3)
Mahasiswa Fakulstas Sastra Universitas Negeri Malang
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang
4)
Selain sila pertama Pancasila, seperti yang kita ketahui Indonesia memiliki
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda namun tetap satu
jua. Adanya semboyan ini setidaknya dapat memberitahu atau senantiasa
mengingatkan kita, bahwa Indonesia memang memiliki banyak perbedaan di
dalamnya. Tetapi bukan berarti dengan adanya perbedaan ini kita dapat terpecah
belah namun sebaliknya, dengan adanya semboyan ini kita dapat bersatu dan
hidup rukun antar sesama di tanah yang memiliki keberagaman ini. Sayangnya,
seiring berkembangnya zaman membuat arti semboyan ini mulai luntur secara
perlahan, terjadi banyak sekali konflik yang disebabkan oleh keragama suku,
agama, ras, dan budaya, contohnya penjarahan di tahun 1998 yang mana
melibatkan etnis tionghoa dan pribumi. Contoh lainnya tragedi sampit, beberapa
konflik Gerakan kelompok separatis, dan masih ada yang lainnya. Beberapa
contoh diatas merupakan konflik SARA yang pada masanya sangat mencuri
perhatian publik dan ini muncul akibat perbedaan yang ada (dilansir
news.okozone.com).
Agama yang berada dalam keragaman Indonesia juga memiliki konflik yang
sama, adanya diskriminasi jika terdapat suatu kelompok minoritas dalam ruang
lingkup mayoritas. Contohnya seperti konflik antara kelompok muslim radikal
dengan kelompok agama minoritas. Biasanya konflik ini terjadi dikarenakan
adanya perbedaan persepsi, pemaham dan doktrin dalam agama tertentu sehingga
membuat para penganut agama tersebut mempunyai pemikiran serta anggapan
jika agamanya adalah yang paling benar diantara agama-agama lain atau dalam
arti sudah mengarah pada paham radikalisme. Jika mengulik lebih dalam
mengenai konflik-konflik SARA yang pernah terjadi di Indonesia terdapat masih
banyak lagi, kondisi seperti ini lah yang membuat perpecahan di dalam
masyarakat dan memicu perpecahan bangsa.
Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah terbuka akan
keberagaman di Indonesia.
2. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa terhadap keberagaman yang
berada disekitarnya.
3. Untuk mengetahui apakah mahasiswa menerima mahasiswa lain yang
memiliki perbedaan
4. Untuk mengetahui pandangan mahasiswa, jika dalam suatu lingkungan
yang sebagian besar umatnya memiliki satu agama yang sama, namun
terdapat pembangunan rumah ibadah agama lain
METODE PENELITIAN
Agar penyusunan artikel penelitian ini dapat disusun dengan mudah dan
sistematis, maka diperlukan instrumen penelitian. Dalam karya artikel
penelitian ini instrumen yang digunakan adalah wawancara atau interview.
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.
Dilakukannya wawancara mendalam dimaksudkan agar peneliti mendapat
jawaban secara detail dan luas mengenai perspektif setiap responden
mengenai pertanyaan yang diajukan peneliti. Adapun rincian pertanyaan
yang akan ditanyakan kepada para responden, yakni:
1. Apakah anda mentoleransi setiap perbedaan yang berada di Indonesia?
2. Menurut anda bagaimana keberagaman yang berada disekitar anda,
baik dalam hal budaya, suku, agama, dan ras?
3. Apakah anda menerima dan masih berteman dengan mahasiswa yang
memiliki perbedaan dengan anda?
4. Bagaimana menurut anda, jika dalam lingkungan asal tempat tinggal
anda dibangun sebuah tempat ibadah yang berbeda dengan keyakinan
anda?
5. Apakah anda sebagai pendatang yang tentunya memiliki perbedaan
dengan masyarakat asli merasa dihargai?
6. Apakah anda merasa risih kepada pendatang baru terlebih lagi
memberikan kebudayaan daerahnya yang berbeda dengan dalam
lingkungan anda?
Hasil Penelitian
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 20 orang, yang telah sesuai
dengan kriteria penelitian. Adapun rincian dari para responden yakni wawancara
dilakukan kepada 20 responden, terdiri atas 10 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan yang berasal dari angkatan 2019, 2020, 2021 dan 2022. Dari 20
responden, 12 orang diantaranya berasal dari keluarga homogenitas dan 8 orang
lainnya berasal dari keluarga heterogenitas.
Lingkungan tempat
ti nggal
Heterogenitas Homogenitas
40%
60%
Responden yang kami wawancarai memiliki latar belakang agama yang berbeda,
diantaranya Agama Hindu 6 orang, Agama Kristen Protestan 2 orang, Agama
Agama
Agama
Hindu Islam Kristen Katolik
9%
9%
37%
45%
Asal Daerah
30%
35%
35%
“Toleransi itu kan hal yang wajib untuk kita lakukan, bukan
cuma di bidang SARA aja, tapi segala hal kita harus bisa
kasih toleransi baik kecil ataupun besar. Untuk permasalahan
seperti budaya, agama, suku, dan ras, ya kita udah pasti harus
mentoleransi antar umat” AP, Angkatan 2021
Pembahasan
Hasil penelitian ini menggambarkan situasi yang dialami oleh pihak minoritas di
dalam kehidupan mereka sehari-hari dan juga menggambarkan perlakuan pihak
mayoritas terhadap pihak minoritas. Sebanyak dua dari total sepuluh responden
pihak minoritas pernah merasa terintimidasi, dikucilkan, dan tidak dihargai dalam
lingkungan tempat tinggal mereka. Beberapa pengalaman yang kurang
mengenakkan dialami oleh mereka, seperti diremehkan atau dipandang sebelah
mata oleh warga sekitar, dikucilkan bahkan sejak kecil oleh anak-anak sebaya
karena hasil didikan orang tua mereka yang melarang anak-anaknya untuk
bermain dengan anak seumuran mereka yang berbeda keyakinan. Perlakuan
diskriminasi terhadap kaum minoritas diteruskan dari orang tua kepada anak
mereka dan seterusnya, padahal tindakan seperti itu hanya akan memperpanjang
rantai kebencian antara pihak mayoritas dan minoritas sehingga dapat
memperbesar kemungkinan adanya perpecahan dan konflik. Hal lain yang terjadi
adalah tidak didengarnya suara pihak minoritas dan pengucilan dalam organisasi-
organisasi di tempat tinggal mereka.
Kesulitan lainnya yang dialami oleh pihak minoritas adalah sulitnya dalam
memenuhi sarana persembahyangan, khususnya bagi mahasiswa Hindu di
Universitas Negeri Malang. Ketersediaannya yang terbatas dan sulit dijangkau
karena hanya bisa didapatkan di kawasan yang ditempati oleh banyak umat Hindu
juga. Tempat ibadah seperti pura juga sedikit dijumpai dan meskipun ada,
jaraknya pun relatif jauh dari tempat tinggal mereka. Hal baiknya adalah, dari
lima responden muslim, seluruhnya sangat menerima pembangunan tempat
ibadah milik agama minoritas di lingkungan tempat tinggal mereka. Memang
pendapat mereka tidak dapat mewakili keseluruhan umat muslim di Malang, tetapi
pendapat mereka bisa menjadi gambaran bahwa banyak dari mereka menyambut
baik adanya pembangunan tempat ibadah pihak minoritas.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepelikan yang dialami oleh pihak
minoritas khususnya mahasiswa nonmuslim di Universitas Negeri Malang
bersumber dari ketidakbiasaan pihak mayoritas terhadap keberadaan pihak
minoritas sehingga tercipta minim pengetahuan akan agama lain selain agama
yang mereka anut. Hal tersebut berdampak pada keengganan mereka dalam
menerima pendapat pihak minoritas dan terjadinya pengucilan, seperti yang
terjadi oleh dua responden dari pihak minoritas. Minimnya jumlah minoritas di
Malang juga berdampak pada terbatasnya ketersediaan jumlah tempat ibadah.
Selain itu, juga berdampak pada minimnya penjual sarana persembahyangan,
khususnya sarana persembahyangan umat Hindu.
Saran peneliti terhadap kelompok mayoritas selain responden adalah untuk dapat
menerima dan mau untuk merangkul kelompok minoritas dalam lingkungan
tempat tinggal. Kemudian, saran terhadap kelwompok minoritas adalah untuk
dapat beradaptasi di lingkungan tempat tinggal mereka sebagai pihak minoritas
dan untuk aktif dalam bersosialisasi agar dapat dengan mudah diterima di
lingkungan mereka.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama, peneliti menyarankan
untuk dapat melibatkan tokoh-tokoh pemuka agama dan pihak-pihak terkait yang
memiliki kebijakan agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih komprehensif.
DAFTA RPUSTAKA
Kusnandar, Viva Budy. (2022, Maret 23). Mayoritas Penduduk Papua Beragama
Kristen pada 2021. databoks.katadata.co.id. Diakses pada tanggal 06
Oktober 2022 melalui
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/mayoritas-
penduduk-papua-beragama-kristen-pada-2021#:~:text=Kristen
%20merupakan%20agama%20terbesar%20di,Indonesia%20tersebut
%20memeluk%20agama%20Kristen