Anda di halaman 1dari 25

APLIKASI PERSAMAAN LAPLACE DAN INVERS TRANSFORMASI

LAPLACE DALAM FISIKA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Fisika Matematika

Dosen Pengampu: Dr. Warsono, M.Si

Disusun Oleh:
M. Ridwansyah 21326251061
Aida Nur Azki Utami 21326251062
Janariani 2226251040

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah


memberikan rahmat, nikmat, ridho, serta petunjuk-Nya sehingga makalah yang
berjudul ”Aplikasi Transformasi Laplace dan Invers Transformasi Laplace
dalam Fisika” dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tercurahkan
kepada baginda nabi besar sayyidina Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya, dan kita sebagai umatnya. Makalah ini kami susun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Matematika, bertujuan untuk
memberikan gambaran aplikasi laplace dalam penggunaannya di bidang fisika.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Kami sampaikan terima kasih kepada Dr.
Warsono, S.Pd., M.Si yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Yogyakarta, 14 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah1

1.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II KAJIAN TEORI 2

2.1 Persamaan Laplace 2

2.2 Invers Persamaan Laplace4

2.3 Sifat-sifat Persamaan Laplace 4

2.4 Aplikasi Persamaan Laplace 15

BAB III PENUTUP 21

3.1 Kesimpulan 21

3.2 Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika matematika membahas mengenai perumusan proses aplikasi fisika
dalam pernyataan matematis. Sehingga pada penerapannya akan mengembangkan
ilmu-ilmu matematika dalam menjelaskan sebuah prinsip kerja dan penerapannya.
Salah satu topik bahasan pada fisika matematika ialah transformasi Laplace.
Transformasi Laplace dapat ditemukan penerapannya di bidang fisika seperti
pada materi mekanika pegas, pemrosesan sinyal dan bagian ilmu lain. Teori ini
berisi deskripsi mtematika dalam fungsi sederhana yang memiliki ciri adanya
masukan atau keluaran sistem. Pada kajian penyederhanaan menggunakan
tranformasi Laplace, akan menganalisis sistem dan membuat sistem baru yang
berisi kumpulan spefikasi solusi dari sebuah permasalaha.
Pada makalah ini akan membahas mengenai penggunaan transformasi Laplace
untuk menyelesaikan persamaan differensial dan beberapa aplikasi dari
penggunaan tranformasi Laplace pada kajian fisika.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apakah yang dimaksud dengan transformasi Laplace?
2. Bagaimana bentuk invers transformasi Laplace?
3. Apa saja sifat-sifat transformasi Laplace?
4. Apa saja aplikasi transformasi Laplace dalam fisika?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini:
1. Mengetahui pengertian transformasi Laplace
2. Mengetahui bentuk invers transformasi Laplace
3. Mengetahui sifat-sifat transformasi Laplace
4. Mengetahui aplikasi transformasi Laplace dalam fisika
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Persamaan Laplace
Transformasi Laplace adalah teknik dalam menyederhanakan
permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran. Pada
kajian kali ini akan membahas transformasi Laplace dalam menyelesaikan
persamaan differensial. Transformasi Laplace dapat digunakan untuk mereduksi
persamaan differensial ke suatu masalah aljabar. Selanjutnya akan diaplikasikan
transformasi Laplace invers untuk mendapatkan kembali penyelesaian dari
masalah aslinya.
Berikut adalah ilustrasi penggunaan transformasi Laplace.

Transformasi Laplace digunakan untuk mengubah fungsi f (t) yang berada


dalam kawasan waktu ke kawasan lain, misal p atau s. Solusi didapat dengan
mengubah persamaan differensial (yang merupakan fungsi waktu) dengan
menggunakan transformasi Laplace, yang selanjutnya akan dilakukan invers
transformasi Laplace. Sehingga akan menghasilkan solusi dari permasalahan
dalam kawasan waktu.
Suatu fungsi dikatakan kontinu sepotong-potong pada suatu interval, jika
interval tersebut dapat dipecah menjadi subinterval berhingga, sehingga fungsi
kontinu pada setiap subinterval terbuka dan mempunyai limit kiri dan limit kanan
yang berhingga pada etiap titik akhir dari setiap subinterval.
Transformasi Laplace yang akan dibahas ialah operasi transformasi
integral pada fungsi f yang hilang untuk nilai negatif variabel: f (t)=0 untuk
semua t <0 (tidak ada kontinuitas pada 0 yang dikenakan). Contohnya adalah
fungsi t → H (t) cos t .
Untuk beberapa kasus mengenai transformasi Laplace, faktor faktor H (t)
sering dihilangkan, sehingga fungs t → cos t , diam-diam mengasumsikan bahwa
definisi ini terbatas pada nilai positif dari t .
A. Definisi 1
Diketahui f (t) adalah fungsi integral lokal bernilai riil atau
kompleks yang didefinisikan untuk nilai riil t . Transformasi Laplace
(sepihak) dari f (t) adalah fungsi kompleks dari variabel kompleks p
dinotasikan ^f ( p) (atau F (p) ) yang didefinisikan oleh:
+∞
^f (p)≝ ∫ f ( t ) e− pt dt
0

