Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dwi Riska Nur Amalia

Npm : 18700063

Matkul : Psikologi abnormal (individu)

1. Coba buat ringkasan terkait dengan paradigma Psikologis menurut tinjauan


humanistic, kognitif, belajar dan diathesis stress terkait dengan permasalahan
timbulnya terkait dengan permasalahan timbulnya abnormalitas.
2. Carilah satu kasus dan cobalah analisa permasalahan tersebut ditinjau dari salah satu
perspektif paradigma (psikoanalisis, humanistic, kognitif, dan belajar)

Jawaban :

Teori Humanistic adalah suatu teori yang bertuju pada masalah bagimana tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori ini tidak lepas dari pendidikan yang berfokus
pada bagaimana menghasilkan sesuatu yang efektif, bagaimana belajar yang bisa
meningkatkan kreatifitas dan memanfaatkan potensi yang ada pada seseorang.

Menurut Carl Roger :

 orang berkembang kearah positif


 pribadi yang sehat adalah orang yang memiliki konsep diri yang luas yang
mampu memahami dan menerima berbagai pengalaman dan perasaan
 diri setiap orang terdapat potensi untuk menjadi sehat dan tumbu

Menurut Abraham Maslow :

 setiap orang memiliki kemampuan mengaktualisasi diri


 orang yang mengaktualisasikan diri memiliki pengetahuan yang realitis
mengenai dirinya
 mampu menerima diri apa adanya, mandiri, spontan, dan menyenangkan
 mampu membangun hubungan yang intim dan mendalam dengan orang lain
 orang yang belum mencapai aktualisasi diri terkadang mengalami pengalam
puncak tetapi masih takut
Hierarki kebutuhan :

 kebutuhan fisiologis
 kebutuhan rasa aman
 kebutuhan akan cinta dan keberadaan
 kebutuhan estetika
 kebutuhan kognitif

Paradigma Kognitif
fokus pada :
 bagaimana individumengatur pengalaman mereka? bagaimana individu memahami
pengalaman mereka?
 bagaimana mereka menghubungkan pengalaman mereka saat ini dengan pengalaman
maa lalu yang telah disimpan dalam ingatan
menurut psikologi kognitif
1. proses belajar lebih dari sekedar hubungan stimulus dan respon
2. pembelajar sebagai penerjemah aktif situasi dengan pengetahuan sebelumnya menerapkan
persepsi pada pengalaman skema atau set kognitif adalah:
pembelajar mencocokan informasi baru ke dalam jaringan teroganisir dari akumulasi
pengetahuan yang sudah ada tokoh aeron besk psikiater mengembangkan terapi kognitif
untuk depresi asumsi depresi disebtkan oleh distori saat individu mempersepsikan
pengalaman hidupnya. beck therapy mencoba untuk membujuk pasien mengubah pendapat
mereka tentang diri mereka sendiri dan cara di mana mereka menafsirkan peristiwa
kehidupan
tujuan umum :
memberikan pasien pengalaman yang akan mengubah skema negatif mereka
memungkinkan pasien untuk memiliki harapan daripada keputusan

Paradigma Psikologi Tinjauan Belajar melihat perilaku abnormal sebagai respon dengan
cara yang sama di mana perilaku manusia lainnya dipelajari John B. Watson mendefinisikan
psikologi sebagai studi tentang perilaku yang dapat diamati bukan sebagai penyelidikan
subyetif 3 jenis pembelajaran
a. pengondisikan (classisical Conditioring)
b. pengondisian Operan (Operant Conditioning)
c. Pemodelan (Modelling)
Terdapat beberapa model eksperimentasi ‘aspek pembelajaran’ dari perilaku, antara lain:
classical conditioniong dari Ivan Pavlov (1849-1936), operant conditioning dari Edward
Thorndike (1874-1949) dengan the law of effect-nya yang nanti dikembangkan lebih jauh
oleh Burrhus Frederick Skinner dengan reinforcement-nya, dan modeling yang
dieksperimentasikan oleh Bandura dan Menlove yang kemudian menguatkan teori mediasi
dalam pembelajaran (mediational learning paradigms).

