RS Hermina melakukan upaya pengendalian dan pencegahan pada kejadian tidak aman
terhadap keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan dilakukan dengan cara
menghilangkan kondisi yang tidak standar, menghilangkan tindakan yang tidak standar,
mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan, mengurangi unsur kesalahan dari pengendalian
dan memastikan prinsip kewasapadaan standar, meliputi:
b. Plafond
1. Langit-langit kuat berwarna terang dan mudah dibersihkan, tidak mengandung unsur
yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
5. Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit harus memiliki
tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam
7. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan
profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit- langit
c. Dinding
1. Permukaan dinding harus kuat rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang tidak
luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
2. Sudut dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit membentuk comus (tidak
membentuk siku).
3. Pada daerah yang dilalui pasien, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan
(handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80-100cm dari permukaan lantai.
4. Pegangan (handrail) harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal 75 kg
yang berpeganan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada.
5. Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah dibersihkan
dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif.
6. Dinding KM/WC dari bahan yang kuat dan kedap air.
7. Permukaan dinding keramik rata, rapi dan sisa permukaan keramik dibagi sama ke
kanan dan ke kiri.
8. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding bata
ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
9. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5m dari
lantai.
10. TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat, kedap air dan
mudah dibersihkan
11. Ruang yang mempunyai tingkat kebisiingan tinggi (misalkan ruang mesin, genset,
mesin blower, kompresor, chiller,dll) maka bahan dinding menggunakan bahan yang kedap
suara atau menggunakan bahan yang dapat mnyerap bunyi.
d. d. Lantai
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah dibersihkan
dan berwarna terang
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup kea
rah saluran pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai untuk ruang operasi, NICU,ICU, Perina pertemuan lantai dengan
dinding berbentuk konus atau lengkung agar mudah dibersihkan.
4. Khusus ruang operasi, lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik dan tidak mudah
terbakar
e. Pintu Jendela
1. Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brangkar/tempat tidur pasien memiliki lebar
120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tidur pasien memiliki lebar bukaan
minimal 90 cm.
2. Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai.
3. Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar
4. Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti benturan.
5. Ruang perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat terbuka secara
maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
6. Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup pintu
otomatis (automatic door closer) dan membuka kearah tangga darurat/ arah evakuasi dengan
bahan tahan api minimal 2 jam.
9. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus menutup
sendiri (dipasang penutup pintul door close).
10. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb minimal 2
mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya
radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
f. Kamar Mandi
1. Toilet umum
a. Lantai terbuat dari bahan yagn kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,
mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan genangan. Permukaan lantai harus tidak licin dan
tidak boleh menyebabkan genangan.
b. Pembuangan air limbahd ari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau
(water seal)
c. Letak kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi dan
ruang khusus lainnya
d. Lubang pengahwaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
e. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan
karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
f. Toilet pengunjung harus terletak ditempat yagn mudah dijangkau dan ada petunjuk
arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1-20 pengunjung
wanita, 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung pria.
h. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air aygn dapat menjadi tempat
prindukan/nyamuk
i. Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk
dan keluar oleh pengguna.
j. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna (36- 38
cm).
l. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat
a. Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu/simbol "disabel" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk
masuk dan keluar pengguna kursi roda.
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke
atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasangsedemikian hingga
mudah digunakan oleh orang yang memiliki
f. Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda
h. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
i. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-
waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
g. Koridor
h. Tangga
4. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat untuk
mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakatan atau sitrasi darurat lainnya
5. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga
7. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai,
bangian ujung harus bulat atau dibelokan dengan baik kea rah lanate, dinding atau tiang.
8. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dnegan 30 cm
i. RAM
1. Kemiringan ram tidak boleh melebihi 70, perhitungan kemiringan tidak termasuk
awalan dan akhiran ram
2. Panjang mendatar dari satu ram (Dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari 900
cm. Panjang ram dengan kemiringan lebih rendah dapat lebih Panjang.
3. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 meter dengan tepi pengaman
4. Muka datar (bordes) pada awalan dan akhiran harus bebas dan datar dengan ukuran
minimum 160 cm
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur sehingga tidak
licin.
6. Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat mengamankan
roda dari kursi roda atau brangkar/tempat tidur pasie agar tidak
j. Ventilasi
1. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15 % dari luas lantai
j. Sanitasi
1. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak cacat
serta mudah dibersihkan
2. Urinoir dipasang / ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik
3. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau, dilengkapi
dengan disinfektan dan tisu yang sekali buang
4. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toiletnya dan kamar
mandi 10: 1
5. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 20:1
k. k. Proteksi Kebakaran
Penilaian risiko terhadap fasilitas proteksi kebakaran menggunakan Fire Safety Risk
Asesment (FSRA) dan fire Safety Checklist. Adapun ketentuan Proteksi kebakaran sebagai
berikut :
Semua detektor asap mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang sama, juga semua
detektor panas mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang di proteksi dan detektor
terdekat ke titik tersebut harus tidak melebihi 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3 meter
untuk detektor panas.
2. Sprinkle
1) Setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air, merupakan ancaman
yang serius terhadap kehidupan atau bahaya
kebakaran.
2) Setiap kamar atau ruang di mana sprinkle dianggap tidak diinginkan karena sifat dari
isi ruangan.
3) Ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan dengan dinding
dan lantai / langit-langit atau rakitan atap langit- langit yang memiliki nilai ketahanan api
tidak kurang dari 2 jam.
4) Di kamar alau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan isi
sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar.
c. Sistem ini meliputi kepala sprinkle, kap kontrol alam dan sistem pemipaannya
3. APAR
a. Jarak tempuh penempatan alat pemađam api ringan dari setiap tempat atau titik dalam
bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 15 (lima belas) meter.
b. Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih dari 250
m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api ringan berukuran
minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan
c. Apar diletakan pada dinding dengan ketinggian antara 15-120 cm dalam kondisi baik,
rapi dan bersih
l. Jalur Evakuasi
Terpasang digantung dibawah atap dan dipasang diatas lantai pada akses menuju pintu arah
keluar ke titik kumpul evakuasi, secara berurutan setiap lantai dengan jarak tidak lebih 15-30
cm dari lantai dan 200 cm dari atas permukaan lantai
l. m. Alat Medis
1. Pemeliharaan
Ketika pada saat kegiatan terdapat masalah pada peralatan, perbaikan peralatan tersebut dapat
dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu kegiatan yang dilakukan.
masalah tentang peralatan tersebut Pemeliharaan korektif ini dapat dicapai pada berbagai
tingkatan:
b) Tingkat Modul (board level), untuk peralatan elektronik, adalah umum untuk
mengisolasi kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan untuk mengganti seluruh modul dari
pada komponen elektronik yang diberikan
c) Tingkat peralatan atau sistem. Dalam beberapa kasus bahkan papan- tingkat
pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit atau memakan waktu. Dalam kasus seperti itu
lebih efektif jika mengganti seluruh peralatan atau sub sistem tersebut
2. Kalibrasi
Dilakukan untuk menjaga kondisi alkes agar tetap sesuai dengan suplier dan besaran pada
spesifikasinya Dengan adanya kalibrasi maka akurasi ketelitian dan keamanan alat kesehatan
dapat dijamin sesuai besaran yang tertera.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan sertifikat kalibrasi serta tanda Laik
Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan sertifikat
pengujian/kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
Penilaian terhadap rumah sakit atau fasilitas pelayanan Kesehatan apakah tetap dapat
beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat dan/ atau bencana
emnggunakan instrument penilaian Hospital Safety Index (HSI). Pemeriksaan fisik bangunan
apakah tetap dapat beroperasi dan memberikan pelayanan
Penilaian menggunakan Hospital Safety Index (HSI) dibagi menjadi 4 (empat) bagian
penilaian yaitu :
1. Bahaya yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit dan peran Rumah Sakit dalam
pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana
3. Keamanan Non-Struktural