net/publication/352981861
CITATIONS READS
0 6,600
2 authors, including:
Septiara Putri
University of Indonesia
19 PUBLICATIONS 62 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Septiara Putri on 04 July 2021.
Adik Wibowo
Septiara Putri
Edisi Pertama
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Modifikasi Piramida Hirarki Bukti .................................................................................. 8
Gambar 2. Tipe dari review artikel (Pai et al., 2004) ....................................................................... 9
Gambar 3. Langkah-langkah melakukan Systematic Review ........................................................ 12
Gambar 4. Boolean Operator ...................................................................................................... 25
Gambar 5. Diagram Alur PRISMA 2020 (Page et al., 2021).......................................................... 29
Gambar 6. Contoh Abstrak Systematic Review (1) ...................................................................... 37
Gambar 7. Contoh Abstrak Systematic Review (2) ...................................................................... 39
Gambar 8. Contoh Abstrak Systematic Review (3) ...................................................................... 42
Gambar 9. Forest Plot ................................................................................................................ 45
Gambar 10. Forest Plot dari RCT ............................................................................................... 47
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala izinNya buku pedoman penyusunan naskah ilmiah
dengan metode Systematic Review ini dapat diselesaikan. Pedoman ini disusun khususnya untuk mahasiswa
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir dan/atau
manuskrip sehingga didapatkan adanya standar serta kaidah yang dapat dijadikan acuan.
Rektor Universitas Indonesia (UI) mengeluarkan Surat Edaran SE-703/UN2.R/OTL.09/2020 tentang
Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran Infeksi COVID-19 di Lingkungan Universitas Indonesia. Adanya
pandemi COVID-19 memiliki dampak terhadap keterbatasan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir
(skripsi/tesis/disertasi) atau menyusun usulan penelitian, terutama untuk mengambil data di lapangan
(interaksi fisik ke masyarakat, fasilitas kesehatan, menemui stakeholders dan sebagianya). Sehingga proses
melakukan penelitian hanya dapat dilakukan dengan menggunakan data primer (melalui online), data
sekunder, atau kajian literatur mendalam.
Adapun jika mahasiswa memilih menggunakan kajian literatur, maka systematic review merupakan
pilihan metode yang dapat digunakan. Selain itu, kewajiban publikasi ilmiah bagi mahasiswa S2 juga
menjadikan systematic review sebagai metode yang dianjurkan dimasa pandemi ini. Pada panduan ini,
systematic review dapat digunakan sebagai penelitian yang berdiri sendiri atau dijadikan bagian dari penelitian
keseluruhan mahasiswa, tergantung dengan tujuan yang disusun.
Berawal dari diskusi penulis terhadap penggunaan metode ini yang makin dikenal oleh mahasiswa,
maka penulis beserta tim dosen di Departemen AKK FKM UI berdiskusi untuk menyusun pedoman praktis ini
sebagai langkah awal untuk membantu mahasiswa dalam penyusunan naskah ilmiah yang terstandardisasi,
transparan dan mengikuti kaidah ilmiah yang tersedia. Mahasiswa juga diharapkan mendapatkan
pemahaman yang lebih jelas terkait kedalaman metodologi dan kecermatan dalam menjaga kualitas
pekerjaan ilmiah yang dilakukan.
Dengan adanya buku pedoman ini, diharapkan dapat bermanfaat terutama untuk mahasiswa dan
pembimbing dalam membantu menyusun usulan penelitian dan penulisan. Kami menyadari masih adanya
kekurangan pada penulisan edisi pertama pedoman ini, serta perjalanan dinamis keterbaruan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, besar harapan kami bagi pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
membangun dalam perbaikan pedoman ini di masa yang akan datang.
Terima kasih
v
Catatan:
Bahan kuliah terkait Systematic Review pada kelas Penulisan dan Publikasi Ilmiah 2021 serta
pembekalan umum dapat diakses melalui tautan berikut: PPT Systematic Review
vi
BAGIAN 1
TUJUAN PEDOMAN PRAKTIS SYSTEMATIC REVIEW
Pedoman praktis ini bertujuan untuk memberikan arahan bagi mahasiswa yang berminat
untuk menyusun naskah ilmiah dengan menggunakan metode kajian sistematis atau
systematic review (SR).
f. Memberikan pengetahuan akan hal-hal yang harus diperhatikan dan dihindari dalam
menyusun naskah ilmiah menggunakan systematic review.
2
BAGIAN 2
DEFINISI SYSTEMATIC REVIEW
Secara spesifik, terdapat beberapa alasan mengapa mengkaji literatur harus dilakukan
dalam proses akademik/ilmiah (Bruette and Fitzig, 1993; Cronin, Ryan and Coughlan, 2008;
Gough, Oliver and Thomas, 2008) :
3
satu studi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan cara rancangan studi atau
pelaporan penelitian, sehingga membaca beberapa literatur menjadi langkah yang
penting untuk dapat dibandingkan dengan penelitian lainnya.
f. Temuan dari kajian literatur memberikan gambaran serta pembelajaran mengapa
penelitian selanjutnya diperlukan serta hubungan informasi antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan atau sedang dilakukan.
g. Memberikan bukti untuk mendukung hasil temuan dari penelitian yang telah
dilakukan.
h. Melakukan penelitian primer baru tanpa terinformasi dengan baik pada penelitian
sebelumnya dapat mengakibatkan penelitian yang tidak perlu, tidak tepat, tidak
relevan, bahkan tidak etis.
Literature review biasa atau yang disebut traditional review, sangat umum dilakukan untuk
menjawab beberapa kebutuhan penelitian diatas. Traditional review biasanya menyajikan
rangkuman temuan penelitian (biasanya dalam bentuk artikel/paper) yang berkaitan dengan
topik tertentu, tetapi tanpa pertimbangan yang jelas dan eksplisit terkait dengan langkah-
langkah merangkum literatur tersebut, seperti: kriteria spesifik, proses identifikasi,
pencarian, penilaian kualitas serta standar pelaporan hasil kajian literatur. (Armstrong,
2007; Gough, Oliver and Thomas, 2008)
Meskipun metode ini berguna dalam mendeskripsikan temuan umum terkait konsep, teori,
dan penelitian terdahulu, jika dilakukan dengan metodologi yang tidak terstandardisasi dan
bukan menganalisis satu per satu dari referensi yang didapatkan, maka terkadang hal ini
dapat mengantarkan pada subjektifitas dan bias yang tinggi dalam menginterpretasikan
serta menyimpulkan hasil review. Sebagai contoh kita ingin menyimpulkan informasi penting
terkait: bagaimana efikasi dari vaksin COVID19? bagaimana efektivitas suatu intervensi
atau program kesehatan? program kesehatan masyarakat apa yang berdampak terhadap
pencegahan penyakit menular? apakah program skrining cost-effective?, bagaimana
fenomena dari suatu program promosi keselamatan pasien di rumah sakit? dan sebagainya.
Untuk menjawab hal-hal tersebut maka kita harus berhati-hati mempertimbangkan apakah
kesimpulan yang ditarik cukup tepat untuk dipaparkan atau bahkan menjadi masukan untuk
pengambilan keputusan/kebijakan. Keraguan dapat timbul pada saat kita membutuhkan
informasi yang akurat tetapi langkah melakukan kajian literatur itu sendiri tidak memiliki
4
standar metodologi yang ketat. Tentu saja hal-hal tersebut harus dijawab dengan kajian
literatur yang sistematis, transparan, dan terstandarisasi sehingga informasi yang didapat
dapat dipertanggungjawabkan dan tidak menyesatkan.
Seiring dengan perkembangan keilmuan dari waktu ke waktu, proses pengkajian literatur
mengalami improvisasi untuk merepresentasikan sintesa bukti (evidence synthesis) yang
lebih kuat dan akurat, terutama di area kesehatan. Oleh karena itu, metode systematic
review dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan yang ada pada literature review
(traditional review).
Systematic review (SR) merupakan tipe dari kajian literatur mencoba mengumpulkan semua
bukti empiris yang sesuai dengan kriteria kelayakan (eligibility criteria) yang telah ditentukan
sebelumnya untuk menjawab pertanyaan penelitian tertentu. (Higgins et al., 2019) Penulis
secara sistematis mencari, menilai secara kritis, dan mensintesis bukti dari beberapa studi
tentang topik yang sama. (Gough, Oliver and Thomas, 2012) Metode yang tepat dan
sistematis merupakan faktor yang membedakan antara systematic review dengan
traditional review. (Khan et al., 2003a) Dengan proses yang sistematis, terstruktur, dan
transparan tersebut, metode ini diharapkan dapat membantu mengurangi bias dan
memberikan temuan yang reliabel.
Contoh pertama dari systematic review dilakukan pada tahun 1753 oleh James Lind, yang
menerbitkan sebuah makalah yang bertujuan untuk memberikan ringkasan singkat dan
tidak bias terkait penyakit skorbut. Pada tahun 1972, Archie Cochrane (epidemiolog dari
Skotlandia) menerbitkan buku teks berjudul “Effectiveness and Efficiency: Random
Reflections on Health Service”. Cochrane menarik perhatian pada pentingnya uji coba
kontrol acak dalam menentukan efektivitas perawatan kesehatan. Hal ini menyebabkan
penekanan internasional yang lebih besar pada kebutuhan untuk meningkatkan sintesis
penelitian oleh pembuat kebijakan, akademisi, dan dokter. Secara bertahap, bidang topik di
luar perawatan kesehatan juga mengadopsi systematic review sebagai cara untuk
meringkas penelitian yang ada secara komprehensif dan sistemik (Jacobs and Leipzig,
2000) Pada tahun 1970-1980 perkembangan systematic review juga mulai dilakukan
terutama pada bidang psikologi dan pendidikan.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan metode sintesa bukti yang masif, perkembangan
ilmu kesehatan, dan ledakan artikel dan jurnal yang jumlah nya hingga jutaan per tahun
5
menjadi alasan penting untuk melakukan systematic review di bidang kesehatan. (Clarke,
2011)
Secara umum, melakukan systematic review membutuhkan upaya yang lebih besar serta
kaidah yang lebih ketat dibanding traditional review. Systematic review dapat dilakukan
sebagai bagian dari penelitian atau menjadi penelitian ilmiah (primer) itu tersendiri.
Mengaplikasikan metode ini berarti menjalankan proses dengan hati-hati terkait identifikasi,
pengukuran, penilaian, sintesa pada data dan informasi yang didapatkan dari artikel terpilih.
Langkah-langkah lebih detil dalam melakukan systematic review akan dijelaskan pada
bagian selanjutnya di buku ini. Meta-analysis juga dapat dilakukan dalam merangkum
informasi kuantitatif, tetapi tidak semua systematic review melakukan meta-analysis,
tergantung kebutuhan penelitian itu sendiri.
Di dalam buku panduan ini, meskipun hanya difokuskan pada metode systematic review,
penyusun merangkum definisi istilah umum (pada tabel 1) yang digunakan, seperti:
literature review (traditional review), scoping review, systematic review (systematic literature
review), meta-analysis, meta-synthesis. Kelima terminologi tersebut dipaparkan sebagai
upaya untuk menghindari ambiguitas dan menjaga konsistensi dalam memahami proses
kajian literatur yang dijelaskan pada buku panduan ini.
6
Tabel 1. Terminologi, Definisi dan Tujuan Umum
7
2.2 Systematic Review dan Hirarki Bukti
Pada prinsip Evidence Based Medicine (EBM) dan sintesa evidence (Evidence Synthesis),
sering dikenal adanya piramida yang menggambarkan hirarki bukti, terutama dalam bidang
epidemiologi. Hirarki bukti tersebut direpresentasikan dengan tingkatan desain epidemiologi
yang mana makin mengerucut merepresentasikan kekuatan dari bukti itu sendiri. Sebagai
contoh, studi kohort menggambarkan desain yang lebih kuat dibandingkan studi case
control dan seterusnya. Makin keatas, maka makin merepresentasikan validitas yang
semakin kuat.
8
2.3 Karakteristik Systematic Review
a. Memiliki tujuan dan pertanyaan penelitian/review yang jelas. Inklusi dan eksklusi
kritera dibangun sebelumnya (biasanya dengan protokol penelitian), yang
menentukan kelayakan dari studi-studi yang akan dikaji.
b. Pencarian literatur yang komprehensif untuk mengidentifikasikan semua studi yang
relevan, baik yang terpublikasi maupun yang tidak (published and unpublished).
c. Analisis, ekstraksi, dan penilaian terhadap kualitas pada studi-studi yang dikaji.
d. Presentasi dan sintesa dari temuan yang telah diekstraksi.
e. Transparansi dalam hal metodologi dan pelaporan review.
Jika diilustrasikan, kedudukan systematic review dibandingkan metode sintesa bukti lain
dapat diilustrastikan sebagai berikut:
Meta-analysis
Penelitian
individual
Systematic
Literature
review/traditional
Review
review/overview
Gambar 2. Tipe dari review artikel (Pai et al., 2004)
9
Tabel 2. Karakteristik dari Jenis-Jenis Review*
*Diadaptasi dari (Grant and Booth, 2009; Munn et al., 2018; Sucharew and Macaluso, 2019)
**Perkiraan umum, karena juga terkadang tergantung dengan topik yang diambil dan beban kerja reviewer
itu sendiri
10
Dalam pelaksanaannya, memungkinkan bahwa peneliti/penulis pada saat melakukan
literature review secara sistematis (berurutan), tetapi ini bukan berarti dikatakan melakukan
systematic review. (Jesson, Matheson and Lacey, 2011) Systematic Review hanya dapat
diklaim jika memang mengikuti metodologi dan kaidah-kaidah serta langkah-langkah kunci
dalam systematic review itu sendiri. Tabel 2 memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang
perbedaan karakteristik systematic review dengan jenis kajian literatur lainnya.
Poin-poin penting:
• Systematic review memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan metode review
lainnya seperti scoping review dan literature (traditional review).
• Systematic review merupakan metode kajian literatur yang memiliki beberapa karakteristik
seperti: formulasi pertanyaan penelitian yang jelas, inklusi dan eksklusi yang spesifik,
pencarian dan ektraksi literatur yang sistematis, penilaian kritis/analisis terhadap literatur
terpilih, serta pelaporan yang sistematis dan transparan.
