Anda di halaman 1dari 33

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

( INDONESIAN ASSOCIATION OF ENVIRONMENTAL HEALTH )


Equity Tower 49th Floor Jalan Jenderal Sudirman Kavling 52 – 53 SCBD Jakarta 12190 Indonesia
Phone +62 21 2965 1111 Fax +62 21 2965 1222 WA : +62 81997 2222 50
Website : http://www.hakli.or.id/ E-mail : sekertariat_pp@hakli.or.id

________________________________________________________________________________________________________________________________

Nomor : 063/E/PP-HAKLI/VII/2020
Lampiran :-
Perihal : Edaran Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga
Kesehatan Lingkungan P2KBTKL Tahun 2020

Kepada Yth.
Ketua Pengurus HAKLI Provinsi/Kab/Kota
Seluruh Indonesia.
di Tempat

Dengan hormat,
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada anggota dan kemudahan dalam mengaplikasikan
Portofolio SKP serta tata kelola keangotaan HAKLI secara online, maka bersama ini kami
sampaikan buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan
Lingkungan (P2KBTKL) Tahun 2020 yang telah disempurnakan.

Dengan berlakunya Pedoman P2KBTKL yang telah disempurnakan ini, maka buku pedoman
P2KBTKL yang telah beredar sebelumnya dianggap sudah tidak berlaku secara isi dan redaksi
sebagai panduan ataupun petunjuk operasional bagi anggota karena telah mengalami beberapa
perubahan.

Demikian Surat Edaran ini untuk dapat dipergunakan bersama sebagaimana mestinya, atas
perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 9 Juli 2020

Ketua Umum
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
HAKLI adalah Organisasi Profesi Kesehatan Lingkungan di Indonesia berdasar Pengesahan Kepmenkumham No : AHU – 0000560.10 3014 – dan pembaruan
Surat Kepmenkumham No : AHU = 0001169.AH.01.08. Tahun 2019 NPWP ; 66.863.590.7 – 013.000. Bank BNI – Bank Mandiri
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Tenaga Kesehatan Lingkungan
(P2KBTKL)

PENGURUS PUSAT
HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 1
B. TUJUAN....................................................................................................................................... 1
C. DASAR HUKUM ......................................................................................................................... 2
D. POLA PEMBERIAN STR ........................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................................... 5
POKOK-POKOK KEGIATAN ........................................................................................................................ 5
A. RUANG LINGKUP P2KBTKL .................................................................................................... 5
B. POKOK-POKOK KEGIATAN..................................................................................................... 6
BAB III .............................................................................................................................................................. 7
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SATUAN KREDIT PROFESI........................................... 7
A. PEMBELAJARAN ....................................................................................................................... 7
B. PROFESIONALITAS ................................................................................................................ 10
C. PENGABDIAN MASYARAKAT ............................................................................................... 16
D. PUBLIKASI ILMIAH .................................................................................................................. 17
E. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI ........................................................................ 18
BAB IV ............................................................................................................................................................ 19
MEKANISME PENERBITAN STR............................................................................................................... 19
A. PROSEDUR PENERBITAN STR ONLINE ............................................................................ 19
B. PROSEDUR PENGUSULAN STR BARU .............................................................................. 19
C. KETENTUAN PENERBITAN STR .......................................................................................... 21
BAB V ............................................................................................................................................................. 25
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pekerjaan tenaga Kesehatan Lingkungan yang terdiri atas tenaga Sanitasi
Lingkungan, Entomolog Kesehatan, dan Mikrobiolog Kesehatan secara profesional berbasis pada
kompetensi yang meliputi kompetensi Manajerial, Kompetensi Teknis, dan Kompetensi Sosial
Kultural.
Kompetensi Manajerial merupakan soft competency yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan.
Kompetensi Teknis merupakan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang mutlak diperlukan dalam melaksanakan tugas-tugas
jabatannya.
Kompetensi Sosial Kultural merupakan kemampuan yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
Berdasarkan ketiga kompetensi tersebut di atas Tenaga Kesehatan Lingkungan memiliki tanggung
jawab dan kewenangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta peran pribadi maupun sosial
yang diimplementasikan dalam pengabdiannya baik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun
berkarya di lingkungan masyarakat terasuk swasta dan praktik mandiri. Di dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan telah diatur jenjang karier, baik sebagai pangkat dan jabatan
dalam pengabdiannya di ASN, militer, kepolisian, maupun mereka yang mengabdi di lingkungan
masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan pedoman bagi Tenaga Kesehatan Lingkungan untuk melakukan
pengembangan dan penilaian tingkat profesionalitasnya dalam bentuk Satuan Kredit Profesi
(SKP) berdasarkan kompetensi yang bersangkutan guna memperoleh gambaran peningkatan
dan/atau pengembangan potensi dan karier yang bersangkutan, pada bidang-bidang tertentu
dalam lingkup kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan.
Selanjutnya akan duraikan bidang-bidang tertentu tersebut dalam pedoman bagi Tenaga Sanitasi
Lingkungan yang selanjutnya disebut dengan Sanitarian guna memperoleh gambaran penilaian
jenjang karier yang bersangkutan. Pedoman untuk melakukan penilaian profesionalitas Tenaga
Kesehatan Lingkungan selanjutnya disebut Pedoman Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL) yang merupakan salah satu
instrumen organisasi profesi dalam hal ini Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI) untuk melakukan pengaturan dalam setiap tingkatan kompetensi bagi Tenaga Kesehatan
Lingkungan dan para pihak yang berkepentingan untuk melakukan penilaian kinerja di semua
sektor yang memerlukan Tenaga Sanitasi Lingkungan.
Dalam pedoman ini akan diatur secara khusus mengenai penilaian pengembangan keprofesian
bagi Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian), sedangkan jenis Tenaga Kesehatan Lingkungan
lainnya akan diatur dalam pedoman tersendiri yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
pengembangan keprofesian Tenaga Kesehatan Lingkungan.

B. TUJUAN
Tujuan Umum:
Tersedianya panduan penilaian pengembangan profesionalitas Tenaga Sanitasi Lingkungan
dalam rangka registrasi, registrasi ulang, dan izin praktik/kerja.

Tujuan Khusus:
1. Tersedianya panduan pengisian dan penghitungan Satuan Kredit Profesi (SKP) bagi
Tenaga Sanitasi Lingkungan.
2. Tersedianya panduan bagi instansi pemerintah, pengelola kegiatan, praktik mandiri di
mana Tenaga Sanitasi Lingkungan berada/bekerja.

1
3. Tersedianya panduan mekanisme dan tata cara perpanjangan Surat Tanda Registrasi
(STR) Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian).

C. DASAR HUKUM
Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan
(P2KBTKL) ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan di bawah ini sebagai
landasan hukum:
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri
Sipil
11. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2010 tentang Sistem Kesehatan Nasional
12. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
13. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
14. Peraturan Presiden RI Nomor 86 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden RI Nomor 90 Tahun 2017 tentang Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Tenaga Sanitasi Lingkungan.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2015 tentang Standar Kompetensi
Manajerial Jabatan Fungsional Sanitarian
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018 tentang Sekretariat Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2019 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
21. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia

D. POLA PEMBERIAN STR


Secara umum proses yang dilalui dalam pencapaian Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian)
Profesional teregistrasi (Registered) dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Pola Pemberian STR Tenaga Sanitasi Lingkungan

2
Pada Gambar 1 di atas, seorang Sanitarian sebelum mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR)
harus melalui beberapa langkah prosedur, yaitu:
1. Yang bersangkutan harus mendaftar sebagai anggota HAKLI. Pendaftaran dilakukan
secara online melalui apikasi Portofolio SKP online pada web hakli.or.id
2. Bagi Sanitarian yang baru lulus, untuk memperoleh STR, terlebih dahulu mengikuti uji
kompetensi (exit exam) yang diselenggarakan perguruan tinggi untuk mendapatkan
Sertifikat Kompetensi, dan bersama dokumen kelengkapan lainnya dipergunakan untuk
mengusulkan STR secara online melalui aplikasi STR Online Ver.2.0. pada web
ktki.kemkes.go.id.
3. Sedangkan bagi Sanitarian yang telah bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta
namun belum mempunyai STR, dapat mengajukan usulan STR online dengan terlebih
dulu menyiapkan dokumen yang dipersyaratkan untuk diupload melalui aplikasi e.STR
Ver.2.0. pada web ktki.kemkes.go.id.