Sedangkan fungsi ^f sendiri disebut transformasi Laplace,


operasinya f → ^f harus disebut transformasi Laplace.
B. Definisi 2
Diketahui f adalah fungsi yang dapat diintegralkan secara lokal
pada R . Bilateral Transformasi Laplace dari f adalah fungsi:
+∞
P → ∫ f (t ) e
−pt
dt
−∞

Sifatnya sama dengan sifat transformasi unilateral, dengan varian


yang pembaca dapat dengan mudah memperoleh sendiri.
Transformasi Laplace bilateral dari H (t) f (t) hanyalah bentuk
trans Laplace dari fungsi f (t).
Jika f adalah fungsi nol untuk t <0 yang memiliki transformasi
Fourier.

^f ( iω ) = ^f
( 2ωπ ) dengan ω∈ R

Transformasi Laplace merupakan perluasan dari konsep


transformasi Fourier. Yakni, ^f ( x+ iω) adalah, sampai dengan perubahan
variable ω=2 πν , Transformasi Fourier darit → f (t)e−xt dievaluasi pada
ω /2 π .
C. Contoh
Pertimbangkan fungsi Heaviside. Transformasi Laplacenya
diberikan oleh:
+∞
1 −pt +∞
H (p)= ∫ H ( t ) e dt= [ e ]0
^ −pt

0 p
sehingga didapatkan bahwa absis konvergensi dari H sama dengan
0, dan untuk semua p ∈C sehingga ℜ( p)>0 , memiliki ^
H ( p)=1/ p.
Domain di mana ^
H didefinisikan berupa setengah bidang terbuka.
Perhatikan apabila fungsi ^
H diperluas ke sumbu imajiner (kecuali
titik asal) oleh mendefinisikan, untuk sembarang ω, H(iω)=1/iω,
diperoleh fungsi yang “dekat” dengan Transformasi Fourier dari H , yang
terakhir sama dengan:

^ 1 δ
H ( v )= pv +
2 iπv 2
yang sama dengan pv (1/2iπν ) pada R¿.

2.2 Invers Persamaan Laplace


Proses menemukan rumus invers untuk transformasi Laplace
menggunakan pengetahuan pada rumus inversi Fourier. Jika F(p) adalah
transformasi Laplace dengan fungsi f (t), maka untuk setiap x > α ,
+∞
F ( x +2iπν )= ∫ H ( t ) f ( t ) e
−xt −2 iπν t
e dt
−∞

yang menunjukkan bahwa, untuk x tetap, fungsi v → F(x + 2iπν) adalah


transformasi Fourier H(t) f(t) e− xt . Rumus invers Fourier mengarah, ketika t adalah
a titik di mana H(t) f(t) kontinu.
+∞

H(t) e− xt f(t) = ∫ F(x + 2iπν) e 2 iπν tdv


−∞

Sehingga bisa dinyatakan p = x + 2iπν dan D x adalah garis vertikal


D x ≝ {x + iω ; ω ∈ ℝ} (Bromwich contour).
Misalkan f adalah orisinal dan F transformasi Laplace-nya. Maka untuk
bagian absis konvergensi akan dibiarkan. Sehingga, pada setiap titik di mana f
berkelanjutan akan memiliki:
x 0+i ∞
1
f (t) =
2iπ ∫ F(p) e pt dp untuk setiap x 0 > α
x0−i ∞
2.3 Sifat-sifat Persamaan Laplace
A. Sifat-sifat Transformasi Laplace
Transformasi Laplace suatu fungsi mempunyai beberapa sifat, sifat-sifat
tersebut antara lain:
a) Sifat linear

