Anda di halaman 1dari 59

QANUN ACEH

NO. 4 TAHUN 2011


tentang
IRIGASI
YANG BERKENAAN DENGAN PERAN
KEUJRUEN BLANG

DINAS PENGAIRAN ACEH


2012
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Bab I Pasal 1 yang berkenaan dengan


definisi dari kata-kata yang terdapat dalam
Qanun ini.

Ada 57 buah kata-kata yang dalam Qanun


ini perlu didefinisikan dalam ketentuan
umum, namun yang ditampilkan dalam
presentasi ini hanya 25 buah kata saja.
3. Lembaga Wali Nanggroe adalah Lembaga
kepemimpinan adat sebagai pemersatu masyarakat
yang independen, berwibawa, dan berwenang
membina dan mengawasi penyelenggaraan
kehidupan lembaga-lembaga adat, adat istiadat, dan
pemberian gelar/derajat dan upacara-upacara adat
lainnya

4. Wali Nanggroe adalah Pemimpin Lembaga Wali


Nanggroe
12. Lembaga Adat adalah suatu organisasi
kemasyarakatan adat yang dibentuk oleh suatu
masyarakat hukum adat tertentu mempunyai wilayah
tertentu dan mempunyai harta kekayaan tersendiri
serta berhak dan berwenang untuk mengatur dan
mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan
dengan adat Aceh
13. Komisi Irigasi Aceh adalah lembaga koordinasi dan
komunikasi antara lembaga adat, wakil Pemerintah
Aceh, perwakilan Keujruen Blang ditingkat daerah
irigasi, perwakilan pengguna jaringan irigasi lainnya
pada daerah irigasi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Aceh, dan wakil Komisi Irigasi
Kabupaten/Kota yang di wilayahnya terdapat jaringan
irigasi yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Aceh
dan/atau mempunyai daerah irigasi lintas
kabupaten/kota
14. Komisi Irigasi Kabupaten/Kota adalah lembaga
koordinasi dan komunikasi antara lembaga adat, wakil
Pemerintah Kabupaten/Kota, perwakilan Keujruen
Blang ditingkat daerah irigasi, dan wakil pengguna
jaringan irigasi lainnya pada kabupaten/kota
19. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan
pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak

20. Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi,


manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi,
dan sumber daya manusia
27. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat
air dari satu jaringan irigasi

28. Daerah irigasi lintas kabupaten/kota adalah daerah


irigasi yang mendapatkan air irigasi dari jaringan irigasi
yang bangunan dan saluran serta luasannya berada pada
lebih dari satu wilayah kabupaten/kota, tetapi masih
berada dalam wilayah Aceh

29. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan


bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan
yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi
30. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan
irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran
induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi,
bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya

31. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari


jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder,
saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-
sadap, bangunan sadap dan bangunan pelengkapnya
32. Jaringan irigasi air tanah adalah jaringan irigasi
yang airnya berasal dari air tanah, mulai dari sumur dan
instalasi pompa sampai dengan saluran irigasi air tanah
termasuk bangunan didalamnya

33. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang


berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam
petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran
kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks
kuarter, serta bangunan pelengkapnya
34. Bendung adalah bangunan pelimpah melintang
sungai yang memberikan tinggi muka air minimum
kepada bangunan pengambilan (intake) untuk keperluan
irigasi

35. Bangunan sadap adalah bangunan yang terdapat


baik pada saluran atau bangunan bagi yang berfungsi
untuk memberi air pada jaringan tersier

36. Petak Tersier adalah kumpulan petak sawah yang


merupakan satu kesatuan yang menerima air dari pintu
sadap dan mendapatkan pelayanan dari jaringan tersier
44. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan
jaringan irigasi baru dan/atau peningkatan jaringan
irigasi yang sudah ada

45. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh


kegiatan penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu
yang belum ada jaringan irigasinya

46. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan


meningkatkan fungsi dan kondisi jaringan irigasi yang
sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan
mempertimbangkan perubahan kondisi lingkungan
daerah irigasi
47. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan
meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi
jaringan irigasi di daerah irigasi

48. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air


irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan
membuka, menutup pintu bangunan irigasi, menyusun
rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data,
memantau, dan mengevaluasi
49. Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga
dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat
berfungsi dengan baik guna memperlancarkan
pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya

50. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan


perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi
dan pelayanan irigasi seperti semula
53. Forum Koordinasi Keujruen Blang adalah sarana
konsultasi dan komunikasi antar Keujruen Blang yang
berada pada tingkat wilayah administrasi (kecamatan,
kabupaten/kota dan provinsi) yang dibentuk oleh
Keujruen Blang secara demokratis

54. Keujruen Blang adalah kelembagaan pengelolaan


irigasi yang menjadi wadah petani pemakai air dalam
suatu daerah pelayanan irigasi yang dibentuk oleh
petani pemakai air sendiri secara demokratis
BAB III
RUANG LINGKUP

1. Daerah Irigasi yang luasnya kurang dari 1.000


hektar yang merupakan kewenangan
kabupaten/kota.

2. Daerah irigasi yang luasnya 1.000 hektar sampai dengan


3.000 hektar dan daerah irigasi yang bersifat lintas
kabupaten/kota yang merupakan kewenangan Pemerintah
Aceh.
BAB V
KELEMBAGAAN PENGELOLAAN
IRIGASI DAN FORUM KOORDINASI
Pasal 9
1, Kelembagaan pengelolaan irigasi dibentuk
untuk mewujudkan tertib pengelolaan irigasi.
2. Kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi:
- Lembaga adat
- SKPA dan SKPK
- Keujruen Blang
- Komisi Irigasi aceh dan Komisi Irigasi
Kabupaten/Kota
3. Hubungan Kelembagaan diatur dalam Pergub.
Sambungan
LEMBAGA ADAT
Pasal 10
◼ Lembaga Adat berfungsi sebagai wahana
partisipasi masyarakat dibidang irigasi yang
meliputi:
- pengembangan dan pengelolaan;
- pembinaan masyarakat;dan/atau
- penyelesaian masalah masyarakat

◼ Lembaga Adat ditetapkan oleh Wali Nanggroe


Sambungan
SKPA dan SKPK
Pasal 11
1. Dinas dan Lembaga Teknis serta Sekretariat Daerah
yang berkaitan dengan irigasi.

2. Pengelolaan irigasi di lapangan dilaksanakan oleh


Pengamat Irigasi, Juru Irigasi, Petugas Pintu Air dan
Petugas Pintu Bendung.

3. Pengamat Irigasi, Juru Irigasi, Petugas Pintu Air dan


Petugas Pintu Bendung ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
atau pejabat yang ditunjuk
sambungan
Keujruen Blang
Pasal 12
1. Lembaga Adat, Pemerintah Aceh dan Pemerintah
Kabupaten/Kota mendorong dan memfasilitasi
pembentukan Keujruen Blang
2. Keujruen Blang dibentuk dan dipilih oleh Petani
pemakai air irigasi tingkat gampong atau petak
tersier secara demokratis.
3. Keujruen Blang dapat membentuk Gabungan
Keujruen Blang pada blok skunder, gabungan
beberapa blok skunder primer atau satu daerah
irigasi.
sambungan
4. Gabungan Keujrun Blang dapat membentuk Induk
Keujrun Blang pada daerah layanan Blok Primer
atau dalam satu daerah irigasi.
5. Susunan organisasi dan tata kerja Keujruen Blang,
Gabungan Keujruen Blang, dan Induk Keujruen
Blang diatur dalam Peraturan Gubernur
6 Kepengurusan Keujruen Blang, Gabungan
Keujruen Blang, dan Induk Keujruen Blang
ditetapkan oleh Wali Nanggroe atau Lembaga
yang ditunjuk.
sambungan
Forum Koordinasi Keujruen Blang
Pasal 13
1. Pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan
provinsi dapat dibentuk Forum Koordinasi
Keujruen Blang
2. Forum Koordinasi Keujruen Blang pada tingkat
kecamatan disebut Keujruen Chik.
3. Forum Koordinasi Keujruen Blang pada tingkat
kabupaten/kota disebut Keujruen Sagoe.
.
sambungan
4. Forum Koordinasi Keujruen Blang pada tingkat
provinsi disebut Keujruen Nanggroe.
5. Susunan organisasi dan tata kerja Keujruen Chik,
Keujruen Sagoe dan Keujruen Nanggroe diatur
dalam Peraturan Gubernur
6 Kepengurusan Keujruen Chik, Keujren Sagoe, dan
Keujruen Nanggroe ditetapkan oleh Wali
Nanggroe atau Lembaga yang ditunjuk.
sambungan
Komisi Irigasi
Pasal 14
1. Komisi Irigasi Aceh dan Komisi Irigasi Kabupaten
/Kota dibentuk untuk mewujudkan keterpaduan
dalam pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi dalam Provinsi Aceh.
2. Komisi Irigasi Aceh dan Komisi Irigasi
Kabupaten/Kota dibentuk oleh Gubernur dan
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
atas persetujuan Wali Nanggroe.
3. Komisi irigasi aceh beranggotakan lembaga
adat, SKPA terkait, wakil komir kab/kota, wakil
Keujuruen Blang dan wakil kelompok
penggunan irigasi lainnya .
BAB VI. PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu : Pembangunan Jaringan Irigasi

adalah seluruh kegiatan penyediaan jaringan irigasi di


wilayah tertentu yang belum ada jaringan irigasinya

Pasal 16
Ayat (1) Pembangunan jaringan irigasi → berdasarkan rencana induk
pengelolaan SDA di wilayah sungai → memperhatikan
rencana pembangunan pertanian, RTRW Aceh serta RTRW
kabupaten kota sesuai dengan Norma, standar, pedoman dan
manual
Ayat (2) Izin persetujuan disain oleh Pem. Aceh dan Pem. Kab. Sesuai
kewenangannya.
Ayat (3) Izin persetujuan disain diberikan setelah mendapat
persejutuan dari DPRA atau DPRK dan Wali Nanggroe.
Bagian Kesatu : Pembangunan Jaringan Irigasi (lanjutan)

Pasal 17
Ayat (1) Primer dan sekunder (1.000-3.000 Ha)→ tgjwb pemerintah
aceh
Ayat (2) Kab/kota dapat melaksanakan pembanguan jaringan irigasi
yang menjadi kewenangan Pem.Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaan pembangnan jaringan irigasi dpat dilakukan
setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaksanaan pembangunan jar. Irigasi sesuai kemampuan
kab/kota
BAB VI PENGEMBANGAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu: Pembangunan Jaringan Irigasi
Pasal 18
Ayat (1) Primer dan sekunder kurang 1.000 Ha → tgjwb pemerintah
kab/kota
Ayat (2) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota tidak mampu
melaksanakan pembangunan jaringan irigasi primer dan
sekunder pada daerah irigasi yang menjadi kewenangannya,
Pemerintah Aceh dapat membantu berdasarkan permintaan
Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 19
Ayat (1) Pembangunan jaringan irigasi tersier pada daerah irigasi yang
merupakan kewenangan Pemerintah Aceh dan kewenangan
Pemerintah Kabupaten/Kota menjadi hak dan tanggung jawab
Keujruen Blang
Ayat (2) Keujruen Blang tidak mampu melaksanakan pembangunan
jaringan irigasi tersier yang menjadi hak dan tanggung
jawabnya Pemerintah Aceh atau Pemerintah Kabupaten/Kota
dapat membantu berdasarkan permintaan dari Keujruen
Blang dengan memperhatikan prinsip kemandirian.
Bagian Kedua : Peningkatan Jaringan Irigasi (lanjutan)

Pasal 23

Ayat (1) Primer dan sekunder (1.000-3.000 Ha)→ tgjwb pemerintah


aceh
Ayat (2) Kab/kota dapat melaksanakan peningkatan jaringan irigasi
yang menjadi kewenangan Pem.Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaan peningkatan jaringan irigasi dpat dilakukan
setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaksanaan peningkatan jar. Irigasi sesuai kebutuhan dan
kemampuan kab/kota
Ayat (5) Peningkatan Jaringan irigasi dapat dilakukan Keujruen Blang
sesuai kebutuhan dan kemampuan berdasarkan izin
Pemerintah Aceh.
Bagian Kedua : Peningkatan Jaringan Irigasi (lanjutan)

Pasal 24
Ayat (1) Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam
peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder pada daerah
irigasi yang luasnya kurang dari 1.000 (seribu) hektar
Ayat (2) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota tidak mampu
melaksanakan peningkatan jaringan irigasi Pemerintah Aceh
dapat membantu berdasarkan permintaan dari Pemerintah
Kabupaten/Kota
Ayat (3) Peningkatan Jar.Primer dan Skunder dapat dilakukan Keujruen
Blang sesuai kebutuhan & kemampuan izin Pem. Kab.
Pasal 25
Ayat (1) Peningkatan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggung
jawab Keujruen Blang
Ayat (2) Dalam hal Keujruen Blang tidak mampu melaksanakan
peningkatan jaringan irigasi tersier Pemerintah Aceh atau
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membantu peningkatan
jaringan irigasi tersier.
Ayat (3) Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat
membantu peningkatan jaringan irigasi tersier berdasarkan
permintaan dari Keujruen Blang dengan memperhatikan prinsip
kemandirian
BAB VII. PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI
Bagian Kesatu : Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Pasal 29

Ayat (1) O&P. primer dan sekunder 1000-3000ha → wewenang & tgjwb
Pem. Aceh.
Ayat(2) Pemerintah Kab./kota Dapat melaksanakan O&P pada D.I.
kewenangan Pem. Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaannya setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaks. O&P sesuai kemampuan keuangan Pem. Kab/kota
Ayat (5) Keujruen blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan
Ayat (6) Keujruen Blang dapat melakukan pengawasan O&P yg jadi
wewenang & tgjwb Pem. Aceh.
Ayat (7) O&P dilaksanakan atas dasar rencana tahunan O&P yang
disepakati Pem. Aceh, Keujruen blang dan pengguna jar.
Irigasi lainnya.
Pasal 30

Ayat (1) O&P. primer dan sekunder kurang 1000 ha → wewenang &
tgjwb Kab/kota.
Ayat(2) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan
Ayat (3) Keujruen Blang dapat melakukan pengawasan O&P yg jadi
wewenang & tgjwb kab/kota
Pasal 31
Ayat (1) O&P. jar. tersier → wewenang & tgjwb Keujruen Blang.
Ayat(2) Keujruen Blang tidak mampu Pem. Aceh & Kab/kota dapat
membantu O&P jar. tersier
Ayat (3) Pem. Aceh & Kab/kota dapat membantu O&P jar. Tersier
bedasarkan permintaan dari keujruen blang dengan
memperhatikan prinsip kemandirian.
Pasal 32

OP jaringan irigasi milik badan usaha, sosial dan perseorangan menjadi


tanggung jawab pihak yang bersangkutan.
Pasal 33

Dalam Keujruen Blang tidak mampu Oprs. tersier → Pem. kab./kota,


Pem. Aceh dapat memberikan bantuan teknis berdasarkan permintaan
dari Keujruen Blang→ dengan memperhatikan prinsip kemandirian.

Pasal 34
• Setelah berkonsultasi dg Keujruen Blang, pemerintah Aceh dan
Kab/kota menetapkan waktu pengeringan dan bagian jaringan irigasi
yg hrs dikeringkan
• Pengeringan dilakukan untuk keperluan pemeriksaan dan
pemeliharaan jaringan irigasi.
Pasal 35
Kegiatan OP jaringan irigasi sesuai dengan pasal 29 sampai pasal 34
diatur lebih lanjut dengan Pergub atau Perbub sesuai kewenangannya.
Bagian Kedua: Pengamanan Jaringan Irigasi (lanjutan)
Pasal 36
Ayat (1) Utk menjaga kelangsungan fungsi jaringan irigasi, dilakukan
pengamanan jaringan irigasi.
Ayat (2) Pengamanan jaringan irigasi dilakukan oleh Ins.Pemerintah,
Keujruen Blang, pihak lain sesuai tanggung jawab masing2.

Pasal 37
Ayat (1) Dalam rangka pengamanan jaringan irigasi Pem. Aceh dan
Kab/kota → perlu penetapan garis sempadan
Ayat (2) Penetapan garis sempadan untuk menjaga fungsi jaringan
irigasi dan kepemilikan lahan.

