Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN

Teori Antrian dan Teori Persediaan

Nama : Meidyna Farastica

Npm : 1811148

Kelas : B.6.1

Mk : Riset Operasional

Dosen pengampu : Mailani Rabiulkhri, S.E., M.Si


A. TEORI ANTRIAN
1. Pengertian teori antrian
Teori antrian pertama kali dikemukankan oleh A. K. Erlang, seorang ahli matematika
bangsa Denmark pada tahun 1913 dalam bukunya Solution of Some Problem in the Theory
of Probability of Significance in Automatic Telephone Exchange.
Menurut Siagian (1987), suatu antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan)
yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayanan (fasilitas layanan). Studi
matematika dari kejadian atau gejala garis tunggu ini disebut teori antrian. Kejadian garis
tunggu timbul karena disebabkan oleh kebutuhan akan layanan yang melebihi kemampuan
(kapasitas) pelayanan atau fasilitas pelayan, sehingga nasabah yang datang tidak langsung
mendapatkan pelayanan.
Teori antrian adalah teori-teori yang menyangkut studi matematis dari barisan atau
barisan pengguna. Dalam kehidupan sehari-hari kejadian ini sering ditemukan. Misalnya
seperti terjadi pada loket pembayaran, loket bioskop, loket kereta api, loket teller bank, pada
dermaga pelabuhan, telepon jarak jauh, tempat praktek dokter, pompa minyak, pada
pelanggan restoran yang menunggu pesanan, kedatangan pesanan barang digudang, dan
lain-lain.
Analisis antrian merupakan bentuk analisis probabilitas. Hasil dari analisis antrian yaitu
karakteristik operasional yang merupakan nilai rata-rata dari karakteristik yang
menggambarkan kinerja suatu sistem antrian. Sedangkan hasil dari karakteristik operasional
yaitu statistik operasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dalam suatu
operasi yang mengandung masalah antrian

2. Tujuan antrian
Antrian memiliki tujuan merancang fasilitas pelayanan untuk mengatasi permintaan
pelayanan yang berfluktuasi secara random dan menjaga keseimbangan antara biaya (waktu
nganggur) pelayanan dan biaya (waktu) yang diperlukan selama antri.

3. Elemen sistem antrian


Elemen sistem antrian merupakan komponen yang merupakan bagian atau anggota dari
sistem antrian, yaitu :
1. Populasi Masukan, adalah berapa banyak pelanggan potensial yang masuk sistem
antrian
2. Distribusi kedatangan, yaitu menggambarkan jumlah kedatangan perunit waktu dalam
periode waktu tertentu berturut-turut dalam waktu yang berbeda
3. Disiplin pelayanan, yaitu pelanggan yang akan dilayani terlebih dahulu adalah sebagai
berikut :
a. FCFS (first come, first served)
b. LCFS (last come, first served)
c. Acak d. Priorita
4. Fasilitas pelayanan, adalah pengelompokkan fasilitas pelayanan menurut jumlah yang
tersedia yaitu:
a. Single-channel
b. Multiple-channel
5. Distribusi pelayanan, meliputi :
a. Berapa banyak pelanggan akan dilayani per satu satuan waktu
b. Berapa lama setiap pelanggan akan dilayani
6. Kapasitas sistem pelayanan, adalah memaksimumkan jumlah pelanggan yang
diperkenankan masuk dalam sistem
7. Karakteristik sistem lainnya, merupakan pelanggan yang akan meninggalkan sistem
jika antrian penuh

4. Struktur Antrian
1. Single Channel – Single Phase
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada
satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu pelayanan.
Contohnya : antrian pelanggan dari seorang tukang cukur, pembelian tiket kereta api
yang dilayani oleh satu loket, layanan pelanggan oleh satu pelayan toko.
2. Single Channel – Multi Phase
Istilah Multi Phase menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan
secara berurutan (dalam phasephase). Sebagai contoh : pencucian mobil

3. Multi Channel – Single Phase


Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di mana ada dua atau lebih
fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh model ini adalah antrian
pada teller sebuah bank.

4. Multi Channel – Multi Phase


Sistem Multi Channel – Multi Phase ini mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada
setiap tahapnya sehingga lebih dari satu individu dapat dilayani pada suatu waktu.
Sebagai contoh, herregistrasi para mahasiswa di universitas, pelayanan kepada pasien di
rumah sakit mulai dari pendaftaran, diagnosa, penyembuhan sampai pembayaran.
5. Aturan teori antrian
Ada beberapa macam aturan (disiplin) teori antrian diantaranya adalah :
1. FIFO (First In First Out) / FCFS (First Come First Served) : pelayanan disesuaikan
dengan urutan kedatangan, individu yang pertama datang, maka akan dilayani
terlebih dahulu
2. LIFO (Last In First Out) / LCFS (Last Come First Served) : Individu yang terakhir
datang, akan dilayani terlebih dahulu (berupa tumpukan)
3. SIRO (Service In Random Order): pelayanan dilakukan secara random atau acak.
contoh : pelayanan di toko yang tidak punya jalur antrian
4. SOT (Shortest Operating Time) / SPT (Shortest Processing Time) : Pelayanan yang
membutuhkan waktu paling cepat akan dilayani dahulu
5. PR (Priority): Mendahulukan pelayanan pada individu dengan prioritas tertentu.

6. Model – model antrian


Dalam mengelompokan model-model antrian yang berbeda-beda akan digunakan suatu
notasi diantaranya :
1. Notasi Kendall (1953)
A/B/c/Y/Z
Keterangan :
A : Distribusi waktu antar kedatangan
B : Distribusi waktu layanan
c : Jumlah fasilitas pelayanan
Y : Jumlah konsumen (kapasitas) dalam sistem
Z : Ukuran pemanggilan populasi atau sumber (disiplin antrian)

2. M/M/1/∞/FCFS
Keterangan notasi :
 Waktu antar kedatangan exponential
 Waktu layanan exponential
 1 server paralel
 Ruang tunggu tdk terbatas
 Disiplin antrian First-Come First-Serve
3. M/D/1
 Waktu antar kedatangan exponential
 Waktu layanan Deterministic
 1 server
 Ruang tunggu tdk terbatas (default)
 Disiplin antrian FCFS (default)

7. Aplikasi model antrian


1. Tingkat kegunaan ( Utility / U )
λ
U=
μ
2. Jumlah individu rata-rata dalam system ( L )
λ
L=
μ− λ
3. Jumlah individu rata-rata dalam antrian (Lq )
λ2
LQ=
μ( μ−λ)
4. Waktu rata-rata dalam sistem ( W )
1
W=
μ−λ
5. Waktu rata-rata dalam antrian ( Wq )
λ
WQ=
μ(μ−λ)

6. Probabilitas jumlah individu dalam sistem


Untuk pelanggan ke- …

Pn= 1−( λμ )( λμ ) n
Untuk adanya …. Pelanggan

Pn= 1−( λμ )( λμ ) n+1


Keterangan :
λ : Tingkat kedatangan rata-rata (unit/jam)
1/ λ : Waktu antar kedatangan rata-rata (jam/unit)
μ : Tingkat pelayanan rata-rata (unit/jam)
1/ μ : Waktu pelayanan rata-rata (jam/unit)
Lq : Jumlah individu rata-rata dalam antrian (unit)
L : Jumlah individu rata-rata dalam sistem (unit)
Wq : Waktu rata-rata dalam antrian (jam)
W : Waktu rata-rata dalam system (jam)
Pn : Probabilitas jumlah n individu dalam system (frekuensi relatif)
P : Tingkat kegunaan fasilitas pelayanan (rasio)

Contoh :
1. Tingkat kedatangan pelanggan pada “AXISMART” adalah sedangkan pelayanannya
memerlukan waktu rata-rata 50 orang/jam. Bila tingkat kedatangan pelanggan mengikuti
distribusi poisson dan tingkat pelayanan mengikuti distribusi exponensial, maka tentukan :
a. Tingkat kegunaan bagian pelayanan
b. Jumlah pelanggan rata-rata dalam system
c. Jumlah pelanggan rata-rata dalam antrian
d. Waktu rata-rata dalam antrian
e. Waktu rata-rata dalam system
f. Probabilitas adanya pelanggan ke-20 dalam system
g. Probabilitas untuk adanya 3 pelanggan dalam system

Jawaban :
λ = 10 orang/15 menit
= 40 orang/jam
μ = 50 orang/ jam
a. Tingkat kegunaan
λ
U=
μ
40
= = 0.8 = 80%
50
Bahwa AXISMART akan sibuk melayani pelaggan selama 80% dari waktunya, sedangkan
20% dari waktunya (1-p) menganggur.

