Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS STRUKTUR

STATIS TAK TENTU

METODE SLOPE DEFLECTION


▪ Metode “Slope Deflection” menggunakan rotasi batang sebagai variabel yang
dikategorikan sebagai metode fleksibilitas (flexibility method).

▪ Metode “Slope Deflection”,digunakan untuk analisis struktur balok statis tak tentu
dan portal dengan konsep sebagai berikut :

1. Geometri (compatibility) : titik-titik pertemuan antara balok dan kolom pada suatu
portal dianggap kaku, sehingga sudut-sudut antara pertemuan elemen tersebut “tidak
berubah” pada saat strukur dibebani.

2. Keseimbangan (equilibrium) : jumlah momen-momen akhir pada titik pertemuan


tersebut sama dengan nol, ∑M = 0.

▪ Sehingga pada metode “Slope Deflection” jumlah variabel yang ada sama dengan
jumlah titik simpul (joint) struktur tersebut.

▪ Nilai dari variabel-variabel tersebut akan dicari dengan menyusun persamaan-


persamaan sejumlah variabel yang ada dengan ketentuan memenuhi kondisi
“equilibrium”.
▪ Pada tahapan ini diperlukan perumusan dari masing-masing momen batang,
karena rumus-rumus momen batang tersebut mengandung variabel yang
dicari, yaitu rotasi titik simpul.

▪ Setelah nilai variabel yang dicari diperoleh, kemudian disubstitusikan ke dalam


persamaan yang telah disusun untuk mendapatkan nilai dari momen batang-
batang tersebut
Penurunan Persamaan Defleksi Kemiringan

Gambar 1. Persamaan Dasar Defleksi Kemiringan

1. Dalam persamaan defleksi kemiringan, momen ujung yang bekerja pada ujung sebuah batang dinyatakan dalam
rotasi pada ujung batang dan pembebanan pada batang tersebut (MA dan MB).

2. Pada bentang AB seperti terlihat pada Gambar 1.a MA dan MB dinyatakan dalam rotasi ujung θA dan θB dan
pembebanan yang diberikan W1 dan W2.

3. Momen ujung (MA) berotasi searah dengan jarum jam merupakan penjumlahan dari Momen primer (M0A & M0B)
dan momen ujung tambahan (M’A & M’B) :
MA = M0A + M’A (a)
MB = M0B + M’B (b)
4. Dengan pembebanan yang diberikan pada batang tersebut, diperlukan momen-momen ujung terjepit (momen
primer) M0A dan M0B yang keduanya terlihat searah jarum jam untuk menahan garis-garis singgungnya tetap di
ujung (Gambar 1.b)

5. Momen momen ujung tambahan M’A dan M’B masing-masing harus sedemikian besarnya, sehingga
menyebabkan rotasi θA dan θB (Gambar 1.c)
Persamaan Menghitung Momen Ujung Tambahan (M’A &M’B)

Gambar 2. Statika dan Deformasi Batang TerlenturYang Tak Dibebani

6. Jika θA merupakan rotasi ujung yang disebabkan oleh MA dan θB merupakan


rotasi ujung yang disebabkan oleh MB, maka syarat-syarat bentuk yang diperlukan
adalah :
Pers. (1) :
𝜽𝑨 = +𝜽𝑨𝟏 − 𝜽𝑨𝟐 (1.a)
𝜽𝑩 = −𝜽𝑩𝟏 + 𝜽𝑩𝟐 (1.b)
(2.a)

(2.b)

(3.a)

(3.b)
Dengan memasukkan persamaan 3.a dan 3.b ke dalam persamaan 1.a dan 1.b, maka
diperoleh :

(4.a)

(4.b)
Momen Ujung Tambahan Akibat rotasi di A (θA)

=0 (4.b)

M’B =1/2. M’A


Apabila di A terdapat momen ujung tambahan sebesar M’A maka untuk mempertahankan rotasi di B sama
dengan nol (0), momen ujung tambahan tersebut di induksikan ke B dengan faktor induksi setengah (0,5).

𝑀′ 𝐴. 𝐿 𝑀′ 𝐵. 𝐿
− = θA (4.a)
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴.𝐿 1/2′ 𝑀𝐴.𝐿
− = θA
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼

2𝑀′ 𝐴.𝐿 1/2𝑀′𝐴.𝐿


− = θA
6𝐸𝐼 6𝐸𝐼

3/2𝑀′𝐴.𝐿
= θA
6𝐸𝐼
3/2′ 𝑀𝐴.𝐿
= θA
6𝐸𝐼

3𝑀′𝐴.𝐿
= θA
12𝐸𝐼

1𝑀′𝐴.𝐿
= θA
4𝐸𝐼
Sehingga didapat besarnya momen ujung tambahan akibat θA :
4𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA dan
𝐿

𝑀′ 𝐵 = ½(𝑀′𝐴)

4𝐸𝐼
=½( θA)
𝐿

2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θA
𝐿
Momen Ujung Tambahan Akibat rotasi di B (θB)

=0 (4.a)

M’A =1/2. M’B

Apabila di B terdapat momen sebesar M’B maka untuk mempertahankan rotasi di A sama dengan nol (0),
maka momen tadi di induksikan ke A dengan faktor induksi setengah (0,5).

𝑀′ 𝐴.𝐿 𝑀′ 𝐵.𝐿
- + = θB (4.b)
6𝐸𝐼 3𝐸𝐼

1/2𝑀′𝐵.𝐿 𝑀′ 𝐵.𝐿
− + = θB
3𝐸𝐼 6𝐸𝐼

1/2𝑀′ 𝐵.𝐿 2𝑀′ 𝐵.𝐿


- + = θB
6𝐸𝐼 6𝐸𝐼

3/2𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
6𝐸𝐼
3/2′ 𝑀𝐵.𝐿
= θB
6𝐸𝐼

3𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
12𝐸𝐼

1𝑀′ 𝐵.𝐿
= θB
4𝐸𝐼
Sehingga didapat besarnya momen ujung tambahan akibat θB :
4𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB dan
𝐿

𝑀′ 𝐴 = ½(𝑀′ 𝐵)

4𝐸𝐼
=½( θB)
𝐿

2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴 = θB
𝐿
Momen ujung tambahan di A (MA’) akibat θA :

4𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA
𝐿

Momen ujung tambahan di A (MA’) akibat θB :

2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐴 = θB
𝐿

Momen ujung tambahan di A (MA’) akibat θA dan θB :

4𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = θA + θB
𝐿 𝐿

2𝐸𝐼
𝑀′𝐴 = (2θA + θB)
𝐿
Momen ujung tambahan di B (M’B) akibat θB :

4𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB
𝐿

Momen ujung tambahan di (M’B) akibat θA :

2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θA
𝐿

Momen ujung tambahan di B (M’B) akibat θA dan θB :

4𝐸𝐼 2𝐸𝐼
𝑀′ 𝐵 = θB + θA
𝐿 𝐿

2𝐸𝐼
𝑀′B = (2θB + θA)
𝐿
Persamaan Momen Ujung Tambahan
Diperoleh persamaan Momen ujung tambahan :

(5.a)

(5.b)
Persamaan Slope Deflection

Dengan memasukkan persamaan 5.a dan 5.b ke dalam persamaan 2.a dan 2.b, maka
diperoleh momen ujung akhir :

(6.a)

(6.b)

Pers. (6.a) & (6.b) merupakan persamaan defleksi kemiringan (slope deflection)
untuk batang yang mengalami lentur.

Anda mungkin juga menyukai