Pasal 38
Pedoman penetapan garis sempadan jaringan irigasi, dan pengamanan
jaringan irigasi → Peraturan Gubernur dan Peraturan Kab/kota.
Pasal 40
Ayat (1) Rehab jar. primer dan sekunder 1000-3000ha → wewenang &
tgjwb Pem. Aceh.
Ayat(2) Pemerintah Kab./kota Dapat melaksanakan rehab pada D.I.
kewenangan Pem. Aceh.
Ayat (3) Pelaksanaannya setelah koordinasi dengan Pem. Aceh
Ayat (4) Pelaks. rehab sesuai kemampuan keuangan Pem. Kab/kota
Ayat (5) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam rehab jar. irigasi
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

Pasal 41
Ayat (1) Rehab jar. primer dan sekunder kurang 1000 ha → wewenang
& tgjwb Kab/kota.
Ayat(2) Pem. Kab/kota tidak mampu Pem. Aceh dapat membantu atas
dasar permintaan kab/kota
Ayat(3) Keujruen Blang dapat berperan serta dalam O&P sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan berdasar izin dari pem.
Kab/kota
Ayat (4) Tatacara pelaks. Rehab sebagaimana dimaksud pada ayat 2
diatur dalam Pergub.
Pasal 42

Ayat (1) Rehab jar. tersier → wewenang & tgjwb Keujruen


Blang.

Ayat(2) Keujruen Blang tidak mampu Pem. Aceh &


Kab/kota dapat membantu rehab jar. Tersier.

Ayat (3) Pem. Aceh & Kab/kota dapat membantu rehab jar.
Tersier bedasarkan permintaan dari keujruen blang
dengan memperhatikan prinsip kemandirian


Pasal 44

Ayat (1) Perubahan dan/atau pembongkaran jaringan irigasi


tersier harus mendapat persetujuan Keujruen
Blang.

Ayat(2) Pengeringan yang diperlukan untuk kegiatan


rehabilitasi jaringan irigasi harus dijadwalkan dalam
rencana tata tanam

Ayat(3) Pengeringan yang diperlukan untuk kegiatan


rehabilitasi yang direncanakan dan rehabilitasi
akibat keadaan darurat jaringan irigasi hanya dapat
dilakukan paling lama 6 (enam) bulan.

Ayat (4) Pengeringan yang memerlukan waktu lebih dari 6


(enam) bulan harus mendapatkan izin dari Gubernur
dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
BAB VIII. PENGELOLAAN AIR IRIGASI
Bagian Kesatu : Pengakuan atas Hak Ulayat
Pasal 45
Pemerintah Aceh dalam pengelolaan sumber
daya air mengakui hak ulayat masyarakat
hukum adat setempat dan hak yang serupa
dengan itu yang berkaitan dengan
penggunaan air dan sumber air untuk irigasi
sebatas kebutuhannya sepanjang tidak
bertentangan perundang-undangan.
Bagian Kedua: Hak Guna Air untuk Irigasi
Pasal 46
1. Hak guna air utk irigasi berupa hak guna pakai air & hak guna
usaha air untuk irigasi.
2. Hak guna pakai air untuk irigasi diberikan utk pertanian.
3. Hak guna usaha utk keperluan pengusahaan di bidang pertanian
Pasal 47
• Izin prinsip alokasi air
➢ Permohonan pengembang → utk pembangunan sistem irigasi baru
atau peningkatan sistem irigasi yang sdh ada kpd Gubernur.
➢ Gubernur → berdasarkan hasil kajian→ ketersediaan air,
kebutuhan air irigasi, aspek lingkungan, & kepentingan lainnya →
setuju atau menolak
➢ Ditetapkan menjadi hak guna air utk irigasi → berdasarkan
permintaan:
— Keujruen Blang, jaringan yg sudah ada.
— Badan usaha, badan sosial, atau perseorangan, jaringan
dibangun sendiri.
Bagian Kedua: Hak Guna Air untuk Irigasi (lanjutan)

Pasal 48
• Hak guna pakai air untuk irigasi:
➢ Diberikan kpd masyarakat petani melalui Keujruen Blang →
Tanpa izin → pada sistem yang sudah ada.
➢ Keujruen Lang mendistribusikan kpd masyarakat petani
secara adil dan merata.
➢ Hak guna pakai air untuk Irigasi diberikan pada setiap D.I. di
pintu pengambilan utama.
➢ Diberikan pada suatu sistem irigasi sesuai dengan luas
daerah irigasi yang dimanfaatkan.
➢ Hak Guna Pakai air utk irigasi dilengkapi dgn rincian daftar
petak Primer, petak Skunder dan petak tersier.

