Pasal 16
Ayat (1) Pembangunan jaringan irigasi → berdasarkan rencana induk
pengelolaan SDA di wilayah sungai → memperhatikan
rencana pembangunan pertanian, RTRW Aceh serta RTRW
kabupaten kota sesuai dengan Norma, standar, pedoman dan
manual
Ayat (2) Izin persetujuan disain oleh Pem. Aceh dan Pem. Kab. Sesuai
kewenangannya.
Ayat (3) Izin persetujuan disain diberikan setelah mendapat
persejutuan dari DPRA atau DPRK dan Wali Nanggroe.
Bagian Kesatu : Pembangunan Jaringan Irigasi (lanjutan)
Pasal 17
Ayat (1) Primer dan sekunder (1.000-3.000 Ha)→ tgjwb pemerintah
aceh
Ayat (2) Kab/kota dapat melaksanakan pembanguan jaringan irigasi
yang menjadi kewenangan Pem.Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaan pembangnan jaringan irigasi dpat dilakukan
setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaksanaan pembangunan jar. Irigasi sesuai kemampuan
kab/kota
BAB VI PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu: Pembangunan Jaringan Irigasi
Pasal 18
Ayat (1) Primer dan sekunder kurang 1.000 Ha → tgjwb pemerintah
kab/kota
Ayat (2) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota tidak mampu
melaksanakan pembangunan jaringan irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi yang menjadi kewenangannya,
Pemerintah Aceh dapat membantu berdasarkan permintaan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 19
Ayat (1) Pembangunan jaringan irigasi tersier pada daerah irigasi yang
merupakan kewenangan Pemerintah Aceh dan kewenangan
Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi hak dan tanggung jawab
Keujruen Blang
Ayat (2) Keujruen Blang tidak mampu melaksanakan pembangunan
jaringan irigasi tersier yang menjadi hak dan tanggung
jawabnya Pemerintah Aceh atau Pemerintah Kabupaten/Kota
dapat membantu berdasarkan permintaan dari Keujruen
Blang dengan memperhatikan prinsip kemandirian.
Bagian Kedua : Peningkatan Jaringan Irigasi (lanjutan)
Pasal 23
Pasal 24
Ayat (1) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam
peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder pada daerah
irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 (seribu) hektar
Ayat (2) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota tidak mampu
melaksanakan peningkatan jaringan irigasi Pemerintah Aceh
dapat membantu berdasarkan permintaan dari Pemerintah
Kabupaten/Kota
Ayat (3) Peningkatan Jar.Primer dan Skunder dapat dilakukan Keujruen
Blang sesuai kebutuhan & kemampuan izin Pem. Kab.
Pasal 25
Ayat (1) Peningkatan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung
jawab Keujruen Blang
Ayat (2) Dalam hal Keujruen Blang tidak mampu melaksanakan
peningkatan jaringan irigasi tersier Pemerintah Aceh atau
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membantu peningkatan
jaringan irigasi tersier.
Ayat (3) Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
membantu peningkatan jaringan irigasi tersier berdasarkan
permintaan dari Keujruen Blang dengan memperhatikan prinsip
kemandirian
BAB VII. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu : Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pasal 29
Ayat (1) O&P. primer dan sekunder 1000-3000ha → wewenang & tgjwb
Pem. Aceh.
Ayat(2) Pemerintah Kab./kota Dapat melaksanakan O&P pada D.I.
kewenangan Pem. Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaannya setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaks. O&P sesuai kemampuan keuangan Pem. Kab/kota
Ayat (5) Keujruen blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan
Ayat (6) Keujruen Blang dapat melakukan pengawasan O&P yg jadi
wewenang & tgjwb Pem. Aceh.
Ayat (7) O&P dilaksanakan atas dasar rencana tahunan O&P yang
disepakati Pem. Aceh, Keujruen blang dan pengguna jar.
Irigasi lainnya.
Pasal 30
Ayat (1) O&P. primer dan sekunder kurang 1000 ha → wewenang &
tgjwb Kab/kota.
Ayat(2) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan
Ayat (3) Keujruen Blang dapat melakukan pengawasan O&P yg jadi
wewenang & tgjwb kab/kota
Pasal 31
Ayat (1) O&P. jar. tersier → wewenang & tgjwb Keujruen Blang.
Ayat(2) Keujruen Blang tidak mampu Pem. Aceh & Kab/kota dapat
membantu O&P jar. tersier
Ayat (3) Pem. Aceh & Kab/kota dapat membantu O&P jar. Tersier
bedasarkan permintaan dari keujruen blang dengan
memperhatikan prinsip kemandirian.
