Anda di halaman 1dari 15

Keterbukaan Mahasiswa Universitas Negeri Malang terhadap

Heterogenitas Suku, Agama, Ras dan Budaya Nusantara

I Made Ari Paramahesvara1, Ni Luh Isma Oktya Ariasih2, Ni Made Nanda


Maharani3, Ni Wayan Novia Sinta Dewi4
1)
Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
2)

3)
Mahasiswa Fakulstas Sastra Universitas Negeri Malang
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang
4)

Universitas Negeri Malang


Email:

Abstrak: Keberagaman di Indonesia kerap kali memunculkan konflik


diskriminasi dikarenakan adanya label golongan mayoritas dan minoritas,
sehingga penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa terbukanya
Mahasiswa Universitas Negeri Malang terhadap keberagaman yang ada
disekeliling mereka. Metode yang digunakan adalah survei deskriptif dengan
menggunakan pendekatan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara. Responden yang diambil untuk penelitian ini
berjumlah 20 orang Mahasiswa. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa
dari 20 orang mahasiswa, 2 dari 13 responden yang berasal dari luar malang
kurang dihargai. Tetapi, semua responden yang kami wawancarai menyatakan
sudah saling toleransi dan menyadari akan keberagaman di sekitar mereka serta
menerima segala perbedaan tanpa merasa tidak nyaman atau risih terutama kepada
pendatang dari luar malang.

Kata Kunci: Keberagaman, Mahasiswa, Toleransi


PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman yang sangat banyak,
entah itu dalam bentuk agama, suku maupun budaya. Indonesia memiliki 1.331
suku bangsa menurut sensus penduduk tahun 2010 (BPS, 2010). Hal ini tidak
mengejutkan mengingat Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan 37 provinsi
memiliki 265 juta penduduk pada 2018 (databoks.katadata.co.id, 2018). Angka ini
pasti akan bertambah mengikuti perubahan zaman, dengan banyaknya penduduk
maka heterogenitas akan semakin tinggi.

Indonesia adalah negara demokratis yang dimana sebagian besar penduduknya


menganut agama Islam, meskipun begitu Indonesia secara resmi telah menyatakan
ada 6 agama besar diantaranya Hindu, Buddha, Katolik, Kristen dan Konghucu.
Seperti yang sudah tertulis dalam Pancasila sila pertama “Ketuhanan yang maha
esa” yang mana artinya seluruh rakyat Indonesia diberi hak kebebasan dalam
memilih agama yang mereka yakini, tanpa menghakimi. Dengan adanya aturan
yang menjadi dasar negara Indonesia, sudah sepantasnya kita sebagai warga
negara yang baik mengikuti aturan tersebut dengan menghormati pilihan antar
individu, tanpa mencela apapun pilihan mereka untuk diri mereka sendiri.

Selain sila pertama Pancasila, seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda namun tetap satu
jua. Adanya semboyan ini setidaknya dapat memberitahu atau senantiasa
mengingatkan kita, bahwa Indonesia memang memiliki banyak perbedaan di
dalamnya. Tetapi bukan berarti dengan adanya perbedaan ini kita dapat terpecah
belah namun sebaliknya, dengan adanya semboyan ini kita dapat bersatu dan
hidup rukun antar sesama di tanah yang memiliki keberagaman ini. Sayangnya,
seiring berkembangnya zaman membuat arti semboyan ini mulai luntur secara
perlahan, terjadi banyak sekali konflik yang disebabkan oleh keragama suku,
agama, ras, dan budaya, contohnya penjarahan di tahun 1998 yang mana
melibatkan etnis tionghoa dan pribumi. Contoh lainnya tragedi sampit, beberapa
konflik Gerakan kelompok separatis, dan masih ada yang lainnya. Beberapa
contoh diatas merupakan konflik SARA yang pada masanya sangat mencuri
perhatian publik dan ini muncul akibat perbedaan yang ada (dilansir
news.okozone.com).