Pasal 49
➢ Dievaluasi setiap 5 tahun oleh Gubernur atau Bupati
➢ Evaluasi mengkaji ulang antara penggunaan dengan
ketersedian air.
➢ Hasil evaluasi sebagai dasar penentuan Hak Guna Pakai Air.
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi (lanjutan)

Pasal 53
Ayat (1) Penyusunan RTT → dinas kab./kota atau provinsi → usulan
Keujruen Blang
Ayat (2) Penyusunan RTT pada DI kewenangan Pemerintah Aceh
disusun oleh SKPA terkait yang dibahas dan disepakati dalam
Komisi Irigasi Aceh
Ayat (3) Penyusunan RTT pada DI kewenangan Kab/kota disusun oleh
SKPk terkait yang dibahas dan disepakati dalam Komisi
Irigasi kab/kota
Bagian Ketiga : Penyediaan Air Irigasi (lanjutan)

Pasal 54

Ayat (1) Penyediaan air irigasi disusun dalam rencana tahunan


penyediaan air irigasi pada setiap Daerah Irigasi.
Ayat (2) Rancangan rencana tahunan penyediaan air irigasi disusun
oleh SKPA dan SKPK terkait. berdasarkan usulan Keujruen
Blang ->RTT.
Ayat (3) RTT pd D.I.dibahas dan disepakati Komisi Irigasi.
Ayat (4) Rancangan rencana penyediaan air irigasi disampaikan
Komisi Irigasi Aceh kpd Dewan Sumber Daya Air Aceh guna
mendapatkan alokasi air.
Ayat (5) Rancangan rencana penyediaan air irigasi disampaikan
Komisi Irigasi Kab/kota kpd Dewan Sumber Daya Air Aceh
guna mendapatkan alokasi air.
Ayat(6) Rancangan tahunan penyediaan air irigasi ditetapkan oleh
Gubernur atau bupati/walikota.
Ayat(7) Dalam hal air tdk cukup, Keujruen Blang menyesuaikan
kembali RTT pd Daerah Irigasi yg bersangkutan.
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)

Pasal 56
Ayat (1) Pengaturan air irigasi → didasarkan atas rencana tahunan
pengaturan air irigasi yg memuat rencana tahunan
pembagian & pemberian air irigasi
Ayat (2) Rancangan rencana tahunan pembagian dan pemberian air
irigasi → disusun oleh SKPA dan SKPK terkait berdasar
Rencana tahunan penyediaan air irigasi dan usulan
Keujruen Blang
Ayat (3) Dibahas & disepakati oleh Komisi Irigasi Aceh dan Komir
kab/kota → dengan memperhatikan kebutuhan air irigasi
yang disepakti Keujruen Blang.
Ayat (4) Rancangan yg disepakati KomIr ditetapkan oleh Gubernur
dan Bupati/walikota sesuai kwenangannya
Ayat (5) Pembagian dan pemberian air irigasi → dimulai dari petak
primer, sekunder sampai dengan tersier → dilakukan oleh
pelaksana pengelolaan irigasi
Bagian Keempat : Pengaturan Air Irigasi (lanjutan)

Pasal 57
• Pembagian air irigasi dlm jaringan primer dan/atau jaringan
sekunder → melalui bangunan-bagi atau bang. Bagi sadap.
• Pemberian air irigasi ke petak tersier → melalui bangunan-sadap.

Pasal 58
1. Penggunaan air irigasi di tingkat tersier → hak dan tanggung
jawab Keujruen Blang.
2. Penggunaan air irigasi dr saluran tersier dan kuarter ditetapkan
oleh Keujreun Blang.
3. Penggunaan air diluar ketentuan dengan izin Pemerintah Aceh
dan pem. kab./kota
Pasal 59
Penyediaan air irigasi tidak mencukupi → dilakukan secara bergilir →
ditetapkan oleh Pem. aceh dan kab/kota setelah musyawarah dengan
Keujruen Blang.
Bagian Kelima : Drainase

adalah pengaliran kelebihan air yang sudah tidak


dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu .

Pasal 60
Ayat (1) Setiap pembangunan jaringan irigasi → dilengkapi
pembangunan jaringan drainase
Ayat (2) Fungsi jaringan drainase → mengalirkan kelebihan air
agar tidak mengganggu produktivitas lahan.
Ayat (3) Kelebihan air irigasi melalui jaringan drainase → harus
dijaga mutunya dengan pencegahan pencemaran
Ayat (4) Pemerintah Aceh, Pem.kab/kota, Keujruen Blang dan
masyarakat wajib menjaga kelangsungan fungsi
jaringan drainase.
Ayat (5) Larangan mendirikan bangunan atau melakukan
tindakan yg dapat mengganggu fungsi drainase.
BAB IX. PARTISIPASI MASY. PETANI DALAM PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Pasal 62
1. Partisipatif = Awal → akhir:
• Pemikiran awal
• Proses pengambilan keputusan
• Pelaksanaan kegiatan
2. Diwujudkan dalam bentuk sumbangan pemikiran, gagasan,
waktu, tenaga, material, dana.

3. Didasarkan atas kemauan dan kemampuan masyarakat petani


serta semangat kemitraan dan kemandirian.

4. Partisipasi dapat disalurkan melalui Keujruen Blang

Pasal 63
Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai kewenangannya
mendorong partisipasi masyarakat petani
BAB X. PEMBERDAYAAN (1)
Pasal 64
1. Kab./kota melakukan pemberdayaan Keujruen Blang
2. Pem. Aceh memberikan bantuan teknis kpd kab/kota
berdasarkan kebutuhan kab./kota dalam:
• pemberdayaan keujruen blang
• pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
3. Pemerintah Aceh memberikan bantuan teknis
berdasarkan kebutuhan SKPK terkait bidang irigasi
4. Pemerintah Aceh memberikan bantuan teknis dan
finansial kepada Keujruen Blang dalam pelaksanaan
pemberdayaan

5. Ketentuan tentang Pemberdayaan Kelembagaan


Pengelolaan Irigasi diatur dalam Peraturan Gubernur.
BAB XI. PENGELOLAAN ASET IRIGASI
Bagian Kesatu
Pasal 66
Siklus
Manajemen
Pengelolaan Aset Irigasi, meliputi :
• Inventarisasi;
• Perencanaan Pengelolaan;
• Pelaksanaan Pengelolaan;
• Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan;dan
• Pemutakhiran Hasil Inventarisasi Aset Irigasi.
Bagian Kedua
Pasal 67

Inventarisasi Aset Irigasi :


1. Aset irigasi terdiri dari:
- jaringan irigasi
- pendukung pengelolaan irigasi.
2. Pem. Aceh dan Kab/kota melaksanakan Inventaris
aset irigasi
3. Tujuan inventarisasi aset jaringan irigasi :
mendapatkan data jumlah, dimensi, jenis, kondisi, dan
fungsi seluruh aset irigasi serta data ketersediaan air, nilai
aset, dan areal pelayanan pada setiap Daerah Irigasi
4. Tujuan inventarisasi pendukung pengelolaan irigasi
mendapatkan data jumlah, spesifikasi, kondisi, dan fungsi
fasilitas pendukung pengelolaan irigasi.
Inventarisasi Aset Irigasi (lanjutan)
5. Pemerintah Aceh melakukan kompilasi atas hasil inventarisasi
aset irigasi yg dilakukan oleh Pem. Kab/kota dan Pem. Aceh.
6. Pemerintah Kab./kota melakukan kompilasi atas hasil
inventarisasi aset irigasi yg dilakukan oleh Pem. Gampong dan
pem Kab/kota.
7. Badan usaha, badan sosial, perseorangan, Keujruen Blang, dan
pemerintah gampong melakukan inventarisasi aset irigasi yang
menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan
Pasal 68
• Pelaksanaan :
– Inventarisasi Jar. Irigasi → 1 tahun sekali;
– Inventarisasi Pendukung Pengelolaan Irigasi → 5 tahun
sekali;
– Pasal 69
• Hasil : Dokumen inventarisasi aset irigasi → untuk
mengembangkan sistim informasi irigasi (subsistem informasi
SDA).
Bagian Ketiga
Perencanaan Pengelolaan Aset Irigasi
Pasal 70

1. Perencanaan pengelolaan aset irigasi,meliputi


kegiatan : analisis data hasil inventarisasi aset irigasi
dan perumusan rencana tindak lanjut → mengoptimalkan
pemanfaatan aset irigasi.
2. Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai dengan
kewenangannya menyusun dan menetapkan rencana
pengelolaan aset irigasi 5 tahun sekali.
3. Penyusunan rencana pengelolaan aset irigasi terpadu,
transparan, dan akuntabel dengan melibatkan semua
Keujruen Blang dan pengguna jaringan irigasi lainnya.
4. Badan usaha, badan sosial, perseorangan, atau
Keujruen Blang menyusun rencana pengelolaan aset irigasi
yang menjadi tanggung jawabnya secara berkelanjutan.
BAB XII PEMBIAYAAN
Bagian Kesatu
Pembiayaan Pengembangan Jaringan Irigasi

Pasal 75
1. Jar. Irigasi Primer dan Sekunder : Tanggung Jawab
Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai kewenangan
2. Jar. Irigasi Tersier : Tanggung Jawab Keujruen Blang.
3. Bang. sadap, sal 50 m dari Bang.sadap, boks tersier,
bang. Pelengkap tanggung jawab Pemerintah Aceh dan
Pem. Kab/kota.
4. Keujruen Blang tidak mampu membiayai tersier
Pemerintah Aceh dan Kab/kota dapat membantu atas
permintaan P3A dgn memperhatikan prinsip kemandirian.
5. Jar. Irigasi yang diselenggarakan oleh Badan Usaha,
Sosial, atau Perseorangan, tanggung jawab pihak yg
membangun
Bagian Kedua
Pembiayaan Pengelolaan Jaringan Irigasi
Pasal 76

1. Jar. Irigasi Primer dan Skunder tanggungjawab Pemerintah


Aceh dan Pem. Kab/kota sesuai kewenangan.
2. Pembiayaan Primer dan Skunder didasarkan atas angka
kebutuhan nyata pengelolaan irigasi pada setiap D.I.
3. Perhitungan angka kebutuhan nyata dilakukan Pemerintah
Aceh dan Pem.Kab/kota bersama Keujruen Blang berdasarkan
penelusuran jaringan irigasi dgn memperhatikan kontribusi
Keujruen Blang.
4. Prioritas penggunaan biaya pada setiap D.I. disepakati
Pemerintah Aceh dan Pem.kab/kota dgn Keujruen Blang.
Pasal 78
1. Biaya Pengelolaan Jar. Irigasi Tersier : Tanggung Jawab Keujruen
Blang pada Wilayah Kerjanya.
2. Keujruen Blang tidak mampu , Pemerintah Aceh dan Pem.
Kab/kota dapat membantu berdasarkan permintaan Keujruen
Blang dengan memperhatikan prinsip kemandirian.
3. Pembiayaan pengelolaan jaringan irigasi yg dibangun oleh Badan
Usaha, Badan Sosial atau Perseorangan ditanggung oleh masing-
masing.
4. Pengguna jaringan irigasi wajib ikut serta dalam pembiayaan
pengelolaan jaringan irigasi yang dibangun oleh pemerintah
aceh atau Pem. Kab/kota sesuai dengan kewenangannya

Pasal 79
Operasional komisi irigasi dan forum koordinasi daerah
irigasi tanggung jawab Pemerintah Aceh dan Pem. Kab/kota
sesuai dengan kewenangannya.
BAB XIV. KOORDINASI PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI
Pasal 85

1. Koordinasi pengelolaan sistem irigasi dilakukan antar KOMIR


Kab. KOMIR Aceh dan/atau Forum Komunikasi DI.
2. KOMIR dapat mengundang pihak lain yang berkepentingan
untuk menghadiri sidang-sidang komisi.
3. Hubungan kerja antar KOMIR, dan KOMIR dengan Dewan SDA
bersifat Konsultatif dan Koordinatif.
4. KOMIR Aceh Melakukan koordinasi dengan seluruh KOMIR
Kabupaten.
5. Koordinasi pengelolaan sistem irigasi multiguna pada suatu
DI. Dilakukan melalui Forum Koordinasi DI.
Kegiatan penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaan air
JARINGAN IRIGASI

KewenanganPemerintah

Kewen.Keujruen
Blang

57
Petak Tersier
Petak Sekunder
Petak Primer
Skema Petak Tersier

Anda mungkin juga menyukai