Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENGENDALIKAN EMOSI BAGI SISWA KELAS


XII AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA
SMK MUHAMMADIYAH 4 SANGKAPURA

Novita Al Muthmainnah, S.Psi., M.Si


SMK Muhammadiyah 4 Sangkapura
novita.sawafi@gmail.com

Pendahuluan

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Pada fase remaja, banyak tuntutan yang mesti ditanggung oleh individu yang berada
pada fase remaja. Remaja di tuntut untuk mulai mengenali karakter orang dewasa,
yakni harus bertanggungjawab baik untuk dirinya sendiri maupun tanggungjawab
dalam kehidupan sosial masyarakat, harus belajar mandiri, dan diharapkan untuk
tidak bertingkah seperti masa kanak-kanak lagi. Perubahan secara fisik, perubahan
nilai, perubahan hubungan dengan orang lain dan semua perubahan dan tekanan yang
mereka alami sejak transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja membuat remaja
mengalami ketidakstabilan emosi (Putro, 2017).

Perkembangan emosi pada remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga


remaja ada yang emosinya belum matang, ada pula yang sudah matang. Kematangan
emosi nampak dari cara remaja dalam mengekspresikan emosinya. Kematangan emosi
pada usia remaja dapat diketahui dari kemampuan mereka dalam mengendalikan
emosinya ke arah yang lebih baik atau ke arah yang positif, hubungan yang sehat
dengan teman, mengatur waktu belajar dengan tugas-tugas lainnya (Nashukah & Ira
2013).
Emosi perlu di kontrol agar tetap stabil, walaupun individu mengalami peristiwa
yang memicu emosinya menjadi tidak stabil atau lebih dominan memunculkan emosi-
emosi negatif (sedih, marah, kecewa dan lainnya), jika mampu mengendalikan dengan
baik, maka emosi akan diekspresikan secara wajar dan tidak merugikan diri sendiri
maupun orang lain.
Aktivitas otak juga dipengaruhi oleh emosi. Apabila emosi dalam kondisi tidak
stabil, maka aktivitas otak akan terganggu. Jika aktivitas otak terganggu, motivasi
belajar pun akan menurun. Oleh sebab itu, remaja perlu dibimbing agar dapat terampil
dalam mengendalikan emosinya. Jika emosi dapat dikendalikan dengan baik, emosi
positifnya lebih dominan, maka aktivitas otaknya akan meningkat. Remaja yang
terampil dalam mengendalikan emosi bisa mempengaruhi perilakunya ke arah yang
positif, diantaranya mampu berkonsentrasi dengan baik, motivasi belajarnya
meningkat, serta mampu membuat keputusan dengan baik. (Fauzi & Syska, 2018).
Mengingat pentingnya keterampilan mengendalikan emosi, maka siswa SMK
yang masuk dalam kategori remaja pertengahan memerlukan bimbingan agar dapat
terampil dalam mengendalikan emosinya. Kemampuan mengendalikan emosi sangat
penting untuk dimiliki oleh siswa. Selain atas dasar krisis yang dialami siswa dalam
menghadapi masa-masa remajanya, juga berdasar pada hasil analisis kebutuhan siswa
untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Sehingga guru bimbingan dan
konseling dapat membantu siswa agar memiliki keterampilan dalam mengendalikan
emosi dengan layanan dasar yaitu dengan strategi bimbingan kelompok. Strategi
bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemampuan remaja dalam mengendalikan
emosi (priatmoko, 2011).
Bimbingan kelompok sering diterapkan untuk membantu siswa yang mengalani
permasalahan dalam perkembangannya. Layanan bimbingan kelompok dapat
meningkatkan tanggungjawab belajar pada siswa (Rahmadani, 2019). Bimbingan
kelompok juga dapat meningkatkan tanggungjawab siswa dalam melaksanakan tugas
tepat waktu, berani menanggung resiko terhadap diri sendiri, dan komitmen terhadap
kewajiban (Lestari & Titin, 2018).
Bimbingan kelompok merupakan bagian dari layanan dasar bimbingan dan
konseling di sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa memahami dirinya sesuai
dengan karakteristi perkembangan siswa. Layanan bimbingan kelompok dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalam mengikuti layanan. Keterlibatan siswa dalam
bimbingan kelompok berupa keakraban dalam kelompok, memenuhi aturan kelompok,
keterampilan komunikasi dan memberikan kesempatan kepada temannya dalam curah
pendapat (Dwiartanta, 2012).
Melalui bimbingan kelompok, siswa secara langsung terlibat untuk membahas
masalah pengendalian emosi melalui dinamika kelompok. Teknik yang dapat
digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok adalah curah pendapat, berdiskusi
dan bermain peran mengenai keterampilan dalam mengendalikan emosi agar siswa
memiliki wawasan sekalian praktik dalam mengaplikasikan di kehidupan yang nyata.
Oleh karena itu peneliti mengambil subyek penelitian penelitian siswa kelas XII
jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK Muhammadiyah 4 Sangkapura,
karena berdasarkan hasil angket kebutuhan siswa diperoleh hasil prioritas tertinggi
pada bidang perkembangan pribadi, poin pernyataan mengendalikan emosi. Adapun
tindakan kelas yang akan di teliti

Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan dan
konseling (PTBK) dengan memberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan
teknik roleplaying bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan
emosi. Kegiatan bimbingan dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Pada masing-masing siklus
dilaksanakan sebanyak satu kali pertemua. Tiap pertemuan melaksanakan bimbingan
kelompok dengan teknik roleplaying.

Peneliti melakukan pengumpulan data awal (pretest) dengan memberikan skala


pada peserta didik sebelum dilaksanakan kegiatan bimbingan siklus 1, dan data akhir
(post test) diberikan setelah melaksanakan kegiatan pada siklus 2. Pengumpulan data
pretest dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal mengenai tingkat
pengendalian emosi pada masing-masing peserta didik. Kemudian data post test
dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah
mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling, sehingga dengan data post test ini peneliti
dapat mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan pengendalian emosi setelah
diberikan perlakuan berupa teknik role playing.

Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasikan dalam kategori rendah,


sedang dan tinggi. Pada skala regulasi emosi yang digunakan pada pretest dan posttest,
skor pencapaian berada pada rentang angka 1 hingga 6 dengan banyak aitem 22,
sehingga interval kriteria tersebut dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut:

Skor total tertinggi = 22 x 6 = 132

Skor total terendah = 22 x 1 = 22

Kelas interval = skor total tertinggi – skor total terendah


Kategori

= 132 – 22 = 110 = 37
3 3
Berdasarkan kelas interval di atas dapat dibuat distribusi bergolong sesuai dengan
kategori jawaban skala regulasi emosi sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Bergolong Keterampilan Mengendalikan Emosi


Peserta Didik
Interval Kategori
96 – 132 Tinggi
59 – 95 Sedang
21 – 58 Rendah
Hasil pretest diketahui bahwa tingkat keterampilan mengendalikan emosi peserta
didik secara keseluruhan sejumlah 5 orang berada pada kategori sedang, yaitu berada
pada rentang interval 59 – 95.
Tabel 2. Skor Pre Test Keterampilan Mengendalikan Emosi
Peserta Didik Skor Pre Test Kategori
HR 94 Sedang
RD 78 Sedang
IL 88 Sedang
SN 82 Sedang
MF 89 Sedang
Skor rata-rata 86,2

Hasil pre test skala mengendalikan emosi peserta didik menunjukkan skor pada
rentang 21 – 58 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori rendah, skor
pada rentang 59 – 95 sebanyak 5 peserta didik atau 100% berada pada kategori sedang,
dan skor pada rentang 96 – 132 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori
tinggi. Apabila dilihat dari tabel 3, nampak bahwa secara keseluruhan peserta didik
memiliki tingkat keterampilan mengendalikan emosi berada pada kategori sedang.
Distribusi frekuensi ini bisa dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test
Interval Frekuensi Persentasi Kategori
96 – 132 0 0% Tinggi
59 – 95 5 100% Sedang
21 – 58 0 0% Rendah
Jumlah 5 100% -

Berdasarkan hasil post test diketahui bahwa sebanyak 4 peserta didik mengalami
peningkatan dalam keterampilan mengendalikan emosi setelah melaksanakan kegiatan
bimbingan kelompok teknik role playing pada siklus I dan siklus II. Sedangkan 1 peserta
didik mengalami peningkatan hanya beberapa skor saja, sehingga masih dalam
kategori sedang.

Tabel 4. Skor Post Test Keterampilan Mengendalikan Emosi


Peserta Didik Skor Post Test Kategori
HR 115 Tinggi
RD 92 Sedang
IL 109 Tinggi
SN 104 Tinggi
MF 113 Tinggi
Skor rata-rata 106,6

Hasil post test skala mengendalikan emosi peserta didik menunjukkan skor
pada rentang 21 – 58 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori
rendah, skor pada rentang 59 – 95 sebanyak 1 peserta didik atau 20% berada pada
kategori sedang, dan skor pada rentang 96 – 132 sebanyak 4 peserta didik atau 80%
berada pada kategori tinggi. Apabila dilihat dari tabel 5, nampak bahwa secara
Distribusi frekuensi hasil post test ini bisa dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test
Interval Frekuensi Persentasi Kategori
96 – 132 4 80 % Tinggi
59 – 95 1 20% Sedang
21 – 58 0 0% Rendah
Jumlah 5 100% -

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan bimbingan, pada siklus I peserta didik
secara keseluruhan belum mampak aktif dan masih malu untuk melakukan kegiatan
role playing, pemahaman mengenai mengendalikan emosi masih kurang, dan keaktifan
dalam berpendapat juga masih kurang. Sedangkan pada kegiatan bimbingan kelompok
pada siklus II, peserta didik mampak lebih aktif, baik dalam mengajukan pendapat
maupun dalam kegiatan role playing. Pada siklus ke II, peneliti memberikan contoh
nyata dalam bentuk film pendek mengenai jenis-jenis emosi dan cara
mengendalikannya. Sehingga peserta didik lebih semangat dan mudah memahami
materi yang telah disampaikan pada siklus I dalam bentuk power point.

Dari capaian penelitian tindakan ini, peneliti melakukan analisis data untuk
mengetahui kontribusi sebelum dan sesudah memberikan layanan bimbingan
kelompok teknik role playing pada peserta didik dalam meningkatkan kemampuan
mengendalikan emosi.
Sebelum dilaksanakan kegiatan binbingan kelompok teknik role playing, peserta
didik diberikan skala untuk mengukur tingkat kemampuannya dalam mengendalikan
emosi. Hasil diperoleh bahwa dari 5 peserta didik secara kesuluruhan memiliki
kemampuan mengendalikan emosi berada pada kategori sedang. Siklus I bimbingan
kelompok dengan teknik role playing dilakukan agar peserta didik mampu memahami
dan memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Namun karena pada siklus I
peserta didik masih belum aktif dalam kegiatan role playing, dalam masih belum
memahami materi dengan baik, maka siklus I perlu ditingkatkan dengan melakukan
bimbingan kelompok kembali pada siklus II agar mencapai perilaku yang diharapkan.
Pada siklus II dilakukan bimbingan kelompok teknik role playing, dimana peserta
didik bergantian melakukan role playing. Berdasarkan analisis dan refleksi tindakan
pada siklus II, peserta didik sudah mengalami peningkatan dalam kemampuan
mengendalikan emosi. Oleh sebab itu penelitian tindakan dipandang sudah cukup
untuk siklus II karena secara keseluruhan peserta didik mengalami peningkatan,
walaupun ada satu peserta didik yang peningkatannya tidak banyak atau masih berada
dalam kategori sedang. Hasil ini diketahui dari data post test yang diberikan kepada
peserta didik diakhir kegiatan bimbingan pada siklus II.
Sesuai Tujuan layanan bimbingan kelompok, yaitu membahas topik tertentu yang
mengandung permasalahan aktual dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika
kelompok yang intensif, pembahasan topic-topik itu mendorong perkemangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap (Rahmadani, 2019). Sedangkan teknik
role playing digunakan untuk terapi terhadap seseorang yang mengalami kesulitan
dengan dirinya, mengembangkan perilaku adaptif, kesulitan mengendalikan dan
mengelola diri, serta untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang
terjadi pada dirinya (Subagiyo, 2013). Dengan demikian, bimbingan kelompok dengan
teknik role playing memiliki peranan penting dalam membantu menyelesaikan
permasalahan peserta didik.

Simpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dengan


teknik role playing dapat meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi pada
peserta didik kelas XII jurusan Akuntansi dan Keuangan Lembaga di SMK
Muhammadiyah 4 Sangkapura. Hasil peningkatan ini diketahui dari perbandingan
nilai skor antara data pre test dan post test. Pada data pre test diperoleh hasil bahwa
peserta didik secara keseluruhan memiliki tingkat pengendalian emosi pada kategori
sedang, sedangkan pada post test diperoleh hasil bahwa 4 peserta didik mengalami
peningkatan yang signifikan yakni berada pada kategori tinggi, sedangkan 1 peserta
didik masih dalam kategori sedang, namun skornya meningkat dari skor pre test.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D.K. (2017). Skripsi: Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role
Playing Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Pada Siswa.
Universitas Negeri Semarang
Bacon, T. 2016. Emotion Regulation : Managing Emotions. An Emotion Regulation Skills
Group
Depdiknas. 2006. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen PDM,
Direktur Pendidikan Menengah Umum.
Dess, N. 2010. Emotion : A Unit Lesson Plan For High School Psychology Teachers. American
Psychological Association
Diana, R.R. 2015. Pengendalian Emosi Menurut Psikologi Islam. Jurnal UNISIA, 37 (82).
Dwiartanta, A. S. 2012. Peningkatan Budi Pekerti Melalui Layanan Bimbingan
kelompok Pada Siswa Kelas IX C SMP Negeri 4 Wates Kulon Progo. Jurnal Ilmiah
Guru “COPE”, (1).
Fauzi, T & Syska P.S. 2018. Kemampuan Mengendalikan Emosi Pada Siswa dan Implikasinya
Terhadap Bimbingan dan Konseling. Palembang: Universitas PGRI
Lestari, S.F & Titin, I.P. 2018. Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Mufidah, A. (2019). Skripsi: Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Roleplaying Untuk
Membantu Mengelola Emosi Marah Pada Remaja Putus Sekolah Di Panti Pelayanan
Social Anak Taruna Yodha Sukoharjo. Institute Agama Islam Negeri Surakarta
Nashukah, F & Ira D. 2013. Perbedaan Kematangan Emosi Remaja Ditinjau Dari
Struktur Keluarga. Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, 3 (2).
Prawira, N.A. 2009. Perbedaan Pengendalian Emosi Antara Mediator dan Mediator.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Priatmoko, S. D. 2011. Upaya Meningkatkan Pengendalian Emosi Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Alhidayah Desa Desel
Sadeng Kecamatan Gunung Pati Semarang. Semarang: Universitas Semarang.
Putro, K.Z. 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17 (1:25-23).
Rahmadani, R. 2019. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan
Tanggung Jawab Belajar Siswa. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Subagiyo, H. 2013. Roleplay untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Tarigan, A.F. (2014). Skripsi: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Siswa yang Beragama Islam di
SMP Negeri 6 Binjai Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Mentoring Agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya

Anda mungkin juga menyukai