Anda di halaman 1dari 4

EFEKTIVITAS PSIKOEDUKASI MOOD SWING

PADA REMAJA SMAN 1 KEDAMEAN


Penulis: Aida Cahyaning Artanto

E-mail: aida.20043@mhs.unesa.ac.id
Dosen Pengampu: Dr. Mochamad Nursalim, M.Si., Evi Winingsih, M.Pd., Bakhrudin Al Hasby, M.
Pd

Prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas


Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak: Gangguan mood adalah masalah kejiwaan yang disebabkan oleh gangguan depresi. Timbulnya gejala
depresi pada masa remaja sangat menentukan timbulnya depresi dewasa di kemudian hari. Diperkirakan sekitar
1,5-2,5% pada praremaja dan 4-5% pada remaja. Fakta bahwa kesedihan dan keputusasaan juga dapat terjadi pada
anak-anak dan remaja telah terjadi pada masa ke masa, namun pemahaman masyarakat utamanya masyarakat usia
pra hingga remaja terhadap konsep gangguan mood masih belum maksimal.

Kata Kunci: Gangguan Mood, Remaja

Abstract: Mood disorders are psychiatric problems caused by depressive disorders. The emergence of
depressive symptoms in adolescence will determine the emergence of adult depression in later life. It
is estimated to be around 1.5-2.5% in prepubescents and 4-5% in adolescents. The fact that sadness
and hopelessness can also occur in children and adolescents has occurred from time to time, but
people's understanding, especially pre-adolescent people, of the concept of mood disorders is still not
optimal.

Keywords: Mood Disorders, Adolescents


PENDAHULUAN adanya psikoedukasi untuk memberikan
pemahaman tentang gangguan mood.
Hakikatnya gangguan mood merupakan
suatu masalah psikologis yang muncul karena Psikoedukasi adalah metode intervensi
adanya gangguan depresi. Depresi adalah suatu yang fokus mendidik partisipannya mengenai
gangguan pdikologis yang disebabkan karena tantangan atau masalah-masalah dalam hidup.
adanya perasaan sedih yanng berlebihan, apais, Intervensi ini dapat dilakukan pada individu,
pesimis dan lain-lain. keluarga, dan kelompok, membantu partisipan
Gejala gangguan mood ditandai dengan mengembangkan sumber-sumber dukungan dan
perasaan yang mudah tersinggung, nafsu makan dukungan sosial dalam menghadapi tantangan
yang menurun, gangguan tidur, sedih yang tersebut, dan mengembangkan keterampilan
berkebihan dan sebagainya. Yang paling umum coping untuk menghadapi tantangan tersebut
terjadi adalah perasaan yang mudah tersinggung. (Walsh, 2010).
Biasanyaorang yang sedang suasana hatinya
kurang baik (Mood Swing) saat beradadidalam Dari penjelasan diatas metode intervensi
lingkar sosialnya setiap kalai ada sesuatu yang psikoedukasi dikira tepat untuk memberikan
menurut orang memsnsekitarnya lucu dan mereka pemahaman tentang gangguan mood atau mood
tetawa, orang dengan gangguan mood justru swing.
merasa tersindir dengan lelucon tersebut.
Karenaadanya gangguan tonus psikisnya. Pemahaman masyarakat utamanya
remaja tentang gangguan mood ini masih sangat
Penyebab dari gangguan mood bervariasi. minim. Dan kondisi inilah yang mendorong
Eksternal ataupun internal. Salah satunya adalah, penulis untuk melakukan kegiatan psikoedukasi
cuaca. Perubahan cuaca secara tiba-tiba dapat tentang gangguan mood dengan harapan dapat
menghancurkan suaanhati seseorang. Semisalkan, mbeerikan pengetahuan lebih tentang gangguan
pagi hari cuaca sedang cerah berawan namun mood.
selisih waktu 30 menit turun hujan. Suasana hati
seorang dengan gangguan mood menghadapi METODE
perubahan cuaca ini akan merasa sangat kecewa Metode yang digunakan dalam penulisan
dan sedih dan bahkan sampai mnganggu aktivitas
artikel ini adalah kualitatif berupa penelitian
sehari-hari mereka. Mereka enggan untuk
berkala dengan desain A-B-A. Dan pmetode
melakukan kegiatan mereka.
ceramah untuk tahapan kedua pada desain A-B-
Ganggaun mood yang tidak stabil dan A. Subjek atau sasaran dalam penelitian
muncul dengan frekuensi yang ekstrem dapat psikoedukasi ini adalah remaja berusisa 15-16
menyebabkan segala macam penyakit kejiwaan. tahun jenjang pendidikan SMA kelas X dan XI
Seperti yang sedang marak saat ini adalah SMA.
bipolar. Bipolar merupakan salah satu jenis
penyakit kejiwaan yang penderitanya memiliki Adapun institusi pendidikan sasaran
kepribadian ambang dan cara berpikirnya sudah adalah sekolah menengah keatas SMAN 1
terputus dari dunia nyata. Kedamean Gresik. Partisipan berjumlah kurang
lebih 20 siswa dengan kelas campuran yaitu,
Gangguan mood memiliki dampak yang kelas X dan XI dengan jurusan bahasa, IPA, dan
sangat buruk apabila tidak ditangani sejak dini. IPS.
Penangan kelainan psikiatris ini utamanya adalah
oleh penderita sendiri dan didukung oleh orang- HASIL DAN PEMBAHASAN
orang terdekatnya yaitu, keluarga. Keluarga
berperan penting dalam penangan masalah ini dan Penelitian ini dilakukan dengan desain
sebagai care giver pertama dan utama, keluarga A-B-A. A-B-A merupakan pengembangan dari
harus mengetahui tentang perlakuan yang tepat desain A-B. Desain A-B-A ini menunjukan
untuk menyembuhkan gangguan mood pada adanya sebab akibat dari suatu masalah.
penderita.
Prosedur desain ini berjumlah tiga
Dalam rangka untuk menemukan tahapan. A sebagai baseline awal untuk
treatment yang baik untuk penderita, diperlukan mengetahui kondisi psikis sasaran dan B sebagai
adanya pengetahuan yang dalam mengenai tahapan intervensi atau pemberian pogram dan
gangguan mood. Oleh karena itu, diperlukan A2 sebagai tahapan pengulangan baseline setelah
diberikan perlakuan untuk mengukur efektivitas tahapan B yaitu tahapan intervensi dengan
program. program psikoedukasi.
Pada penelitian ini penulis melakukan Judul materi psikoedukasi ini adalah
tahapan A di hari pertama sebagai perantara “Mood Swing Pada Remaja”. Metode yang
untuk mengetahui kondisi sasaran dengan digunakan dalam menyampaikan materi adalah
menggunakan teknik tes tertulis. Tes ini metode ceramah.
menggunakan media google form yang diberikan
beberapa pertanyaan tentang gejala gangguan Psikoedukasi memakan waktu 80 menit
mood atau mood swing. dengan 50 menit penyampaian materi serta 30
menit untuk sesi tanya jawab dan sharing
Saat pengisian instrumen asesmen pengalaman sasaran saat mengalami gejala mood
penulis tidak memberitahukan kepada sasaran swing.
bahwa tes tersebut merupakan deteksi awal
kondisi psikis mereka. Hal ini bertujuan untuk Hari ke-empat penulis melakukan
agar supaya, penulis bisa mendapatkan data yang tahapan akhir dari desain A-B-A yaitu A2
natural, sehingga bisa memberikan psikoedukasi baseline setelah diberikan program. Tahapan ini
yang tepat. bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program psikoedukasi yang diberikan. Sama
Saat seluruh sasaran atau partisipan dengan baseline awal, bseline akhir dilakukan
sudah mengisi dan menjawab instrumen, penulis dengan metode tes dengan instrumen asesmen
mempelajari jawaban dari sasaran. Dan penulis serta media yang sama yaitu, google form.
menemukan serta menyimpulkan bahwa 36%
dari 20 sasaran pernah mengalami gejala mood Hasil responden dari sasaran
swing dan sisanya tidak pernah mengalami dan disimpulkan bahwa sasaran sudah paham tentang
sering mengalami gejala mood swing. gangguan suasana hati atau mood swing. Dan
dalam instrumen juga terdapat pertanyaan
Tabel 1. Rancangan Program Psikoedukasi penangan seperti apa yang dapat dilakukan untuk
Mood Swing mengatasi gejala mood swing yang tiba-tiba
terjadi. Jawaban dari sasaran bahwa mereka
sudah memahami apa yang harus dilakukan saat
gejala tersebut tiba-tiba muncul
Sasaran juga sudah memiliki kepekaan
yang lebih tinggi terhadap teman-teman
sekolahnya untuk mmebrikan kepedulian
terhadap gejala mood swing yang mungkin akan
dialamioleh teman-temannya. Dan sasaran juga
sudah memahami apa yang harus dilakukan
sebagai seorang care giver untuk mengatasi
masalah tersebut.

KESIMPULAN
Setelah mempelajari responden dari Psikoedukasi merupakan program
sasaran, penulis membuat rancangan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah
psikoedukasi yang mengacu pada instrumen psikis seseorang. Psikoedukasi dapat dilakukan
asesmen yang sudah dibuat. secara individu, keluarga atau kelompok tertentu.
Materi program mengambil materi Sasaran psikoedukasi juga bisa dari kalangan
tentang cara menangani gejala mood swing yang mana saja.
tiba-tiba terjadi dengan metode ceramah serta Dalam lingkungan perusahaan
media power point. psikoedukasi dilakukan dengan sasaran karyawan
Pada hari ketiga penulis kembali ke dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja
sekolah SMAN 1 Kedamean untuk melakukan karyawan perusahaan.
Dalam lingkungan sekolah psikoedukasi
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
umum dari siswa. Biasanya psikoedukasi ini
dilakukan oleh guru Bimbinngan dan Konseling
untuk mengatasi permsalahan psikis yang dialami
siswa atau tidak hanya itu saja, psikoedukasi juga
sebagai tindakan preventif agar supaya masalah
psikis tidak terjadi pada siswa.
Dalam penelitian ini penulis
melaksanakan program psikoedukasi secara
berkelompok untuk mengenalkan mood swing
pada remaja beserta cara mengatasi gejala-gejala
mood swing. Tidak hanyaitu saja, penulis juga
menumbuhkan rasa kepekaan kepada sasaran
terhadap teman-teman sekolahnya yang cukup
rentan akan gangguan mood ini.
Hasilnya sasaran menjadi lebih mengenal
segala sesuatu yang terjadi pada dirinya sendiri
dan juga temannya. Sasaran juga sudah mampu
untuk menangani gejala-gejala tersebut secara
mandiri.
Penulis berharap agar supaya program
yang berhubungan kondisi psikis anak remaja
dapt terus dilakukan secara kontinyu dan pihak
sekolah juga bisa melakukan asesmen berkal
untuk mengetahui komdisi psikis siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Omrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Findling RL. Course and outcome. In: Kowatch
RA, Fristad MA, Fidling RL, Post RM,
editors. Clinical manual for management of
bipolar disorder in children and
dolescents.Washington DC: Americ psych
publ inc; 2009. p. 23-42.
Subandi, dkk. 2002. Psikoterapi, Pendekatan
Konvensional dan Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Pratiwi Sara Ryan. 2021. Apakah Mood Swing
pada Remaja Normal ?. Kompas.com
https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/
04/171359720/apakah-mood-swing-pada-
remaja-normal?page=all

Anda mungkin juga menyukai