Anda di halaman 1dari 72

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Proyek


Kegiatan pelaksanaan di lapangan merupakan bagian terpenting dari
proyek dan merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
setelah mendapatkan Surat Perintah Kerja (SPK). Dalam prakteknya di
lapangan sering dijumpai adanya kondisi yang berlainan dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Untuk mengatasai hambatan-hambatan tersebut
perlu adanya kerja sama yang baik tentunya tanpa adanya penyimpangan dari
apa yang sudah direncanakan sebelumnya agar proyek dapat berjalan sesuai
rencana dan tanpa ada kendala yang berarti.
Pada analisa dan permasalahan ini akan membahas tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena pada dasarnya pekerjaan
Proyek Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas Diponegoro Semarang
sangatlah mengandung banyak resiko keamanan bagi pekerja maupun
pengguna jalan yang ada disekitaran proyek yang sedang berlangsung, maka
diperlukannya manajemen dalam mewujudkan program K3 tersebut dengan
baik supaya tidak terjadinya korban dalam proses pelaksanaan pekerjaan
konstruksi.

4.1.1. Data Umum Proyek


a. Nama Proyek : Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas
Diponegoro Semarang
b. Lokasi Proyek : Universitas Diponegoro Semarang
c. Pemberi Tugas : Universitas Diponegoro Semarang
d. Sumber Dana : RKAT UNDIP TAHUN 2019 dan 2020
e. Tahun Anggaran : 2019 - 2020
f. Bentang Jembatan : 60 m
g. Lebar Jembatan : 11 m

51
h. Konsultan Pengawas : PT. AGRASINAR PURIPRATAMA
i. Kontraktor Pelaksana : PT. MITRAANDALAN SAKTI –
PT. CATUR KARYA
BERSAUDARA,KSO
j. Nomor Kontrak : 525/UN7/PAN-KONS/SP/2019
l. Nilai Kontrak : Rp. 20.586.970.000,00
(INCLUDE PPN 10%)
m. Waktu Pelaksanaan : 300 hari kalender ( 10 bulan )
n. Waktu Pemeliharaan :-

4.1.2. Lokasi Proyek


Proyek Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas Diponegoro
Semarang terletak di Jalan Prof Soedarto,SH, Tembalang, Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia yang berada di depan Asrama Mahasiswa Universitas
Diponegoro.

o. Lokasi proyek bersebelahan dengan :


Sebelah Utara : Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro Semarang
Sebelah Selatan : Asrama Mahasiswa Universitas Diponegoro
Semarang
Sebelah Barat : Jalan lingkar Universitas Diponegoro Semarang
Sebelah Timur : Waduk Diponegoro

52
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 yaitu Peta Lokasi
Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas Diponegoro Semarang.

Gambar 4.1 Denah Lokasi Proyek

4.2. Kegiatan Beresiko Proyek Pembangunan Jembatan Sikatak


Universitas Diponegoro Semarang
4.2.1. Rencana Kerja K3 (RKK)
Penelitian ini untuk mengetahui kegiatan apa saja yang
berisiko pada Proyek Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas
Diponegoro Semarang untuk penerapan K3 di area proyek yaitu
dengan tabel berikut :

53
Tabel 4.1. Kegiatan Berisiko Proyek Pembangunan Jembatan
Sikatak Universitas Diponegoro Semarang.
1. Pekerjaan persiapan

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

1. Pekerjaan persiapan a. Jalan akses tak layak a. membuat jalan akses


keluar masuk
a. Accessability mob- b. Site lay-out tidak baik
demob b. Site lay-out well design
c. Lahan konstruksi kurang
b. Peta lokasi dan penerangan c. Penerangan & ventilasi
Kondisi lahan
d. Prasarana & sarana d. Prasarana & sarana
c. Kebutuhan konstruksi tidak layak terawat
prasarana & sarana
e. Kondisi lingkungan tak e. Traffic management
d. Kebutuhan air & memadai
tenaga listrik f. Alat & perkakas OK
f. Kondisi Alat perkakas
e. Standar peraturan kurang lengkap g. Personil kompeten
K3 terkait
g. Perijinan, Tanggap
Darurat, P3K, kurang

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

2. Pekerjaan struktur

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

1. Pekerjaan tanah a. pekerja tertabrak atau a. buat rambu dan


terkena bucket penghalang dengan tali
kayu
b. Terpeleset dalam galian
b. Dibuat trap & pegangan
c. Tanah runtuh
c. Gali secara bertahap
d. Pekerja tercangkul
d. Menggunakn sepatu boot
e. Tangan dan kaki pekerja
lecet e. Pakai sarung tangan dan
sepatu boot
f. tertimbun tanah
f. jaga jarak dan berhati-
hati
2. Pekerjaan pondasi a. Kabel Crane Putus a. Inspeksi rutin alat berat
sumuran mengenai orang
b. Landasan Crane kuat dan
b. Crane Hammer terbalik, kokoh
Operator terluka

54
c. Tangan pekerja patah kena c. Pakai sarung tangan
kabel crane
d. Pakai helm
d. Kepala pekerja tertimpa
pondasi sumuran e. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
e. tertusuk ujung besi safety, helm proyek,
memakai pengaman
f. terkena cipratan semen APD

f. tidak terlalu dekat


dengan adukan semen

3. Pekerjaan abutment a. Tanah runtuh a. berhati-hati dan jaga


jarak
a. pekerjaan pour b. kaki tertimpa besi tulangan
(abutment bagian b. menggunakan sepatu
bawah) c. tertusuk ujung besi boot proyek

b. pekerjaan badan d. terkena goresan atau benda c. mengguakan peralatan


dan dinding sayap tajam safety, seperti sepatu
abutment safety, helm proyek,
e. terkena cipratan semen
memakai pengaman
f. cedera otot APD

g. terjepit bekisting d. memakai baju lengan


panjang dan
menggunakan pengaman
APD

e. tidak terlalu dekat


dengan adukan semen

f. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman
APD

g. memastikan bekisting
tertata rapi

4. Pekerjaan pilar a. Kabel Crane Putus a. Inspeksi rutin alat berat


mengenai orang
b. operasional crane yang
b. Kepala pekerja tertimpa handal

55
pilar jatuh c. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
c. tertusuk ujung besi safety, helm proyek,
memakai pengaman
d. terkena cipratan semen
APD
e. terkena goresan atau benda
d. tidak terlalu dekat
tajam
dengan adukan semen
f. cedera otot
e. memakai baju lengan
g. terjepit bekisting panjang dan
menggunakan pengaman
APD

f. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman
APD

g. memastikan bekisting
tertata rapi

5. Pekerjaan a. Kepala pekerja tertimpa a. operasional crane yang


pemasangan balok pilar jatuh handal
girder diatas
abutment b. Kabel Crane Putus b. Inspeksi rutin alat berat
mengenai orang
c. mengguakan peralatan
c. tertusuk ujung besi safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
d. terkena cipratan semen memakai pengaman
APD
e. terkena goresan atau benda
tajam d. tidak terlalu dekat
dengan adukan semen
f. cedera otot
e. memakai baju lengan
g. terjepit bekisting
panjang dan
h. Pekerja, perkakas dan menggunakan pengaman
material jatuh APD

i. Crane terbalik, Operator f. mengguakan peralatan


terluka safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman

56
APD

g. memastikan bekisting
tertata rapi

h. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman
APD

i. Landasan Crane kuat dan


kokoh

6. Pemasangan a. perancah jatuh a. pemasangangan baut


diafragma tepi, dan harus kuat
tengah diantara b. tertusuk ujung besi
balok girder yang b. mengguakan peralatan
c. terkena cipratan semen safety, seperti sepatu
sudah terpasang
safety, helm proyek,
d. terkena goresan atau benda
memakai pengaman
tajam
APD
e. cedera otot
c. tidak terlalu dekat
f. terjepit bekisting dengan adukan semen

g. Pekerja, perkakas dan d. memakai baju lengan


material jatuh panjang dan
menggunakan pengaman
APD

e. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman
APD

f. memastikan bekisting
tertata rapi

g. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm

57
7. Pemasangan plat deck a. mobilitas yang kurang a. Harus ada akses / rute
sebagai begisting aman yang aman
lantai jembatan
b. tergelincir b. Pendukung rangka
penyebab tergelincir
c. jatuh dari ketinggian harus ditutup papan
d. perancah roboh c. Sambungan rangka
bekisting harus kuat
e. perancah gantung lepas
dan terbang berserakan d. Perancah pendukung
bekisting harus dijangkar
kuat

e. Perancah gantung pada


luar bangunan harus
dijangkar untuk
menahan kekuatan angin

8. Pekerjaan a. Komponen rangka baja a. jaga jarak dan helm yang


pemasangan runtuh / jatuh kuat
pelengkung baja
b. Sambungan lepas, tali b. pagar pelindung, safety
saling putus deck

c. Pekerja, perkakas dan c. mengguakan peralatan


material jatuh safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
d. Baut patah lelah memakai pengaman
APD
e. Crane Hammer terbalik,
Operator terluka d. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
memakai pengaman
APD

e. Landasan Crane kuat dan


kokoh

9. Pekerjaan lantai a. kaki tertimpa besi tulangan a. menggunakan sepatu


jembatan boot proyek
b. tangan pekerja luka
a. pemasangan besi terkena alat pemotong besi b. menggunakan sarung
tulangan lantai tangan khusus
jembatan c. mata pekerja luka terkena
percikan las besi c. menggunakan pelindung
b. pengecoran lantai wajah khusus
jembatan d. cedera otot

58
c. pembuatan plat e. terjepit bekisting d. mengguakan peralatan
injak jembatan safety, seperti sepatu
dialasi dengan f. terkena cipratan semen safety, helm proyek,
lantai kerja memakai pengaman
g. terkena pukulan palu
dibawahnya APD
h. mata terkena debu
e. memastikan bekisting
i. iritasi kulit tertata rapi

f. tidak terlalu dekat


dengan adukan semen

g. berhati- hati dalam


memukul palu

h. menggunakan kacamata

i. sarung tangan, sepatu,


helm, baju rapat

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

3. Pekerjaan oprit jembatan

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

1. Pembuatan talud jalan a. kaki tertimpa besi a. menggunakan sepatu


tulangan boot proyek
a. pekerjaan pembesian
dan pengecoran talud b. tangan pekerja luka b. menggunakan sarung
terkena alat tangan khusus
b. pemasangan suling- pemotong besi
suling untuk aliran air c. menggunakan pelindung
c. mata pekerja luka wajah khusus
c. pemasangan kolom terkena percikan las
pengaman talud besi d. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
d. cedera otot safety, helm proyek,
memakai pengaman
e. terjepit bekisting APD
f. terkena cipratan e. memastikan bekisting
semen tertata rapi
g. terkena pukulan palu f. tidak terlalu dekat
dengan adukan semen
h. mata terkena debu
g. berhati- hati dalam
i. iritasi kulit
memukul palu

59
h. menggunakan kacamata

i. sarung tangan, sepatu,


helm, baju rapat

2. Pekerjaan perkerasan jalan a. kaki terkena aspal a. menggunakan sepatu


jembatan boot proyek
b. tangan pekerja luka
a. penghamparan dan terkena aspal b. menggunakan sarung
pemadatan timbunan tangan khusus
sirtu c. mata pekerja luka
terkena percikan c. menggunakan kacamata
b. penghamparan dan aspal
pemadatan lapis d. mengguakan peralatan
pondasi agregat klas B d. cedera otot safety, seperti sepatu
&A safety, helm proyek,
e. terjepit bekisting memakai pengaman
c. penyemprotan lapis APD
f. terkena cipratan aspal
pengikat aspal cair
e. memastikan bekisting
g. terkena pukulan palu
d. penghamparan aspal tertata rapi
h. mata terkena debu
f. tidak terlalu dekat
i. iritasi kulit dengan adukan semen

g. berhati- hati dalam


memukul palu

h. menggunakan kacamata

i. sarung tangan, sepatu,


helm, baju rapat

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

4. Pekerjaan drainase jalan jembatan

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

60
1. a. Pekerjaan pembesian a. kaki tertimpa besi a. menggunakan sepatu
drainase jalan tulangan boot proyek

b. pekerjaan pengecoran b. tangan pekerja luka b. menggunakan sarung


drainase jalan terkena alat tangan khusus
pemotong besi
c. menggunakan pelindung
c. mata pekerja luka wajah khusus
terkena percikan las
besi d. mengguakan peralatan
safety, seperti sepatu
d. cedera otot safety, helm proyek,
memakai pengaman
e. terjepit bekisting APD
f. terkena cipratan e. memastikan bekisting
semen tertata rapi
g. terkena pukulan palu f. tidak terlalu dekat
dengan adukan semen
h. mata terkena debu
g. berhati- hati dalam
i. iritasi kulit
memukul palu

h. menggunakan kacamata

i. sarung tangan, sepatu,


helm, baju rapat

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

5. Pekerjaan pelengkap jembatan

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

1. a. pemotongan railing a. tangan pekerja luka a. jaga jarak dan


besi jembatan terkena alat menggunakan sarung
pemotong besi tangan khusus
b. penyambungan las
railing besi jembatan b. mata pekerja luka b. jaga jarak dan
terkena percikan las menggunakan pelindung
c, pengecatan railing besi besi wajah khusus
jembatan
c. tubuh pekerja kotor c. menggunakan baju
d. pembuatan trotoar karena terkena lengan panjang
dengan pemasangan tumpahan cat
kerb, diisi timbunan d. mengguakan peralatan
sirtu d. cedera otot safety, seperti sepatu
safety, helm proyek,
e. pengecatan kerb e. tubuh pekerja kotor memakai pengaman
karena terkena

61
f. pemasangan lampu tumpahan cat APD, memakai baju
high mast dan lampu lengan panjang
LED 1 tangan f. tertimpa tiang lampu
e. menggunakan baju
lengan panjang

f. menggunakan helm
proyek

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

6. Pekerjaan elektrikal

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

1. Pekerjaan elektrikal a. cidera otot a. menggunakan peralatan


safety, seperti sepatu
b. tertimpa material safety, helm proyek,
roboh memakai pengaman
APD, memakai baju
c. kecelakaan lalu lintas
lengan panjang
d. terkena goresan atau
b. menggunakan helm
benda tajam
proyek
e. tertusuk paku
c. membuat rambu-rambu
f. terkena konsleting peringatan pekerjaan
arus listrik yang sedang berlangsung

g. mata kemasukan debu d. memakai baju lengan


panjang dan
h. sesak nafas menggunakan pengaman
APD

e. mengerjakan semua
pekerjaan sesuai dengan
SOP

f. memkai sarung tangan

g. memakai kacamata
khusus

h. menggunakan masker

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

7. Pekerjaan elektronik

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

62
1. Pekerjaan elektronik a. cidera otot a. menggunakan peralatan
safety, seperti sepatu
b. tertimpa material safety, helm proyek,
roboh memakai pengaman
APD, memakai baju
c. kecelakaan lalu lintas
lengan panjang
d. terkena goresan atau
b. menggunakan helm
benda tajam
proyek
e. tertusuk paku
c. membuat rambu-rambu
f. terkena konsleting arus peringatan pekerjaan
listrik yang sedang berlangsung

g. mata kemasukan debu d. memakai baju lengan


panjang dan
h. sesak nafas menggunakan pengaman
APD

e. mengerjakan semua
pekerjaan sesuai dengan
SOP

f. memkai sarung tangan

g. memakai kacamata
khusus

h. menggunakan masker

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

8. Pekerjaan tata udara

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

63
1. Pekerjaan tata udara a. cidera otot a. menggunakan peralatan
safety, seperti sepatu
b. tertimpa material safety, helm proyek,
roboh memakai pengaman
APD, memakai baju
c. kecelakaan lalu lintas
lengan panjang
d. terkena goresan atau
b. menggunakan helm
benda tajam
proyek
e. tertusuk paku
c. membuat rambu-rambu
f. mata kemasukan debu peringatan pekerjaan
yang sedang berlangsung
g. sesak nafas
d. memakai baju lengan
h. jatuh dari ketinggian panjang dan
menggunakan pengaman
APD

e. mengerjakan semua
pekerjaan sesuai dengan
SOP

f . memakai kacamata
khusus

g. menggunakan masker

h. menggunakan sabuk
pengaman ketinggian

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

9. Pekerjaan genset

No Jenis pekerjaan Identifikasi bahaya Pengendalian Risiko

64
1. Pekerjaan genset a. cidera otot a. menggunakan peralatan
safety, seperti sepatu
b. tertimpa material safety, helm proyek,
roboh memakai pengaman
APD, memakai baju
c. kecelakaan lalu lintas
lengan panjang
d. terkena goresan atau
b. menggunakan helm
benda tajam
proyek
e. tertusuk paku
c. membuat rambu-rambu
f. mata kemasukan debu peringatan pekerjaan
yang sedang berlangsung
g. sesak nafas
d. memakai baju lengan
h. terjadinya kebakaran panjang dan
akibat tumpahan menggunakan pengaman
minyak atau gas APD

e. mengerjakan semua
pekerjaan sesuai dengan
SOP

f. memakai kacamata
khusus

g. menggunakan masker

h. menghindari kegiatan
yang dapat
mengakibatkan kobaran
api didekat genset

(Sumber: Rencana Kerja K3, 2020)

4.3. Ketentuan Risiko Pekerjaan Metode JSA

65
Pada tahapan ini dengan tabel ketentuan JSA yang didapat dari
literature, referensi dan narasumber dari penelitian terdahulu yang
kemudian untuk menganalisi kegiatan yang berisiko dengan tabel
ketentuan Job Safety Analysis (JSA) sebagai berikut :

Tabel 4.2.Ketentuan Job Safety Analysis (JSA)

Severity (Akibat)
Likelihood
Negligible (1)
(Probabilitas) Minor (2) Moderate (3) Major (4) Extreme (5)
(Tidak
(Kecil) (Sedang) (Berat) (Bencana)
Signifikan)

Rare (1)
Low (1x1) Low (1x2) Low (1x3) Low (1x4) Medium (1x5)
(Jarang Terjadi)

Unlikely (2)
Low (2x1) Low (2x2) Medium (2x3) Medium (2x4) High (2x5)
(Kadang Terjadi)

Possible (3)
Low (3x1) Medium (3x2) Medium (3x3) High (3x4) High (3x5)
(Dapat Terjadi)

Likely (4)
Low (4x1) Medium (4x2) High (4x3) High (4x4) Very High (4x5)
(Sering Terjadi)

Almost Certain
(5) Medium
High (5x2) High (5x3) Very High (5x4) Very High (5x5)
(Hampir Pasti (5x1)
Terjadi)

(Sumber: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline)


Keterangan:
Very High : Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya dari manajemen
puncak
High : Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen
puncak
Medium : Risiko sedang, diatasi dengan pengawasan khusus oleh pihak
manajemen
Low : Risiko rendah, diatasi dengan prosedur rutin

Formula untuk menghitung level risiko adalah sebagai berikut.


Risiko = Probabilitas x Akibat

Pada tahapan ini untuk menunjukan tingkatan cidera dari kecelakaan atau
insiden di area proyek dari yang mulai tingkat kecelakaan rendah, kecelakaan

66
sedang, hingga kecelakaan tinggi, yang masing-masing tingkatannya mempunyai
akibat yang berbeda-beda berdasarkan peluang. Dapat dilihat digrafik distribusi
sebaran identitas risiko sebagai berikut:

(Sumber: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline)

Grafik distribusi sebaran identitas resiko menunjukan akibat setiap


pekerjaan mempunyai peluang tingkatan cidera yang berbeda-beda serta berakibat
dari kecelakaan rendah, kecelakaan sedang, hingga kecelakaan tinggi.
Dari rincian kriteria proyek dengan K3 yang baik di atas maka
diterapkanlah Job Safety Analysis (JSA) yang hampir mencakup keseluruhan
kriteria di atas. Berikut adalah istilah-istilah yang ada dalam JSA.
1. Likelihood
Probabilitas atau Kemungkinan adalah nilai yang menggambarkan
kecenderungan terjadinya konsekuensi dari sumber risiko pada setiap tahapan
pekerjaan. Kemungkinan tersebut akan ditentukan ke dalam kategori tingkat
kemungkinan yang mempunyai nilai rating yang berbeda, yaitu:
a. Rare : Kejadian yang paling jarang terjadi
b. Unlikely : Kejadian yang jarang terjadi
c. Possible : Kejadian yang mungkin terjadi
d. Likely : Kejadian yang sering terjadi

67
e. Almost Certain : Kejadian yang paling sering terjadi

2. Severity
Severity atau Akibat adalah nilai yang menggambarkan suatu
keparahan dari efek yang ditimbulkan oleh sumber risiko pada setiap tahapan
pekerjaan, analisis dampak ini sangat berguna untuk memperoleh suatu
informasi mengenai cara mencegah dan meminimalkan dampak terjadinya
kecelakaan akibat suatu proses pekerjaan, tingkat severity dibagi ke dalam
beberapa kategori, yaitu:
a. Negligible : Cidera yang boleh diabaikan karena tingkat risiko
sangat rendah
b. Minor : Cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh,
kerusakan kecil, kerusakan ringan dan terhentinya proses kerja
sementara waktu tetapi tidak menyebabkan pencemaran di luar
lokasi
c. Moderate : Cidera yang membutuhkan penanganan medis
intensive
d. Major : Cidera yang serius dapat mengakibatkan cacat
fisik dan berakibat buruk bagi lingkungan
e. Extreme : Cidera atau kerusakan yang fatal dan sangat parah,
terhentinya aktifitas, bahkan terjadinya kematian dan terjadi
kerusakan lingkungan yang sangat parah.

4.4. Pengendalian Resiko K3 Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak


Universitas Diponegoro Semarang
Di dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja masih
menggunakan sistem keselamatan yang berpedoman dengan peraturan
standarisasi dari Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi. Untuk prosedur perusahaan pun masih sama hanya
terdapat beberapa tambahan dan pengurangan. Hal ini diharapkan dapat
meminimalisir angka kecelakaan yang terjadi di proyek.

68
4.4.1. Kriteria Project dengan K3
Kriteria yang digunakan yaitu untuk mengetahui bahaya serta
pengendalian nya untuk memberikan keselamatan dan keamanan kerja di
area proyek yaitu sebagai berikut:
a) Terdapat jalur akses yang memadai.
b) Pekerja menggunakan APD sesuai ketentuan.
c) Terdapat safety sign yang memadai.
d) Keamanan area kerja yang sesuai ketentuan.
e) Mempunyai Metode Kerja yang baik
Berikut adalah pengendalian resiko yang di dapat dari
penggabungan kegiatan resiko dan ketentuan tabel JSA untuk mengetahui
seberapa resiko dan bahaya yang ada di area proyek :
Pada tahapan selanjutnya, setelah mengetahui Rencana Kerja K3
(RKK) pada Proyek Jembatan Sikatak Universitas Diponegoro Semarang..
Menganalisis pengendalian kecelakaan untuk mengetahui tingkat risiko
kecelakaan berdasarkan ketentuntuan metode Job Safety Analysis, dengan
tabel berikut ini:

4.5. Analisa Tingkat Risiko Job Safety Analysis


Tabel 4.2.Analisa Job Safety Analysis (JSA)

Likelihood Severity (Akibat)

69
(Probabilitas)
Negligible (1) Minor (2) Moderate (3) Major (4) Extreme (5)

Rare (1) Low (1x1) Low (1x2) Low (1x3) Low (1x4) Medium (1x5)

Unlikely (2) Low (2x1) Low (2x2) Medium (2x3) Medium (2x4) High (2x5)

Possible (3) Low (3x1) Medium (3x2) Medium (3x3) High (3x4) High (3x5)

Likely (4) Low (4x1) Medium (4x2) High (4x3) High (4x4) Very High (4x5)

Almost Certain Medium


High (5x2) High (5x3) Very High (5x4) Very High (5x5)
(5) (5x1)

(Sumber: AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline)

Keterangan:
Very High : Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya dari manajemen
puncak
High : Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen
puncak
Medium : Risiko sedang, diatasi dengan pengawasan khusus oleh pihak
manajemen
Low : Risiko rendah, diatasi dengan prosedur rutin

- Contoh pengerjaan :
Diketahui :
- Aktivitas : Accessability mob-demob
- Bahaya : Jalan akses tidak layak
- Deskripsi konsekuensi : Terjatuh, luka memar
- Probabilitas (P) :3
- Akibat (A) :1
Penyelesaian :
Formula untuk menghitung level risiko adalah sebagai berikut.
Risiko = Probabilitas x Akibat =
R = 3 x 1 = 3, maka diperoleh risiko low
Pengendalian risiko : membuat jalan akses keluar masuk
Rekomendasi APD : helm proyek, rompi, sepatu

