Anda di halaman 1dari 8

BAB I.

PENDAHULUAN

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) disebut juga Lou Gehrig’s Disease merupakan
suatu penyakit neuromuscular yang bersifat kronik dan progresif. Penyakit ini termasuk
dalam kategori Motor Neuron Disease (MND). Gejala ALS mencerminkan kematian neuron
motorik yang terletak di otak, batang otak dan medulla spinalis yang bertindak sebagai unit
control dan jaringan komunikasi antara sistem saraf dan otot untuk gerakan volunter. 1
Penyakit ALS pertama kali digambarkan oleh Bell (1830) di Perancis, Bell
berpendapat bahwa atrofi progresif ini terjadi sebagai akibat kelainan mielopatik. ALS diberi
nama oleh Charcot (1874). Charcot menggunakan istilah Sclerose laterale amyotropique
(ALS) yang mencakup sindrom klinis berupa atrofi otot progresif, fasikulasi dan kontraksi
spasmodik permanen yang terjadi akibat denervasi.2
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) menyebabkan gangguan upper motor neuron dan
loer motor neuron. Pada otopsi, terdapat hialngnay sel-sel piramidal korteks motorik, dengan
atrofi batang otak dan sumsum tulang belakang. Kortikospinalis melisut dan gliosis. Raduks
saraf ventral berhenti tumbuh, dan ada bukti mikroskopis otot mengalami denervasi dan
reinervasi. 2
MND sangat jarang terjadi, namun insdien di Ingggris semakin meningkat sejak tahun
1998 hingga 2011 yaitu sekitar 1,76-4,3 per 100.000 penduduk. Mortalitas akibat MND di
Inggris sekitar 1 tiap 350-450 penduduk. Demikian juga halnya di Australia, insiden dan
mortalitas akibat MND semakin meningkat. Pada tahun 2001 didapatkan 592 pasien
meninggal dan 787 pasien meninggal pada tahun 2013 akibat MND. Angka di Indonesia
sendiri belum ada. Di antara negara-negara Asia, insiden di Jepang tercatat sangat tinggi yaitu
sekitar 11,3 per 100.000 penduduk, sedangkan negara asi lainya seperti China dan Iran sekitar
1-3 per 100.000 penduduk. 3
Penyakit motor neurone (MND), atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS), adalah
gangguan neurodegeneratif yang penyebabnya tidak diketahui. Kelemahan motorik progresif
dan disfungsi yang menyebabkan kematian dini, biasanya dari kegagalan pernapasan.
Pendekatan diagnosis mungkin awalnya menjadi sulit sampai klinis terterlihat. Semua jenis
penyakit diferensial diagnosis yang signifikan dipertimbangkan, termasuk kondisi yang dapat
diobati.
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Kata “amyotropic" berasal dari bahasa Yunani. "a" yang berarti tidak atau tidak ada.
"myo" berarti otot. "tropic" berarti makanan. Bila ketiga kata tersebut digabungkan artinya
"tidak adanya sumber makanan untuk otot" . Kata "lateral" menunjukkan lokasi atau area
pada Medulla Spinalis dimana terdapat sel-sel saraf yang mengirim impuls dan mengatur
gerakan otot-otot yang bersangkutan, dengan suatu proses degenerasi pada area tersebut yang
dapat mengeras (sklerosis). 2
Motor Neuron Desease (MND) adalah penyakit yang disebabkan oleh degenerasi sel
neuron motorik. Salah satu tipe MND yang paling sering (85%) adalah Amyotrophic lateral
scleorsis (ALS), sehingga istilah ALS sering digunakan dalam membahas MND.
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan penyakit neurodegenaratif progresif
dan menimbulkan kehancuran terutama motor neuron, termasuk jenis motor neuron desase
yang paling sering. Karena membuat diagnisis ALS mengimplikasikam 'kiss of death' ,
semua upaya harus dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa alternatif.. Jurnal 1

B. EPIDEMIOLOGI
ALS merupakan bentuk yang paling umum dari Motor Neuron Desease pada onset
dewasa dan gangguan neurodegeneratif progresif yang disebabkan oleh cedera selektif dan
kematian Upper motor neuron di korteks motor dan neuron motor lebih rendah di batang otak
dan sumsum tulang belakang. Menyebabkan degenerasi motor neuron dengan kelemahan
progresif diikuti oleh kelumpuhan dan biasanya berujung pada kematian akibat kegagalan
pernafasan. ALS memiliki insiden 2 per 100.000 dan usia rata-rata onset 55-65 tahun.
Kelangsungan hidup rata-rata adalah sekitar 3 tahun dari onset gejala (ditinjau di Kiernan et
al., 2011
MND sangat jarang terjadi, namun insdien di Ingggris semakin meningkat sejak tahun
1998 hingga 2011 yaitu sekitar 1,76-4,3 per 100.000 penduduk. Mortalitas akibat MND di
Inggris sekitar 1 tiap 350-450 penduduk. Demikian juga halnya di Australia, insiden dan
mortalitas akibat MND semakin meningkat. Pada tahun 2001 didapatkan 592 pasien
meninggal dan 787 pasien meninggal pada tahun 2013 akibat MND. Angka di Indonesia
sendiri belum ada. Di antara negara-negara Asia, insiden di Jepang tercatat sangat tinggi yaitu
sekitar 11,3 per 100.000 penduduk, sedangkan negara asi lainya seperti China dan Iran sekitar
1-3 per 100.000 penduduk 3

C. KOMPONEN SISTEM MOTORIK SENTRAL4


a. Area Kortek Motorik
Kortek motorik primer (girus presentralis) merupakan sekumpulan jaringan
kortikal membentuk homunkulus motorik bersesuaian dengan homunkulus
somatosensorik pada girus post centralis. Neuron motorik area 4 memediasi gerak
volunter dari sisi tubuh kontralateral; oleh sebab itu traktus piramidalis menyilang.
b. Tractus Kortikospinal (Traktus piramidalis)
Traktus ini berasal dari kortek motorik dan berjalan melaluisubstansia alba
serebri (korona radiata), krus posterior kapsula interna, bagian sentral pedunkulus
serebri (krus serebri), pons dan basal medula (bagian anterior, tempat traktus terlihat
menonjol dan disebut piramid. Pada bagian ujung bawah medula, 80-85% serabut
medula akan menyilang kesisi lain di dekusasio piramidum.
Serabut yang tidak menyilang berjalan menuruni medula spinalis di funikulus
anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior; serabut ini menyilang lebih
ke bawah (biasanya setingkat segmen yang dipersarafinya) melalui komisura anterior
medula spinalis. Pada tingkat servikal dan torakal, kemungkinan juga terdapat
beberapa serabut yang tetap tidak menyilang dan mempersarafi neuron motorik
ipsilateral di kornu anterius, sehingga otot-otot leher dan badan mendapatkam
persarafan kortika bilateral.
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang di dekusasio piramidum,
kemudian menuruni medula spinalis di funikulus lateralis kontralateral sebagai traktus
kortikospinalis lateralis. Sekitar 90% dari semua serabut traktus piramidalis berakhir
membentuk sinaps dengan interneuron, yang kemudian menghantarkan impuls
motorik ke neuron motor α yang besar di kornu anterior, serta ke neuron γ yang lebih
kecil
c. Tractus Kortikonuklearis (kortikobulbaris)
Beberapa serabut raktus piramidalis membentuk cabang dari massa utama
traktus ketika melewati otak tengah dan kemudian berjalan lebih dorsal menuju nuklei
nervi kranialis motorik. Serabut yang mempersarafi nuklei batang otak ini sebagian
menyilang dan sebagian lagi tidak menyilang. Nuklei yang menerima input traktus
piramidalis adalah nuklei yang memediasi gerakan volunter otot-otot kranial melalui
nervus kranialis V (nervus trigeminus), nervus ranialis VII (nervus fascialis), nervus
kranialis IX, X, XI (nervus glossofaringeus, nervus vagus, nervus aksesorius), serta
nervus kranialis XII (hipoglossus)

Gambar 1. Komponen Sistem Motorik Sentral

D. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Sampai saat ini belum diketahui secara pasti, berbagai macam faktor yang diduga
berkaitan dengan timbulnya ALS:
a. Gangguan transport aksonal dan faktor yang mendasari 5
Bukti awal untuk cacat transportasi aksonal di ALS berasal
mikroskop elektron dan studi neuropatologi post-mortem. Kasus ALS yang
mengungkapkan akumulasi abnormal dari terfosforilasi neurofilamen (ciri patologis
dari ALS), mitokondria dan lisosom dalam akson proksimal neuron motorik besar dan
spheroids aksonal yang mengandung berbagai vesikel, lisosom, dan mitokondria serta
neurofilamen dan mikrotubulus (Sasaki dan Iwata, 1996; Corbo dan Hays, 1992) (Gbr.
1). Konsisten dengan kerusakan pada mesin transportasi aksonal sebagai penyebab
yang mendasari, hyperphosphorylated neurofilament heavy polypeptide (NF-H)
spheroids positif ternoda kuat untuk KHC tetapi, menariknya, bukan dynein
(Toyoshima et al., 1998) 5
Gambar 2. Gangguan pada jalur axonal mitokondria

b. Potensi Genetik
Perkiraan 10% dari ALS diwariskan, biasanya pada autosomal dominan (ALS
familial), tetapi kebanyakan kasus ALS tidak memiliki dasar genetik yang dan terjadi
tampaknya acak dalam populasi (sporadis ALS). Beberapa gen yang telah dikaitkan
dengan keluarga ALS, termasuk superoksida dismutase 1 (SOD1) (~ 12% familial),
TAR DNA mengikat protein (TARDBP; TDP-43) (~ 4%), terdapat kaposi (FUS) (~
4%), dan C9orf72 (~ 40%) 6

Gambar 3. Familial ALS dan Sporadik ALS (jurnal 2)


c. Keracunan Glutamat
Glutamat merupakan perangsang utama neurotransmiter di otak manusia. Bila
terjadi penumpukan glutamat jangka panjang dapat terjadi suatu iskemik yang dapat
mennyebabkan kematian sel sehingga pada keadaan keracunan dari glutamat akan
terjadi kematian sel saraf secara besar-besaran menyebabkan degenerasi pada neuron
motorik.7

Gambar 4. Metabolisme glutamat

d. Autoimun
Sistem imun tubuh menjadi kacau dan meyerang jaringan tubuh sendiri tubuh
sendiri.

Gambar 4. Reaksi autoimun

Gambar 5. Proses autoimun


e. Autofage
Merupakan proses degradative multiproses yang dimulai dengan pembentukan
autophagosome dengan cara sesuai urutan peraturan oleh kompleks ULK1 (ULK1-
Atg13-FIP200) dan PI3K CIII kompleks (Vps34-Vps15-Atg14-Beclin-1).
Autophagosome sarat dengan target substrat sekering dengan akhir endosomes atau
amphisomes dan kemudian dengan Lisosom untuk membentuk autolysosome, di mana
asam glukosida menurunkan isi autophagosome. Gangguan dari masing-masing
langkah ini di autophagy proses telah dikaitkan dengan berbagai macam penyakit
manusia termasuk gangguan neurodegeneratif, mencerminkan pentingnya autophagic
fluks untuk homeostasis saraf. Pembentukan bertanggung jawab untuk transportasi
autophagosome untuk Lisosom dianggap sangat rentan terhadap gangguan dalam
neuron diberikan jarak relatif lama yang terpisah ini dua struktur. Sedangkan kerusakan
lisosomal glukosida telah terkait dengan neurodegeneration, kontribusinya terhadap
jalan ALS.8

Gambar 5. Proses Autofage

f. Mutasi Genetik
Dapat disebabkan oleh keracunan logam berat ataupun infeksi. Ada sejumlah
mutasi gen mutasi diidentifikasi, berhubungan dengan fenotip MND, hanya beberapa
yang mengikhtisarkan ALS klasik. Mutasi-mutasi yang terjadi di dalam gen Cu2 + Zn2
+ superoksida dismutase 1 (ALS1) sekitar 10-20% dari semua kasus fALS, atau 1-2%
dari semua ALS. Ada lebih dari seratus dikenal substitusi tunggal dasar, Insersi,
penghapusan, missense, dan omong kosong titik mutasi-mutasi gen SOD1. Ini dapat
mengakibatkan sebuah fenotip menakjubkan, yang pada dasarnya dapat
mengikhtisarkan seluruh spektrum fenotipik sALS sebagai SOD1 protein yang terlibat
dalam kerusakan akibat radikal bebas, mekanisme mutan SOD1-penyebab awal yang
berkaitan penurunan fungsi protein, mengakibatkan toksisitas radikal bebas. Penelitian
berikutnya telah menunjukkan bahwa protein bermutasi menjadi motor kematian
neuron melalui beberapa "kelebihan fungsi" atau beracun bagi sel neuron itu sendiri.

Gambar 6. Mutasi gen

Anda mungkin juga menyukai