Anda di halaman 1dari 13

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

No. Ijin : 2049/503/PM.II.50.A8/04/2018


Jln. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong, Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

Bismillahirrohmanirrohim

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA


NOMOR : 07/PER/AKR/DIR/RSI-N/VIII/2018

TENTANG

KEBIJAKAN MENEJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


di lingkungan RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA ,
diperlukan adanya kebijakan sebagai landasan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a di atas, dipandang perlu
b. menetapkan Kebijakan Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan pada Rumah Sakit Umum Daerah
dengan Keputusan Direktur;
Mengingat : 1. Undang- undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (LNRI Tahun 1970 Nomor 1,
TLNRI Nomor 2918);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (LNRI Tahun 2002 Nomor 134,
TLNRI Nomor 4247);
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Jln. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Selong, Lombok Timur
Ketenagakerjaan (LNRI Tahun 2003 Nomor 39,
TLNRI Nomor 4279);
5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (LNRI Tahun 2004 Nomor 116,
TLNRI Nomor 4431);
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (LNRI Tahun 2009 Nomor 133,
TLNRI Nomor 5052);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(LNRI Tahun 2009 Nomor 140, TLNRI Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (LNRI Tahun 2000 Nomor 144, TLNRI
Nomor 5063);
9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (LNRI Tahun 2009 Nomor 153, TLNRI
Nomor 5072);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2014 Nomor
244, TLNRI Nomor 4578), sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
11. Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (LNRI Tahun 2015
Nomor 58, TLNRI Nomor 5679);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147 Tahun
2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun
2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
530/MENKES/PER/2007 tentang Organisasi dan
Tata Kerja dalam Pengamanan Fasilitas Kesehatan
18. Peraturan Menteri Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan 2351/Menkes/Per/2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 530/MENKES/PER/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja dalam Pengamanan Fasilitas
Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan;
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Ketenagakerjaan;
20 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
21 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.56/MenLH-Setjen/2015 tentang Tata Cara
Dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah B3
Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 876/MENKES/SK/VII/2001 tentang Pedoman
Teknis AMDAL;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 270/MENKES/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit;
5. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit kelas B
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI tahun 2012.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM


NAMIRA LOMBOK TIMUR TENTANG KEBIJAKAN
MENEJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
KEDUA : Memberlakukan Kebijakan Menejemen Fasilitas Dan
Keselamatan sesuai Lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan
disesuaikan sebagaimana mestinya, bila kemudian hari
ternyata terdapat kesalahan dalam peraturan ini.

Ditetapkan di : Lombok Timur


Pada tanggal : 27 Agustus 2018 M
15 Dzulhijjah1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

dr. H. Utun Supria, M.Kes.


Direktur
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
NOMOR : 07/PER/AKR/DIR/RSI-N/VIII/2018
TANGGAL : 27 Agustus 2018
PERIHAL : KEBIJAKAN MANAJEMEN FASILITAS DAN
KESELAMATAN DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
KEBIJAKAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA

A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN


1. Rumah sakit melakukan perawatan bangunan gedung mengedepankan
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan dan/atau tidak
mengganggu penghuni (pasien, keluarga, staf dan pengunjung) Rumah Sakit
sesuai dengan persyaratan atau ketentuan yang berlaku;
2. Pimpinan mengetahui dan mentaati peraturan/perundang-undangan mengenai
pemeriksaan fasilitas/lingkungan rumah sakit;
3. Sarana dan prasarana rumah sakit harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik serta harus memenuhi standar pelayanan, keamanan,
keselamatan, dan kesehatan kerja;
4. Rumah sakit melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana secara berkala dan
terukur;
5. Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam
peraturan perundang-undangan;
6. Rumah Sakit menerapkan manajemen fasilitas dan keselamatan yang efektif
meliputi perencanaan, pendidikan, dan pemantauan multi disiplin meliputi :
a. merencanakan ruang, peralatan dan sumber daya yang dibutuhkan agar
aman dan efektif untuk menunjang pelayanan;
b. seluruh staf dididik tentang fasilitas, cara mengurangi risiko dan bagaimana
memonitor dan melaporkan situasi yang menimbulkan risiko;
c. kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem yang penting dan untuk
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan;
d. unit non hospital (cafetaria atau toko) juga mematuhi rencana manajemen
dan keselamatan fasilitas;
7. Rumah Sakit membuat monitoring yang menyediakan data insiden, cedera dan
kejadian lainnya yang mendukung perencanaan dan pengurangan risiko lebih
lanjut;

B. PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN


Program manajemen risiko diperlukan untuk mengelola risiko-risiko di lingkungan
pelayanan pasien dan tempat kerja staf. Rumah sakit menyusun satu program induk
atau beberapa program terpisah yang meliputi sebagai berikut:
1. Keselamatan dan Keamanan
a. Keselamatan–sejauh mana bangunan, area, dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung;
b. Keamanan–perlindungan terhadap kerugian, kerusakan, gangguan atau akses,
atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang;
2. Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 ) dan limbahnya–penanganan,
penyimpanan, penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan, serta
limbah berbahaya ditangani secara aman;
3. Penanggulangan Bencana ( emergensi ) –respons pada wabah, bencana, dan
keadaan darurat direncanakan dan berjalan efektif;
4. Proteksi Kebakaran ( Fire Safety ) –297property dan para penghuni dilindungi
dari bahaya kebakaran dan asap;
5. Peralatan medis–pemilihan, pemeliharaan, dan penggunaan teknologi dengan
cara yang aman untuk mengurangi risiko;
6. Sistem penunjang ( utilitas ) –pemeliharaan sistem listrik, air, dan sistem
penunjang lainnya dengan tujuan mengurangi risiko kegagalan operasional;

C. KESELAMATAN DAN KEAMANAN


1. Semua unit kerja harus melaksanakan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien;
2. Rumah sakit perlu mempunyai program pengelolaan keselamatan keamanan
yang kegiatannya meliputi
a. melakukan asesmen risiko secara komprehensif dan proaktif untuk
mengidentifikasi bangunan, ruangan/area, peralatan, perabotan, dan fasilitas
lainnya yang berpotensi menimbulkan cedera. Sebagai contoh, risiko
keselamatan yang dapat menimbulkan cedera atau bahaya termasuk di
antaranya perabotan yang tajam dan rusak, kaca jendela yang pecah,
kebocoran air di atap,serta lokasi tidak ada jalan keluar saat terjadi
kebakaran. Karena itu, rumah sakit perlu melakukan pemeriksaan fasilitas
secara berkala dan terdokumentasi agar rumah sakit dapat melakukan
perbaikan dan menyediakan anggaran untuk mengadakan pergantian atau
“upgrading”;
b. melakukan asesmen risiko prakontruksi ( pra construction risk
assessmen/PCRA ) setiap ada kontruksi, renovasi, atau penghancuran
bangunan/demolish;
c. merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan fasilitas
pendukung yang aman dengan tujuan mencegah kecelakaan dan cedera,
mengurangi bahaya dan risiko, serta mempertahankan kondisi aman bagi
pasien, keluarga, staf, dan pengunjung;
d. menciptakan lingkungan yang aman dengan memberikan identitas ( badge
nama sementara atau tetap ) pada pasien, staf, pekerja kontrak,
tenant/penyewa lahan, keluarga ( penunggu pasien ) , atau pengunjung
( pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit ) sesuai dengan
regulasi rumah sakit;
e. melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan, atau
pengrusakan barang milik pribadi;
f. melakukan monitoring pada daerah terbatas seperti ruang bayi dan kamar
operasi serta daerah yang berisiko lainnya seperti ruang anak, lanjut usia,
dan kelompok pasien rentan yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau
memberi tanda minta bantuan bila terjadi bahaya
3. Setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) termasuk penggunaan alat pelindung diri dalam melaksanakan tugas;
4. Setiap pihak ketiga yang bekerja di RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA wajib
mematuhi program keselamatan dan mutu yang telah ditetapkan.
5. Bangunan dan fasilitas di RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA memperhatikan
aspek keselamatan dan keamanan pasien dan karyawan;
6. Pengawasan terhadap fasilitas keselamatan dievaluasi dan dilaporkan secara
berkala kepada Direktur;
7. RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA menerapkan aturan dilarang merokok di area
rumah sakit;
8. Rumah sakit menyelenggarakan pelayanan Hemodialisa;
9. Untuk menjamin keamanan, semua staf, pengunjung, vendor/pedagang dan
lainnya di rumahsakit di identifikasi dan diberi tanda pengenal (badge) yang
sementara atau tetap atau langkah identifikasi lainnya, juga seluruh area yang
seharusnya aman, seperti ruang perawatan bayi baru lahir, ayang aman dan
dipantau;
10. Rumah Sakit melakukan pemeriksaan seluruh gedung pelayanan pasien dan
mempunyai rencana untuk mengurangi risiko yang nyata serta menyediakan
fasilitas fisik aman bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung;
11. Rumah Sakit merencanakan dan menganggarkan untuk meningkatkan atau
mengganti sistem, bangunan atau komponen berdasarkan hasil inspeksi
terhadap fasilitas dan tetap mematuhi peraturan perundangan;
12. Rumah Sakit menganalisa situasi, dengan melihat sumber daya yang kita miliki,
sumber dana yang tersedia dan bahan potensial apa yang mengancam
keselamatan dan keamanan bekerja di rumah sakit
13. Memonitor, mengendalikan, mengevaluasi dan merencanakan
pengembangan K3 Rumah Sakit dilaksanakan oleh kepanitiaan yang
disebut Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (PK3RS);
14. Melaksanakan sosialisasi keselamatan dan keamanan kerja kepada seluruh
karyawan dalam bentuk pelatihan, leaflet, poster, penyuluhan dan lain – lain;
15. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat
pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian
infeksi;

D. BAHAN BERBAHAYA
1. Segala jenis pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus menyertakan
Material Safety Data Sheet (MSDS);
2. Pengelolaan limbah padat dan cair dikelola oleh Unit Sanling dan Pemulasaran
Jenazah;
3. Pembuangan limbah harus dibedakan limbah infeksius dan non infeksius;
4. Pembuangan jarum suntik dikumpulkan di tempat yang tidak tembus (puncture
proof) dan dihancurkan;
5. Pemeriksaan kualitas udara ambient, air limbah, dan air bersih dilakukan oleh
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan atau laboratorium swasta yang telah
terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN);
6. Penyelenggaraan pelayanan kebersihan lingkungan dan penghijauan,
keamanan, parker, laundry, pengendalian binatang pengganggu, dan
pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) di RUMAH SAKIT
ISLAM NAMIRA dilakukan oleh pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA dan pengawasannya menjadi tanggung jawab
Unit Sanling dan Pemulasaran Jenazah;
7. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) harus dikendalikan dan Limbah B3 dibuang secara aman;
8. Rumah Sakit mempunyai rencana tentang inventaris, penanganan,
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian dan
pembuangan bahan dan limbah berbahaya;
9. Setiap bahan berbahaya dan beracun (B3) pada wadah atau kemasan harus
dicantumkan penandaan yang meliputi nama dagang, bahan aktif, isi berat
netto, kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya;
10. Rumah Sakit memastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun tersebut
terpisah dari bahan – bahan lain dan jauh dari api;
11. Rumah Sakit harus mengetahui sifat dan karakteristik dari penanganan,
penyimpanan dan penggunaan B3 tersebut yang meliputi:
a. Identifikasi Potensial Budaya
1) Identifikasi dan penilaian resiko dilaksanakan oleh petugas yang
berkompeten (petugas terkait, gudang, laboratorium, radiologi dan
apotik);
2) Penentuan penanganan bahan/material dilaksanakan secara manual
atau mekanis ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi;
b. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
1) Sistem pengangkutan bahan material yang diterima untuk
pemindahan dari pengangkutan ke dalam gudang dilakukan secara
manual yang dilaksanakan dengan perlakuan yang benar guna
menghindari tumpahan atau ceceran;
2) Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan
mempergunakan alat bantu troli. Pemindahan secara mekanis pada
umumnya tidak dilakukan mengingat berat bahan yang diangkut
tidaklah terlalu berat;
3) Penyimpanan
Spesifikasi (jenis) lainnya (gudang/penempatan harus terpisah dari
bahan lain) dilengkapi dengan label B3 dan MSDS yang sesuai dengan
spesifikasi, khusus dengan bahan-bahan B3 harus diberi label
peringatan yang jelas untuk diketahui bahaya dari masing-masing bahan
dan cara penanganan;
c. Pemindahan dan Penggunaan
1) Dalam pengambilan bahan material dari gudang untuk dipergunakan di
lokasi kerja harus memperhatikan aspek K3 (menghindari tumpahan,
kebocoran, ceceran dan kerusakan) sesuai dengan petunjuk pedoman
teknis yang berlaku;
2) Petugas pelaksana yang menangani pemindahan dan penggunaan
harus memperhatikan aspek K3 dan harus mengenakan APD, alat
bantu yang memadai dan apabila terjadi tumpahan atau ceceran
pada saat pemindahan harus ditangani sesuai dengan instruksi kerja
dan pedoman kerja yang berlaku;
d. Pengendalian Barang-barang Rusak dan Kadaluarsa
Bahan-bahan yang diidentifikasi telah mengalami kerusakan dan
kadaluarsa ditempatkan di tempat yang aman secara khusus, tidak
dapat dipergunakan, tercatat dan penanganannya harus sesuai dengan
instruksi kerja;
e. Pembuangan dan Penyimpanan
Barang bekas yang dinyatakan tidak dapat dipergunakan lagi harus
disimpan sesuai ketentuan yang berlaku, ditempatkan secara khusus
dan tercatat agar tidak dipergunakan lagi;
1) Khusus wadah bekas bahan B3 harus di beri label dengan jelas sesuai
sifat bahan tersebut (beracun, iritasi, korosif dan lain –lain);
2) Wadah bekas bahan kimia cair disimpan dan tidak dibenarkan
dipakai untuk kegiatan lain;
3) Penanganan limbah padat dan limbah cair sesuai dengan
Peraturan Perundangan yang berlaku (Peraturan Lingkungan Hidup);
4) Melaksanakan sosialisasi penanganan, penyimpanan dan
penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) kepada seluruh
karyawan dalam bentuk pelatihan, penyuluhan dan lain-lain;
5) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk
penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada
pencegahan dan pengendalian infeksi;

