net/publication/362202535
CITATIONS READS
0 83
4 authors, including:
Ferly Oktriyedi
Universitas Sriwijaya
9 PUBLICATIONS 18 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ferly Oktriyedi on 23 July 2022.
Neli Yuslita Eli Martin1,2, Ria Wulandari3, Lela Handayani, Ferly Oktriyedi4*
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKE Al. Maarif Baturaja
2
Puskesmas Rawat Inap Muaradua, Dinas Kesehatan OKU Selatan
3
Program Studi Akademi Keperawatan, Fakultas Kebidanan dan Keperawatan, Universitas Kader
Bangsa Palembang
4
Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Kader Bangsa
Palembang
* Koresponden penulis; e-mail: ferlyoktriyedi7@gmail.com
ABSTRAK
World Health Organization (WHO) mencanangkan strategi ‘End Tuberculosis’, yang merupakan bagian
dari Sustainable Development Goals, dengan satu tujuan yaitu untuk mengakhiri epidemi tuberkulosis di
seluruh dunia. Perspektif epidemiologi melihat kejadian penyakit sebagai hasil interaksi antar tiga
komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko
dari simpulsimpul tersebut. Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. TB menyebar melalui udara tatkala
batuk dan berdahak. Penularan terjadi melalui udara (airborne spreading) dari “droplet” infeksi. Sumber
infeksi adalah penderita TB Paru yang membatukkan dahaknya, dimana pada pemeriksaan hapusan
dahaknya umumnya ditemukan BTA positif. Jumlah angka kejadian TB paru di Sumatera Selatan sebesar
0,53% pada tahun 2018. Sedangkan di Indonesia sebesar 0,73% pada tahun 2010. Perlu di analisis apa
saja faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru di Sumatera Selatan.
ABSTRACT
The World Health Organization (WHO) has launched the 'End Tuberculosis' strategy, which is part of
the Sustainable Development Goals, with one goal, namely to end the worldwide tuberculosis epidemic.
The epidemiological perspective sees disease incidence as a result of the interaction between the three
components of the host (host), agent (agent), and the environment (environment). On the host side,
susceptibility to Mycobacterium tuberculosis infection is strongly influenced by a person's immune system
at that time. TB is spread through the air when coughing and phlegm. Transmission occurs through the
air (airborne spreading) from "droplet" infection. The source of infection is a patient with pulmonary TB
who coughs up phlegm, where on examination the sputum smear is generally found to be smear positive.
The total incidence of pulmonary TB in South Sumatra was 0.53% in 2018. While in Indonesia it was
0.73% in 2010. It is necessary to analyze what factors are related to the incidence of pulmonary TB in
South Sumatra.
alkohol, malnutrisi, merokok (Muchtar et al., Secara umum penularan terjadi dalam
2018). Peningkatan infeksi TB tidak luput dari ruangan sehingga percikan dahak berada dalam
berbagai faktor, yaitu karakteristik individu, waktu yang lama, Percikan dahak yang
lingkungan fisik dan lingkungan sosial di mengandung Mycobacterium tuberculosis
sekitar penderita pasien TB (Prihanti et al., dapat bertahan selama beberapa jam dalam
2015). Terdapat hubungan antara riwayat keadaan gelap dan lembab. Rumah yang
merokok dengan kejadian TB Paru pada pasien mempunyai ventilasi dapat mengurangi jumlah
TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Srondol percikan, sementara sinar matahari langsung
(Hapsari et al., 2019). dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis
Berdasarkan penelitian Dewi dkk. (Lanus et al., 2014). Bakteri penyebab
Didapatkan tidak ada hubungan antara tuberkulosis bisa hidup tahan lama di ruangan
keberadaan sumber infeksi dengan kejadian berkondisi gelap, lembab, dingin, dan tidak
Tuberkulosis Paru. Ada hubungan antara jenis memiliki ventilasi yang baik. Oleh karena itu
dinding dengan kejadian Tuberkulosis Paru. pembangunan rumah tempat tinggal yang
Tidak ada hubungan antara jenis lantai dengan memenuhi syarat kesehatan harus selalu
kejadian Tuberkulosis Paru. Tidak hubungan diperhatikan sehingga risiko terjadinya penyakit
antara tingkat pencahayaan dengan kejadian yang disebabkan oleh kualitas udara yang buruk
Tuberkulosis Paru. Ada hubungan antara suhu dapat dikurangi (Mathofani & Febriyanti,
dengan kejadian Tuberkulosis Paru. Ada 2020).
