Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di
Lingkungan Rumah Sakit Hermina Bekasi.
Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas di Lingkungan Rumah Sakit Hermina Bekasi ini
merupakan usaha dalam pencegahan kecelakaan fasilitas pada pekerja, pasien, pendamping pasien
dan pengunjung.
Pedoman ini akan dievaluasi kembali atau dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang kurang /
tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kondisi di rumah sakit.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim
Penyusun atas tersusunnya buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Rumah
Sakit Hermina Bekasi
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
Keamanan dan Keselamatan ……………………………………………………….
DOKUMENTASI KEGIATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN...........................................31
i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com
TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS DAN
LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pedoman ini agar digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan keselamatan,
dan keamanan fasilitas di Rumah Sakit Hermina Bekasi
Pasal 2
Ketentuan mengenai Pedoman keselamatan dan keamanan fasilitas di Rumah
Sakit Hermina Bekasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini
Pasal 3
i
PT MEDIKALOKA SEJAHTERA
RUMAH SAKIT HERMINA BEKASI
Jl. Kemakmuran No.39 Kec.Margajaya Bekasi 17141
Telp. (021) 8842121 (Hunting) Fax. 021-88952275
Website : www.herminahospitalgroup.com
Pasal 4
Peraturan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan
DIREKTUR
v
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
HERMINA BEKASI
NOMOR 062 / PER-DIR / RSHBKS / VI /
2022
TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN FASILITAS DAN
LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT
HERMINA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit dalam operasionalnya harus menyediakan fasilitas yang aman, berfungsi
baik dan suportif bagi pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Untuk mecapai tujuan
tersebut fasilitas fisik, peralatan medis dan peralatan lainnya harus dikelola secara
efektif. Rumah Sakit Hermina melakukan pengelolaan keselamatan dan keamanan
melalui penyediaan fasilitas fisik dan menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien,
keluarga, pengunjung dan staf.
Dalam melakukan pengelolaan keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan,
maka perlu diketahui makna dan keselamatan dan keamaman, dimana keselamatan
adalah memberi jaminan bahwa Gedung, properti, terknologi medis dan informasi,
peralatan dan sistim tidak berpotensi mendatangkan risiko terhadap pasien, keluarga,
staf, keluarga, pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan atau pengrusakan oleh
orang yang tidak berwenang. Rumah sakit wajib menjaga keselamatan dan keamanan
pasien atau keluarga, pengunjung dan juga pegawai atau staf rumah sakit, karena itu
rumah sakit perlu mentapkan bagian/bidang atau unit mana ayng bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan keamanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencegah terjadinya kecelakaan dan cidera serta mempertahankan kondisi yang
aman bagi sumber daya manusia di RS, pasien, pendamping pasien, pengunjung
1
maupun lingkungan RS.
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko keselamatan dan keamanan
fasilitas dan lingkungan di RS
b. Mencegah terjadinya insiden yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan
fasilitas dan lingkungan
c. Memberikan perlindungan dari segi keamanan dan keselamatan kepada pasien,
pengunjung, staf, dan petugas yang ada di RS.
C. Ruang Lingkup
Pedoman keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan sebagai acuan rumah
sakit hermina dalam memenuhi hak-hak pasien dan keluarga dengan memberikan
perlindungan kemananan dan keselamatan pasien dari fasilitas di lingkungan rumah
sakit, dari halaman dan parkir maupun dalam gedung/bangunan rumah sakit, disusun
dengan ruang lingkup mencakup:
1. Unit penanggung jawab keselamatan dan keamanan
2. Manajemen risiko keselamatan dan keamanan
a. Identifikasi dan penilaian risiko keselamatan dan keamanan
b. Pemetaan area berisiko keselamatan dan keamanan
c. Upaya pengendalian risiko keselamatan dan keamanan
3. Sumber daya
a. Pendidikan dan pelatihan keselamatan dan keamanan
b.Anggaran
4. Pencatatan dan pelaporan
2
BAB II
UNIT PENANGGUNG JAWAB KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS
3
7) Membantu dan berperan serta dalam kegiatan Panitia/TIm K3 RS terkait
pemeliharaan dan perbaikan alat umum dan bangunan
8) Menggunakan dan memberdayakan tenaga, sarana, prasarana dan fasilitas
urusan pemeliharaan sarana dan prasaranan Rumah Sakit
9) Membuat laporan kegiatan urusan pemeliharaan sarana dan prasarana RS
10) Melakukan kegiatan ABR-RL
b. Pelayanan Umum
1) Membuat dan melaksanakan program kegiatan dan rencana urusan
pelayanan umum
2) Mengawasi dan mengendalikan pelaksaaan regulasi di urusan pelayanan
umum
3) Berkoordinasi dengan pihak alih daya tentang pelaksanaan pengamanan
internal terhadap personil (dokter dan karyawan, materil, instalasi/ bangunan
dan dokumen RS.
4) Berkoordinasi dengan pihak alih daya tentang pelaksanaan pengamanan
eksternal terhadap pasien, pengunjung, kendaraan dan lingkungan RS.
5) Mengawasi terlaksananya kegiatan pelayanan umum oleh pihak alih daya
6) Berkoordinasi dengan bidang/bagian terkait meliputi transportasi,
ambulance, perpakiran, surat menyurat dan lani-lain
7) Membantu dan berperan serta dalam kegiatan Manajemen Fasilitas dan
Keamanan
8) Melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan urusan pelayanan umum
9) Melaksanakan program ABRT-RL terkait pelayanan umum rumah sakit.
4
Bagian Penunjang Umum dalam melakukan kegiatan keselamatan dan keamanan
melakukan koordinasi dan tata hubungan kerja internal dengan semua bidang
atau bagian yang ada di RS, sebagai berikut:
1) Bidang Keperawatan
a) Melakukan koordinasi terkait pemantauan fasilitas yang aman secara
periodik dengan menggunakan cek list ABRT-RL web base.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pemeriksaaan dan perawatan pasien
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di area
pelayanan dan perawatan pasien
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di area pelayanan dan perawatan
pasien
2) Bidang Penunjang Medis
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pemantauan peralatan
medis yang aman.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan penunjang medis.
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di pelayanan
penunjang medis.
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di area pelayanan penunjang
medis.
3) Bidang Pelayanan Medis
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pemantauan peralatan
medis dan non medis yang dibutuhkan dokter dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan pelayanan medis
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di pelayanan
pelayanan medis
4) Bidang Mutu dan Akreditasi
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pemantauan fasilitas
yang aman di seluruh Rumah Sakit.
b) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas
yang aman di seluruh Rumah Sakit.
5
c) Melakukan koordinasi pemantauan penggunaan identitas di
seluruh Rumah Sakit
d) Melakukan koordinasi terkait pembuatan dan pengawasan PCRA jika
ada pekerjaan renovasi/pembangunan di seluruh Rumah Sakit.
5) Bagian Pengembangan SDM
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan, pengadaan dan pemantauan
fasilitas yang aman untuk keselamatan dan keamanan seluruh karyawan
Rumah Sakit.
b) Melakukan koordinasi pemantauan pemberian dan penggunaan identitas
seluruh karyawan
c) Melakukan koordinasi perekrutan karyawan bagian penunjang umum
sesuai kualifikasi guna menunjang kegiatan keselamatan dan keamanan
Rumah Sakit.
6) Bagian Keuangan
a) Melakukan koordinasi terkait perencaaan dan pembayaran biaya terkait
pengadaan fasilitas yang aman di seluruh Rumah Sakit.
7) Bagian Marketing
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan dan pengadaan fasilitas yang
aman di ruang pelayanan marketing
b) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan sosialiasi kegiatan
keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan kepada pasien,
pengunjung, dokter dan karyawan rumah sakit.
8) Tim/ Komite PPI
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan pekerjaan renovasi, demolisi
dan pembangunan untuk pembuatan PCRA
b) Melakukan koordinasi dalam pengawasan kegiatan renovasi, demolisi
dan pembangunan sesuai dengan PCRA
9) Tim/ Komite K3RS
a) Melakukan koordinasi terkait perencanaan pekerjaan renovasi, demolisi
dan pembangunan
b) Melakukan koordinasi pengawasan kegiatan renovasi, demolisi dan
pembangunan terkait pemantauan Keselamatan dan Kesehatan kerja
c) Melakukan koordinasi pelaporan Kejadian/incident terkait K3
6
b. Tata hubungan eksternal
7
service Lift
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja service Lift
6) Rekanan Pekerjaan ABRT-RL
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
ABRT-RL
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja pekerjaan ABRT-RL
7) Rekanan Service Genset
a) Melakukan koordinasi terkait pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan
service genset
b) Melakukan koordinasi terhadap evaluasi kinerja pekerjaan service
genset
8
BAB III
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KEAMANAN
9
e. Hasil identifikasi risiko keselamatan dan keamanan dicatat dalam risk register yang
dilengkapi dengan upaya pengendalian risiko
2. Penilaian risiko keselamatan dan keamanan
Setelah dilakukan identifikasi risiko keselamatan dan keamanan langkah selanjutnya
adalah melakukan penilaian risiko, meliputi:
a. Mengukur probabilitas (kemungkinan) terjadinya risiko keselamatan dan keamanan
1) Skor 0: N/A (tidak dinilai)
2) Skor 1: Rendah
3) Skor 2: Sedang
4) Skor 3: Tinggi
Tabel probabilitas (kemungkinan)
b. Mengukur tingkat besaran dampak jika terjadi risiko keselamatan dan keamanan
1) Skor 0: N/A (tidak dapat dinilai)
2) Skor 1: Rendah
3) Skor 2: Sedang
4) Skor 3: Tinggi
10
Tabel Dampak
11
e. Menghitung tingkat/ level risiko yaitu perkalian probabilitas dengan dampak
Tabel Matriks analisis risiko
f. Membuat peringkat risiko untuk menentukan risiko ( sangat rendah, rendah, sedang,
tinggi, sangat tinggi)
g. Dari data - data risiko di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan pemetaan
risiko
12
B. Pemetaan area risiko keselamatan dan keamanan
1. Merupakan hasil identifikasi risiko terhadap kemungkinan kecelakaan dan gangguan
keselamatan dan keamanan di RS. Identifikasi risiko dipetakan dalam lingkungan RS
sehingga dapat diketahui tempat/ lokasi yang perlu diwaspadai dan merupakan area
berisiko tinggi terkait dengan ancaman keselamatan dan keamanan yang ada
dilingkungan RS
2. Area yang berisiko tinggi keselamatan dan keamanan berdasarkan hasil identifikasi
ditetapkan dalam surat keputusan Direktur RS
C. Upaya pengendalian risiko keselamatan dan keamanan
RS Hermina melakukan upaya pengendalian dan pencegahan pada kejadian tidak aman
terhadap keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan dilakukan dengan cara
menghilangkan kondisi yang tidak standar, menghilangkan tindakan yang tidak standar,
mengurangi unsur kesalahan dari pekerjaan, mengurangi unsur kesalahan dari
pengendalian dan memastikan prinsip kewasapadaan standar, meliputi:
1. Melakukan asesmen risiko pra konstruksi (PCRA) pada waktu merencanakan
pembangunan konstruksi atau renovasi
a. Asesmen risiko pra konstruksi merupakan upaya pengurangan risiko terhadap
dampak kontruksi, renovasi dan demolisi
b. Assesmen risiko pra konstruksi dilakukan terkait perencanaan proyek kontruksi baru
dengan melibatkan semua unit / instalasi pelayanan klinis yang terkena dampak dari
kontruksi baru tersebut, konsultan perencanaan atau manager desain proyek, Tim/
Komite K3RS, Komite Tim PPI, Bagian Penunjang Umum, Bagian Teknologi
Informasi, Urusan Sarana Prasarana / UPSRS dan unit atau bagian lain yang
diperlukan.
c. Asesmen risiko prakonstruksi menilai risiko - risiko terhadap pasien, keluarga, staf,
pengunjung, vendor, pekerja kontrak dan komunitas luar pelayanan akan bervariasi
tergantung sejauh mana kegiatan kontruksi serta dampaknya terhadap infrastruktur
dan utilitas
d. Assesmen risiko pra-kontruksi dilakukan secara komprehensif dan proaktif
digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian mengembangkan rencana agar
dapat meminimalkan dampak konstruksi renovasi / penghancur (demolish) sehingga
pelayanaa pasien tetap terjaga keamanannya.
