Bismillahirrohmanirrohim
TENTANG
Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan, lindungan
dan ridho Allah SWT :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
D. BAHAN BERBAHAYA
1. Segala jenis pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) harus menyertakan
Material Safety Data Sheet (MSDS);
2. Pengelolaan limbah padat dan cair dikelola oleh Unit Sanling dan Pemulasaran
Jenazah;
3. Pembuangan limbah harus dibedakan limbah infeksius dan non infeksius;
4. Pembuangan jarum suntik dikumpulkan di tempat yang tidak tembus (puncture
proof) dan dihancurkan;
5. Pemeriksaan kualitas udara ambient, air limbah, dan air bersih dilakukan oleh
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan atau laboratorium swasta yang telah
terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN);
6. Penyelenggaraan pelayanan kebersihan lingkungan dan penghijauan,
keamanan, parker, laundry, pengendalian binatang pengganggu, dan
pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) di RUMAH SAKIT
ISLAM NAMIRA dilakukan oleh pihak ketiga yang telah bekerjasama dengan
RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA dan pengawasannya menjadi tanggung jawab
Unit Sanling dan Pemulasaran Jenazah;
7. Penanganan, penyimpanan dan penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) harus dikendalikan dan Limbah B3 dibuang secara aman;
8. Rumah Sakit mempunyai rencana tentang inventaris, penanganan,
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya serta pengendalian dan
pembuangan bahan dan limbah berbahaya;
9. Setiap bahan berbahaya dan beracun (B3) pada wadah atau kemasan harus
dicantumkan penandaan yang meliputi nama dagang, bahan aktif, isi berat
netto, kalimat peringatan dan tanda atau simbol bahaya;
10. Rumah Sakit memastikan bahwa bahan berbahaya dan beracun tersebut
terpisah dari bahan – bahan lain dan jauh dari api;
11. Rumah Sakit harus mengetahui sifat dan karakteristik dari penanganan,
penyimpanan dan penggunaan B3 tersebut yang meliputi:
a. Identifikasi Potensial Budaya
1) Identifikasi dan penilaian resiko dilaksanakan oleh petugas yang
berkompeten (petugas terkait, gudang, laboratorium, radiologi dan
apotik);
2) Penentuan penanganan bahan/material dilaksanakan secara manual
atau mekanis ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi;
b. Sistem Pengangkutan, Penyimpanan dan Pembuangan
1) Sistem pengangkutan bahan material yang diterima untuk
pemindahan dari pengangkutan ke dalam gudang dilakukan secara
manual yang dilaksanakan dengan perlakuan yang benar guna
menghindari tumpahan atau ceceran;
2) Pemindahan ini dilakukan dengan tenaga manusia dengan
mempergunakan alat bantu troli. Pemindahan secara mekanis pada
umumnya tidak dilakukan mengingat berat bahan yang diangkut
tidaklah terlalu berat;
3) Penyimpanan
Spesifikasi (jenis) lainnya (gudang/penempatan harus terpisah dari
bahan lain) dilengkapi dengan label B3 dan MSDS yang sesuai dengan
spesifikasi, khusus dengan bahan-bahan B3 harus diberi label
peringatan yang jelas untuk diketahui bahaya dari masing-masing bahan
dan cara penanganan;
c. Pemindahan dan Penggunaan
1) Dalam pengambilan bahan material dari gudang untuk dipergunakan di
lokasi kerja harus memperhatikan aspek K3 (menghindari tumpahan,
kebocoran, ceceran dan kerusakan) sesuai dengan petunjuk pedoman
teknis yang berlaku;
2) Petugas pelaksana yang menangani pemindahan dan penggunaan
harus memperhatikan aspek K3 dan harus mengenakan APD, alat
bantu yang memadai dan apabila terjadi tumpahan atau ceceran
pada saat pemindahan harus ditangani sesuai dengan instruksi kerja
dan pedoman kerja yang berlaku;
d. Pengendalian Barang-barang Rusak dan Kadaluarsa
Bahan-bahan yang diidentifikasi telah mengalami kerusakan dan
kadaluarsa ditempatkan di tempat yang aman secara khusus, tidak
dapat dipergunakan, tercatat dan penanganannya harus sesuai dengan
instruksi kerja;
e. Pembuangan dan Penyimpanan
Barang bekas yang dinyatakan tidak dapat dipergunakan lagi harus
disimpan sesuai ketentuan yang berlaku, ditempatkan secara khusus
dan tercatat agar tidak dipergunakan lagi;
1) Khusus wadah bekas bahan B3 harus di beri label dengan jelas sesuai
sifat bahan tersebut (beracun, iritasi, korosif dan lain –lain);
2) Wadah bekas bahan kimia cair disimpan dan tidak dibenarkan
dipakai untuk kegiatan lain;
3) Penanganan limbah padat dan limbah cair sesuai dengan
Peraturan Perundangan yang berlaku (Peraturan Lingkungan Hidup);
4) Melaksanakan sosialisasi penanganan, penyimpanan dan
penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) kepada seluruh
karyawan dalam bentuk pelatihan, penyuluhan dan lain-lain;
5) Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi
ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk
penggunaan alat pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada
pencegahan dan pengendalian infeksi;
G. PERALATAN MEDIS
1. Alat medis yang menggunakan sinar peng-ion harus memenuhi ketentuan atau
persyaratan yang berlaku serta harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
2. Peralatan medis yang berada di rumah sakit dilakukan uji fungsi atau dikalibrasi
secara berkala agar peralatan medis sesuai dengan standar atau ketentuan yang
berlaku oleh balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian fasilitas
kesehatan;
3. Petugas yang berkompeten mengoperasikan dan memelihara peralatan rumah
sakit agar berfungsi dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku serta
melakukan pencatatan dan mengevaluasi peralatan rumah sakit secara berkala
sesuai persyaratan atau ketentuan yang berlaku;
4. Penggunaan dan penyaluran gas medis di rumah sakit harus memenuhi
persyaratan atau ketentuan teknis yang berlaku agar aman bagi pasien, keluarga
pasien, staf, pengunjung, dan lingkungan rumah sakit;
5. Pengelolaan peralatan medis di unit-unit pelayanan harus terdokumentasikan
dan wajib dikalibrasi/dievaluasi sesuai ketentuan yang berlaku;
6. Penarikan alat yang masih bergaransi yang melibatkan perusahaan/vendor
mengikuti alur regulasi Rumah Sakit sesuai kontrak pengadaan alat yang dibuat
sebelumnya;
7. Rumah sakit merencanakan dan mengimplementasikan program untuk
pengadaan alat medis untuk menjamin ketersediaan dan berfungsi/layak
pakainya peralatan medis tersebut;
8. Fasilitas yang rusak atau sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi
kebagian pengurus barang dan dibuatkan berita acara pengembalian barang
oleh pengurus barang berdasarkan kajian dari bagian teknisi medis sebagai
referensinya;
9. Untuk penambahan (pengadaan) alat medis baru disebabkan oleh alat yang
sudah rusak atau kekurangan jumlah populasi alat yang diperlukan dalam
pelayanan dapat di ajukan alat medis yang baru kepada kepala instalasi masing-
masing unit/bagian dengan mencantumkan spesifikasi alat yang dibutuhkan;
10. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan pencatatan ke
inventaris alat masing-masing bagian/unit;
11. Rumah sakit merencanakan dan mengimplementasikan program untuk
pemeriksaan, uji coba dan pemeliharaan peralatan medis dan
mendokumentasikan hasilnya. Untuk menjamin ketersediaan dan
berfungsi/layak pakainya peralatan medis, rumah sakit;
12. Rumah sakit mengumpulkan data hasil monitoring terhadap program
manajemen peralatan medis. Data tersebut digunakan dalam menyusun
rencana kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk peningkatan dan
penggantian peralatan;
13. Setiap kerusakan pada fasilitas rumah sakit segera dibuat bon permintaan
perbaikan barang atau bon permintaan pergantian barang.
14. Fasilitas yang sudah tidak dapat diperbaiki kembali segera dimutasi kebagian
pengurus barang dan dibuat berita acara pengembalian barang oleh pengurus
barang berdasarkan kajian dari bagian teknisi medis sebagai referensinya;
15. Pemeriksaan hasil uji coba dan setiap kali pemeliharaan didokumentasikan;
16. Pengadaan dan pergantian alat medis dilaksanakan oleh unit pengadaan
atas permintaan dari user (pengguna) yang bekerja sama dengan teknisi medis
untuk pengkajian spesifikasi teknis;
17. Setiap pergantian dan pengadaan barang yang dilakukan pencatatan ke
inventaris alat masing-masing bagian;
18. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal 1 (satu) bulan sekali;
19. Laporan intern dan ekstern dilakukan setiap bulan;
20. Rumah sakit mempunyai sistem penarikan kembali produk/peralatan;
21. Rumah sakit mempunyai proses identifikasi, penarikan dan pengembalian atau
pemusnahan produk dan peralatan medis yang ditarik oleh pihak pabrik atau
supplier;
22. Rumah sakit membuat prosedur yang mengatur penggunaan setiap produk
atau peralatan yang ditarik kembali;
23. Pengendalian dalam penggunaan barang-barang rusak dan kadaluarsa harus
diidentifikasi secara benar, barang yang sudah rusak atau kadaluarsa disimpan
ditempat yang aman secara khusus, tidak dipergunakan, tercatat dan
penanganannya harus sesuai dengan instruksi kerja;
24. Pemeliharaan alat medis merupakan suatu upaya yang dilakukan agar
peralatan kesehatan tersebut dapat bertahan lebih lama;
25. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali;
H. SISTEM UTILITY
1. Rumah sakit menetapkan regulasi pengelolaan sistem utilitas yang
sekurangkurangnya meliputi
a. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu tujuh hari
dalam seminggu secara terus menerus;
b. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan
pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala;
c. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang
ada di daftar inventaris;
d. Jadwal pemeriksaan, testing, dan pemeliharaan semua sistem utilitas
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan
pengalaman rumah sakit;
e. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu
pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian;
2. Rumah sakit memiliki proses emergensi untuk melindungi penghuni rumah sakit
dari kejadian terganggunya, terkontaminasi atau kegagalan sistem pengadaan
air minum dan listrik;
3. Petugas melakukan uji coba sistem emergensi dari air minum dan listrik secara
teratur sesuai dengan sistem dan hasilnya didokumentasikan;
4. Sistem listrik, air, AC, telepon dan gas medis secara teratur diperiksa dan
dipelihara;
5. Rumah sakit dengan perjanjian dan persetujuan yang telah disepakati dapat
menyewakan lahan di dalam lingkungan RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA
dengan aturan yang berlaku;
J. PENDIDIKAN STAF
1. Pelatihan K3RS diselenggarakan untuk membudayakan keselamatan dan
kesehatan kerja, dan pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Instalasi Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat);
2. Pelatihan penanggulangan kebakaran dan penanganan bencana massal
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali beserta simulasinya.
3. Pelatihan penanganan tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun dilakukan 6
(enam) bulan sekali;
4. Pelatihan peningkatan kompotensi pada pengelola peralatan kesehatan;
5. Pelatihan peningkatan kompotensi pada pengelola system kelistrikan/ PUIL;
K. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3RS) RUMAH SAKIT
1. Rumah sakit Islam Namira berkomitmen untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja setiap pasien,karyawan dan pengunjung serta lingkungan RS,
memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan dengan RS ,
menciptakan tempat kerja yang aman , sehat dari pencemaran lingkungan, serta
mencegah dan mengantisipasi terjadinya potensi kecelakaan kerja, Ancaman
bom, Kebakaran dan Kegawatdaruratan dengan tujuan peningkatan efisiensi dan
produktifvitas kerja secara bersinambungan;
2. Komite K3RS yang bertanggung jawab untuk merencanakan, mengkoordinasi,
memonitor dan mengevaluasi program-program terkait K3 di Rumah Sakit Islam
Namira serta mengimplementasikannya melalui pelatihan K3 kepada karyawan;
3. Komite K3RS berwenang untuk melakukan indentifikasi bahaya dan analisa resiko
K3 yang ada di lingkungan Rumah Sakit Islam Namira serta memberikan
rekomendasi perbaikan dan/atau improvement agar kondisi kerja dan lingkungan
kerja yang aman dan sehat tercapai;
4. Rumah sakit mempunyai program untuk memberikan keselamatan dan keamanan
Radiasi bagi fasilitas fisik, termasuk memonitor dan mengamankan area yang
teridentifikasi sebagai resiko keamanan;
5. Program K3RS tersebut memastikan bahwa semua staf, pengunjung dan
pedagang/vendor dapat diidentifikasi, dan semua area yang berisiko
keamanannya dimonitor dan dijaga keamanannya;
6. Program K3RS tersebut meliputi keselamatan dan keamanan selama
pembangunan dan renovasi. Pimpinan memanfaatkan sumber daya sesuai
rencana yang disetujui. Bila terdapat badan independen dalam fasilitas pelayanan
pasien akan disurvei, rumah sakit memastikan bahwa badan tersebut mematuhi
program keselamatan;