Jika c 1 dan c 2 adalah sebarang konstanta, sedangkan F1 (t ) dan F2 (t )


adalah fungsi-fungsi dengan transformasi-transformasi Laplace

masing-masing f 1 (s) dan f 2 (s) , maka:


L{c 1 F1 (t )+ c 2 F2 (t )}=c 1 f 1 ( s )+c 2 f (s )
Bukti:

L{c 1 F(t )+c 2 F 2 (t )}=∫ e−st {c 1 F1 (t )+c 2 F 2 (t )}dt
0
∞ ∞
=∫ e c 1 F1 (t )dt+∫ e−st c 1 F 2(t )dt
− st

0 0
p ∞
=c 1 ∫ e −st
F1 (t )dt+c 2 ∫ e− st F 2 (t )dt
0 0

=c 1 f 1 ( s )+c 2 f 2 (s )

1. L{5 t−3}=L{5 t−3 a}=L {5 t }−L{3}


=5 L {t }−3L {1}
1 1
=5 −3
s 2 s
5 3
= 2−
s s

2. L{6 sin 2 t−5 cos2t }=L{6 sin 2 t}−L {5 cos2 t }


=6 L {sin 2 t}−5 L {cos2t }
2 s
=6 2
−5 2
s +4 s +4
12−5 s
=
s 2 +4
2 2 4 2
3. L{(t +1 ) }=L{t +2t +1}
=L {t 4 }+L {2t 2 }+L{1}
=L {t 4 }+2 L {t 2 }+L{1}

=
s
4!
4 +1
2!
+2 2+1 +
s
1
s ( )
24 4 1
= + +
s5 s3 s
5t 2
4. L{4 e +6 t −3 sin 4 t+2 cos2 t}
5t 2
=L {4 e }+L{6 t }−L{3 sin 4 t }+L {2cos 2t }
=4 L { e5 t } +6 L { t2 }−3 L { sin 4 t } +2 L { cos 2 t }
1 2 4 s
=4 +6 3 −3 2 + 2 2
s−5 s s +4 s +4
4 12 12 2s
= + 3− 2 + 2
s−5 s s + 16 s + 4
b) Sifat translasi atau pergeseran pertama
2t
Jika L{F(t )}=f (s) maka L {e F(t )}=f (s−a)
Bukti

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt=f ( s )
Karena 0 , maka

L{e F (t )}=∫ e−st e at F (t )dt
at

0

=∫ e
−(s−a)t
F(t )dt
0

=f (s−a)
Contoh:
−3t
1. Tentukan L{e F(t )} jika L {F (t )}=f ( s)
at
Menurut sifat 2 di atas, L{e F (t )}=f (s−a)
−3t
Maka L{e F(t )}=f ( s−(−3 ) )

=f (s+3 )
2. Tentukan
L{e 2t F (t )}, jika L{F(t )}=f ( as )
at
Menurut sifat 2 di atas, L{e F (t )}=f (s−a)

Karena
L{F(t )}=f ( as ), maka L {e 2t
F(t )}=f ( s−2a )
=f ( − )
s 2
a a
s
L{e−t F (t )} jika L {cos 2 t}= 2
3. Tentukan s +4
s
L {cos 2 t}= 2
Karena s +4 maka menurut sifat translasi
pertama
L{e−t F (t )} =f (s+1)
s+1
L{e−t F (t )} =
(s +1)2 +4
s+ 1
= 2
s +2 s+5
−2t
4. Tentukan L{e (3 cos6 t−5sin 6t )}
Me6nurut sifat linear,

−2t −2 t −2 t
L{e (3 cos 6 t−5 sin 6 t )}=L {e (3 cos 6 t )}−L {e (5 sin 6 t )}
−2t
=3 L {¿ −2 t cos6 t }−5 L{e sin 6 t} }
s 6
L{cos 6 t } = 2
dan L {sin 6 t }= 2
Karena s +36 s +36
maka menurut sifat translasi
3 L{¿ −2t cos6t}=3f ( s+2)
( s+2 )
=3
( s+2 )2 +36 ,
dan
6
5 L{¿ −2t sin 6t}=5
(s+2)2 +36
sehingga
( s+2 ) 6
L{e−2t (3 cos 6 t−5 sin 6 t )}=3 2
−5
L{e (s +2) +36 (s+2)2 +36
3 s−24
= 2
s + 4 s+ 40

c) Sifat translasi atau pergeseran kedua

Jika L{F(t )}=f (s) dan


G(t)=¿ {F (t−a),untuk t>a¿¿¿
maka
−as
L{G(t )}=e f (s)
Bukti

L{(G(t )}=∫ e−st G(t )dt
0
a ∞
=∫ e− st G(t )dt+∫ e−st G(t )dt
0 a
a ∞
=∫ e− st (0 )dt+∫ e−st F (t−a )dt
0 a