70
1. PEKERJAAN PERSIAPAN

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan persiapan

a. Accessability Jalan akses tidak layak Terjatuh, luka 3 1 3 Low membuat jalan akses keluar helm proyek, rompi,
mob-demob memar masuk sepatu

b. Peta lokasi dan Site lay-out tidak baik Terjatuh, luka 3 1 3 Low Site lay-out well design helm proyek, rompi,
Kondisi lahan memar sepatu

c. Kebutuhan Lahan konstruksi kurang Terjatuh, kepentok 3 1 3 Low Penerangan & ventilasi helm proyek, rompi,
prasarana & sarana penerangan sepatu

d. Kebutuhan air & Prasarana & sarana Susah untuk 3 1 3 Low Prasarana & sarana terawat helm proyek, rompi,
tenaga listrik konstruksi tidak layak melakukan aktivitas sepatu

e. Standar peraturan Kondisi lingkungan tidak Terjatuh, kepentok 3 2 6 Medium Traffic management helm proyek, rompi,
K3 terkait memadai sepatu

Kondisi Alat perkakas Pekerjaan kurang 3 1 3 Low Alat & perkakas OK helm proyek, rompi,
kurang maksimal sepatu

Perijinan, Tanggap Kemungkinan 3 2 6 Medium Personil kompeten helm proyek, rompi,


Darurat, P3K kurang terjadinya sepatu
lengkap kecelakaan kerja

(Sumber: Data olah proyek 2020)

71
2. PEKERJAAN STRUKTUR

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1 Pekerjaan tanah

pekerja tertabrak atau Luka memar, 3 5 15 High buat rambu dan penghalang helm proyek, rompi,
terkena bucket pingsan, meninggal dengan tali kayu sepatu

Terpeleset dalam galian Luka memar, luka 3 3 9 Medium Dibuat trap & pegangan helm proyek, rompi,
sobek sepatu

Tanah runtuh Luka memar, 3 5 15 High Gali secara bertahap helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal sepatu

Pekerja tercangkul Luka memar,luka 3 4 12 High Menggunakn sepatu boot helm proyek, rompi,
sobek sepatu

Tangan dan kaki pekerja Luka memar, luka 2 5 10 Medium Pakai sarung tangan dan helm proyek, rompi,
lecet sobek sepatu boot sepatu, sarung tangan

Tertimbun tanah Luka memar, 4 5 20 Very high Jaga jarak dan berhati-hati helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal sepatu

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

2. Pekerjaan pondasi

72
sumuran Kabel Crane Putus Luka memar, 3 5 15 High Inspeksi rutin alat berat helm proyek, rompi,
mengenai orang pingsan, meninggal sepatu

Crane terbalik, Operator Luka memar, 3 5 15 High Landasan Crane kuat dan helm proyek, rompi,
terluka pingsan, meninggal kokoh sepatu

Tangan pekerja patah Luka robek, luka 3 5 15 High Pakai sarung tangan helm proyek, rompi,
kena kabel crane memar sepatu, sarung tangan

Kepala pekerja tertimpa Luka memar, 3 5 15 High Pakai helm helm proyek, rompi,
pondasi sumuran pingsan, meninggal sepatu

tertusuk ujung besi Luka memar, 4 4 16 High mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal safety, seperti sepatu safety, sepatu, sarung tangan
helm proyek, memakai
pengaman APD

Jatuh dari galian pondasi Luka memar, 4 5 20 Very high Berhati-hati dan jaga jarak helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal sepatu

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

3. Pekerjaan Abutment

a. pekerjaan pour Tanah runtuh Luka memar, 3 4 12 High berhati-hati dan jaga jarak helm proyek, rompi,
(abutment bagian pingsan, meninggal sepatu
bawah)
kaki tertimpa besi Luka memar, luka 3 3 9 Medium menggunakan sepatu boot helm proyek, rompi,
b. pekerjaan badan tulangan robek proyek sepatu
dan dinding sayap
tertusuk ujung besi Luka memar, luka 4 4 16 H igh mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
robek safety, seperti sepatu safety,

73
abutment helm proyek, memakai sepatu
pengaman APD

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 3 9 Medium memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu, baju lengan
panjang

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, patah 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
tulang tertata rapi sepatu, sarung tangan

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

4. Pekerjaan Pilar

Kabel Crane Putus Luka memar, 3 5 15 High Inspeksi rutin alat berat helm proyek, rompi,
mengenai orang pingsan, meninggal sepatu

Kepala pekerja tertimpa Luka memar, luka 4 5 20 Very high operasional crane yang helm proyek, rompi,
pilar jatuh robek, pingsan, handal sepatu
meninggal

tertusuk ujung besi Luka memar, 4 4 16 H igh mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal safety, seperti sepatu safety,

74
helm proyek, memakai sepatu, sarung tangan
pengaman APD

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 3 9 Medium memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu
pengaman APD

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
robek, patah tulang tertata rapi sepatu, sarung tangan

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

5. Pekerjaan
pemasangan balok
girder diatas Kepala pekerja tertimpa Luka memar, luka 4 5 20 Very high operasional crane yang helm proyek, rompi,
abutment balok girder jatuh robek, pingsan, handal sepatu
meninggal

Kabel Crane Putus Luka memar, luka 3 5 15 High Inspeksi rutin alat berat helm proyek, rompi,
mengenai orang robek, pingsan, sepatu
meninggal

tertusuk ujung besi Luka memar, luka 4 4 16 H igh mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
robek safety, seperti sepatu

75
safety, helm proyek, sepatu, sarung tangan
memakai pengaman APD

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 3 9 Medium memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu
pengaman APD

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
robek tertata rapi sepatu, sarung tangan

Pekerja, perkakas dan Luka memar, luka 3 5 15 High mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
material jatuh robek, pingsan, safety, seperti sepatu safety, sepatu
meninggal helm proyek, memakai
pengaman APD

Crane terbalik, Operator Luka memar, luka 3 5 15 High Landasan Crane kuat dan helm proyek, rompi,
terluka robek, pingsan, kokoh sepatu
meninggal

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

6. Pemasangan
diafragma tepi, dan
tengah diantara perancah jatuh Luka memar, luka 3 3 9 Medium pemasangangan baut harus helm proyek, rompi,

76
balok girder yang robek, pingsan, kuat sepatu
sudah terpasang meninggal

tertusuk ujung besi Luka memar, luka 4 4 16 High mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
robek safety, seperti sepatu sepatu, sarung tangan
safety, helm proyek,
memakai pengaman APD

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu, baju lengan
panjang

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 3 9 Medium memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
robek tertata rapi sepatu, sarung tangan

Pekerja, perkakas dan Luka memar, luka 3 5 15 High mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
material jatuh robek, pingsan, safety, seperti sepatu safety, sepatu
meninggal helm

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

7. Pemasangan plat
deck sebagai

77
begisting lantai mobilitas yang kurang Luka memar, 3 4 12 High Harus ada akses / rute yang helm proyek, rompi,
jembatan aman pingsan, meninggal aman sepatu

tergelincir Luka memar, 4 4 16 High Pendukung rangka helm proyek, rompi,


pingsan, meninggal penyebab tergelincir harus sepatu
ditutup papan

jatuh dari ketinggian Luka memar, 4 5 20 Very high Sambungan rangka helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal bekisting harus kuat sepatu

perancah roboh Luka memar, 3 5 15 High Perancah pendukung helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal bekisting harus dijangkar sepatu
kuat

perancah gantung lepas Luka memar, 3 5 15 High Perancah gantung pada luar helm proyek, rompi,
dan terbang berserakan pingsan, meninggal bangunan harus dijangkar sepatu
untuk menahan kekuatan
angin

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

8. Pekerjaan
pemasangan
pelengkung baja Komponen rangka baja Luka memar, 3 5 15 High jaga jarak dan helm yang helm proyek, rompi,
runtuh / jatuh pingsan, meninggal kuat sepatu

Sambungan lepas, tali Luka memar, 3 5 15 High pagar pelindung, safety helm proyek, rompi,
saling putus pingsan, meninggal deck sepatu , sarung tangan

Pekerja, perkakas dan Luka memar, 3 5 15 High mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
material jatuh pingsan, meninggal safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai

78
pengaman APD

Baut patah lelah Luka memar, 2 4 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
pingsan, meninggal safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

Crane Hammer terbalik, Luka memar, 3 5 15 High Landasan Crane kuat dan helm proyek, rompi,
Operator terluka pingsan, meninggal kokoh sepatu

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

9. Pekerjaan lantai
jembatan

a. pemasangan besi kaki tertimpa besi Luka memar, 4 2 8 Medium menggunakan sepatu boot helm proyek, rompi,
tulangan lantai tulangan pingsan, meninggal proyek sepatu
jembatan
tangan pekerja luka Luka memar, luka 3 5 15 High menggunakan sarung helm proyek, rompi,
b. pengecoran lantai terkena alat pemotong robek tangan khusus sepatu, sarung tangan
jembatan besi

c. pembuatan plat mata pekerja luka terkena Luka memar 3 5 15 High menggunakan pelindung helm proyek, rompi,
injak jembatan percikan las besi wajah khusus sepatu, kacamata
dialasi dengan lantai
kerja dibawahnya cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,

79
sobek tertata rapi sepatu, sarung tangan

terkena cipratan semen Luka memar, sakit 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
mata adukan semen sepatu, baju lengan
panjang

terkena pukulan palu Luka memar, luka 3 4 12 High berhati- hati dalam helm proyek, rompi,
robek, patah tulang memukul palu sepatu, sarung tangan

mata terkena debu Luka memar 4 2 8 Medium menggunakan kacamata helm proyek, rompi,
sepatu, kacamata

iritasi kulit Luka memar 3 1 3 Low sarung tangan, sepatu, helm, helm proyek, rompi,
baju rapat sepatu, baju lengan
panjang

(Sumber: Data olah proyek 2020)

3. PEKERJAAN OPRIT JEMBATAN

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pembuatan talud
jalan

a. pekerjaan kaki tertimpa besi Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan sepatu boot helm proyek, rompi,
pembesian dan tulangan tulang proyek sepatu
pengecoran talud
tangan pekerja luka Luka memar, luka 3 5 15 High menggunakan sarung helm proyek, rompi,
b. pemasangan terkena alat pemotong sobek tangan khusus sepatu, sarung tangan
suling-suling untuk besi
aliran air
mata pekerja luka terkena Luka memar 3 5 15 High menggunakan pelindung helm proyek, rompi,
c. pemasangan percikan las besi wajah khusus sepatu, kacamata
kolom pengaman

80
talud cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
sobek tertata rapi sepatu

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu, baju lengan
panjang

terkena pukulan palu Luka memar, luka 3 4 12 High berhati- hati dalam helm proyek, rompi,
sobek, patah tulang memukul palu sepatu, sarung tangan

mata terkena debu Luka memar 4 2 8 Medium menggunakan kacamata helm proyek, rompi,
sepatu, kacamata

iritasi kulit Luka memar 3 1 3 Low sarung tangan, sepatu, helm, helm proyek, rompi,
baju rapat sepatu

(Sumber: Data olah proyek 2020)

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

2. Pekerjaan perkerasan
jalan jembatan

a. penghamparan dan kaki terkena aspal Luka memar 3 2 6 Medium menggunakan sepatu boot helm proyek, rompi,
pemadatan timbunan proyek sepatu
sirtu
tangan pekerja luka Luka memar 3 5 15 High menggunakan sarung helm proyek, rompi,
b. penghamparan dan terkena aspal panas tangan khusus sepatu, sarung tangan
pemadatan lapis

81
pondasi agregat klas B mata pekerja luka Luka memar, sakit 3 5 15 High menggunakan pelindung helm proyek, rompi,
&A terkena percikan aspal mata wajah khusus dan kacamata sepatu, kacamata
panas
c. penyemprotan lapis
pengikat aspal cair cedera otot Luka memar, patah 4 1 4 Low mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
d. penghamparan aspal helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, luka 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
robek tertata rapi sepatu, sarung tangan

terkena cipratan Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
semen adukan semen sepatu,baju lengan
panjang

terkena pukulan palu Luka memar, luka 3 4 12 High berhati- hati dalam helm proyek, rompi,
robek memukul palu sepatu, sarung tangan

mata terkena debu Luka memar, sakit 4 1 4 Low menggunakan kacamata helm proyek, rompi,
mata sepatu, kacamata

iritasi kulit Luka memar 4 1 4 Low sarung tangan, sepatu, helm, helm proyek, rompi,
baju rapat sepatu, sarung tangan,
baju lengan panjang