Agama yang berada dalam keragaman Indonesia juga memiliki konflik yang
sama, adanya diskriminasi jika terdapat suatu kelompok minoritas dalam ruang
lingkup mayoritas. Contohnya seperti konflik antara kelompok muslim radikal
dengan kelompok agama minoritas. Biasanya konflik ini terjadi dikarenakan
adanya perbedaan persepsi, pemaham dan doktrin dalam agama tertentu sehingga
membuat para penganut agama tersebut mempunyai pemikiran serta anggapan
jika agamanya adalah yang paling benar diantara agama-agama lain atau dalam
arti sudah mengarah pada paham radikalisme. Jika mengulik lebih dalam
mengenai konflik-konflik SARA yang pernah terjadi di Indonesia terdapat masih
banyak lagi, kondisi seperti ini lah yang membuat perpecahan di dalam
masyarakat dan memicu perpecahan bangsa.

Keberagaman yang ada di Indonesia merupakan sebuah anugerah terindah dari


Tuhan. Banyak negara yang ingin memiliki keanekaragaman seperti Indonesia.,
karena ini lah kita harus bangga akan hal ini, melalui sikap toleransi yang kuat
akan menimbulkan rasa persaudaraan yang erat antar setiap daerah di Nusantara.
Selain itu akan meningkatkan rasa persatuan tanah air. Dengan adanya
keberagaman ini bukan berarti kita adalah yang lebih unggul dibanding yang lain
karena kita memiliki kelebihan lebih banyak. Justru disini kita wajib untuk
merangkul satu sama lain tanpa menghakimi serta memandang suku, agama, dan
ras yang dimiliki setiap individu yang kita temui. 

Lingkungan universitas memiliki sangat banyak mahasiswa. Menurut laman


statistik.um.ac.id, Universitas Negeri Malang memiliki sebanyak 37.000
mahasiswa. Dengan jumlah sebanyak ini tentunya akan ada banyak keberagaman,
mengingat kemungkinan terdapatnya mahasiswa yang berasal dari luar Malang
maupun Jawa akan membawa kebudayaan yang berasal dari daerah mereka
masing-masing. Adanya keberagaman yang majemuk ini menuntut mahasiswa
untuk dapat bersikap terbuka satu sama lain tanpa memandang dari mana mereka
berasal, apa agamanya, tidak memandang ras, maupun menjelekan budaya
masing-masing.
Rumusan Masalah 
1. Apakah mahasiswa sudah terbuka akan keberagaman di Indonesia?
2. Bagaimana pandangan mahasiswa terhadap keberagaman yang berada
disekitarnya?
3. Apakah mahasiswa menerima mahasiswa lain yang memiliki
perbedaan?
4. Bagaimana pandangan mahasiswa, jika dalam suatu lingkungan yang
sebagian besar umatnya memiliki satu agama yang sama, namun
terdapat pembangunan rumah ibadah agama lain?

Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah terbuka akan
keberagaman di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap keberagaman yang
berada disekitarnya.
3. Untuk mengetahui apakah mahasiswa menerima mahasiswa lain yang
memiliki perbedaan
4. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa, jika dalam suatu lingkungan
yang sebagian besar umatnya memiliki satu agama yang sama, namun
terdapat pembangunan rumah ibadah agama lain

METODE PENELITIAN

1. Lokasi, Subjek, Responden dan Sample Penelitian


      1.1 Penelitian
Penelitian ini dilakukan di area Universitas Negeri Malang. Pemilihan
lokasi dikarenakan seluruh responden merupakan mahasiswa aktif
Universitas Negeri Malang sehingga bisa memudahkan untuk
melakukan survei secara langsung.
 
1.2 Subjek Penelitian
Yang dimaksud subjek penelitian adalah orang, tempat, atau benda
yang diamati dalam rangka pembumbutan sebagai sasaran (Kamus
Bahasa Indonesia, 1989: 862). Subjek penelitian yang digunakan
dalam tulisan ini adalah mahasiswa aktif di Universitas Negeri
Malang yang berasal dari Malang dan juga dari luar Malang.
 
1.3 Responden Penelitian
a.     Karakteristik responden
Adapun karakteristik yang akan menjadi responden dalam
penelitian ini, yaitu:
-        Mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang.
-        Berusia minimal 17 tahun.
-        Berasal dari keluarga baik heterogenitas atau homogenitas
-        Sehat secara mental.
b.     Jumlah responden
Dalam penelitian ini kami mengambil sebanyak 20 orang
mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang dimulai dari angkatan
2019, 2020, 2021, dan 2022.
 