=∫ e− st F(t−a)dt
a

Misal u = t-a maka t = u+a dan du = dt, sehingga


∞ ∞
∫e −st
F(t−a)dt=∫ e
−s (u+a )
F(u)du
a 0

=e−as∫ e−su F(u)du
0
−as
=e f ( s)
Contoh

Carilah L{F(t )} jika


2π 2π
F(t)=¿ cos(t− ),t> ¿ ¿¿¿
3 3 {
Menurut definisi transformasi Laplace

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt
0
2 π /3 ∞
= ∫ e−st (0)dt + ∫ e− st cos(t−2 π /3 )dt
0 2 π /3

=∫ e
− s(u+2 π /3)
cosudu
0

=e −2 πs /3
∫ e−su cosudu
0
−2 πs/ 3
se
=
s 2 +1
d) Sifat pengubahan skala

Jika L{F(t )}=f (s ) maka


1 s
L{F( at )}= f
a a ()
Bukti
Karena

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt
0

maka

L{F( at )}=∫ e−st F (at )dt
0

du
u=at maka du=adt sehingga dt =
Misal a

Menurut definisi
L¿ ¿
∞ −u s
=∫ e
a ( ) F(u ) du
0
a

1 −( a ) u
s

= ∫e F (u )du
a
1 s
= f
a a ()
Contoh:
6
L{F(t )}= =f (s )
1. Jika ( s+2 )3
1 s
L{F(3 t )}= f ( )
maka 3 3
6
=
( )
3
s
3 +2
3
6.9
=
( s+6 )3

e) Transformasi Laplace dari turunan-turunan

Jika L{F(t )}=f (s) maka L{F '(t )}=sf ( s)−F (0)

L{F(t )}=∫ e− st F (t )dt=f ( s)
Karena Karena 0 , maka

L{F '(t )}=∫ e−st F ' (t )dt
0

=∫ e− st dF (t )
0

( )
∞ p
= e F(t )−∫ F (t )d(e )
−st −st

0 0

=−F (0)+s ∫ e− st F (t )dt
0

=sf ( s)−F( 0)

Jika L{F '(t )}=sf ( s)−F (0) maka


2
L{F ''(t )}=s f (s )−sF (0 )−F ' (s)
Bukti

L{F'' (t)}=∫ e−st F \( t \) ital dt} } {¿¿
0

=∫ e− st d( F' (t ))
0

( )

= e F '(t )−∫ F '(t )d (e−st )
−st

( )

= e F '(t )+s ∫ F '(t )e−st dt
−st

=( e−st F ' (t )+s(sf (s)−F (0 )) )

=s2 f ( s)−sF (0 )−F ' (0 )


Dengan cara yang sama diperoleh

L{F '''(t )}=∫ e−st F '''(t )dt
0

=∫ e− st d( F ''(t ))
0

( )

= e F ''(t )−∫ F ''(t )d (e−st )
−st

( )

= e F ''(t )+s ∫ e−st F ''(t )dt
−st

( )

=e− st F ''(t )+s e−st F ' (t )−∫ F ' (t )d( e−st )
0
3 2
=s f ( s)−s F (0)−sF '(0 )−F ''( 0)

Akhirnya dengan menggunakan induksi matematika


dapat ditunjukkan bahwa, jika
L{F(t )}=f (s)
maka

L{F( n)(t )}=sf ( s)−sn−1 F (0 )−sn−2 F '(0 )−. . .−sF( n−2) (0)−F ( n−1)( 0)
f) Tansformasi Laplace dari integral-integral

{ }
t
f ( s)
L ∫ F(u )du = s
Jika L{F(t )}=f (s) maka 0
Bukti:
t
G(t )=∫ F (u)du
Misal 0 maka G' (t )=F (t ) dan G(0)=0
Dengan mentransformasikan Laplace pada kedua pihak, diperoleh:
L{G' (t )}=L{F(t )}
⇔ sL{G(t )}−G{0}=f ( s)
⇔ sL{G(t )}=f (s )
f ( s)
⇔ L {G(t )}=
s