b. Jumlah individu rata-rata dalam system


λ
L=
μ− λ
40
¿
50−40
40
¿
10
¿ 4 orang
Angka 4 menunjukkan bahwa pegawai dapat mengharapkan 4 pelanggan yang berada
dalam system.

c. Jumlah individu rata-rata dalam antrian


λ2
LQ=
μ( μ−λ)
4040
LQ=
50(50−40)
= 3,2 orang
= 3 orang
Jadi, pelanggan yang menunggu untuk dilayani dalam antrian sebanyak 3 pelanggan

d. Waktu rata-rata dalam sistem


λ
WQ=
μ(μ−λ)
40
¿
50(50−40)
40
¿
500
= 0,08 jam
= 4,8 menit
Jadi , waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam antrian selama 4,8 menit.

e. Waktu rata-rata dalam antrian


1
W=
μ−λ
1
¿
50−40
1
¿
10
= 0,1 jam
= 6 menit
Jadi, waktu rata-rata pelanggan menunggu dalam system selama 6 menit.
f. Probabilitas jumlah individu dalam sistem

Jadi, probabilitas adanya pelanggan ke-20 dalam system adalah 0,002306.

g. Probabilitas untuk adanya 3 pelanggan dalam system

= 0,5904
Jadi, probabilitas adanya 3 pelanggan dalam system adalah 0,5904.
B. TEORI PERSEDIAAN
1. Pengertian teori persediaan
Istilah persediaan ( Inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala
sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun
eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau
produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen lain yang menjadi keluaran
produk perusahaan (Handoko, 1997, hal: 333).
Sedangkan menurut Herjanto (1999, hal: 219) Persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari suatu peralatan
atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses,
barang jadi, ataupun suku cadang.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi
diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah
penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan
tingkat persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu
produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.

2. Tujuan persediaan
Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk menjamin kelangsungan hidup
usahanya. Untuk mengadakan persediaan, dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan
dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu, setiap perusahaan haruslah memiliki strategi
agar dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan optimum yang dapat menjamin
kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat dengan
biaya yang serendah-rendahnya. Untuk mengatur tersedianya suatu tingkat persediaan yang
optimum, maka diperlukan suatu sistem pengawasan persediaan.
Tujuan dari pengawasan persediaan ini adalah (Assauri, 1998):
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya kegiatan
produksi.
b. Menjaga agar pembentukan persediaan tidak terlalu besar atau berlebih, sehingga biaya
yang timbul oleh persediaan tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan
meningkatnya biaya pemesanan

3. Fungsi persediaan
Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting
persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal
pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan
kemudian barang jadi.
Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:
1. Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan internal
dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung
pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual
perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut fluctuation stock.

2. Fungsi “Economic Lot Sizing”


Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber
daya – sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan
“Lot Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya
pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam
kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena
besarnya persediaan ( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).

3. Fungsi Antisipasi
Terkadang sebuah perusahaan sering sekali menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada
kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang
telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi
tidak terganggu.

4. Jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam
urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock), persediaan ini merupakan persediaan dari
barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari
sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b. Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts), merupakan persediaan barang-barang yang
terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling
dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c. Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock), merupakan persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu kelancaran produksi,
tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d. Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process), merupakan barang-barang yang
belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi
barang jadi.
e. Persediaan Barang Jadi (Finished Good), merupakan barang-barang yang selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada distributor,
pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

5. METODA MANAJEMEN PERSEDIAAN


Metode yang digunakan dalam pengelolaan persediaan adalah seperti yang tercantum
dibawah ini. Namun yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah metode Economic
Order Quantity ( EOQ ) dan Analisis ABC.
1. METODA EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
Metoda Economic Order Quantity (EOQ) adalah metoda yang dapat dipergunakan baik
untuk barang – barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah
nama yang biasa digunakan untuk barang – barang yang dibeli, sedangkan ELS
( Economic Lot Size ) digunakan untuk barang – barang yang diproduksi secara internal.
Perbedaan pokoknya adalah bahwa, untuk ELS, biaya pemesanan ( ordering cost )
meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikrimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin
– mesin ( setup cost ) yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan.
Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
meminimumkan biaya langsung penyimpanann persediaan dan biaya kebalikannya
( inverse cost ) pemesanan persediaan. Gambar dibawah menunjukkan hubungan antara
biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dalam bentuk grafik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ adalah :


D : Besar laju permintaan (demand rate) dalam unit per tahun.
S : Biaya setiap kali pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C : Biaya per unit dalam rupiah per unit
I : Biaya pengelolaan (carrying cost) adalah persentase terhadap nilai persediaannya
Q : Ukuran paket pesanan (lot size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per tahun.

Model manajemen persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:


Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC = S (D/Q)
Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying cost)
CC = ic (Q/2)
Maka, total biaya persediaan:
TC = S (D/Q) + ic (Q/2)

Model EOQ di atas dapat diterapkan bila anggapan – anggapan berikut ini dipenuhi:
1) Permintaan akan produk konstan, seragam, dan diketahui (deterministik)
2) Harga/unit produk konstan
3) Biaya simpan/unit/th konstan
4) Biaya pesan/order konstan
5) Wakttu antara pesanan dilakukan dan barang diterima (lead time/L) konstan
6) Tidak terjadi kekurangan barang/back order

2. METODA ABC / ANALISIS ABC


Analisis ABC membagi persediaan yang ada ke dalam tiga kelompok berdasarkan
volume tahunan dalam jumlah uang. Analisis ABC merupakan penerapan persediaan dari
Prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan bahwa ada "beberapa yang penting dan
banyak yang sepele". Pemikiran yang mendasari prinsip ini adalah bagaimana
memfokuskan sumber daya pada bagian persediaan penting yang sedikit itu dan bukan
pada bagian persediaan yang banyak namun sepele.
Untuk menentukan nilai uang tahunan dari volume dalam analisis ABC, dilakukan
pengukuran permintaan tahunan dari setiap butir persediaan dikalikan dengan biaya per
unit. Butir persediaan kelas A adalah persediaan-persediaan yang jumlah nilai uang per
tahunnya tinggi. Butir-butir persediaan semacam ini mungkin hanya mewakili sekitar
15% dari butir-butir persediaan total, tetapi mewakili 70% sampai 80% dari total biaya
persediaan. Butir persediaan kelas B adalah butir-butir persediaan yang volume
tahunannya (dalam nilai uang) sedang. Butir-butir persediaan ini mungkin hanya
mewakili 30% dari keseluruhan persediaan dan 15% sampai 25% dari nilainya. Butir -
butir persediaan yang volume tahunannya kecil, dinamakan kelas C, yang mewakili
hanya 5% dari keseluruhan volume tahunan tetapi sekitar 55% dari keseluruhan
persediaan.

Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC sebagai berikut:


1) Perkembangan sumber daya pembelian yang dibayarkan kepada pemasok harus lebih
tinggi untuk butir persediaan A dibandingkan butir persediaan C.
2) Butir persediaan A, berlainan dengan butir persediaan B dan C. harus dikendalikan
secara lebih ketat; mungkin karena butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah
yang lebih tertutup dan mungkin karena keakuratan catatan persediaannya harus lebih
sering diverifikasi.
3) Meramalkan butir persediaan A mungkin harus lebih berhati-hati dari pada
meramalkan butir (kelas) persediaan yang lain.
4) Peramalan yang lebih baik, pengendalian fisik, keandalan pemasok, dan pengurangan
besar stok pengaman dapat dihasilkan oleh semua teknik manajemen persediaan
semacam analisis ABC.

Contoh :
1. Diketahui sebuah perusahaan memiliki kebutuhan bahan baku sebesar 10.000 unit per
tahun. Biaya pemesanan untuk pengadaan bahan tersebut adalah sebesar Rp
150,-/order. Biaya simpan yang terjadi sebesar Rp 0,75/u/tahun. Hari kerja per tahun
adalah 350 hari. Waktu tunggu (lead time) untuk pengiriman bahan tersebut selama
10 hari. Maka hitunglah
a. EOQ
b. total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengadaan bahan tersebut
c. Berapa kali perusahaan melakukan pemesanan dalam 1 tahun
d. Berapa lama EOQ akan habis dikonsumsi perusahaan
e. Tentukan reorder point (titik pemesanan kembali)

Jawaban :
a. EOQ = 2x150x10.000 = 2000 unit
= 0.75
b. TC = HxQ/2 + S.D/Q = (0.75 x 2000/2) + (150 x 10000/2000)
= Rp 750,- + Rp 750,-
= Rp 1500,-
c. Jumlah pemesanan/th = D/Q
= 10000/2000
= 5 kali
d. Durasi habisnya EOQ = 350/5
= 70 hari
e. Reorder point = L. D/hari kerja setahun
= 10 x (10000/350)
= 285. 7 hari

Anda mungkin juga menyukai