Berbeda dengan pengurusan STR baru, Sanitarian yang akan melakukan perpanjangan STR atau
re-registrasi, mereka wajib:
1. Menyerahkan berbagai dokumen hasil kegiatan yang dikelompokkan dalam lima bidang,
yaitu bidang pendidikan/pelatihan, profesionalitas, pengabdian masyarakat, karya ilmiah,
dan pengembangan ilmu dan teknologi (IPTEK) dan diserahkan pada Pengurus HAKLI.
2. Setelah dokumen tersebut diterima, tim verifikasi akan melakukan verifikasi terhadap
dokumen-dokumen hasil kegiatan tersebut kemudian memberikan nilai Satuan Kredit
Profesi (SKP) sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi.
Akumulatif nilai SKP selama kurun waktu 5 tahun minimal harus memenuhi sejumlah 50
SKP dengan proporsi tertentu sesuai ketentuan organisasi profesi.
3. Bagi Sanitarian yang berhasil mencapai sejumlah nilai tersebut akan mendapatkan Surat
Rekomendasi dari Pengurus HAKLI yang menyatakan kecukupan SKP untuk pengusulan
perpanjangan STR.
4. Surat rekomendasi ini bersama dokumen kelengkapan lainnya dipergunakan untuk
mengusulkan perpanjangan STR.
5. Sedangkan bagi Sanitarian yang tidak memenuhi jumlah SKP tersebut harus mengikuti
evaluasi kemampuan yang diselenggarakan oleh KTKI bekerja sama dengan organisasi
profesi dan para pemangku kepentingan terkait lainnya.

Penjelasan lebih lanjut mengenai bidang-bidang penilaian SKP sebagaimana dimaksud di atas
dijelaskan pada pembahasan BAB selanjutnya.

Mulai tahun 2020, pengusulan perpanjangan STR bisa dilakukan secara online, dengan cara
Sanitarian mengupload terlebih dahulu berbagai dokumen hasil kegiatan dari lima ranah/bidang
secara berturut turut selama lima tahun ke dalam aplikasi Portofolio SKP online pada web
hakli.or.id. Penjelasan lebih rinci dapat dilihat di BAB IV Buku Pedoman ini.

Pengaturan terhadap penetapan nilai SKP keprofesian sebagaimana ditetapkan pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2019 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan pada pasal 9

3
yang menyatakan bahwa registrasi ulang untuk perpanjangan masa berlaku STR harus dilakukan
dengan persyaratan antara lain memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan,
pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya, yang dibuktikan dengan pemenuhan syarat satuan
kredit profesi (SKP).

Organisasi profesi kesehatan lingkungan (HAKLI) menetapkan jumlah SKP untuk perpanjangan
STR sejumlah 50 SKP yang harus dicapai Sanitarian selama 5 tahun.

4
BAB II
POKOK-POKOK KEGIATAN

A. RUANG LINGKUP P2KBTKL


Pemeliharaan dan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan Lingkungan dimaksudkan untuk
memelihara dan meningkatan profesionalitas Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian) yang bisa
diukur dengan instrumen standar yang berlaku. Instrumen standar tersebut disusun dalam
Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL)
dan diukur dengan Satuan Kredit Profesi (SKP) yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
Pengembangan keprofesian dan peningkatan kompetensi tenaga Sanitarian disusun ke dalam
pokok-pokok kegiatan yang meliputi pembelajaran, keprofesian, pengabdian masyarakat,
publikasi ilmiah, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Secara proporsional, pembobotan pemberian SKP pada pokok-pokok kegiatan selengkapnya
dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Pembobotan SKP Teknisi Sanitarian Madya/Jabatan Fungsional Keterampilan

PROPORSI JUMLAH KETENTUAN


NO BIDANG CATATAN
SKP PROFESI
1 PEMBELAJARAN 15% 7,5 Wajib Dicapai
2 KEPROFESIAN 60% 30,0 Wajib Dicapai
PENGABDIAN
3 15% 7,5 Toleransi Tidak boleh nol
MASYARAKAT
4 PUBLIKASI ILMIAH 5% 2.5 Toleransi Tidak boleh nol
PENGEMBANGAN Tidak boleh nol
5 5% 2.5 Toleransi
IPTEK
TOTAL 100% 50,0

Tabel 2. Pembobotan SKP Teknisi Sanitarian Utama ke atas/Jabatan Fungsional Keahlian

PROPORSI JUMLAH KETENTUAN


NO BIDANG CATATAN
SKP PROFESI
1 PEMBELAJARAN 15% 7.5 Wajib Dicapai
2 KEPROFESIAN 55% 27.5 Wajib Dicapai
PENGABDIAN
3 15% 7,5 Toleransi Tidak boleh nol
MASYARAKAT
4 PUBLIKASIILMIAH 10% 5,0 Toleransi Tidak boleh nol
5 PENGEMBANGAN IPTEK 5% 2,5 Wajib Dicapai
TOTAL 100% 50,0

Keterangan
1. Kolom Jumlah SKP merupakan nilai SKP masing-masing bidang, baik yang wajib
dicapai maupun yang ditoleransi sesuai dengan ketentuan organisasi profesi.
2. Nilai akumulasi dari semua bidang baik pembelajaran, keprofesian, pengabdian
masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK selama 5 (lima) tahun
minimal bernilai 50 SKP.
3. "Wajib Dicapai" dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai akumulasi
SKP pemohon selama 5 (lima) tahun pada bidang tersebut harus dapat dicapai sesuai
batas nilai yang ditentukan pada kolom JUMLAH SKP.
4. "Toleransi" dalam kolom KETENTUAN PROFESI diartikan bahwa nilai akumulasi SKP
pemohon selama 5 (lima) tahun pada bidang tersebut diperbolehkan tidak tercapai
sesuai batas yang ditentukan pada kolom JUMLAH SKP, namun tidak boleh bernilai 0
(nol).

5
5. Dalam hal nilai SKP pemohon untuk bidang yang ditoleransi terdapat nilai nol (0), maka
akan diberikan penugasan sesuai dengan bidang penilaian SKP tersebut.

B. POKOK-POKOK KEGIATAN
Pengelompokan kegiatan ditujukan untuk memudahkan dalam penggunaan pedoman ini.
Pengelompokan kegiatan ini terdiri atas 5 pokok kegiatan sebagai berikut ini.
1. PEMBELAJARAN
Pembelajaran meliputi pendidikan formal dan pelatihan, baik formal ataupun non formal.
Pendidikan formal adalah proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh institusi/lembaga
pendidikan formal yang telah memiliki sekurang-kurangnya akreditasi B dari lembaga yang
berwenang, dan memperoleh gelar. Pelatihan formal adalah proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh institusi/lembaga pendidikan tanpa memperoleh gelar namun tetap
memperoleh sertifikat. Pelatihan non formal adalah proses pembelajaran secara mandiri
ataupun berkelompok, baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak langsung yang
dibuktikan dengan pembuatan abstrak/ringkasan/rangkuman dengan menyebutkan
referensinya.
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sebagaimana diuraikan di atas tetap mengacu
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. PROFESIONALITAS
Profesionalitas adalah uraian pekerjaan yang relevan berkenaan dengan tugas dan fungsi,
serta peran tambahan dari sanitarian dalam instansi/institusi tempat kerja beserta hasil kerja.
Di samping itu, profesionalitas juga dapat merupakan hasil kerja dari kegiatan mandiri, praktik
kerja, konsultasi, wirausaha, advokator, fasilitator, motivator, dan promotor dalam lingkup
kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan.

3. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang mendapat pendampingan,
bimbingan, pembinaan, pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan termasuk
pengabdian dari Tenaga Sanitasi Lingkungan (Sanitarian), baik secara individu maupun
kelompok.

4. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah lain di
bidang kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai
bentuk yang didiseminasikan secara internal maupun eksternal.

5. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI


Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan di bidang
kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan, yang dilakukan melalui penelitian, kajian, uji
coba, pengembangan model/desain, penapisan, pemanfaatan media lingkungan maupun
hasil produksi baik secara fisik, biologi, kimia, maupun sosial terkait dengan potensi risiko
kesehatan yang dapat berawal dari gagasan, konsep, dan praktik.

6
BAB III
URAIAN KEGIATAN DAN PENGHITUNGAN SATUAN KREDIT PROFESI

A. PEMBELAJARAN
1. Pendidikan
a. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh
institusi/lembaga pendidikan formal yang telah memiliki sekurang-kurangnya akreditasi
B dari lembaga yang berwenang, dan memperoleh gelar, dengan ketentuan sebagai
berikut.
1) Perolehan ijazah dan sertifikat kompetensi pendidikan kesehatan
lingkungan/sanitasi lingkungan yang lebih tinggi dari semula diajukan sebagai
salah satu unsur dalam peningkatan sebutan profesional/tingkatan kompetensi
Sanitarian pada STR sesuai kompetensi yang baru.
2) Perolehan gelar Doktor atau Magister dikecualikan dari kete ntu an di a ta s
mengingat program doktor a t a u ma g i st e r diarahkan pada pendalaman aspek
ilmiah dan akademik.
3) Perolehan gelar jenjang lanjut pada bidang bukan Kesehatan
Lingkungan/Sanitasi Lingkungan, tidak diberi nilai Satuan Kredit Profesi
Kesehatan Lingkungan (SKP-KL)

Jenjang pendidikan formal bidang Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan


meliputi:
1) Diploma III Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
2) Diploma IV Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
3) Sarjana Strata I (S-I) Kesehatan Lingkungan;
4) Pendidikan Profesi Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
5) Sarjana Strata II/Magister (S-II) Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
6) Pendidikan Magister Terapan KesehatanLingkungan/Sanitasi Lingkungan;
7) Doktoral (S-III) Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan; dan
8) Doktoral Terapan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan.

Dalam penilaian pendidikan untuk memperoleh SKP-KL, diperlukan kelengkapan


administrasi sebagai berikut.
1) Ijazah; dan
2) Transkrip akademik.

Tabel 3. Penilaian Pendidikan Formal Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan

Nilai SKP
Ijazah Pendidikan Profesi
D3 D4/S1-KL DrT/Sp2
San/MgT
D3 9.5
D4/S1-KL 12.5
Profesi Sanitasi
22.5
Lingkungan/ MgT/Sp1
DrT/Sp2 40

7
b. Pelatihan Formal dan Non Formal

1) Pelatihan Formal
Pelatihan formal adalah proses pembelajaran di bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi lingungan yang diselenggarakan oleh institusi
pemerintah/swasta/lembaga pendidikan/asosiasi/organisasi profesi/NGO, tanpa
memperoleh gelar, namun tetap memperoleh sertifikat pelatihan.

Pemberian SKP-KL Pelatihan Formal dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Penilaian Pelatihan Formal

Lamanya Nilai SKP sebagai : Keterangan


pelatihan
setiap
paket Peserta Pelatih/NS Panitia Moderator

8 JPL 1 1* 1 2* 1 hari pelatihan


16 JPL 2 Dst. 1 Dst. 2 hari pelatihan
24 JPL 3 Dst. 2 Dst. 3 hari pelatihan
32 JPL 4 Dst. 2 Dst. Dst.
40 JPL 5 Dst. 3 Dst. Dst.
48 JPL 6 Dst. 3 Dst. Dst.
56 JPL 7 Dst. 4 Dst. Dst.
64 JPL 8 Dst. 4 Dst. Dst.
72 JPL 9 Dst. 5 Dst. Dst.
80 JPL 10 Dst. 5 Dst. Dst.
Dst. Dst. Dst. Dst. Dst. Dst.

Catatan:
1. 1 hari = 8 jam pelajaran (JPL)
2. Untuk peserta, setiap 8 JPL diberikan 1 SKP;
3. Untuk Pelatih/Nara Sumber, setiap aktivitas riil tiap 2 JPL yang dilakukan
diberikan 1 SKP;
4. Untuk Moderator, setiap tampil diberikan 2 SKP; dan
5. Untuk Panitia, sampai dengan 16 JPL dan kelipatannya mendapat 1 SKP.
6. Contoh pelatihan formal adalah: seminar, workshop, lokakarya, dan pelatihan
teknis.

Dalam pemberian SKP-KL pelatihan formal, diperlukan kelengkapan administrasi


sebagai berikut.
1) Surat Keputusan penyelenggaraan pelatihan;
2) Surat permohonan sebagai narasumber/fasilitator (bagi narasumber/
fasilitator); dan
3) Fotokopi sertifikat pelatihan.

2) Pelatihan Non Formal


Pelatihan non formal ialah proses pembelajaran di bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi lingkungan yang dilakukan secara mandiri maupun
berkelompok, baik terorganisir ataupun tidak, langsung ataupun tidak langsung,
yang dibuktikan dengan pembuatan abstrak/ringkasan/ rangkuman dengan
menyebutkan referensinya. Pelatihan non formal dapat meliputi upaya
penyelenggaraan kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang mencakup:
penyehatan media lingkungan, pengamanan faktor risiko lingkungan, pengendalian

8
vektor dan binatang pembawa penyakit, dan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan dalam kondisi matra serta akibat perubahan iklim.

Bentuk kegiatan pelatihan non formal paling sedikit meliputi:


a) Membaca artikel untuk memperluas wawasan tentang perkembangan ilmu
dan teknologi.
b) Membaca artikel untuk memperdalam suatu ilmu pengetahuan.
c) Mempelajari informasi dari media cetak, media elektronik, termasuk internet.
d) Pembelajaran melalui aplikasi E-Learning.
e) Memahami prosedur kerja (peralatan, standar dan code, dll) serta software.
f) Kegiatan dalam penelitian untuk mencapai gelar Doktor atau Magister
(Terapan) yang relevan dengan bidang profesi.

Topik berbagai kegiatan pembelajaran mandiri ini harus konsisten agar mencapai
tujuan pengembangan keprofesian Kesehatan Lingkungan/ Sanitasi Lingkungan
dan kemutakhiran ilmu dan teknologi kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan.

Dalam penilaian pelatihan non formal untuk memperoleh SKP-KL, perlu


diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Nilai SKP-KL disesuaikan dengan spesifikasi terkait dengan bidang profesi
yang spesifik atau non spesifik berkenaan dengan pemanfaatan IPTEK.

Tabel 5. Penilaian Pelatihan Non Formal

Spesifikasi artikel yang dibaca dengan


Manfaat IPTEK bidang profesi Sanitarian
Spesifik Nonspesifik*
IPTEK Deteksi Dini 2 0
IPTEK Tepat Guna 3 1

Catatan*:
IPTEK Deteksi Dini adalah artikel yang berkaitan dengan IPTEK dalam rangka
melakukan deteksi dini/kewaspadaan dini terhadap faktor risiko kesehatan
lingkungan.

Non Spesifik merupakan artikel yang tidak secara langsung berkaitan dengan
pemanfaatan IPTEK kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan, namun masih
memiliki relevansi sebagai referensi bagi pengembangan IPTEK kesehatan
lingkungan/sanitasi lingkungan.

b) Pemberian SKP-KL dilakukan dengan melampirkan tulisan ringkas berupa


r a n g k u m a n a t a u s u m m a r y , diketik dalam satu a t a u d u a halaman.

2. Penyelenggaraan Pertemuan Ilmiah Kesehatan/Sanitasi Lingkungan

Jenis penyelenggaraan pertemuan ilmiah di bidang kesehatan lingkungan/sanitasi


lingkungan terdiri atas: seminar, lokakarya,simposium, diskusi panel, dan diskusi
kelompok.
Jenis pertemuan ilmiah di atas dapat dibedakan berdasarkan skala penyelenggaraannya,
yaitu: skala internasional, skala nasional, skala provinsi dan regional, dan skala
kabupaten/kota.

9
Pemberian SKP terhadap jenis penyelenggaraan pertemuan ilmiah sebagaimana
dimaksud dalam buku ini berdasarkan Jam Pelajaran (JPL) setara 45 menit pada bidang
kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan dan minimal JPL yang mendapatkan SKP
sebagai berikut.
a. skala internasional: sampai dengan 4 JPL dan 1 Narasumber setara dengan 1 SKP,
6 JPL dan 2 narasumber Internasional setara dengan 2 SKP, 8 JPLl dan 3
narasumber setara dengan 3 SKP, dan seterusnya.
b. skala nasional: sampai dengan 4 JPL dan 1 Narasumber Nasional setara dengan 1
SKP, 6 JPL dan 2 Narasumber Nasional setara dengan 2 SKP, dan seterusnya.
c. skala provinsi dan regional: sampai dengan 8 JPL dan 1 Narasumber Provinsi
setara dengan 1 SKP, 10 JPL dan 2 Narasumber Provinsi setara dengan 2 SKP,
dan seterusnya.
d. skala kabupaten/kota: sampai dengan 8 JPL setara dengan 1 SKP.

Ketentuan jumlah SKP untuk penyelenggaraan pertemuan ilmiah ditetapkan oleh


organisasi profesi (PP HAKLI).

Pengaturan tentang prosedur dan pemberian SKP terhadap jenis pertemuan ilmiah
sebagaimana dimaksud dalam buku ini untuk Narasumber, Moderator dan Panitia dapat
dilihat pada Lampiran 1.

B. PROFESIONALITAS
1. Profesionalitas dalam Lingkup Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN)

Profesionalitas merupakan uraian pekerjaan Sanitarian yang relevan berkenaan dengan


tugas dan fungsi serta peran tambahan yang bersangkutan dalam instansi/institusi tempat
kerja beserta hasil kerja. Di samping itu, profesionalitas juga dapat merupakan hasil kerja
dari kegiatan mandiri, praktik kerja, konsultasi, wirausaha, advokator, fasilitator, motivator,
dan promotor dalam lingkup kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan.

Tabel 6. Penilaian Profesionalitas dalam Lingkup Kerja di Pemerintahan

Nilai SKP sebagai:


No Tugas Pokok dan Fungsi Ketua Anggota
Kontributor
Tim Tim
1 Penyiapan Peraturan/Regulasi (NSPK) 3 2 1
2 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media
Lingkungan (air, udara, tanah, pangan,
sarana dan bangunan)
1) Surveilans kualitas media
3 2 1
lingkungan
2) Uji Laboratorium dan pengukuran
3 2 1
lapangan (insitu)
3) Analisis Risiko 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3 2 1
b. Perlindungan Kualitas Media
Lingkungan (Air, Pangan, dan Sarana
dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3 2 1
2) Pengembangan TTG; 3 2 1
3) Rekayasa Lingkungan; 3 2 1

10
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah
3 2 1
Pangan dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media
Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi,
3 2 1
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi
3 2 1
Pengolahan Pangan;

Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Anggota
Ketua Tim Kontributor
Tim
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan
3 2 1
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Surveilans; 3 2 1
2) Uji Laboratorium; 3 2 1
3) Analisis Risiko; dan 3 2 1
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1
e. Pencegahan Penurunan Kualitas
Media Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3 2 1
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3 2 1
3) KIE. 3 2 1
3 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan
Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan
Sampah Sesuai Perundang- 3 2 1
Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan
Kontaminasi dari Penggunaan Zat
Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan
2 1
Tambahan Pangan, Bahan 3
Antiseptik, Bahan Kosmetika,
Bahan Aromatika, Bahan Aditif,
dan Bahan Proses Industri);
3) Mencegah Pajanan dari
Gangguan Fisik Udara (Suhu,
2 1
Getaran, Kelembaban, 3
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap
Limbah Dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat dan
Fasilitas Umum, Sesuai Dengan
Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1

11
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Anggota
Ketua Tim Kontributor
Tim
c. Proses Pengolahan Limbah dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
Memenuhi Perundang-Undangan dan
Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
d. Pengawasan terhadap Limbah
Limbah dari Pemukiman, Tempat
Kerja, Tempat Rekreasi, Tempat dan
Fasilitas Umum, sesuai dengan
Peraturan Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3 2 1
2) Limbah Padat; dan 3 2 1
3) Limbah Gas. 3 2 1
e. Pengawasan terhadap Limbah (Cair,
Padat, dan Gas) dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-Undangan;
2 1
3
2) Surveilans; 3 2 1
3) Uji Laboratorium; 3 2 1
4) Analisis Risiko; 3 2 1
5) KIE; dan 3 2 1
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3 2 1

Pengendalian Dilakukan terhadap Vektor


4 dan Binatang Pembawa Penyakit,
meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan
Bioekologi, Status Kevektoran, Status
3 2 1
Resistensi, Efikasi, dan Pemeriksaan
Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit, Dengan Metode
Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3 2 1
2) Mengubah Derajat Keasaman 3
2 1
(pH) Air;
3) Memberikan Radiasi; dan 3 2 1
4) Pemasangan Perangkap. 3 2 1

12
Nilai SKP
No Tugas Pokok dan Fungsi Anggota
Ketua Tim Kontributor
Tim
c. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan Bahan 3 2 1
Kimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Dengan
Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3 2 1
2) Ikan; 3 2 1
3) Bakteri; 3 2 1
e. Pengendalian Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Melalui
Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
2 1
Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Permanen; dan
2) Mengubah Habitat
Perkembangbiakan Vektor dan
2 1
Binatang Pembawa Penyakit 3
Secara Sementara.
5 Keadaan tertentu (matra/ KLB) 3 2 1
a. Pra keadaan tertentu 3 2 1
b. Saat kejadian 3 2 1
c. Pasca kejadian 3 2 1
6 Keadaan tertentu : Perubahan iklim
a. Mitigasi 3 2 1
b. Adaptasi 3 2 1
7 Penugasan Dinas
7.1 Berdasarkan Tugas dan Fungsi 1 1 1
7.2 Non Tugas dan Fungsi 0.5 0.5 0,5

Catatan:
Tugas dan fungsi yang dilakukan secara mandiri (individual), nilai SKP setara dengan
Ketua Tim.

Dalam hal ini, pemberian SKP-KL diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat tugas yang ditandatangani pejabat yang berwenang; dan
2) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja.

2. Profesionalitas dalam Lingkup Kerja/Praktik Mandiri


Penilaian profesionalitas untuk lingkup kerja/praktik mandiri dalam rangka pemberian
SKP-KL dilakukan sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.