{ }
t
f ( s)
L ∫ F(u ) du = s
Jadi diperoleh 0

Contoh

{ }
t
sin u
L ∫ u
du
1. Carilah 0

sin t
F(t )=
Misal t
1
L{F(t )}=arctan
Maka s
Sehingga menurut sifat transformasi di atas

{ }
t
sin u f (s) 1 1
L ∫ u
du =
s
= arctan
s s
0

{ }
t
sin u 1 1
L ∫ u
du = arctan
s s
2. Buktikan 0

t
sin u
F(t )=∫ du maka F (0 )=0
Bukti:Misal 0 u

sin t
F '(t )=
t dan tF '(t )=sint
Dengan mengambil transformasi Laplace kedua bagian
1
L{tF ' (t )}=L {sin t }= 2
s +1
d 1
⇔ sf ( s )=− 2
ds s +1

1
⇔ sf (s)=−∫ 2
ds
s +1
⇔ sf (s )=−arctan s+C
Lim sf ( s )=lim F (t )=F( 0 )=0
Menurut teorema harga awal, s→∞ t→0

π
c=
Sehingga diperoleh 2 .
1 1
sf (s)= arctan
Jadi s s

{ }
ln ( s2 +1 )

cosu
L∫ du =
t u 2s
3. Buktikan
Bukti:

cosu
F(t )=∫ du F '(t )=−
cos t
Misal t u maka t atau
t {F '(t )}=−cos t
L{tF '(t )}=L {−cos t}

(−1 )
d
ds
s
( sf ( s)−F(0 ) )=− 2 atau
s +1
d
ds
sf ( s )= 2 ( )
s
s +1
s
sf (s )=∫ 2
ds
s +1
1
= ln ( s2 +1 ) +c
2
lim sf ( s )=lim F (t )=0 ,
s→ 0 t→ 0
Menurut teorema harga akhir, sehingga
c = 0.
2
1 ln (s +1 )
sf ( s )= ln ( s 2 +1 ) +0 f (s )=
Jadi 2 atau 2s
n
g) Perkalian dengan t

Jika L{F(t )}=f (s) maka


L¿ ¿
Bukti.

f (s)=∫ e− st F (t )dt
Karena 0 maka menurut aturan Leibnitz untuk
menurunkan dibawah tanda integral, diperoleh:

( )

df d
ds
=f '( s)=
ds
∫ e−st F (t )dt
0

=∫ ∂ e−st F(t )dt
0 ∂s

=∫−te −st F(t )dt
0

=−∫ e−st {tF(t )}dt
0

=−L {tF (t )}
df
L{tF (t )}=− =−f ' (s )
Jadi ds
Contoh

1. Tentukan L{t sin at }


Jawab
a
L{sin at }=
s +a2 , maka menurut sifat perkalian dari pangkat
2

n
t diperoleh
d n f (s )
L{tF (t )}=(−1 )n
dsn , sehing

L{t sin at }=(−1)


d
( a
ds s 2 + a2 )
2 as
=
( s + a2 )2
2

2
2. Tentukan L{t cosat }

Menurut sifat di atas,


L{t 2 cos at }=(−1)2
d2
( s
ds s + a2
2 2 )
=
(
d a2 −s2
ds ( s 2 +a2 )2 )
3 2
2 s −6 a s
= 2 23
(s +a )
h) Sifat pembagian oleh t

Jika L{F(t )}=f (s) maka


L
F (t ) ∞
t
=∫ f (u )du
0
{ }
Bukti:
F(t )
G(t )=
Misal t maka F(t )=tG(t )
Dengan menggunakan definisi transformasi Laplace untuk kedua
bagian, maka diperoleh bentuk
d dg
L{F(t )}=L {tG (t )} atau f (s)=− L {G(t )} f (s )=−
ds atau ds
Selanjutnya dengan mengintegralkan diperoleh
dg
∫ f (s)=∫ − ds
.
s
g(s)=−∫ f (u)du


=∫ f (u)du
s

{ }

F (t )
L =∫ f (u )du
Jadi
t 0

2.4 Aplikasi Persamaan Laplace Bidang Fisika


A. Aplikasi Transformasi Laplace Pada persamaan diferensial
Transformasi Laplace juga dapat digunakan untuk menentukan
selesaian persamaan diferensial dengan koefien variable. Khususnya
n (n)
persamaan diferensial yang berbentuk x Y ( x) sehingga transformasi

Laplace diperoleh
m dm
(n )
ds {
L { x Y ( x )}= (−1) m L {Y (n )( x ) } m
}
Hal ini sesuai dengan sifat transformasi Laplace
n dn ( n)
L{t n F(t )}=(−1 ) n
f ( s )=(−1 ) f ( s )
Jika L{F(t )}=f (s) maka ds
Untuk jelasnya perhatikan beberapa contoh berikut
Tentukan selesaian persamaan diferensial
1) xY ''+2Y '+xY =0 dengan Y(0) = 1 dan Y( π )= 0
Jawab
Dengan transformasi Laplace pada masing-masing bagian persamaan
diperoleh:
L¿ ¿
⇔ L ¿¿
d 2 d
⇔(−1 )1
ds
{ s y−sY (0)−Y ' (0 ) }+2(sy−Y (0 ))+(−1)1 ( y )=0
ds
d 2
⇔−1 { s y −s−1 }+2( sy−1 )+(−1)1 d ( y )=0
ds ds

{
⇔− 2 sy +s 2
dy
ds } dy
−1−0 +2( sy−1)+(−1 ) =0
ds
2
⇔−2sy−s y ' +1+2sy−2− y '=0
⇔−( s2 +1) y '=1
1
⇔ y '=−
(s 2 +1)
1
y=−∫ 2
ds=−arctan s +C
Diperoleh ( s +1)
π
c=
Karena y →0 bila s → ∞ kita dapatkan 2 , sehingga
π 1
y= −arctan s=arctan
2 s

Akhirnya didapat
{
Y =L arctan
s }
1 sin t
=
t , hal ini memenuhi Y( π ) =0

2) Y ''−xY '+Y =1 , dengan Y(0) = 1 dan Y’(0) = 2


Jawab
Dengan transformasi Laplace pada masing-masing bagian persamaan
diperoleh:
L¿ ¿
⇔ L ¿¿
d 1
⇔ { s 2 y−sY (0 )−Y '(0 ) }−(−1 )1 {sy−Y (0 )}+ y =
ds s
d
⇔ { s2 y −s . 1−2 }+ (sy −1)+ y=0
ds
1
 
 s 2 y  s  2  ( y  sy ' )  y ' 
s
1
 sy '( s 2  1) y  s  2 
s
Persamaan di atas merupakan persamaan difererensial liner tingkat satu
derajat satu dan dapat diubah menjadi:

⇔ y '+ s+( 1s ) y =1+ 2s + s1 2

∫( s+ 1 )ds 12 s 2+2 ln s 2 1 s2
Faktor integral persamaan di atas adal e =e =s e 2

( )
1 2

( )
2 s
d 2 2s 2 1 2
s e y = 1+ + 2 s e 2
ds s s
Maka
s s2
1 2 1
y= e y ∫ ( 1+ + 2 ) s 2 e 2 ds
Sehingga s s s
s2
1 2 c
= + 2+ 2 e2
s s s

Akhirnya diperoleh y=1+2 t


B. Aplikasi Transformasi Laplace pada mekanika
Sebuah massa m yang terikat pada sebuah ujung pegas yang ujung
lainnya di O bergerak bebas diatas suatu bidang licin PQ (gambar 1) . Bila
Xt menatakan perpindahan sesaatn dari m pada ssat t dari kedudukan
setimbang atau keududukan diam maka pada m akan bekerja gaya lenting
sebesar -Kx dimana k adalah kontanta yang bergantung pada pegas
Gambar 1
Menurut hukum hooke yang didasarkan pada ekperimen yang
menyatakan bahwa gaya lenting yang bekerja pada sebuah pegas
sebanding dengan regangan atau simpangan pegas dari kedudukan
setimbang. Menurut Hukum Newton yang menyatakan bahwa gaya total
yang bekerja pada m sama dengan perkalian massa dan percepatan .
Persamaan geraknya adalah
2
d x
m 2
=−kX ataum X } +k=0 (1¿

