Npm : 1811148
Kelas : B.6.1
Mk : Riset Operasional
2. Tujuan antrian
Antrian memiliki tujuan merancang fasilitas pelayanan untuk mengatasi permintaan
pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga keseimbangan antara biaya (waktu
nganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang diperlukan selama antri.
4. Struktur Antrian
1. Single Channel – Single Phase
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada
satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan.
Contohnya : antrian pelanggan dari seorang tukang cukur, pembelian tiket kereta api
yang dilayani oleh satu loket, layanan pelanggan oleh satu pelayan toko.
2. Single Channel – Multi Phase
Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan
secara berurutan (dalam phasephase). Sebagai contoh : pencucian mobil
2. M/M/1/∞/FCFS
Keterangan notasi :
Waktu antar kedatangan exponential
Waktu layanan exponential
1 server paralel
Ruang tunggu tdk terbatas
Disiplin antrian First-Come First-Serve
3. M/D/1
Waktu antar kedatangan exponential
Waktu layanan Deterministic
1 server
Ruang tunggu tdk terbatas (default)
Disiplin antrian FCFS (default)
Pn= 1−( λμ )( λμ ) n
Untuk adanya …. Pelanggan
Contoh :
1. Tingkat kedatangan pelanggan pada “AXISMART” adalah sedangkan pelayanannya
memerlukan waktu rata-rata 50 orang/jam. Bila tingkat kedatangan pelanggan mengikuti
distribusi poisson dan tingkat pelayanan mengikuti distribusi exponensial, maka tentukan :
a. Tingkat kegunaan bagian pelayanan
b. Jumlah pelanggan rata-rata dalam system
c. Jumlah pelanggan rata-rata dalam antrian
d. Waktu rata-rata dalam antrian
e. Waktu rata-rata dalam system
f. Probabilitas adanya pelanggan ke-20 dalam system
g. Probabilitas untuk adanya 3 pelanggan dalam system
Jawaban :
λ = 10 orang/15 menit
= 40 orang/jam
μ = 50 orang/ jam
a. Tingkat kegunaan
λ
U=
μ
40
= = 0.8 = 80%
50
Bahwa AXISMART akan sibuk melayani pelaggan selama 80% dari waktunya, sedangkan
20% dari waktunya (1-p) menganggur.
= 0,5904
Jadi, probabilitas adanya 3 pelanggan dalam system adalah 0,5904.
B. TEORI PERSEDIAAN
1. Pengertian teori persediaan
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun
eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau
produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran
produk perusahaan (Handoko, 1997, hal: 333).
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan
atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,
barang jadi, ataupun suku cadang.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi
diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah
penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan
tingkat persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu
produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
2. Tujuan persediaan
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin kelangsungan hidup
usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan
dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan haruslah memiliki strategi
agar dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin
kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan
biaya yang serendah-rendahnya. Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang
optimum, maka diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan.
Tujuan dari pengawasan persediaan ini adalah (Assauri, 1998):
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan
produksi.
b. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya
yang timbul oleh persediaan tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan
meningkatnya biaya pemesanan
3. Fungsi persediaan
Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting
persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan
kemudian barang jadi.
Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:
1. Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan internal
dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung
pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual
perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut fluctuation stock.
3. Fungsi Antisipasi
Terkadang sebuah perusahaan sering sekali menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada
kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang
telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi
tidak terganggu.
4. Jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam
urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock), persediaan ini merupakan persediaan dari
barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari
sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts), merupakan persediaan barang-barang yang
terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling
dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock), merupakan persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu kelancaran produksi,
tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process), merupakan barang-barang yang
belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi
barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good), merupakan barang-barang yang selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada distributor,
pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.
Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan – anggapan berikut ini dipenuhi:
1) Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik)
2) Harga/unit produk konstan
3) Biaya simpan/unit/th konstan
4) Biaya pesan/order konstan
5) Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/L) konstan
6) Tidak terjadi kekurangan barang/back order
Contoh :
1. Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000 unit per
tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp
150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja per tahun
adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama
10 hari. Maka hitunglah
a. EOQ
b. total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut
c. Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun
d. Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
e. Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)
Jawaban :
a. EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit
= 0.75
b. TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000)
= Rp 750,- + Rp 750,-
= Rp 1500,-
c. Jumlah pemesanan/th = D/Q
= 10000/2000
= 5 kali
d. Durasi habisnya EOQ = 350/5
= 70 hari
e. Reorder point = L. D/hari kerja setahun
= 10 x (10000/350)
= 285. 7 hari