(Sumber: Data olah proyek 2020)

4. PEKERJAAN DRAINASE JALAN JEMBATAN

82
RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan drainase
jembatan

a. Pekerjaan kaki tertimpa besi Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan sepatu boot helm proyek, rompi,
pembesian drainase tulangan tulang proyek sepatu
jalan
tangan pekerja luka Luka memar, luka 3 5 15 High menggunakan sarung helm proyek, rompi,
b. pekerjaan terkena alat pemotong robek tangan khusus sepatu, sarung tangan
pengecoran drainase besi
jalan
mata pekerja luka terkena Luka memar, sakit 3 5 15 High menggunakan pelindung helm proyek, rompi,
percikan las besi mata wajah khusus sepatu, kacamata

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD

terjepit bekisting Luka memar, patah 3 3 9 Medium memastikan bekisting helm proyek, rompi,
tulang tertata rapi sepatu,sarung tangan

terkena cipratan semen Luka memar 4 1 4 Low tidak terlalu dekat dengan helm proyek, rompi,
adukan semen sepatu, baju lengan
panjang

terkena pukulan palu Luka memar, patah 3 4 12 High berhati- hati dalam helm proyek, rompi,
tulang memukul palu sepatu,sarung tangan

mata terkena debu Luka memar, sakit 4 2 8 Medium menggunakan kacamata helm proyek, rompi,
mata sepatu, kacamata

iritasi kulit Luka memar 3 1 3 Low sarung tangan, sepatu, helm, helm proyek, rompi,
baju rapat sepatu, sarung tangan,

83
baju lengan panjang

(Sumber: Data olah proyek 2020)

5. PEKERJAAN PELENGKAP JEMBATAN

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan
pelengkap jembatan

tangan pekerja luka Luka memar, luka 3 5 15 High jaga jarak dan helm proyek, rompi,
terkena alat pemotong robek menggunakan sarung sepatu, sarung tangan
besi tangan khusus

mata pekerja luka terkena Luka memar, sakit 3 5 15 High jaga jarak dan helm proyek, rompi,
percikan las besi mata menggunakan pelindung sepatu, kacamata
wajah khusus

tubuh pekerja kotor Luka memar 4 1 4 Low menggunakan baju lengan helm proyek, rompi,
karena terkena tumpahan panjang sepatu, baju lengan
cat panjang

cedera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium mengguakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD, memakai
baju lengan panjang

tubuh pekerja kotor Luka memar 4 1 4 Low menggunakan baju lengan helm proyek, rompi,
karena terkena tumpahan panjang sepatu
cat

tertimpa tiang lampu Luka memar, patah 3 5 15 High menggunakan helm proyek helm proyek, rompi,

84
tulang sepatu

(Sumber: Data olah proyek 2020)

6. PEKERJAAN ELEKTRIKAL

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan Elektrikal

cidera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD, memakai
baju lengan panjang

tertimpa material roboh Luka memar, patah 3 4 12 High menggunakan helm proyek helm proyek, rompi,
tulang sepatu

kecelakaan lalu lintas Luka memar, patah 3 5 15 High membuat rambu-rambu helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, peringatan pekerjaan yang sepatu
meninggal sedang berlangsung

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 5 15 High memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

tertusuk paku Luka memar, luka 3 4 12 High mengerjakan semua helm proyek, rompi,
robek pekerjaan sesuai dengan sepatu, sarung tangan
SOP

terkena konsleting arus Luka memar, luka 4 5 20 Very high memkai sarung tangan helm proyek, rompi,
listrik bakar, meninggal sepatu, sarung tangan

85
mata kemasukan debu Luka memar, sakit 4 1 4 Low memakai kacamata khusus helm proyek, rompi,
mata sepatu, kacamata

sesak nafas Sakit tenggorokan 4 2 8 Medium menggunakan masker helm proyek, rompi,
sepatu, masker

(Sumber: Data olah proyek 2020)

7. PEKERJAAN ELEKTRONIK

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan elektronik

cidera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD, memakai
baju lengan panjang

tertimpa material roboh Luka memar, patah 3 4 12 High menggunakan helm proyek helm proyek, rompi,
tulang sepatu

kecelakaan lalu lintas Luka memar, patah 3 5 15 High membuat rambu-rambu helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, peringatan pekerjaan yang sepatu
meninggal sedang berlangsun

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 5 15 High memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

tertusuk paku Luka memar, luka 3 4 12 High mengerjakan semua helm proyek, rompi,
robek pekerjaan sesuai dengan sepatu, sarung tangan

86
SOP

terkena konsleting arus Luka memar, luka 4 5 20 Very high mengerjakan semua helm proyek, rompi,
listrik bakar, meninggal pekerjaan sesuai dengan sepatu, sarung tangan
SOP

mata kemasukan debu Luka memar, sakit 4 1 4 Low memkai sarung tangan helm proyek, rompi,
mata sepatu,

sesak nafas Sakit tenggorokan 4 2 8 Medium menggunakan masker helm proyek, rompi,
sepatu, masker

(Sumber: Data olah proyek 2020)

8. PEKERJAAN TATA UDARA

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan tata udara

cidera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD, memakai
baju lengan panjang

tertimpa material roboh Luka memar, patah 3 5 15 High menggunakan helm proyek helm proyek, rompi,
tulang sepatu

kecelakaan lalu lintas Luka memar, patah 3 5 15 High membuat rambu-rambu helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, peringatan pekerjaan yang sepatu
meninggal sedang berlangsung

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 5 15 High memakai baju lengan helm proyek, rompi,

87
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

tertusuk paku Luka memar, luka 3 4 12 High mengerjakan semua helm proyek, rompi,
robek pekerjaan sesuai dengan sepatu
SOP

mata kemasukan debu Luka memar, sakit 4 1 4 Low memakai kacamata khusus helm proyek, rompi,
mata sepatu

sesak nafas Sakit tenggorokan 4 2 8 Medium menggunakan masker helm proyek, rompi,
sepatu, masker

jatuh dari ketinggian Luka memar, patah 4 5 20 Very high menggunakan sabuk helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, pengaman ketinggian sepatu, sabuk pengaman
meninggal ketinggian

(Sumber: Data olah proyek 2020)

9. PEKERJAAN GENSET

RESIKO TINGKAT
DESKRIPSI
NO AKTIVITAS BAHAYA RISIKO PENGENDALIAN RISIKO REKOMENDASI APD
KONSEKUENSI
P A R

1. Pekerjaan genset

cidera otot Luka memar, patah 4 2 8 Medium menggunakan peralatan helm proyek, rompi,
tulang safety, seperti sepatu safety, sepatu
helm proyek, memakai
pengaman APD, memakai
baju lengan panjang

88
tertimpa material roboh Luka memar, patah 3 4 12 High menggunakan helm proyek helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, sepatu
meninggal

kecelakaan lalu lintas Luka memar, patah 3 5 15 High membuat rambu-rambu helm proyek, rompi,
tulang, pingsan, peringatan pekerjaan yang sepatu
meninggal sedang berlangsung

terkena goresan atau Luka memar, luka 3 5 15 High memakai baju lengan helm proyek, rompi,
benda tajam robek panjang dan menggunakan sepatu, sarung tangan
pengaman APD

tertusuk paku Luka memar, luka 3 4 12 High mengerjakan semua helm proyek, rompi,
robek pekerjaan sesuai dengan sepatu, sarung tangan
SOP

mata kemasukan debu Luka memar 4 1 4 Low memakai kacamata khusus helm proyek, rompi,
sepatu, kacamata

sesak nafas Sakit tenggorokan 4 2 8 Medium menggunakan masker helm proyek, rompi,
sepatu, masker

terjadinya kebakaran Luka memar, patah 4 5 20 Very high menghindari kegiatan yang helm proyek, rompi,
akibat tumpahan minyak tulang, pingsan, dapat mengakibatkan sepatu
atau gas meninggal, sakit kobaran api didekat genset
pernafasan

(Sumber: Data olah proyek 2020)

89
6
6

PEK. PERSIAPAN
jalan aksesPerijinan,
Kondisi
tidak layak
linhkungantidak
Tanggap Darurat,
memadai
P3K kurang lengkap

tertimbun tanah
20

Jatuh dari galian pondasi dan dari ketinggian


20

Diponegoro Semarang.
Kepala pekerja tertimpa pilar dan balok girder jatuh
20

PEK. STRUKTUR
15

Tangan pekerja terkena alat pemotong besi

Tangan pekerja terkena aspal


15

PEK. OPRIT
JEMBATAN
Mata pekerja terkena aspal
12

: Low
Tangan pekerja terkena alat pemotong besi
15

Mata pekerja terkena percikan las besi


15

Terkena pukulan palu


12

JALAN JEMBATAN
15

Tangan pekerja terkena alat pemotong besi

Mata pekerja terkena percikan las besi


15

JEMBATAN

Tertimpa tiang lampu


15

PEK. DRAINASE PEK. PELENGKAP

: Medium

Terkena konsleting arus listrik


20

Terkena goresan benda tajam


15

(Sumber: Data Olah, 2020)

Tertusuk paku
15
DIAGRAM RISIKO TINGKAT KECELAKAAN

: High

Terkena konsleting arus listrik


20
BERDASARKAN MATRIKS AS/NZS 4360:2004

15

Kecelakaan lalu lintas

Tertimpa material roboh


15

Gambar 4.2.Diagram Batang Risiko Kecelakaan Tertinggi

Jatuh dari ketinggian


20

15

Tertimpa material roboh

erkena goresan benda tajam


15

PEK. ELEKTRIKAL PEK. ELEKTRONIK PEK. TATA UDARA

: Very high
20

Terjadinya kebakaran akibat tumpahan minyak


JSA untuk mengetahui bahaya dan tingkat kecelakaan yang ada pada Proyek Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas

Terkena goresan benda tajam


15

Tertusuk paku
PEK. GENSET
15

Diagram di atas menunjukan tingkat risiko kecelakaan tertinggi pada masing-masing pekerjaan yang ditentukan dengan tabel

90
Dari analisis pengendalian kecelakaan kerja di area Proyek
Pembangunan Jembatan Sikatak Universitas Diponegoro Semarang,
berdasarkan Rencana Kerja K3 (RKK) dengan Metode Job Safety
Analysis (JSA), mengetahui tingkatan resiko tertinggi pada pekerjaan
yaitu sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
Perkerjaan persiapan memiliki dua tingkat risiko tertinggi yaitu
Medium, yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada
Kondisi lingkungan tidak memadai yang dapat menyebabkan cidera
pada pekerja yaitu, terjatuh dan kepentok, dan pada perijinan,
tanggap darurat kurang lengkap yang mengakibatkan terjadinya
kecelakaan kerja.
2. Pekerjaan Struktur
Pekerjaan struktur bawah memiliki tingkat risiko tertinggi yaitu Very
High, yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada
Tertimbun tanah, Terjatuh dari galian pondasi dan ketinggian, Dan
kepala pekerja tertimpa pilar atau balok girder jatuh yang dapat
menyebabkan cidera tertinggi pada pekerja yaitu,meninggal dunia,
pingsan serta patah tulang.
3. Pekerjaan Oprit Jembatan
Pekerjaan struktur atas memiliki tingkat risiko tertinggi yaitu High,
yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada Tangan pekerja
terkena alat pemotong besi, Tangan pekerja terkena aspal panas, Dan
mata pekerja terkena aspal panas yang dapat menyebabkan cidera
tertinggi pada pekerja yaitu, luka sobek, memar dan mata sakit.
4. Pekerjaan Drainase Jalan Jembatan
Pekerjaan arsitektur memiliki tingkat risiko tertinggi yaitu High, yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada Tangan pekerja
terkena alat pemotong besi, Mata pekerja terkena percikan las besi
dan Terkena pukulan palu yang dapat menyebabkan cidera tertinggi
pada pekerja yaitu, Luka sobek, sakit mata dan patah tulang.

91
5. Pekerjaan Pelengkap Jembatan
Pekerjaan lain-lain memiliki tingkat risiko tertinggi yaitu High, yang
mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada Tangan pekerja
terkena alat pemotong besi, Mata pekerja terkena percikan las besi
dan Tertimpa tiang lampu yang dapat menyebabkan cidera tertinggi
pada pekerja yaitu, Luka sobek, sakit mata dan patah tulang.
6. Pekerjaan Elektrikal
Pekerjaan elektrikal memiliki tingkat risiko tertinggi, yaitu Very High
dan High, yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja pada
Terkena Konsleting Arus Listrik dan Tertimpa Material Roboh yang
dapat menyebabkan cidera tertinggi pada pekerja yaitu,meninggal
dunia, pingsan, patah tulang serta luka bakar.
7. Pekerjaan Elektronik
Pekerjaan elektronik memiliki tingkat risiko tertinggi, yaitu Very
High dan High, yang mengakibatkan terjadinya terjadinya kecelakaan
kerja pada Terkena Konsleting Arus Listrik dan Terjatuh Dari
Ketinggian yang dapat menyebabkan cidera tertinggi pada pekerja
yaitu,meninggal dunia, pingsan, luka memar.
8. Pekerjaan Tata Udara
Pekerjaan tata udara memiliki tingkat risiko tertinggi, yaitu Very High
dan High, yang mengakibatkan terjadinya terjadinya kecelakaan kerja
pada Tertimpa Material Roboh dan Terjatuh Dari Ketinggian yang
dapat menyebabkan cidera tertinggi pada pekerja yaitu, meninggal
dunia, pingsan, luka memar dan sobek serta patah tulang.
9. Pekerjaan Genset
Pekerjaan genset memiliki tingkat risiko tertinggi, yaitu Very High
dan High, yang mengakibatkan terjadinya terjadinya kecelakaan kerja
pada Kebakaran Akibat Adanya Tumpahan Minyak Bakar dan
Terkena Konsleting Arus Listrik yang dapat menyebabkan cidera
tertinggi pada pekerja yaitu, luka bakar, pingsan, meninggal.

92
4.6. Penerapan K3 Pada Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak
Universitas Diponegoro Semarang
Penerapan K3 sendiri yaitu memiliki tujuan untuk menganalisa
manajemen keselamatan yang berfokus pada identifikasi bahaya dan
pengendalian bahaya yang berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau
tugas yang hendak dilakukan. JSA ini berfokus pada hubungan antara
pekerja, tugas/pekerjaan, peralatan, dan lingkungan kerja. Idealnya,
setelah mengindentifikasi bahaya yang ada di area kerja, selanjutnya
harus menentukan langkah-langkah pengendalian untuk meminimalkan
bahkan menghilangkan risiko tersebut.
4.6.1. Perencanaan K3
Perencanaan K3 yaitu bertujuan untuk mengidentifiksi resiko
kecelakaan kerja yang ada di area proyek agar semua elemen yang
ada di area tersebutb ikut serta mewujudkan K3 yang baik dan benar
dengan perencanaan yang matang.
4.6.2. Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 sendiri yaitu membentuk operasi kerja yang
sistematis, membangun prosedur kerja yang tepat dan aman serta
memastikan setiap pekerja sudah mendapatkan pelatihan dengan
benar dapat membantu dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja (PAK) di tempat kerja.
4.6.3. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3
Pemeriksaan dan tindakan perbaikan K3 agar baik perusahaan atau
instansi bertanggung jawab untuk memberika tindakan, dan memberi
pelatihan kepada seluruh pekerja dengan baik dan benar, dan
menegakkan prosedur kerja yang aman dan efisien.

4.7. Responden Penelitian


Berikut ini adalah data responden penelitian yang dilihat dari sisi,
profesi/jabatan, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pengalaman
kerja diproyek yang bersangkutan untuk mengisi kuisioner penelitian tentang

93
keselamtan dan keamanan kerja (K3) dengan metode Job Safety Analysis
(JSA) di Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro
Semarang sebagai berikut:
4.7.1. Jabatan Responden
Dalam penelitian ini jabatan responden dikelompokkan
berdasarkan struktur organisasi yang ada pada Proyek Pembangunan
Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4. Jabatan Responden
NO Jabatan Responden Jumlah Responden Persentase (%)
1 Site Manager 1 3
2 Quality Control 3 10
3 Drafter 3 10
4 Administrasi 3 10
5 Logistik 5 16
6 Pelaksana 2 7
7 K3 4 12
8 MK 4 12
9 Mandor 7 20
Jumlah 35 100

Dari data tabel diatas menunjukan bawah jabatan paling tinggi di


Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro
Semarang dari penyedia jasa yaitu kontrator site manager sebagai
penanggung jawab teknis lapangan dengan presentase 3%, sedangkan
jumlah responden dari penyedia jasa yaitu Quality Control 3 orang dengan
presentase 10%, dari Drafter berjumlah 3 orang dengan presentase 10%,
Administrasi 3 orang dengan presentase 10%, Logistik 5 orang dengan
presentase 16%, Pelaksana 2 orang dengan presentase 7%, K3 4 orang
dengan presentase 12%, MK 4 orang dengan presentase 12%, serta
mandor yang berjumlah 7 orang yang dengan presentase 20%, dari data
tabel presentase jabatan responden diatas selanjutnya dijadikan diagram
batang berikut ini:

94
Jabatan Responden
25

20

15

10

0
er l er i k r
ro ra
s
sti na K3 M
K
do
ag nt raft is t gi sa an
an o D Lo ak
M yC i n
Pe
l M
te lit m
Si a Ad
Qu

Jumlah Presentase

Gambar 4.3. Diagram Batang Jabatan Responden


(Sumber : Data olah, 2020)
Diagram batang diatas menunjukan warna biru yaitu jumlah responden
serta warna orangen menunjukan presentase (%) responden.
4.7.2. Jenis Kelamin Responden
Dalam penelitian ini jenis kelamin responden dikelompokkan
menjadi 2, yaitu laki laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5. Jenis Kelamin Responden
NO Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase (%)
1 Pria 32 92
2 Wanita 3 8
Jumlah 35 100

Tabel diatas menunjukan mayoritas pekerja di Proyek Pembangunan


Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang adalah pria yang
berjumlah 32 orang dengan presentase 92%, sedangkan wanita nya hanya
3 orang dari pihak admin 2 orang dan MK 1 orang dengan presentase 8%,
dari tabel diatas dapat juga dilihat pada diagram batang berikut ini:

95
Jenis Kelamin Responden
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pria Wanita

Jumlah Presentase

Gambar 4.4.Diagram Batang Jenis Kelamin Responden


(Sumber : Data olah, 2020)
Pada diagram batang diatas dapat diartikan berwarna biru yaitu jumlah
responden sedangkan pada diagram batang yang berwarna orange yaitu
presentase nya (%)
4.7.3. Pendidikan Terakhir Responden
Sebagai salah satu faktor yang berpengaruh dalam penelitian ini
pendidikan terakhir responden juga dilakukan survey seperti terlihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.6. Pendidikan Responden
NO Pendidikan Terakhir Jumlah Responden Presentase (%)
1 SD 0 0
2 SMP 3 8,57
3 SMA/SMK 15 42,85
4 D3 4 11,43
5 D4/S1 13 37,14
6 S2 0 0
Jumlah 35 100

Tabel diatas menunjukan bahwa pendidikan terkahir pada Proyek


Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang,
responden yang tertinggi yaitu SMA/SMK berjumlah 15 orang dengan
presentase 42,85%, selanjutnya D4/S1 13 orang dengan presentase 37,14%,
D3 berjumlah 4 orang dengan presentase 11,43%, SMP berjumlah 3 orang

96
dengan presentase 8,57%, dari tabel diatas akan dijelaskan pada diagram
sebagai berikut:

Pendidikan Terakhir Responden


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
SMP SMA/SMK D3 D4/S1

jumlah presentase

Gambar 4.5.Diagram Batang Pendidikan Terakhir Responden


(Sumber : Data olah, 2020)
Diagram diatas menunjakan warna biru yaitu jumlah responden
sedangkan pada warna abu-abu menunjukan presentase (%) nya.
4.7.4. Pengalaman Kerja Proyek Responden
Lama masa kerja responden dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi 3, yaitu kurang dari 1 tahun, 1 sampai dengan 5
tahun dan lebih dari 5 tahun.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.7. Pengalaman Kerja Proyek Responden
NO Masa Kerja Jumlah Responden Presentase (%)
1 <1 Tahun 0 0
2 1–5 Tahun 19 54,28
3 >5 Tahun 16 45,72
Jumlah 35 100

Pada tabel diatas menunjukan mayoritas kebanyakan pekerja Proyek


Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang
dengan pengalaman diatas lebih 1 tahun seperti pekerja dengan
pengalaman 1-5 tahun 19 orang dengan presentase 54,28%, serta lebih dari

97
5 tahun 16 orang dengan presentase 45,72%, dari tabel diatas akan
dijelaskan pada diagram batang sebagi berikut ini:

Masa Kerja Responden


80

70

60

50

40

30

20

10

0
<1 Tahun 1–5 Tahun >5 Tahun

Jumlah Responden Presentase (%)

Gambar 4.6.Diagram Batang Masa Kerja Responden


(Sumber : Data olah, 2020)
Dapat dilihat pada diagram batang diatas menunjukan warna biru yaitu
jumlah responden dan warna orange presentase nya (%).

4.7.5. Analisis Responden


Analisa data responden adalah kesesuaian perbandingan antara data
sampel responden dan syarat responden.
Syarat responden :
1. Sampel harus sesuai antara pendidikan dan jabatannya, dan
diambil dari tingkat pendidikan tertinggi
2. Sampel harus berpengalaman kerja dengan pengalaman sesuai
ketentuan proyek atau minimal 2 tahun, apabila ada orang baru
diproyek tidak boleh dijadikan sampel, dan sampel diambil
dari pengalaman kerja yang paling lama.

a. Jabatan Responden

98
NO Jabatan Responden Jumlah Responden
1 Site Manager 1
2 Quality Control 3
3 Drafter 3
4 Administrasi 3
5 Logistik 5
6 Pelaksana 2
7 K3 4
8 MK 4
9 Mandor 7
10 tukang 28
Jumlah 60
(Sumber : Data Proyek)
Berdasarkan perbandingan antara data sampel responden dan syarat
responden, analisa jabatan responden sesuai dengan pendidikan
responden dan diambil dari tingkat pendidikan tertinggi, maka
diperoleh 35 sampel sebagai berikut :
NO Jabatan Responden Jumlah Responden
1 Site Manager 1
2 Quality Control 3
3 Drafter 3
4 Administrasi 3
5 Logistik 5
6 Pelaksana 2
7 K3 4
8 MK 4
9 Mandor 7
Jumlah 35
(Sumber : Data proyek)

b. Pendidikan terakhir responden


NO Pendidikan Terakhir Jumlah Responden
1 SD 20
2 SMP 8
3 SMA/SMK 15
4 D3 4
5 D4/S1 13
6 S2 0
Jumlah 60
(Sumber : Data Proyek)
Berdasarkan perbandingan antara data sampel responden dan syarat
responden, analisa pendidikan responden sesuai dengan jabatan
responden, maka diperoleh 35 sampel sebagai berikut :

99
NO Pendidikan Terakhir Jumlah Responden
1 SD 0
2 SMP 3
3 SMA/SMK 15
4 D3 4
5 D4/S1 13
6 S2 0
Jumlah 35
(Sumber : Data Proyek)

c. Pengalaman Kerja
NO Masa Kerja Jumlah Responden
1 <1 Tahun 25
2 1–5 Tahun 19
3 >5 Tahun 16
Jumlah 60
(Sumber : Data Proyek)
Berdasarkan perbandingan antara data sampel responden dan syarat
responden, analisa pengalaman responden sesuai karena tidak ada
personil yang baru pertama masuk kerja pertama kali dijadikan
responden maka diperoleh 35 sampel sebagai berikut :
NO Masa Kerja Jumlah Responden
1 <1 Tahun 0
2 1–5 Tahun 19
3 >5 Tahun 16
Jumlah 35
(Sumber : Data Proyek)
Berdasarkan analisa perbandingan antara data sampel responden
dan syarat responden didapatkan 35 sampel yang sesuai dengan syarat
responden.

4.8. Hasil Penelitian


Pada tahapan ini dilakukan pengembangan melalui data yang di
dapat dari penyebaran kuisioner untuk diolah, selanjutnya akan dilakukan
analisis tentang pengendalian resiko K3, penerapan K3, serta ketentuan
metode JSA yang bertujuan untuk mengetahui bahwa penerapan keselamatan
dan keamanan kerja(K3) dengan metode Job Safety Analysis (JSA) sangat

100
diperlukan diarea Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas
Diponegoro Semarang untuk menghindari kecelakaan kerja maupun insiden
yang tidak diinginkan terjadi di area proyek yang sedang berlangsung agar
terwujud nya zero accident, serta memberikan keselamatan, keamanan dan
kesehatan pada para pekerja yang ikut terlibat di dalam proyek.
Adapun jumlah penyebaran kuisioner yang direncanakan secara
umum bisa terpenuhi. Sebelum melakukan pengisian kuisioner, terlebih
dahulu dijelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini, penelitian
mengadakan wawancara langsung dengan responden dari pihak yang dipilih
menjadi responden yaitu Kontraktor, Konsultan Manajemen Konstruksi, dan
Mandor.
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.