hubungan antara tingkat kelembaban dengan Faktor risiko penyakit TB paru saling
kejadian Tuberkulosis Paru. Tidak ada berkaitan satu sama lainnya. Penyakit TB di-
hubungan antara tingkat tingkat kepadatan pengaruhi oleh banyak faktor pendukung ter-
hunian dengan kejadian Tuberkulosis Paru. jadinya suatu penyakit salah satunya yaitu:
Tidak ada hubungan antara luas ventilasi pekerjaan (jenis pekerjaan menentukan faktor
dengan kejadian Tuberkulosis Paru (Dewi et al., risiko apa yang harus dihadapi setiap indi-vidu),
2016). kebiasaan merokok (kebiasaan mero-kok
TBC paru termasuk penyakit yang paling meningkatkan risiko untuk terkena pen yakit TB
banyak menyerang usia produktif (15-49 sebanyak 2,2 kali), perilaku kebersihan
tahun). Penderita TBC BTA positif dapat (pengetahuan penderita TB yang kurang tentang
menularkan TBC pada segala kelompok usia. cara penularan, bahaya, dan cara pengobatan
Tahun 2017 di kota Semarang terdapat akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
penderita TBC semua tipe, pada kelompok usia sebagai orang sakit misal perilaku membuang
bayi dan anak 24%, pada kelompok usia 15-44 ludah atau dahak yang sembarangan bisa
tahun adalah 40% dan pada kelompok usia lebih berakibat menjadi sumber penular bagi orang di
dari 55 tahun adalah 22%. Presentase TBC paru sekelilingnya), keadaan sosial ekonomi, kontak
semua tipe pada orang berjenis kelamin laki- serumah dengan pen-derita TB, umur (penderita
laki lebih besar daripada orang berjenis kelamin penyakit TB ada-lah kelompok usia produktif
perempuan dikarenakan laki-laki kurang yaitu 15-50 ta-hun), kondisi sosial budaya,
memperhatikan pemeliharaan kesehatan diri kekebalan, sta-tus gizi, dan penyakit HIV
sendiri serta laki-laki sering kontak dengan (Mardianti et al., 2020).
faktor risiko dibandingkan dengan perempuan. Polusi udara merupakan salah satu contoh
Lamanya waktu kontak atau intensitas kontak dampak terhadap kesehatan lingkungan. Polusi
dengan penderita TBC paru dapat menyebabkan udara dapat menyebabkan gangguan terhadap
seseorang terpapar M. tuberculosis, sehingga gangguan kesehatan masyarakat (Oktriyedi et
harus dapat mengendalikan penularan M. al., 2022; Oktriyedi, Irfannuddin, Ngudiantoro,
tuberculosis melalui deteksi kasus dan & Dahlan, 2021b). Di sumatera selatan terdapat
pengobatan pasien TBC paru, dengan memutus bermacam-macam industri. Industri berada
rantai infeksi. Penularan M. tuberculosis harus pada pemukiman padat penduduk (Oktriyedi,
dihentikan untuk mencegah adanya terduga Dahlan, et al., 2021; Oktriyedi, Irfannuddin,
TBC paru dan kasus baru TBC (Kristini & Ngudiantoro, & Dahlan, 2021a).
Hamidah, 2020).