e. Assesmen risiko pra-kontruksi (PCRA) mcliputi area - area:
1) Kualitas udara
2) Pengendalian infeksi (ICRA)
3) Utilitas
4) Kebisingan
5) Getaran
13
6) Bahan Berbahaya
7) Layanan darurat, seperti respon terhadap kode
8) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan layanan
2. Melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala dan terdokumentasi
a. Pemeriksaan fasilitas secara berkala dengan cara melakukan ronde ABRT-RL (aman,
bersih rapi tampak baru dan ramah lingkungan) setiap 1 minggu sekali sesuai dengan
jadwal
b. Pemeriksaan fasilitas meliputi: kondisi fisik secara umum, fungsi fasilitas di area yang
dilakukan pemeriksaan, kelengkapan fasilitas, kebersihan, ketersediaan alat pemadam
kebakaran, alat proteksi kebakaran, penandaan/ signage, monitoring CCTV, tata udara,
ketersediaan fasilitas cuci tangan, tata udara/ ventilasi dll
c. Pemeriksaan fasilitas dilakukan pada seluruh area di RS termasuk area yang berisiko
keselamatan dan keamanan fasilitas dan lingkungan meliputi area: luar bangunan,
penunjang gedung, lobby, front office dan costumer sevice, IGD, kasir, Instalasi farmasi
Instalasi laboratorium, Instalasi radiologi, lift dan tangga, poliklinik, Rehabilitasi Medik
dan KTK, kamar perawatan, Kamar Operasi dan kamar bersalin, perawatan intensif,
KBBL, Dapur dan pantry, Mushola dan Toilet Umum, Mobil Operasional, Ambulance
dan motor kurir
d. Pemeriksaan fasilitas dilakukan secara bersama-sama oleh Bagian Penunjang Umum
terdiri dari Urusan PSRS dan Urusan Pelayanan Umum
e. Hasil pemeriksaan fasilitas didokumentasikan dalam ceklist pemeriksaan fasilitas dan
dibuatkan laporan hasil pemeriksaan fasilitas yang dapat dilengkapi dengan
dokumentasi dalam bentuk foto
f. Hasil pemeriksaan dibuat dengan sistim web base yang harus dilaporkan oleh Manajer
Penunjang Umum RS dan di dsetujui oleh Direksi RS serta dipantau oleh Departemen
Penunjang Umum PT MH Tbk.
g. Hasil pemeriksaan harus dilakukan tindaklanjut oleh unit terkait, bukti tindak lanjut
didokumentasikan dalam bentuk foto before temuan dan after setelah diperbaiki
h. Monitoring dan pengawasan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan fasilitas
dilakukan oleh Tim/ Komite K3RS
3. Merencanakan dan melakukan pencegahan dengan menyediakan fasilitas pendukung yang
aman
a. Bagian Penunjang Umum membuat rencana dan melakukan pencegahan kecelakaan dan
cedera, mengurangi bahaya risiko serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien,
keluarga dan pengunjung
b. Urusan PSRS memastikan bangunan, fasilitas, peralatan medis berfungsi dengan baik dan
aman saat digunakan baik untuk pasien, karyawan maupun pengunjung RS lainnya
c. Urusan PSRS melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan terhadap bangunan, fasilitas,
14
peralatan medis secara berkala sesuai jadwal serta melakukan perbaikan terhadap hasil
yang bermasalah yang dapat berisiko terhadap keselamatan dan keamanan
d. Bagian Penunjang umum mengganti fasilitas, peralatan medis yang sudah tidak
memenuhi standar kelayakan/ rekomendasi dari pabrikan yang berisiko terhadap
keselamatan dan keamanan pasien, karyawan serta pengunjung di RS di RS
e. Bagian Penunjang umum membuat perencaanan dan meyediakan fasilitas pendukung yang
aman dilakukan setiap ada risiko baru yang timbul karena adanya penambahan pelayanan,
perubahan lingkungan atau perubahan regulasi dari pemerintah. Perencanaan diajukan oleh
unit, untuk dibahas dan disetujui oleh Direksi RS Hermina.
3. Menciptakan lingkungan yang aman dengan penggunaan kartu identitas
Untuk menciptakan lingkungan yang aman, seperti pencegahan terhadap pencurian tindak
kekerasan dan penculikan di rumah sakit dengan memberikan identitas (badge name
sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, tenant penyewa lahan, keluarga
(penunggu pasien) atau pengunjung (pengunjung diluar jam besuk dan tamu rumah sakit),
dengan cara:
a. Urusan Pelayanan Umum beserta petugas security memastikan seluruh staf dan semua
individu yang bekerja di rumah sakit menggunakan kartu identitas
b. Petugas security melakukan pemberian identitas pada pasien rawat inap, penunggu pasien,
tenant/penyewa lahan, pengunjung diluar area berkunjung (termasuk tamu) yang
memasuki area terbatas (Restricted Area) yang beresiko keamanan dan hasil pemberian
identitas didokumentasikan
c. Petugas security yang bertugas wajib menanyakan kepada semua tamu/ pengunjung
tentang maksud dan tujuan berkunjung ke rumah sakit, apabila kunjungan tersebut
berkaitan dengan penugasan maka petugas yang menerima tamu wajib menanyakan surat
tugas yang bersangkutan.
d. Petugas security memberitahukan kepada tamu pengunjung wajib meninggalkan tanda
pengenal di pos jaga untuk diganti dengan tanda pengenal kartu tamu. Petugas security
mencatat nama dan alamat tamu/pengunjung sesuai dengan identitas yang dimiliki (KTP,
SIM, PASPORT). Setelah selesai berkunjung, tamu/pengunjung kembali ke pos jaga
untuk menyerahkan kartu tamu dan mengambil identitasnya.
e. Petugas security memastikan penggunaan kartu identitas dari staff RS, penunggu pasien,
tamu, pengunjung diluar jam berkujung, staf RS, tamu, staf kontrak dan tenant dengan
melakukan patroli/ pemeriksaan ke seluruh area RS termasuk pada area yang berisiko
keselamatan dan keamanan dan hasil patroli didokumentasikan
f. Berkoordinasi dengan Bagian HRD RS Hermina dalam pemberian kartu identitas kepada
karyawan tetap atau karyawan kontrak pada hari pertama karyawan/staf tersebut masuk.
g. Pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan kartu identitas karyawan/staf RS dan tenant
dilakukan oleh petugas security dan berkoordinasi bagian HRD RS untuk hasil
15
kepatuhannya
4. Melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang milik
pribadi dan tindak kekerasan
a. Melakukan pemasangan Akses Door/ door lock, kamera CCTV pada area berisiko
terhadap keselamatan dan keamanan.
b. Petugas security melakukan patroli secara berkala terhadap area berisiko terjadinya
keselamatan keamanan di rumah sakit
c. Petugas security memastikan seluruh area yang berisiko keselamatan dan keamanan
dalam kondisi aman, tidak ada hal - hal yang mencurigakan yang berpotensi terjadinya
kejadian tidak aman
d. Petugas security mendokumentasikan hasil patroli pada area keselamatan dan keamanan
e. Petugas security memastikan fasilitas pengawasan yang mendukung terhadap keamanan
berfungsi dengan baik
f. Memastikan pelaporan jika terjadi insiden/ tindak kejahatan perorangan, kehilangan,
kerusakan atau pengrusakan barang milik pribadi dan tindak kekerasan kepada Direksi
RS
5. Melakukan monitoring dengan memasang kamera sistem Closed Circuit Television (CCTV)
a. Manager penunjang Umum dan Petugas PSRS memastikan area berisiko keselamatan dan
keamanan terpasang kamera CCTV
b. Adapun pemasangan kamera CCTV dilakukan pada area:
1) Ruang bayi dan kamar operasi, daerah yang berisiko lainnya seperti ruang anak, lanjut
usia dan keluarga pasien rentan yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau memberi
tanda minta bantuan bila terjadi bahaya
2) Daerah terpencil atau terisolasi, area parkir, dan area lainnya yang sering terjadi
kehilangan atau gangguan keamanan di rumah sakit
c. Pemasangan kamera CCTV tidak diperbolehkan di ruang pasien dan tetap harus
memperhatikan hak privasi pasien
d. Penempatan layar monitoring CCTV harus ditempat yang tidak dapat dilihat atau di
akses oleh petugas atau pihak yang tidak berwenang.
e. Monitoring CCTV dilakukan oleh petugas security yang sedang berdinas dengan cara
melakukan pencatatan kegiatan dan fungsi rekaman setiap jam.
f. Pemantauan kamera CCTV yang dipasang di ruang perawatan pasien covid ditempatkan
di Nurse Station bertujuan untuk memantau aktifitas pasien untuk kepentingan medis
dilakukan oleh perawat. Pemantauan oleh petugas keamanan terhadap CCTV tersebut
adalah terkait fungsi kamera dan decoder rekaman
6. Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan peraturan dan perundangan
RS melakukan identifikasi terhadap fasilitas fisik bangunan apakah sudah sesuai
dengan peraturan perundangan dengan melakukan cek list pemeriksaan terhadap
16
bangunan fisik
17
sebagai berikut:
a. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan lama dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang penggangu lainnya.
b. Plafond
1. Langit-langit kuat berwarna terang dan mudah dibersihkan, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan pasien, tidak berjamur.
2. Rangka langit harus kuat
3. Tinggi langit-langit di ruangan minimal 2,80 m, dan tinggi di selasar (koridor)
minimal 2,40 m
4. Tinggi langit-langit di raungan operasi minimal 3,00 m
5. Pada ruang operasi dan ruang perawatan intensif, bahan langit-langit harus
memiliki tingkat ketahanan api (TKA) minimal 2 jam
6. Pada tempat-tempat yagn membutuhakan tingkat kebersihan ruangan tertentu,
maka lampu-lampu penerangan dipasang dibenamkan pada plafon (recessed).
7. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit
c. Dinding
1. Permukaan dinding harus kuat rata, berwarna terang dan menggunakan cat yang
tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.
2. Sudut dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit membentuk comus
(tidak membentuk siku).
3. Pada daerah yang dilalui pasien, dindingnya harus dilengkapi pegangan tangan
(handrail) yang menerus dengan ketinggian berkisar 80-100cm dari permukaan
lantai.
4. Pegangan (handrail) harus mampu menahan beban orang dengan berat minimal
75 kg yang berpeganan dengan satu tangan pada pegangan tangan yang ada.
5. Bahan pegangan tangan harus terbuat dari bahan yang tahan api, mudah
dibersihkan dan memiliki lapisan permukaan yang bersifat non-porosif.
6. Dinding KM/WC dari bahan yang kuat dan kedap air.
7. Permukaan dinding keramik rata, rapi dan sisa permukaan keramik dibagi sama
ke kanan dan ke kiri.
8. Khusus ruang radiologi dinding dilapis Pb minimal 2 mm atau setara dinding
bata ketebalan 30 cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
9. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5m dari
lantai.
10.TPS dibangun dengan dinding dan lantai dari bahan yang kuat, kedap air dan
18
mudah dibersihkan
11.Ruang yang mempunyai tingkat kebisiingan tinggi (misalkan ruang mesin,
genset, mesin blower, kompresor, chiller,dll) maka bahan dinding menggunakan
bahan yang kedap suara atau menggunakan bahan yang dapat mnyerap bunyi.
d. Lantai
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin, mudah
dibersihkan dan berwarna terang
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup
kea rah saluran pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai untuk ruang operasi, NICU,ICU, Perina pertemuan lantai
dengan dinding berbentuk konus atau lengkung agar mudah dibersihkan.
4. Khusus ruang operasi, lantai rata, tidak mempunyai pori atau lubang untuk
berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik dan
tidak mudah terbakar
e. Pintu Jendela
1. Pintu utama dan pintu-pintu yang dilalui brangkar/tempat tidur pasien memiliki
lebar 120 cm, dan pintu-pintu yang tidak menjadi akses tempat tidur pasien
memiliki lebar bukaan minimal 90 cm.
2. Di daerah sekitar pintu masuk tidak boleh ada perbedaan ketinggian lantai.
3. Pintu untuk kamar mandi di ruangan perawatan pasien dan pintu toilet untuk
aksesibel, harus terbuka ke luar dan lebar
4. Pintu-pintu yang menjadi akses tempat tidur pasien harus dilapisi bahan anti
benturan.
5. Ruang perawatan pasien harus memiliki bukaan jendela yang dapat terbuka secara
maksimal untuk kepentingan pertukaran udara.
6. Khusus pintu darurat menggunakan pegangan panik (panic handle), penutup
pintu otomatis (automatic door closer) dan membuka kearah tangga darurat/
arah evakuasi dengan bahan tahan api minimal 2 jam.
7. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
8. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar, memakai jeruji.
9. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daun, mudah dibuka tetapi harus
menutup sendiri (dipasang penutup pintul door close).
10. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi Pb minimal
2 mm atau setara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu merah
tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
f. Kamar Mandi
1. Toilet umum
a. Lantai terbuat dari bahan yagn kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,
19
mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan genangan. Permukaan lantai
harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
b. Pembuangan air limbahd ari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal)
c. Letak kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi dan ruang khusus lainnya
d. Lubang pengahwaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
e. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
f. Toilet pengunjung harus terletak ditempat yagn mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk 1-20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung
pria.
g. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringan untuk memelihara kebersihan
h. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air aygn dapat menjadi
tempat prindukan/nyamuk
i. Toilet atau kamar mandi umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar oleh pengguna.
j. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
(36- 38 cm).
k. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup.
l. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
2. Toilet untuk aksesibilitas
a. Toilet atau kamar mandi umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan
tampilan rambu/simbol "disabel" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna
kursi roda sekitar (45 - 50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan
memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan
pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-
perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus
dipasangsedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki
20
keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda
f. Permukaan lantai harus tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
g. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan pengguna kursi
roda
h. Kunci-kunci toilet atau grendel dapat dibuka dari luar jika terjadi kondisi
darurat
i. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk,
dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan.
g. Koridor
1. Ukuran koridor yang aksesibilitas tempat tidur minimal 2,40 meter.
h. Tangga
1. Harus memilih dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
2. Tinggi masing masing pijakan / tanjakan adalah 15-17 cm
3. Harus memiliki kemiringan tangga kurang 600
4. Lebar tangga minimal 120 cm untuk membawa usungan dalam keadaan darurat
untuk mengevakuasi pasien dalam kasus terjadinya kebakatan atau sitrasi darurat
lainnya
5. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna
tangga
6. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
7. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm dari lantai,
bangian ujung harus bulat atau dibelokan dengan baik kea rah lanate, dinding atau
tiang.
8. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya
(puncak dan bagian bawah) dnegan 30 cm
i. RAM
1. Kemiringan ram tidak boleh melebihi 70, perhitungan kemiringan tidak termasuk
awalan dan akhiran ram
2. Panjang mendatar dari satu ram (Dengan kemiringan 70) tidak boleh lebih dari
900 cm. Panjang ram dengan kemiringan lebih rendah dapat lebih Panjang.
3. Lebar minimum dari ram adalah 2,40 meter dengan tepi pengaman
4. Muka datar (bordes) pada awalan dan akhiran harus bebas dan datar dengan
ukuran minimum 160 cm
5. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ram harus memiliki tekstur sehingga
tidak licin.
6. Lebar tepi pengaman ram (low curb) maksimal 10 cm sehingga dapat
mengamankan roda dari kursi roda atau brangkar/tempat tidur pasie agar tidak
21
terperosok atau keluar ram.
7. Pencahayaan harus cukup
8. Dilengkapi dnegan pegangan rambatan (handrail) yang dijamin kekauatannya
dengan ketinggian yang sesuai.
j. Ventilasi
1. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup,
luas minimum 15 % dari luas lantai
2. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk ruang operasi,
kombinasi antara exhaust fan dan air conditioner (AC) harus dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
i. Meubelair
Penggunaan meubelair diupayakan tidak mempernudah penyebaran infeksi, bahan
mudah dibersihkan, dipelihara dan ditempatkan sesuai kebutuhan
j. Sanitasi
1. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak
cacat serta mudah dibersihkan
2. Urinoir dipasang / ditempel pada dinding, kuat dan berfungsi dengan baik
3. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi dengan disinfektan dan tisu yang sekali buang
4. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 10: 1
5. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi
20:1
k. Proteksi Kebakaran
Penilaian risiko terhadap fasilitas proteksi kebakaran menggunakan Fire Safety Risk
Asesment (FSRA) dan fire Safety Checklist. Adapun ketentuan Proteksi kebakaran
sebagai berikut :
1. Smoke dan Heat Detector
Semua detektor asap mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang sama,
juga semua detektor panas mempunyai persyaratan jarak antara detektor yang
di proteksi dan detektor terdekat ke titik tersebut harus tidak melebihi 7,5
meter untuk detektor asap dan 5,3 meter untuk detektor panas.
2. Sprinkle
a. Sistem sprinkle otomatis harus dipasang diseluruh bangunan
b. Sistem sprinkle otomatis tidak wajib di area berikut:
1) Setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air,
merupakan ancaman yang serius terhadap kehidupan atau bahaya
22
kebakaran.
2) Setiap kamar atau ruang di mana sprinkle dianggap tidak diinginkan
karena sifat dari isi ruangan.
3) Ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan
dengan dinding dan lantai / langit-langit atau rakitan atap langit- langit
yang memiliki nilai ketahanan api tidak kurang dari 2 jam.
4) Di kamar alau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan
isi sepenuhnya bahan tidak mudah terbakar.
5) Untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan
(ruang bedah, ruang ICU, ruang radiologi, dan lain- lain), sprinkle
boleh tidak dipasang asalkan dinding, lantai, langit-langit dan bukaan,
mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2 Jam
c. Sistem ini meliputi kepala sprinkle, kap kontrol alam dan sistem pemipaannya
d. Pengujian dan pemeliharaan sprinkie dilakukan secara berkala
3. APAR
a. Jarak tempuh penempatan alat pemađam api ringan dari setiap tempat
atau titik dalam bangunan rumah sakit harus tidak lebih dari 15 (lima
belas) meter.
b. Setiap ruangan tertutup dalam bangunan rumah sakit dengan luas tidak lebih
dari 250 m2, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat
pemadam api ringan berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan
c. Apar diletakan pada dinding dengan ketinggian antara 15-120 cm dalam
kondisi baik, rapi dan bersih
d. Diruang Genset tersedia APAR CO2
l. Jalur Evakuasi
Terpasang digantung dibawah atap dan dipasang diatas lantai pada akses menuju
pintu arah keluar ke titik kumpul evakuasi, secara berurutan setiap lantai dengan
jarak tidak lebih 15-30 cm dari lantai dan 200 cm dari atas permukaan lantai
m. Alat Medis
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat medis dapat dibagi menjadi kategori utama yaitu
a. Inspeksi dan pemeliharaan preventif
Ketika pada saat kegiatan terdapat masalah pada peralatan, perbaikan
peralatan tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa
mengganggu kegiatan yang dilakukan.
b. Pemeliharaan korektif, terdiri
dari:
1) Perbaikan dan trouble shooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan
23
masalah tentang peralatan tersebut Pemeliharaan korektif ini dapat
dicapai pada berbagai tingkatan:
a) Tingkat komponen, troubleshooting tingkat komponen dan perbaikan
mengisolasi kegagalan sampai ke komponen tunggal yang diganti.
Dalam peralatan elektrik, peralatan mekanik, dan untuk komponen
pasif dari peralatan elektronik (seperti resistor atau kapasitor dalam
suatu rangkaian elektronik, atau sekering) ini sering pendekatan
perbaikan yang paling efektif. Dalam kaitannya dengan peralatan
elektronik, bagaimanapun, komponen tingkat perbaikan dapat
memakan waktu dan sulit. Modul (circuit4 board) elektronik modern
(terutama modul digital) sering tidak dipcrbaiki pada tingkat
komponen. Dalam kasus-kasus papan-tingkat sistem-tingkat bahkan
atau perbaikan perlu dipertimbangkan.
b) Tingkat Modul (board level), untuk peralatan elektronik, adalah
umum untuk mengisolasi kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan
untuk mengganti seluruh modul dari pada komponen elektronik yang
diberikan
c) Tingkat peralatan atau sistem. Dalam beberapa kasus bahkan papan-
tingkat pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit atau memakan
waktu. Dalam kasus seperti itu lebih efektif jika mengganti seluruh
peralatan atau sub sistem tersebut
2) Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Kegiatan ini akan mengukur kinerja peralatan dan memungkinkan untuk
setiap pengaturan yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan
secara penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan
untuk digunakan dalam layanan pasien.
2. Kalibrasi
Dilakukan untuk menjaga kondisi alkes agar tetap sesuai dengan suplier dan
besaran pada spesifikasinya Dengan adanya kalibrasi maka akurasi ketelitian dan
keamanan alat kesehatan dapat dijamin sesuai besaran yang tertera.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan sertifikat kalibrasi serta
tanda Laik Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan
sertifikat pengujian/kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
n. Penilaian kesiapan bangunan dalam kondisi bencana
Penilaian terhadap rumah sakit atau fasilitas pelayanan Kesehatan apakah tetap
dapat beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat dan/
atau bencana emnggunakan instrument penilaian Hospital Safety Index (HSI).
Pemeriksaan fisik bangunan apakah tetap dapat beroperasi dan memberikan
24
pelayanan
Penilaian menggunakan Hospital Safety Index (HSI) dibagi menjadi 4 (empat) bagian
penilaian yaitu :
1. Bahaya yang berdampak pada keamanan Rumah Sakit dan peran Rumah Sakit
dalam pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana
2. Keamanan Struktur Bangunan
3. Keamanan Non-Struktural
4. Pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana Aspek pengelolaan kondisi darurat
5. Perhitungan nilai Hospital Safety Index (HIS)
25
BAB IV
SUMBER
DAYA
Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada di RS Hermina dalam
upaya menciptakan keselamatan dan keamanan adalah dengan melakukan pendikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Pelatihan penggunaan alat umum dan Kesehatan
b. Pelatihan dan pendidikan pemeliharaan alat umum dan Kesehatan
c. Diklat K3 RS
d. Diklat Pelaksanaan Ronde ABRT-RL dengan sistim web base
Pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian diklat RS Hermina dengan metode edukasi,
pelatihan, tes dan simulasi.
Biaya dan anggaran yang diperlukan untuk kegiatan yang menunjang keselamatan dan
keamanan fasilitas dan lingkungan tertuang dalam Rencana Kerja dan Anggaran RS Hermina
yang dibuat setiap tahun.
26
BAB V
DOKUMENTASI
27
Tim K3 dan bagian Penunjang Umum.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut terhadap hasil pelaporan dan monitoring dilakukan oleh bagian Penunjang
Umum.
28
b. Pelaporan
Pelaporan dilakukan setiap bulan dalam bentuk laporan bulanan pelayanan umum yang
dilaporkan oleh kaur pelayanan umum kepada manager penunjang umum.
c. Pemantauan/Monitoring
Pemantauan dilakukan pada saat ronde oleh satpam.
d. Tindak lanjut
Tindaklanjut jika ada door akses/door lock yang tidak berfungsi dilakukan secara langsung
ke petugas teknisi yang sedang bertugas
29
Pemantauan dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh manager penunjang umum.
30
d. Tindak lanjut
Membuat rencana tindaklanjut dari hasil pengecekan fasilitas sesuai peraturan dan
perundangan Keamanan dan Keselamatan yang dibuat oleh manager Penunjang Umum dan
diajukan kepada Direktur Rumah Sakit.
31
BAB VI
PENUTU
P
Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas dan Lingkungan ini dibuat dengan tujuan agar
kondisi bangunan, property, terknologi medis dan informasi, peralatan dan sistim tidak
berpotensi mendatangkan risiko terhadap pasien, keluarga, staf dan pengunjung. Selain itu juga
diharapkan RS selalu dalam keadaan aman yaitu melindungi property milik rumah sakit, pasien,
staf, keluarga, pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan atau pengerusakan oleh orang
yang tidak berwenang.
Demikian Pedoman Keselamatan dan Keamanan Fasilitas dan Lingkungan ini dibuat, semoga
dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan keselamatan dana keamanan
fasiltias dan lingkungan di lingkungan RS Hermina
Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 3 Juni
2022
DIREKTUR
32
LAMPIRAN-2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
HERMINA BEKASI
NOMOR 062 / PER-DIR / RSHBKS / VI / 2022
TENTANG
TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KEAMANAN FASILITAS DAN LINGKUNGAN
DI RUMAH SAKIT HERMINA
1. RISIKO KESELAMATAN
TABEL GRADING AREA BERISIKO
KESELAMATAN RS HERMINA
TAHUN ….
Lokasi Deskripsi Probabilitas Dampak Kelengkapan Fungsi Ancaman
Lokasi terhadap Fasilitas Fasilitas Relatif
Pelayanan Keselamatan Keselamatan
Nilai 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A
1= Rendah 1= Rendah 1= Lengkap 1= Baik
2= Sedang 2= Sedang 2= Sedang 2= Kurang
3=Tinggi 3=Tinggi 3=Tidak Baik
Lengkap 3=Buruk
Lantai 1
Lantai 2
Dst …
33
2. RISIKO KEAMANAN
TABEL GRADING AREA BERISIKO
KEAMANAN RS HERMINA
TAHUN ….
Lantai 2
Dst …
34
3. IDENTIFIKASI AREA BERISIKO DAN PENGELOLAAN RISIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)- (8) (9) (10)
(5)*6
35
4. CEK LIST PEMERIKSAAN FISIK BANGUNAN
36
Item Nilai Keterangan
Area Sub Area No Komponen Penilaian
Penilaian A B C
suhu setiap hari
Dilakukan maintenance,
satu bulan sekali
53
(Dibuktikan pada kartu
maintenance)
Lubang kisi-kisi bersih,
54
tidak berdebu
Tidak mengeluarkan suara
55
diluar kewajaran
56 Tidak bocor
Dilakukan maintenance
satu bulan sekali
57
(Dibuktikan pada kartu
maintenance)
Tempat Tersedia tempat
58
penyimpanan penyimpanan B3
B3 dan Tedapat daftar B3 dan
59
limbah B3 MSDS
37
5. CEK LIST PEMANTAUAN CCTV
38
6. PENCATATAN PENUNGGU PASIEN
39
7. PENCATATAN TAMU/PENGUNJUNG
TGL JAM NAMA PERUSAHAAN NAMA YANG TUJUAN KARTU NAMA DAN
TAMU DIKUNJUNGI KEDATANGAN IDENTITAS TANDATANG
DATANG PULANG KTP SIM LAIN TAMU SATP
40
8. PENCATATAN RONDE SATPAM
41
9. FASILITAS SESUAI PERUNDANGAN
KESESUAIAN
RENCANA
KETENTUAN SESUAI DENGAN DOKUMENTASI
NO ITEM TINDAKLA
PERUNDANGAN PERUNDANGAN FOTO
NJUT
YA TIDAK
1 Atap a. Atap harus kuat, tidak bocor,
tahan lama dan tidak menjadi
tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang penggangu
lainnya.
2 Plafond a. Langit-langit kuat berwarna
terang dan mudah dibersihkan,
tidak mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien,
tidak berjamur.
b. Rangka langit harus kuat
c. Tinggi langit-langit di ruangan
minimal 2,80 m, dan tinggi di
selasar (koridor) minimal 2,40
m
d. Tinggi langit-langit di raungan
operasi minimal 3,00 m
e. Pada ruang operasi dan ruang
perawatan intensif, bahanlangit-
langit harus memiliki tingkat
ketahanan api (TKA)
minimal 2 jam
42
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Pada tempat-tempat yagn
membutuhakan tingkat
kebersihan ruangan tertentu,
maka lampu-lampu penerangan
dipasang dibenamkan pada
plafon (recessed).
g. Khusus ruang operasi, harus
disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja
double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-
langit
3 Dinding Permukaan dinding harus kuat
rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak
a.
luntur serta tidak menggunakan
cat yang mengandung logam
berat.
b. Sudut dinding dengan lantai,
dinding dengan langit-langit
membentuk comus (tidak
membentuk siku).
c. Pada daerah yang dilalui pasien,
dindingnya harus dilengkapi
pegangan tangan (handrail)
yang menerus dengan
ketinggian berkisar 80-100cm
dari permukaan lantai.
d. Pegangan (handrail) harus
mampu menahan beban orang
dengan berat minimal 75 kg
yang berpeganan dengan satu
tangan pada pegangan tangan
yang ada.
43
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
e. Bahan pegangan tangan harus
terbuat dari bahan yang tahan
api, mudah dibersihkan dan
memiliki lapisan permukaan
yang bersifat non-porosif.
f. Dinding KM/WC dari bahan
yang kuat dan kedap air.
g. Permukaan dinding keramik
rata, rapi dan sisa permukaan
keramik dibagi sama ke kanan
dan ke kiri.
h. Khusus ruang radiologi dinding
dilapis Pb minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30
cm serta dilengkapi jendela
kaca anti radiasi
i. Dinding ruang laboratorium
dibuat dari porselin atau
keramik setinggi 1,5m dari
lantai.
j. TPS dibangun dengan dinding
dan lantai dari bahan yang kuat,
kedap air dan mudah
dibersihkan
k Ruang yang mempunyai tingkat
kebisiingan tinggi (misalkan
ruang mesin, genset, mesin
blower, kompresor, chiller,dll)
maka bahan dinding
menggunakan bahan yang
kedap suara atau menggunakan
bahan yang dapat mnyerap
bunyi.
44
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
4 Lantai a. Lantai ruangan dari bahan yang
kuat, kedap air, rata, tidak licin,
mudah dibersihkan dan
berwarna terang
b.
Lantai yang selalu kontak
dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup kea rah
saluran pembuangan air limbah.
45
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
harus terbuka ke luar dan lebar
46
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
anti radiasi.
6 Kamar Mandi
A. Toilet umum Lantai terbuat dari bahan yang
kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang, mudah
dibersihkan dan tidak
a.
menyebabkan genangan.
Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan.
b. Pembuangan air limbah dari
toilet dan kamar mandi
dilengkapi dengan penahan bau
(water seal)
c. Letak kamar mandi tidak
berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi dan ruang
khusus lainnya
d. Lubang pengahwaan harus
berhubungan langsung dengan
udara luar
e. Toilet dan kamar mandi harus
terpisah antara pria dan wanita,
unit rawat inap dan karyawan,
karyawan dan toilet
pengunjung.
47
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Toilet pengunjung harus
terletak ditempat yagn mudah
dijangkau dan ada petunjuk
arah, dan toilet untuk
pengunjung dengan
perbandingan 1 (satu) toilet
untuk 1-20 pengunjung wanita,
1 (satu) toilet untuk 1-30
pengunjung pria.
g. Harus dilengkapi dengan slogan
atau peringan untuk memelihara
kebersihan
h. Tidak terdapat tempat
penampungan atau genangan air
aygn dapat menjadi tempat
prindukan/nyamuk
i. Toilet atau kamar mandi umum
harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan
keluar oleh pengguna.
j. Ketinggian tempat duduk kloset
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna (36- 38 cm).
k. Pintu harus mudah dibuka dan
ditutup.
l. l. Kunci-kunci toilet atau
grendel dapat dibuka dari luar
jika terjadi kondisi darurat
Toilet untuk
Toilet atau kamar mandi umum
aksesibilitas
yang aksesibel harus dilengkapi
a. dengan tampilan rambu/simbol
"disabel" pada bagian luarnya.
48
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
b. Toilet atau kamar kecil umum
harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset
harus sesuai dengan ketinggian
pengguna kursi roda sekitar (45
- 50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum
harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail)
yang memiliki posisi dan
ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke
atas untuk membantu
pergerakan pengguna kursi
roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air
atau pancuran (shower) dan
perlengkapan- perlengkapan
seperti tempat sabun dan
pengering tangan harus
dipasangsedemikian hingga
mudah digunakan oleh orang
yang memiliki keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau
pengguna kursi roda
f. Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan.
49
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
g. Pintu harus mudah dibuka dan
ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda
h. Kunci-kunci toilet atau grendel
dapat dibuka dari luar jika
terjadi kondisi darurat
i. Pada tempat-tempat yang
mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan
untuk menyediakan tombol
bunyi darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan.
7 Koridor Ukuran koridor yang
aksesibilitas tempat tidur
minimal 2,40 meter.
8 Tangga Harus memilih dimensi pijakan
a. dan tanjakan yang berukuran
seragam.
b. Tinggi masing masing pijakan /
tanjakan adalah 15-17 cm
c. Harus memiliki kemiringan
tangga kurang 600
d. Lebar tangga minimal 120 cm
untuk membawa usungan dalam
keadaan darurat untuk
mengevakuasi pasien dalam
kasus terjadinya kebakatan atau
sitrasi darurat lainnya
e. Tidak terdapat tanjakan yang
berlubang yang dapat
membahayakan pengguna
tangga
50
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f. Harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail)
g. Pegangan rambat harus mudah
dipegang dengan ketinggian 65-
80 cm dari lantai, bangian ujung
harus bulat atau dibelokan
dengan baik kea rah lanate,
dinding atau tiang.
h. Pegangan rambat harus
ditambah panjangnya pada
bagian ujung-ujungnya (puncak
dan bagian bawah) dnegan 30
cm
9 RAM Kemiringan ram tidak boleh
melebihi 70, perhitungan
a.
kemiringan tidak termasuk
awalan dan akhiran ram
b. Panjang mendatar dari satu ram
(Dengan kemiringan 70) tidak
boleh lebih dari 900 cm.
Panjang ram dengan kemiringan
lebih rendah dapat lebih
Panjang.
c. Lebar minimum dari ram adalah
2,40 meter dengan tepi
pengaman
d. Muka datar (bordes) pada
awalan dan akhiran harus bebas
dan datar dengan ukuran
minimum 160 cm
e. Permukaan datar awalan atau
akhiran suatu ram harus
memiliki tekstur sehingga tidak
licin.
51
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
f.
Lebar tepi pengaman ram (low
curb) maksimal 10 cm sehingga
dapat mengamankan roda dari
kursi roda atau brangkar/tempat
tidur pasie agar tidak terperosok
atau keluar ram.
52
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
mudah dibersihkan
53
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
1) Setiap ruangan di mana
penerapan air, atau nyala api
dan air, merupakan ancaman
yang serius terhadap
kehidupan atau bahaya
kebakaran.
2) Setiap kamar atau ruang di
mana sprinkle dianggap tidak
diinginkan karena sifat dari
isi ruangan.
Sprinkle 3) Ruang generator dan
transformator yang
dipisahkan dari bangunan
dengan dinding dan lantai /
langit-langit atau rakitan
atap langit- langit yang
memiliki nilai ketahanan
api tidak kurang dari 2 jam.
4) Di kamar alau daerah yang
konstruksinya tidak mudah
terbakar dengan isi
sepenuhnya bahan tidak
mudah terbakar.
5) Untuk ruangan-ruangan
yang tidak memungkinkan
pasien dipindahkan (ruang
bedah, ruang ICU, ruang
radiologi, dan lain- lain),
sprinkle boleh tidak
dipasang asalkan dinding,
lantai, langit-langit dan
bukaan, mempunyai tingkat
ketahanan api minimal 2
Jam
54
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
55
KESESUAIAN RENCANA
KETENTUAN SESUAI DOKUMENTASI
NO ITEM DENGAN TINDAKLA
PERUNDANGAN FOTO
PERUNDANGAN NJUT
14 Jalur Evakuasi Terpasang digantung dibawah
atap dan dipasang diatas lantai
pada akses menuju pintu arah
keluar ke titik kumpul evakuasi,
secara berurutan setiap lantai
dengan jarak tidak lebih 15-30
cm dari lantai dan 200 cm dari
atas permukaan lantai
TTD TTD
( Nama ) ( Nama )
Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal : 3 Juni
2022
DIREKTUR
56