Saudaraku,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan orang-orang hina
dan lemah yang bersikap diam atas kezaliman dan tidak mencegah orang yang
berbuat zalim dengan siksa Allah Azza wa Jalla yang akan mengenai mereka
semua, tidak ada di antara mereka yang luput,
ٍ اس ِإ َذا َرَأوْ ا الظَّالِ َم فَلَ ْم يَْأ ُخ ُذوا َعلَى يَ َد ْي ِه َأوْ َشكَ َأ ْن يَ ُع َّمهُ ْم هَّللا ُ بِ ِعقَا
ُب ِم ْنه َ َِّإ َّن الن
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-
Nya.”
(QS. Al Anfal: 25)
Azab Allah Azza wa Jalla itu sangatlah pedih. Jika azab itu diturunkan di suatu
tempat, maka ia akan menimpa semua orang yang ada di tempat tersebut, baik
orang saleh ahli ibadah maupun ahli maksiat...
Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla memperingatkan kaum mukminin agar
senantiasa membentengi diri mereka dari siksa tersebut dengan melaksanakan
ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, serta menyeru manusia
kepada kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran...
Sebab, jika mereka meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar, maka kemungkaran
akan menyebar dan kerusakan akan meluas. Bila kondisi sudah demikian, maka
azab pun akan diturunkan kepada seluruh komponen masyarakat. Di antara
kerusakan yang timbul akibat meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar adalah para
pelaku maksiat dan dosa akan semakin berani untuk terus melakukan perbuatan
nistanya sehingga sedikit demi sedikit akan sirnalah cahaya kebenaran dari
tengah-tengah umat manusia...
Sebagai gantinya, maksiat akan merajalela, keburukan dan kekejian akan terus
bertambah, dan pada akhirnya tidak mungkin lagi untuk dihilangkan. Perbuatan
munkar akan menjadi baik dan indah di mata khalayak ramai, kemudian mereka
pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat.
Salah satu sebab hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan...
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggunganjawabnya.
(QS. Al-Isra’: 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah:
bahwa Allah Azza wa Jalla melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara)
hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.”
Saudaraku,
Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara
tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan
Allah Azza wa Jalla telah berfirman,
َ َو َم ْن َأ
ِضلُّ ِم َّم ِن اتَّبَ َع ه ََواهُ بِ َغي ِْر هُدًى ِّمنَ هللا
"Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun."
Karena, tersebarluasnya kemungkaran tanpa adanya seorang pun dari ahli agama
yang mengingkarinya. Sehingga akan membentuk anggapan bahwa hal tersebut
bukanlah sebuah kebatilan. Bahkan bisa jadi mereka melihatnya sebagai
perbuatan yang baik untuk dikerjakan. Selanjutnya, sikap menghalalkan hal-hal
yang diharamkan Allah Azza wa Jalla dan mengharamkan hal-hal yang
dihalalkan-Nya pun akan semakin merajalela...