Diatesis Stress

Diatesis merupakan suatu predisposisi atau kerentanan pada gangguan tertentu. Teori diatesis
stres menjelaskan bahwa masalah – masalah yang terjadi dari perilaku abnormal meliputi
interaksi antara peristiwa dan kerentanan. Peristiwa dapat menyangkut pengalaman
kehidupan yang penuh stress. Mempelajari tentang pengaruh phisiologik dan lingkungan
dapat mengarahkan penelitian tentang perilaku abnormal. Pandangan diathesis-stress,
mengarahkan tinjauan perilaku menyimpang pada interaksi antara predisposisi yang
mendasari penyakit,yaitu diathesis dan adanya unsur lingkungan, kehidupan, atau kejadian
yang dapat menganggu seseorang, yaitu stres. Stres adalahreaksi individual terhadap stressor,
yaitu kejadian lingkungan yang dapat menimbulkan stres. Pengertian stres dalam konteks ini
adalah stimulus lingkungan yang tidak
menyenangkan baik bersifat phisiologik maupun psikologik. stres menunjukkan bahwa
diathesisi dan stress keduanya penting untuk dapat menjadi penyebab timbulnya penyebab
timbulnya pola perilaku abnormal.

KASUS
Contoh kasus 1 :
Liputan6.com, Jakarta Dunia hiburan sempat dibikin gempar dengan munculnya
pemberitaan tentang Marshanda yang ditempatkan di ruang isolasi oleh ibu kandungnya,
Rianty Sofyan, pada Agustus 2014. Tindakan itu dilakukan Rianty lantaran anak
perempuannya mengalami gangguan jiwa bipolar.
Tidak mudah untuk mengetahui apakah Marshanda benar mengalami gangguan bipolar atau
tidak. Kala itu, psikolog sekelas Rose Mini pun tidak berani berpendapat. Sebab, seorang
psikolog tidak bisa langsung mengklaim seseorang yang diperkirakan mengalami gangguan
jiwa sebagai bipolar. Apalagi bila hanya dengan melihat tingkah orang tersebut melalui
YouTube dan mendengarkan potongan cerita yang dikumpulkan.
Namun, pada akhirnya berita itu terungkap juga kebenarannya. Marshanda memang
mengalami bipolar. Setelah berselang satu tahun, saat disinggung masalah bipolar tersebut,
Marshanda pun memberikan jawabannya.
Menurut dia, bipolar bukanlah gangguan jiwa yang membuat seseorang tiba-tiba berteriak-
teriak. Bipolar terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormon. Marshanda mengaku
senang bisa membuka semua itu kepada publik.
"Orang bipolar itu memang terlihat biasa saja. Orang-orang melihat apa yang kami alami itu
sama, tapi kami yang mengalaminya tidak seperti itu," kata Marshanda yang mengibaratkan
hidupnya seperti roller coaster dalam program Dear Haters, ditulis Sabtu (26/12/2015).
Pembahasan :
      Dari kasus di atas,kita dapat mengetahui bahwa Marshanda mengidap Bipolar Disorder 2
yaitu jenis gangguan kejiwaan/psikologis yang ditandai dengan perubahaan mood (alam
perasaan) yang sangat ekstrim yang ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun
bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran. Istilah ini mengacu pada suasana
hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua kutub (bi-
polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa rasa bahagia (hipomania/ mania) dan negatif
berupa rasa sedih (depresi) yang berlebihan. Asumsi ini di perkuat dengan adanya video-
video Marshanda yang memperlihatkan perubahaan mood yang sangat cepat serta adanya
fakta bahwa Marshanda harus minum sejumlah obat untuk mengurangi tingkat gangguan
mood-nya agar gejala tidak kambuh.
      Marshanda mengakui bahwa saat sd,dia merasa dikucilkan oleh teman-temannya. Ketika
keluarga seharusnya menjadi dukungan bagi Marshanda yang merasa dikucilkan dalam
pergaulan. Di saat itu Marshanda mendapatkan berita bahwa kedua orang tuanya.saat itu usia
Marshanda masih 7 tahun.Bahkan Marshanda sempat menuangkan rasa rindunya ke papanya
lewat sebuah lagu yang diciptakannya. Masalah-masalahnya menjadi pemicu gangguan mood
ini. Bertahun-tahun dipendam emosi Marshanda meledak juga hingga akhirnya Marshanda
mengunggah video yang menghebohkan public pada tahun 2009.Marshanda mengakui bahwa
ia mengupload videonya dengan sengaja.
      Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus
terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita gangguan
bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara
anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih
parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko
mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap
gangguan bipolar.
      Sehingga tidak heran saat video-video nya Marshanda kita dapat melihat macam-macam
ekspresi yang ditunjukan oleh Marshanda.karena hal itu merupakan refleksi dari pola-pola
episode depresi yang dialami Marshanda. Ketika masa-masa sulit pada episode ini terlewati,
penderita akan kembali ke kehidupan normalnya. Para penderita Bipolar seperti Marshanda
tidak hanya membutuhkan obat-obatan dan pengobatan intensif, namun juga dukungan moral
dari keluarga.

Anda mungkin juga menyukai