Pasal 32
Pasal 34
• Setelah berkonsultasi dg Keujruen Blang, pemerintah Aceh dan
Kab/kota menetapkan waktu pengeringan dan bagian jaringan irigasi
yg hrs dikeringkan
• Pengeringan dilakukan untuk keperluan pemeriksaan dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pasal 35
Kegiatan OP jaringan irigasi sesuai dengan pasal 29 sampai pasal 34
diatur lebih lanjut dengan Pergub atau Perbub sesuai kewenangannya.
Bagian Kedua: Pengamanan Jaringan Irigasi (lanjutan)
Pasal 36
Ayat (1) Utk menjaga kelangsungan fungsi jaringan irigasi, dilakukan
pengamanan jaringan irigasi.
Ayat (2) Pengamanan jaringan irigasi dilakukan oleh Ins.Pemerintah,
Keujruen Blang, pihak lain sesuai tanggung jawab masing2.
Pasal 37
Ayat (1) Dalam rangka pengamanan jaringan irigasi Pem. Aceh dan
Kab/kota → perlu penetapan garis sempadan
Ayat (2) Penetapan garis sempadan untuk menjaga fungsi jaringan
irigasi dan kepemilikan lahan.
Pasal 38
Pedoman penetapan garis sempadan jaringan irigasi, dan pengamanan
jaringan irigasi → Peraturan Gubernur dan Peraturan Kab/kota.
Pasal 40
Ayat (1) Rehab jar. primer dan sekunder 1000-3000ha → wewenang &
tgjwb Pem. Aceh.
Ayat(2) Pemerintah Kab./kota Dapat melaksanakan rehab pada D.I.
kewenangan Pem. Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaannya setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaks. rehab sesuai kemampuan keuangan Pem. Kab/kota
Ayat (5) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam rehab jar. irigasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
Pasal 41
Ayat (1) Rehab jar. primer dan sekunder kurang 1000 ha → wewenang
& tgjwb Kab/kota.
Ayat(2) Pem. Kab/kota tidak mampu Pem. Aceh dapat membantu atas
dasar permintaan kab/kota
Ayat(3) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan berdasar izin dari pem.
Kab/kota
Ayat (4) Tatacara pelaks. Rehab sebagaimana dimaksud pada ayat 2
diatur dalam Pergub.
Pasal 42
Ayat (3) Pem. Aceh & Kab/kota dapat membantu rehab jar.
Tersier bedasarkan permintaan dari keujruen blang
dengan memperhatikan prinsip kemandirian
‘
Pasal 44
Pasal 48
• Hak guna pakai air untuk irigasi:
➢ Diberikan kpd masyarakat petani melalui Keujruen Blang →
Tanpa izin → pada sistem yang sudah ada.
➢ Keujruen Lang mendistribusikan kpd masyarakat petani
secara adil dan merata.
➢ Hak guna pakai air untuk Irigasi diberikan pada setiap D.I. di
pintu pengambilan utama.
➢ Diberikan pada suatu sistem irigasi sesuai dengan luas
daerah irigasi yang dimanfaatkan.
➢ Hak Guna Pakai air utk irigasi dilengkapi dgn rincian daftar
petak Primer, petak Skunder dan petak tersier.
Pasal 49
➢ Dievaluasi setiap 5 tahun oleh Gubernur atau Bupati
➢ Evaluasi mengkaji ulang antara penggunaan dengan
ketersedian air.
➢ Hasil evaluasi sebagai dasar penentuan Hak Guna Pakai Air.
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi (lanjutan)
Pasal 53
Ayat (1) Penyusunan RTT → dinas kab./kota atau provinsi → usulan
Keujruen Blang
Ayat (2) Penyusunan RTT pada DI kewenangan Pemerintah Aceh
disusun oleh SKPA terkait yang dibahas dan disepakati dalam
Komisi Irigasi Aceh
Ayat (3) Penyusunan RTT pada DI kewenangan Kab/kota disusun oleh
SKPk terkait yang dibahas dan disepakati dalam Komisi
Irigasi kab/kota
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi (lanjutan)
Pasal 54
Pasal 56
Ayat (1) Pengaturan air irigasi → didasarkan atas rencana tahunan
pengaturan air irigasi yg memuat rencana tahunan
pembagian & pemberian air irigasi
Ayat (2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air
irigasi → disusun oleh SKPA dan SKPK terkait berdasar
Rencana tahunan penyediaan air irigasi dan usulan
Keujruen Blang
Ayat (3) Dibahas & disepakati oleh Komisi Irigasi Aceh dan Komir
kab/kota → dengan memperhatikan kebutuhan air irigasi
yang disepakti Keujruen Blang.