1.4   Sampel Penelitian
Sampel adalah contoh atau sebagian individu yang diteliti, karena
jumlah populasi penelitian yang besar dan tidak dapat diteliti
seluruhnya (Sutrisno Hadi, 1987 :20). Pada artikel penelitian ini kami
menggunakan sebanyak 20 orang yang akan dimintai pendapatnya
mengenai heterogenitas dalam aspek agama, budaya, dan lainnya.
 
2. Instrumen Penelitian

Agar penyusunan artikel penelitian ini dapat disusun dengan mudah dan
sistematis, maka diperlukan instrumen penelitian. Dalam karya artikel
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah wawancara atau interview.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.
Dilakukannya wawancara mendalam dimaksudkan agar peneliti mendapat
jawaban secara detail dan luas mengenai perspektif setiap responden
mengenai pertanyaan yang diajukan peneliti. Adapun rincian pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada para responden, yakni:
1. Apakah anda mentoleransi setiap perbedaan yang berada di Indonesia?
2. Menurut anda bagaimana keberagaman yang berada disekitar anda,
baik dalam hal budaya, suku, agama, dan ras?
3. Apakah anda menerima dan masih berteman dengan mahasiswa yang
memiliki perbedaan dengan anda?
4. Bagaimana menurut anda, jika dalam lingkungan asal tempat tinggal
anda dibangun sebuah tempat ibadah yang berbeda dengan keyakinan
anda?
5. Apakah anda sebagai pendatang yang tentunya memiliki perbedaan
dengan masyarakat asli merasa dihargai?
6. Apakah anda merasa risih kepada pendatang baru terlebih lagi
memberikan kebudayaan daerahnya yang berbeda dengan dalam
lingkungan anda?

3. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Sugiyono (2017:224) menyatakan teknik pengumpulan data
adalah: “Langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama suatu penelitian adalah mendapatkan data”. Dalam melakukan
pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara. Teknik
Wawancara atau Interview adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-
cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan
keterangan pada peneliti (Mardalis, 1999:64). Di sini peneliti akan
mengajukan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan, kemudian mendegar
pendapat mengenai sudut pandang responden mengenai permasalahan-
permasalahan yang akan diteliti. Wawancara dilakukan antara 1 peneliti dan
1 responden, dengan begitu responden akan lebih terbuka mengenai sudut
pandang mereka mengenai pertanyaan yang diajukan peneliti.
4. Teknik Analisis Data

Dalam suatu penelitian dibutuhkan analisis data dan interpretasinya yang


bertujuan menjawab setiap pertanyaan peneliti dalam rangka mengungkap
fenomena sosial tertentu. Menurut (Sugiyono, 2013) analisis data adalah
proses suatu penyederhanaan data kedalam bentuk yang dimana lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Teknik Analisis Data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Menurut


Sugiyono (2017: 147) “Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan
untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.
 
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 20 orang, yang telah sesuai
dengan kriteria penelitian. Adapun rincian dari para responden yakni wawancara
dilakukan kepada 20 responden, terdiri atas 10 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan yang berasal dari angkatan 2019, 2020, 2021 dan 2022. Dari 20
responden, 12 orang diantaranya berasal dari keluarga homogenitas dan 8 orang
lainnya berasal dari keluarga heterogenitas.

Lingkungan tempat
ti nggal

Heterogenitas Homogenitas

40%
60%

Responden yang kami wawancarai memiliki latar belakang agama yang berbeda,
diantaranya Agama Hindu 6 orang, Agama Kristen Protestan 2 orang, Agama
Agama

Kristen Katolik 2 orang, dan Agama Islam 10


Hindu Kristen Katolik Islam
orang.

Agama
Hindu Islam Kristen Katolik

9%
9%
37%

45%

Selain itu, adapun rincian asal daerah masing-masing responden diantaranya 6


orang yang berasal dari luar pulau Jawa, 7 orang berasal dari luar Malang, 7 orang
berasal dari Malang. Responden yang berasal dari Malang merupakan warga asli
malang yang mana sudah sedari kecil bertempat tinggal di Malang.

