Anda di halaman 1dari 7

Suatu zikir hanyalah untuk menyelamatkan hati dari nafsu keduniawian dan nafsu keinginan,

nafsu itu menarik kejelekan, maka tidak ada yang selamat dari nafsu, kecuali bergantung pasrah
kepada Allah SWT. Aktifitas wirid/zikir yang terus menerus akan menjadi warid yaitu timbul
cahaya ke-ilahy-an yang masuk kedalam hati yang akan membedakan hak dan batil. Oleh karena
itu jelaslah bahwa ilmu tarekat sangatlah penting karena pengaruh zikrullah terhadap pribadi
mukmin makin kuat, sehingga membawa pengaruh positif dalam hidup dan kehidupan pribadi
yang luhur.
Pelaksanaan Dzikir Naqsabandiyah sebagai berikut :

1. LATIFAH QOLBU
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul qolby, adanya dibawah susu sebelah kiri jarang dua jari
condongnya kedalam. Dalam pengisian zikir……..arahnya kedalam dan harus diisi dengan zikir
sebanyak-banyaknya, maka tetaplah di Latifatul qolby.
Wilayahnya nabi Adam, tempatnya nafsu Lawwamah, bersifat => suka mencela, menuruti hawa
nafsu, bohong, menganiaya, bangga diri, menggunjing, pamer, bangga diri,
Warnanya : kuning

2. LATIFAH RUH
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul Ruh, adanya dibawah susu sebelah kanan jarang dua
jari condongnya keluar kedalam. Dalam pengisian zikir…..arahnya keluar kedalam dan harus diisi
dengan zikir sebanyak-banyaknya di Latifatul Ruh. Dari Latifatul qolby ke Latifatul Ruh ada
perjalanan zikir sebanyak 1000 kali dan setelah mengerjakan zikir perjalanan tetaplah di Latifatul
Ruh.
Wilayahnya nabi Ibrahim dan nabi Nuh. Tempatnya nafsu Mulhimah, bersifat > lapang dada,
dermawan, merendah, sabar, taubat, qonaah, tahan menghadapi kesusahan.
Warnanya : merah

3. LATIFAH SIR/SIRRI
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul Sir, adanya di atas susu sebelah kiri jarang dua jari
condongnya keluar. Dalam pengisian zikir ….arahnya keluar dan harus diisi dengan zikir
sebanyak-banyaknya di Latifatul Sir. Dari Latifatul Ruh ke Latifatul Sir ada perjalanan zikir 1000
kali. Bilamana dalam pengisian Latifah Qolby 5000 kali, maka Ruh harus juga diisi 5000 kali.
Setelah mengerjakan perjalanan zikir dari Ruh ke Sir maka tetaplah berada di Latifatul Sir.
Wilayahnya nabi Musa, tempatnya nafsu Mutmainah, bersifat => senang ibadah, bersyukur, ridho,
tawakal, sayang dengan sesama makhluk, takut melanggar larangan Allah/Waro.
Warnanya : Putih

4. LATIFAH KHOFI
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul Khofi, adanya di atas susu sebelah kanan jarang dua jari
condongnya kedalam. Dalam pengisian zikir ….arahnya kedalam dan harus diisi dengan zikir
sebanyak-banyaknya di Latifatul Khofi. Dari Latifatul Sir ke Latifatul Khofi ada perjalanan zikir
sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifah qolby 5000 kali dan Sir juga harus 5000
kali. Setelah mengerjakan perjalanan zikir dari Sir ke Khofi maka tetaplah di Latifatul Khofi.
Wilayahnya nabi Isa, tempatnya nafsu Mardiyah, bersifat => baik budi, welas asih, menjalankan
kebaikan, tahu diri, sayang sesama makhluk.
Warnanya : Hitam
5. LATIFAH AHFA/AKFA
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul Akfa, adanya di tengah-tengah dada condongnya keatas
kedepan. Dalam pengisian zikir …..arahnya keatas kedepan dan harus diisi dengan zikir sebanyak-
banyaknya di Latifatul Akfa. Dari Latifatul Khofi ke Latifatul Akfa ada perjalanan zikir sebanyak
1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifatul Qolby, Ruh, Sir dan Khofi harus sama diisi 5000
kali. Setelah mengerjakan perjalanan zikir dari Khofi ke akfa maka tetaplah di Latifatul Akfa.

Wilayahnya nabi Muhammad SAW, tempatnya nafsu Kamilah, bersifat => ilmu yakin, ainul yakin,
haqqul yakin.
Warnanya : Hijau

6. LATIFAH NAPSI
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul Napsi, adanya di tengah diantara dua alis condongnya
kebawah kebelakang. Dalam pengisian zikir…. arahnya kebawah kebelakang dan harus diisi
dengan zikir sebanyak-banyaknya di Latifatul Napsi. Dari Latifatul Akfa ke Latifatul Napsi ada
perjalanan zikir sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam pengisian Latifatul qolby, Ruh, Sir, Khofi
sama, maka di Latifatul Akfa juga harus sama (misalnya 5000 kali). Setelah mengerjakan
perjalanan zikir dari Latifatul Akfa ke Latifatul Napsi maka tetaplah duduk di Latifatul Napsi.
Tempatnya nafsu Amarah, bersifat > serakah, takabur, khianat, pelit, syahwat.
Warnanya : merah, kuning, hijau, biru. (dominan merah)

7. LATIFAH QOLAB/QOLAM
Latifah yang berarti duduknya di Latifatul qolam adanya di tengah embun-embunan condong
kedalam (seluruh badan). Dalam pengisian zikir …..arahnya kedalam ditengah-tengah dada. Dari
Latifatul Napsi ke Latifatul Qolam, ada perjalanan zikir sebanyak 1000 kali. Bilamana dalam
pengisian Latifatul Qolby, Ruh, Sir, Khofi, Akfa sama, maka di Latifatul Napsi juga harus sama
5000 kali. Setelah mengerjakan perjalanan zikir dari Latifatul Napsi ke Latifatul Qolam maka
Latifatul Qolam harus diisi sebanyak 5000 kali. Kemudian dinaikan ke Hadiyat => Qulhu Allah
Hu ahad…. Ma’iyat => Wahuwa ma’akum aena ma kuntum…..Akrobiyah => Wahuwa Akrobu
minha, minha fi warid. Setelah mengisi zikir di Latifatul Qolam maka kembali ke Latifatul Qolby
dengan perjalanan zikir sebanyak 1000 kali, maka tetaplah zikir untuk seterusnya di Latifatul
Qolby yang berarti langsung tenggelam/fana, isilah zikir sebanyak-banyaknya sebagai tanggung
jawab diri sendiri.
Tempatnya nafsu Kamilah, bersifat => Tajjali, laduni, irsad, ikmal, baqobillah.
Warnanya : merah, kuning, hijau, biru (pelangi)

Zikir latifatul jasad/Qolam caranya sebagai berikut, masukan zikir Hu Allah lewat napas, tarik ke
lubang hidung sebelah kiri dimasukan ke pangkal jantung diisi zikir Allah 5000 kali. Dari jantung
disebarkan lewat urat ashabat ke semua denyut nadi, artinya jantung dan nadi menjadi satu
disebarkan ke seluruh tubuh/Latifatul jasad dan mengisi rongga-rongga tubuh dengan zikir
sehingga seluruh tubuh berzikir

Untuk menyebarkan zikir keluar masuknya napas di jantung, harus belajar cara memberhentikan
dan melancarkan jantung, adalah sebagai berikut :

1. Untuk memberhentikan jantung adalah buang napasnya yang panjang… tarik napasnya sedikit.
2. Untuk melancarkan jantung adalah buang napasnya sedikit……tarik napasnya yang panjang.

Sebagai catatan => Jantung ada dua bagian :

1. Pangkal Jantung ada 101 urat ashabat adalah rupa kerajaan ilahi.
2. Ujung Jantung, kerajaan iblis/darah kotor yang harus dibersihkan/dihancurkan.
Pemaparan Singkat Tentang 7 Latifah
1. Lathifatul-Qolby : Disini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan
dan lain - lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya,
Insya Allah pada tingkat Ini diganti dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Lathifatur-Ruh : Disini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu,
letaknya dua jari dibawah susu sebelah kanan. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Alah
diisi dengan khusyu’ dan tawadhu’.

3. Lathifatus-Sirri : Disini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau
aniaya, pemarah dan pendendam, letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri. Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan ramahtamah.

4. Lathifatul-Khafi : Disini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah,


letaknya dua jari diatas susu sebelah kanan. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah
diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar.

5. Lathifatul-Akhfa : Disini letaknya sifat- sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan
lain- lain, letaknya ditengah-tengah dada. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti
dengan sifat -sifat Ikhlas , khusyu’, tadarru dan tafakur.

6. Lathifatun-Nafs (Nafsun-Natiqo) : Disini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan


dan panjang anganangan, letaknya tepat diantara dua kening. Kita buat dzikir sebanyak-
banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang.

7. Lathifatul-Qolabiyyah (Kullu-Jasad) : Disini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan


kelalaian, letaknya diseluruh tubuh mengendarai semua aliran darah

kita yang letak titik pusatnya tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita. Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal.
Mengenal Lathifah lathifah Batin dalam Thariqat Sufi. Acuan dalam pengamalan thariqat
bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang
jalan sufi dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,
kemudian melangkah kepada aktivitas-aktivitas, yang meliputi :

· Pertama, tazkiyah an-nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai
kecenderungan buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan
malakuti.

· Kedua, tashfiyah al-qalby , pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan
kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta
memantapkan dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata

· Ketiga, takhalliyah as-Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan
perhatian dari dzikir atau ingat kepada Allah.

· Keempat, tajalliyah ar-Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan
gelora cintanya.
- Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan
struktur tubuh manusia.
- Sadrun = (Lathifatun-nafs) sebagai unsur jiwa
- Qalbun = (Lathifatul-qalby) sebagai unsur rohaniah
- Fuadun = (Latifatur-ruh) unsur rohaniah
- Syagafun = (Latifatus-sirri) unsur rohaniah
- Lubbun = (Latifatul-khafi) unsur rohaniah
- Sirrun = (Latifatul-akhfa) unsur rohaniah.
Hal ini relevan dengan firman Allah SWT. dalam Hadist Qudsi :

“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada Sadrun (dada), di
dalam dada itu ada Qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi Fu’ad (jujur
ingatannya), di dalamnya pula ada Syagaf (kerinduan), di dalamnya lagi ada Lubbun (merasa
terlalu rindu), dan di dalam lubbun ada Sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada “Aku”.

Syaikh Ahmad As-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi diatas melalui sistem
interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar diatas.
Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alamul amri (perintah) Allah :“Kun fayakun”,
yang artinya, “jadi maka jadilah” (QS.36:82) merupakan ar-ruh yang bersifat immaterial .

Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat material. Karena qudrat dan Iradat
Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allah menitipkan
kelima Lathifah tersebut kedalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah Itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka tempatnya ada
di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang
berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah an-nafsi sebagai tempatnya nafsu al-amarah. Lathifatul-
qalby sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifatur-Ruhi sebagai tempatnya nafsu al-
mulhimmah, dan seterusnya. Dengan katalain bertempatnya lathifah yang bersifat immaterial
kedalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.

Lathifah sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat
barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah). Pada hakekatnya penciptaan
ruh manusia ( lima lathifah ), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam
jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam .as telah tercipta dengan sempurna, maka
Allah memerintahkan ruh-Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam .as. Maka dengan enggan ia
menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk
ketempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat Firman Allah : “Jika seandainya kamu mau masuk
dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu
masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar dengan terpaksa”.

Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai kebatas mata, selanjutnya sampai ke
hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui
ruh menjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah
mistis tentang karakter manusia, sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang struktur
ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga). Bahkan dalam
al-Qur’an tergambarkan ketika ruh sampai kelutut, maka Adam sudah tergesa-gesa ingin berdiri.
Sebagaimana firman Allah. “Manusia tercipta dalam ketergesagesaan” (QS/21.37)

Pada proses penciptaan anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh kedalam badan
melalui tahapan. Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang Ibu, maka
terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid). Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS.
23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah menambahkan ruhnya, yaitu ruh al-
hayawan maka jadilah Ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang memang
sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat. Sedangkan tahapan selanjutnya adalah
peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah sempurna (bahkan
mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah). Maka dengan
ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif syari’ (kewajiban syari’at)
dari Allah dan menjadi khalifah-Nya. Itulah tiga jenis ruh dan nafas yang ada dalam diri manusia,
sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari focus pembahasan lathifah (kesadaran). Lima
lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaran manusia.

Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS. 17 : 85),
tetapi aktivitas dan karakteristiknya.
Lathifatul-qalby, bukan qalby (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan),
atau kesadaran yang bersifat robbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun demikian, ia
berada dalam qalby (jantung) manusia sebagai media bereksistensi.

Menurut Imam Al Ghazali, didalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah
hakikatnya manusia. Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung

jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi :

“Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang hatimu”

Lathifatul qalby bereksistensi didalam jantung jasmani maka jantung fisik manusia ibaratnya
sebagai pusat manusia, gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang
dinyatakan sebagai letaknya lathifatul qalby) adalah ibarat “channelnya”. Jika seseorang ingin
berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini
memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik). Demikian
juga dengan lathifatur-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifatur-ruh adalah
suatu identitas yang lebih dalam dari lathifatul-qalby. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi
dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah
susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan. Warna cahayanya merah yang tak
terhinggakan. Selain tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat
bahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana
As-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.

Lathifatus-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu
yang kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalby, ruh dan
sirr. Sufi yang pertamakali mengungkap sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn
Utsman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran,
yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan Imam ar Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum
merupakan lathifah yang terdalam. Ia masih berada ditengah tengah lathifah ar ’ruhaniyat
manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga ia Mujaddid dapat merasakan pengalaman
spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, Seperti Syaikh Abu Yazid Al Bustami, Al-
Hallaj (309 H), dan Ibnu Arabi (637 H).

Setelah ia mengalami “ittihad” dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman


ruhaniah, sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan
ma’bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah adalah Tuhan. Hal yang
diketahui dari l thifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas
susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini
merupakan manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan sarangnya sifat sabbu’iyyah atau
sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan fana’ al-dzat, dzat
Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.

Lathifatul-khafi Adalah Lathifah ar’robbaniah ar’ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah
as-sirri. Penggunaan istilah ini mengacu kepada hadist Nabi :

“Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik-baik rizki adalah yang mencukupi”

Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu
sebelah kanan jarak dua jari condong kekanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain
sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti
hasad, kibir ( takabbur, sombong ), khianat dan serakah.

Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifatul-akhfa. Tempatnya berada di
tengah-tengah dada dan berhubungan dengan empedu jasmani manusia.
Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan. Dalam lathifah ini
seseorang salik akan dapat merasakan ’isyq ( kerinduan) yang mendalam kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi.
Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yan g menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia
dalam upaya kontemplasi, yaitu:

- Pertama, qalby yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah

- Kedua, ruh berfungsi untuk mencintai Allah, dan

- Ketiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.

Dengan demikian proses ma’rifat kepada Allah menurut al-Qusyairi dapat digambarkan sebagai
berikut dibawah ini.

“Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil ‘alamin-Tradisi
kenabian pada hakekatnya tidak lepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan
dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah”

Praktek Dzikir
Setelah seorang murid mengikuti talqin ini maka secara resmi dia sudah menjadi pengamal
thariqat.