Ayat (4) Rancangan yg disepakati KomIr ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/walikota sesuai kwenangannya
Ayat (5) Pembagian dan pemberian air irigasi → dimulai dari petak
primer, sekunder sampai dengan tersier → dilakukan oleh
pelaksana pengelolaan irigasi
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)
Pasal 57
• Pembagian air irigasi dlm jaringan primer dan/atau jaringan
sekunder → melalui bangunan-bagi atau bang. Bagi sadap.
• Pemberian air irigasi ke petak tersier → melalui bangunan-sadap.
Pasal 58
1. Penggunaan air irigasi di tingkat tersier → hak dan tanggung
jawab Keujruen Blang.
2. Penggunaan air irigasi dr saluran tersier dan kuarter ditetapkan
oleh Keujreun Blang.
3. Penggunaan air diluar ketentuan dengan izin Pemerintah Aceh
dan pem. kab./kota
Pasal 59
Penyediaan air irigasi tidak mencukupi → dilakukan secara bergilir →
ditetapkan oleh Pem. aceh dan kab/kota setelah musyawarah dengan
Keujruen Blang.
Bagian Kelima : Drainase
Pasal 60
Ayat (1) Setiap pembangunan jaringan irigasi → dilengkapi
pembangunan jaringan drainase
Ayat (2) Fungsi jaringan drainase → mengalirkan kelebihan air
agar tidak mengganggu produktivitas lahan.
Ayat (3) Kelebihan air irigasi melalui jaringan drainase → harus
dijaga mutunya dengan pencegahan pencemaran
Ayat (4) Pemerintah Aceh, Pem.kab/kota, Keujruen Blang dan
masyarakat wajib menjaga kelangsungan fungsi
jaringan drainase.
Ayat (5) Larangan mendirikan bangunan atau melakukan
tindakan yg dapat mengganggu fungsi drainase.
BAB IX. PARTISIPASI MASY. PETANI DALAM PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Pasal 62
1. Partisipatif = Awal → akhir:
• Pemikiran awal
• Proses pengambilan keputusan
• Pelaksanaan kegiatan
2. Diwujudkan dalam bentuk sumbangan pemikiran, gagasan,
waktu, tenaga, material, dana.
Pasal 63
Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai kewenangannya
mendorong partisipasi masyarakat petani
BAB X. PEMBERDAYAAN (1)
Pasal 64
1. Kab./kota melakukan pemberdayaan Keujruen Blang
2. Pem. Aceh memberikan bantuan teknis kpd kab/kota
berdasarkan kebutuhan kab./kota dalam:
• pemberdayaan keujruen blang
• pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
3. Pemerintah Aceh memberikan bantuan teknis
berdasarkan kebutuhan SKPK terkait bidang irigasi
4. Pemerintah Aceh memberikan bantuan teknis dan
finansial kepada Keujruen Blang dalam pelaksanaan
pemberdayaan
Pasal 75
1. Jar. Irigasi Primer dan Sekunder : Tanggung Jawab
Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai kewenangan
2. Jar. Irigasi Tersier : Tanggung Jawab Keujruen Blang.
3. Bang. sadap, sal 50 m dari Bang.sadap, boks tersier,
bang. Pelengkap tanggung jawab Pemerintah Aceh dan
Pem. Kab/kota.
4. Keujruen Blang tidak mampu membiayai tersier
Pemerintah Aceh dan Kab/kota dapat membantu atas
permintaan P3A dgn memperhatikan prinsip kemandirian.
5. Jar. Irigasi yang diselenggarakan oleh Badan Usaha,
Sosial, atau Perseorangan, tanggung jawab pihak yg
membangun
Bagian Kedua
Pembiayaan Pengelolaan Jaringan Irigasi
Pasal 76
Pasal 79
Operasional komisi irigasi dan forum koordinasi daerah
irigasi tanggung jawab Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota
sesuai dengan kewenangannya.
BAB XIV. KOORDINASI PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Pasal 85
KewenanganPemerintah
Kewen.Keujruen
Blang
57
Petak Tersier
Petak Sekunder
Petak Primer
Skema Petak Tersier