• Melakukan literature review secara sistematis bukan berarti melakukan systematic review.
• Systematic review dapat dilakukan sebagai bagian dari penelitian atau menjadi penelitian
ilmiah (primer) itu tersendiri.
11
BAGIAN 3
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN SYSTEMATIC REVIEW
12
Pada fase perencanaan, peneliti/penulis harus melakukan tahapan tertentu untuk
mempersiapkan studi menggunakan systematic review. Ini merupakan tahapan dasar yang
krusial, dimana penentuan pertanyaan penelitian yang spesifik, kriteria eligibilitas, dan
perencanaan metodologi dituangkan kedalam protokol. Jika dalam proses perencanaan ini
dibuat dengan kesiapan yang baik dan matang, maka fase selanjutnya akan lebih mudah
dan terstruktur untuk dikerjakan.
Fase kedua yang merupakan fase pengerjaan systematic review yang memuat tahap-tahap
detail bagaimana studi diidentifikasikan dan dipilih serta pentingnya melakukan critical
appraisal (penilaian kualitas studi atau literatur yang diambil), ektraksi dan sintesa data.
Fase ketiga meliputi fase pelaporan, meliputi interpretasi dan penulisan hasil dari systematic
review itu sendiri.
Secara umum, ketiga fase diatas mengadopsi langkah yang diilustrasikan oleh Tranfield,
Denyer and Smart (2003) dan Centre for Reviews and Dissemination (2008). Adapun
secara teknis, ketiga fase tersebut akan dijelaskan secara spesifik tahap demi tahap pada
bagian berikutnya, sehingga pembaca mampu mendapatkan pengetahuan dasar yang
terstandardisasi.
Pada tahap ini, peneliti diharapkan paham mengapa systematic review dibutuhkan, bukan
hanya sekedar melakukan atau menyelesaikan review terhadap literatur. Tetapi ada nilai
dan informasi yang didapat nantinya yang memberikan pengetahuan/temuan baru.
13
Sebelum melakukan systematic review, peneliti harus dapat membertimbangkan beberapa
pertanyaan berikut:
a. Apakah ada systematic review lain yang telah terpublikasi dan sesuai dengan topik
yang kita angkat? Apakah kita melakukan duplikasi studi?
b. Apakah systematic review pada topik yang kita pilih masih dibutuhkan? Mengapa?
c. Apa yang membedakan systematic review yang akan kita lakukan dengan
systematic review terdahulu jika topik yang diambil sama?
d. Setelah membaca literatur atau review terdahulu, adakah kesenjangan atau
kesimpulan yang bervariasi sehingga dibutuhkan systematic review?
e. Apakah ada perkembangan ilmu tertentu atau perlu ada keterbaruan informasi
untuk menyimpulkan hasil kajian literatur dengan menggunakan systematic review?
f. Apakah bukti yang ada sekarang terlalu luas, sehingga tidak menjawab pertanyaan-
pertanyaan spesifik atau kebutuhan sintesa bukti ?
g. Apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada review terdahulu yang belum terjawab?
h. Apakah kajian literatur terdahulu yang telah dipublikasikan memiliki kualitas yang
baik?
i. Kapan systematic review dengan topik yang sama terpublikasi?
Pada tahapan ini juga membentuk tim (lebih dari satu orang) menjadi hal yang penting.
Mengapa? Ini dikarenakan proses systematic review yang panjang dan ketat, serta
kebutuhan akan keahlian dan latar belakang masing-masing reviewer. Selain itu, kita juga
akan melakukan pemilihan penilaian kritis dari studi yang telah didapat dengan desain
penelitian tertentu yang membutuhkan diskusi yang dalam sehingga dapat mengurangi bias
dan membangun tingkat objektifitas dari systematic review itu sendiri.
Dalam konteks kewajiban akademik, systematic review dilakukan sendiri oleh mahasiswa
sebagai bentuk karya tulis ilmiah atau tugas akhir (skripsi/tesis/disertasi). Untuk
menghadapi hal tersebut, supervisi intensif dari pembimbing akademik dibutuhkan.
14
Mahasiswa juga diwajibkan untuk proaktif dalam berdiskusi dengan pembimbing akademik,
sehingga mahasiswa dapat dibantu terkait kerangka berpikir dan aliran logika (logical flow)
dalam merumuskan tujuan dan menjalankan penelitian ilmiah secara keseluruhan.
Mengikuti pelatihan dan studi independen terkait systematic review juga wajib dilakukan
mahasiswa untuk mengerti melakukan tahapan yang baik dan benar, serta merangsang
analisis kritis dari berbagai literatur/informasi yang dikumpulkan.
Sama hal nya dengan desain studi yang lain, pertanyaan penelitian/review harus jelas, logis,
dapat didefiniskan dengan baik. (Khan et al., 2003b) Pada tahap ini direkomendasikan
untuk menggunakan hasil dari tahap pertama untuk memberikan gambaran yang lebih
terarah terkait tujuan penelitian yang akan dilakukan. Ini juga untuk memastikan pertanyaan
penelitian yang dibangun cukup spesifik, tidak ambigu, dan terstruktur.
• (F)easibility: Apakah pertanyaan nya dapat terjawab? Apakah dapat dilakukan/ dijawab?
• (N)ovel: Apakah pertanyaan kita memiliki keterbaruan dan meningkatkan nilai bukti?
Atau apakah mencari informasi pada setting/populasi tertentu yang baru?
• (R)elevant: Apakah pertanyaan nya relevan dengan praktik atau kebijakan yang ada
15
ECLIPS. Pendekatan tersebut akan membantu dalam membangun pertanyaan
penelitian/review, serta tipe-tipe dari area apa saja yang direview. Sebagai contoh: apakah
kita ingin mengkaji efektivitas dari suatu intervensi/program kesehatan? Apakah kita ingin
merangkum sensitivitas dan spesifisitas dari tes diagnostik? Apakah kita ingin
menyimpulkan persepsi atau pengalaman pada kondisi kesehatan tertentu? Tentu saja
untuk memformulasikan pertanyaan yang berbeda, model yang digunakan juga berbeda.
16
Kerangka kerja Deskripsi Contoh Pertanyaan Review
Membangun pertanyaan berdasarkan model kerangka kerja yang tepat bukan hanya
bermanfaat untuk membuat pertanyaan review yang kita kerjakan lebih jelas dan terarah,
tetapi juga membantu untuk menentukan inklusi dan ekslusi kriteria yang lebih spesifik
berikutnya. Penggunaan PICO, PICO (S/T/C), PEO, lebih membantu pertanyaan yang
merangkum desain studi yang sifatnya kuantitatif, sebagai contoh: studi epidemiologi baik
yang sifatnya eksperimen maupun observasional, studi terkait akurasi diagnostik, benefit
dari terapi, analisis prognosis, pengukuran efikasi/efektivitas/efektivitas biaya pada
intervensi/program kesehatan masyarakat dan sebagainya. Sedangkan penggunaan PCO,
PICo, SPICE, SPIDER, ECLIPS lebih membantu untuk membangun pertanyaan dimana kita
membutuhkan informasi terkait fenomena, pengalaman, perspektif yang biasanya
dikerjakan dengan desain kualitatif.
Perlu dipahami bahwa contoh diatas merupakan pertanyaan umum, biasanya pada saat
melakukan systematic review, diperlukan penjelasan lebih dalam terkait
deskripsi/konteks/variabel yang akan dicari. Sebagai contoh: populasi nya dewasa, lalu kita
mendefiniskan dewasa itu sebagai individu baik laki-laki/perempuan yang diatas 18 tahun.
Contoh lainnya, kita ingin menilai promosi kesehatan terkait mencuci tangan di sekolah,
17
jenis media promosi kesehatan apa yang dipakai? Apakah luaran nya hanya kepatuhan
atau perubahan sikap pada waktu tertentu?
Berikut merupakan contoh inklusi dan eksklusi kriteria yang ditetapkan dalam studi
systematic review, yang nantinya akan berpengaruh pada tahap identifikasi litaratur
(pencarian dan pemilihan studi).
Tabel diatas menggambarkan kriteria inklusi eksklusi spesifik dari publikasi dari yang
berjudul “Prevention of Type 2 Diabetes by Lifestyle Changes: A Systematic Review and
Meta-Analysis’”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk merangkum bukti literatur
yang tersedia yang hasilnya akan dipakai untuk memperbarui praktik klinis European
18
Association for the Study of Diabetes (EASD) dan terapi nutrisi. (Uusitupa et al., 2019)
Adapun pertanyaan penelitian yang dispesifikasikan meliputi:
1. (a) Apakah T2D (Type 2 Diabetes) dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup pada
orang dewasa dengan gangguan toleransi glukosa (Impaired Glucose Tolerant) dan (b) apa
hasil jangka panjang dari pencegahan T2D?
2. Apakah perubahan gaya hidup yang bertujuan untuk mencegah T2D juga mengubah
risiko penyakit kardiovaskular dan komplikasi mikrovaskular pada pasien IGT?
3. Bagaimana komposisi diet yang optimal untuk pencegahan T2D pada pasien IGT?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kerangka model PICO lebih cocok digunakan untuk
memformulasikan pertanyaan penelitian, inklusi dan ekslusi kriteria pada studi klinis dan
epidemiologi yang sifatnya kuantitatif. Ini merupakan contoh studi yang cukup sistematis
dalam menjelaskan proses kajian literatur. Kerangka model lain dapat digunakan sesuai
dengan tujuan penelitian yang akan kita ingin diambil. Bagian selanjutnya menjelaskan
beberapa contoh systematic review dengan jenis dan topik penelitian yang bervariasi.
Protokol merupakan dokumen yang esensial dalam mengerjakan systematic review, semua
kerangka kerja tertuang dengan sistematis dan transparan dalam dokumen ini. Protokol
merefleksikan bahwa systematic review dilakukan dengan perencanaan yang jelas
sebelumnya. Sehingga adanya protokol dapat meminimalisir bias seleksi serta memastikan
semua keputusan penting terkait kajian literatur sudah disusun dengan matang dan memiliki
alur kerja yang jelas. (Pollock and Berge, 2018; Higgins et al., 2019)
Idealnya protokol systematic review harus diregistrasikan atau dipublikasikan. Ini bertujuan
untuk menghindari duplikasi pekerjaan dengan systematic review yang lain, membuka
adanya kesempatan protokol menerima masukan dari para ahli pada area yang dikerjakan,
serta proses systematic review itu tersendiri yang terekam dengan baik.
19
Secara umum, isi dari protokol meliputi:
I. Latar Belakang
VII. Diseminasi
Bandolier www.medicine.ox.ac.uk/bandolier
20
3.3 Fase Pengerjaan (Conducting)
Tahap 4. Identifikasi Studi
Tahap identifikasi merepresentasikan proses bagaimana kita mencari dan memilih literatur
yang sesuai dengan poin-poin yang telah ditetapkan sebelumnya seperti: inklusi dan
eksklusi kriteria, publikasi seperti apa yang akan diambil, apakah ada batas waktu yang
ditentukan (contoh: publikasi dari tahun 2000-2020) atau restriksi bahasa (contoh: hanya
literatur berbahasa inggris yang dikumpulkan). Sebelum melangkah ke strategi pencarian,
maka poin penting yang perlu dipahami adalah jenis dari sumber informasi literatur (baik
yang sifatnya elektronik maupun cetak). Jenis tersebut meliputi:
Pada proses systematic review, mencari literatur terpublikasi maupun tidak terpublikasi
sangat disarankan. Sebagai contoh setelah mencari jurnal ilmiah maka informasi grey
literature juga dicari dengan tujuan untuk menambah informasi yang mungkin tidak tersedia
di database besar khusus untuk peer reviewed journals. Ini juga membantu mengurangi
bias publikasi.
Literatur tidak terpublikasi juga memungkinkan untuk memberikan informasi dan jangkauan
yang lebih luas, bahkan lebih cepat (karena tidak melewati proses seperti published
literature). Tantangan dari menggunakan kedua nya adalah proses pencarian dan
penelusuran yang lebih sulit dan lama, karena grey literature mungkin tersedia pada
21
database atau website tertentu (contoh: website pemerintahan, database perpustakaan).
Selain itu, proses penilaian kritis dari grey literature juga akan lebih menantang, terutama
jika menemukan studi-studi yang secara metodologi masih dipertanyakan.
Berikut database yang umum dan dapat digunakan dalam proses pencarian literatur untuk
systematic review, terutama di bidang kesehatan:
Menggunakan lebih dari satu database sangat disarankan. Pada umumnya pada saaat
melakukan systematic review pencarian harus dilakukan di PubMED, EMBASE, Web of
Science dan Google Scholar. Ini merupakan syarat minimum untuk menjamin pencarian
yang optimal dan cakupan pencarian yang memadai. (Bramer et al., 2017) Selain mencari
di database elektronik, pencarian literatur dapat dilakukan dengan pendekatan kombinasi
seperti mencari dari daftar referensi jurnal kunci yang didapatkan, menghubungi penulis,
dari website khusus pencarian sitasi, dan handsearching (metode mencari pada jurnal atau
publikasi konfrensi yang mungkin tidak ada atau tidak terindex di database besar seperti
PubMed atau EMBASE).
22
Setelah memahami berbagai macam sumber informasi yang dapat digunakan dalam
systematic review, langkah selanjutnya adalah memahami strategi pencarian literatur.
Pencarian literatur yang baik mempengaruhi jenis informasi yang akan dipakai oleh peneliti.
Dengan infromasi/bukti yang komprehensif dan valid, maka juga akan berpengaruh pada
hasil akhir kesimpulan dari systematic review itu sendiri.
Pada proses pencarian literatur dari sumber informasi atau databases terpilih, langkah-
langkah teknis yang dilakukan adalah sebagai berikut (Aromataris and Riitano, 2014;
Atkinson and Cipriani, 2018; Pollock and Berge, 2018):
1) Bangun logika awal dan terminologi kunci dari topik yang kita pilih. Contoh penetapan
terminologi kunci berdasarkan PICO:
Selain itu, pikirkan kembali tentang database kunci yang dipilih, apakah ada sumber
informasi lain/tambahan yang kemungkinan mendukung pencarian topik systematic
review.
2) Pikirkan tentang sinonim atau terminologi yang mirip, sinonim, singkatan, pengejaan.
Pastikan juga bahasa inggris yang digunakan karena kemungkinan berbeda. Contoh:
“oesophagus” (UK) versus “esophagus” (US). Berikut contoh beberapa kata kunci
yang dan sinonim yang diidentifikasi.
23
3) Pastikan terminologi index atau subject heading. Sebagai contoh PubMed
menggunakan istilah medical subject heading (MeSH), kosakata terkontrol dari
MEDLINE. Istilah MeSH dikategorikan dalam 16 "pohon" utama (seperti anatomi,
organisme, penyakit, obat-obatan, dan bahan kimia), yang masing-masing
bercabang dari istilah yang paling luas hingga yang paling spesifik.
24
• AND: untuk mengkombinasikan konsep yang bertujuan menghasilkan hasil
yang lebih spesifik.
#1 Dementia [tw] OR Alzheimer [tw] OR Huntington* [tw] OR Kluver [tw] OR Lewy [tw]
OR Dementia [mh] OR Alzheimer disease [mh]
#2 Animal assisted therapy [tw] OR Animal assisted activit* [tiab] OR Animal assisted
intervention* [tiab] OR Animal therapy [tw] OR Pet therapy [tw] OR Dog therapy [tw]
OR Dog assisted therapy [tw] OR Canine assisted therapy [tw] OR Aquarium [tiab]
OR Animal Assisted Therapy [mh] OR Pets [mh] OR Dogs [mh] OR Cats [mh] OR
Birds [mh] OR Bonding, Human-Pet [mh] OR Animals, Domestic [mh]
#3 #1 AND #2
25
Pada contoh diatas, pencarian #1 dan #2 masing-masing menggunakan Boolean
operator OR untuk memperluas pencarian, sehingga semua sinonim atau istilah
yang mirip dicari. Pada umunya ini akan menghasilkan literatur yang sangat banyak,
dapat puluhan ribu, ratusan ribu bahkan jutaan, terganung dengan topik yang kita
pilih. Selanjutnya, kita menggabungkan antara pencarian #1 dan #2 dengan AND,
berarti kita mencari artikel yang fokus pada animal assisted therapy dan dementia,
sehingga hasil pencarian akan mengerucut dan jumlah artikel yang ditemukan akan
lebih spesifik dan sedikit.
5) Belajar untuk memahami teknik yang lebih maju seperti pemotongan (truncation),
wildcard, dan pencarian kedekatan.
- Simbol truncation, mendeteksi berapapun huruf yang mirip dengan kata kunci
dasar yang dicari, dapat menemukan perbedaan akhir kata kunci. Contoh:
econom* akan mendeteksi economy, economics, economical atau contoh lain
Africa* akan mendeteksi Africa, African, Africans, Africaans.
- Simbol wildcard (?), berguna untuk mengganti satu huruf, membantu untuk
mencari alternatif pengejaan lain. Sebagai contoh: behavio?r akan mendeteksi
kata dengan “behavior” atau “behaviour”.
6) Gunakan filter yang tersedia jika dibutuhkan dan sesuai dengan inklusi dan eksklusi.
Sebagai contoh: tahun publikasi, jenis publikasi (misal: hanya yang berbentuk full
text bukan abstrak).
7) Proses pencarian literatur adalah proses yang iterative. Sangat wajar untuk
mengevaluasi proses pencarian, mengulang dan memvalidasi. Disarankan
pencarian dilakukan di satu database terlebih dahulu, setelah pasti dengan
keywords yang akan dipakai maka peneliti bisa mengaplikasikan nya di jenis
database lain agar pekerjaan lebih efisien.
26
8) Simpan hasil pencarian, sehingga jika ingin mengulang pencarian kita tidak
mengetik keywords dari awal. Selain itu ini juga berfungsi untuk memperbarui
secara otomatis jika ada artikel baru yang masuk dalam databases (di periode
pencarian systematic review yang ditentukan).
9) Gunakan feature otomatis yang ada di database untuk meyimpan dan export artikel
terpilih ke software pengorganisasian referensi (seperti Mandeley, EndNote,
Rayyan, Reference Manager dan sebagainya untuk manajemen artikel yang
diambil). Jangan mengunduh artikel satu persatu pada tahap pencarian paling awal,
karena itu akan memakan waktu yang lama, serta akan menjadi sia-sia jika nantinya
tidak sesuai dengan inklusi dan ekslusi kriteria.
10) Dalam proses keseluruhan terdapat aplikasi dalam mendukung systematic reviewer
jika dibutuhkan, seperti: Review Manager, Covidence dan EPPI.
11) Proses pencarian yang dilaporkan harus transparan. Secara umum alur pencarian
dilaporkan dalam PRISMA sedangkan pencarian setiap database menjadi lampiran
atau materi suplemen dari naskah ilmiah yang kita tulis.
27
Selanjutnya, setelah proses penyaringan judul dan abstrak tentu saja jumlah artikel terpilih
akan semakin sedikit dan lebih fokus. Pada saat ini kita dapat mengunduh artikel secara
keseluruhan dan membaca nya secara keseluruhan, biasanya pada tahap ini kita
mendapatkan hasil pencarian yang mirip dengan inklusi dan eksklusi kriteria umum, tetapi
setelah membaca artikel secara penuh kemungkinan ada kriteria eligibilitas yang tidak
sesuai kriteria spesifik kita. Sebagai contoh: populasi, intervensi dan luaran yang ingin kita
kaji sudah sesuai inklusi, tetapi ternyata desain studi nya tidak, sehingga artikel-artikel
tersebut memiliki peluang untuk di keluarkan lagi.
Proses ini juga melibatkan dua pengkaji, tetapi pada proses ini diharapkan reviewer
melakukan kajian pada artikel yang sama dan bila terjadi konflik dalam keputusan
memasukkan/mengeluarkan artikel untuk dilakukan penilaian (critical appraisal), maka
dibutuhkan satu orang untu memberikan masukan, atau melalui konsensus dalam tim
peneliti. Hal ini juga berlaku pada saat melakukan ekstraksi dan critical appraisal pada
artikel terpilih.
Hasil pencarian dan proses pemilihan studi wajib dilaporkan menggunakan (Preferred
Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis) PRISMA 2020.(Page et al.,
2021) Ini merupakan hasil pengembangan dari PRISMA yang biasa dipakai sebelumnya,
yaitu pada tahun 2009. (Moher et al., 2009). Diagram alur PRISMA sebelumnya dapat
dilihat pada bagian Lampiran 1.
28
Gambar 5. Diagram Alur PRISMA 2020 (Page et al., 2021)
29
3) Memiliki kemampuan untuk membandingkan dan menilai artikel yang dikumpulkan,
dalam hal: penggunaan metodologi, kemungkinan bias, cara pelaporan, dan apakah
hasilnya dapat diaplikasikan oleh konteks tertentu atau tidak.
4) Memiliki kesempatan untuk mengkaji lebih dalam terkait relevansi tertentu pada
populasi, intervensi dan desain tertentu, sehingga bermanfaat pada saat kita ingin
menyimpulkan, membuat keputusan/lebijakan, atau melakukan studi baru.
5) Dengan menilai kualitas studi, kita akan paham bagaimana menjalankan dan
melaporkan penelitian dengan baik dan lengkap.
Dalam menilai kualitas studi dari setiap artikel yang didapat, tersedia banyak kuesioner,
daftar tilik (check list) dan panduan penilaian kritis yang dikembangkan dengan khusus
sesuai dengan metodologi dan desain studi. Hal tersebut dimaksudkan agar pada saat
menilai artikel terpilih, panduan/kuesioner dapat membantu pengkaji untuk
mempertimbangkan dan menilai poin-poin penting apa saja yang menentukan kualitas dari
studi. Ini juga membantu penilaian antara artikel yang satu dengan yang lainnya dapat
dibandingkan (tentunya dengan metodologi dan desain yang sama).
30
Berikut beberapa jenis Critical Appraisal Tools (CATs) yang dapat digunakan untuk menilai
kualitas studi (contoh melakukan critical appraisal terdapat pada Lampiran 2.):
Jenis CATs
• CASP Worksheets
• Best Bets Critical Appraisal Worksheets
• JBI Critical Appraisal tools
• Centre For Evidence-Based Medicine Worksheets (CEBM)
• Evidence-Based Medicine Toolbox
• SIGN Critical Appraisal Checklists
• Equator Network for Reporting Guidelines
• AGREE II
• ROBIS-Risk of Bias of Systematic Review
• AMSTAR- Critical Appraisal Tool for Systematic Review
• SURE Systematic Review Critical Appraisal checklist
• Cochrane Risk of Bias tool (2.0)
• Cochrane ROBINS-I tool
• QUADAS-2
• Grading of Recommendations Assessment, Development and Evaluation (GRADE)
31
Dalam menyusun tabel ekstraksi data dapat menggunakan spreadsheet sederhana dari
Microsoft Excel ®.
Di beberapa panduan, ekstraksi data dilakukan sebelum critical appraisal. Langkah ini
tergantung dengan pengkaji, karena memang ekstraksi dapat dilakukan sebelum
mengkritisi atau saat bersamaan dengan membaca literatur atau sesudahnya. Tahap ini
juga dilakukan dengan dua pengkaji (independent reviewer), jika ada ketidakcocokkan atau
konflik terkait data, maka biasanya dapat dibantu oleh reviewer lain atau melalui konsensus.
32
Tahap 8. Sintesa
Sintesa data merupakan tahap dimana informasi yang telah diekstraksi dikombinasikan dan
di evaluasi, sehingga kita dapat membentuk kesimpulan dari keseluruhan artikel yang
diambil. (Higgins et al., 2019) Data yang telah diekstraksi juga harus dinarasikan oleh
pengkaji, sehingga kita dapat melihat karakteristik studi dan penjelasan setiap artikel
dengan lebih dalam. Pada umumnya, tahap ini juga yang akan menggiring kita untuk
menemukan persamaan, perbedaan dan kesenjangan antar studi.
Selanjutnya, sintesa pada systematic review secara umum dilakukan dalam dua sudut
pandang, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Jika menggunakan data dengan kuantitatif maka
dapat menggunakan tabel, diagram atau melakukan meta-analysis jika dibutuhkan. Disisi
lain, jika sintesa yang dilakukan untuk studi kualitatif yang dikumpulkan, maka narasi
deskripsi atau analisis thematic dan konten dapat diaplikasikan.(Centre for Reviews and
Dissemination 2008, 2008)
Salah satu fase akhir dalam proses melakukan systematic review adalah fase pelaporan.
Dalam melaporkan naskah ilmiah, interpretasi temuan dalam mengkaji pustaka membantu
pembaca untuk memahami hasil dari kajian terhadap literatur atau artikel-artikel terpilih. Ini
merupakan tahapan yang sangat dekat dengan proses sintesa.
33
Interprestasi dan diskusi hasil harus memperhatikan hal-hal berikut (Centre for Reviews and
Dissemination 2008, 2008; Yannascoli et al., 2013; Higgins et al., 2019):
• Analisis dari hasil kajian literatur. Menggambarkan kekuatan dari keseluruhan bukti
(body of evidence)
• Kekuatan dan kelemahan (misal: potensi bias) dari kajian/tinjauan yang telah
dilakukan. Jenis-jenis bias dapat dilihat pada lampiran.
• Pernyataan yang menempatkan temuan dalam konteks bukti yang relevan dan
tersedia saat ini, sebagai contoh mendiskusikan dengan systematic review atau
literatur review lainnya yang telah terpublikasi.
• Jika ada yang tidak/belum terjawab pada systematic review yang dilakukan, berikan
pernyataan. Beri pernyataan spesifik jika ada poin-poin yang harus berhati-hati
dalam diberikan makna (caution statement)
Pada tahap ini interpretasi membutuhkan keterampilan untuk menuangkan informasi yang
banyak tersebut secara sistematis dan memberikan keterbaruan pengetahuan bagi
pembaca. Hindari hanya mengutip atau “memindahkan” isi setiap artikel tanpa memberikan
rangkuman atau sintesa yang bermakna. Peneliti harus dapat menginterpretasikan,
mengkombinasikan dan mengevaluasi. Selain itu, hindari plagiarisme, dimana proses
penulisan tinjauan kepustakaan terkadang rentan untuk melakukan plagiat.
Penulis dapat mengikuti standar pelaporan yang terpublikasi seperti PRISMA (Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sehingga proses keseluruhan
yang dilakukan menjadi sistematis dan transparan. (Moher et al., 2009; Page et al., 2021)
34
Tahap 10. Kesimpulan
Dalam menulis kesimpulan, pastikan kita kembali mengkaji tujuan dan pertanyaan
penelitian, karena ini merupakan tahap akhir untuk mengkomununikasikan dengan jelas
apakah pertanyaan review kita sudah terjawab. Selain itu kesimpulan dapat memaparkan
implikasi dari studi (signifikansi) yang dilakukan serta potensi penelitian/kajian dimasa yang
akan datang.
Kesimpulan berisi hasil narasi singkat dari temuan pada systematic review. Dalam praktik
nya penulisan kesimpulan terkadang berdiri sendiri (sesuai kebutuhan studi) atau disertakan
bersamaan dengan saran/rekomendasi. Saran akan lebih terfokus pada kajian literatur kita
(misal: limitasi pada metodologi atau bagaimana systematic review dijalankan). Hindari
terjebak membuat saran yang tidak bisa terkontrol oleh penulis (misal: terkait kekurangan
pada metodologi dari studi individu, jumlah subjek yang minim, luaran yang tidak
terukur/terlaporkan di artikel terpilih dan sebagainya. Setiap artikel terpilih sudah
melaporkan kekuatan dan keterbatasannya dan kita nilai kualitasnya).
Dalam hal penulisan referensi, terdapat berbagai macam metode penulis dapat
menggunakan sesuai kebutuhan apakah dengan gaya Harvard, Vancouver, dan
sebagainya yang tersedia. Hal yang penting dalam penulisan referensi adalah konsistensi
nya, apakah sesuai pedoman universitas (jika mengerjakan tesis disertasi dan sebagainya)
atau mengikuti pedoman tertentu (jurnal, proceeding). Jenis-jenis penulisan sitasi dan
referensi dapat dilihat pada: https://libguides.reading.ac.uk/citing-
references/referencingstyles.
