Pendahuluan
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Pada fase remaja, banyak tuntutan yang mesti ditanggung oleh individu yang berada
pada fase remaja. Remaja di tuntut untuk mulai mengenali karakter orang dewasa,
yakni harus bertanggungjawab baik untuk dirinya sendiri maupun tanggungjawab
dalam kehidupan sosial masyarakat, harus belajar mandiri, dan diharapkan untuk
tidak bertingkah seperti masa kanak-kanak lagi. Perubahan secara fisik, perubahan
nilai, perubahan hubungan dengan orang lain dan semua perubahan dan tekanan yang
mereka alami sejak transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja membuat remaja
mengalami ketidakstabilan emosi (Putro, 2017).
Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan dan
konseling (PTBK) dengan memberikan layanan bimbingan kelompok menggunakan
teknik roleplaying bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan
emosi. Kegiatan bimbingan dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Pada masing-masing siklus
dilaksanakan sebanyak satu kali pertemua. Tiap pertemuan melaksanakan bimbingan
kelompok dengan teknik roleplaying.
= 132 – 22 = 110 = 37
3 3
Berdasarkan kelas interval di atas dapat dibuat distribusi bergolong sesuai dengan
kategori jawaban skala regulasi emosi sebagai berikut:
Hasil pre test skala mengendalikan emosi peserta didik menunjukkan skor pada
rentang 21 – 58 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori rendah, skor
pada rentang 59 – 95 sebanyak 5 peserta didik atau 100% berada pada kategori sedang,
dan skor pada rentang 96 – 132 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori
tinggi. Apabila dilihat dari tabel 3, nampak bahwa secara keseluruhan peserta didik
memiliki tingkat keterampilan mengendalikan emosi berada pada kategori sedang.
Distribusi frekuensi ini bisa dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Pre Test
Interval Frekuensi Persentasi Kategori
96 – 132 0 0% Tinggi
59 – 95 5 100% Sedang
21 – 58 0 0% Rendah
Jumlah 5 100% -
Berdasarkan hasil post test diketahui bahwa sebanyak 4 peserta didik mengalami
peningkatan dalam keterampilan mengendalikan emosi setelah melaksanakan kegiatan
bimbingan kelompok teknik role playing pada siklus I dan siklus II. Sedangkan 1 peserta
didik mengalami peningkatan hanya beberapa skor saja, sehingga masih dalam
kategori sedang.
Hasil post test skala mengendalikan emosi peserta didik menunjukkan skor
pada rentang 21 – 58 sebanyak 0 peserta didik atau 0% berada pada kategori
rendah, skor pada rentang 59 – 95 sebanyak 1 peserta didik atau 20% berada pada
kategori sedang, dan skor pada rentang 96 – 132 sebanyak 4 peserta didik atau 80%
berada pada kategori tinggi. Apabila dilihat dari tabel 5, nampak bahwa secara
Distribusi frekuensi hasil post test ini bisa dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Post Test
Interval Frekuensi Persentasi Kategori
96 – 132 4 80 % Tinggi
59 – 95 1 20% Sedang
21 – 58 0 0% Rendah
Jumlah 5 100% -
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan bimbingan, pada siklus I peserta didik
secara keseluruhan belum mampak aktif dan masih malu untuk melakukan kegiatan
role playing, pemahaman mengenai mengendalikan emosi masih kurang, dan keaktifan
dalam berpendapat juga masih kurang. Sedangkan pada kegiatan bimbingan kelompok
pada siklus II, peserta didik mampak lebih aktif, baik dalam mengajukan pendapat
maupun dalam kegiatan role playing. Pada siklus ke II, peneliti memberikan contoh
nyata dalam bentuk film pendek mengenai jenis-jenis emosi dan cara
mengendalikannya. Sehingga peserta didik lebih semangat dan mudah memahami
materi yang telah disampaikan pada siklus I dalam bentuk power point.
Dari capaian penelitian tindakan ini, peneliti melakukan analisis data untuk
mengetahui kontribusi sebelum dan sesudah memberikan layanan bimbingan
kelompok teknik role playing pada peserta didik dalam meningkatkan kemampuan
mengendalikan emosi.