4.9. Analisis Data Kuisioner K3


Dari pengisian kuisioner para responden selanjutnya dianalisa untuk
mengetahui tingkat kepentingan penerapan K3 Pada Proyek Pembangunan
Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang yaitu dengan
menghitung nilai rata – rata ( mean ) dari daftar kuisioner. Untuk mencari
seberapa besar faktor yang mempengaruhi dan yang paling menentukan,
menggunakan metode indeks. Adapun metode indeks ini berdasarkan pada
pendekatan model stastistik, yaitu dengan menghitung nilai Indeks
Kepentingan Relatif ( IKR ) bagaimana kepentingan dengan sejauh mana
faktor – faktor tersebut diterapkan dilapangan.

101
Maka dengan perhitungan akan didapatkan bobot diatas
2,50.Penerapan dan kebijakan K3 diarea Proyek Pembangunan Jembatan
SiKatak Universitas Diponegoro Semarang. Sangat Penting atau Penting
dilakukan dan dilaksanakan dengan baik untuk mewujudkan nya keamanan
dan keselamatan kerja diarea proyek maupun pengguna jalan lalu lintas yang
melewati kawasan proyek tersebut.

4.9.1. Perencanaan K3
Rekap yang didapat dari kuisioner adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perencanaan K3
Penilaian
Faktor yang mempengaruhi komitmen dan kebijakan Jumlah
NO Kepentingan
K3 Responden
STS TS S SS
Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas
1 3 14 18 35
kinerja K3
Manajemen perusahaan menyediakan anggaran dana
2 8 15 12 35
yang diperlukan dibidang K3
Manajemen perusahaan menyediakan tenaga yang
3 berkualitas dan sarana-sarana yang diperlukan 2 21 12 35
dibidang K3
Penyediaan personil yang mempunyai kompetensi
4 dalam melakukan identifikasi, penilaian dan 25 10 35
pengendalian potensi bahaya dilingkungan kerja
Perusahaan melakukan penilaian kinerja dan tindak
5 5 24 6 35
lanjut pelaksanaan K3
6 Perencanaa K3 terkoordinasi dengan baik 25 10 35
7 Perusahaan memiliki kebijakan tertulis tentang K3 23 12 35
8 Kebijakan K3 dikonsultasikan dengan tenaga kerja 15 20 35
Pengurus menjelaskan peraturan perundang-undangan
9 17 18 35
persyaratan lainnya kepada pekerja

(Sumber: Data Olah, 2020)


Rekap yang didapat dari penyebaran kuisioner Faktor yang Mempengaruhi
Perencanaan K3 di area Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas
Diponegoro Semarang yaitu :
1. Sebanyak 3 responden menyatakan setuju dengan manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas kinerja K3, dan 14 responden menyatakan setuju
sedangkan 18 responden menyatakan sangat setuju..

102
2. Manajemen perusahaan menyediakan anggaran yang diperlukan dibidang K3,
yaitu memilih Tidak Setuju dengan 8 responden, Setuju dengan 15 responden,
sedangkan untuk memilih Sangat Setuju 12 responden.
3. Menejemen perusahaan menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan
sarana-sarana yang diperlukan dibidang K3, yaitu memilih Setuju dengan 21
responden, dan memilih Sangat Setuju 12 responden, yang memilih Tidak
Setuju dengan 2 responden.
4. Penyediaan personil yang memiliki kompetensi dalam penilian identifikasi
penilian dan pengendalian potensi bahaya dilingkungan kerja, yaitu memilih
Sangat Setuju dengan 10 responden, selanjutnya memilih Setuju 25
responden,
5. Perusahaan melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3,
yaitu memilih Sangat Setuju dengan 6 responden, selanjutnya memilih Setuju
dengan 24 responden, sedangkan 5 responden memilih Tidak Setuju.
6. Perencanaan K3 terkoordinasi dengan baik, yaitu memilih Sangat Setuju,
dengan 10 responden, serta 25 responden memilih Setuju,
7. Perusahaan memiliki kebijakan tertulis tentang K3, yaitu memilih Setuju
dengan 23 responden, serta 12 responden memilih Sangat Setuju
8. Kebijakan K3 dikonsultasikan dengan tenaga kerja, yaitu memilih Setuju
dengan 15 responden, serta 20 responden memilih Sangat Setuju.
9. Pengurus menjelaskan peraturan perundang-undangan persyaratan lainnya
kepada pekerja, yaitu memilih Sangat Setuju dengan 18 responden, serta 17
responden memilih Setuju.

103
4.9.2. Analisis Bobot, IKR, dan penentuan klasifikasi Perencanaan K3 Pada
Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro
Semarang
- Data Responden
Digunakan untuk menganalisis data responden yang didapat dari
sampel proyek di lapangan dengan jumlah responden keseluruhan
100 orang. Kemudian jumlah tersebut diambil syarat responden
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Sampel harus sesuai antara pendidikan dan jabatannya, dan
diambil dari tingkat pendidikan tertinggi.
2. Sampel harus berpengalaman kerja dengan pengalaman sesuai
ketentuan proyek atau minimal 2 tahun, apabila ada orang
baru diproyek tidak boleh dijadikan sampel, dan sampel
diambil dari pengalaman kerja yang paling lama.
Sehingga dari jumlah tersebut hanya tersisa 35 orang yang
memenuhi klasifikasi untuk memenuhi syarat responden, meliputi :
Site Manager berjumlah 1 orang, Quality Control berjumlah 5
orang, Drafter yang berjumlah 3 orang, Administrasi yang
berjumlah 3 orang, Logistik yang berjumlah 5 orang, Pelaksana
yang berjumlah 2 orang, pihak K3 yang berjumlah 3 orang,
Konsultan Manajemen Konstruksi yang berjumlah 3 orang, dan
Mandor yang berjumlah 7 orang.

104
Data yang didapat dari penyebaran kuisioner selanjutnya diolah
untuk mengetahui seberapa Sangat Penting/Penting dari Analisis
Perencanaan K3, dengan contoh perhitungan sebagai berikut :

Penilaian Kepentingan Jumlah Responden


STS TS S SS
3 14 18 35
Jumlah Penilian Kuisioner = (TS X 2) + (S X 3) + (SS X 4)
= ( 3 x 2 ) + ( 14 x 3 ) + ( 18 x 4 )
= 120

Jumlah Penilaian Kuisioner


Bobot =
Jumlah Responden
120
=
35
= 3,428

Bobot
IKR =
Faktor Pertanyaan

3,428
=
4
= 0,857

Keterangan Kepentingan = Klasifikasi nilai IKR

Klasifikasi Faktor

0,400-0,590 Tidak Penting

0,600-0,790 Penting

0,800-0,990 Sangat Penting

Sehingga dapat diperoleh dengan tabel seperti berikut :


Tabel 4.9. Analisis Perencanaan K3

Faktor yang Keterangan


NO JUMLAH BOBOT IKR
mempengaruhi komitmen Kepentingan

105
Penilian
Kepentingan
Jumlah Penilaian Kuisioner Bobot ( Klasifikasi
dan kebijakan K3 nilai IKR )
(TS X 2) + (S X Jumlah RespondenFaktor Pertanyaan
3) + (SS X 4)

Manajemen perusahaan
SANGAT
1 bertanggung jawab atas 120 3,428 0,857
PENTING
kinerja K3
Manajemen perusahaan
menyediakan anggaran
2 109 3,114 0,778 PENTING
dana yang diperlukan
dibidang K3
Manajemen perusahaan
menyediakan tenaga yang
SANGAT
3 berkualitas dan sarana- 115 3,285 0,821
PENTING
sarana yang diperlukan
dibidang K3
Penyediaan personil yang
mempunyai kompetensi
dalam melakukan SANGAT
4 115 3,285 0,821
identifikasi, penilaian dan PENTING
pengendalian potensi
bahaya dilingkungan kerja
Perusahaan melakukan
penilaian kinerja dan
5 106 3,028 0,757 PENTING
tindak lanjut pelaksanaan
K3
Perencanaa K3 SANGAT
6 115 3,285 0,821
terkoordinasi dengan baik PENTING
Perusahaan memiliki
SANGAT
7 kebijakan tertulis tentang 117 3,342 0,835
PENTING
K3
Kebijakan K3
SANGAT
8 dikonsultasikan dengan 125 3,571 0,892
PENTING
tenaga kerja
Pengurus menjelaskan
peraturan perundang- SANGAT
9 123 3,514 0,878
undangan persyaratan PENTING
lainnya kepada pekerja
Jumlah 29,857 7,464
SANGAT
Rata-Rata 0,829
PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)

106
Dari hasil analisa yang didapat diketahui bahwa sebagian pertanyaan yang
diberikan memiliki pengaruh terhadap kepribadian dari responden masing –
masing.
Dari hasil nilai rata-rata (mean) pengolahan data IKR dapat menyimpulkan
bahwa Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan K3 memiliki nilai (mean) IKR
0,829 dengan keterangan kepentingan Sangat Penting dilaksanakan serta
diterapkan dalam proyek tersebut.
Dari hasil analisa faktor tingkat kepentingan penerapan manajemen
konstruksi diatas dapat diketahui bahwa nilai rata – rata dari total 9 pertanyaan
tersebut terhadap tingkat kepentingan dari responden dengan pertanyaan uji
sebagai berikut :
1. Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas kinerja K3,memiliki IKR
0,857 dengan bobot 3,428 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Penjelasan ini
dilakukan agar pekerja mengetahui landasan hukum dan bahaya apa saja
yang dapat terjadi saat pekerjaan sedang berlangsung.
2. Manajemen perusahaan menyediakan anggaran/dana yang diperlukan
dibidang K3,memiliki IKR 0,778 dengan bobot 3,114 nilai ini termasuk
antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting.
Penyediaan personil guna mengendalikan potensi terjadinya bahaya di
lingkungan kerja sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja saat pekerjaan sedang berlangsung.
3. Manajemen perusahaan menyediakan tenaga kerja berkualitas dan
sarana-sarana yang diperlukan dibidang K3, memiliki IKR 0,821 dengan
bobot 3,285 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Adanya konsultasi
mengenai kebijakan K3 agar para pekerja dapat berperan dalam penentuan
kebijakan K3 yang akan digunakan pada pelaksanaan proyek.
4. Penyediaan personil yang memiliki kompetensi dalam melakukan
identifikasi, penilaian dan pengendalian potensi bahaya di lingkungan
kerja, memiliki IKR 0,821 dengan bobot 3,285 nilai ini termasuk antara
0,800-0,990. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting.

107
Hal tersebut menjukkan bahwa kebijakan tertulis mengenai K3 pada
Proyek sangat penting agar pekerja mengetahui standar K3 yang berlaku
pada proyek tersebut.
5. Perusahaan melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksnaan
K3,memiliki IKR 0,757 dengan bobot 3,028 nilai ini termasuk antara
0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting. Hal ini
dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui apakah pelaksanaan dan
penerapan K3 sudah sesuai dengan prosedur.
6. Perencanaan K3 terkoodinasi dengan baik,,memiliki IKR 0,821 dengan
bobot 3,285 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Dilakukan koordinasi
perencanaan K3 sebelum pelaksanaan pekerjaan supaya dapat
mengidentifikasi kecelakaan yang akan terjadi dan dapat mengurangi
resiko terjadinya kecelakaan kerja.
7. Perusahaan memiliki kebijakan tertulis tentang K3, memiliki IKR 0,835
dengan bobot 3,342 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Tanggungjawab atas kinerja
K3 harus dilakukan perusahaan agar pengawasan mengenai kegiatan K3
dapat berjalan sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan.
8. Kebijakan K3 dikonsoltasikan dengan tenaga kerja,memiliki IKR 0,892
dengan bobot 3,514 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting.Penyediaan tenaga kerja dan
sarana K3 dilakukan apabila terjadi kecelakaan kerja dapat segera
ditangani sementara untuk selanjutnya ditindak lanjuti.
9. Pengurus menjelaskan peraturan perundang-undangan persyaratan lain
nya dengan pekerja,memiliki IKR 0,878 dengan bobot 3,514 nilai ini
termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan
Sangat Penting.Penyediaan anggaran dana sangat diperlukan apabila
terjadi kecelakaan kerja dapat segera ditangani.

4.9.3. Pelaksanaan K3
Rekap yang didapat dari kuisioner adalah sebagai berikut :

108
Tabel 4.10. Pelaksanaan K3
Penilaian Jumlah
NO Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan K3 Kepentingan Responden
STS TS S SS
Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala setiap
1 6 16 13 35
tahun
Rambu-rambu mengenai keselamatan dipasang dengan
2 6 16 13 35
jelas
Pekerja diberi arahan tentang bagaimana menggunakan
3 APD secara benardan memelihara APD sehingga 16 19 35
selalu dalam kondisi layak pakai
4 Alat pelindung diri yang berkualitas telah disediakan 8 18 9 35
Sosialisasi informasi cara penggunaan bahan, alat dan
mesin yang digunakan mengenai identifikasi, penilaian
5 8 20 7 35
dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja
Petugas yang kompeten telah mengidentifikasi dan
6 menilai bahaya resiko K3 yang berkaitan dengan 13 18 14 35
operasi
Pekerja selalu diberi arahan tentang bagaimana
mengidentifikasi bahaya yang mengancam pada saat
7 11 19 5 35
bekerja dan bagaimana mengantisipasi terjadinya
insiden
Menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan
8 12 20 3 35
program K3
Perusahaan memberikan reaksi yang cepat dan tepat
9 6 18 11 35
terhadap kondisi yang menyimpang
Melakukan pengecekan alat kerja yang akan
10 26 9 35
digunakan sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan pengaturan lalulintas saat pekerjaan
11 8 18 9 35
berlangsung
12 Informasi K3 dikomunikasikan dengn tenaga kerja 9 17 9 35

(Sumber: Data Olah, 2020)


Rekap yang didapat dari penyebaran kuisioner Pelaksanaan K3
pada P royek Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro
Semarang yaitu menunjukan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala setiap tahun, yaitu memilih
Tidak Setuju dengan 6 responden, serta banyak responden memilih setuju
dengan 16 responden, responden memilih sangat setuju dengan 13
responden.

109
2. Rambu-rambu mengenai keselamatan dipasang dengan jelas, yaitu memilih
Tidak Setuju dengan 6 responden, yang memilih Setuju dengan 16 responden,
serta 13 responden sangat setuju.
3. Pekerja diberi arahan tentang bagaimana menggunakan APD secara benar
dan memelihara APD sehingga selalu dalam kondisi layak pakai, yaitu
memilih Setuju dengan 16 responden, serta 19 responden memilih Sangat
Setuju.
4. Alat pelindung diri yang berkualitas telah disediakan, yaitu memilih Setuju
dengan 18 responden, serta 9 responden memilih Sangat Setuju, sedangkan
hanya responden 8 memilih Tidak Setuju.
5. Sosialisai informasi cara penggunaan bahan, alat, dan mesin yang digunakan
mengenai identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, yaitu memilih responden 8 memilih Tidak Setuju,
memilih Setuju 20 responden, serta 7 responden memilih Sangat Setuju.
6. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya
dan resiko K3 yang berkaitan dengan oprasi, yaitu memilih Sangat Setuju
dengan 14 responden, serta 18 responden memilih Setuju, sedangkan 13
responden memilih Tidak Setuju
7. Pekerja selalu diberi arahan tentang bagaimana mengidentifikasi bahaya
yang mengancam pada saat bekerja dan bagaimana mencegah terjadi nya
insiden, yaitu memilih Sangat Setuju dengan 5 responden, serta 19 responden
memilih Setuju, sedangkan 11 responden memilih Tidak Setuju.
8. Menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan program K3, yaitu memilih
Sangat Setuju dengan 3 responden, serta 20 responden memilih Setuju,
sedangkan 12 responden memilih Tidak Setuju.
9. Perusahaan memberikan reaksi yang cepat dan teapt terhadap kondisi yang
menyimpang, yaitu memilih Sangat Setuju dengan 11 responden, serta 18
responden memilih Setuju. 6 responden memilih Tidak Setuju.
10. Melakukan Pengecekan alat kerja yang akan digunakan sebelum pekerjaan
dimulai, yaitu memilih Setuju dengan 26 responden, serta 9 responden
memilih Sangat Setuju.

110
11. Melakukan pengaturan lalu lintas saat pekerjaan berlangsung, yaitu
memilih Sangat Setuju dengan 9 responden, serta 8 responden memilih
Setuju, dan 8 responden memilih Tidak Setuju
12. Informasi K3 dikomunikasikan ke tenaga kerja, yaitu memilih Sangat Setuju
dengan 9 responden, sedangkan 17 responden memilih Setuju, dan 9
responden memilih Tidak Setuju

4.9.4. Analisis Pelaksanaan K3 Pada Proyek Pembangunan Jembatan


SiKatak Universitas Diponegoro Semarang
Data yang didapat dari penyebaran kuisioner selanjutnya diolah
untuk mengetahui seberapa Sangat Penting/Penting dari Analisis
Pelaksanaan K3, seperti tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.11. Analisis Pelaksanaan K3

Keterangan
JUMLAH BOBOT IKR
Kepentingan
Faktor yang mempengaruhi Penilian
NO
Pelaksanaan K3 Kepentingan
Jumlah Penilaian Kuisioner Bobot ( Klasifikasi
(TS X 2) + (S X
nilai IKR )
Jumlah RespondenFaktor Pertanyaan
3) + (SS X 4)
Pemeriksaan kesehatan
SANGAT
1 pekerja secara berkala setiap 112 3,2 0,8
PENTING
tahun
Rambu-rambu mengenai
SANGAT
2 keselamatan dipasang dengan 112 3,2 0,8
PENTING
jelas
Pekerja diberi arahan tentang
bagaimana menggunakan
APD secara benardan SANGAT
3 124 3,542 0,885
memelihara APD sehingga PENTING
selalu dalam kondisi layak
pakai
Alat pelindung diri yang
4 106 3,028 0,757 PENTING
berkualitas telah disediakan
5 Sosialisasi informasi cara 104 2,971 0,742 PENTING
penggunaan bahan, alat dan
mesin yang digunakan
mengenai identifikasi,

111
penilaian dan pengendalian
risiko kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
Petugas yang kompeten telah
mengidentifikasi dan menilai
6 136 3,885 0,971 PENTING
bahaya resiko K3 yang
berkaitan dengan operasi
Pekerja selalu diberi arahan
tentang bagaimana
mengidentifikasi bahaya yang
7 mengancam pada saat bekerja 99 2,828 0,707 PENTING
dan bagaimana
mengantisipasi terjadinya
insiden
Menyelenggarakan pelatihan
8 96 2,742 0,685 PENTING
sesuai kebutuhan program K3
Perusahaan memberikan
reaksi yang cepat dan tepat
9 110 3,142 0,785 PENTING
terhadap kondisi yang
menyimpang
Melakukan pengecekan alat
SANGAT
10 kerja yang akan digunakan 114 3,257 0,814
PENTING
sebelum pekerjaan dimulai
Melakukan pengaturan
11 lalulintas saat pekerjaan 106 3,028 0,757 PENTING
berlangsung
Informasi K3
12 dikomunikasikan dengn 105 3 0,75 PENTING
tenaga kerja
Jumlah 37,828 9,457
Rata-Rata 0,788 PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)

Dari hasil analisa yang didapat diketahui bahwa sebagian


pertanyaan yang diberikan memiliki pengaruh terhadap kepribadian dari
responden masing – masing.
Dari hasil nilai rata-rata (mean) pengolahan data IKR dapat
menyimpulkan bahwa Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan K3
memiliki nilai (mean) IKR 0,788 dengan keterangan kepentingan Penting
dilaksanakan serta diterapkan dalam proyek tersebut.
Dari hasil analisa faktor tingkat kepentingan penerapan manajemen
konstruksi diatas dapat diketahui bahwa nilai rata – rata dari total 12

112
pertanyaan tersebut terhadap tingkat kepentingan dari responden dengan
pertanyaan uji sebagai berikut :
1. Informasi K3 dikominikasikan ke tenaga kerja,memiliki IKR 0,8
dengan bobot 3,2 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Pengaturan lalu lintas
dilakukan agar saat pekerjaan berlangsung tidak mengganggu
pengendara yang melewati lokasi kerja, begitu sebaliknya. Dan dapat
mengurangi resiko bahaya yang berasal dari factor eksternal.
2. Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi
bahaya dan resiko K3 yang berkaitan dengan operasi,memiliki IKR
0,8 dengan bobot 3,2 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode
pelaksanaan kerja dan tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
3. Perusahaan memberikan reaksi yang cepat dan tepat terhadap kondisi
yang menyimpang,memiliki IKR 0,885 dengan bobot 3,542 nilai ini
termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut memiliki tingkat
kepentingan Sangat Penting. Hal ini dilakukan sebagai koreksi bagi
perusahaan dan di harapkan kondisi menyimpang tersebut tidak
terulang kembali di kemudian hari.
4. Melakukan pengecekan saat pemasangan bekesting, memiliki IKR
0,757 dengan bobot 3,028 nilai ini termasuk antara 0,600-0,790. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting. Melakukan pengecekan
sangat diperlukan agar sarana dan prasarana K3 dapat digunakan
ketika bahaya terjadi.
5. Melakukan pengecekan alat kerja yang akan digunakan sebelum
pekerjaan dimulai ,memiliki IKR 0,742 dengan bobot 2,971 nilai ini
termasuk antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat
kepentingan Penting. Hal ini dilakukan agar pekerja mengetahui jalur
evakuasi saat terjadi bahaya K3.
6. Sosialisai informasi cara penggunaan bahan, alat dan mesin yang
digunakan mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian resiko

113
kecelakaan dan penyakit akibat kerja,memiliki IKR 0,971 dengan
bobot 3,885 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor tersebut
memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Hal ini dilakukan agar
pekerja mengetahui informasi terbaru mengenai K3.
7. Pekerja selalu diberi arahan tentang bagaimana mengidentifikasi
bahaya yang mengancam pada saat bekerja dan bagaimana mencegah
terjadinya insiden,memiliki IKR 0,707 dengan bobot 2,828 nilai ini
termasuk antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat
kepentingan Penting. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan daftar
risiko kerja yang ada sehingga dapat membuat prosedur kerja yang
sesuai untuk meminimalisir kecelakaan kerja.
8. Melakukan pengaturan lalu lintas saat pekerjaan
berlangsung,memiliki IKR 0,685 dengan bobot 2,742 nilai ini termasuk
antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan
Penting. Penyediaan alat pelindung diri ini supaya pekerja tidak terjadi
kecelakaan kerja dan dapat mengurangi terjadinya resiko kecelakaan
kerja.
9. Menyelenggarakan pelatihan sesuai kebutuhan program,memiliki IKR
0,785 dengan bobot 3,142 nilai ini termasuk antara 0,600-0,790. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting. Pengetahuan mengenai
cara indentifikasi bahaya ini sangat diperlukan untuk melakukan
pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kerja.
10. Alat pelindung diri yang berkualitas telah disediakan,memiliki IKR
0,814 dengan bobot 3,257 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Sosialisai ini
bertujuan agar setiap pekerja di bekali pengetahuan tentang standar
operasional alat dan material yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan agar dapat memberikan pertolongan pertama apabila terjadi
kecelakaan kerja di lapangan.
11. Rambu-rambu mengenai keselamatan dipasang dengan jelas,memiliki
IKR 0,757 dengan bobot 3,028 nilai ini termasuk antara 0,600-0,790.
Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting. Pelatihan

114
dilakukan agar pekerja dapat menerapkan bagaimana cara mengatasi
bahaya K3 yang terjadi dilokasi pekerjaan.
12. Pemeriksaan kesehatan pekerja secara berkala setiap tahun,memiliki
IKR 0,75 dengan bobot 3 nilai ini termasuk antara 0,600-0,790. Faktor
tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting. Hal ini bertujuan untuk
menumbuhkan rasa tanggung jawab setiap pekerja terhadap
pentingnya keselamatan diri sendiri.

4.9.5. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3


Rekap yang didapat dari kuisioner adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3
Penilaian
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan dan tindakan Jumlah
NO Kepentingan
perbaikan K3 Responden
STS TS S SS
Pengawasan yang dilakukan petugas berwenang untuk
1 menjamin pekerjaan dilaksanakan secara aman dan 8 21 6 35
mengikuti setiap prosedur kerja yang ditetapkan
Catatan inspeksi dan pemantauan terpelihara dengan
2 11 16 8 35
baik
Pelaporan informasi yang terkait dengan identitas
3 7 18 10 35
sumber bahaya, kinerja K3 dan kecelakaan kerja
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan SOP
4 9 15 16 35
pelaksanaan program K3
Perbaikan dan pencegahan dilaksanakan berdasarkan
5 7 19 9 35
hasil temuan

(Sumber: Data Olah, 2020)


Rekap yang didapat dari penyebaran kuisioner Pemeriksaan dan
Tindakan Perbaikan K3 pada Proyek Pembangunan Jembatan SiKatak
Universitas Diponegoro Semarang yaitu menunjukan sebagai berikut :

115
1. Pengawasan yang dilakukan petugas berwenang untuk menjamin pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan mengikuti setiap prosedur kerja yang telah
diterapkan, yaitu memilih Setuju dengan 21 responden, serta 6 responden
memilih Sangat Setuju. dan 8 responden memilih Tidak Setuju.
2. Catatan inspeksi dan pemantauan terpelihara dengan baik, yaitu memilih
Setuju dengan 16 responden, serta 8 responden memilih sangat setuju,
sedangkan 11 responden memilih Tidak Setuju.
3. Pelaporan informasi yang terkait dengan identitas sumber bahaya kinerja
K3, dan kecelakaan kerja, yaitu memilih Setuju dengan 18 responden, serta
10 responden memilih Sangat Setuju, sedangkan 7 responden memilih Tidak
Setuju.
4. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan SOP pelaksanaan
program K3, yaitu memilih Setuju dengan 15 responden, serta 16 responden
memilih Sangat Setuju. sedangkan 9 responden memilih Tidak Setuju.

5. Perbaikan dan pencegahan dilaksanakan berdasarkan hasil temuan, yaitu


memilih Setuju dengan 19 responden, serta 9 responden memilih Sangat
Setuju. sedangkan 7 responden memilih Tidak Setuju.

4.9.6. Analisis Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3 Pada Proyek


Pembangunan Jembatan SiKatak Universitas Diponegoro Semarang
Data yang didapat dari penyebaran kuisioner selanjutnya diolah untuk
mengetahui seberapa Sangat Penting/Penting dari Analisis Pemeriksaan
dan Tindakan Perbaikan K3, seperti tabel berikut dibawah ini:

Tabel 4.13. Analisis Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3


Keterangan
JUMLAH BOBOT IKR
Kepentingan
Faktor yang mempengaruhi Penilian
NO pemeriksaan dan tindakan Kepentingan
Jumlah Penilaian Kuisioner Bobot ( Klasifikasi
perbaikan K3 nilai IKR )
(TS X 2) + (S Jumlah RespondenFaktor Pertanyaan
X 3) + (SS X
4)
1 Pengawasan yang dilakukan 103 2,942 0,735 PENTING
petugas berwenang untuk
menjamin pekerjaan

116
dilaksanakan secara aman dan
mengikuti setiap prosedur
kerja yang ditetapkan
Catatan inspeksi dan
2 pemantauan terpelihara dengan 102 2,914 0,728 PENTING
baik
Pelaporan informasi yang
terkait dengan identitas
3 108 3,085 0,771 PENTING
sumber bahaya, kinerja K3 dan
kecelakaan kerja
Mengawasi pelaksanaan
SANGAT
4 pekerjaan sesuai dengan SOP 127 3,628 0,907
PENTING
pelaksanaan program K3
Perbaikan dan pencegahan
5 dilaksanakan berdasarkan hasil 107 3,057 0,764 PENTING
temuan
Jumlah 15,628 3,907
Rata-Rata 0,781 PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)
Dari hasil analisa yang didapat diketahui bahwa sebagian
pertanyaan yang diberikan memiliki pengaruh terhadap kepribadian dari
responden masing – masing.
Dari hasil nilai rata-rata (mean) pengolahan data IKR dapat
menyimpulkan bahwa Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan dan
Tindakan Perbaikan K3 memiliki nilai (mean) IKR 0,781 dengan
keterangan kepentingan Penting dilaksanakan serta diterapkan dalam
proyek tersebut.
Dari hasil analisa faktor tingkat kepentingan penerapan manajemen
konstruksi diatas dapat diketahui bahwa nilai rata – rata dari total 5
pertanyaan tersebut terhadap tingkat kepentingan dari responden dengan
pertanyaan uji sebagai berikut :
1. Perbaikan dan pencegahan dilaksanakan berdasarkan hasil temuan,
memiliki IKR 0,735 dengan bobot 2,942 nilai ini termasuk antara
0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Penting.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya resiko kecelakaan yang
dapat menimbulkan bahaya.
2. Pengawasan yang dilakukan petugas berwenang untuk menjamin
pekerjaan dilaksanakan secara aman dan mengikuti setiap prosedur

117
kerja yang telah ditetapkan,memiliki IKR 0,728 dengan bobot 2,914
nilai ini termasuk antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat
kepentingan Penting. Pengawasan dilakukan agar para pekerja
menerapkan prosedur pelaksanaan K3 yang sudah ditetapkan oleh
pihak Kontraktor.
3. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan SOP pelaksanaan
program K3, memiliki IKR 0,771 dengan bobot 3,085 nilai ini termasuk
antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan
Penting. Setiap hasi temuan yang bermasalah harus segera di perbaiki
agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.
4. Catatan inspeksi dan pemantauan terpelihara dengan baik, memiliki
IKR 0,907 dengan bobot 3,628 nilai ini termasuk antara 0,800-0,990.
Faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan Sangat Penting. Cacatan
ini berfungsi sebagai acuan untuk perbaikan prosedur K3 agar lebih
baik lagi.
5. Pelaporan informasi yang terkait dengan identitas sumber bahaya
kinerja K3 dan kecelkaan kerja,memiliki IKR 0,764 dengan bobot
3,057 nilai ini termasuk antara 0,600-0,790. Faktor tersebut memiliki
tingkat kepentingan Sangat Penting. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.

4.9.6. Urutan Responden yang Dominan


Tabel 4.14. Analisis Perencanaan K3

Faktor yang mempengaruhi Keterangan


NO JUMLAH BOBOT IKR
komitmen dan kebijakan K3 Kepentingan

Kebijakan K3 dikomsultasikan SANGAT


1 125 3,571 0,892
dengan teanaga kerja PENTING
Pengurus menjelaskan
peraturan perundang undangan SANGAT
2 123 3,514 0.878
persyaratan lainnya kpada PENTING
pekerja
3 Manajemen perusahaan 120 3,428 0,857 SANGAT
bertanggung jawab atas kinerja PENTING

118
K3
Perusahaan memiliki kebijakan SANGAT
4 117 3,342 0,835
tertulis tentang K3 PENTING
Perencanaan K3 tekoordinasi SANGAT
5 115 3,285 0,821
dengan baik PENTING
Penyediaan personil yang
mempunyai kompetensi dala
SNGAT
6 melakukan identifikasi, 115 3,285 0,821
PENTING
penilian dan pengendalian
potensi bahaya ingkungan kerja
Manajemen perusahaan
menyediakan tenaga yang SANGAT
7 115 3,285 0,821
berkualitas dan sarana-sarana PENTING
yang diperlukan dibidang K3
Manajemen perusahaan
8 menyediakan anggaran dana 109 3,114 0,778 PENTING
yang diperlukan dibidang K3
Perusahaan melakukan
9 penilaian kinerja dan tindak 106 3,028 0,757 PENTING
lanjut pelaksanaan K3
Jumlah 29,857 7,464
SANGAT
Rata-Rata 0,829
PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)

Tabel 4.15. Analisis Pelaksanaan K3

Faktor yang mempengaruhi Keterangan


NO JUMLAH BOBOT IKR
komitmen dan kebijakan K3 Kepentingan

Petugas yang kompeten telah


mengidentifikasi dan menilai SANGAT
1 136 3,885 0,971
bahaya resiko K3 yang berkaitan PENTING
dengan operasi
Pekerja diberi arahan tentang
bagaimana menggunakan APD
SANGAT
2 secara benardan memelihara 124 3,542 0,885
PENTING
APD sehingga selalu dalam
kondisi layak pakai
Melakukan pengecekan alat
SANGAT
3 kerja yang akan digunakan 114 3,257 0,814
PENTING
sebelum pekerjaan dimulai
Pemeriksaan kesehatan pekerja SANGAT
4 112 3,2 0,8
secara berkala setiap tahun PENTING
5 Rambu-rambu mengenai 112 3,2 0,8 SANGAT

119
keselamatan dipasang dengan
PENTING
jelas
Perusahaan memberikan reaksi
6 yang cepat dan tepat terhadap 110 3,142 0,785 PENTING
kondisi yang menyimpang

Alat pelindung diri yang


7 106 3,028 0,757 PENTING
berkualitas telah disediakan
Melakukan pengaturan lalulintas
8 106 3,028 0,757 PENTING
saat pekerjaan berlangsung
Informasi K3 dikomunikasikan
9 105 3 0,75 PENTING
dengn tenaga kerja
Sosialisasi informasi cara
penggunaan bahan, alat dan
mesin yang digunakan mengenai
10 104 2,971 0,742 PENTING
identifikasi, penilaian dan
pengendalian risiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja
Pekerja selalu diberi arahan
tentang bagaimana
mengidentifikasi bahaya yang
11 99 2,828 0,707 PENTING
mengancam pada saat bekerja
dan bagaimana mengantisipasi
terjadinya insiden
Menyelenggarakan pelatihan
12 96 2,742 0,685 PENTING
sesuai kebutuhan program K3
Jumlah 37,828 9,457
Rata-Rata 0,788 PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)

Tabel 4.16. Analisis Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan K3

Faktor yang mempengaruhi


Keterangan
NO pemeriksaan dan tindakan JUMLAH BOBOT IKR
Kepentingan
perbaikan K3

Mengawasi pelaksanaan
SANGAT
1 pekerjaan sesuai dengan SOP 127 3,628 0,907
PENTING
pelaksanaan program K3
Pelaporan informasi yang terkait
2 dengan identitas sumber bahaya, 108 3,085 0,771 PENTING
kinerja K3 dan kecelakaan kerja
Perbaikan dan pencegahan
3 dilaksanakan berdasarkan hasil 107 3,057 0,764 PENTING
temuan
4 Pengawasan yang dilakukan 103 2,942 0,735 PENTING

120
petugas berwenang untuk
menjamin pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan
mengikuti setiap prosedur kerja
yang ditetapkan
Catatan inspeksi dan
5 pemantauan terpelihara dengan 102 2,914 0,728 PENTING
baik
Jumlah 15,628 3,907
Rata-Rata 0,781 PENTING
(Sumber: Data Olah, 2020)
4.10. Peran Job Safety Analysis (JSA) dalam Meminimalisir Kecelakaan
Metode Job Safety Analysis (JSA) yang diterapkan diharapkan
dapatmeminimalisir angka kecelakaan kerja di proyek. Berikut adalah
usaha yang dilakukan sehingga Job Safety Analysis (JSA) dapat
terealisasikan dengan baik.
1. Alat Pelindung Diri (APD)
Para pekerja wajib untuk menggunakan APD yang dibutuhkan dalam
bekerjasebelum masuk ke lingkungan proyek. Untuk pekerja yang tidak
lengkap dalam penggunaan APD-nya dilarang untuk masuk ke dalam
proyek. Pengecekan APD dilakukan oleh safety officer yang dibantu oleh
pelaksana pada saat safety morning.
2. Safety Morning
Pelaksanaan safety morning telah dilakukan sebelum diterapkannya
metode JobSafety Analysis. Pelaksanaan safety morning wajib
dipublikasikan secara langsung setiap harinya digroup aplikasi messenger.
Safety morning penting untuk dilakukan sebelum bekerja untuk terus
mengingatkan kepada para pekerja cara bekerja yang benar untuk
menghindarkan mereka dari kecelakaan berdasarkan JSA.
3. Zero Harm
Zero harm dapat dikatakan sebagai surat tilang di lapangan. Zero
harm diberikan kepada pekerja yang melakukan ketidak sesuaian di
lapangan. Yang dimaksud ketidak sesuaian adalah pelanggaran K3, proses
pelaksanaan yang tidak mengikuti prosedur dan membahayakan.

121
122

Anda mungkin juga menyukai