dt
Bila sebagai tambahan terdapat suatu gaya peredam yang sebanding
dengan laju sesaat dari m. Persamaan geraknya adalah :
d2 x dx
m =−kX−β (2)
dt 2
dt
Atau m X ” + ρ X ' +k X ' =0
Dimana disebut kontanta peredam
Tapi bila ada beberapa gaya luar tertentu F(t) juga bekerja pada mdalam
keadaan demikian persamaan geraknya menjadi :
d2 x dx
m =−kX−β + F (t)
dt 2
dt
Atau
” ' '
m X + ρ X +k X =F ( t )( 3)
Dengan menggunakan persamaan transformasi laplace untuk memecahkan
persamaan (1), (2) dan (3)
Bergantung syarat-syarat awal yang sesuai dengan kajian fisika
perpindahan X(t) dapat ditemukan
Contoh
Sebuah partikel p bermassa 2 gram bergerak pada sumbu X dan
ditarik menuju titik asal O dengan suatu gaya yang secara numerik sam
dengan 8X. Bila ia mula-mula diam di X=10. Carilah kedudukanya pada
setiap saat dengan menganggap :
a. Tidak ada gaya-gaya lain yang bekerja
b. Suatu gaya peredam yang secara numerik sama denagn 8 kali
kecepatan sesaat bekerja
Penyelesaian
a. Bila X > 0, gaya total adalah kekiri (yaitu negative) dan diberikan oleh
-8X. Bila X<0 gaya total adalah kekanan (yaitu positif) dan harus
diberikan oleh -8X, karena untuk kedua-duanya gaya totoal adalah -8x,
maka berdasarkan hukum newton
(massa).(Percepatan)=Gaya total
d2 x
2 2
=−8 X
dt
atau
d2 x
+ 4 x=0
d t2
Dengan menggunakan transformasi laplace dan dengan menggunakan
syarat-syarat awal : X ( 0 ) =10 , X ' ( 0 )=0 , kita peroleh jika x=L( X)
p2 X− p x 0−x ' 0+ 4 x=0
10 p
p2 X−10 p+ 4 x atau x= 2
p +4
10 p
Maka dari tabel invers transformasi laplace untuk didapatkan
p 2+ 4
x=L−1 ( x )=10 cos 2 t
Grafik dari Gerakan dapat di lihat pada gambar 3 dimana amplitude
(pergeseran maksimum dari nol) adalah 10, perioda adalah π dan
frekuensi adalah 1/ π
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transformasi Laplace adalah teknik dalam menyederhanakan permasalahan
dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran. Transformasi
Laplace dapat digunakan untuk mereduksi persamaan differensial ke suatu
masalah aljabar. Selanjutnya akan diaplikasikan transformasi Laplace invers untuk
mendapatkan kembali penyelesaian dari masalah aslinya.
Transformasi Laplace suatu fungsi mempunyai beberapa sifat, sifat-sifat
antara lain ; (1) sifat linear, (2) sifat translasi atau pergeseran pertama, (3) sifat
translasi atau pergeseran kedua (4) sifat pengubah skala, (5) sifat transformasi dari
turunan, (6) sifat transformasi dari integral (7) sifat perkalian oleh t (7) sifat
pembagian oleh t.
Transformasi Laplace juga dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian
persamaan diferensial dengan koefisen variabel. Salah satu aplikasi transformasi
Laplace adalah aplikasi pada bidang mekanika, seperti menntukan kedudukan
suatu massa m yang terikat pada pegas di sembarang waktu.

3.2 Saran
Penyusun berharap makalah ini akan memberikan manfaat berupa wawasan
mengenai transformasi Laplace. Kami menyadari adanya kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan pembaca dapat memberikan
saran untuk peningkatan kualitas makalah dan membaca referensi mengenai
transformasi Laplace yang relevan dengan paparan materi.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Husin. Fisika matematika. Bogor. Institut Pertanian Bogor

Appel, W., & Kowalski, E. (2007). Mathematics for physics and physicists (Vol.

47). Princeton, NJ: Princeton University Press.

Nugroho, Didit Budi. 2011. Persamaan Diferensial Biasa dan Aplikasinya. Graha

Ilmu: Yogyakarta.

Yusnanda, helmi dkk. 2019.Transformasi Laplace modifikasi untuk menyelsaikan

beberapa persamaan diferensial biasa liniear.Buletin ilmiah math, stat dan

terapannya. Volume 08, No. 1 (2019), hal 53 – 62.

Anda mungkin juga menyukai