Sebelum dilaksanakan kegiatan binbingan kelompok teknik role playing, peserta
didik diberikan skala untuk mengukur tingkat kemampuannya dalam mengendalikan
emosi. Hasil diperoleh bahwa dari 5 peserta didik secara kesuluruhan memiliki
kemampuan mengendalikan emosi berada pada kategori sedang. Siklus I bimbingan
kelompok dengan teknik role playing dilakukan agar peserta didik mampu memahami
dan memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosi. Namun karena pada siklus I
peserta didik masih belum aktif dalam kegiatan role playing, dalam masih belum
memahami materi dengan baik, maka siklus I perlu ditingkatkan dengan melakukan
bimbingan kelompok kembali pada siklus II agar mencapai perilaku yang diharapkan.
Pada siklus II dilakukan bimbingan kelompok teknik role playing, dimana peserta
didik bergantian melakukan role playing. Berdasarkan analisis dan refleksi tindakan
pada siklus II, peserta didik sudah mengalami peningkatan dalam kemampuan
mengendalikan emosi. Oleh sebab itu penelitian tindakan dipandang sudah cukup
untuk siklus II karena secara keseluruhan peserta didik mengalami peningkatan,
walaupun ada satu peserta didik yang peningkatannya tidak banyak atau masih berada
dalam kategori sedang. Hasil ini diketahui dari data post test yang diberikan kepada
peserta didik diakhir kegiatan bimbingan pada siklus II.
Sesuai Tujuan layanan bimbingan kelompok, yaitu membahas topik tertentu yang
mengandung permasalahan aktual dan menjadi perhatian peserta. Melalui dinamika
kelompok yang intensif, pembahasan topic-topik itu mendorong perkemangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap (Rahmadani, 2019). Sedangkan teknik
role playing digunakan untuk terapi terhadap seseorang yang mengalami kesulitan
dengan dirinya, mengembangkan perilaku adaptif, kesulitan mengendalikan dan
mengelola diri, serta untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang
terjadi pada dirinya (Subagiyo, 2013). Dengan demikian, bimbingan kelompok dengan
teknik role playing memiliki peranan penting dalam membantu menyelesaikan
permasalahan peserta didik.
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D.K. (2017). Skripsi: Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Role
Playing Untuk Mengurangi Kecemasan Berbicara Di Depan Kelas Pada Siswa.
Universitas Negeri Semarang
Bacon, T. 2016. Emotion Regulation : Managing Emotions. An Emotion Regulation Skills
Group
Depdiknas. 2006. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen PDM,
Direktur Pendidikan Menengah Umum.
Dess, N. 2010. Emotion : A Unit Lesson Plan For High School Psychology Teachers. American
Psychological Association
Diana, R.R. 2015. Pengendalian Emosi Menurut Psikologi Islam. Jurnal UNISIA, 37 (82).
Dwiartanta, A. S. 2012. Peningkatan Budi Pekerti Melalui Layanan Bimbingan
kelompok Pada Siswa Kelas IX C SMP Negeri 4 Wates Kulon Progo. Jurnal Ilmiah
Guru “COPE”, (1).
Fauzi, T & Syska P.S. 2018. Kemampuan Mengendalikan Emosi Pada Siswa dan Implikasinya
Terhadap Bimbingan dan Konseling. Palembang: Universitas PGRI
Lestari, S.F & Titin, I.P. 2018. Penerapan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan Untuk
Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Mufidah, A. (2019). Skripsi: Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Roleplaying Untuk
Membantu Mengelola Emosi Marah Pada Remaja Putus Sekolah Di Panti Pelayanan
Social Anak Taruna Yodha Sukoharjo. Institute Agama Islam Negeri Surakarta
Nashukah, F & Ira D. 2013. Perbedaan Kematangan Emosi Remaja Ditinjau Dari
Struktur Keluarga. Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, 3 (2).
Prawira, N.A. 2009. Perbedaan Pengendalian Emosi Antara Mediator dan Mediator.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Priatmoko, S. D. 2011. Upaya Meningkatkan Pengendalian Emosi Melalui Layanan
Bimbingan Kelompok Pada Remaja Di Panti Asuhan Yayasan Alhidayah Desa Desel
Sadeng Kecamatan Gunung Pati Semarang. Semarang: Universitas Semarang.
Putro, K.Z. 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja. Jurnal
Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 17 (1:25-23).
Rahmadani, R. 2019. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan
Tanggung Jawab Belajar Siswa. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Sobur, A. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia
Subagiyo, H. 2013. Roleplay untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Tarigan, A.F. (2014). Skripsi: Perbedaan Regulasi Emosi Pada Siswa yang Beragama Islam di
SMP Negeri 6 Binjai Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Mentoring Agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya