Anda di halaman 1dari 3

 

                                   RESENSI NOVEL

1. Judul Buku       :  Laskar Pelangi


2. Pengarang       :  Andrea Hirata
3. Penerbit           :  Benteng, Yogyakarta
4. Cetakan           :  2008
5. Tebal               :  534 halaman
6. Harga              :  Rp.50.000

Synopsis / Ringkasan

Ini adalah kisah heroik kenangan 11 anak Belitong yang tergabung dalam “Laskar Pelangi”:
Syahdan, Lintang, Kucai, Samson, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Mahar, Flo dan sang
penutur cerita – Ikal. Andrea Hirata, yang tak lain adalah Ikal, dengan cerdas mengajak
pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada
dalam kehidupan kontras: kaya dengan tambang timah, tapi rakyatnya tetap miskin dalam
kesehariannya.

Ini adalah cerita tentang semangat juang menyala-nyala dari anak-anak kampung Belitong
untuk mengubah nasib melalui sekolah, yang harus mereka dapat dengan terengah-engah.
Sebagian besar orang tua mereka lebih suka melihat anak-anaknya bekerja membantu orang
tua di ladang, atau bekerja menjadi buruh kasar di PN Timah, daripada sekolah yang tak jelas
masa depannya.

Derita sekolah itu tergambar jelas ketika SD Muhammadiyah di kampung miskin itu
terancam tutup kalau murid baru sekolah itu tidak mencapai 10 orang. kesebelas anak itulah
yang telah menyelamatkan masa depan suar pendidikan yang hampir redup digilas ekonomi.
Kesebalas anak itu memiliki keunikan masing-masing. Diantara 11 anak Laskar Pelangi itu,
Lintang dan Mahar adalah 2 diantara yang paling menonjol. Lintang jenius dalam bidang
eksakta, Mahar ahli di bidang seni budaya. Mereka seolah mewakili otak kanan dan otak kiri
manusia. Lintang memiliki semangat juang yang tiada tara dalam belajar. Dia rela menempuh
perjalanan dengan kereta angin sejauh 80 km pergi pulang demi dapat memuaskan dahaga
ilmu pegetahuan. Saking semangatnya hingga akan tercium karet terbakar dari sepatunya
yang aus digerus pedal sepeda. Jika ada aral melintang di jalan dan terlambat sampai sekolah,
tiada masalah baginya, asal dapat menyanyikan lagu “Padamu Negeri” pada akhir jam
pelajaran.

Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari penulisnya
yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Kita akan dibuat
tersenyum geli dari humor kecil yang dilontarkannya, terharu dan bahkan menangis ketika
membaca kisah heroik kesebelas anak Laskar Pelangi.
Filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan Laskar Pelangi. Pohon
itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon itu menjadi markas setiap
pertemuan mereka: membicarakan soal-soal di sekolah, merancang karya untuk festival 17
Agustus, atau tempat Lintang memberi kuliah tentang ilmu fisika. Pohon itu pulalah yang
menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis manis keturunan cina, anak pemillik toko Sinar
Harapan yang memiliki jari lentik dan kuku cantik.

Anak-anak Laskar Pelangi itu hidup dalam kebahagiaan masa kecil dan menyimpan mimpi
masing-masing untuk hari esok. Tapi siapa yang sanggup melawan sang nasib? Dua belas
tahun kemudian, Ikal menyaksikan perubahan nasib teman-temannya yang sungguh diluar
dugaan. Sang nasib sungguh menjadi sebuah misteri yang maha gelap. Anak-anak Laskar
Pelangi itu boleh punya cita-cita setinggi langit, tapi nasib jualah yang menentukan episode
kehidupan mereka selanjutnya. Sang nasib bisa jadi adalah ketiadaan kepedulian pemerintah
akan bibit-bibit unggul mutiara anak bangsa yang harus terhempas oleh himpitan ekonomi.
Mereka adalah anak-anak harapan bangsa yang terpaksa harus tunduk oleh gilasan nasib yang
semestinya bisa diupayakan oleh pemerintah yang punya amanah dan kuasa untuk
memajukan pendidikan.
Lintang, sang jenius itu misalnya kini harus terpuruk jadi sopir tronton karena harus menjadi
tulang punggung keluarga, menjadi pengganti ayahnya. Tapi Lintang punya jawaban, ”
jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tidak jadi
nelayan….” Bagi Ikal, kata-kata itu semakin menghancurkan hatinya, ia marah, kecewa pada
kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Ia
mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang
kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Laskar Pelangi

    1. Kelebihan Laskar Pelangi

Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah
dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena
dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa
depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada
pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa
yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia
yang tak punya kualitas.

 Dapat menjadi cerminan pembaca agar dapat mengambil contoh betapa pentingnya
pendidikan untuk meraih cita-cita
 Dapat memicu pembaca agar tetap semangat dan berjuang untuk meraih prestasi guna
memajukan bangsa agar lebih baik.
 Terdapat nilai yang patut untuk dicontoh agar menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya
 Memberitahukan kepada kita bahwa guru benar-benar seorang pahlawan yang tanpa
tanda jasa demi mencerdaskan anak didiknya dan selalu memberikan yang terbaik.

2. Kekurangan Laskar Pelangi

Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya,
novel ini sudah ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel
(Bangka Belitung) yang dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi
ekor cerita yang membingungkan. Karena penutur “Aku” secara tiba-tiba menjadi orang lain,
dan bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti seorang
pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis yang sudah
sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan yang tidak perlu.

 Kata-kata yang digunakan kurang menunjukan bahwa tokoh adalah seorang anak,
yang seharusnya tiak melakukan kewajibannya untuk membantu pamannya.
 Mengapa tokoh ikal di dalam cerita tidak berkesinambungan dengan isi novel yang
lainnya. Seharusnya bisa digunakan nama yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai