Anda di halaman 1dari 63

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

FASILITAS DAN LINGKUNGAN


DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI

RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI


TAHUN 2022
KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di
Lingkungan Rumah Sakit Hermina Bekasi.

Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di Lingkungan Rumah Sakit Hermina Bekasi ini
merupakan usaha dalam pencegahan kecelakaan fasilitas pada pekerja, pasien, pendamping pasien
dan pengunjung.

Pedoman ini akan dievaluasi kembali atau dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang kurang /
tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi di rumah sakit.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun atas tersusunnya buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Rumah
Sakit Hermina Bekasi

Bekasi, 3 Juni 2022


Direktur Rumah Sakit Hermina Bekasi

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………… i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….. ii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI NOMOR 062 / PER-DIR
/ RSHBKS / VI / 2022 TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN iii
FASILITAS DAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI ……………….
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………… 1
B. Tujuan …………………………………………………………………………….. 1
C. Ruang Lingkup …………………………………………………………………… 2
BAB II UNIT PENANGGUNG JAWAB KESELAMATAN DAN KEAMANAN
3
FASILITAS ………………………………………………………………………….
BAB III MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KEAMANAN…………………. 9
A. Identifikasi Dan Penilaian Risiko…………………………………………………. 9
B. Pemetaan Area Risiko Keselamatan Dan Keamanan …………………………….. 13
C. Upaya Pengendalian Risiko Keselamatan Dan Keamanan ………………………. 13
BAB IV SUMBER DAYA ……………………………………………………………………. 25
A. Sumber Daya Manusia …………………………………………………………… 25
B. Pendidikan Dan Pelatihan …………………………………………….………….. 25
C. Biaya Dan Anggaran …………………………………………………………….. 25
BAB V DOKUMENTASI …………………………………………………………………… 26
A. Melakukan Pemeriksaan Fasilitas Secara Berkala Dan 26
Terdokumentasi ……………………………………………………………………
B. Merencanakan Dan Melakukan Pencegahan Dengan Menyediakan Fasilitas 26
Pendukung Yang Aman...................................................................................................
C. Penggunaan Kartu Identitas............................................................................................27
D. Melindungi Dari Kejahatan Perorangan, Kehilangan, Kerusakan Atau 27
Pengrusakan Barang Milik Pribadi Dan Tindak Kekerasan............................................
E.Melakukan Monitoring Dengan Memasang Kamera Sistem Closed Circuit 28
Television (CCTV) ………………………………………………………………...
F. Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan peraturan dan perundangan 28

ii
Keamanan dan Keselamatan ……………………………………………………….
DOKUMENTASI KEGIATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN...........................................31

i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI


NOMOR 062 / PER-DIR / RSHBKS / VI / 2022

TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS DAN
LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan visi dan misi rumah sakit, perlu
dilakukan tata kelola yang baik dengan memperhatikan peningkatan mutu
dan keselamatan pasisen;
b. bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun
aturan dan ketentuan terkait keselamatan dan keamanan fasilitas dan
lingkungan rumah sakit;
c. bahwa berdasarakan pertimbangan sebagaimana pada huruf a dan huruf b,
perlu menetapkan Peraturan Direktur Rumah Sakit Hermina Bekasi
tentang Keselamatan dan Keamanan Fasilitas dan Lingkungan di Rumah
Sakit Hermina Bekasi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016
tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2016
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017

i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com

tentang Keselamatan Pasien;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2019


tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2019
tentang Manajemen Risiko di Lingkungan Kementrian Kesehatan;
11. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020
tentang Akreditasi Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/Menkes/SK/IV/2007
tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS;
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;
15. Keputusan Direktur PT. Medikaloka Sejahtera Nomor 030/SK-
DIR/MS/VI/2018 Tentang Penunjukan dan Pengangkatan Sdri. Dr.
Khairina, MARS Sebagai Direktur Rumah Sakit Hermina Bekasi

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI


TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS
DAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI

Pasal 1
Pedoman ini agar digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan keselamatan,
dan keamanan fasilitas di Rumah Sakit Hermina Bekasi

Pasal 2
Ketentuan mengenai Pedoman keselamatan dan keamanan fasilitas di Rumah
Sakit Hermina Bekasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini

Pasal 3

i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com

Dengan diberlakukannya keputusan ini, maka Peraturan Direktur RS Hermina


Bekasi Nomor 561/ PER-DIR / RSHBKS / XI / 2021 dinyatakan
dicabut/dibatalkan/tidak berlaku

Pasal 4
Peraturan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan

Ditetapkan di: Bekasi


Pada tanggal : 3 Juni
2022

DIREKTUR

dr. Khairina, MARS

v
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
HERMINA BEKASI
NOMOR 062 / PER-DIR / RSHBKS / VI /
2022
TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN FASILITAS DAN
LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
HERMINA

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS DAN


LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit dalam operasionalnya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi
baik dan suportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mecapai tujuan
tersebut fasilitas fisik, peralatan medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara
efektif. Rumah Sakit Hermina melakukan pengelolaan keselamatan dan keamanan
melalui penyediaan fasilitas fisik dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien,
keluarga, pengunjung dan staf.
Dalam melakukan pengelolaan keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan,
maka perlu diketahui makna dan keselamatan dan keamaman, dimana keselamatan
adalah memberi jaminan bahwa Gedung, properti, terknologi medis dan informasi,
peralatan dan sistim tidak berpotensi mendatangkan risiko terhadap pasien, keluarga,
staf, keluarga, pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan oleh
orang yang tidak berwenang. Rumah sakit wajib menjaga keselamatan dan keamanan
pasien atau keluarga, pengunjung dan juga pegawai atau staf rumah sakit, karena itu
rumah sakit perlu mentapkan bagian/bidang atau unit mana ayng bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan keamanan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencegah terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia di RS, pasien, pendamping pasien, pengunjung

1
maupun lingkungan RS.

2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko keselamatan dan keamanan
fasilitas dan lingkungan di RS
b. Mencegah terjadinya insiden yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan
fasilitas dan lingkungan
c. Memberikan perlindungan dari segi keamanan dan keselamatan kepada pasien,
pengunjung, staf, dan petugas yang ada di RS.

C. Ruang Lingkup
Pedoman keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan sebagai acuan rumah
sakit hermina dalam memenuhi hak-hak pasien dan keluarga dengan memberikan
perlindungan kemananan dan keselamatan pasien dari fasilitas di lingkungan rumah
sakit, dari halaman dan parkir maupun dalam gedung/bangunan rumah sakit, disusun
dengan ruang lingkup mencakup:
1. Unit penanggung jawab keselamatan dan keamanan
2. Manajemen risiko keselamatan dan keamanan
a. Identifikasi dan penilaian risiko keselamatan dan keamanan
b. Pemetaan area berisiko keselamatan dan keamanan
c. Upaya pengendalian risiko keselamatan dan keamanan
3. Sumber daya
a. Pendidikan dan pelatihan keselamatan dan keamanan
b.Anggaran
4. Pencatatan dan pelaporan

2
BAB II
UNIT PENANGGUNG JAWAB KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS

1. Struktur Organisasi Unit Penanggung Jawab Keselamatan dan Keamanan


RS Hermina melakukan upaya keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan
yang dikoordinir oleh Bagian Penunjang Umum dan dilaksanakan oleh Urusan PSRS
dan Urusan Pelayanan Umum (Organisasi Bagian Penunjang Umum)

2. Tugas dan Fungsi


a. Urusan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (UPSRS)
1) Membuat dan melaksanakan program kegiatan dan rencana urusan
pemeliharaan sarana dan prasarana RS
2) Mengawasi dan mengendalikan pelaksaaan regulasi di urusan Pemeliharaan
sarana dan Prasarana
3) Membuat database alat umum dan peralatan lain di Rumah Sakit
4) Mengkoordinasikan pelaksanaan penyediaan, pemasangan, pemeliharaan /
perbaikan fasilitas/alat umum dan bangunan dengan pelaksana terkait.
5) Melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan di urusan pemeliharaan
sarana dan prasarana RS
6) Mendukung dan berperan serta dalam kegiatan Manajemen Fasilitas dan
Lingkungan di Rumah Sakit

3
7) Membantu dan berperan serta dalam kegiatan Panitia/TIm K3 RS terkait
pemeliharaan dan perbaikan alat umum dan bangunan
8) Menggunakan dan memberdayakan tenaga, sarana, prasarana dan fasilitas
urusan pemeliharaan sarana dan prasaranan Rumah Sakit
9) Membuat laporan kegiatan urusan pemeliharaan sarana dan prasarana RS
10) Melakukan kegiatan ABR-RL

b. Pelayanan Umum
1) Membuat dan melaksanakan program kegiatan dan rencana urusan
pelayanan umum
2) Mengawasi dan mengendalikan pelaksaaan regulasi di urusan pelayanan
umum
3) Berkoordinasi dengan pihak alih daya tentang pelaksanaan pengamanan
internal terhadap personil (dokter dan karyawan, materil, instalasi/ bangunan
dan dokumen RS.
4) Berkoordinasi dengan pihak alih daya tentang pelaksanaan pengamanan
eksternal terhadap pasien, pengunjung, kendaraan dan lingkungan RS.
5) Mengawasi terlaksananya kegiatan pelayanan umum oleh pihak alih daya
6) Berkoordinasi dengan bidang/bagian terkait meliputi transportasi,
ambulance, perpakiran, surat menyurat dan lani-lain
7) Membantu dan berperan serta dalam kegiatan Manajemen Fasilitas dan
Keamanan
8) Melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan urusan pelayanan umum
9) Melaksanakan program ABRT-RL terkait pelayanan umum rumah sakit.

