Anda di halaman 1dari 12

NILAI KEPEMIMPINAN DAN KEPAHLAWANAN PANGERAN ANTASARI

SEBAGAI SUMBER PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN


IPS

Namira Regitha Kastina

( Pendidikan IPS Universitas Lambung Mangkurat )

Email: namiraregitha01@gmail.com

ABSTRAK

Saat ini Indonesia tengah mengalami degradasi nilai karakter yang sangat
mengkhawatirkan. Indonesia sedang gencar menerapkan sistem pendidikan
karakter guna mendidik generasi muda bangsa menjadi manusia yang berkarakter.
Untuk menciptakan hal ini perlu suatu contoh atau seorang figur yang mampu
mewakili orang yang hidup dengan nilai-nilai masyarakat dan bangsa kita yang
memperoleh suatu keberhasilan dan mencapai gelar yang sangat terhormat yaitu
“Pahlawan”. Salah satu contoh atau figur yang mampu mewakili hal tersebut ialah
Pangeran Antasari. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengembangkan materi
pembelajaran IPS dengan mengangkat sejarah lokal khusunya dengan
menggunakan tokoh Pangeran Antasari sebagai sumber penanaman karakter.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan. Hasil dari artikel ini diharapkan
dapat digunakan sebagai pedoman bagi para guru untuk mengembangkan materi
dengan mengangkat sejarah lokal khusunya dengan menggunakan tokoh Pangeran
Antasari dalam menyampaikan materi pembelajaran dan menjadikan nilai-nilai
kepemimpinan Pangeran Antasari sebagai sumber penanaman karakter.

Kata Kunci: Pangeran Antasari, Pembelajaran IPS

PENDAHULUAN

1
Saat ini Indonesia tengah mengalami degradasi nilai karakter yang sangat
mengkhawatirkan. Mulai dari masyarakat hingga anak-anak sampai orang tua sudah
mulai melupakan nilai karakter yang berbasis religi, budaya, adat istiadat, dan nilai-nilai
luhur sebagai kearifan lokal. Masyarakat umunya menjalani kehidupan dengan nilai-
nilai yang terbentuk oleh pengaruh perkembangan jaman yang terkadang tidak sesuai
dengan kepribadiannya (Kemendiknas, 2011; Mustakim, 2011). Dewasa ini Indonesia
sedang gencar menerapkan sistem pendidikan karakter guna mendidik generasi muda
bangsa menjadi manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter dilaksanakan dengan
menanamkan nilai-nilai moral pada setiap mata pelajaran oleh semua instansi
pendidikan kepada para siswanya (Permendikbud No. 64/2013). Menanggapi
permasalahan ini, pendidikan IPS yang bertujuan untuk menciptakan warga negara yang
baik, perlu melakukan terobosan agar masyarakat dan generasi muda kembali
menjadikan nilai kebangsaan dan kemasyarakatan sebagai nilai dasar.Untuk
menciptakan hal ini perlu suatu contoh atau seorang figur yang mampu mewakili orang
yang hidup dengan nilai-nilai masyarakat dan bangsa kita yang memperoleh suatu
keberhasilan dan mencapai gelar yang sangat terhormat yaitu “Pahlawan”. Salah satu
contoh atau figur yang mampu mewakili hal tersebut ialah Pangeran Antasari.

Pada saat ini guru masih sebatas memberikan materi yang terdapat dalam buku
ajar dan terpatok pada silabus. Bahkan, dalam pembelajaran IPS guru belum
menggunakan sumber belajar lain selain buku ajar. Sumber belajar yang digunakan
dalam pembelajaran IPS masih monoton, berupa buku ajar.Hal tersebut membuat siswa
merasa bosan saat pembelajaran IPS berlangsung. Dalam menyampaikan materi, guru
IPS jarang menyinggung mengenai sejarah lokal yang terdapat di lingkungan
sekitarnya. Jika dilihat dari materi ajar yang terdapat di tingkat SMP, banyak terdapat
materi yang sumber belajarnya dapat dikembangkan (Sriartha dan Kertih, 2016).

Padahal, materi ajar IPS yang terdapat dalam buku ajar masih dapat
dikembangkan dengan melihat keadaan lingkungan sekitar (Enok, 2011), (Lasmawan I
W, 2003). Salah satunya adalah pemberian contoh dalam materi sejarah di IPS adalah
pengembangan sejarah lokal, mengarakan sejarah lokal tersebut dapat menjadi
pengayaan materi pembelajaran dalam pembelajaran IPS. Jika guru mampu untuk
mengembangkan materi dengan mengangkat sejarah lokal khusunya dengan
menggunakan tokoh Pangeran Antasari, maka guru akan mudah dalam menyampaikan

2
materi pembelajaran dan menjadikan nilai-nilai kepemimpinan dan kepahlawanan
Pangeran Antasari sebagai sumber penanaman karakter yang terkandung dari kisah
hidup Pangeran Antasari.

Metode

Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau dikenal dengan library research,
dengan merujuk pada teori-teori dari para ahli tentang suatu permasalahan (Zed, 2004).
Bertujuan mengkaji teks, buku, dan naskah publikasi mengenai budaya lokal yang
bersumber naskah-naskah kepustakaan relevan yang diangkat sebagai permasalahan
dalam topik penelitian ini. Sumber data yang digunakan adalah data-data hasil
penelitian terdahulu yang relevan. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya
pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat, serta membandingkan literature
kemudian diolah menghasilkan kesimpulan. Data yang digunakan merupakan data
sekunder yang berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah dan literature review yang
berisikan tentang konsep yang sedang dikaji (Handy, 2021). Selain itu peneliti juga
melakukan penelitian ke makam Pangeran Antasari di Komplek Pemakaman Pahlawan
Perang Banjar (Permakaman Masjid Jami) di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin.

Pembahasan

Biografi Pangeran Antasari

Menurut penduduk Tanah Dusun di Desa Bayan Begok Sampirang Puruk Cahu
(tempat Pangeran Antasari wafat), Pangeran Antasari dilahirkan di Kayu Tangi
Martapura tahun 1787 dan wafat pada tanggal 11 Oktober 1862 dalam usia 75 tahun.
Sedangkan menurut Syamsiar Seman, Pangeran Antasari dilahirkan pada tahun 1800.
Ayahnya bernama Pangeran Masohud bin Pangeran Amir dan ibunya bernama Gusti
Khadijah binti Sultan Sulaeman. Kakeknya adalah Pangeran Amir yang dibuang ke
Srilangka sebagai akibat dari pertentangan antara Pangeran Amir yang ingin mengambil
hak atas tahta yang sah dengan pihak Sultan Nata Alam. Dengan bantuan Belanda,
Pangeran Amir dikalahkan dan mengalami nasib dalam pembuangan di Srilangka
(1787).

Ketika dia muda, Pangeran Antasari bernama Gusti Inu Kertapati. Adik
perempuannya telah dikenal sebagai Ratu Sultan Abdul Rahman setelah menikah
terhadap Sultan Muda bin Abdurahman. Setelah menikah dengan seorang Ratu

3
Antasari, ia telah diberkati dengan 8 putri dan 3 putra. Pangeran Antasari juga dikenal
sebagai seorang pemimpin dalam beberapa suku, yaitu Murung, Bakumpai, Ngaju,
Kutai, Siang dan sukusuku lain di sebuah wilayah pedalaman.

Kematian Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang bergelar Ratu Anom


(1759-1761) pada saat Pangeran Amir salah seorang puteranya masih belum dewasa.
Pangeran Amir beserta saudara- saudaranya Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat
ditinggalkan orang tuanya dalam status belum dewasa. Sesuai dengan tata aturan
kerajaan saat itu pemerintahan dipegang oleh Wali Sultan oleh pamannya Pangeran
Nata Alam. Ambisi untuk merebut kekuasaan dari keturunan yang sah menyebabkan
ketiga bersaudara putera-putera Sultan Muhammad Aliuddin tersingkir. Untuk
merukunkan kedua pihak keluarga ini dilakukan oleh Sultan Suleman dengan cara
mengawinkan puterinya dengan Pangeran Masohut anak dari Pangeran Amir.
Panngeran Masohut juga dijadikan anggota dari Dewan Mahkota yang berfungsi
sebagai Dewan Penasehat terhadap Sultan. Disamping itu juga Pangeran Masohut diikut
sertakan dalam berbagai kegiatan politik seperti ikut menanda tangani beberapa
perjanjian dengan pihak Belanda. Selanjutnya Sultan Suleman mengawinkan cucunya
Sultan Muda Abdurrahman dengan Ratu Antasari adik dari Pangeran Antasari. Sultan
Muda Abdurrahman adalah putera mahkota, calon sultan kalau nanti Sultan Adam
meninggal. Seandainya Ratu Antasari ini panjang umurnya, maka generasi yang sah
dari keturunan Sultan Kuning atau Sultan Hamidullah akan berlanjut kembali, tetapi
kenyataannya berbeda karena Ratu Antasari lebih dahulu meninggal sebelum memberi
keturunan.

Pangeran Antasari di kampung Antasan Senor Martapura. Dia adalah seorang


sederhana yang tidak terpandang sebagai layaknya seorang bangsawan. Sebagai
bangsawan yang tidak dikenal dia hanya memiliki tanah lungguh (apanage) di daerah
Mangkauk şampai daerah Wilah dekat Rantau yang berpenghasilan hanya f 400
setahun. Penghasilan ini tidak mencukupi keluarganya sebagaimana seorang bangsawan
saat itu. Ia dianggap sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan apa-apa tanpa
penonjolan sifat-sifat yang menunjukkan dia seorang pemimpin, hidup terlupakan di
tengah-tengah rakyat biasa dan saat itu telah berumur sekitar 50 tahun. Tetapi pada saat
Yang paling menentukan, saat situasi sewenang-wenang, campur tangan Belanda yang
menodai tradisi, serta masuknya budaya barat yang merusak norma-norma agama Islam,

4
ternyata Pangeran Antasari adalah seorang tokoh yang paling diharapkan. Dia ternyata
seorang ahli siasat dan kecerdasan otak yang tinggi dan memiliki keberanian yang
mengagumkan. Gerakan Muning yang muncul kemudian erat sekali dengan
kepemimpinannya dan Pangeran Antasari pula yang mencari semangat Patriotisme
untuk mengusir penjajah Belanda yang mencampuri urusan dalam Kerajaan Banjar.

Salah satu semboyan Pangeran Antasari yang sangat terkenal dan menjadi motto
daerah adalah haram manyarah waja sampai kaputing. Semangat dan kekuatan yang
terkandung dalam semboyan tersebut tidaklah keluar begitu saja, namun dia
diformulasikan dari semangat juang yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur ajaran agama
dan lahir dari lisan seorang pemimpin yang bergelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mu’minin, pengemban tugas sebagai Panglima Tertinggi dalam pertahanan kedaulatan
wilayah, sebagai pemimpin negara dan sebagai pemimpin tertinggi agama. Seorang
tokoh yang tidak ambisius terhadap jabatan dan pangkat dalam kerajaan, tidak
menonjolkan diri sebagai seorang bangsawan, tidak menonjolkan kemampuannya
sebagai seorang pemimpin, tetapi pada saat diperlukan secara spontan ia muncul sebagai
pemimpin yang diharapkan. Seorang pemimpin yang hidup sederhana, sehingga dengan
kesederhanaannya itulah ia dikagumi oleh semua orang, dicintai oleh rakyat dan dituruti
kata-katanya, sehingga seluruh lapisan masyarakat, bahkan kelompok etnis
diperdalaman Kalimantan mengakuinya sebagai pemimpin. Menurut Gazali Usman,
haram manyarah waja sampai ka puting inilah sebenarnya yang (mesti) menjadi prinsip
dan etos kerja orang Banjar.

Pangeran Antasari wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah,


tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di
Tanah Dusun Desa Bayan Begok Sampirang, Puruk Cahu, Propinsi Kalimantan Tengah
dalam usia lebih kurang 75 tahun, karena sakit paru-paru yang dideritanya setelah
terjadinya pertempuran dibawah kaki Bukit Bagantung Tundakan. Ada pula yang
menyatakan bahwa Pamgeran Antasari wafat dikarenakan sakit cacar yang sedang
mewabah ketika itu. Itu sebabnya, tidak terdapat foto asli Pangeran Antasari dalam
dokumen sejarah Perang Banjar atau pada dokumen Belanda yang lainnya. Setelah
terkubur selama lebih kurang 91 tahun di Tanah Barito, atas keinginan rakyat Banjar
dan persetujuan keluarga, dan mereka yang memiliki keterikatan dengan Pangeran
Antasari, tulang belulang Pahlawan Nasional Pangeran Antasari pun kemudian diangkat

5
dan makamnya dipindahkan ke Komplek Pemakaman Pahlawan Perang Banjar
(Permakaman Masjid Jami) di Kelurahan Surgi Mufti Banjarmasin pada tahun 1958.

Dokumentasi dari sumber pribadi

Nilai Kepemimpinan dan Kepahlawanan dari Pangeran Antasari

1. Kepemimpinan

Pangeran Antasari sebagai tutus Kerajaan Banjar, diangkat dan dikukuhkan oleh
rakyat sebagai sebagai Kepala Agama Tertinggi dan diberi gelar Panambahan Amir
Oedin Chalifatoel Mu’minin pada tanggal 13 Ramadhan 1278 H/14 Maret 1862, oleh
sekalian tokoh pejuang Kalimantan (Kiai Dipati Djaja Radja, Raden Mas Warga Nata
Widjaja, Tumenggung Mangku Sari, Kepala di seluruh Teweh, Kapuas dan Kahayan,
sekalian para haji, alim ulama dan pembesar Banjarmasin serta Martapura),
sebagaimana ditulis Amir Hasan Bondan, dalam bukunya Suluh Sedjarah Kalimantan.
Pangeran Antasari berhasil menjadi seorang tokoh yang selalu hidup, dikenang, dan
dijunjung oleh masyarakatnya, ia menempatkan diri sebagai seorang pemimpin pejuang
yang mendapatkan gelar tertinggi. Menurut Gazali Usman, setidaknya ada tiga alasan
mendasar Pangeran Antasari dicintai dan diterima secara luas oleh rakyatnya.

Pertama, walaupun ia seorang bangsawan dan memiliki hak terhadap tahta


kerajaan Banjar namun dalam kehidupannya sehari-hari ia dikenal seperti layaknya
masyarakat biasa. Ia dikenal sebagai seorang yang jujur dan sederhana, rendah hati,
tidak ambisi, dan dekat dengan kehidupan masyarakat, sehingga ia disenangi dan
disukai oleh masyarakat. Perasaan dan penderitaan rakyat yang dialami dan dilihatnya
sendiri, komitmen yang kuat terhadap kehidupan rakyat dan dorongan untuk
menyelamatkan negara dari campurtangan dan kekuasaan Belanda yang semakin
menjadi-jadi pada akhirnya mendorong Pangeran Antasari untuk mengangkat senjata,

6
melakukan perlawanan dan berjuang untuk membela dan mengembalikan hak hidup
rakyat yang aman, damai, dan sejahtera di negeri kelahiran mereka. Itulah sebabnya
asumsi yang menyatakan bahwa Perang Banjar sebagai perang feodal untuk membela
kaum bangsawan tidak bisa dibenarkan. Sebab Perang Banjar sesungguhnya adalah
perang yang dikobarkan untuk membela agama dari kehancuran karena pengaruh
budaya Barat yang merusak, perang membela rakyat dari belenggu penjajahan, dan
perang untuk membela keutuhan bernegara dan berbangsa.

Kedua, sebagai seorang Muslim yang taat dan dekat dengan golongan ulama,
tuan-tuan guru, kepribadian dan jiwa Pangeran Antasari banyak mendapatkan pengaruh
dan tempaan dari nilai-nilai dasar ajaran agama yang diyakininya. Bermuara dari
ketaatan dalam menjalankan ajaran agama inilah lahir semangat dan kekuataan yang
luar biasa untuk berperang dan berjuang di bawah landasan agama, sehingga haram
manyarah hukumnya menyerahkan segala perwalian, sistem pemerintahan, dan
kedaulatan hidup kepada pemerintah Belanda yang tidak seakidah, walaupun harta,
darah, dan nyawa taruhannya, waja sampai ka puting.. Landasan moral agama begitu
membaja dalam jiwa, sehingga tujuan tertinggi dari suatu perjuangan yang hendak
diraihnya adalah ridha Allah Swt.

Ketiga, Pangeran Antasari adalah sosok seorang pemimpin yang


mengedepankan dan memperjuangan hak, kedaulatan dan kepentingan rakyat, bukan
kepentingan individu atau golongan, sehingga ia dapat diterima dan dipercaya oleh
masyarakat luas secara terbuka. Ia adalah seorang tokoh yang tidak ambisius terhadap
jabatan dan pangkat dalam kerajaan, tidak menonjolkan diri sebagai seorang
bangsawan, tidak menonjolkan kemampuannya sebagai seorang pemimpin, tetapi pada
saat diperlukan secara spontan ia muncul sebagai pemimpin yang diharapkan, pemimpin
yang hidup dengan sederhana, dicintai oleh rakyatnya, dan dituruti kata-katanya,
sehingga seluruh lapisan masyarakat, bahkan kelompok etnis di perdalaman
mengakuinya sebagai pemimpin (Zulfa Jamalie, 2014).

2. Kepahlawanan

Ada banyak hal dari nilai kepahlawanan, perjuangan, dan kepribadian Pangeran
Antasari yang patut diteladani. Prinsip perjuangan Pangeran Antasari adalah kokoh
berdiri di atas keberanian. Maksudnya, seorang pemimpin adalah seorang yang berani

7
untuk membela kehormatan, hak, dan segala milik rakyat Banjar, bukan seseorang yang
harus tunduk oleh iming-iming harta, kekuasaan, jabatan, atau intimidasi dari orang
lain. Bagi seorang pemimpin Banjar, jabatan adalah taruhan atas keberaniannya
membela kepentingan rakyat Banjar. Ia bahkan rela meninggalkan kedudukannya
manakala ia gagal membela kepentingan rakyatnya. Sikap inilah yang dulu
diperlihatkan oleh seorang Pangeran Antasari. Ia rela meninggalkan rumah kediaman,
hidup sakit dan melarat, bersatu dan berjuang di tengah-tengah rakyatnya, sampai
akhirnya ia pun meninggal di tengah-tengah rakyatnya. Dengan gagah berani Pangeran
Antasari telah mencetuskan berkobarnya ‘Perang Banjar’, dan secara bergerilya
berjuang bersama rakyat serta terus mengobarkan keberanian dan perjuangan melawan
Belanda.

Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan


Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No.06/TK/1968 di
Jakarta, tertanggal 23 Maret 1968 untuk mengingat jasa dan perjuangannya. Gelar ini
memang tepat diberikan kepada Pangeran Antasari serta sesuai pula dengan kriteria
mereka yang layak mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional, sebagaimana
prosedur dan tata cara pemberian gelar pahlawan yang dikeluarkan oleh Direktorat
Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial, Departemen Sosial RI.
Memang, tanpa penghargaan itupun, sebenarnya Pangeran Antasari akan tetap hidup
dan dikenang sebagai pahlawan dengan enam alasan-alasan berikut:

Pertama, Pangeran Antasari adalah tokoh besar dalam sejarah masyarakat Banjar,
disebut demikian karena ia memiliki pandangan yang bisa abadi sepanjang catatan
sejarah, bahkan pandangan tersebut telah menjadi pedoman, simbol, dan slogan dalam
kehidupan masyarakat yang hidup sesudahnya, misalnya haram manyarah waja sampai
ka puting, jangan bacakut papadaan, dan sebagainya. Ia juga memberikan teladan
perbuatan yang terpuji, yang sepanjang masa tidak akan terlupakan, di samping
mewariskan tradisi, semangat perjuangan yang bermanfaat, dan patut dibanggakan bagi
generasi penerus sesudahnya.

Kedua, Pangeran Antasari adalah seorang tokoh yang telah memberikan contoh
kepribadian teladan dalam sejarah. Dia telah mewariskan perilaku perjuangan yang

8
bersifat heroik, cinta negara, dan sikap patriotisme untuk mengusir penjajah serta
kolonialisme dari wilayah tanah air.

Ketiga, Pangeran Antasari memiliki nilai simbolis yang diperlukan oleh masyarakat,
ia dikagumi karena sifat-sifat unggulnya, sehingga pada akhirnya ia tidak hanya menjadi
idola masyarakat, akan tetapi juga sebagai model atau sosok teladan bagi masyarakat
dalam membangun dan memperjuangkan kehidupan mereka. Ia telah diangkat oleh
masyarakatnya menjadi pemimpin agama mereka (Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mu’minin). Karena itu wajar jika Perguruan Tinggi Agama Islam pertama dan tertua di
bumi Kalimantan, IAIN Antasari mengabadikan namanya.

Keempat, karena ketokohan dan perjuangannya (hero-worshop), Pangeram Antasari


mendapatkan gelar dan penghargaan sebagai pahlawan. Dalam bahasa agama, mereka
yang berjasa besar dalam membela dan memperjuangkan agama Allah dikenal sebagai
mujahid (pejuang) yang syahid, dan menempati kedudukan yang mulia di sisi Allah
Swt. Karena itu, jasanya yang besar tidak dapat dinilai dengan ukuran harta,
menjadikannya personifikasi keutamaan tingkah laku dan kepribadian dalam kehidupan
masyarakatnya.

Kelima, peranannya sebagai titik sentral dalam sejarah perjuangan masyarakat


Banjar, secara langsung ataupun tidak langsung memberikan pengaruh terhadap
pembentukan etos moral masyarakat Banjar. Di mana sekalipun ia telah tiada, namun
eksistensinya tetap akan dikenang dan berada di tengah-tengah masyarakatnya
sepanjang masa, karena keberadaannya memastikan adanya agenda perjuangan yang
terus-menerus untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

Implementasi Nilai Kepemimpinan Pangeran Antasari Sebagai Sumber


Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS

Proses pembelajaran IPS juga bisa berkontribusi dengan nilai kepemimpinan


Pangeran Antasari dengan cara memperkenalkan kepada peserta didik bagaimana
sejarah beliau lalu mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam kepemimpinan
Pangeran Antasari. Maka ada beberapa hal yang harus disesuaikan dalam
mengkontribusikan nilai sebagai sumber IPS. Adapun dari hasil kajian pustaka dari
beberapa materi yang relevan yang dapat dikaitkan dengan materi nilai biografi
Pangeran Antasari tersebut didapat Materi interaksi sosial dengan adanya nilai

9
sosial/kejuangan dalam biografi tersebut bisa dijadikan contoh atau panutan hidup.
Melalui materi tersebut bisa dijadikan sumber belajar IPS serta peserta didik bisa
lebih mengenal dan mengambil nilai yang terkandung dalam biografi Pangeran Antasari
untuk dijadikan pedoman kehidupan sehari-hari maupun di bermasyarakat. Dengan
memahami nilai sosial diharapkan peserta didik bisa bekerja sama, suka membantu
ataupun menghormati perbedaan pemikiran orang lain saat di lingkungan sosial.

Nilai kepemimpinan pada Biografi Pangeran Antasari cocok atau relevan untuk
dimasukkan ke dalam materi interaksi sosial karena materi pelajaran tersebut bisa
berkontribusi dengan informasi lain secara menyeluruh, maupun sebagai sumber-
sumber lokal. Misal dalam materi interaksi sosial ada menjelaskan tentang faktor-faktor
interaksi sosial satu diantaranya rasa empati dimana rasa empati yaitu sikap seseorang
yang menunjukkan suatu perasaan yang dialami orang lain seperti membantu orang lain.
Sedangkan rasa empati dalam biografi Pangeran Antasari yaitu Pangeran Antasari
begitu paham mengenai keinginan rakyatnya dan menjadikan dirinya sebagai
penyampai pesan atau keluhan rakyat kepada para petinggi kerajaan. Maka dari itu nilai
sosial biografi Pangeran Antasari bisa berkontribusi dengan materi pembelajaran IPS
satu diantaranya materi interaksi sosial sebab materi tersebut relevan untuk dijadikan
bahan sumber belajar IPS di kelas VII.

Selain itu Pangeran Antasari adalah salah satu figur yang bisa ditiru oleh para
pemimpin banua yang ada sekarang ini, apabila mereka ingin mengabadikan nama dan
kepribadian mereka dalam ingatan masyarakat dan catatan tinta sejarah. Sebab apalah
arti nama seorang pemimpin jika tidak memiliki model kepribadian mulia yang bisa
ditiru seperti jujur, sederhana, hemat dan bersahaja, teguh memegang dasar-dasar ajaran
agama atau keyakinannya, dan berjuang untuk kepentingan masyarakatnya.

Kesimpulan

Kepemimpinan, perjuangan, dan kepahlawan Pangeran Antasari diakui secara


luas oleh banyak kalangan. Maka dari itu guru dapat mengembangkan materi dengan
mengangkat sejarah lokal khusunya dengan menggunakan tokoh Pangeran Antasari,
guru akan mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran dan menjadikan nilai-nilai
kepemimpinan Pangeran Antasari sebagai sumber penanaman karakter yang terkandung
dari kisah hidup Pangeran Antasari.

10
Pembelajaran IPS juga bisa berkontribusi dengan nilai biografi Pangeran
Antasari dengan cara memperkenalkan kepada peserta didik bagaimana sejarah beliau
lalu mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam biografi Pangeran Antasari. Melalui
materi tersebut bisa dijadikan sumber belajar IPS serta peserta didik bisa lebih mengenal
dan mengambil nilai yang terkandung dalam biografi Pangeran Antasari untuk dijadikan
pedoman kehidupan sehari-hari maupun di bermasyarakat. Peserta didik dengan
memahami nilai sosial diharapkan peserta didik bisa memahami bagaimana bekerja
sama, suka membantu ataupun menghormati perbedaan pemikiran orang lain saat di
lingkungan sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Handy, M. R. N. (2021). Pembelajaran Sejarah Dalam Membangun Historical Awarness
dan Sikap Nasionalisme Pada Peserta Didik. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 49. https://doi.org/10.20527/prb.v1i1.2196

Hasanaini, (2020). Nilai-nilai Kejuangan Pada Biografi Pangeran Antasari Sebagai


Sumber Belajar IPS.

Hendarswati, & Zulfa Jamalie. (n.d.). PEDAGANG DAN GERAKAN


PERLAWANAN TERHADAP KOLONIAL BELANDA PADA MASA
PERANG BANJAR (1859-1905)—IDR UIN Antasari Banjarmasin. Retrieved
June 3, 2022, from http://idr.uin-antasari.ac.id/13938/

Zulfa Jamalie. (2014). SEJARAH DAKWAH DI MASA PERANG BANJAR:


ANALISIS NILAI PERJUANGAN P. ANTASARI - IDR UIN Antasari
Banjarmasin. http://idr.uin-antasari.ac.id/13943/

11
12

Anda mungkin juga menyukai