Selanjutnya dia mengamalkan ajaran-ajaran dalam thariqat tersebut, khususnya dalam tatacara
dzikirnya. Pertama-tama seorang salik harus membaca Allahumaftahli... dst 7x,
Alhamdulillahirrobil...dst, istighfâr sebanyak 3X , kemudian membaca shalawât 3 X , ayat bai’at,
baru kemudian mengucapkan dzikir dengan mata terpejam agar lebih bisa menghayati arti dan
makna kalimat yang diucapkan yaitu lâ ilâha illa Allâh. Tekniknya, mengucap kata La dengan
panjang (14 harkat), dengan menariknya dari bawah pusat ke arah otak melalui kening tempat
diantara dua alis, seolah-olah menggoreskan garis lurus dari bawah pusat ke ubun-ubun– suatu
garis keemasan kalimat tauhid. Selanjutnya mengucapkan ílâha seraya menarik garis lurus dari
otak ke arah kanan atas susu kanan dan menghantamkan kalimat illa Allâh ke dalam hati sanubari
(lathifatul-qalby) yang ada di bawah susu kiri dengan sekuat-kuatnya. Ini di maksudkan agar lebih
menggetarkan hati sanubari dan membakar nafsu-nafsu jahat yang dikendalikan oleh syetan.

Selain dengan metode gerakan tersebut, praktek dzikir disini juga dilaksanakan dengan ritme dan
irama tertentu. Yaitu mengucapkan kalimat lâ ilâha illallâh, dan mengulanginya 3X secara pelan-
pelan. Masing-masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat nafy isbat (nafy = meniadakan
yang selain Allah. isbat = menetapakan hanya ada Allah tiada yang selain-Nya). itu, yaitu lâ
ma’buda ilallâh (tidak ada yang berhak disembah selain Allah), lâ maqsuda ilallâh (tidak ada
tempat yang dituju selain Allah), dan lâ maujuda ilallâh (tidak ada yang maujud selain Allah).
Setelah pengulangan ketiga, dzikir dilaksanakan dengan nada yang lebih tinggi dan dengan ritme
yang lebih cepat. Semakin bertambah banyak bilangan dzikir dan semakin lama, nada dan
ritmenya semakin tinggi agar “kefanaan” semakin cepat diperoleh.

Jadi dzikir pertama yang diamalkan murid adalah dzikir nafy isbât, dengan suara jahr (keras).
Setelah Itu, murid dapat melangkah kepada model dzikir berikutnya yaitu ism dzat, yang lebih
menekankan pada dzikir sirr dan terpusat pada beberapa Lathifah. Untuk lebih jelasnya ajaran
tentang pengisian lathifah tersebut.
Dapat dilihat dari tabel diatas beberapa sifat yang harus dihilangkan dalam diri seorang murid,
dengan melalui dzikir yang harus terisi dalam “lathifah” yang berjumlah 7 “lathifah” tersebut,
untuk mencapai sifat-sifat yang terpuji.

Sementara dzikir yang harus dilakukan oleh seorang murid adalah sangat tergantung kepada
kondisi batin seorang murid, berapa kali mereka akan berdzikir, dan untuk menilai kemampuan
murid dalam jumlah yang harus dibebankannya adalah sang guru dapat menilainya melalui
“indera keenam”. Selain dzikir sebagai ajaran khusus, tarekat tetap sangat menekankan
keselarasan pengamalan trilogi Islam, Iman, dan Ihsan, atau yang lebih akrab lagi dengan istilah
syari’at, tarekat, dan hakekat. Dalam konteks ini pengamalan dalam tarekat hakekatnya tidak jauh
berbeda dengan kalangan Islam lain. Semuanya dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan
Islam secara kâffah, tidak saja dimensi lahir tetapi juga dimensi batin.

Demikianlah Pemaparan Singkat Tentang 7 Lathifah, kiranya menjadikan sedikit pengetahuan


yang mencerahkan batin dan ruh kita. Dan jika masih bingung alangkah baiknya tanyakan kepada
Guru Mursyid kita.

Anda mungkin juga menyukai