3. Tata Hubungan Kerja dengan Bidang/ Bagian lain


a. Tata Hubungan Internal

4
Bagian Penunjang Umum dalam melakukan kegiatan keselamatan dan keamanan
melakukan koordinasi dan tata hubungan kerja internal dengan semua bidang
atau bagian yang ada di RS, sebagai berikut:
1) Bidang Keperawatan
a) Melakukan koordinasi terkait pemantauan fasilitas yang aman secara
periodik dengan menggunakan cek list ABRT-RL web base.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pemeriksaaan dan perawatan pasien
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di area
pelayanan dan perawatan pasien
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di area pelayanan dan perawatan
pasien
2) Bidang Penunjang Medis
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pemantauan peralatan
medis yang aman.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan penunjang medis.
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di pelayanan
penunjang medis.
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di area pelayanan penunjang
medis.
3) Bidang Pelayanan Medis
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pemantauan peralatan
medis dan non medis yang dibutuhkan dokter dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan pelayanan medis
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di pelayanan
pelayanan medis
4) Bidang Mutu dan Akreditasi
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pemantauan fasilitas
yang aman di seluruh Rumah Sakit.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas
yang aman di seluruh Rumah Sakit.

5
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di
seluruh Rumah Sakit
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di seluruh Rumah Sakit.
5) Bagian Pengembangan SDM
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan, pengadaan dan pemantauan
fasilitas yang aman untuk keselamatan dan keamanan seluruh karyawan
Rumah Sakit.
b) Melakukan koordinasi pemantauan pemberian dan penggunaan identitas
seluruh karyawan
c) Melakukan koordinasi perekrutan karyawan bagian penunjang umum
sesuai kualifikasi guna menunjang kegiatan keselamatan dan keamanan
Rumah Sakit.
6) Bagian Keuangan
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pembayaran biaya terkait
pengadaan fasilitas yang aman di seluruh Rumah Sakit.
7) Bagian Marketing
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan marketing
b) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan sosialiasi kegiatan
keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan kepada pasien,
pengunjung, dokter dan karyawan rumah sakit.
8) Tim/ Komite PPI
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan pekerjaan renovasi, demolisi
dan pembangunan untuk pembuatan PCRA
b) Melakukan koordinasi dalam pengawasan kegiatan renovasi, demolisi
dan pembangunan sesuai dengan PCRA
9) Tim/ Komite K3RS
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan pekerjaan renovasi, demolisi
dan pembangunan
b) Melakukan koordinasi pengawasan kegiatan renovasi, demolisi dan
pembangunan terkait pemantauan Keselamatan dan Kesehatan kerja
c) Melakukan koordinasi pelaporan Kejadian/incident terkait K3

6
b. Tata hubungan eksternal

Bagian Penunjang Umum dalam melakukan kegiatan keselamatan dan keamanan


melakukan koordinasi dan tata hubungan kerja eksternal dengan semua bidang
atau bagian yang ada di RS, sebagai berikut:
1) Alih Daya Cleaning Service
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan
pembersihan seluruh area RS
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja
c) Melakukan koordinasi terkait tindaklnajut komplen pasien.
2) Alih Daya Satpam
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
Satpam
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja Satpam
c) Melakukan koordinasi terkait tindaklanjut komplen pasien
3) Alih Daya Parkir
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
Parkir
b) Melakukan koordinasi terahdap evaluasi kinerja Parkir
c) Melakukan koordinasi terkait tindaklanjut komplen pasien
4) Rekanan Service AC
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
service AC
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja service AC
5) Rekanan Service Lift
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan kegiatan

7
service Lift
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja service Lift
6) Rekanan Pekerjaan ABRT-RL
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
ABRT-RL
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja pekerjaan ABRT-RL
7) Rekanan Service Genset
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
service genset
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja pekerjaan service
genset

8
BAB III
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Proses manajemen risiko manajemen risiko fasilitas dan keselamatan

A. Identifikasi dan penilaian risiko


1. Identifikasi risiko keselamatan dan keamanan
a. RS melakukan identifikasi secara komprehensif dan proaktif untuk
mengidentifikasi bangunan, area/ruangan, peralatan, perabotan dan fasilitas lainnya
yang berpotensi menimbulkan cedera seperti: (lantai licin, terjebak lift, lift anjlok
dll)
b. RS melakukan identifikasi risiko yang berkaitan dengan keamanan diseluruh area
RS seperti : pencurian, penculikan bayi, kerusuhan dan lain - lain
c. Bagian Penunjang Umum berkoordinasi dengan Tim/ Komite K3RS serta unit kerja
sebagai pemilik risiko dalam melakukan identifikasi area berisiko keselamatan dan
keamanan di RS
d. Identifikasi risiko keselamatan dan keamanan dilakukan setiap tahun, dan
dilakukan review atau peninjauan jika terjadi perubahan kondisi lingkungan
ataupun terjadinya insiden yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan
fasilitas dan lingkungan

9
e. Hasil identifikasi risiko keselamatan dan keamanan dicatat dalam risk register yang
dilengkapi dengan upaya pengendalian risiko
2. Penilaian risiko keselamatan dan keamanan
Setelah dilakukan identifikasi risiko keselamatan dan keamanan langkah selanjutnya
adalah melakukan penilaian risiko, meliputi:
a. Mengukur probabilitas (kemungkinan) terjadinya risiko keselamatan dan keamanan
1) Skor 0: N/A (tidak dinilai)
2) Skor 1: Rendah
3) Skor 2: Sedang
4) Skor 3: Tinggi
Tabel probabilitas (kemungkinan)

b. Mengukur tingkat besaran dampak jika terjadi risiko keselamatan dan keamanan
1) Skor 0: N/A (tidak dapat dinilai)
2) Skor 1: Rendah
3) Skor 2: Sedang
4) Skor 3: Tinggi

10
Tabel Dampak

c. Menilai kelengkapan fasilitas keselamatan dan keamanan yang dimiliki RS


1) Skor 0: N/A (tidak dapat dinilai)
2) Skor 1: Lengkap
3) Skor 2: Sedang
4) Skor 3: Tidak lengkap
d. Menilai fungsi fasilitas keselamatan dan keamanan yang dimiliki RS
1) Skor 0: N/A ( tidak dapat dinilai)
2) Skor 1: Baik
3) Skor 2: Kurang baik
4) Skor 3: Buruk

11
e. Menghitung tingkat/ level risiko yaitu perkalian probabilitas dengan dampak
Tabel Matriks analisis risiko

f. Membuat peringkat risiko untuk menentukan risiko ( sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, sangat tinggi)

g. Dari data - data risiko di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan
risiko

12
B. Pemetaan area risiko keselamatan dan keamanan
1. Merupakan hasil identifikasi risiko terhadap kemungkinan kecelakaan dan gangguan
keselamatan dan keamanan di RS. Identifikasi risiko dipetakan dalam lingkungan RS
sehingga dapat diketahui tempat/ lokasi yang perlu diwaspadai dan merupakan area
berisiko tinggi terkait dengan ancaman keselamatan dan keamanan yang ada
dilingkungan RS
2. Area yang berisiko tinggi keselamatan dan keamanan berdasarkan hasil identifikasi
ditetapkan dalam surat keputusan Direktur RS
C. Upaya pengendalian risiko keselamatan dan keamanan
RS Hermina melakukan upaya pengendalian dan pencegahan pada kejadian tidak aman
terhadap keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan dilakukan dengan cara
menghilangkan kondisi yang tidak standar, menghilangkan tindakan yang tidak standar,
mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan, mengurangi unsur kesalahan dari
pengendalian dan memastikan prinsip kewasapadaan standar, meliputi:
1. Melakukan asesmen risiko pra konstruksi (PCRA) pada waktu merencanakan
pembangunan konstruksi atau renovasi
a. Asesmen risiko pra konstruksi merupakan upaya pengurangan risiko terhadap
dampak kontruksi, renovasi dan demolisi
b. Assesmen risiko pra konstruksi dilakukan terkait perencanaan proyek kontruksi baru
dengan melibatkan semua unit / instalasi pelayanan klinis yang terkena dampak dari
kontruksi baru tersebut, konsultan perencanaan atau manager desain proyek, Tim/
Komite K3RS, Komite Tim PPI, Bagian Penunjang Umum, Bagian Teknologi
Informasi, Urusan Sarana Prasarana / UPSRS dan unit atau bagian lain yang
diperlukan.
c. Asesmen risiko prakonstruksi menilai risiko - risiko terhadap pasien, keluarga, staf,
pengunjung, vendor, pekerja kontrak dan komunitas luar pelayanan akan bervariasi
tergantung sejauh mana kegiatan kontruksi serta dampaknya terhadap infrastruktur
dan utilitas
d. Assesmen risiko pra-kontruksi dilakukan secara komprehensif dan proaktif
digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan rencana agar
dapat meminimalkan dampak konstruksi renovasi / penghancur (demolish) sehingga
pelayanaa pasien tetap terjaga keamanannya.
e. Assesmen risiko pra-kontruksi (PCRA) mcliputi area - area:
1) Kualitas udara
2) Pengendalian infeksi (ICRA)
3) Utilitas
4) Kebisingan
5) Getaran

13
6) Bahan Berbahaya
7) Layanan darurat, seperti respon terhadap kode
8) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan layanan
2. Melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala dan terdokumentasi
a. Pemeriksaan fasilitas secara berkala dengan cara melakukan ronde ABRT-RL (aman,
bersih rapi tampak baru dan ramah lingkungan) setiap 1 minggu sekali sesuai dengan
jadwal
b. Pemeriksaan fasilitas meliputi: kondisi fisik secara umum, fungsi fasilitas di area yang
dilakukan pemeriksaan, kelengkapan fasilitas, kebersihan, ketersediaan alat pemadam
kebakaran, alat proteksi kebakaran, penandaan/ signage, monitoring CCTV, tata udara,
ketersediaan fasilitas cuci tangan, tata udara/ ventilasi dll
c. Pemeriksaan fasilitas dilakukan pada seluruh area di RS termasuk area yang berisiko
keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan meliputi area: luar bangunan,
penunjang gedung, lobby, front office dan costumer sevice, IGD, kasir, Instalasi farmasi
Instalasi laboratorium, Instalasi radiologi, lift dan tangga, poliklinik, Rehabilitasi Medik
dan KTK, kamar perawatan, Kamar Operasi dan kamar bersalin, perawatan intensif,
KBBL, Dapur dan pantry, Mushola dan Toilet Umum, Mobil Operasional, Ambulance
dan motor kurir
d. Pemeriksaan fasilitas dilakukan secara bersama-sama oleh Bagian Penunjang Umum
terdiri dari Urusan PSRS dan Urusan Pelayanan Umum
e. Hasil pemeriksaan fasilitas didokumentasikan dalam ceklist pemeriksaan fasilitas dan
dibuatkan laporan hasil pemeriksaan fasilitas yang dapat dilengkapi dengan
dokumentasi dalam bentuk foto
f. Hasil pemeriksaan dibuat dengan sistim web base yang harus dilaporkan oleh Manajer
Penunjang Umum RS dan di dsetujui oleh Direksi RS serta dipantau oleh Departemen
Penunjang Umum PT MH Tbk.
g. Hasil pemeriksaan harus dilakukan tindaklanjut oleh unit terkait, bukti tindak lanjut
didokumentasikan dalam bentuk foto before temuan dan after setelah diperbaiki
h. Monitoring dan pengawasan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan fasilitas
dilakukan oleh Tim/ Komite K3RS
3. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan fasilitas pendukung yang
aman
a. Bagian Penunjang Umum membuat rencana dan melakukan pencegahan kecelakaan dan
cedera, mengurangi bahaya risiko serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien,
keluarga dan pengunjung
b. Urusan PSRS memastikan bangunan, fasilitas, peralatan medis berfungsi dengan baik dan
aman saat digunakan baik untuk pasien, karyawan maupun pengunjung RS lainnya
c. Urusan PSRS melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap bangunan, fasilitas,

14
peralatan medis secara berkala sesuai jadwal serta melakukan perbaikan terhadap hasil
yang bermasalah yang dapat berisiko terhadap keselamatan dan keamanan
d. Bagian Penunjang umum mengganti fasilitas, peralatan medis yang sudah tidak
memenuhi standar kelayakan/ rekomendasi dari pabrikan yang berisiko terhadap
keselamatan dan keamanan pasien, karyawan serta pengunjung di RS di RS
e. Bagian Penunjang umum membuat perencaanan dan meyediakan fasilitas pendukung yang
aman dilakukan setiap ada risiko baru yang timbul karena adanya penambahan pelayanan,
perubahan lingkungan atau perubahan regulasi dari pemerintah. Perencanaan diajukan oleh
unit, untuk dibahas dan disetujui oleh Direksi RS Hermina.
3. Menciptakan lingkungan yang aman dengan penggunaan kartu identitas
Untuk menciptakan lingkungan yang aman, seperti pencegahan terhadap pencurian tindak
kekerasan dan penculikan di rumah sakit dengan memberikan identitas (badge name
sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, tenant penyewa lahan, keluarga
(penunggu pasien) atau pengunjung (pengunjung diluar jam besuk dan tamu rumah sakit),
dengan cara:
a. Urusan Pelayanan Umum beserta petugas security memastikan seluruh staf dan semua
individu yang bekerja di rumah sakit menggunakan kartu identitas
b. Petugas security melakukan pemberian identitas pada pasien rawat inap, penunggu pasien,
tenant/penyewa lahan, pengunjung diluar area berkunjung (termasuk tamu) yang
memasuki area terbatas (Restricted Area) yang beresiko keamanan dan hasil pemberian
identitas didokumentasikan
c. Petugas security yang bertugas wajib menanyakan kepada semua tamu/ pengunjung
tentang maksud dan tujuan berkunjung ke rumah sakit, apabila kunjungan tersebut
berkaitan dengan penugasan maka petugas yang menerima tamu wajib menanyakan surat
tugas yang bersangkutan.
d. Petugas security memberitahukan kepada tamu pengunjung wajib meninggalkan tanda
pengenal di pos jaga untuk diganti dengan tanda pengenal kartu tamu. Petugas security
mencatat nama dan alamat tamu/pengunjung sesuai dengan identitas yang dimiliki (KTP,
SIM, PASPORT). Setelah selesai berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke pos jaga
untuk menyerahkan kartu tamu dan mengambil identitasnya.
e. Petugas security memastikan penggunaan kartu identitas dari staff RS, penunggu pasien,
tamu, pengunjung diluar jam berkujung, staf RS, tamu, staf kontrak dan tenant dengan
melakukan patroli/ pemeriksaan ke seluruh area RS termasuk pada area yang berisiko
keselamatan dan keamanan dan hasil patroli didokumentasikan
f. Berkoordinasi dengan Bagian HRD RS Hermina dalam pemberian kartu identitas kepada
karyawan tetap atau karyawan kontrak pada hari pertama karyawan/staf tersebut masuk.
g. Pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan kartu identitas karyawan/staf RS dan tenant
dilakukan oleh petugas security dan berkoordinasi bagian HRD RS untuk hasil

15
kepatuhannya
4. Melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang milik
pribadi dan tindak kekerasan
a. Melakukan pemasangan Akses Door/ door lock, kamera CCTV pada area berisiko
terhadap keselamatan dan keamanan.
b. Petugas security melakukan patroli secara berkala terhadap area berisiko terjadinya
keselamatan keamanan di rumah sakit
c. Petugas security memastikan seluruh area yang berisiko keselamatan dan keamanan
dalam kondisi aman, tidak ada hal - hal yang mencurigakan yang berpotensi terjadinya
kejadian tidak aman
d. Petugas security mendokumentasikan hasil patroli pada area keselamatan dan keamanan
e. Petugas security memastikan fasilitas pengawasan yang mendukung terhadap keamanan
berfungsi dengan baik
f. Memastikan pelaporan jika terjadi insiden/ tindak kejahatan perorangan, kehilangan,
kerusakan atau pengrusakan barang milik pribadi dan tindak kekerasan kepada Direksi
RS
5. Melakukan monitoring dengan memasang kamera sistem Closed Circuit Television (CCTV)
a. Manager penunjang Umum dan Petugas PSRS memastikan area berisiko keselamatan dan
keamanan terpasang kamera CCTV
b. Adapun pemasangan kamera CCTV dilakukan pada area:
1) Ruang bayi dan kamar operasi, daerah yang berisiko lainnya seperti ruang anak, lanjut
usia dan keluarga pasien rentan yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau memberi
tanda minta bantuan bila terjadi bahaya
2) Daerah terpencil atau terisolasi, area parkir, dan area lainnya yang sering terjadi
kehilangan atau gangguan keamanan di rumah sakit
c. Pemasangan kamera CCTV tidak diperbolehkan di ruang pasien dan tetap harus
memperhatikan hak privasi pasien
d. Penempatan layar monitoring CCTV harus ditempat yang tidak dapat dilihat atau di
akses oleh petugas atau pihak yang tidak berwenang.
e. Monitoring CCTV dilakukan oleh petugas security yang sedang berdinas dengan cara
melakukan pencatatan kegiatan dan fungsi rekaman setiap jam.
f. Pemantauan kamera CCTV yang dipasang di ruang perawatan pasien covid ditempatkan
di Nurse Station bertujuan untuk memantau aktifitas pasien untuk kepentingan medis
dilakukan oleh perawat. Pemantauan oleh petugas keamanan terhadap CCTV tersebut
adalah terkait fungsi kamera dan decoder rekaman
6. Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan peraturan dan perundangan
RS melakukan identifikasi terhadap fasilitas fisik bangunan apakah sudah sesuai
dengan peraturan perundangan dengan melakukan cek list pemeriksaan terhadap

16
bangunan fisik

17
sebagai berikut:
a. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang penggangu lainnya.
b. Plafond
1. Langit-langit kuat berwarna terang dan mudah dibersihkan, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
2. Rangka langit harus kuat
3. Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor)
minimal 2,40 m
4. Tinggi langit-langit di raungan operasi minimal 3,00 m
5. Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit harus
memiliki tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam
6. Pada tempat-tempat yagn membutuhakan tingkat kebersihan ruangan tertentu,
maka lampu-lampu penerangan dipasang dibenamkan pada plafon (recessed).
7. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit
c. Dinding
1. Permukaan dinding harus kuat rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang
tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
2. Sudut dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit membentuk comus
(tidak membentuk siku).
3. Pada daerah yang dilalui pasien, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan
(handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80-100cm dari permukaan
lantai.
4. Pegangan (handrail) harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal
75 kg yang berpeganan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada.
5. Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah
dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif.
6. Dinding KM/WC dari bahan yang kuat dan kedap air.
7. Permukaan dinding keramik rata, rapi dan sisa permukaan keramik dibagi sama
ke kanan dan ke kiri.
8. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding
bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
9. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5m dari
lantai.
10.TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat, kedap air dan

18
mudah dibersihkan
11.Ruang yang mempunyai tingkat kebisiingan tinggi (misalkan ruang mesin,
genset, mesin blower, kompresor, chiller,dll) maka bahan dinding menggunakan
bahan yang kedap suara atau menggunakan bahan yang dapat mnyerap bunyi.
d. Lantai
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah
dibersihkan dan berwarna terang
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
kea rah saluran pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai untuk ruang operasi, NICU,ICU, Perina pertemuan lantai
dengan dinding berbentuk konus atau lengkung agar mudah dibersihkan.
4. Khusus ruang operasi, lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik dan
tidak mudah terbakar
e. Pintu Jendela
1. Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brangkar/tempat tidur pasien memiliki
lebar 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tidur pasien
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
2. Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai.
3. Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar
4. Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti
benturan.
5. Ruang perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat terbuka secara
maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
6. Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup
pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka kearah tangga darurat/
arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
7. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
8. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar, memakai jeruji.
9. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus
menutup sendiri (dipasang penutup pintul door close).
10. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb minimal
2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu merah
tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
f. Kamar Mandi
1. Toilet umum
a. Lantai terbuat dari bahan yagn kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,

19
mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan genangan. Permukaan lantai
harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
b. Pembuangan air limbahd ari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal)
c. Letak kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi dan ruang khusus lainnya
d. Lubang pengahwaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
e. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
f. Toilet pengunjung harus terletak ditempat yagn mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk 1-20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung
pria.
g. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringan untuk memelihara kebersihan
h. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air aygn dapat menjadi
tempat prindukan/nyamuk
i. Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
j. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
(36- 38 cm).
k. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
l. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
2. Toilet untuk aksesibilitas
a. Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu/simbol "disabel" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45 - 50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan
memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan
pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus
dipasangsedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki

20
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda
f. Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda
h. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
i. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
g. Koridor
1. Ukuran koridor yang aksesibilitas tempat tidur minimal 2,40 meter.
h. Tangga
1. Harus memilih dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
2. Tinggi masing masing pijakan / tanjakan adalah 15-17 cm
3. Harus memiliki kemiringan tangga kurang 600
4. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakatan atau sitrasi darurat
lainnya
5. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga
6. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
7. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai,
bangian ujung harus bulat atau dibelokan dengan baik kea rah lanate, dinding atau
tiang.
8. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya
(puncak dan bagian bawah) dnegan 30 cm
i. RAM
1. Kemiringan ram tidak boleh melebihi 70, perhitungan kemiringan tidak termasuk
awalan dan akhiran ram
2. Panjang mendatar dari satu ram (Dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ram dengan kemiringan lebih rendah dapat lebih Panjang.
3. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 meter dengan tepi pengaman
4. Muka datar (bordes) pada awalan dan akhiran harus bebas dan datar dengan
ukuran minimum 160 cm
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur sehingga
tidak licin.
6. Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat
mengamankan roda dari kursi roda atau brangkar/tempat tidur pasie agar tidak

21
terperosok atau keluar ram.
7. Pencahayaan harus cukup
8. Dilengkapi dnegan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekauatannya
dengan ketinggian yang sesuai.
j. Ventilasi
1. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup,
luas minimum 15 % dari luas lantai
2. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang operasi,
kombinasi antara exhaust fan dan air conditioner (AC) harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
i. Meubelair
Penggunaan meubelair diupayakan tidak mempernudah penyebaran infeksi, bahan
mudah dibersihkan, dipelihara dan ditempatkan sesuai kebutuhan
j. Sanitasi
1. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak
cacat serta mudah dibersihkan
2. Urinoir dipasang / ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik
3. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi dengan disinfektan dan tisu yang sekali buang
4. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 10: 1
5. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi
20:1
k. Proteksi Kebakaran
Penilaian risiko terhadap fasilitas proteksi kebakaran menggunakan Fire Safety Risk
Asesment (FSRA) dan fire Safety Checklist. Adapun ketentuan Proteksi kebakaran
sebagai berikut :
1. Smoke dan Heat Detector
Semua detektor asap mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang sama,
juga semua detektor panas mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang
di proteksi dan detektor terdekat ke titik tersebut harus tidak melebihi 7,5
meter untuk detektor asap dan 5,3 meter untuk detektor panas.
2. Sprinkle
a. Sistem sprinkle otomatis harus dipasang diseluruh bangunan
b. Sistem sprinkle otomatis tidak wajib di area berikut:
1) Setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air,
merupakan ancaman yang serius terhadap kehidupan atau bahaya

22
kebakaran.
2) Setiap kamar atau ruang di mana sprinkle dianggap tidak diinginkan
karena sifat dari isi ruangan.
3) Ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan
dengan dinding dan lantai / langit-langit atau rakitan atap langit- langit
yang memiliki nilai ketahanan api tidak kurang dari 2 jam.
4) Di kamar alau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan
isi sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar.
5) Untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan
(ruang bedah, ruang ICU, ruang radiologi, dan lain- lain), sprinkle
boleh tidak dipasang asalkan dinding, lantai, langit-langit dan bukaan,
mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 Jam
c. Sistem ini meliputi kepala sprinkle, kap kontrol alam dan sistem pemipaannya
d. Pengujian dan pemeliharaan sprinkie dilakukan secara berkala
3. APAR
a. Jarak tempuh penempatan alat pemađam api ringan dari setiap tempat
atau titik dalam bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 15 (lima
belas) meter.
b. Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih
dari 250 m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat
pemadam api ringan berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan
c. Apar diletakan pada dinding dengan ketinggian antara 15-120 cm dalam
kondisi baik, rapi dan bersih
d. Diruang Genset tersedia APAR CO2
l. Jalur Evakuasi
Terpasang digantung dibawah atap dan dipasang diatas lantai pada akses menuju
pintu arah keluar ke titik kumpul evakuasi, secara berurutan setiap lantai dengan
jarak tidak lebih 15-30 cm dari lantai dan 200 cm dari atas permukaan lantai
m. Alat Medis
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat medis dapat dibagi menjadi kategori utama yaitu
a. Inspeksi dan pemeliharaan preventif
Ketika pada saat kegiatan terdapat masalah pada peralatan, perbaikan
peralatan tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa
mengganggu kegiatan yang dilakukan.
b. Pemeliharaan korektif, terdiri
dari:
1) Perbaikan dan trouble shooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan
23
masalah tentang peralatan tersebut Pemeliharaan korektif ini dapat
dicapai pada berbagai tingkatan:
a) Tingkat komponen, troubleshooting tingkat komponen dan perbaikan
mengisolasi kegagalan sampai ke komponen tunggal yang diganti.
Dalam peralatan elektrik, peralatan mekanik, dan untuk komponen
pasif dari peralatan elektronik (seperti resistor atau kapasitor dalam
suatu rangkaian elektronik, atau sekering) ini sering pendekatan
perbaikan yang paling efektif. Dalam kaitannya dengan peralatan
elektronik, bagaimanapun, komponen tingkat perbaikan dapat
memakan waktu dan sulit. Modul (circuit4 board) elektronik modern
(terutama modul digital) sering tidak dipcrbaiki pada tingkat
komponen. Dalam kasus-kasus papan-tingkat sistem-tingkat bahkan
atau perbaikan perlu dipertimbangkan.
b) Tingkat Modul (board level), untuk peralatan elektronik, adalah
umum untuk mengisolasi kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan
untuk mengganti seluruh modul dari pada komponen elektronik yang
diberikan
c) Tingkat peralatan atau sistem. Dalam beberapa kasus bahkan papan-
tingkat pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit atau memakan
waktu. Dalam kasus seperti itu lebih efektif jika mengganti seluruh
peralatan atau sub sistem tersebut
2) Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Kegiatan ini akan mengukur kinerja peralatan dan memungkinkan untuk
setiap pengaturan yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan
secara penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan
untuk digunakan dalam layanan pasien.
2. Kalibrasi
Dilakukan untuk menjaga kondisi alkes agar tetap sesuai dengan suplier dan
besaran pada spesifikasinya Dengan adanya kalibrasi maka akurasi ketelitian dan
keamanan alat kesehatan dapat dijamin sesuai besaran yang tertera.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan sertifikat kalibrasi serta
tanda Laik Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan
sertifikat pengujian/kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
n. Penilaian kesiapan bangunan dalam kondisi bencana
Penilaian terhadap rumah sakit atau fasilitas pelayanan Kesehatan apakah tetap
dapat beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat dan/
atau bencana emnggunakan instrument penilaian Hospital Safety Index (HSI).
Pemeriksaan fisik bangunan apakah tetap dapat beroperasi dan memberikan

24
pelayanan
Penilaian menggunakan Hospital Safety Index (HSI) dibagi menjadi 4 (empat) bagian
penilaian yaitu :
1. Bahaya yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit dan peran Rumah Sakit
dalam pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana
2. Keamanan Struktur Bangunan
3. Keamanan Non-Struktural
4. Pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana Aspek pengelolaan kondisi darurat
5. Perhitungan nilai Hospital Safety Index (HIS)

Tabel Kategori Hasil Perhitungan HSI

25
BAB IV
SUMBER
DAYA

A. Sumber Daya Manusia


Dalam upaya menciptakan keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan diperlukan
upaya dari semua sumber daya manusia yang ada di RS Hermina, namun untuk melakukan
kegiatan yang menjamin keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan di RS Hermina
diperlukan penujukan unit yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan keselamatan dan
keamanan. Unit yang bertangungjawab terhadap keselamatan dan keamanan adalah bagian
penunjang umum. Bagian penunjang umum terdiri dari 4 (empat) urusan yaitu Tata Boga,
Laundry, YanUm dan UPSRS, maka urusan yang bertanggunjawab terhadap keselamtan
adalah Urusan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dan untuk Keamanan adalah urusan
Pelayanan Umum.

B. Pendidikan dan Pelatihan

Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada di RS Hermina dalam
upaya menciptakan keselamatan dan keamanan adalah dengan melakukan pendikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan penggunaan alat umum dan Kesehatan
b. Pelatihan dan pendidikan pemeliharaan alat umum dan Kesehatan
c. Diklat K3 RS
d. Diklat Pelaksanaan Ronde ABRT-RL dengan sistim web base
Pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian diklat RS Hermina dengan metode edukasi,
pelatihan, tes dan simulasi.

C. Biaya dan anggaran

Biaya dan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan yang menunjang keselamatan dan
keamanan fasilitas dan lingkungan tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran RS Hermina
yang dibuat setiap tahun.

26
BAB V
DOKUMENTASI

A. Melakukan Pemeriksaan Fasilitas Secara Berkala Dan Terdokumentasi


Pemeriksaan Fasilitas secara berkala dilakukan dengan menggunakan aplikasi ABRT-RL
web base.
a. Pencatatan
Pencatatan dilakukan dengan cara mengisi cek list di web base ABRT-RL sesuai dengan
ruangan dan item yang dilakukan pemeriksaan. Cek list dilakukan untuk semua ruangan
yang ada di RS Hermina setiap 1 minggu sekali. Dari hasil cek list tersebut akan
didapatkan laporan ekskutif setiap pelaksanaan 1 minggu sekali, berupa persentase hasil
pemeriksaan.
b. Pelaporan
Pelaporan cek list yang telah dilakukan oleh bagian Penunjang Umum dilaporkan dan
diverifikasi oleh Direksi RS Hermina, setiap minggu. Pelaporan setiap bulan akan
dirangkum dalam laporan program kerja keselamatan dan keamanan.
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan/monitoting dilakukan oleh Direksi RS setiap bulan dalam bentuk laporan
bulanan ABRT-RL web base dan laporan bulanan. Departemen Penunjang Umum
melakukan monitoring dalam bentuk dashboard setiap minggu dan setiap bulan.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut hasil cek list pemerikasan fasilitas adalah dengan melakukan tindakan
pembersihan atau perbaikan sesuai kualifikasi penilaian. Pelaksana kegiatan pembersihan
adalah rekanan alih daya cleaning service dan pelaksana kegiatan perbaikan fasilitas oleh
rekanan ABRT-RL

B. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan Menyediakan Fasilitas


Pendukung Yang Aman
a. Pencatatan.
Pencatatan terhadap kebutuhan fasilitas pendukung yang aman dilakukan oleh masing-
masing user dan diajukan ke Bagian Penunjang Umum untuk kemudian diajukan ke Direksi
RS.
b. Pelaporan
Pelaporan terhadap kebutuhan fasilitas pendukung yang aman dilakukan oleh bagian
penunjang umum kepada Direksi RS.
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan terhadap realisasi pengadaan fasilitas pendukung yang aman dilakukan oleh

27
Tim K3 dan bagian Penunjang Umum.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut terhadap hasil pelaporan dan monitoring dilakukan oleh bagian Penunjang
Umum.

C. Penggunaan Kartu Identitas


a. Pencatatan.
Untuk tamu yang datang untuk keperluan dinas harus menggunakan identitas TAMU,
pemberian kartu identitas tamu dicatat oleh petugas satpam dan dicatat di “buku tamu”,
yang berisi tanggal, waktu kedatangan, waktu kepulangan, nama, perusahaan/instansi,
Orang yang dituju, keperluan dan paraf tamu ybs. Tamu meninggalkan kartu identitas untuk
dikembalikan pada saat tamu tersebut meninggalkan RS Hermina.
Untuk Penunggu pasien harus menggunakan identitas PENUNGGU PASIEN, pemberian
kartu identitas pasien dicatat oleh petugas satpam dan di catat di buku “ penunggu pasien”,
yang berisi tanggal, nomor kamar, nama Pasien, nama penunggu, No telpon, jenis identitas
yang ditinggalkan, paraf penunggu pasien.
Pemberian kartu identitas staf RS Hermina baik staf medis, staf umum, penunjang dan
dokter dilakukan oleh bagian HRD RS Hermina.
Pemberian identitas petugas alih daya atau tenant menjadi tanggungjawab masing-masing
rekanan alih daya dengan memberikan laporan pemberian identitas staf pada laporan
bulanan alih daya atau tenant.
b. Pelaporan
Pelaporan data kepatuhan penggunaan kartu identitas tamu, penunggu pasien dan staf
dilaporkan setiap bulan oleh kepala urusan pelayanan umum kepada manager bagian
Penunjang Umum untuk direkap dan dilaporkan kepada Direktur RS Hermina.
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan identitas tamu dan penunggu pasien dilakukan
pada saat satpam melakukan ronde keliling, dengan melihat buku “penunggu pasien” dan
buku “tamu”, jika ditemukan ketidakpatuhan lakukan pencatatan di buku tersebut.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut terhadap ketidak kepatuhan penggunaan identitas dilakukan langsung oleh
satpam pada saat melakukan ronde

D. Melindungi Dari Kejahatan Perorangan, Kehilangan, Kerusakan Atau


Pengrusakan Barang Milik Pribadi Dan Tindak Kekerasan
a. Pencatatan.
Pencatatan fungsi door akses/door lock dilakukan oleh petugas Satpam pada saat ronde dan
dicatat di buku ronde.

28
b. Pelaporan
Pelaporan dilakukan setiap bulan dalam bentuk laporan bulanan pelayanan umum yang
dilaporkan oleh kaur pelayanan umum kepada manager penunjang umum.
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan dilakukan pada saat ronde oleh satpam.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut jika ada door akses/door lock yang tidak berfungsi dilakukan secara langsung
ke petugas teknisi yang sedang bertugas

E. Melakukan Monitoring Dengan Memasang Kamera Sistem Closed Circuit Television


(CCTV)
a. Pencatatan.
Pencatatan terhadap kegiatan dan fungsi CCTV dilakukan oleh petugas Satpam setiap 1 jam
sekali untuk semua CCTV yang ada di RS Hermina kecuali CCTV yang ada di Ruang
Perawatan pasien Covid, pencatatan dilakukan hanya untuk fungsi kamera dan decoder
saja.
b. Pelaporan
Pelaporan hasil pemantauan CCTV dilakukan setiap bulan dalam bentuk laporan bulanan
pelayanan umum yang dilaporkan oleh kaur pelayanan umum kepada manager penunjang
umum
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan/Monitoring CCTV dilakukan secara rutin oleh petugas Satpam yang berdinas
dan kepala urusan pelayanan umum secara periodic.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut perbaikan jika ada kerusakan terhadap fungsi CCTV dilakukan oleh teknisi
langsung setelah menerima laporan, jika tidak dapat diperbaiki oleh teknisi maka segera
diperbaiki oleh rekanan. Tindaklanjut terhadap kegiatan yang mencurigkan langsung
dilakukan Tindakan sesuai ketentuan oleh petugas satpam.

F. Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan peraturan dan


perundangan Keamanan dan Keselamatan
a. Pencatatan.
Inventaris terhadap fasilitas yang ada serta kesesuaian terhadap peraturan dan perundangan
yang berlaku dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali.
b. Pelaporan
Pelaporan terhadap fasilitas yang tidak sesuai dengan perundangan dibuat oleh manager
jangum dan dilaporkan kepada Direksi RS Hermina.
c. Pemantauan/Monitoring

29
Pemantauan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh manager penunjang umum.

30
d. Tindak lanjut
Membuat rencana tindaklanjut dari hasil pengecekan fasilitas sesuai peraturan dan
perundangan Keamanan dan Keselamatan yang dibuat oleh manager Penunjang Umum dan
diajukan kepada Direktur Rumah Sakit.

31
BAB VI
PENUTU
P

Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas dan Lingkungan ini dibuat dengan tujuan agar
kondisi bangunan, property, terknologi medis dan informasi, peralatan dan sistim tidak
berpotensi mendatangkan risiko terhadap pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Selain itu juga
diharapkan RS selalu dalam keadaan aman yaitu melindungi property milik rumah sakit, pasien,
staf, keluarga, pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan atau pengerusakan oleh orang
yang tidak berwenang.

Demikian Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas dan Lingkungan ini dibuat, semoga
dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan keselamatan dana keamanan
fasiltias dan lingkungan di lingkungan RS Hermina

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 3 Juni
2022

DIREKTUR

dr. Khairina, MARS

32
LAMPIRAN-2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
HERMINA BEKASI
NOMOR 062 / PER-DIR / RSHBKS / VI / 2022
TENTANG
TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN FASILITAS DAN LINGKUNGAN
DI RUMAH SAKIT HERMINA

DOKUMENTASI KEGIATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN

1. RISIKO KESELAMATAN
TABEL GRADING AREA BERISIKO
KESELAMATAN RS HERMINA
TAHUN ….
Lokasi Deskripsi Probabilitas Dampak Kelengkapan Fungsi Ancaman
Lokasi terhadap Fasilitas Fasilitas Relatif
Pelayanan Keselamatan Keselamatan
Nilai 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A
1= Rendah 1= Rendah 1= Lengkap 1= Baik
2= Sedang 2= Sedang 2= Sedang 2= Kurang
3=Tinggi 3=Tinggi 3=Tidak Baik
Lengkap 3=Buruk
Lantai 1

Lantai 2

Dst …

……, ……….. Diperiksa Oleh,


Disetujui oleh,
Manager Penunjang Ketua K3 Direktur RS Hermina
Umum,

TTD TTD TTD

………………………… ……………………… ………………………

33
2. RISIKO KEAMANAN
TABEL GRADING AREA BERISIKO
KEAMANAN RS HERMINA
TAHUN ….

Lokasi Deskripsi Probabilitas Dampak Kelengkapan Fungsi Ancaman


Lokasi terhadap Fasilitas Fasilitas Relatif
Pelayanan Keamanan Keamanan
Nilai 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A
1= Rendah 1= Rendah 1= Lengkap 1= Baik
2= Sedang 2= Sedang 2= Sedang 2= Kurang
3=Tinggi 3=Tinggi 3=Tidak Baik
Lengkap 3=Buruk
Lantai 1

Lantai 2

Dst …

……, ……….. Diperiksa Oleh,


Disetujui oleh,
Manager Penunjang Umum, Ketua K3 Direktur RS Hermina

TTD TTD TTD

………………………… ………………………… …………………………

34
3. IDENTIFIKASI AREA BERISIKO DAN PENGELOLAAN RISIKO

TABEL IDENTIFIKASI AREA BERISIKO DAN PENGELOLAAN RISIKO


KESELAMATAN DAN KEAMANAN
RS
HERMINA
TAHUN ……
NO LOKASI RISIKO SEBAB DAMPAK IDENTIFIKASI RISIKO PERINGKA PENGELOLAAN BIAYA RISK
RISIKO T RISIKO RISIKO (Rp) OWN
ER/
PIC
SEVERITY PROBABILITY RISK PENCEGAHAN
SKORE MITIGASI
(SKP)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)- (8) (9) (10)
(5)*6

……, ……….. Diperiksa Oleh,


Disetujui oleh,
Manager Penunjang Umum, Ketua K3 Direktur RS Hermina

TTD TTD TTD

………………………… ………………………… …………………………

35
4. CEK LIST PEMERIKSAAN FISIK BANGUNAN

TABEL PEMERIKSAAN FISIK BANGUNAN


DENGAN CEK LIST ABRT-RL
Item Nilai Keterangan
Area Sub Area No Komponen Penilaian
Penilaian A B C
33 Cat tidak pudar
34 Cat tidak terkelupas
Dinding
Dinding bersih, tidak
35
bernoda
Lantai bersih tidak ada
36
noda
Lantai 37 Lantai tidak pecah
38 Lantai tidak licin
39 Nat tidak hitam
Plafond bersih, tidak ada
40
noda
Plafond terpasang rapih,
Plafond 41
rapat, tidak ada yg bolong
Tidak ada plafond yang di
Area Tindakan, 42
Observasi, cat
IGD Tidak ada lampu yang
Resusitasi, 43
Bedah, Triase mati
Lampu 44 Penerangan 200-500 lux
Lampu tidak terlepas dari
45
plafond
Suara jelas, tidak pecah
46
Speaker dan putus-putus
47 Tidak terlepas dari plafond
48 Tidak terlepas dari plafond
49 CCTV berfungsi baik
Kamera terpasang sesuai
CCTV
50 titik (pada pintu masuk
dan pintu keluar)
51 Tidak terlepas dari plafond
AC 52 Dilakukan pengecekkan

36
Item Nilai Keterangan
Area Sub Area No Komponen Penilaian
Penilaian A B C
suhu setiap hari
Dilakukan maintenance,
satu bulan sekali
53
(Dibuktikan pada kartu
maintenance)
Lubang kisi-kisi bersih,
54
tidak berdebu
Tidak mengeluarkan suara
55
diluar kewajaran
56 Tidak bocor
Dilakukan maintenance
satu bulan sekali
57
(Dibuktikan pada kartu
maintenance)
Tempat Tersedia tempat
58
penyimpanan penyimpanan B3
B3 dan Tedapat daftar B3 dan
59
limbah B3 MSDS

A Pemeliharaan : Barang atau objek memnuhi komponen penilaian


B Perbaikan : Barang atau objek tidak memenuhi komponen peilaian namun dapat dilakukan perbaikan
dengan biaya < 50% harga baru
C Penggantian : Barang atau objek tidak memenuhi komponen penilaian dan tidak bisa dilakukan
perbaikan atau biaya perbaikan mendekati harga pembelian baru

37
5. CEK LIST PEMANTAUAN CCTV

TABEL PEMANTAUAN CCTV


Tanggal :
NO LOKASI PENGECEKAN KETE TINDAK
RANG LANJUT
AN
/KEJA
DIAN
I II sd Seterusnya (sesuai dengan
waktu pemantauan)
Jam : Jam :
Fungsi kamera Fungsi Recoder Fungsi kamera Fungsi Recorder
(Rekaman) (Rekaman)
Menyala Mati Terekam Tidak Menyala Mati Terekam Tidak
Terekam Terekam

…….. , ………… Diperiksa oleh, Disetujui oleh,


Satpam Danru Manager
Jangum

(………………………….) (………………………..) (……………………)

38
6. PENCATATAN PENUNGGU PASIEN

TABEL PENCATATAN PENUNGGU PASIEN

TANGGAL NO NAMA NAMA HUBUNGAN NO KARTU IDENTITAS NAMA DAN


KAMAR PASIEN PENUNGGU DENGAN HP TANDATANGAN
PASIEN PASIEN KTP SIM LAIN PENUNGGU SATPAM

39
7. PENCATATAN TAMU/PENGUNJUNG

TABEL PENCATATAN TAMU/PENGUNJUNG

TGL JAM NAMA PERUSAHAAN NAMA YANG TUJUAN KARTU NAMA DAN
TAMU DIKUNJUNGI KEDATANGAN IDENTITAS TANDATANG
DATANG PULANG KTP SIM LAIN TAMU SATP

40
8. PENCATATAN RONDE SATPAM

TABEL PENCATATAN RONDE SATPAM

TANGGAL JAM LOKASI HASIL TEMUAN TINDAKLANJUT TTD


UNIT SATPAM
FUNGSI DOOR KEJADIAN PELAYANAN
LOCK
BAIK TIDAK

41
9. FASILITAS SESUAI PERUNDANGAN

CEKLIST FASILITAS SESUAI PERUNDANGAN


RS HERMINA …….

KESESUAIAN
RENCANA
KETENTUAN SESUAI DENGAN DOKUMENTASI
NO ITEM TINDAKLA
PERUNDANGAN PERUNDANGAN FOTO
NJUT
YA TIDAK
1 Atap a. Atap harus kuat, tidak bocor,
tahan lama dan tidak menjadi
tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang penggangu
lainnya.
2 Plafond a. Langit-langit kuat berwarna
terang dan mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien,
tidak berjamur.
b. Rangka langit harus kuat
c. Tinggi langit-langit di ruangan
minimal 2,80 m, dan tinggi di
selasar (koridor) minimal 2,40
m
d. Tinggi langit-langit di raungan
operasi minimal 3,00 m
e. Pada ruang operasi dan ruang
perawatan intensif, bahanlangit-
langit harus memiliki tingkat
ketahanan api (TKA)
minimal 2 jam

42
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Pada tempat-tempat yagn
membutuhakan tingkat
kebersihan ruangan tertentu,
maka lampu-lampu penerangan
dipasang dibenamkan pada
plafon (recessed).
g. Khusus ruang operasi, harus
disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja
double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-
langit
3 Dinding Permukaan dinding harus kuat
rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak
a.
luntur serta tidak menggunakan
cat yang mengandung logam
berat.
b. Sudut dinding dengan lantai,
dinding dengan langit-langit
membentuk comus (tidak
membentuk siku).
c. Pada daerah yang dilalui pasien,
dindingnya harus dilengkapi
pegangan tangan (handrail)
yang menerus dengan
ketinggian berkisar 80-100cm
dari permukaan lantai.
d. Pegangan (handrail) harus
mampu menahan beban orang
dengan berat minimal 75 kg
yang berpeganan dengan satu
tangan pada pegangan tangan
yang ada.

43
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
e. Bahan pegangan tangan harus
terbuat dari bahan yang tahan
api, mudah dibersihkan dan
memiliki lapisan permukaan
yang bersifat non-porosif.
f. Dinding KM/WC dari bahan
yang kuat dan kedap air.
g. Permukaan dinding keramik
rata, rapi dan sisa permukaan
keramik dibagi sama ke kanan
dan ke kiri.
h. Khusus ruang radiologi dinding
dilapis Pb minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30
cm serta dilengkapi jendela
kaca anti radiasi
i. Dinding ruang laboratorium
dibuat dari porselin atau
keramik setinggi 1,5m dari
lantai.
j. TPS dibangun dengan dinding
dan lantai dari bahan yang kuat,
kedap air dan mudah
dibersihkan
k Ruang yang mempunyai tingkat
kebisiingan tinggi (misalkan
ruang mesin, genset, mesin
blower, kompresor, chiller,dll)
maka bahan dinding
menggunakan bahan yang
kedap suara atau menggunakan
bahan yang dapat mnyerap
bunyi.

44
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
4 Lantai a. Lantai ruangan dari bahan yang
kuat, kedap air, rata, tidak licin,
mudah dibersihkan dan
berwarna terang
b.
Lantai yang selalu kontak
dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kea rah
saluran pembuangan air limbah.

c. Pertemuan lantai untuk ruang


operasi, NICU,ICU, Perina
pertemuan lantai dengan
dinding berbentuk konus atau
lengkung agar mudah
dibersihkan.
d. Khusus ruang operasi, lantai
rata, tidak mempunyai pori atau
lubang untuk berkembang
biaknya bakteri, menggunakan
bahan vinyl anti elektrostatik
dan tidak mudah terbakar
5 Pintu Jendela a. Pintu utama dan pintu-pintu
yang dilalui brangkar/tempat
tidur pasien memiliki lebar 120
cm, dan pintu-pintu yang tidak
menjadi akses tempat tidur
pasien memiliki lebar bukaan
minimal 90 cm.
b. Di daerah sekitar pintu masuk
tidak boleh ada perbedaan
ketinggian lantai.
c. Pintu untuk kamar mandi di
ruangan perawatan pasien dan
pintu toilet untuk aksesibel,

45
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
harus terbuka ke luar dan lebar

d. Pintu-pintu yang menjadi akses


tempat tidur pasien harus
dilapisi bahan anti benturan.
e. Ruang perawatan pasien harus
memiliki bukaan jendela yang
dapat terbuka secara maksimal
untuk kepentingan pertukaran
udara.
f. Khusus pintu darurat
menggunakan pegangan panik
(panic handle), penutup pintu
otomatis (automatic door
closer) dan membuka kearah
tangga darurat/ arah evakuasi
dengan bahan tahan api
minimal 2 jam.
g. Ambang bawah jendela
minimal 1 m dari lantai
h. Khusus jendela yang
berhubungan langsung keluar,
memakai jeruji.
j. Khusus ruang operasi, pintu
terdiri dari dua daun, mudah
dibuka tetapi harus menutup
sendiri (dipasang penutup pintul
door close).
k. Khusus ruang radiologi, pintu
terdiri dari dua daun pintu dan
dilapisi Pb minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30
cm dilengkapi dengan lampu
merah tanda bahaya radiasi
serta dilengkapi jendela kaca

46
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
anti radiasi.

