Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Psikologi ISSN 0215-8884 (Print)

Volume 45, Nomor 2, 2018: 81 – 97 ISSN 2460-867X (Online)


DOI: 10.22146/jpsi.29818 https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi

Aplikasi Model Rasch dalam Pengembangan Instrumen


Deteksi Dini Postpartum Depression
Difa Ardiyanti1 & Siti Muthia Dinni2
1,2Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Abstract. After giving birth, women will face a lot challange as a mother. That situation
demands an adaptation process, so that it is risky for women to diagnosed postpartum
depression (PPD) disorder. Late detection and treatment may endanger the lives of the mother
and baby. This condition indicates that PPD is a serious long term mental health problem and
related to mother-child safety issues. Unfortunately, in Indonesia, the postpartum depression
detection tool has never been developed. This study developed an early detection tool of
postpartum depression (PPD) using the Rasch model which considered having advantages
compared to the classical test theory. The subjects were 78 women who had just given birth last
2-6 weeks. Based on the results of the analysis using Winsteps, 13 items of 17 items met the
grain-model fit index, with an alpha reliability coefficient of 0,90. Overall, it can be concluded
that this early detection instrument of postpartum depression has good psychometric
properties. Hence, it can be used for an early assessment and research.
Keywords: depression; mental health of postpartum mother; postpartum depression; rasch
model

Abstrak. Tingginya tantangan seorang ibu pasca melahirkan menuntut sebuah proses adaptasi
yang besar sehingga berisiko mencetus gangguan depresi pasca melahirkan (postpartum
depression atau PPD). Deteksi dan penanganan yang terlambat dapat membahayakan nyawa ibu
dan bayinya. Kondisi ini menunjukkan bahwa PPD merupakan permasalahan kesehatan
mental keluarga serius dalam jangka panjang dan terkait dengan isu keselamatan ibu-anak.
Sayangnya, di Indonesia, alat deteksi PPD belum pernah dikembangkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan instrumen deteksi dini postpartum depression (PPD)
menggunakan model Rasch, suatu pendekatan yang dipandang memiliki keunggulan diban-
dingkan teori tes klasik. Subjek penelitian adalah 78 wanita yang baru saja melahirkan 2-6
minggu terakhir. Berdasarkan hasil analisis menggunakan program Winsteps, didapatkan 13
aitem (dari 17 aitem) yang memenuhi tingkat kesesuaian butir-model, dengan koefisien
reliabilitas alpha 0,90. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa instrumen deteksi dini
postpartum depression ini memiliki properti psikometris yang baik sehingga dapat digunakan
untuk asesmen awal maupun penelitian.
Kata kunci: depresi, kesehatan mental ibu pasca melahirkan, model rasch, postpartum
depression

Seorang ibu pasca melahirkan mengalami dengan proses perawatan bayi, sekaligus
banyak tantangan yang bersumber dari kebutuhan ibu untuk memulihkan kondisi
keharusan untuk menyesuaikan diri fisiknya. Proses perawatan bayi juga

1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: difa.ardiyanti@psy.uad.ac.id, 2s.m.dinni@gmail.com

JURNAL PSIKOLOGI 81
ARDIYANTI & DINNI

memengaruhi kewajiban seorang ibu hypersomnia, agitasi atau retardasi


dalam peran lain seperti dalam keluarga, psikomotor, kelelahan atau kehilangan
pernikahan, kehidupan sosial, dan peker- tenaga, perasaan tidak berharga atau
jaan. Proses penyesuaian besar ini terutama perasaan bersalah yang amat sangat,
dirasakan pada ibu yang baru pertama kali kesulitan dalam berfikir atau berkon-
mengalami kelahiran dan ibu-ibu yang sentrasi, dan pikiran tentang kematian
mengalami kelahiran dengan anak kembar yang berulang (APA, 1994). Gejala minimal
(Choi, Bishai, & Minkovit, 2009; Rosenthal, yang harus muncul adalah munculnya
2003). Banyaknya tantangan ibu pasca mood tertekan/sedih atau berkurangnya
melahirkan ini menuntut proses adaptasi minat dalam hampir segala hal termasuk
yang besar sehingga berisiko mencetus aktivitas yang dilakukan sehari-hari (APA,
gangguan depresi pasca melahirkan 2000). Dalam Pedoman Penggolongan dan
postpartum depression atau PPD. Diagnosis Gangguan Jiwa atau PPDGJ-III
Postpartum depression (PPD) adalah (Departemen Kesehatan Republik
salah satu jenis depresi yang dialami Indonesia, 2003; Maslim, 2001) pun
setelah proses persalinan dengan onset dijelaskan bahwa ada tiga gejala utama
pada satu bulan pertama pasca melahirkan yang harus muncul pada gangguan
yaitu pada minggu ke-2 hingga ke-6 dan depresi, yakni afek depresif, kehilangan
terjadi pada 13% ibu-ibu pasca melahirkan minat dan kegembiraan, serta
(Depkes RI, 2007; Gilbert & Harmon, 2003; berkurangnya energi yang menuju
O’Hara & Swain, 1996; APA, 1994). meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
Diagnosis PPD dalam Diasnostic Statistical lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja)
Manual (DSM) tidak dipisahkan dengan dan menurunnya aktivitas. Di Indonesia,
diagnosis depresi mayor. PPD dianggap prevalensi PPD menunjukkan angka yang
sebagai bagian dari episode berulang dari cukup tinggi, yakni berkisar antara 50-70%
depresi mayor dengan karakteristik onset pada tahun 2009 (Ratna dalam Kurniasari
pasca melahirkan sehingga penanganan- & Astuti, 2015) dan 20,5% pada tahun 2016
nya tidak berbeda dengan gangguan di Kota Denpasar (Dira & Wahyuni, 2016).
depresi mayor (Barlow & Durand, 2012; PPD membawa efek serius bagi kese-
Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2010; hatan, kualitas hubungan ibu dan anak
Carr, 2001). Penegakan diagnosis gang- serta kesehatan mental anak ke depannya.
guan depresi ini memerlukan waktu Ibu yang mengalami PPD akan menunjuk-
sekurang-sekurangnya dua minggu. PPD kan penurunan minat dan ketertarikan
biasanya diawali dengan sindroma terhadap anak bayinya (Fiona, 2004). PPD
gangguan afek ringan yaitu postpartum juga berkaitan dengan perilaku dalam
blues (baby blues syndrome). Apabila PPD pengasuhan yang buruk (seperti permu-
tidak tertangani dengan baik, maka suhan, penolakan, kurangnya sensitivitas
gejalanya dapat berkembang menjadi dan kehangatan), interaksi ibu-anak yang
gejala gangguan yang lebih serius yaitu kurang baik, kesulitan dalam pengasuhan,
postpartum psychosis (Bobak, 2004; O’Hara, dan persepsi yang buruk terhadap anak.
1897). Kondisi ini akan mengakibatkan anak
Gejala PPD meliputi kondisi mood yang mengalami permasalahan dalam pemben-
tertekan atau sedih, kehilangan minat tukan kelekatan dan bonding dengan ibu
hampir di semua aktivitas, penurunan sehingga cenderung mengembangkan
berat badan yang signifikan, insomnia atau insecure attachment. Anak dari ibu yang

82 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

mengalami PPD juga cenderung menga- 0,94. PPDS juga terbukti berkorelasi positif
lami hambatan sepanjang perkembangan- dengan EPDS dan Beck Depression Inventory
nya seperti permasalahan perilaku, (Karacam & Kitis, 2008).
perkembangan kognitif, maupun sosial- Di Indonesia, EPDS lebih populer
emosi seperti temperamen (Newland & digunakan oleh para praktisi dan peneliti
Parade, 2016; Beck, 1998; Beck, 1996). kesehatan dibandingkan PDSS. EPDS
Ancaman terkait tindak bunuh diri dan memang tergolong mudah diadministrasi-
kekerasan pada anak juga merupakan hal kan dan memiliki proses skoring yang
serius yang perlu diwaspadai dalam mudah dan cepat. Para praktisi dan peneliti
permasalahan ibu-ibu dengan PPD. kesehatan di Indonesia menggunakan
Seorang ibu yang putus asa berisiko EPDS yang sudah diterjemahkan ke bahasa
mengakhiri hidupnya dan atau anaknya Indonesia untuk mendeteksi PPD, padahal
(Bick, Mac Arthur, Knowles, & Winter, Gondo (2012) menyebutkan bahwa EPDS
2001). Kondisi ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia tersebut belum melalui
PPD merupakan permasalahan kesehatan proses validasi. Berbagai penelitian yang
mental keluarga serius dalam jangka menggunakan EPDS Bahasa Indonesia
panjang dan terkait dengan isu kesela- sebagai instrumen penelitian (Diniyah,
matan ibu-anak. 2017; Dira & Wahyuni, 2016; Soep, 2011)
Pengembangan alat deteksi dini PPD juga tidak menyampaikan adanya proses
merupakan salah satu hal yang dapat adaptasi maupun uji coba dalam tahapan
dilakukan sebagai usaha preventif penelitian, serta tidak ditemukan adanya
mencegah munculnya permasalahan informasi properti psikometris dari
kesejahteraan mental akibat PPD. Hingga instrumen tersebut. Apabila ditinjau dari
saat ini, setidaknya ada dua instrumen psikometrika, maka EPDS Bahasa
yang dapat digunakan untuk mengukur Indonesia yang digunakan di Indonesia
PPD yakni, Edinburgh Postnatal Depression selama ini belum dapat dipercayai
Scale (EPDS) dan Postpartum Depression ketepatan dan keterhandalan hasil
Screening Scale (PDSS). EPDS berisi 10 aitem pengukurannya. Hal ini menunjukkan
pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yang bahwa belum adanya proses adaptasi
skornya berkisar dari 0–3 (Cox, Holden, & terhadap EPDS sesuai prosedur yang
Sagovsky, 1987). EPDS telah diterjemahan seharusnya dan belum ada pula upaya
ke berbagai bahasa seperti Bahasa Perancis, pengembangan instrumen PPD yang lain
Belanda, Swedia, Spanyol, Cina, Thailand, di Indonesia, padahal PPD merupakan
Turki, Arab, dan Iran (Montazeri, Torkan, permasalahan kesehatan mental ibu yang
Omidvari, 2007). Koefisien reliabilitas penting untuk diperhatikan. Oleh karena-
EPDS versi asli dan terjemahannya tersebut nya, diperlukan penelitian yang berfokus
berkisar di angka 0,7 – 0,98 (Kheirabadi, pada pengembangan instrumen deteksi
Maracy, Akbaeripor, Apaeli, 2012; dini PPD.
Montazeri, et al., 2007; Aydin, Inandi, Yigit, Dalam penelitian ini, peneliti menyu-
Houdoglugil, 2004; Guedeney & sun instrumen deteksi dini PPD berdasar-
Fermanian, 1998). PDSS berisi 35 aitem kan tiga gejala utama gangguan depresi
pernyataan dengan lima pilihan jawaban dalam PPDGJ III (Maslim, 2001; Depar-
(Beck & Gable, 2000). Beberapa hasil temen Kesehatan Republik Indonesia,
penelitian menunjukkan koefisien 2003), yakni (1) afek depresif, (2)
reliabilitas PPDS berkisar di angka 0,8 – kehilangan minat dan kegembiraan, (3)

JURNAL PSIKOLOGI 83
ARDIYANTI & DINNI

berkurangnya energi yang menuju nilai pengukuran standar eror untuk


meningkatnya keadaan mudah lelah dan instrumen yang digunakan yang dapat
menurunnya aktivitas, serta ditambah satu meningkatkan ketepatan perhitungan.
gejala pendukung yang spesifik, yakni Kalibrasi dilakukan dalam pemodelan
gagasan atau perbuatan membahayakan Rasch secara sekaligus dalam tiga hal, yaitu
diri atau bunuh diri. Peneliti memilih tiga skala pengukuran, responden (person), dan
gejala ini karena ketiga gejala tersebut butir soal (item). Suatu instrumen yang
merupakan gejala-gejala yang harus tidak dikalibrasi maka mempunyai
muncul pada gangguan depresi. Untuk kemungkinan menghasilkan data yang
gejala pendukung, peneliti memilih satu tidak valid dan bisa menyebabkan kegiatan
gejala yakni bunuh diri/menyakiti diri riset yang dilakukan mengalami kegagalan
karena gejala ini dipandang mengindikasi- (Sumintono & Widhiarso, 2014; Wibisono,
kan gejala depresi berat sehingga nantinya 2016). Penggunaan model Rasch dalam
seseorang dapat dideteksi lebih awal validasi instrumen akan menghasilkan
apabila ia memiliki indikasi gangguan informasi yang lebih holistik tentang
depresi berat. Instrumen ini dirancang instrumen dan lebih memenuhi definisi
sebagai alat deteksi dini saja, bukan pengukuran (Bond & Fox, 2007). Oleh
instrumen penegakan diagnosis sehingga karenanya, penelitian ini pun menggu-
dari instrumen deteksi dini ini baru nakan pemodelan Rasch dalam analisis
diperoleh indikasi-indikasi awal ada datanya. Dalam penelitian ini, untuk
tidaknya gejala PPD yang kemudian perlu memperjelas hasil analisis model Rasch,
ditindaklanjuti dengan asesmen yang lebih dilakukan pula uji reliabilitas menggu-
detail dan mendalam. nakan pendekatan teori tes klasik sehingga
Penelitian ini berfokus pada pengem- akan tampak perbandingannya antara hasil
bangan instrumen deteksi dini PPD meng- analisis model Rasch dan hasil analisis teori
gunakan pemodelan Rasch. Pemodelan tes klasik. Sejauh ini di Indonesia, sudah
Rasch dipilih karena dianggap lebih ada beberapa riset pengembangan alat
mampu mengembalikan data sesuai ukur menggunakan pemodelan Rasch
kondisi alamiahnya dibandingkan teori tes seperti pengembangan instrumen persepsi
klasik karena data skor mentah dikonversi siswa terhadap karakter moral guru
dulu ke dalam bentuk odds ratio dan (Misbach & Sumintono, 2014), pengujian
selanjutnya dilakukan transformasi alat ukur kesehatan mental di tempat kerja
logaritma menjadi unit logit sebagai (Aziz, 2015), pengembangan instrumen
manisfestasi probabilitas responden dalam pengukuran fundamentalisme agama
merespons suatu aitem. Melalui pemo- (Wibisono, 2016), dan pengembangan skala
delan Rasch, suatu respon yang bersifat efikasi diri dalam pengambilan keputusan
ordinal dapat ditransformasikan ke dalam karir (Ardiyanti, 2016), namun belum ada
bentuk rasio yang memiliki tingkat akurasi yang menggunakan pemodelan Rasch
lebih tinggi dengan mengacu pada prinsip untuk mengembangkan instrumen deteksi
probabilitas. Pemodelan Rasch juga dini PPD.
mampu melakukan prediksi terhadap data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
hilang (missing data), yang didasarkan pada mengembangkan instrumen deteksi dini
pola respon yang sistematis. Hal ini jelas PPD menggunakan model Rasch. Hasil
menjadikan hasil analisis statistik yang dari penelitian adalah alat ukur yang
lebih akurat dan mampu menghasilkan memiliki properti psikometris yang

84 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

memadai sehingga dapat digunakan untuk tertuang dalam PPDGJ III. Keempat
memperoleh informasi yang akurat tentang gejala/kriteria yang digunakan sebagai
kondisi psikologis wanita pasca indikator keperilakuan dalam mengukur
melahirkan, terutama ada tidaknya adanya indikasi PPD pada diri seseorang
indikasi awal gejala postpartum depression. adalah (1) afek depresif (munculnya mood
Hal ini sangat berguna bagi ibu-ibu pasca tertekan disebagian besar waktu, hampir
melahirkan sebagai bentuk evaluasi dan setiap hari seperti merasa sedih, berduka,
deteksi dini, serta Psikolog, terutama atau kosong), (2) kehilangan minat dan
Psikolog yang bertugas di instansi kegembiraan (berkurangnya minat atau
pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah kesenangan dalam hampir segala hal
sakit, dll), dan juga Tenaga Kesehatan lain termasuk aktivitas yang dilakukan sehari-
(Dokter, Bidan, dan Perawat) dalam hari), (3) berkurangnya energi yang
melakukan pendampingan psikologis bagi menuju meningkatnya keadaan mudah
wanita pasca melahirkan. lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) dan menurunnya aktivitas,
dan (4) gagasan atau perbuatan memba-
Metode
hayakan diri atau bunuh diri (pikiran
Subjek dari penelitian ini adalah wanita berulang tentang kematian, dapat berupa
dengan karakteristik baru saja melahirkan pikiran berulang tentang kematian tanpa
(bersalin) antara 2-6 minggu. Karakteristik rencana yang spesifik, percobaan bunuh
ini didasarkan pada konsep teoritik diri, atau rencana spesifik untuk melaku-
Postpartum Depression. Dalam penelitian ini, kan bunuh diri). Blueprint instrumen
terdapat 78 orang wanita yang baru saja deteksi dini Postpartum Depression tersaji
melahirkan (bersalin) antara 2-6 minggu dalam Tabel 1.
sebagai subjek penelitian. Metode penskalaan yang digunakan
Terdapat beberapa tahapan dalam dalam pengembangan instrumen ini
penelitian pengembangan alat ukur ini, adalah metode summated ratings (Likert)
yakni: pertama, identifikasi tujuan ukur dengan lima pilihan respon, yakni Selalu,
(penetapan konstrak teoritik). Konstrak Sering, Kadang-kadang, Jarang, dan Tidak
yang diungkap adalah Postpartum Pernah. Untuk mengantisipasi keguguran
Depression. Postpartum Depression (PPD) aitem, maka jumlah aitem yang dibuat
adalah salah satu jenis depresi yang lebih banyak dari yang diharapkan. Jumlah
dialami ibu setelah proses persalinan aitemnya dirancang tidak terlalu banyak
dengan onset pada minggu ke-2 hingga ke- karena instrumen ini diharapkan dapat
6 pasca melahirkan. Kedua, merumuskan mudah digunakan (user friendly), meski
aspek keperilakuan dan indikator keperi- demikian aitem-aitemnya disusun agar
lakuan yang dituangkan dalam blueprint. memiliki properti psikometri yang baik
Instrumen deteksi dini ini disusun sehingga dapat menjadi instrumen deteksi
berdasarkan tiga gejala utama dan satu dini PPD yang berkualitas.
gejala pendukung gangguan depresi yang

JURNAL PSIKOLOGI 85
ARDIYANTI & DINNI

Tabel 1
Blueprint instrumen deteksi dini postpartum depression

Jumlah aitem Jumlah aitem


No Gejala/Indikator Perilaku Bobot
yang diharapkan yang dibuat
1 Munculnya mood tertekan di sebagian besar 3 5 30%
waktu, hampir setiap hari seperti merasa sedih,
berduka, atau kosong
2 Berkurangnya minat atau kesenangan dalam 3 5 30%
hampir segala hal termasuk aktivitas yang
dilakukan sehari-hari
3 Berkurangnya energi yang menuju meningkat- 3 5 30%
nya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas
4 Gagasan atau perbuatan membahayakan diri 1 2 10%
atau bunuh diri (pikiran berulang tentang kema-
tian, dapat berupa pikiran berulang tentang
kematian tanpa rencana yang spesifik, percobaan
bunuh diri, atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri)

Reviu aitem dilakukan baik dari sisi memperhatikan aitem juga memperhatikan
bahasa maupun isi (professional judgement). aspek responden. Hasil analisis yang
Reviu aitem ini bertujuan untuk melihat ditampilkan adalah reliabilitas aitem,
kesesuaian aitem yang telah ditulis dengan reliabilitas responden, reliabilitas instru-
aspek yang diungkap serta kesesuaian men, tingkat kesesuaian aitem, tingkat
bahasa yang digunakan. Proses ini kesesuaian responden, skalogram, unidi-
dilakukan agar skala yang dibuat memiliki mensionalitas, peta aitem-responden, dan
validitas isi yang baik. Proses reviu aitem analisis peringkat (rating scale). Reliabilitas
dilakukan oleh para ahli yang kompeten, aitem menunjukkan keterpercayaan suatu
yakni dua orang psikolog puskesmas dan aitem untuk mengungkap suatu konstrak
satu orang bidan. Hasilnya, ada beberapa psikologi. Semakin tinggi koefisien reliabi-
aitem yang perlu direvisi agar lebih mudah litas aitem, maka aitem-aitem tersebut
dipahami oleh responden. Setelah dilaku- semakin berkualitas. Reliabilitas responden
kan perbaikan, aitem-aitem tersebut dinilai menunjukkan keajegan atau konsistensi
kembali dan didapatkan hasil yakni, jawaban yang diberikan responden.
koefisien validitas isi aitem (Aiken’s V) Reliabilitas instrumen menunjukkan
berkisar dari 0,667 – 0,917. Instrumen yang kualitas instrumen yang merupakan hasil
telah disusun diuji coba pada 78 wanita interaksi antara responden dan aitem
yang baru saja melahirkan antara 2-6 secara keseluruhan.
minggu. Tingkat kesesuaian aitem digunakan
untuk mengetahui sejauhmana suatu aitem
Prosedur analisis data memiliki ketepatan dengan model. Tingkat
Analisis data dilakukan dengan pende- kesesuaian responden digunakan untuk
katan model Rasch melalui program mengetahui sejauhmana sekelompok
Winsteps. Pendekatan model Rasch, selain responden memiliki ketepatan dengan

86 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

model. Dalam penelitan ini, kriteria yang dengan menggunakan formula alpha
digunakan untuk menilai ketepatan aitem Cronbach. Pada tahap kompilasi final,
dan ketepatan responden dengan model dilakukan finalisasi instrumen berdasarkan
adalah (1) nilai outfit mean square; (2) nilai hasil analisis yang telah dilakukan
outfit Z-standard; dan (3) nilai point measure sebelumnya.
correlation. Nilai MNSQ yang diharapkan
adalah antara 0,5 – 1,5. Nilai yang kurang
Hasil
dari nilai tersebut mengindikasikan data
terlalu mudah ditebak, sedangkan nilai Berdasarkan hasil analisis menggunakan
yang lebih besar mengindikasikan data model Rasch didapatkan informasi dari
tidak mudah diprediksi. Sama halnya segi aitem, responden, maupun instrumen
dengan MNSQ, ZSTD juga digunakan secara keseluruhan. Dalam penelitian ini,
untuk memantau kesesuaian data dengan analisis data dilakukan empat kali sampai
model. Nilai ZTSD yang diharapkan didapatkan sejumlah aitem yang memenu-
adalah -1,9 – 1,9. Nilai ZSTD yang terlalu hi tingkat kesesuaian butir-model. Tahapan
besar (z > +2) atau terlalu rendah (z < -2) analisis terangkum dalam Tabel 2.
menunjukkan bahwa aitem tidak kompa-
Pada analisis tahap pertama, 24
tibel dengan model yang diharapkan. Jika
responden teridentifikasi sebagai outliers
suatu aitem tidak memenuhi kedua kriteria
atau kurang tepat dengan model. Menurut
tersebut, artinya aitem tersebut tidak bagus
Boone, Staver, dan Yale (2014), parameter
dan perlu direvisi atau diganti. Pada
yang digunakan untuk mengetahui
prinsipnya, point measure correlation (Pt
ketepatan atau kesesuaian responden
Measure Corr) sama seperti point-biserial
antara lain: (1) nilai outfit mean square
correlation atau daya diksriminasi aitem
(MNSQ) yang diterima: 0,5 < MNSQ < 1,5;
dalam teori tes klasik. Nilai Pt Measure
(2) nilai outfit Z-standard (ZSTD) yang
Corr yang diharapkan antara 0,4 – 0,85.
diterima: -2,0 < ZSTD < +2,0; dan (3) nilai
Untuk memperjelas hasil analisis data point measure correlation (Pt Mean Corr)
dari pendekatan model Rasch ini dilakukan diterima: 0,4 < Pt Measure Corr < 0,85. Nilai
pula analisis dengan menggunakan yang di luar batas kriteria menunjukkan
pendekatan teori tes klasik. Dalam pende- pola respon yang perlu diidentifikasi lebih
katan teori tes klasik, reliabilitas diuji jauh. Setelah dicermati pada skalogram

Tabel 2
Rangkuman tahapan analisis

Jumlah Jumlah
Tahapan Responden yang Aitem yang Hasil Tindakan
Dianalisis Dianalisis
I 78 17 24 responden Mengeliminasi responden
teridentifikasi kurang yang teridentifikasi kurang
tepat dengan model tepat dengan model
II 54 17 2 aitem teridentifikasi Mengeliminasi aitem yang
kurang tepat dengan teridentifikasi kurang tepat
model dengan model
III 54 15 Tidak ada lagi aitem Memilih aitem terbaik sesuai
yang kurang tepat blueprint
dengan model
IV PSIKOLOGI54
JURNAL 13 Semua aitem yang - 87
terpilih sudah sesuai
dengan model
ARDIYANTI & DINNI

diketahui bahwa 24 orang ini memiliki pola ketepatan responden, yakni nilai outfit mean
respons inkonsisten dan tidak wajar. Untuk square, outfit z-standard, dan point measure
lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel 3 correlation (Boone, Staver, & Yale, 2014).
berikut. Aitem-aitem yang kurang tepat dengan
model dieliminasi dari proses analisis.
Tabel 3
Analisis berhenti saat tidak ada lagi aitem
Pola jawaban responden
yang terindikasi memiliki ketepatan model
Nomor
Jawaban Responden * yang rendah (misfit). Pada akhirnya, pada
Responden
tahap ketiga, tidak ada lagi aitem yang
R63 55351443145421233
teridentifikasi kurang tepat dengan model
R72 45415434431244311
R01 44141442455532111 sehingga total aitem yang memenuhi
R61 43421434213254211 tingkat kesesuaian butir-model berjumlah
Keterangan: * ditulis sesuai urutan aitem dari 15 aitem. Dengan pertimbangan propor-
yang memiliki tingkat kesulitan sionalitas bobot tiap indikator perilaku
rendah hingga tinggi (mengacu blueprint), maka dipilih 13 aitem
dari 15 aitem dengan memperhatikan nilai
Tabel 3 menunjukkan bahwa ada
logit, tingkat kesulitan aitem, dan koefisien
sejumlah responden yang memiliki pola
validitas aitem (Aiken’s V). Hasil analisis
respon yang unik. Salah satunya responden
akhir dari instrumen deteksi dini
R63. Pada aitem A10, ia menjawab tidak
postpartum depression tersaji dalam Tabel 4.
pernah, padahal untuk aitem-aitem selan-
jutnya yang memiliki tingkat kesukaran Harga reliabilitas aitem sebesar 0,92
lebih tinggi (lebih susah untuk disetujui), menunjukkan bahwa kualitas aitem dalam
intensitas jawabannya justru meningkat instrumen ini tergolong tinggi. Dengan
menjadi sering. Hal ini mengindikasikan kata lain, ketiga belas aitem yang
bahwa responden R63 kurang sungguh- teridentifikasi memiliki ketepatan dengan
sungguh dalam merespons. Responden model tersebut memang merupakan aitem-
R72 juga menunjukkan keunikan respon, aitem yang berkualitas. Nilai reliabilitas
yakni ia menjawab tidak pernah pada responden sebesar 0,87 tergolong bagus.
aitem A7, padahal untuk aitem selanjutnya Hal ini menunjukkan bahwa konsistensi
yang tingkat kesukarannya lebih tinggi, ia jawaban dari responden tergolong cukup
justru menjawab selalu. Begitu pula tinggi. Para responden menjawab keselu-
dengan responden yang lainnya. Semua ruhan aitem dengan sungguh-sungguh
responden ini kemudian dieliminasi dari (tidak asal-asalan). Untuk memperjelas
data sehingga total responden menjadi 54 gambaran hasil yang diperoleh, berikut ini
orang. ditampilkan informasi sebaran aitem
berdasarkan tingkat persetujuan respon-
Pada tahap kedua hingga keempat,
den.
dilakukan analisis untuk mengetahui aitem
yang tidak sesuai dengan model. Kriteria
yang digunakan untuk memeriksa kese-
suaian aitem sama halnya dengan kriteria

88 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

Tabel 4
Rangkuman hasil analisis akhir
Statistik Hasil
Aitem Reliabilitas aitem 0,92
Indeks separasi 3,47
Pemisahan strata (H) 4,96
Nilai logit tertinggi 6,95 logit (A17)
Nilai logit terendah -1,33 logit (A8)
Responden Reliabilitas responden 0,87
Nilai rata-rata -2,25
Indeks separasi 2,59
Pemisahan strata (H) 3,79
Nilai logit tertinggi 2,04 (R39)
Nilai logit terendah -4,59 (R71)
Instrumen Alpha Cronbach 0,90
Varians yang dijelaskan oleh instrumen 54,9%
Varians yang tidak terjelaskan oleh instrumen 7,9%
Pilihan skor 1 (tidak pernah) -3,26
Pilihan skor 2 (jarang) -2,39
Pilihan skor 3 (kadang-kadang) -1,22
Pilihan skor 4 (sering) 0,61
Pilihan skor 5 (selalu) 1,83

Berdasarkan Gambar 2 diketahui Pengelompokkan responden dan


bahwa aitem yang paling susah disetujui aitem dapat diketahui dari indeks separasi.
oleh responden adalah aitem A17, Indeks separasi responden sebesar 2,59 dan
ditunjukkan dari nilai 6,95 logit yang indeks separasi aitemnya sebesar 3,47.
merupakan nilai tertinggi di antara aitem- Artinya, terdapat 3 kelompok responden
aitem lain. Aitem yang paling mudah dan 3 kelompok aitem. Untuk melihat
disetujui oleh responden adalah aitem A8, pengelompokkan secara lebih detail dapat
ditunjukkan dari nilai -1,33 logit yang digunakan persamaan pemisahan strata H
merupakan nilai paling rendah. Dengan = {(4 x indeks separasi) + 1)/3}. Hasilnya,
kata lain, aitem A17 memiliki tingkat untuk responden H = 3,79 (dibulatkan jadi
kesulitan tertinggi (6,95 logit) dan aitem A8 4). Hal ini menunjukkan bahwa responden
memiliki tingkat kesulitan terendah (-1,33 dapat dibagi ke dalam empat kelompok.
logit). Besarnya nilai rata-rata responden Untuk aitem H = 4,96 (dibulatkan jadi 5).
dalam instrumen deteksi dini postpartum Artinya, aitem-aitem yang digunakan
depression ini sebesar -2,25 logit. Responden dalam penelitian ini dapat dibagi ke dalam
yang mempunyai level postpartum lima level berdasarkan tingkat
depression tertinggi adalah responden kesulitannya untuk disetujui responden.
nomor 39, ditunjukkan dari nilai 2,04 logit Semakin tinggi indeks separasi
yang merupakan nilai logit tertinggi. menunjukkan semakin tinggi pula kualitas
Responden yang mempunyai level instrumen secara keseluruhan karena
postpartum depression terendah adalah mampu mengidentifikasi kelompok
responden nomor 71, ditunjukkan dari nilai responden dan kelompok aitem secara
-4,59 logit yang merupakan nilai logit detail.
terendah.

JURNAL PSIKOLOGI 89
ARDIYANTI & DINNI

Gambar 2. Peta Aitem-Responden Gambar 3. Fungsi Informasi Pengukuran

Harga alpha Cronbach yang diperoleh Sumintono & Widhiarso (2014), syarat
dari hasil analisis instrumen adalah 0,90. minimal unidimensionalitas adalah 20%,
Artinya, reliabilitas yang diperoleh alat dan jika nilainya lebih dari 40%, maka lebih
ukur ini tergolong tinggi. Dalam pemo- baik lagi, serta varians yang tidak dapat
delan Rasch, tidak hanya informasi dijelaskan oleh instrumen idealnya tidak
reliabilitas saja yang penting, namun juga melebihi 15%. Berdasarkan penjelasan
fungsi informasi pengukuran. Fungsi tersebut, maka hasil raw variance data sebe-
informasi pengukuran akan menunjukkan sar 54,9% menunjukkan bahwa persyaratan
untuk apa pengukuran dilakukan sehingga unidimensionalitas minimal 20% dapat
tujuan penggunaan instrumen pun akan terpenuhi dan bahkan tergolong baik
tepat. Gambar 3 menunjukkan grafik karena lebih dari 40%. Artinya, instrumen
fungsi informasi pengukuran, yakni pada deteksi dini postpartum depression ini
level postpartum depression (PPD) sedang memang mampu mengungkap postpartum
hingga cenderung rendah, informasi yang depression. Hasil analisis varians yang tidak
diperoleh dari pengukuran tergolong dapat dijelaskan oleh instrumen sebesar
cukup tinggi. Pada level PPD yang tinggi, 7,9% juga memenuhi kriteria yakni, tidak
informasi yang diperoleh dari pengukuran melebihi 15%.
tergolong agak rendah. Hal ini menun- Pada Tabel 4 tampak bahwa nilai rata-
jukkan bahwa instrumen deteksi dini PPD rata observasi dimulai dari logit -3,26 untuk
ini menghasilkan informasi yang optimal pilihan skor 1 (tidak pernah), -2,39 untuk
ketika diberikan pada individu dengan pilihan skor 2, dan meningkat hingga logit
level postpartum depression cenderung 1,83 untuk pilihan skor 5 (selalu). Hasil ini
rendah hingga sedang. menunjukkan bahwa dari pilihan 1 hingga
Hasil penting lain yang perlu diketa- pilihan 5 selalu terjadi kenaikan nilai logit.
hui dalam pengembangan alat ukur Adanya kenaikan secara monotonik ini
psikologi adalah unidimensionalitas alat memperlihatkan bahwa pengukuran telah
ukur. Hal ini berguna untuk mengetahui berlangsung dengan baik. Tidak adanya
ketepatan tujuan ukur dari instrumen yang nilai yang setara pada kelima opsi ini
dikembangkan. Dalam konteks penelitian menunjukkan bahwa responden tidak
ini, konstrak postpartum depression. Pada mengalami kebingungan dan dapat
Tabel 4 terlihat bahwa hasil pengukuran membedakan dengan jelas antar pilihan
raw variance data sebesar 54,9%. Menurut

90 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

jawaban dari sangat tidak sesuai hingga indikator perilaku menunjukkan ketidak-
sangat sesuai. sesuaian dengan rancangan di blueprint
Berdasarkan hasil akhir model Rasch, awal, yakni empat aitem untuk gejala
diperoleh 13 aitem dengan tingkat kese- utama (indikator perilaku satu sampai
suaian butir-model sesuai kriteria. tiga), sementara di blueprint dirancang
Ketigabelas aitem tersebut mewakili empat masing-masing tiga aitem untuk gejala
gejala/indikator perilaku yang diungkap utama.
dalam instrumen deteksi dini postpartum Dalam penelitian ini, dilakukan pula
depression, yakni tiga gejala utama dan satu analisis terhadap 17 aitem yang diperoleh
gejala pendukung yang spesifik. Sebaran dari 78 responden menggunakan pende-
aitem dari tiap aspek setelah dianalisis katan teori tes klasik. Hasilnya, diketahui
menggunakan model Rasch tersaji dalam ada satu aitem yang gugur, yakni aitem
Tabel 5. A17. Kriteria pemilihan aitem menggu-
Berdasarkan Tabel 5 tampak bahwa nakan acuan dari Azwar (2012), yakni
aitem A1 dan A4 memiliki nilai logit yang aitem yang baik adalah yang memiliki
sama. Kedua aitem tersebut tetap besaran indeks daya beda aitem (corrected
dipertahankan dalam instrumen versi final item-total correlation) ≥ 0,30. Dengan demi-
meskipun memiliki nilai logit yang sama kian, total aitem yang sahih berjumlah 16
dan mengukur gejala yang sama dengan aitem dengan indeks daya beda aitem
pertimbangan proporsionalitas bobot dari berkisar dari 0,351 – 0,747. Koefisien
tiap gejala/indikator perilaku seperti yang reliabilitas dari instrumen ini dinyatakan
telah termuat di blueprint. Dari Tabel 5 juga dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,897.
diketahui bahwa jumlah aitem pada tiap

Tabel 5
Sebaran aitem setelah dianalisis

Aitem yang
Gejala/Indikator Perilaku Frekuensi Pernyataan (Contoh Aitem)
Sesuai Model
Munculnya mood tertekan A1 (0,4 logit) 4 - Saya merasa tertekan dengan
disebagian besar waktu, hampir A2 (0,25 logit) peran sebagai ibu (Aitem A4)
setiap hari seperti merasa sedih, A3 (0,30 logit)
berduka, atau kosong A4 (0,4 logit)
Berkurangnya minat atau A6 (0,44 logit) 4 - Sulit bagi saya untuk
kesenangan dalam hampir A7 (-0,47 logit) menikmati aktivitas merawat
segala hal termasuk aktivitas A8 (-1,33 logit) bayi saya
yang dilakukan sehari-hari A9 (1,63 logit) (Aitem A6)
Berkurangnya energi yang A12 (-0,13 logit) 4 - Setiap hari saya merasa
menuju meningkatnya keadaan A13 (-1,23 logit) kehilangan tenaga untuk
mudah lelah (rasa lelah yang A14 (0,79 logit) merawat bayi saya (Aitem A14)
nyata sesudah kerja sedikit saja) A15 (-0,32 logit)
dan menurunnya aktivitas
Gagasan atau perbuatan A17 (6,95 logit) 1 - Terlintas dalam pikiran saya
membahayakan diri atau bunuh untuk mengakhiri hidup saya
diri dan atau bayi saya (Aitem A17)

JURNAL PSIKOLOGI 91
ARDIYANTI & DINNI

Diskusi stabil dan dalam skala +1 logit dengan


tingkat kepercayaan 99%.
Berdasarkan hasil analisis dengan model
Setelah dikaji lebih mendalam, para
Rasch, diketahui bahwa instrumen deteksi
outliers ini memiliki pola respon yang tidak
dini postpartum depression (PPD) ini terbukti
konsisten dan tidak wajar. Hal ini mengin-
mengungkap satu konstrak psikologis
dikasikan bahwa mereka menjawab secara
(unidimensi), yakni postpartum depression.
asal-asalan dan tidak konsisten. Karena
Limabelas aitem (dari 17 aitem) dinyatakan
data yang digunakan sudah bebas dari
sesuai dengan model, namun hanya dipilih
outliers, maka hasil analisis model Rasch
13 aitem saja dengan pertimbangan
pun lebih akurat dibandingkan dengan
proporsionalitas bobot dari tiap gejala PPD
teori tes klasik yang tidak mempertim-
yang tertuang dalam blueprint. Hasil akhir
bangkan adanya outliers tersebut dan
analisis menunjukkan koefisien reliabilitas
menganalisis data secara keseluruhan. Hal
alpha sebesar 0,90. Nilai alpha ini merupa-
ini pulalah yang menyebabkan adanya
kan ukuran reliabilitas yang dalam praktek
perbedaan aitem yang gugur. Hasil analisis
pengukurannya berupa interaksi antara
model Rasch menunjukkan bahwa aitem
responden dan aitem secara keseluruhan.
A17 merupakan aitem yang memiliki
Hasil koefisien reliabilitas alpha sebesar
ketepatan atau kesesuaian dengan model,
0,90 menunjukkan bahwa instrumen
namun tidak demikian saat dilakukan
deteksi dini postpartum depression ini memi-
analisis menggunakan pendekatan teori tes
liki koefisien reliabilitas yang tinggi. Hasil
klasik. Aitem A17 merupakan aitem yang
analisis reliabilitas instrumen mengguna-
disarankan untuk digugurkan karena
kan pendekatan teori tes klasik pun
memiliki indeks daya beda aitem kurang
menunjukkan hasil yang memuaskan
dari 0,3.
yakni 0,897. Hasil ini memperjelas bahwa
instrumen deteksi dini postpartum Dalam model Rasch, koefisien reliabi-
depression ini memang merupakan alat litas instrumen (alpha Cronbach) bukanlah
ukur yang berkualitas karena mampu satu-satunya penentu kualitas intrumen.
memberikan hasil pengukuran yang Fisher (2007) menyampaikan bahwa
konsisten dan dapat dipercaya. koefisien reliabilitas aitem dan koefisien
Nilai koefisien reliabilitas yang dihasil- reliabilitas responden merupakan infor-
kan melalui pendekatan model Rasch dan masi yang penting untuk mengetahui
teori tes klasik memang hanya selisih kualitas instrumen skala peringkat. Sebuah
sedikit, namun hasil perhitungan menggu- instrumen skala peringkat (rating scale)
nakan model Rasch dapat dikatakan lebih diklasifikasi baik jika koefisien reliabilitas
akurat karena mempertimbangkan tingkat aitem dan respondennya minimal 0,81.
kesesuaian responden dengan model. Para Hasil analisis menunjukkan bahwa
responden yang tidak memenuhi kriteria koefisien reliabilitas aitem dan koefisien
tingkat kesesuaian responden-model reliabilitas responden tergolong baik, yakni
merupakan outliers yang perlu dikeluarkan 0,92 dan 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa
dari proses analisis sehingga dalam ketiga belas aitem ini merupakan aitem
penelitian ini, jumlah responden yang yang berkualitas dan kelompok respon-
dinyatakan tepat dengan model berjumlah dennya pun menjawab dengan sungguh-
54 (dari 78 responden). Menurut Linacre sungguh. Kedua hasil ini semakin mem-
(1994), 50 sampel yang layak sudah cukup perkuat dan menegaskan bahwa instrumen
untuk mendapatkan hasil estimasi yang deteksi dini postpartum depression ini

92 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

memanglah alat ukur yang berkualitas pasca melahirkan” dengan nilai logit -1,33.
karena tidak hanya hasil pengukurannya Tampaknya aitem ini sangat mudah disetu-
yang dapat dipercaya, namun juga jui oleh responden karena tidak terlalu
ketigabelas aitemnya merupakan aitem spesifik dalam menyebutkan aktivitas
yang berkualitas tinggi. merawat tubuh sehingga para responden
Berdasarkan hasil analisis, terdapat dapat memberikan pemaknaan yang
dua aitem yang teridentifikasi tidak tepat bervariasi menurut pandangan pribadi.
dengan model, yakni “Pasca melahirkan, Artinya, aktivitas merawat tubuh yang
saya malas melakukan tugas rumah tangga dipikirkan oleh si A ketika menjawab
sehari-hari” (A10) dan “Saya berpikir untuk belum tentu sama dengan yang dipikirkan
melukai diri saya dan atau bayi saya” (A16). si B. Misal, bagi A merawat tubuh adalah
Kedua aitem tersebut memiliki ketepatan mandi dengan bersih. Sementara bagi B,
model yang rendah sehingga perlu merawat tubuh adalah melakukan pera-
digugurkan. Aitem A10 merupakan aitem watan secara khusus di salon kecantikan
yang dirancang untuk mengungkap atau spa. Oleh karenanya, responden tidak
indikator perilaku berkurangnya minat mengalami kesulitan dalam menyetujui
atau kesenangan dalam hampir segala hal aitem ini karena setiap responden dapat
termasuk aktivitas yang dilakukan sehari- memaknainya sesuai kondisi diri masing-
hari, namun gugur. Aitem A16 dirancang masing.
untuk mengungkap indikator perilaku Menurut Fisher (2007), indeks separasi
gagasan atau perbuatan membahayakan atau pemisahan strata aitem dan responden
diri atau bunuh diri, namun gugur juga. merupakan komponen yang juga menentu-
Berdasarkan hasil analisis terhadap kan kualitas instrumen skala peringkat
ketigabelas aitem yang tepat model, (rating scale). Sebuah instrumen skala
diketahui bahwa aitem yang paling susah peringkat diklasifikasi baik jika indeks
disetujui oleh responden adalah aitem A17, separasi/pemisahan strata aitem dan
“Terlintas dalam pikiran saya untuk respondennya berkisar dari 3-4. Hasil
mengakhiri hidup saya dan atau bayi saya” analisis menunjukkan indeks separasi
dengan nilai logit 6,95. Aitem ini menjadi responden adalah 2,59 dan indeks separasi
aitem yang paling sulit disetujui oleh aitem adalah 3,47. Menurut Sumintono &
responden karena aitem ini memang Widhiarso (2014), semakin besar nilai
mengungkap gejala pendukung spesifik separasi maka kualitas instrumen dalam
yang mengarah pada indikasi gangguan hal keseluruhan responden dan aitem
depresi berat. Tidak semua orang dapat semakin bagus karena mampu mengiden-
dengan mudah menyatakan persetujuan- tifikasi kelompok responden dan aitem.
nya pada aitem A17 karena memang tidak Apabila dilihat lebih detail menggunakan
semua orang yang mengalami gangguan persamaan pemisahan strata (H), maka
depresi pasca melahirkan mengalami untuk responden H = 3,79 (dibulatkan jadi
kondisi ini. Hanya orang-orang tertentu 4) dan untuk aitem H = 4,96 (dibulatkan jadi
saja yang dapat menyetujui aitem A17 ini 5). Hasil ini menunjukkan bahwa
dan hal tersebut mengindikasikan adanya responden dapat dibagi ke dalam lima
gangguan depresi berat pasca melahirkan. kelompok besar, yaitu kelompok yang
memiliki nilai postpartum depression sangat
Aitem yang paling mudah disetujui
tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat
oleh responden adalah aitem A8: “Saya
rendah. Aitem dapat dibagi ke dalam
semakin malas merawat tubuh saya sendiri

JURNAL PSIKOLOGI 93
ARDIYANTI & DINNI

empat level berdasarkan tingkat kesulitan- yakni -3,26 logit hingga pilihan 5 yakni
nya untuk disetujui responden, yakni logit 1,83. Adanya kenaikan secara
mudah, sedang, sulit, dan sangat sulit. Hal monotonik ini menunjukkan bahwa
ini dapat dimaknai bahwa aitem-aitem pengukuran telah berlangsung dengan
yang digunakan telah secara teliti mampu baik. Responden tidak mengalami kebi-
menilai jawaban responden, kaitannya ngungan dalam memastikan perbedaan
dengan konstrak postpartum depression. antar pilihan respon jawaban. Dengan
Nilai indeks separasi, baik pada aitem dan demikian, kelima opsi pilihan pada instru-
responden tergolong cukup besar. Hal ini men deteksi dini postpartum depression ini
menunjukkan bahwa skala ini memiliki sudah tepat digunakan.
kualitas baik karena mampu mengiden- Berdasarkan hasil analisis diketahui
tifikasi kelompok responden dan aitem bahwa dari 13 aitem yang sesuai model
dengan cukup teliti. terdapat dua aitem yang memiliki nilai
Berdasarkan grafik fungsi informasi logit yang sama, yakni A1 dan A4.
pengukuran, diketahui bahwa pada level Meskipun memiliki kesamaan dalam nilai
postpartum depression (PPD) sedang hingga logit dan indikator perilaku yang
cenderung rendah, informasi yang diungkap, kedua aitem tersebut tetap
diperoleh dari pengukuran sangat tinggi. dipertahankan dalam instrumen versi final.
Pada level PPD tinggi, informasi yang Hal ini didasarkan pada pertimbangan
diperoleh dari pengukuran tergolong proporsionalitas bobot dari tiap
cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa gejala/indikator perilaku seperti yang telah
instrumen deteksi dini PPD ini menghasil- termuat di blueprint. Jumlah akhir aitem
kan informasi yang optimal ketika yang sesuai model juga menunjukkan
diberikan pada individu dengan level PPD ketidaksesuaian dengan rancangan di
sedang hingga cenderung rendah. Sebagai blueprint awal, yakni 4 aitem untuk gejala
instrumen deteksi dini, instrumen ini utama (indikator perilaku 1 sampai 3),
memang diharapkan memiliki fungsi sementara di blueprint dirancang masing-
informasi pengukuran yang optimal pada masing 3 aitem untuk gejala utama. Jumlah
level PPD rendah hingga sedang sehingga akhir aitem (13 aitem) yang berbeda
dapat dilakukan penanganan sedini dengan blueprint awal (10 aitem) ini
mungkin. Seseorang dengan level PPD tidaklah menjadi masalah karena yang
rendah hingga sedang akan dapat dideteksi terpenting adalah bobot dari tiap indikator
lebih awal dan dapat dilakukan tindakan perilaku tidak berubah, tetap sesuai
preventif agar gejala PPD yang blueprint awal, yakni 30% untuk indikator
ditunjukkan dapat teratasi dengan baik dan perilaku 1 hingga 3 dan 10% untuk
tidak berlanjut ke tingkatan yang lebih indikator perilaku 4.
tinggi.
Pemodelan Rasch memiliki keung- Kesimpulan
gulan dibandingkan pendekatan teori tes
klasik, yakni mampu memverifikasi Berdasarkan hasil analisis dengan pemo-
ketepatan penggunaan rating atau delan Rasch, instrumen deteksi dini
peringkat pilihan jawaban dalam alat ukur. postpartum depression ini terbukti membe-
Hasil analisis rating scale menunjukkan rikan hasil yang konsisten dan terbukti
adanya kenaikan nilai rata-rata observasi mengungkap satu konstrak psikologis
secara bertahap dimulai dari pilihan 1 (unidimensi), yakni postpartum depression.

94 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

Terdapat 13 aitem yang sesuai model, siswa. Jurnal Psikologi, 43(3), 248-263,
dengan koefisien reliabilitas instrumen doi: 10.22146/jpsi.17801.
0,90, koefisien reliabilitas aitem 0,92, dan Aydin, N., Inandi, T., Yigit, A., &
koefisien relibilitas responden 0,87. Arti- Hodoglugil, N. N. S. (2004). Validation
nya, instrumen ini menghasilkan skor of the turkish version of the Edinburgh
pengukuran yang konsisten dan dapat postnatal depression scale among
dipercaya dengan kualitas aitem yang baik. women within their first postpartum
Kelima alternatif jawaban (tidak pernah, year. Social Psychiatry & Psychiatric
jarang, kadang-kadang, sering, selalu) yang Epidemiology, 39(6), 483-486. doi:
tersediapun sudah tepat digunakan karena 10.1007/s00127-004-0770-4.
responden tidak mengalami kebingungan
Aziz, R. (2015). Aplikasi model Rasch
dalam memastikan perbedaan antar
dalam pengujian alat ukur kesehatan
pilihan respon jawaban. Secara
mental di tempat kerja. Jurnal
keseluruhan dari hasil analisis, dapat
Psikoislamika, 12(1), 1-16.
disimpulkan bahwa instrumen deteksi dini
postpartum depression ini terbukti memiliki Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi
properti psikometris yang baik sehingga edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
dapat digunakan sebagai instrumen ases- Barlow, D. H. & Durand, V. M. (2012).
men deteksi dini adanya gejala gangguan Abnormal psychology: An integrative
depresi pasca melahirkan. approach (6th edition). Belmont: Cengage
Learning.
Saran Beck, C. T. (1996). A meta-analysis of the
Untuk penelitian selanjutnya, dapat relationship between postpartum
disarankan untuk menambah jumlah depression and infant temperament.
sampel penelitian sehingga dapat Nursing Research, 45(4), 225-230.
dilakukan pengelompokkan sampel pada
Beck, C. T. (1998). The effects of postpartum
kelompok homogen yang lebih kecil seperti
depression on child development: A
berdasarkan usia, tempat tinggal, jumlah
meta-analysis. Archives of Psychiatric
kelahiran, dan metode melahirkan untuk
Nursing, 12(1). 12-20. doi: 10.1016/
mengetahui kestabilan aitem dalam situasi
S0883-9417(98) 80004-6.
pengukuran yang berbeda.
Beck, C. T. & Gable, R. K. (2000).
Postpartum depression screening scale:
Kepustakaan
Development and psychometric
American Psychiatric Association. (1994). testing, Nursing Research, 49(5), 272-282.
Diagnostic and statistical manual of Bick, D., Mac Arthur, C., Knowles, H., &
mental disorders. Washington. Winter, H. (2001). Post natal care,
Washington DC: APA. evidence and guidelines for management.
American Psychiatric Association. (2000). London : Churchill Livingstone.
Diagnostic and statistical manual of Bobak. (2004). Buku ajar keperawatan
mental disorders (4th ed., text revision). maternitas edisi 4. Jakarta: EGC.
Washington, DC: APA. Bond, T.G., & Fox, C. (2007). Applying the
Ardiyanti, D. (2016). Aplikasi model Rasch Rasch model. Fundamental measurement in
pada pengembangan skala efikasi diri the human sciences. New Jersey:
dalam pengambilan keputusan karier Lawrence Erlbaum.

