelaksanaan
setelah diberikan pelatihan bedside handover yang diobservasi
komunikasi SBAR kepada perawat disajikan dalam tabel berikut:
di bangsal W ardah dengan nilai Tabel 7. Hasil Observasi Kualitas
signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Pelaksanaan Bedside Handover
Perbedaan mutu operan jaga
yang menjadi lebih baik dari
sebelumnya dikarenakan telah N Variabel Total Nilai
diberikan sebuah
perlakuan pelatihan komunikasi nilai %
0
SBAR pada perawat. 1 Dimensi 88 21,00
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut perl
Tangibles
dilakukan pelatihan komunikasi (Kenyataan/Pena
SBAR untuk mendapatkan kualitas mpilan fisik)
pelaksanaan handover yang baik. 2 Dimensi 88 21,00
Pelatihan komunikasi SBAR dapat Reliability
dijadikan solusi untuk mengatasi (Keandalan)
kekurangan dalam 3 Dimensi 72 17,18
pelaksanaan Responsiveness
handover terutama komponen B (Kesigapan/Tang
(Background) dan A (Assessment). gap)
4 Dimensi 89 21,24
Assurance
2. Kwalitas Pelaksanaan Bedside (Jaminan)
Handover
Dari hasil pengukuran Dimensi Emphaty 19,57
terhadap 8 responden 82 (Empati)
(group Total skor 419 100
handover) diperoleh hasil
distribusi
frekuensi kualitas pelaksanaa
n berikut:
bedside handover sebagai Pelaksanaan bedside handover
Tabel 6. Kualitas Pelaksanaa yang berkualitas akan mampu
menggali data tentang pasien.
Bedside Handover di Ruang Kualitas pelaksanaan bedside
Ratna RSUP Sanglah handover dapat dilihat dari lima
Denpasar komponen kualitas pelayanan yaitu,
Tahun 2015 keandalan (reliability), berkaitan
dengan kemampuan pemberi
N Kualitas Responden pelayanan untuk memberikan
o Pelaksanaa Jumla Persent layanan yang akurat, kemampuan
n Bedside h ase (%) dan keterampilan yang dimiliki
Handover petugas. Daya tanggap
1 Baik 2 25,00 (responssiveness), berkenaan dengan
2 Cukup 4 50,00 kesediaan dan kemampuan perawat
3 Kurang 2 25,00 untuk membantu pasien dan
Total 8 100,00 merespons permintaan mereka dan
perawat cepat tanggap terhadap masalah
yang timbul keluhan yang
disampaikan oleh pasien. Jaminan dilaksanakan dengan efektif dengan
(assurance), yaitu perilaku perawat rata-rata persentase 60,3%.
mampu menumbuhkan kepercayaan Prosedur bedside handover,
pasien terhadap perawat dan perawat selama ini sudah dilakukan pada
bisa menciptakan rasa aman bagi setiap pergantian shift jaga, namun
pasien. Empati (empathy), berarti cara penyampaian isinya belum
perawat memahami masalah pasien terungkap secara komprehensif,
dan bertindak demi kepentingan meliputi: isi timbang terima (masalah
pasien, serta memberikan perhatian keperawatan pasien lebih fokus pada
personal kepada pasien dan memiliki diagnosis medis), dilakukan secara
jam operasi yang nyaman. Bukti fisik lisan tanpa ada pendokumentasian
(tangibles), berkenaan dengan daya yang lengkap, sehingga rencana
tarik fisik, perlengkapan, kerapian. tindakan yang belum dan sudah
kebersihan serta penampilan perawat dilaksanakan, dan hal-hal penting
(Tjiptono & Chandra, 2007). Kelima masih ada yang terlewati untuk
komponen kualitas pelaksanaan disampaikan pada shift berikutnya.
bedsisde handover tersebut akan
membuat pasien merasa dihargai dan
dilibatkan dalam proses keperawatan 3. Hubungan Penggunaan
sehingga secara tidak langsung akan Metode Komunikasi SBAR
membantu kesembuhan pasien. dengan Kwalitas Pelaksanaan
Hasil penelitian ini didukung Bedside Handover
oleh hasil penelitian Elmiyasnya
(2011 ), dengan judul Gambaran Berdasarkan hasil uji Rank
Keefektifan Timbang Terima spearmen diperoleh nilai p = 0.032
(Operan) di Ruang Kelas I IRNA yang artinya ada hubungan
Non Bedah (Penyakit Dalam) RSUP penggunaan metode komunikasi
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011, SBAR dengan kualitas pelaksanaan
menunjukan hasil bahwa pada bedside handover dengan nilai
pelaksanaan timbang terima (operan) Correlation Coefficient sebesar
yang diobservasi pada pergantian 0.750, sehingga dapat disimpulkan
shift malam-pagi yang dilaksanakan bahwa penggunaan metode
dalam tiga kali observasi tidak ada komunikasi SBAR dengan kualitas
yang dilaksanakan dengan efektif pelaksanaan bedside handover
dengan rata-rata persentase 69,9%, memiliki hubungan yang kuat dan
pada pelaksanaan timbang terima arah korelasi hubungan positif.
(operan) yang diobservasi pada Kerangka SBAR sangat
pergantian shift-sore yang efektif digunakan untuk melaporkan
dilaksanakan dalam tiga kali kondisi dan situasi pasien secara
observasi tidak ada yang singkat pada saat pergantian shift,
dilaksanakan dengan efektif dengan sebelum prosedur tindakan atau
rata- rata persentase 65,4%, pada kapan saja diperlukan dalam
pelaksanaan timbang terima (operan) melaporkan perkembangan kondisi
yang diobservasi pada pergantian pasien (Haig et al, 2006 dalam
shift sore- malam yang dilaksanakan Kesten, 2011 ). Hasil penelitian ini
tiga kali pertemuan tidak ada yang tidak jauh berbeda dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh The Hasil pengukuran terhadap
Joint Commmission Organizations pelaksanaan metode komunikasi
tentang sentinel events didapatkan SBAR hasil kriteria cukup
data bahwa kejadian total sentinel menempati urutan tertinggi yaitu
events terjadi oleh karena masalah sebanyak 4 responden (50%).
komunikasi sebesar 70% (Mikos, Komponen SBAR yang
2008). Penelitin yang dilakukan oleh memperoleh nilai tertinggi adalah
Haig et al (2006) dalam Kesten komponen situation sebesar 39,53%
(2011) juga menunjukkan bahwa dan komponen SBAR terendah yaitu
komunikasi SBAR menjamin background yaitu 10,47%.
komunikasi diantara para pemberi Hasil pengukuran terhadap
pelayanan kesehatan efektif dan kualitas pelaksanaan bedside
menurunkan angka kejadian handover hasil kriteria cukup
sentinel events dari 89,9 per menempati urutan tertinggi yaitu
1000 pasien perhari menjadi sebanyak 4 responden (50%).
39,96 per 1000 pasien Komponen kualitas pelaksanaan
perhari pertahun. Implementasi bedside handover yang
role play tehnik komunikasi memperoleh nilai tertinggi adalah
SBAR pada saat mahasiswa komponen dimensi assurance
keperawatan melakukan post (jaminan) yaitu sebesar 21,24% dan
conference dan melaporkan komponen terendah yaitu dimensi
kondisi pasien membuat rasa percaya responsiveness (kesigapan/tanggap)
diri mereka meningkat ditambah sebesar 17,18%
kemampuan berpikir kritis mereka Ada hubungan penggunaan
meningkat karena mereka lebih metode komunikasi SBAR dengan
aktif dan berpartisipasi dalam kualitas pelaksanaan bedside
sesi simulasi/role play (Ascano- handover dengan hubungan yang
Martin, kuat dan arah korelasi hubungan
2008 dalam Kesten, positif, yang artinya semakin besar
2011). nilai variabel bebas (penggunaan
metode komunikasi SBAR) maka
Melalui pelaksanaa semakin besar pula nilai variabel
komunikasi SBAR dan n terikat (kualitas pelaksanaan
handover maka program bedside handover), begitu pula
keselamatan pasien akan dapat sebaliknya.
dilaksanakan dengan baik serta Disarankan kepada institusi
meningkatkan keterlibatan pasien pendidikan agar mengadakan
dalam mengambil keputusan terkait pelatihan dan simulasi/ roleplay
kondisi penyakitnya secara up pelaksanaan komunikasi SBAR dan
to date. Dalam pelaksanaan bedside handover dalam mata
bedside handover yang berkualitas, ajaran
menajemen keperawatan aga
maka semua sistem akan dilibatkan
mahasiswa mamr
dalam pengambilan keputusan yaitu
p
perawat, pasien atau klien dan mengaplikasikannya sebelum
keluarga (Australian Commission memasuki praktek klinik maupun
on Safety and Quality in dunia kerja
Healthcare,
2007).
KESIMPULAN DAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA Elmiyasnya. 2011. Gambaran
Aditama, T.Y. 2010. Manajemen Keefektifan Timbang Terima
(Operan) Di Ruang Kelas I
Administrasi Rumah Sakit.
Edisi Kedua. Jakarta: IRNA Non Bedah (Penyakit
Universitas Indonesia. Dalam) RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2011. Padang:
RSUP Dr. M. Djamil
Amato-Vealy, E.J. et al. 2008. Hand•
Off Communication: A Fabre, J. 2010. Smart Nursing
Requisite For Perioperative Pengembangan dan
Patient Safety. Aorn Peningkatan Kinerja
Journal, Keperawatan. Yogyakarta:
88(5): 763-770, (online), Palmall
(http://www.aornjournal.org,
diakses 29 Desember 2014) Friesen, A.M., White, V. S., &
Byers, F.J. 2008. Handoffs :
Australian Commission on Safety Implications For Nurses.
and Quality in Healthcare. (Online)
2007. Standard (http://www.ejurnal.ung.ac.id/i
Operating ndex.php. Diakses tanggal 1
Protocol for Desember 2014)
Implementing
Bedside Handover in Humaini, D.F. 2009. Komunikasi
Nursing. Australia: Griffith Efektif, ( online),
University and Murdoch (http://cartenzhrd.com,
University diakses 30 November 2014)
SURAT IJIN
Nomor. LB.02.01./\.C5.D12/9)4 12015
Setutungan dengan surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) Ketua Komisi
Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar
Nomor:
15UN.14.2Litbang/2015 tertanggal 10 Pebruari 2015 dengan ini kami mengijinkan
Mahasiswa
atas nama:
Setelah melakukan penelitian yang bersangkutan diwajjibkan mengumpulkan 1 (satu) soft copy
hasl peneliti n di Bag Dikit RSUP Sanglah Denpasar.
ou
RINN"
TL.AM MENDAPATKAN PERSETUAN UNTvKDI
HA LAMAN PEN GES
JUD UL
OLEH
Ni Nyoman Sudreti
NIM 1302115029
TIM PENGUJI :
1 Studi Pendahuluan
2 Penyusunan proposal
3 Seminar proposal
4 Revisi proposal
5 Pengurusan
ijin penelitian
6 Pengumpulan data
7 Pengolahan data
8 Analisis data
9 Penyusunan laporan
11 Revisi laporan
Lampiran 2
NIM : 1302115029
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila di kemudian hari didapatkan bukti bahwa Tugas Akhir ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
tersebut.
Ni Nyoman Sudresti
NIM 1302115029
Lampiran 3
Kepada
Yth.
Bapak/Ibu/Saudara calon responden di Ruang Ratna
RSUP Sanglah Denpasar
Di Denpasar
Dengan Hormat,
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu FK UNUD. Dalam
ilmu keperawatan.
Ni Nyoman Sudresti
NIM 1302115029
Lampiran 4
Saya rnengerti bahwa saya akan diobservasi setiap tindakan dan tirnbang
Saya rnengerti bahwa saya berhak rnenolak untuk berperan serta dalarn
penelitian ini atau rnengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa adanya
atau rnengenai peran serta saya dalarn penelitian ini dan telah dijawab serta
dijelaskan secara rnernuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan
Responden.
Denpasar, 2015
Responden Peneliti,
( ) ( )
Lampiran 5
A. Persiapan
B. Pelaksanaan
C. Tahap Akhir
Nomor responden: .
Petunjuk pengisian
2. Untuk items umur dan masa kerja isilah sesuai umur dan masa kerja anda
I. Data demografi.
1. Pendidikan terakhir:
D DIII Keperawatan
D S 1 Keperawatan
2. Masa Kerja:
[ o-5 tahun
[ 6-10
tahun
[l1-15 tahun
[l 16-20 tahun
D > 20 tahun
Lampiran 7
Petunjuk : Berilah tanda ( ✓) pada kotak yang disediakan sesuai dengan kriteria
yang diobservasi
2 Perawat menyampaikan
permasalahan dan kondisi
terakhir pasien dengan
singkat dan jelas
6 Perawat menyampaikan
usul/solusi tindakan
RECOM
selanjutnya untuk mengatasi
MENDA
TION permasalahan yang terjadi
7 Perawat menjelaskan
rencana perawatan
selanjutnya kepada pasien
I 3716 •
29584
/25 = 1,5
Kriteria Skor
a. komunikasi SBAR baik bila nilai responden yang diperoleh (x) >mean+ 1
SD
Komunikasi SBAR baik =x > mean +1 SD
=x > 21,4 + 1 (1,5)
=x> 22,9
b. komunikasi SBAR kategori cukup, bila mean Ix< mean + 1 SD
Komunikasi SBAR cukup = mean -Ix < mean + 1 SD
=21,4-1<x<21,4+1(1,5)
=20,4< x<22,9
c. komunikasi SBAR kategori kurang bila nilai responden yang diperoleh (x)
<mean- I SD
Komunikasi SBAR kurang = x < mean --l SD
=x<21,4-1 (1,5)
=x < 20,4
08
°•
SD Kualitas Bedside Handover =
n
n-1
I 21987•
175551
7
/5,9 = 2,4
Kriteria Skor
ANALISA DATA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
cukup 1 3 0 4
baik 0 0 2 2
Total 2 4 2 8
Correlations
kualitas
metode pelaksanaan
komunikasi bedside
SBAR handover
N 8 8
kualitas pelaksanaan Correlation Coefficient .750' 1.000
bedside handover Sig. (2-tailed) .032
N 8 8
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran9
MASTER TABEL
HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE KOMUNIKA SI SBAR DENGAN KUALITAS
PELAKSANAAN BEDSIDE HANDOVER DI RU ANG
RA TNA RSUP SANGLAH DENPASAR