PENDAHULUAN
Asma adalah salah satu penyakit saluran nafas kronik utama, yang mengenai 1-
18% penduduk di suluruh dunia. Asma ditandai oleh keluhan respirasi, seperti mengi,
sesak, rasa berat di dada, dan/atau batuk serta hambatan aliran udara ekspirasi yang
variabel. Variabel disini dimaksudkan bahwa semua gejala dan bukti hambatan aliran
udara ekspirasi tersebut terjadi fluktuatif dalam hal waktu dan intensitasnya. Variasi
tersebut terjadi akibat rangsangan berbagai faktor pencetus seperti aktivitas fisik, allergen,
Pada penderita asma yang stabil dan penderita bukan asma, serta penderita asma
yang terkontrol baik akan mempunyai hasil pembacaan aliran puncak secara konsisten
lebih besar daripada 80% dari yang diperkirakan. Penderita asma yang kurang terkontrol
akan mempunyai hasil pembacaan aliran puncak ekspirasi (PEFR) yang lebih bervariasi,
pengobatan. Penderita asma berat juga akan mempunyai hasil pembacaan aliran puncak
yang bervariasi, yang tidak dapat kembali normal bahkan setelah pengobatan. Penderita
bukan asma dengan beberapa penyakit paru lainnya mungkin secara konsistem
mempunyai hasil pembacaan aliran puncak ekspirasi (PEFR) dibawah 80% atau
angka kejadiannya terus meningkat (Wahyu, Pepin, & Hexawan, 2013). Data World
meningkat hingga 400 juta pada tahun 2025. Angka kematian di seluruh dunia mencapai
180.000/tahun. Kurang lebih sudah ada 300 juta orang hidup dengan kelainan pernapasan
prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5%. Disampaikan
pula bahwa asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Sedangkan
berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia didapatkan bahwa
angka kematian akibat penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang (Depkes, 2014).
Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas dan penyumbatan saluran nafas
yang ditandai oleh adanya gejala intermitten, termasuk mengi, rasa sesak di dada,
(Stephen & William, 2010). Pada asma, dinding bronkus mengalami reaksi yang
berlebihan terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi spasme otot polos yang periodic
dan menimbulkan konstriksi jalan nafas berat. Hipoksia akan terjadi, bahkan aliran serta
volume udara pada saat ekspirasi akan mengalami penurunan lebih lanjut.
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk hingga menimbulkan komplikasi yang
mengakibatkan distress pernapasan yang biasa dikenal dengan status asmatikus. Ditandai
dengan pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika
perbesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan
kemudian berakhir dengan tachypnea. Episode perburukan yang progresif dari sesak nafas,
mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala tersebut menunjukkan
buruknya gejala serangan asma yang biasanya mendahului penurunan arus puncak
ekspirasi atau peak expiratory flow rate (PEFR)(Pribadi, 2004) .Adapun komplikasi lain
dari penyakit asma dalam jangka yang lama mampu mengakibatkan bronkitis kronik,
pnemonia, pnemuthoraks, kor pulmonal dan gagal jantung. Begitu bahayanya gejala asma
yang dapat mengantarkan penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting
sekali penyakit ini dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa
Asma dapat diatasi dengan farmakologis dan non farmakologis. Salah satu upaya
menurunkan sesak nafas (respiration rate) dan mempertahankan nadi oksimetri, sehingga
saturasi oksigen (SpO2) adekuat. Udara lembab yang dihirup melalui nebulizer, dapat
membantu mengeluarkan sekresi bronchus (Oman, 2002). Untuk non farmakologis dan
juga salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan pertukaran gas
adalah mengatur posisi klien. Pengaturan posisi ini dapat membantu paru mengembang
secara maksimal sehingga membantu meningkatkan pertukaran gas (Black & Hawks,
2005). Posisi yang tepat juga dapat meningkatkan relaksasi otot-otot tambahan sehingga
dapat mengurangi usaha bernafas/ dispnea (Monahan & Neighbors, 2000). Kadangkala
klien asma pada kondisi dispnea diatur posisinya dalam posisi yang beragam. Umumnya
mereka akan diposisikan dalam keadaan posisi duduk menelungkup (sitting forward
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, et al (2012) posisi condong ke depan
rongga abdomen selama inspirasi (Bhatt, et al, 2009). Posisi CKD akan meningkatkan otot
diafragma dan otot interkosta eksternal pada posisikurang lebih 45 derajat. Otot diafragma
yang berada pada posisi 45 derajat menyebabkan gaya grafitasi bumi bekerja cukup
adekuat pada otot utama inspirasi tersebut dibandingkan posisi duduk atau setengah
duduk. Gaya grafitasi bumi yang bekerja pada otot diafragma memudahkan otot tersebut
panjang vertikalnya. Begitu juga dengan otot interkosta eksternal, gaya grafitasi bumi
yang bekerja pada otot tersebut mempermudah iga terangkat keluar sehingga semakin
memperbesar rongga toraks dalam dimensi anteroposterior (Khasanah & Maryoto, 2013)
Kebutuhan untuk melakukan tes dan penanganan fungsi paru yang tepat dan
akurat diperlukan untuk mengetahui penyakit paru sejak dini. (Nafisah, 2010). Dalam
rangka menilai fungsi paru, dengan menggunakan spirometer atau pengukuran Peak
penyakit pada pasien serta untuk menilai tingkat keparahan penyakit (Rasdini, 2013).Arus
Puncak Ekspirasi (PEFR) adalah kecepatan maksimum aliran udara yang terjadi saat
seseorang melakukan ekspirasi paksa secara cepat yang dimulai dari inspirasimaksimal.
PEFR merupakan salah satu parameter faal paru untuk menentukanadanya kelainan di
saluran pernapasan, jika hasil pengukuran arus puncak ekspirasi menurun berarti ada
(2001) dan Landers, McWhorter, Filibeck, dan Robinson (2006) menyatakan bahwa posisi
duduk menelungkup (posisi condong ke depan) dapat mengurangi dyspnea karena posisi
Gupta, Mohan, Nanda, dan Stoltzfus (2007) dalam penelitiannya menyatakan setelah klien
diposisikan selama lima menit pada posisi condong ke depan ternyata berpengaruh
ke depan (CKD) terhadap peak expiratory flow rate pasien asma di RSUD dr. Soedarsono
Pasuruan?
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
terapi nebulasi dengan penambahan posisi condong ke depan (CKD) terhadap peak
b. Bagi peneliti
penderita asma.
a. Bagi pasien
penderita asma