13
Tabel 7. Penilaian Profesionalitas
dalam Lingkup Kerja/Praktik Mandiri

No Bidang Praktik Mandiri Nilai SKP


1 Penyehatan
a. Pengawasan Kualitas Media Lingkungan (air,
udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan)
1) Surveilans kualitas media lingkungan 3
2) Uji Laboratorium 3
3) Analisis Risiko 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut 3
b. Perlindungan Kualitas Media Lingkungan (Air,
Pangan, dan Sarana dan Bangunan)
1) KIE (Pemberdayaan Masyarakat); 3
2) Pengembangan TTG; 3
3) Rekayasa Lingkungan; 3
4) Pemeriksaan Kesehatan Penjamah Pangan 3
dan Penggunaan APD.
c. Peningkatan Kualitas Media Lingkungan
1) Air: Filtrasi, Sedimentasi, Airasi, 3
Dekontaminasi, Disinfeksi;
2) Pangan: KIE, Rekayasa Teknologi 3
Pengolahan Pangan;
3) Sarana dan Bangunan: KIE dan 3
Pengembangan TTG.
d. Pemantauan Kualitas Media Lingkungan (Udara
dan Tanah)
1) Surveilans; 3
2) Uji Laboratorium; 3
3) Analisis Risiko; dan 3
4) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
e. Pencegahan Penurunan Kualitas Media
Lingkungan (Udara dan Tanah)
1) Pengembangan TTG; 3
2) Rekayasa Lingkungan; dan 3
3) KIE. 3
2 Pengamanan
a. Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat
1) Pengurangan dan Penanganan Sampah 3
Sesuai Perundang-Undangan;
2) Mencegah Pajanan dan Kontaminasi dari 3
Penggunaan Zat Kimia Berbahaya (Bahan
Pembasmi Hama, Bahan Tambahan Pangan,
Bahan Antiseptik, Bahan Kosmetika, Bahan
Aromatika, Bahan Aditif, dan Bahan Proses
Industri);
3) Mencegah Pajanan dari Gangguan Fisik 3
Udara (Suhu, Getaran, Kelembaban,
Kebisingan, dan Pencahayaan);
b. Proses Pengolahan Limbah Terhadap Limbah
Dari Pemukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
Tempat dan Fasilitas Umum, Sesuai Dengan
Perundang-Undangan

14
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
c. Proses Pengolahan Limbah dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang Memenuhi
Perundang-Undangan dan Persyaratan Teknis
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
d. Pengawasan Terhadap Limbah Limbah Dari
Pemukiman, Tempat Kerja, Tempat Rekreasi,
Tempat dan Fasilitas Umum, Sesuai Dengan
Perundang-Undangan
1) Limbah Cair; 3
2) Limbah Padat; dan 3
3) Limbah Gas. 3
e. Pengawasan Terhadap Limbah (Cair, Padat, dan
Gas) dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
dilakukan:
1) Memenuhi Perundang-Undangan; 3
2) Surveilans; 3
3) Uji Laboratorium; 3
4) Analisis Risiko; 3
5) KIE; dan 3
6) Rekomendasi Tindak Lanjut. 3
3 Pengendalian Dilakukan Terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit, Meliputi:
a. Pengamatan dan Penyelidikan Bioekologi, Status 3
Kevektoran, Status Resistensi, Efikasi, dan
Pemeriksaan Spesimen.
b. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit, Dengan Metode Fisik:
1) Mengubah Salinitas Air; 3
2) Mengubah Derajat Keasaman (pH) Air; 3
3) Memberikan Radiasi; dan 3
4) Pemasangan Perangkap. 3
c. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa 3
Penyakit Dengan BahanKimia
d. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit Dengan Menggunakan Metode Biologi:
1) Protozoa; 3
2) Ikan; 3
3) Bakteri; 3
e. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit Melalui Pengelolaan Lingkungan
1) Mengubah Habitat Perkembangbiakan Vektor 3
dan Binatang Pembawa Penyakit Secara
Permanen; dan
2) Mengubah Habitat Perkembangbiakan Vektor 3
dan Binatang Pembawa Penyakit Secara
Sementara.
4 Advokasi Kesehatan Lingkungan 3
5 Kewirausahaan Kesehatan Lingkungan 3

15
Dalam hal ini, pemberian SKP-KL lingkup kerja/praktik mandiri diperlukan kelengkapan
administrasi sebagai berikut.

1) Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang


(untuk mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi);
2) Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara mandiri);
dan
3) Ringkasan/excutive summary laporan hasil kerja.

3. Profesionalitas dalam Lingkup Pelaksanaan Tugas Organisasi Profesi


a. Sebagai Pengurus Organisasi
Penilaian profesionalitas dalam lingkup tugas kepengurusan organisasi ialah sebagai
berikut.
1) Tingkat Pusat : 3 SKP/tahun
2) Tingkat Provinsi : 2 SKP/tahun
3) Tingkat Kabupaten/Kota : 1 SKP/tahun
Dalam hal ini, pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas organisasi profesi
sebagai pengurus diperlukan kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat Keputusan tentang penunjukan sebagai pengurus organisasi yang
ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary kegiatan kepengurusan organisasi setiap tahun.

b. Penugasan Khusus Tugas Organisasi


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi ialah
sebagai berikut.
1. Penugasan di Lingkup Kesehatan : 2 SKP/kegiatan
2. Penugasan di Lingkup Non Kesehatan : 2 SKP/kegiatan
3. Penugasan dalam Situasi Kejadian Luar Biasa (KLB) : 3 SKP/kegiatan
Pemberian SKP lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi profesi diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1) Surat Tugas tentang penugasan khusus organisasi yang ditandatangani oleh
atasan/atau pejabat yang berwenang; dan
2) Executive Summary laporan kegiatan penugasan khusus organisasi.

4. Profesionalitas Dalam Lingkup Kedudukan sebagai Pejabat Manajerial


Penilaian profesionalitas dalam lingkup pelaksanaan tugas khusus organisasi ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemberian SKP sebagai pejabat
administrasi dan pejabat tinggi adalah sebagai berikut.
1. Jabatan Pimpinan Tinggi
a. Pimpinan Tinggi Utama : 5 SKP/tahun
b. Pimpinan Tinggi Madya : 4 SKP/tahun
c. Pimpinan Tinggi Pratama : 2 SKP/tahun

2. Jabatan Administrasi
a. Administrator : 1 SKP/tahun
b. Pengawas : 1 SKP/tahun

Pemberian SKP lingkup kedudukan sebagai pejabat manajerial diperlukan Surat


Keputusan tentang pengangkatan sebagai pejabat manajerial yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang sebagai kelengkapan administrasi.

C. PENGABDIAN MASYARAKAT
Pengabdian masyarakat adalah serangkaian kegiatan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas kesehatan lingkungan yang mendapat pendampingan, bimbingan, pembinaan,
pemicuan, inspirasi, percontohan, dan hal-hal relevan termasuk pengabdian dari Sanitarian,
baik secara individu maupun kelompok. Penilaian selengkapnya tercantum sebagaimana pada
tabel berikut.

16
Tabel 8. Penilaian Pengabdian Masyarakat

Nilai SKP sebagai:


No Peran
Ketua Anggota
1 Pendampingan 3 1
2 Pembimbingan 3 1
3 Pembinaan 3 1
4 Pemicuan 3 1
5 Inspirator 3 1
6 Percontohan 3 1
7 Tokoh Masyarakat 2 1
8 Pejabat Non Formal 2 1
9 Lembaga Swadaya Masyarakat 2 1
10 Advokator 3 1

Dalam hal ini, pemberian SKP-KL lingkup pengabdian masyarakat diperlukan kelengkapan
administrasi sebagai berikut.
1. Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang (untuk
mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi);
2. Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara mandiri);
3. Surat penunjukan sebagai pejabat non formal; dan
4. Ringkasan/excutivesummary laporan hasil kerja.

D. PUBLIKASI ILMIAH
Publikasi ilmiah meliputi kegiatan dalam bentuk karya tulis maupun karya ilmiah lain di bidang
kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan yang dipublikasikan dalam berbagai bentuk yang
didiseminasikan secara internal maupun eksternal. Penilaian publikasi ilmiah selengkapnya
dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 9. Penilaian Publikasi Ilmiah

Diseminasi
No Karya Ilmiah
Eksternal Internal
1 Tulisan 2 1
2 Model 3 1
3 Desain 3 1
4 Maket 2 1
5 Konsep 2 1
6 Produk 3 1

Guna melakukan penilaian dan pemberian SKP-KL lingkup publikasi ilmiah, diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1. Melampirkan foto karya ilmiah (berbentuk desain, model, maket, dan produk karya ilmiah);
2. Melampirkan fotokopi tulisan/konsep yang dihasilkan; dan
3. Ringkasan/excutivesummary/klipping hasil karya yang dipublikasikan.

17
E. PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Pengembangan ilmu dan teknologi adalah serangkaian kegiatan pengembangan yang dilakukan
melalui penelitian, kajian, uji coba, pengembangan model/desain, penapisan, pemanfaatan
media lingkungan maupun hasil produksi baik secara fisik, biologi, kimia, maupun sosial terkait
dengan potensi risiko kesehatan yang dapat berawal dari gagasan, konsep, dan praktik.
Penilaian hasil pengembangan ilmu dan teknologi selengkapnya tercantum pada tabel berikut
ini.

Tabel 10. Penilaian Pengembangan Ilmu dan Teknologi

Nilai SKP dalam bentuk:


No Lingkup Pengembangan IPTEK
Gagasan Konsep Praktik
1 Penelitian 1 2 3
2 Kajian 1 2 3
3 Pengembangan Model/Desain 1 2 3
4 Penapisan 1 2 3
5 Pemanfaatan - - 3
6 Uji Coba - - 3

Dalam hal ini, pemberian SKP-KL lingkup pengembangan ilmu dan teknologi diperlukan
kelengkapan administrasi sebagai berikut.
1. Surat penugasan yang ditandatangani oleh atasan/atau pejabat yang berwenang (untuk
mereka yang bekerja di perusahaan/lembaga/institusi);
2. Surat pernyataan pelaksanaan tugas/pekerjaan (untuk yang bekerja secara mandiri); dan
3. Ringkasan/excutive summary laporan hasil pengembangan ilmu dan teknologi.

18
BAB IV
MEKANISME PENERBITAN STR

A. PROSEDUR PENERBITAN STR ONLINE


Prosedur penerbitan STR sesuai dengan ketentuan peraturan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 83 Tahun 2019 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, maka
uraian di bawah ini perlu menjadi perhatian sebagai mekanisme permohonan penerbitan STR baru
maupun perpanjangan STR.
Sejak diberlakukannya applikasi e.STR ver. 2.0 yang dimulai bulan Januari 2019 oleh Sekretariat
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, pengusulan STR baru dan perpanjangan STR dilakukan
secara online dan langsung diproses di Pusat tanpa melibatkan MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan
Provinsi). sehingga waktu penerbitan STR sejak diusulkan bisa dipercepat menjadi 16 hari kerja.
Aplikasi pendaftaran anggota HAKLI dan pencatatan semua perolehan SKP selama 5 tahun
dilakukan melalui aplikasi Portofolio SKP online sejak 2018. Pencatatan perolehan SKP dari tiap
anggota harus divalidasi oleh validator kabupaten/kota/provinsi/pusat agar perolehan SKP
anggota dapat dihitung otomatis oleh aplikasi. Sampai dengan Bulan Maret 2020, tercatat
sebanyak 10.357 anggota HAKLI yang sudah mendaftar melalui aplikasi ini, tetapi belum seorang
pun mencatatkan perolehan SKP nya kedalam aplikasi. Pada kondisi demikian, perhitungan
perolehan SKP anggota tetap dilakukan manual oleh Tim Verifikasi Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Mulai Bulan Mei 2020, perhitungan perolehan SKP anggota sampai dengan penerbitan Surat
Rekomendasi Kecukupan SKP sudah dapat memanfaatkan aplikasi Portofolio SPK Online.
Sejak awal tahun 2020 Sekretariat KTKI melakukan Integrasi 2 aplikasi, yaitu aplikasi Portofolio
CPD online yang namanya dirubah menjadi applikasi Portofolio SKP online diintegrasikan dengan
aplikasi e.STR Ver. 2.0 untuk mempermudah dan mepercepat pemegang STR melakukan
perpanjangan STR.

B. PROSEDUR PENGUSULAN STR BARU


1. Daftar KEANGGOTAAN HAKLI online
a) Registrasi
Sanitarian pengusul STR Baru, melakukan registrasi, mendaftar sebagai anggota HAKLI
pada web: hakli.or.id dengan mengisi data pribadi.

b) Notifikasi PEMBAYARAN KEANGGOTAAN online


Selanjutnya silahkan cek email. virtual account (VA) dikirim otomatis pada email. Silahkan
melakukan pembayaran dana pendaftaran sebagai anggota HAKLI menggunakan code
billing yang ada pada virtual account (VA). Setelah melakukan pembayaran, akan dikirim
via email.

c) Login
Gunakan ID dan Password yang dikirim via email untuk masuk aplikasi Portofolio SKP
online. Silahkan mulai membuka menu yang ada berupa list di sebelah kiri halaman web
yang terbuka. Bisa dimulai dengan melengkapi data pribadi dengan klik CV (Curiculum
Vitae), mengubah ID dan Password, upload pas photo pribadi dan print kartu anggota.
Penjelasan selanjutnya TENTANG PEMENUHAN SKP online dapat dilihat dalam BAB ini
di bagian bawah.

2. Daftar STR BARU online melalui applikasi e.STR Versi 2.0 dengan membuka web
ktki.kemkes.go.id.
a) Sanitarian, setelah menjadi anggota HAKLI, silahkan membuat akun pada web
ktki.kemkes.go.id.
b) Selanjutnya mengupload semua dokumen yang dipersyaratkan. Semua foto dan dokumen
di scan dalam bentuk pdf file ukuran maksimum 200 kB per lembarnya.

19
Dokumen yang harus dipersiapkan terlebih dahulu (dalam bentuk pdf file) sebelum
membuat akun, yaitu:
1) KTP elektronik (E-KTP);
2) Pasfoto pribadi ukuran 4 x 6 cm berlatar belakang merah;
3) Ijazah terakhir, minimal D3 Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan;
4) Sertifikat Kompetensi bagi lulusan pendidikan Vokasi (D3 dan D4) yang lulus sejak
tahun 2019. Lulusan pendidikan Vokasi sebelum tahun 2019 dan lulusan S1
peminatan/jurusan Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan, SKL dan lebih tinggi
tidak dipersyaratkan Sertifikat Kompetensi. Pada tempat mengupload Sertifikat
Kompetensi dapat diisi dengan transkrip sesuai ijazah S1/S2/S3 bidang Kesehatan
Lingkungan/Sanitasi Lingkungan yang dimilikinya.
5) Surat Keterangan Sehat dari institusi pelayanan kesehatan terakreditasi, lengkap
dengan nomor SIP dokter pemeriksa.
6) Sumpah Profesi adalah Petikan dari Sumpah profesi yang dilakukan Pengurus HAKLI
bagi Sanitarian. Berupa Berita acara Pengambilan Sumpah Profesi lengkap tanda
tangan para pihak termasuk yang bersangkutan (pengambil Sumpah)
7) Surat pernyataan patuh pada Etika Profesi Sanitarian, ditandatangani di atas meterai
Rp 6.000,- (format tersedia di Pengurus HAKLI setempat).

c) STATUS 1: NOTIFIKASI
Setelah dikirim, sanitarian akan mendapatkan notifikasi melalui email, yang menjelaskan
semua dokumen telah diterima dan sedang menunggu verifikasi. Sanitarian pengusul
harus selalu membuka aplikasi e.STR Ver.2.0 setiap hari untuk cek status. Bila tidak ada
perbaikan, proses usulan memasuki status berikutnya.

d) STATUS 2: Pembayaran
Pengusul menerima billing code berupa virtual account untuk segera dapat malakukan
pembayaran dana administrasi pengusulan STR. Pembayaran dapat dilakukan di berbagai
bank atau kantor pos. Lamanya waktu jatuh tempo pembayaran hanya 1 minggu.

e) STATUS 3: Approval → STATUS 4: Cetak → STATUS 5: Kirim.


Proses Status 3 sampai 5 dikerjakan otomatis dalam aplikasi dan manual oleh Sekretariat
KTKI. Pengusul bisa mengikuti perubahan Status melalui web e.STR Ver.2.0. Keseluruhan
proses berlangsung selama 16 hari kerja.

3. Daftar PERPANJANGAN STR Online


Mulai tahun 2020, dilakukan integrasi dua aplikasi, yaitu aplikasi Portofolio SKP online
diintegrasikan dengan applikasi e.STR Ver. 2.0 yang difungsikan sebagai:
a) pendaftaran keanggotaan online berbayar otomatis
b) pencatatan SKP online
c) perpanjangan STR online

Seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut:

20
ALUR PORTOFOLIO SKP ONLINE TENAGA
KESEHATAN LINGKUNGAN

2 NOTIFIKASI
1 REGISTRASI 3 LOGIN
Sanitarian melakukan Sanitarian melakukan cek e-mail
untuk melihat virtual account Login kedalam Aplikasi Portofolio SKP
REGISTRASI (pendaftaran) di
dan melakukan pem-bayaran Online di web: hakli.or.id menggunakan
Aplikasi Portofolio SKP Online di
web: hakli.or.id dgn mengisi data dana keanggotaan. Setelah akun yang telah dikirim via e-mail 3
pribadi pembayaran, sanitarian akan
memperoleh akun pendaftaran

5
4 Vertifikasi Logbook
Pengisian Borang Kegiatan P2KB
sepanjang 5 tahun Pengurus HAKLI melakukan vertifikasi
logbook borang kegiatan P2KB yg telah diisi
Pengisian berdasarkan kegiatan yang oleh Sanitarian
telah dilakukan yaitu: 7 Penerbitan Surat Rekomendasi
Pengabdian masyarakat, Pembelajaran,
Profesionalisme, Publikasi ilmiah dan Sanitarian yg telah memenuhi kecukupan SKP dan
pengembangan ilmu telah memenuhi administrasi lainya maka akan
mendapat Surat Rekomendasi online untuk melakukan
perpanjangan STR

6 Evaluasi Kemampuan

Berupa ujian online bagi sanitarian yang


belum memenuhi kecukupan SKP selama
5 tahun (masa berlaku STR akan habis
dalam waktu 6 bulan sebelum tahun ke 5)

C. KETENTUAN PENERBITAN STR


Dalam hal tenaga Sanitarian belum mampu memenuhi kecukupan angka kredit Satuan Kredit
Profesi (SKP) dalam kurun waktu yang ditentukan yaitu 5 (lima) tahun, maka yang bersangkutan
harus mengikuti evaluasi kemampuan sebagai berikut:

1. Teknisi Sanitarian Madya/Sanitarian Keterampilan


Sesuai dengan jumlah dan pembobotan perolehan SKP, Teknisi Sanitarian Madya/ Sanitarian
Keterampilan harus mencapai proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian
SKP hanya mencapai:
a. 50% - 99% dari jumlah SKP bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
melakukan penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi dan menyusun laporan
penugasan khusus lainnya, yaitu laporan hasil investigasi, penanggulangan KLB/wabah,
penanggulangan pencemaran lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan
kejadian matra yang berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan.
Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir, dibuat per tahun sesuai dengan
lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus dibuktikan dengan ringkasan laporan
hasil pelaksanaan setiap penugasan khusus selama 5 (lima) tahun terakhir.
Dalam hal pencapaian SKP untuk bidang yang ditoleransi memperoleh nilai nol (0), maka
yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai dengan bidang yang mendapat nilai nol
(0) tersebut.

21
b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji kompetensi kerja
sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja di samping mengerjakan
penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK kurang dari 50 SKP,
maka yang bersangkutan mendapat penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 1

d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal, namun nilai SKP
yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan mendapatkan
penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKP nya kurang walaupun nilai kumulatif
melebihi nilai 50 SKP.

e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai kumulatif
melebihi 50 SKP dan tidak ada bidang yang bernilai nol (0), maka yang bersangkutan
berhak diusulkan mendapatkan STR perpanjangan.

2. Teknisi Sanitarian Utama ke atas/Sanitarian Keahlian


Sesuai dengan pembobotan kredit SKP, Teknisi Sanitarian Utama ke atas/Sanitarian Keahlian
harus mencapai proporsi seperti yang telah ditetapkan. Dalam hal pencapaian kredit SKP
hanya mencapai:
a. 50% - 99% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus melakukan
penyusunan laporan pelaksanaan tugas dan fungsi dan laporan penugasan khusus, yaitu
laporan hasil investigasi, penanggulangan KLB/wabah, penanggulangan pencemaran
lingkungan, penanggulangan keracunan pangan, dan kejadian matra yang berdampak
terhadap kualitas kesehatan lingkungan.
Penugasan dibuktikan dengan ringkasan eksekutif laporan hasil pelaksanaan tugas dan
fungsi pada satuan kerjanya selama 5 (lima) tahun terakhir, dibuat per tahun sesuai dengan
lima bidang penilaian. Sedangkan penugasan khusus dibuktikan dengan ringkasan laporan
hasil pelaksanaan setiap penugasan khusus selama 5 (lima) tahun terakhir.
Dalam hal pencapaian SKP untuk bidang yang ditoleransi memperoleh nilai nol (0), maka
yang bersangkutan diberikan penugasan sesuai dengan bidang yang mendapat nilai nol
(0) tersebut.

b. Kurang dari 50% dari proporsi bidang yang wajib dipenuhi, yang bersangkutan harus
mengikuti evaluasi kemampuan berupa tes/uji kemampuan atau uji kompetensi kerja
sesuai dengan bidang/tempat kerja yang bersangkutan bekerja di samping mengerjakan
penugasan sebagaimana diuraikan dalam huruf a di atas.

c. Dalam hal nilai akumulasi SKP untuk semua bidang baik pembelajaran, keprofesian,
pengabdian masyarakat, publikasi ilmiah, dan pengembangan IPTEK kurang dari 50 SKP,

22
maka yang bersangkutan mendapat penugasan sesuai dengan bidang penilaian yang
kurang dari nilai yang ditentukan pada Tabel 2.

d. Dalam hal nilai akumulasi SKP “Toleransi” melebihi nilai SKP minimal, namun nilai SKP
yang wajib tidak memenuhi nilai minimal, maka yang bersangkutan mendapatkan
penugasan sesuai dengan bidang yang nilai SKPnya kurang walaupun nilai kumulatif
melebihi nilai 50 SKP.

e. Dalam hal nilai pada bidang yang wajib melebihi nilai SKP minimal sehingga nilai kumulatif
melebihi 50 SKP dan tidak ada bidang yang bernilai nol (0), maka yang bersangkutan
berhak diusulkan mendapatkan STR perpanjangan.

Hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam rangka pemenuhan SKP bagi tenaga Sanitarian
dalam status Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan menduduki Jabatan Pelaksana dan akan
diangkat menjadi Pejabat Fungsional Sanitarian, baik Pejabat Fungsional Keahlian maupun
Pejabat Fungsional Keterampilan.
a. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan Magister Terapan (S-II)/Spesialis 1 dan/atau Sarjana Strata II (S-II)
Profesi/Magister Kesehatan Lingkungan/Spesialis 1/S-II Kesehatan Lingkungan dan
Pendidikan Kesehatan Lingkungan memiliki SKP sebesar 22.5 yang dapat diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari akan
memperoleh 3 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan satuan kerja.
Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu karya tulis, jumlah
perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya tulis yang dihasilkan
dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat substansi/tema yang berbeda dan
masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan lingkungan. Bukti penugasan karya tulis
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan tugas
lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi khusus satuan
kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, kejadian bencana,
pencemaran lingkungan, keracunan pangan, kejadian matra dan perubahan iklim yang
berdampak terhadap kualitas kesehatan lingkungan akan memperoleh 4 SKP

Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti berupa
resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan khusus
tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Muda).

23
b. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keahlian (dengan latar
belakang pendidikan D-IV/S-I Kesehatan Lingkungan dan Pendidikan Kesehatan
Lingkungan baik jalur terapan atau akademisi) wajib memiliki SKP sebesar 12.5 yang dapat
diperoleh dari:
1) Penugasan karya tulis terkait dengan laporan pelaksanaan tugas sehari-hari akan
memperoleh 2 SKP setiap karya tulis yang disetujui oleh atasan/pimpinan satuan kerja.
Dalam hal Sanitarian yang bersangkutan menulis lebih dari satu karya tulis, jumlah
perolehan SKP akan terakumulasi sesuai dengan jumlah karya tulis yang dihasilkan
dengan catatan karya tulis tersebut harus memuat substansi/tema yang berbeda dan
masih dalam lingkup pekerjaan kesehatan lingkungan. Bukti penugasan karya tulis
berupa resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif.

2) Penugasan khusus oleh satuan kerja yang bersangkutan sebagai pelaksanaan tugas
lintas program dan/atau lintas sektor dalam rangka menjalankan misi khusus satuan
kerja seperti penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/wabah, kejadian bencana,
pencemaran lingkungan, keracunan pangan, dan kejadian matra yang berdampak
terhadap kualitas kesehatan lingkungan akan memperoleh 3 SKP.

Penugasan khusus dapat dilaporkan lebih dari 1 (satu) kali sesuai dengan jenis
kejadian dan wilayah kejadian. SKP akan diperoleh dengan menunjukkan bukti berupa
resume, abstrak, atau ringkasan eksekutif dari tiap laporan penugasan khusus
tersebut.

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Sanitarian tersebut di atas adalah mereka
dengan status CPNS dan/atau PNS dan menduduki Jablak Sanitarian Ahli yang
diperlukan dalam proses pengangkatan sebagai Pejabat Fungsional Sanitarian
Keahlian (Sanitarian Ahli Pertama).

c. Mereka yang akan menduduki Jabatan Fungsional Sanitarian Keterampilan dengan latar
belakang D-III Kesehatan Lingkungan/Sanitasi Lingkungan tidak wajib memiliki SKP
namun telah memiliki sertifikat kompetensi (Serkom) yang diperoleh dari lembaga
pendidikan tempat yang bersangkutan menempuh pendidikan terutama bagi mereka yang
lulus tahun 2019 dan setelahnya, di samping STR. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2016
dan sebelumnya cukup dengan STR yang masih berlaku sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Tenaga Sanitarian yang berpraktik secara mandiri termasuk swasta (Non PNS), sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan wajib memiliki STR dengan ketentuan:

a. Bagi Sanitarian yang lulus tahun 2019 dan setelahnya, telah memiliki Sertifikat Kompetensi
yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan tempat yang bersangkutan menempuh
pendidikan.
b. Bagi Sanitarian yang lulus sebelum tahun 2019 cukup memiliki STR yang masih berlaku
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

24
BAB V
PENUTUP

Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tenaga Kesehatan Lingkungan (P2KBTKL)


merupakan instrumen organisasi profesi bagi Sanitarian untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
berkenaan dengan kompetensi. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan organisasi
profesi wajib memberikan rekomendasi dalam pengurusan Surat Tanda Registrasi (STR) yang
merupakan kewenangan pemerintah sebagai pengakuan terhadap tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi tertentu sesuai dengan dasar profesinya, yang dalam hal ini diwakili oleh Majelis Tenaga
Kesehatan Indonesia/Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.

Dengan diperolehnya Surat Tanda Registrasi (STR), maka Sanitarian telah memperoleh pengakuan
untuk memulai pengabdian sesuai dengan profesinya baik di lingkungan pemerintah maupun swasta
termasuk masyarakat dan praktik mandiri. Oleh karena itu, setiap Sanitarian wajib terdaftar dan memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR).

Tersusunnya pedoman ini diharapkan mampu memberikan perlindungan, pengayoman, arah,


sekaligus bentuk pembinaan, dan pengawasan serta pengendalian oleh organisasi profesi yang dalam
hal ini ialah HAKLI kepada seluruh anggotanya.

Di samping itu, disadari bahwa pedoman ini memerlukan masukan, saran, dan kritik untuk dapat
menyesuaikan terhadap dinamika tugas dan fungsi Sanitarian, perubahan lingkungan strategis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sosial, ekonomi, dan budaya yang berkembang
di masyarakat.

Dengan ini, diharapkan pedoman ini mampu memberikan arahan kepada seluruh anggota HAKLI
dalam memenuhi hak dan kewajiban guna meningkatkan dan mengembangkan profesinya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberi bimbingan dan hidayah-Nya. Aamiin.

Ketua Umum
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia

Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM., M.Kes


No KTA. 317410895

25
Lampiran 1

SATUAN KREDIT PROFESI PENYELENGGARAAN PERTEMUAN ILMIAH KESEHATAN


LINGKUNGAN/SANITASI LINGKUNGAN

A. PENGERTIAN UMUsM
Dalam keputusan PP HAKLI ini, yang dimaksud dengan:
a. Seminar adalah pertemuan para pakar/ahli yang berusaha mendapatkan
kesepakatan mengenai suatu hal.
b. Lokakarya adalah pertemuan yang membahas suatu karya tertentu.
c. Simposium adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk memberikan pengarahan
singkat menjelang pelaksanaan kegiatan.
d. Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat
para ahli mengenai suatu hal/masalah dalam bidang tertentu.
e. Diskusi panel adalah kegiatan yang dilangsungkan oleh panelis (peserta diskusi
panel) dan disaksikan/dihadiri oleh beberapa pendengar, serta diatur oleh seorang
moderator.
f. Diskusi kelompok adalah kegiatan guna menyelesaikan masalah dengan melibatkan
kelompok-kelompok kecil yang ahli/kompeten di bidangnya.

B. PEMBERIAN SKP
Pemberian SKP ini diperuntukkan bagi narasumber/pengajar/fasilitator/moderator,
peserta, dan panitia ditetapkan oleh organisasi profesi (PP HAKLI). Selengkapnya
dijelaskan pada tabel di bawah ini.

26
Tabel 1.
Pemberian SKP Bagi Narasumber/Pengajar/Fasilitator dalam Pertemuan Ilmiah Kesehatan Lingkungan

SKALA
JENIS PERTEMUAN
NO PROVINSI DAN KABUPATEN/ KETERANGAN
ILMIAH INTERNASIONAL NASIONAL
REGIONAL KOTA

1 Seminar 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

2 Lokakarya 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

3 Simposium 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

4 Sarasehan 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

5 Diskusi Panel 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

6 Diskusi Kelompok 3 SKP 2 SKP 2 SKP 2 SKP

27
Tabel 2.
Pemberian SKP Bagi Moderator dalam Pertemuan Ilmiah Kesehatan Lingkungan

JENIS SKALA
NO PERTEMUAN PROVINSI DAN KETERANGAN
INTERNASIONAL NASIONAL KABUPATEN/KOTA
ILMIAH REGIONAL
1 Seminar 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

2 Lokakarya 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

3 Simposium 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

4 Sarasehan 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

5 Diskusi Panel 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

6 Diskusi Kelompok 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

28
Tabel 3.
Pemberian SKP Bagi Panitia dalam Pertemuan llmiah Kesehatan Lingkungan

SKALA
JENIS PERTEMUAN
NO PROVINSI DAN KETERANGAN
ILMIAH INTERNASIONAL NASIONAL KABUPATEN/KOTA
REGIONAL
1 Seminar 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

2 Lokakarya 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

3 Simposium 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

4 Sarasehan 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

5 Diskusi Panel 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

6 Diskusi Kelompok 2 SKP 1 SKP 1 SKP 1 SKP

29
30

Anda mungkin juga menyukai