JURNAL PSIKOLOGI 95
ARDIYANTI & DINNI

Boone, W. J., Staver, J. R., & Yale, M.S. Gilbert, E. S. & Harmon, J. S. (2003). Manual
(2014). Rasch analysis in the human of high risk pregnancy and delivery (3th
sciences. Dordrecht: Springer. edition). Missouri : Mosby Elsevier.
Carr, A. (2001). Abnormal psychology. Gondo, H. K. (2012). Skrining Edinburgh
Sussex: Psychology Press, Taylor & postnatal depression scale (epds) pada
Francis Group. post partum blues. Jurnal Ilmiah
Choi, Y. J., Bishai, D., & Minkovit, C. S. Kedokteran, I(2), 7-19.
(2009). Multiple births are a risk factor Guedeney, N. & Fermanian, J. (1998).
for postpartum maternal depressive Validation study of the french version
symptoms. Pediatric, 123(4), 1147-1154. of the Edinburgh postnatal depression
doi: 10.1542/peds.2008-1619. scale (epds): new results about use and
Cox, J. L., Holden, J. M., & Sagovsky, R. psychometric properties. European
(1987). Detection of postnatal Psychiatry, 13(2), 83-89. doi: 10.1016/
depression: Development of the 10- S0924-9338(98)80023-0.
item edinburgh postnatal depression Linacre, J. M. (1994). Sample size and item
scale. British Journal of Psychiatry, 150, calibration stability. Rasch Measurement
782–786. doi: 10.1192/bjp.150.6.782. Transactions, 7(4), 328. Diunduh dari
Departemen Kesehatan Republik Indone- https://www.rasch.org/rmt/rmt74m.ht
sia. (2003). Pedoman Penggolongan dan m tanggal 31 Januari 2017.
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Karacam, Z. & Kitis, Y. (2008). The
(PPDGJ) III. Jakarta: Depkes RI. postpartum depression screening scale:
Departemen Kesehatan Republik Its reliability and validity for the
Indonesia. (2007). Pharmaceutical care turkish population. Turkish Journal of
untuk penderita gangguan depresif. Psychiatry, 19(2), 1-10.
Jakarta: Depkes RI. Kheirabadi, G. R., Maracy, M. R.,
Diniyah, K. (2017). Gambaran depresi Akbaripour, S., & Masaeli, N. (2012).
postpartum di RSIA Sadewa. Media Ilmu Psychometric properties and diag-
Kesehatan, 6(2), 162-167. nostic accuracy of the edinburgh
postnatal depression scale in a sample
Dira, I. K. P. A. & Wahyuni, A. A. S. (2016).
of iranian women. Iranian Journal of
Prevalensi dan faktor risiko depresi
Medical Sciences, 37(1), 32–38.
postpartum di kota Denpasar menggu-
nakan edinburgh postnatal depression Kring, A. M., Johnson, S. L., Davison, G. C.,
scale. E-Jurnal Medika, 5(7), 1-5. Neale, J. M. (2010). Abnormal psychology
(11th edition). New Jersey : John Wiley &
Fiona, M. (2004). Mengatasi depresi pasca
Sons, Inc.
melahirkan. Jakarta: Arcan.
Kurniasari, D. & Astuti, Y. A. (2015).
Fisher, W. P. Jr. (2007). Rating scale
Hubungan antara karakteristik ibu,
instrument quality criteria. Rasch
kondisi bayi dan dukungan sosial
Measurement Transactions, 21(1), 1095.
suami dengan postpartum blues pada
Diunduh dari: http://www.rasch.org/
ibu dengan persalinan SC di Rumah
rmt/rmt211m.htm tanggal 29 Oktober
Sakit Umum Ahmad Yani Metro tahun
2015.
2014. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(3), 115-
125.

96 JURNAL PSIKOLOGI
APLIKASI MODEL RASCH, DETEKSI DINI POSTPARTUM DEPRESSION

Maslim, R. (2001). Diagnosis gangguan jiwa, Journal of Psychosomatic Ohstetric und


rujukan ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Gynuecology, 7, 2015-227. doi: 10.3109/
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- 0167482 8709040280.
Unika Atmajaya & PT Nuh Jaya. O’Hara, M. W., & Swain, A. M. (1996). Rates
Montazeri, A., Torkan, B., & Omidvari, S. and risk of postpartum depression – a
(2007). The Edinburgh postnatal meta-analysis. International Review of
depression scale (EPDS): Translation Psychiatry, 8, 37–54. doi: 10.3109/
and validation study of the iranian 0954026960903 7816.
version. BMC Psychiatry, 7(11), 1-6. doi: Rosenthal, M. S. (2003). Woman depression :
10.1186/1471-244X-7-11. A sane approach to mood disorder. Los
Misbach, I. H. & Sumintono, B. (2014). Angeles : Lowell House.
Pengembangan dan validasi instrumen Soep. (2011). Penerapan edinburgh post-
“persepsi siswa tehadap karakter partum depression scale sebagai alat
moral guru” di Indonesia dengan deteksi risiko depresi nifas pada
model Rasch. Prosiding Seminar primipara dan multipara. Jurnal
Nasional Psikometri “Pengembangan Keperawatan Indonesia, 14(2), 95-100.
Instrumen Penilaian Karakter yang
Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2014).
Valid”, 148-162.
Aplikasi model Rasch untuk penelitian
Newland, R. P., & Parade, S. H. (2016). ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Tim
Screening and treatment of postpartum Komunikata Publishing House.
depression: impact on children and
Wibisono, S. (2016). Aplikasi model Rasch
families. The Brown University Child and
untuk validasi instrumen pengukuran
Adolescent Behavior Letter, 32(1), 4-6. doi:
fundamentalisme agama bagi respon-
10.1002/cbl.30092.
den muslim. Jurnal Pengukuran
O’Hara, M. W. (1987). Post-partum ‘blues,’ Psikologi dan Pendidikan Indonesia (JP3I),
depression, and psychosis: A review. 5(1), 1-30.

JURNAL PSIKOLOGI 97

Anda mungkin juga menyukai