Pada tahap pelaporan, perlu dipahami tentang kontribusi dan urutan penulis, karena pada
umumnya systematic review ditulis dan dipublikasikan oleh banyak peneliti. Urutan penulis
dapat mengikuti standar International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE),
dimana kredit penulisan diputuskan berdasarkan poin-poin kontribusi:
35
3. Persetujuan akhir dari versi artikel yang akan diterbitkan; DAN
Poin-poin penting:
• Systematic review terdiri dari tiga fase penting yaitu: perencanaan, pengerjaan, dan
pelaporan.
• Setiap tahap yang dilewati harus dievaluasi sehingga pekerjaan mengkaji artikel dapat
dilakukan dengan sistematis, transparan dan efisien.
• Membaca contoh publikasi systematic review merupakan langkah awal yang baik untuk
memahami langkah-langkah menggunakan metode dan melakukan pelaporan.
36
BAGIAN 4
CONTOH STUDI MENGGUNAKAN SYSTEMATIC REVIEW
37
Tabel 12. Substansi dari Contoh Systematic Review (1)
Substansi Deskripsi
Tujuan/pertanyaan review • Mengevaluasi dampak intervensi kebersihan tangan dalam mencegah
penularan virus influenza di lingkungan komunitas
Sumber Pencarian EMBASE (1974 to November 2013), Cochrane Library databases, the
Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL)
Strategi Pencarian #1: ‘hand hygiene’ OR ‘hand washing’ OR ‘hand- washing’ OR ‘hand-wash’ OR
‘hand sanitizers’ OR ‘hand sanitizer’ OR ‘hand rub’
#3: #1 AND #2
Hasil dan Penilaian Kulitas • 10 artikel/studi RCT dinarasikan secara kualitatif, lalu dilakukan meta-
Studi analisis.
38
4.2 Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)
Contoh systematic review terkait peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit
39
Tabel 13. Substansi dari Contoh Systematic Review (2)
Substansi Deskripsi
Tujuan/pertanyaan review • Untuk menilai penelitian yang menjawab pertanyaan tentang kinerja
yang lebih luas, dan untuk menghasilkan gambaran yang kaya
tentang faktor-faktor yang terkait dengan kinerja tinggi di rumah sakit.
Tujuan khusus:
Eksklusi:
Strategi Pencarian 1. ((hospital* adj6 rank) or (hospital* adj6 perform*) or (hospital* adj6
benchmark*) or (hospital* adj6
standard*) or (hospital* adj6 score*) or (hospital* adj6 balanced scorecard*) or
(hospital* adj6 excellence) or
(high* adj6 rank*) or (hospital* adj6 low*) or (hospital* adj6 high*)).tw.
2. health care surveys/ or interviews as topic/ or focus groups/ or
questionnaires/ or self report/
3. case stud*.mp.
4. field notes.mp.
5. (perception* or belief*).tw.
6. (health surve* or interview* or focus group*).tw.
7. qualitative research/
8. (qualitative study* or ethnograph*).tw.
9. 2 or 3 or 4 or 5 or 6 or 7 or 8
10. 1 and 9
40
11. "high-perform*".tw.
12. "low-perform*".tw.
13. "top-perform*".tw.
14. "bottom-perform*".tw.
15. ((organisation* adj6 high*) or (organisation* adj6 low*) or (organization*
adj6 high*) or (organization* adj6
low*)).tw.
16. ((organisation* adj6 top*) or (organisation* adj6 bottom*) or (organization*
adj6 top*) or (organization* adj6
bottom*)).tw.
17. 1 or 11 or 12 or 13 or 14 or 15 or 16
18. 9 and 17
19. health*.mp.
20. 18 and 19
21. limit 20 to (english language and yr="2000 -Current")
22. A qualitative assessment of practices associated with shorter door-to-
needle time for thrombolytic therapy
in acute ischemic stroke.m_titl.
23. What distinguishes top-performing hospitals in acute myocardial infarction
mortality rates? A qualitative
study.m_titl.
24. (Cultural characteristics of 'high' and 'low' performing hospitals).m_titl.
25. (Organizational factors associated with high performance in quality and
safety in academic medical
centers).m_titl.
26. (Organizational characteristics of high- and low-performing anticoagulation
clinics in the Veterans Health
Administration).m_titl.
27. limit 18 to (english language and yr="2000 -Current")
28. 22 and 27
29. 23 and 27
30. 24 and 27
31. 25 and 27
32. 26 and 27
Hasil dan Penilaian Kulitas • 19 artikel terkumpul
Studi
• Data di sintesa secara kualitatif, beberapa informasi terkait kuantitatif
di tabulasi oleh penulis (pengelompokan karakteristik studi, risiko bias,
jumlah sampel RS)
41
4.3 Ekonomi Kesehatan
Contoh systematic review terkait evaluasi ekonomi vaksin HPV. (Fesenfeld, Hutubessy and
Jit, 2013)
Substansi Deskripsi
Tujuan/pertanyaan review • Mengkaji literatur terkait efektivitas biaya pada vaksinasi HPV di
negara berpendapatan menengah kebawah (LMICs)
Inklusi dan Eksklusi Kriteria • Hanya penelitian evaluasi ekonomi orisinil, bukan review.
42
Sumber Pencarian PubMed, Embase and the Cochrane Library
OR
43
BAGIAN 5
INTERPRETASI DASAR META-ANALYSIS
5.1 Meta-Analysis
Bagian ini terbatas menjelaskan tentang dasar-dasar menginterpretasikan meta-analysis.
Dalam praktik nya, systematic review dapat berdiri sendiri atau dengan melakukan sintesa
kuantitatif seperti meta-analisis, tergantung kebutuhan dari tujuan kajian literatur yang
dibangun.
44
Ada beberapa keuntungan melakukan meta-analisis (Munn et al., 2018):
• Meningkatkan kekuatan (statistical power) sebagai uji statistik, dibandingkan
metode lain yang lebih sederhana.
• Presisi yang lebih besar (sebagaimana tercermin dalam ukuran efek keseluruhan
(pooling estimate) dan interval kepercayaan (confidence interval) yang lebih kecil,
menunjukkan perkiraan yang lebih tepat).
• Kemampuan untuk menimbang informasi dari studi sesuai dengan jumlah dan
signifikansi informasi yang mereka sumbangkan untuk analisis secara keseluruhan.
• Kemampuan untuk menyelidiki perbedaan antara studi dan kelompok studi dan
menyelidiki klaim/temuan yang saling bertentangan.
45
• Study authors: memberikan informasi tentang penulis studi (dapat juga nama
studi/trial) beserta tahunnya.
• Weight: Merupakan pembobotan pada setiap studi, ini dipengaruhi oleh jumlah
sampel, serta pilihan model fixed dan random effect.
• Effect size: Dalam ilustrasi diatas menggunakan Risk Ratio (RR). Tetapi ini
tergantung dari tujuan kalkulasi, dapat menggunakan odds ratio, hazard ratio dan
sebagainya. Terdiri dari nilai RR dan interval kepercayaan (CI)
• Point estimate, confidence interval: Setiap studi memiliki nilai dan CI (dalam hal ini
RR). Ini juga direpresentasikan dengan gambar (box plot) di bagian kanan gambar.
Bentuk kotak/persegi melambangkan point estimate (persegi kecil menggambarkan
bobot yang lebih sedikit). Sehingga box yang besar biasanya memiliki CI yang lebih
pendek, dikarenakan sampel dan bobot yang lebih besar (inverse variance).
• Summary result (diamond): Ini merupakan hasil akhir dari meta-analisis, hasil
gabungan dari seluruh poin estimate (yang tentunya telah dibobot), RR: 1,49, 95%
CI (1.07-2,09).
46
Berikut merupakan ilustrasi forest plot pada studi yang mengkaji efek dari perubahan gaya
hidup terhadap risiko mengidap diabetes tipe dua. (Uusitupa et al., 2019)
Gambar 10. Forest Plot dari RCT (Efek Intervensi Perubahan Gaya Hidup pada Risiko
Diabetes Tipe 2)
Pada gambar tersebut diatas, hasil meta-analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: Dalam
tujuh uji coba yang melibatkan total 4090 individu, intervensi gaya hidup secara signifikan
menurunkan risiko diabetes tipe 2 dibandingkan dengan kelompok kontrol (RR = 0,53 (95%
CI: 0,41, 0,67), p <0,001), dengan bukti signifikan heterogenitas antar studi (I2 = 63%, p =
0,01).
Dalam beberapa studi meta-analisis biasanya akan dibahas lebih dalam terkait asumsi,
kekuatan, dan keterbatasan hasil dari meta-analisis itu sendiri (misal pemilihan model
statistik, heterogenitas, analisis subgroup). Pembaca pada panduan ini juga diharapkan
untuk mempelajari lebih lanjut tentang konsep dan langkah melakukan meta-analisis jika
memang ini dijadikan bagian dari metode yang diambil dalam menyusun naskah ilmiah.
Panduan ini dibatasi hanya pada bagaimana cara membaca forest plot dan informasi kunci
di dalam nya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jundi, A. and Sakka, S. (2017) “Critical appraisal of clinical research,” Journal of Clinical
and Diagnostic Research, 11(5), pp. JE01–JE05. doi:
10.7860/JCDR/2017/26047.9942.
Aromataris, E. and Riitano, D. (2014) “Constructing a search strategy and searching for
evidence,” American Journal of Nursing, 114(5), pp. 49–56. doi:
10.1097/01.NAJ.0000446779.99522.f6.
Atkinson, L. Z. and Cipriani, A. (2018) “How to carry out a literature search for a systematic
review: a practical guide,” BJPsych Advances, 24(2), pp. 74–82. doi:
10.1192/bja.2017.3.
Bruette, V. and Fitzig, C. (1993) “The literature review.,” The Journal of the New York State
Nurses" Association, 24(1), pp. 14–15. doi: 10.4324/9781351156127-9.
Centre for Reviews and Dissemination 2008 (2008) Systematic Reviews CRD’s guidance for
undertaking reviews in health care. CRD, University of York.
Clarke, J. (2011) “What is a systematic review,” Evidence-Based Nursing, 14(3), p. 64. doi:
10.1136/ebn.2011.0049.
Cronin, P., Ryan, F. and Coughlan, M. (2008) “Undertaking a literature review: a step-by-
step approach.,” British journal of nursing (Mark Allen Publishing), 17(1), pp. 38–43.
doi: 10.12968/bjon.2008.17.1.28059.
48
and associated methodologies,” Health Information and Libraries Journal, 26(2), pp.
91–108. doi: 10.1111/j.1471-1842.2009.00848.x.
Hart, C. (1998) “The literature review in research: Releasing the social science
imagination,” Doing a Literature Review, pp. 1–25. Available at:
http://www.sjsu.edu/people/marco.meniketti/courses/ARM/s0/Literature-review-
Hart.pdf.
Higgins et al. (2019) Cochrane handbook for systematic reviews of interventions. John
Wiley & Sons.
Khan, K. et al. (2011) “Systematic reviews to support evidence based medicine". CRC
Press.
Khan, K. S. et al. (2003a) “Five Steps to Conducting a Systematic Review,” Journal of the
Royal Society of Medicine, 96(3), pp. 118–121. doi: 10.1177/014107680309600304.
Moher, D. et al. (2009) “Preferred reporting items for systematic reviews and meta-
analyses: The PRISMA statement,” PLoS Medicine, 6(7). doi:
10.1371/journal.pmed.1000097.
Munn, Z. et al. (2018) “Systematic review or scoping review? Guidance for authors when
choosing between a systematic or scoping review approach,” BMC Medical Research
Methodology. BMC Medical Research Methodology, 18(1), pp. 1–7. doi:
10.1186/s12874-018-0611-x.
Murad, M. H. et al. (2016) “New evidence pyramid,” Evidence-Based Medicine, 21(4), pp.
125–127. doi: 10.1136/ebmed-2016-110401.
Page, M. J. et al. (2021) “The PRISMA 2020 statement: An updated guideline for reporting
systematic reviews,” The BMJ, 372. doi: 10.1136/bmj.n71.
49
Pai Madhukar, McCulloch Michael, Gorman Jeniffer D, Pai Nitika, Enanoria Wayne,
Kennedy Gail, Tharyan Prathap, M. C. J. (2004) “Systematic reviews and meta-
analyses: An illustrated, step-by-step guide,” The National Medical Journal of India,
17(2), pp. 86–95.
Regatieri, C. V., Alves, A. V. and Rocha, E. M. (2019) “Medical acumen and scientific
approach meet the FINER method,” Arquivos Brasileiros de Oftalmologia, 82(4), pp. v–
vi. doi: 10.5935/0004-2749.20190069.
Sucharew, H. and Macaluso, M. (2019) “Methods for research evidence synthesis: The
scoping review approach,” Journal of Hospital Medicine, 14(7), pp. 416–418. doi:
10.12788/jhm.3248.
Tranfield, D., Denyer, D. and Smart, P. (2003) “Towards a Methodology for Developing
Evidence-Informed Management Knowledge by Means of Systematic Review*
Introduction: the need for an evidence- informed approach,” British Journal of
Management, 14, pp. 207–222.
Wong, V. W. Y., Cowling, B. J. and Aiello, A. E. (2014) “Hand hygiene and risk of influenza
virus infections in the community: A systematic review and meta-analysis,”
Epidemiology and Infection, 142(5), pp. 922–932. doi: 10.1017/S095026881400003X.
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 2. Contoh melakukan Critical Appraisal (menggunakan CASP)
Sumber: https://www.slideshare.net/NCCMT/critical-appraisal-skills-programme-casp-cohort-study-
checklist-worksheet-sample-answers-november-23-2017-webinar?from_action=save
52
53
54
55
56
Lampiran 3. PRISMA Checklist 2020
57
Lampiran 4. Jenis-jenis Potensi Bias Pelaporan Pada Saat Melakukan Systematic Review
58
View publication stats