51
Volume 2, Nomor,1 Mei 2022 Martin, dkk
Berdasarkan hasil penelitian Tubalawony & Perlu di analisis apa saja faktor yang
Maelissa disimpulkan bahwa, Faktor-faktor berhubungan dengan kejadian TB Paru di
yang berhubungan secara signifikan dengan Sumatera Selatan.
kejadian TB paru dewasa antara lain
Pengetahuan dan Status Gizi sedangkan status Ucapan Terima Kasih
pekerjaan dan merokok secara signifikan tidak
berhubungan dengan kejadian TB paru dewasa Penulis mengucapkan terima kasih kepada
(Tubalawony & Maelissa, 2019). Puskemas Rawat Inap Muaradua dan STIKes
Integrasi layanan TBC berpusat pada pasien Al Maarif Baturaja yang telah mefasilitasi
dan upaya pencegahan TBC. a. Diagnosis TBC penulisan artikel ini.
sedini mungkin, termasuk uji kepekaan OAT
bagi semua dan penapisan TBC secara Pustaka
sistematis bagi kontak dan kelompok populasi Darmin, Akbar, H., & Rusdianto. (2020). Faktor
berisiko tinggi. b. Pengobatan untuk semua yang Berhubungan dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
pasien TBC, termasuk untuk penderita resistan
Puskesmas Inobonto. The Indonesian Journal
obat dengan disertai dukungan yang berpusat of Health Promotion Volume.3 No.3, 3(3), 1–
pada kebutuhan pasien (patient-centred 6.
support). c. Kegiatan kolaborasi TB/HIV dan https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/M
tata laksana komorbid TBC yang lain. d. Upaya PPKI/article/view/1147/970
pemberian pengobatan pencegahan pada Dewi, E. F., Suhartono, & Adi, M. S. (2016).
kelompok rentan dan berisiko tinggi serta Hubungan Faktor Lingkungan dengan
pemberian vaksinasi untuk mencegah TBC. 2. Kejadian TB Paru Di Kota Magelang.
Kebijakan dan sistem pendukung yang berani JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
dan jelas. a. Komitmen politis yang diwujudkan Journal), 4(2), 149–159.
dalam pemenuhan kebutuhan layanan dan https://media.neliti.com/media/publications/1
8633-ID-hubungan-faktor-lingkungan-rumah-
pencegahan TBC. b. Keterlibatan aktif
dengan-kejadian-tb-paru-di-kota-
masyarakat, organisasi sosial kemasyarakatan magelang.pdf
dan pemberi layanan kesehatan baik pemerintah Fahdhienie, F., Agustina, A., & Ramadhana, P. V.
maupun swasta. c. Penerapan layanan kesehatan (2020). Analisis Faktor Risiko Terhadap
semesta (universal health coverage) dan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Di Wilayah
kerangka kebijakan lain yang mendukung Kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie Tahun
pengendalian TBC seperti wajib lapor, 2019. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 7(2),
registrasi vital, tata kelola dan penggunaan obat 52–60. https://doi.org/10.22435/sel.v7i2.3735
rasional serta pengendalian infeksi. d. Jaminan Fitria, E., Ramadhan, R., & Rosdiana, R. (2017).
sosial, pengentasan kemiskinan dan kegiatan Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di
lain untuk mengurangi dampak determinan Puskesmas Rujukan Mikroskopis Kabupaten
Aceh Besar. Sel Jurnal Penelitian Kesehatan,
sosial terhadap TBC. Intensifikasi riset dan
4(1), 13–20.
inovasi a. Penemuan, pengembangan dan https://doi.org/10.22435/sel.v4i1.1441
penerapan secara cepat alat, metode intervensi Hapsari, A. R., Faridah, F., Balwa, anugrah febrino,
dan strategi baru pengendalian TB. b. & Saraswati, lintang dian. (2019). Analisis
Pengembangan riset untuk optimalisasi Kaitan Riwayat Merokok terhadap Pasien
pelaksanaan kegiatan dan merangsang Tuberkulosis Paru (Tb Paru) di Puskesmas
inovasiinovasi baru untuk mempercepat Srondol. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, 3(2), 47–
pengembangan program pengendalian TB 50.
(Kemenkes RI, 2018). Kemenkes RI. (2007). Laporan Nasional Riskesdas
2007. 1–336.
Kesimpulan http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Ri
skesdas 2007 Nasional.pdf
Jumlah angka kejadian TB paru di Sumatera Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.
Selatan sebesar 0,53% pada tahun 2018. 1–466.
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-
Sedangkan di Indonesia sebesar 0,73% pada riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
tahun 2010. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
53
Volume 2, Nomor,1 Mei 2022 Martin, dkk
55