Asal Daerah

Luar Jawa Luar Malang


Malang

30%
35%

35%

Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para responden dibagi


menjadi dua yaitu pertanyaan untuk mahasiswa yang berasal dari luar Jawa atau
Malang dan pertanyaan untuk mahasiswa yang berasal dari Malang. Adapun
rincian pertanyaan yang diajukan, diantaranya:

 Pertanyaaan untuk mahasiswa yang berasal dari luar Jawa atau


Malang
1. Apakah anda mentoleransi setiap perbedaan yang berada di
Indonesia?
2. Menurut anda bagaimana keberagaman yang berada disekitar anda,
baik dalam hal budaya, suku, agama, dan ras?
3. Apakah anda menerima dan masih berteman dengan mahasiswa
yang memiliki perbedaan dengan anda?
4. Bagaimana menurut anda, jika dalam lingkungan asal tempat
tinggal anda dibangun sebuah tempat ibadah yang berbeda dengan
keyakinan anda?
5. Apakah anda sebagai pendatang yang tentunya memiliki perbedaan
dengan masyarakat asli merasa dihargai?

 Pertanyaan untuk mahasiswa yang berasal dari Malang


1. Apakah anda mentoleransi setiap perbedaan yang berada di
Indonesia?
2. Menurut anda bagaimana keberagaman yang berada disekitar anda,
baik dalam hal budaya, suku, agama, dan ras?
3. Apakah anda menerima dan masih berteman dengan mahasiswa
yang memiliki perbedaan dengan anda?
4. Bagaimana menurut anda, jika dalam lingkungan asal tempat
tinggal anda dibangun sebuah tempat ibadah yang berbeda dengan
keyakinan anda?
5. Apakah anda merasa risih kepada pendatang baru terlebih lagi
memberikan kebudayaan daerahnya yang berbeda dengan dalam
lingkungan anda?

Dengan rincian pertanyaan diatas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Apakah anda mentoleransi setiap perbedaan yang berada di


Indonesia?

Dari 20 orang yang sudah diwawancara, semua responden


mengajukan pendapat jika mereka siap mentoleransi perbedaan yang
berada di Indonesia, dikarenakan hal itu merupakan suatu hak bagi
masing-masing individu terlebih lagi mereka merupakan masyarakat
Indonesia yang penuh keberagaman
“Indonesia kan punya perbedaan yang sangat banyak ya
dalam segi budaya atau agama. Untuk saya sendiri, saya akan
memberikan toleransi antar umat, karena memang harusnya
begitu. Indonesia kan menjunjung tinggi rasa menghormati
antar sesama, terlebih lagi banyak budaya-budaya yang ga
selalu sesuai antara satu sama lainnya” ADS, Angkatan 2022

“Toleransi itu kan hal yang wajib untuk kita lakukan, bukan
cuma di bidang SARA aja, tapi segala hal kita harus bisa
kasih toleransi baik kecil ataupun besar. Untuk permasalahan
seperti budaya, agama, suku, dan ras, ya kita udah pasti harus
mentoleransi antar umat” AP, Angkatan 2021

2. Menurut anda bagaimana keberagaman yang berada disekitar


anda, baik dalam hal budaya, suku, agama, dan ras?
Pada 20 responden yang diwawancara, mereka memiliki sudut
pandang yang tentunya berbeda, namun memiliki poin yang sama
yaitu keberagaman yang berada di sekitar mereka terutama dalam
lingkup pertemanan di Universitas sangatlah kaya, kemajemukan
suku, ras, agama dan budaya membuat mereka takjub akan kekayaan
Indonesia.
“Di masa perkuliahan ini juju raku agak shock, soalnya
waktu SMA itu kita masih punya banyak hal yang sama, tapi
untuk sekarang semuanya beda-beda. Ada yang sama, tapi
banyak juga yang beda.” SS, Angkatan 2022

3. Apakah anda menerima dan masih berteman dengan mahasiswa


yang memiliki perbedaan dengan anda?
Dari 20 responden yang diwawancara untuk dimintai jawabannya,
semua responden memilih untuk menerima secara terbuka bagi satu
sama lain. Mereka tidak mementingkan banyak hal dalam
pertemanan, semakin banyak perbedaan maka semakin luas pula
pengetahuan yang mereka miliki.
“Tentu mau, saya sadar akan keberagaman dan ini juga bisa
menjadi ajang dalam membangun kerukunan masyarakat.
Selain itu, perbedaan dalam beragama ataupun berbudaya ini
juga bisa menjadi ajang untuk saling bertukar pikiran antar
elemen-elemen kebudayaan masing-masing” MTW,
Angkatan 2022

4. Bagaimana menurut anda, jika dalam lingkungan asal tempat


tinggal anda dibangun sebuah tempat ibadah yang berbeda
dengan keyakinan anda?

20 responden yang dimintai pendapatnya mengenai pembangunan


rumah ibadah umat lain, sama sekali tidak masalah jika terdapat
suatu pembangunan rumah ibadah dalam lingkungan mereka.
Karena menurut mereka, itu adalah hak dalam aspek agama yang
ada pada setiap golongan agama yang ada.
“Menurut saya, pembangunan rumah ibadah agama lain di
lingkungan tempat tinggal saya adalah sebuah keharusan
jika dibutuhkan. Sebab, negara sendiri telah menjamin bagi
seluruh umat beragama untuk menjalankan ibadahnya, dan
salah satu jaminan tersebut adalah pembangunan tempat
ibadah dimanapun tanpa adanya perlawanan dari pihak
manapun. Saya akan mendukung dan saya rasa perlu adanya
kerja sama dari berbagai lapisan masyarakat ketika ada
pembangunan tempat ibadah itu sebagai bentuk solidaritas
antar warga masyarakat.” ADS, Angkatan 2022

5. Apakah anda sebagai pendatang yang tentunya memiliki


perbedaan dengan masyarakat asli merasa dihargai?
Dari 13 orang responden, 2 orang merasa kurang dihargai pada
lingkungan mereka. Namun, Sebagian besar merasa sangat
dihargai, walaupun mereka menjadi bagian dari minoritas.
“saya merasa sangat di hargai di setiap lingkungan saya
dikarenakan saya sendiri dan kebanyakan lingkungan saya
sangat toleransi antar umat beragama” PA, Angkatan 2019

6. Apakah anda merasa risih kepada pendatang baru terlebih lagi


memberikan kebudayaan daerahnya yang berbeda dengan dalam
lingkungan anda?

Semua responden mahasiswa yang merupakan orang Malang asli


tidak merasa risih atau tidak nyaman dengan mahasiswa yang berasal
dari luar Malang atau Jawa di lingkungan mereka. Justru mereka
merasa senang dan akan menerima semua perbedaan yang ada dan
siap merangkul semua individu tanpa memandang SARA.

“tidak, sebaliknya saya lebih suka berteman dengan mereka


golongan minoritas karena dari mereka saya mendapatkan
banyak hal hal baru yg hanya ada di agama mereka” PM,
Angkatan 2022

Dengan hasil yang sudah dipaparkan, adapun pembahasan dari masing-masing


rumusan inti yang telah disusun sedemikian rupa. Berikut ini adalah pembahasan
untuk setiap pokok-pokok inti yang menjadi topik dalam artikel ini.

 Pembahasan

Hasil penelitian ini menggambarkan situasi yang dialami oleh pihak minoritas di
dalam kehidupan mereka sehari-hari dan juga menggambarkan perlakuan pihak
mayoritas terhadap pihak minoritas. Sebanyak dua dari total sepuluh responden
pihak minoritas pernah merasa terintimidasi, dikucilkan, dan tidak dihargai dalam
lingkungan tempat tinggal mereka. Beberapa pengalaman yang kurang
mengenakkan dialami oleh mereka, seperti diremehkan atau dipandang sebelah
mata oleh warga sekitar, dikucilkan bahkan sejak kecil oleh anak-anak sebaya
karena hasil didikan orang tua mereka yang melarang anak-anaknya untuk
bermain dengan anak seumuran mereka yang berbeda keyakinan. Perlakuan
diskriminasi terhadap kaum minoritas diteruskan dari orang tua kepada anak
mereka dan seterusnya, padahal tindakan seperti itu hanya akan memperpanjang
rantai kebencian antara pihak mayoritas dan minoritas sehingga dapat
memperbesar kemungkinan adanya perpecahan dan konflik. Hal lain yang terjadi
adalah tidak didengarnya suara pihak minoritas dan pengucilan dalam organisasi-
organisasi di tempat tinggal mereka.