6 Kamar Mandi
A. Toilet umum Lantai terbuat dari bahan yang
kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang, mudah
dibersihkan dan tidak
a.
menyebabkan genangan.
Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan.
b. Pembuangan air limbah dari
toilet dan kamar mandi
dilengkapi dengan penahan bau
(water seal)
c. Letak kamar mandi tidak
berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi dan ruang
khusus lainnya
d. Lubang pengahwaan harus
berhubungan langsung dengan
udara luar
e. Toilet dan kamar mandi harus
terpisah antara pria dan wanita,
unit rawat inap dan karyawan,
karyawan dan toilet
pengunjung.

47
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Toilet pengunjung harus
terletak ditempat yagn mudah
dijangkau dan ada petunjuk
arah, dan toilet untuk
pengunjung dengan
perbandingan 1 (satu) toilet
untuk 1-20 pengunjung wanita,
1 (satu) toilet untuk 1-30
pengunjung pria.
g. Harus dilengkapi dengan slogan
atau peringan untuk memelihara
kebersihan
h. Tidak terdapat tempat
penampungan atau genangan air
aygn dapat menjadi tempat
prindukan/nyamuk
i. Toilet atau kamar mandi umum
harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan
keluar oleh pengguna.
j. Ketinggian tempat duduk kloset
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36- 38 cm).
k. Pintu harus mudah dibuka dan
ditutup.
l. l. Kunci-kunci toilet atau
grendel dapat dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
Toilet untuk
Toilet atau kamar mandi umum
aksesibilitas
yang aksesibel harus dilengkapi
a. dengan tampilan rambu/simbol
"disabel" pada bagian luarnya.

48
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
b. Toilet atau kamar kecil umum
harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda sekitar (45
- 50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum
harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail)
yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke
atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi
roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air
atau pancuran (shower) dan
perlengkapan- perlengkapan
seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus
dipasangsedemikian hingga
mudah digunakan oleh orang
yang memiliki keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau
pengguna kursi roda
f. Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan.

49
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
g. Pintu harus mudah dibuka dan
ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda
h. Kunci-kunci toilet atau grendel
dapat dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat
i. Pada tempat-tempat yang
mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan
untuk menyediakan tombol
bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan.
7 Koridor Ukuran koridor yang
aksesibilitas tempat tidur
minimal 2,40 meter.
8 Tangga Harus memilih dimensi pijakan
a. dan tanjakan yang berukuran
seragam.
b. Tinggi masing masing pijakan /
tanjakan adalah 15-17 cm
c. Harus memiliki kemiringan
tangga kurang 600
d. Lebar tangga minimal 120 cm
untuk membawa usungan dalam
keadaan darurat untuk
mengevakuasi pasien dalam
kasus terjadinya kebakatan atau
sitrasi darurat lainnya
e. Tidak terdapat tanjakan yang
berlubang yang dapat
membahayakan pengguna
tangga

50
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail)
g. Pegangan rambat harus mudah
dipegang dengan ketinggian 65-
80 cm dari lantai, bangian ujung
harus bulat atau dibelokan
dengan baik kea rah lanate,
dinding atau tiang.
h. Pegangan rambat harus
ditambah panjangnya pada
bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dnegan 30
cm
9 RAM Kemiringan ram tidak boleh
melebihi 70, perhitungan
a.
kemiringan tidak termasuk
awalan dan akhiran ram
b. Panjang mendatar dari satu ram
(Dengan kemiringan 70) tidak
boleh lebih dari 900 cm.
Panjang ram dengan kemiringan
lebih rendah dapat lebih
Panjang.
c. Lebar minimum dari ram adalah
2,40 meter dengan tepi
pengaman
d. Muka datar (bordes) pada
awalan dan akhiran harus bebas
dan datar dengan ukuran
minimum 160 cm
e. Permukaan datar awalan atau
akhiran suatu ram harus
memiliki tekstur sehingga tidak
licin.

51
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f.
Lebar tepi pengaman ram (low
curb) maksimal 10 cm sehingga
dapat mengamankan roda dari
kursi roda atau brangkar/tempat
tidur pasie agar tidak terperosok
atau keluar ram.

g. Pencahayaan harus cukup


h. Dilengkapi dengan pegangan
rambatan (handrail) yang
dijamin kekauatannya dengan
ketinggian yang sesuai.
10 Ventilasi Pemasangan ventilasi alamiah
dapat memberikan sirkulasi
a.
udara yang cukup, luas
minimum 15 % dari luas lantai
b. Ventilasi mekanik disesuaikan
dengan peruntukan ruangan,
untuk ruang operasi, kombinasi
antara exhaust fan dan air
conditioner (AC) harus dapat
memberikan sirkulasi udara
dengan tekanan positif
c. Ventilasi AC dilengkapi dengan
filter bakteri.
11 Meubelair Penggunaan meubelair
diupayakan tidak mempernudah
penyebaran infeksi, bahan
a.
mudah dibersihkan, dipelihara
dan ditempatkan sesuai
kebutuhan
12 Sanitasi Closet, urinoir, wastafel dan
a. bak mandi dari bahan kualitas
baik, utuh dan tidak cacat serta

52
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
mudah dibersihkan

Urinoir dipasang / ditempel


b. pada dinding, kuat dan
berfungsi dengan baik
Wastafel dipasang rata, tegak
lurus dinding, kuat, tidak
c. menimbulkan bau, dilengkapi
dengan disinfektan dan tisu
yang sekali buang
Indek perbandingan jumlah
tempat tidur pasien dengan
d.
jumlah toiletnya dan kamar
mandi 10: 1
Indek perbandingan jumlah
e. pekerja dengan jumlah toiletnya
dan kamar mandi 20:1
13 Proteksi
Kebakaran
Smoke dan Heat Semua detektor asap
Detector mempunyai persyaratan jarak
antara detektor yang sama, juga
semua detektor panas
mempunyai persyaratan jarak
antara detektor yang di proteksi
dan detektor terdekat ke titik
tersebut harus tidak melebihi
7,5 meter untuk detektor asap
dan 5,3 meter untuk detektor
panas.
Sprinkle Sistem sprinkle otomatis harus
a.
dipasang diseluruh bangunan
Sistem sprinkle otomatis tidak
b. wajib di area berikut:

53
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
1) Setiap ruangan di mana
penerapan air, atau nyala api
dan air, merupakan ancaman
yang serius terhadap
kehidupan atau bahaya
kebakaran.
2) Setiap kamar atau ruang di
mana sprinkle dianggap tidak
diinginkan karena sifat dari
isi ruangan.
Sprinkle 3) Ruang generator dan
transformator yang
dipisahkan dari bangunan
dengan dinding dan lantai /
langit-langit atau rakitan
atap langit- langit yang
memiliki nilai ketahanan
api tidak kurang dari 2 jam.
4) Di kamar alau daerah yang
konstruksinya tidak mudah
terbakar dengan isi
sepenuhnya bahan tidak
mudah terbakar.
5) Untuk ruangan-ruangan
yang tidak memungkinkan
pasien dipindahkan (ruang
bedah, ruang ICU, ruang
radiologi, dan lain- lain),
sprinkle boleh tidak
dipasang asalkan dinding,
lantai, langit-langit dan
bukaan, mempunyai tingkat
ketahanan api minimal 2
Jam

54
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT

Sistem ini meliputi kepala


sprinkle, kap kontrol alam dan
c. sistem pemipaannya
Pengujian dan pemeliharaan
sprinkie dilakukan secara
d. berkala
APAR Jarak tempuh penempatan alat
pemađam api ringan dari setiap
tempat atau titik dalam
a. bangunan rumah sakit harus
tidak lebih dari 15 (lima
belas) meter.

Setiap ruangan tertutup dalam


bangunan rumah sakit dengan
luas tidak lebih dari 250 m2,
harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya sebuah alat
pemadam api ringan berukuran
minimal 2 kg sesuai klasifikasi
b. isi ruangan
Apar diletakan pada dinding
dengan ketinggian antara 15-
120 cm dalam kondisi baik, rapi
c. dan bersih
Diruang Genset tersedia APAR
d. CO2

55
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
14 Jalur Evakuasi Terpasang digantung dibawah
atap dan dipasang diatas lantai
pada akses menuju pintu arah
keluar ke titik kumpul evakuasi,
secara berurutan setiap lantai
dengan jarak tidak lebih 15-30
cm dari lantai dan 200 cm dari
atas permukaan lantai

Tempat, Tanggal Disetujui oleh,


Manager Penunjang umum Direktur RS Hermina ….

TTD TTD
( Nama ) ( Nama )

Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 3 Juni
2022

DIREKTUR

dr. Khairina, MARS

56

Anda mungkin juga menyukai