E. KESIAPAN PENANGGULANGAN BENCANA


1. Rumah sakit mengembangkan dan memelihara program manajemen disaster
untuk menanggapi keadaan disaster serta bencana alam atau lainnya yang
memiliki potensi terjadi dimasyarakat;
2. Dalam keadaan darurat, bencana, dan krisis lainnya maka masyarakat harus
dapat melindungi kehidupan dan kesejahteraan penduduk yang terkena
dampaknya terutama dalam hitungan menit dan jam segera setelah dampak atau
keterpaparan tersebut;
3. Rumah Sakit menyusun program manajemen disaster tersebut. Program tersebut
menyediakan proses untuk
a. menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya,
ancaman, dan kejadian;
b. menentukan integritas struktural di ingkungan pelayanan pasien yang ada dan
bagaimana bila terjadi bencana;
c. menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut;
d. menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
e. mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif;
f. mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan
alternatif pada waktu kejadian;
g. mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama
kejadian; dan proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara
tanggung jawab pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap
menyediakan pelayanan pasien;

F. BENCANA DAN KEBAKARAN


1. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit ditetapkan, sebagai
berikut :
a. tersedia sistem deteksi otomatis api dan asap kebakaran di rumah sakit;
b. tersedia alat pemadam api ringan dan hydrant di rumah sakit dengan jumlah
yang cukup dan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku;
c. tersedia rambu-rambu/petunjuk evakuasi apabila terjadi kebakaran di rumah
sakit;
2. Berdasar atas hasil asesmen risiko rumah sakit agar menyusun program untuk
a. pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan
dan penanganan bahan-bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-
gas medis yang mudah terbakar seperti oksigen;
b. penanganan bahaya yang terkait dengan konstruksi apapun di atau yang
berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
c. penyediaan jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi apabila terjadi
kebakaran;
d. penyediaan sistem peringatan dini, deteksi dini seperti detektor asap, alarm
kebakaran, dan patroli kebakaran ( fire patrols ) ; dan
e. penyediaan mekanisme pemadaman api seperti selang air, bahan kimia
pemadam api ( chemical suppressants ) , atau sistem sprinkler;
3. Sistem proteksi kebakaran diinspeksi, diuji coba dan dipelihara sekurang -
kurangnya setiap 6 bulan sekali serta didokumentasikan;
4. Rumah Sakit memilki tim penanggulangan bencana massal dan tim tanggap
darurat kebakaran yang telah terlatih dan memahami Code Red;

G. PERALATAN MEDIS
1. Alat medis yang menggunakan sinar peng-ion harus memenuhi ketentuan atau
persyaratan yang berlaku serta harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
2. Peralatan medis yang berada di rumah sakit dilakukan uji fungsi atau dikalibrasi
secara berkala agar peralatan medis sesuai dengan standar atau ketentuan yang
berlaku oleh balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan;
3. Petugas yang berkompeten mengoperasikan dan memelihara peralatan rumah
sakit agar berfungsi dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku serta
melakukan pencatatan dan mengevaluasi peralatan rumah sakit secara berkala
sesuai persyaratan atau ketentuan yang berlaku;
4. Penggunaan dan penyaluran gas medis di rumah sakit harus memenuhi
persyaratan atau ketentuan teknis yang berlaku agar aman bagi pasien, keluarga
pasien, staf, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit;
5. Pengelolaan peralatan medis di unit-unit pelayanan harus terdokumentasikan
dan wajib dikalibrasi/dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku;
6. Penarikan alat yang masih bergaransi yang melibatkan perusahaan/vendor
mengikuti alur regulasi Rumah Sakit sesuai kontrak pengadaan alat yang dibuat
sebelumnya;
7. Rumah sakit merencanakan dan mengimplementasikan program untuk
pengadaan alat medis untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi/layak
pakainya peralatan medis tersebut;
8. Fasilitas yang rusak atau sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi
kebagian pengurus barang dan dibuatkan berita acara pengembalian barang
oleh pengurus barang berdasarkan kajian dari bagian teknisi medis sebagai
referensinya;
9. Untuk penambahan (pengadaan) alat medis baru disebabkan oleh alat yang
sudah rusak atau kekurangan jumlah populasi alat yang diperlukan dalam
pelayanan dapat di ajukan alat medis yang baru kepada kepala instalasi masing-
masing unit/bagian dengan mencantumkan spesifikasi alat yang dibutuhkan;
10. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan pencatatan ke
inventaris alat masing-masing bagian/unit;
11. Rumah sakit merencanakan dan mengimplementasikan program untuk
pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan medis dan
mendokumentasikan hasilnya. Untuk menjamin ketersediaan dan
berfungsi/layak pakainya peralatan medis, rumah sakit;
12. Rumah sakit mengumpulkan data hasil monitoring terhadap program
manajemen peralatan medis. Data tersebut digunakan dalam menyusun
rencana kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk peningkatan dan
penggantian peralatan;
13. Setiap kerusakan pada fasilitas rumah sakit segera dibuat bon permintaan
perbaikan barang atau bon permintaan pergantian barang.
14. Fasilitas yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi kebagian
pengurus barang dan dibuat berita acara pengembalian barang oleh pengurus
barang berdasarkan kajian dari bagian teknisi medis sebagai referensinya;
15. Pemeriksaan hasil uji coba dan setiap kali pemeliharaan didokumentasikan;
16. Pengadaan dan pergantian alat medis dilaksanakan oleh unit pengadaan
atas permintaan dari user (pengguna) yang bekerja sama dengan teknisi medis
untuk pengkajian spesifikasi teknis;
17. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan pencatatan ke
inventaris alat masing-masing bagian;
18. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal 1 (satu) bulan sekali;
19. Laporan intern dan ekstern dilakukan setiap bulan;
20. Rumah sakit mempunyai sistem penarikan kembali produk/peralatan;
21. Rumah sakit mempunyai proses identifikasi, penarikan dan pengembalian atau
pemusnahan produk dan peralatan medis yang ditarik oleh pihak pabrik atau
supplier;
22. Rumah sakit membuat prosedur yang mengatur penggunaan setiap produk
atau peralatan yang ditarik kembali;
23. Pengendalian dalam penggunaan barang-barang rusak dan kadaluarsa harus
diidentifikasi secara benar, barang yang sudah rusak atau kadaluarsa disimpan
ditempat yang aman secara khusus, tidak dipergunakan, tercatat dan
penanganannya harus sesuai dengan instruksi kerja;
24. Pemeliharaan alat medis merupakan suatu upaya yang dilakukan agar
peralatan kesehatan tersebut dapat bertahan lebih lama;
25. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali;

H. SISTEM UTILITY
1. Rumah sakit menetapkan regulasi pengelolaan sistem utilitas yang
sekurangkurangnya meliputi
a. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh hari
dalam seminggu secara terus menerus;
b. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan
pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang
ada di daftar inventaris;
d. Jadwal pemeriksaan, testing, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan
pengalaman rumah sakit;
e. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian;
2. Rumah sakit memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni rumah sakit
dari kejadian terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan
air minum dan listrik;
3. Petugas melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum dan listrik secara
teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya didokumentasikan;
4. Sistem listrik, air, AC, telepon dan gas medis secara teratur diperiksa dan
dipelihara;
5. Rumah sakit dengan perjanjian dan persetujuan yang telah disepakati dapat
menyewakan lahan di dalam lingkungan RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
dengan aturan yang berlaku;

I. MONITORING PROGRAM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN


1. Rumah sakit mengumpulkan data dari setiap program manajemen risiko fasilitas
dan lingkungan untuk mendukung rencana mengganti atau meningkatkan fungsi (
upgrade ) teknologi medik;
2. Monitoring program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan melalui
pengumpulan data dan analisisnya memberikan informasi yang dapat membantu
rumah sakit mencegah masalah, menurunkan risiko, membuat keputusan sistem
perbaikannya, serta membuat rencana untuk meningkatkan fungsi ( upgrade )
teknologi medik, peralatan, dan sistem utilitas;

J. PENDIDIKAN STAF
1. Pelatihan K3RS diselenggarakan untuk membudayakan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Instalasi Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat);
2. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan penanganan bencana massal
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali beserta simulasinya.
3. Pelatihan penanganan tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun dilakukan 6
(enam) bulan sekali;
4. Pelatihan peningkatan kompotensi pada pengelola peralatan kesehatan;
5. Pelatihan peningkatan kompotensi pada pengelola system kelistrikan/ PUIL;
K. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3RS) RUMAH SAKIT
1. Rumah sakit Islam Namira berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja setiap pasien,karyawan dan pengunjung serta lingkungan RS,
memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan dengan RS ,
menciptakan tempat kerja yang aman , sehat dari pencemaran lingkungan, serta
mencegah dan mengantisipasi terjadinya potensi kecelakaan kerja, Ancaman
bom, Kebakaran dan Kegawatdaruratan dengan tujuan peningkatan efisiensi dan
produktifvitas kerja secara bersinambungan;
2. Komite K3RS yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinasi,
memonitor dan mengevaluasi program-program terkait K3 di Rumah Sakit Islam
Namira serta mengimplementasikannya melalui pelatihan K3 kepada karyawan;
3. Komite K3RS berwenang untuk melakukan indentifikasi bahaya dan analisa resiko
K3 yang ada di lingkungan Rumah Sakit Islam Namira serta memberikan
rekomendasi perbaikan dan/atau improvement agar kondisi kerja dan lingkungan
kerja yang aman dan sehat tercapai;
4. Rumah sakit mempunyai program untuk memberikan keselamatan dan keamanan
Radiasi bagi fasilitas fisik, termasuk memonitor dan mengamankan area yang
teridentifikasi sebagai resiko keamanan;
5. Program K3RS tersebut memastikan bahwa semua staf, pengunjung dan
pedagang/vendor dapat diidentifikasi, dan semua area yang berisiko
keamanannya dimonitor dan dijaga keamanannya;
6. Program K3RS tersebut meliputi keselamatan dan keamanan selama
pembangunan dan renovasi. Pimpinan memanfaatkan sumber daya sesuai
rencana yang disetujui. Bila terdapat badan independen dalam fasilitas pelayanan
pasien akan disurvei, rumah sakit memastikan bahwa badan tersebut mematuhi
program keselamatan;

L. KAWASAN TANPA ROKOK


Sesuai Instruksi Menteri Kesehatan RI No:84/MENKES/INS/II/2002
Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Saran Kesehatan.
Menetapkan Kebijakan bahwa seluruh Area Rumah Sakit Islam Namira adalah
Kawasan Tanpa Rokok. Pemberlakukan ketentuan ini berlaku untuk di dalam Area
Rumah Sakit meliputi halaman Parkir, Ruangan Terbuka hijau, Fasiltas umum ,
Gudang/Instalasi. Rumah sakit membuat prosedur untuk melarang merokok,
prosedur tersebut berlaku bagi pasien, keluarga, pengunjung dan staf. Prosedur
tersebut telah diimplementasikan.
Penerapan Kebijakan ini dilakukan dengan cara :
1. Penetapan gugus tugas pengawasan Kawasan Tanda Rokok;
2. Pembuatan & Pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan Merokok;
3. Monitoring/Inspeksi untuk melihat kesesesuaian dari Kebijakan ini di
Lapangan;
Ditetapkan di : Lombok Timur
Pada tanggal : 27 Agustus 2018 M
15 Dzulhijjah1439 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

dr. H. Utun Supria, M.Kes.


Direktur

Anda mungkin juga menyukai