Kesulitan lainnya yang dialami oleh pihak minoritas adalah sulitnya dalam
memenuhi sarana persembahyangan, khususnya bagi mahasiswa Hindu di
Universitas Negeri Malang. Ketersediaannya yang terbatas dan sulit dijangkau
karena hanya bisa didapatkan di kawasan yang ditempati oleh banyak umat Hindu
juga. Tempat ibadah seperti pura juga sedikit dijumpai dan meskipun ada,
jaraknya pun relatif jauh dari tempat tinggal mereka. Hal baiknya adalah, dari
lima responden muslim, seluruhnya sangat menerima pembangunan tempat
ibadah milik agama minoritas di lingkungan tempat tinggal mereka. Memang
pendapat mereka tidak dapat mewakili keseluruhan umat muslim di Malang, tetapi
pendapat mereka bisa menjadi gambaran bahwa banyak dari mereka menyambut
baik adanya pembangunan tempat ibadah pihak minoritas.

Permasalahan selanjutnya ialah mengenai pemimpin daerah yang dijabat oleh


pihak dari agama yang berbeda. Seluruh responden, baik dari pihak mayoritas dan
minoritas tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka berpandangan bahwa
seorang pemimpin dinilai bukan dari latar belakang agama maupun status
sosialnya, melainkan dari kemampuannya dalam memimpin.

Permasalahan terakhir adalah mengenai pendapat pihak mayoritas terhadap


hadirnya pihak minoritas di lingkungan tempat tinggal mereka. Seluruh responden
muslim sangat menerima kehadiran pihak minoritas di lingkungan tempat tinggal
mereka. Mereka beranggapan bahwa dengan kehadiran pihak minoritas dapat
memperindah lingkungan mereka dengan keberagaman, mendorong pertukaran
ilmu, pendapat, dan pengalaman sehingga dapat menjalin kehidupan yang
harmonis antar umat beragama.
Kesimpulan dan Saran

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepelikan yang dialami oleh pihak
minoritas khususnya mahasiswa nonmuslim di Universitas Negeri Malang
bersumber dari ketidakbiasaan pihak mayoritas terhadap keberadaan pihak
minoritas sehingga tercipta minim pengetahuan akan agama lain selain agama
yang mereka anut. Hal tersebut berdampak pada keengganan mereka dalam
menerima pendapat pihak minoritas dan terjadinya pengucilan, seperti yang
terjadi oleh dua responden dari pihak minoritas. Minimnya jumlah minoritas di
Malang juga berdampak pada terbatasnya ketersediaan jumlah tempat ibadah.
Selain itu, juga berdampak pada minimnya penjual sarana persembahyangan,
khususnya sarana persembahyangan umat Hindu.

Saran peneliti terhadap kelompok mayoritas selain responden adalah untuk dapat
menerima dan mau untuk merangkul kelompok minoritas dalam lingkungan
tempat tinggal. Kemudian, saran terhadap kelwompok minoritas adalah untuk
dapat beradaptasi di lingkungan tempat tinggal mereka sebagai pihak minoritas
dan untuk aktif dalam bersosialisasi agar dapat dengan mudah diterima di
lingkungan mereka.

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama, peneliti menyarankan
untuk dapat melibatkan tokoh-tokoh pemuka agama dan pihak-pihak terkait yang
memiliki kebijakan agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif.

DAFTA RPUSTAKA

Administrator. (2017, Desember 3). Suku Bangsa. Indonesia.go.id. Diakses pada


tanggal 06 Oktober 2022 melalui
https://indonesia.go.id/profil/suku-bangsa/kebudayaan/suku-
bangsa#:~:text=Indonesia%20memiliki%20lebih%20dari
%20300,mencapai%2041%25%20dari%20total%20populasi.

Bayu, Dimas. (2022, Februari 16). Sebanyak 86,9% Penduduk Indonesia


Beragama Islam. dataindonesia.id. Diakses pada tanggal 06 Oktober 2022
melalui https://dataindonesia.id/ragam/detail/sebanyak-869-penduduk-
indonesia-beragama-islam

Kusnandar, Viva Budy. (2022, Maret 23). Mayoritas Penduduk Papua Beragama
Kristen pada 2021. databoks.katadata.co.id. Diakses pada tanggal 06
Oktober 2022 melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/mayoritas-
penduduk-papua-beragama-kristen-pada-2021#:~:text=Kristen
%20merupakan%20agama%20terbesar%20di,Indonesia%20tersebut
%20memeluk%20agama%20Kristen

Anda mungkin juga menyukai