▪ Metode “Slope Deflection”,digunakan untuk analisis struktur balok statis tak tentu
dan portal dengan konsep sebagai berikut :
1. Geometri (compatibility) : titik-titik pertemuan antara balok dan kolom pada suatu
portal dianggap kaku, sehingga sudut-sudut antara pertemuan elemen tersebut “tidak
berubah” pada saat strukur dibebani.
▪ Sehingga pada metode “Slope Deflection” jumlah variabel yang ada sama dengan
jumlah titik simpul (joint) struktur tersebut.
1. Dalam persamaan defleksi kemiringan, momen ujung yang bekerja pada ujung sebuah batang dinyatakan dalam
rotasi pada ujung batang dan pembebanan pada batang tersebut (MA dan MB).
2. Pada bentang AB seperti terlihat pada Gambar 1.a MA dan MB dinyatakan dalam rotasi ujung θA dan θB dan
pembebanan yang diberikan W1 dan W2.
3. Momen ujung (MA) berotasi searah dengan jarum jam merupakan penjumlahan dari Momen primer (M0A & M0B)
dan momen ujung tambahan (M’A & M’B) :
MA = M0A + M’A (a)
MB = M0B + M’B (b)
4. Dengan pembebanan yang diberikan pada batang tersebut, diperlukan momen-momen ujung terjepit (momen
primer) M0A dan M0B yang keduanya terlihat searah jarum jam untuk menahan garis-garis singgungnya tetap di
ujung (Gambar 1.b)
5. Momen momen ujung tambahan M’A dan M’B masing-masing harus sedemikian besarnya, sehingga
menyebabkan rotasi θA dan θB (Gambar 1.c)
Persamaan Menghitung Momen Ujung Tambahan (M’A &M’B)
(2.b)
(3.a)
(3.b)
Dengan memasukkan persamaan 3.a dan 3.b ke dalam persamaan 1.a dan 1.b, maka
diperoleh :
(4.a)
(4.b)
Momen Ujung Tambahan Akibat rotasi di A (θA)
=0 (4.b)
𝑀′ 𝐴. 𝐿 𝑀′ 𝐵. 𝐿
− = θA (4.a)
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴.𝐿 1/2′ 𝑀𝐴.𝐿
− = θA
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼
3/2𝑀′𝐴.𝐿
= θA
6𝐸𝐼
3/2′ 𝑀𝐴.𝐿
= θA
6𝐸𝐼
3𝑀′𝐴.𝐿
= θA
12𝐸𝐼
1𝑀′𝐴.𝐿
= θA
4𝐸𝐼
Sehingga didapat besarnya momen ujung tambahan akibat θA :
4𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA dan
𝐿
𝑀′ 𝐵 = ½(𝑀′𝐴)
4𝐸𝐼
=½( θA)
𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θA
𝐿
Momen Ujung Tambahan Akibat rotasi di B (θB)
=0 (4.a)
Apabila di B terdapat momen sebesar M’B maka untuk mempertahankan rotasi di A sama dengan nol (0),
maka momen tadi di induksikan ke A dengan faktor induksi setengah (0,5).
𝑀′ 𝐴.𝐿 𝑀′ 𝐵.𝐿
- + = θB (4.b)
6𝐸𝐼 3𝐸𝐼
1/2𝑀′𝐵.𝐿 𝑀′ 𝐵.𝐿
− + = θB
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼
3/2𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
6𝐸𝐼
3/2′ 𝑀𝐵.𝐿
= θB
6𝐸𝐼
3𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
12𝐸𝐼
1𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
4𝐸𝐼
Sehingga didapat besarnya momen ujung tambahan akibat θB :
4𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB dan
𝐿
𝑀′ 𝐴 = ½(𝑀′ 𝐵)
4𝐸𝐼
=½( θB)
𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴 = θB
𝐿
Momen ujung tambahan di A (MA’) akibat θA :
4𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA
𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴 = θB
𝐿
4𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA + θB
𝐿 𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = (2θA + θB)
𝐿
Momen ujung tambahan di B (M’B) akibat θB :
4𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB
𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θA
𝐿
4𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB + θA
𝐿 𝐿
2𝐸𝐼
𝑀′B = (2θB + θA)
𝐿
Persamaan Momen Ujung Tambahan
Diperoleh persamaan Momen ujung tambahan :
(5.a)
(5.b)
Persamaan Slope Deflection
Dengan memasukkan persamaan 5.a dan 5.b ke dalam persamaan 2.a dan 2.b, maka
diperoleh momen ujung akhir :
(6.a)
(6.b)
Pers. (6.a) & (6.b) merupakan persamaan defleksi kemiringan (slope deflection)
untuk batang yang mengalami lentur.