PUSKESMAS PANDIAN
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, Pedoman penyakit tidak menular pada masa pandemi co vid-19 di Puskesmas
Tujuh Ulu Palembang telah dapat diselesaikan. Petugas Puskesmas Tujuh Ulu Palembang
telah menyusun suatu pedoman penyakit tidak menular di Puskesmas yang diharapkan
dapat menjadi acuan bagi setiap petugas dalam menjalankan pekerjaan. Pedoman ini
diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan yang
bekerja di Puskesmas.
Akhir kata, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan di Puskesmas Tujuh Ulu Palembang.
Palembang, 2021
Pemegang Program,
2
DAFTAR ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR...................................................................................................….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………... 4
A. LATAR 4
BELAKANG……………………………………………………………………
9
B. TUJUAN……………………………………………………………………………...…
10
C. SASARAN …………………………………………………………………………...…
10
D. RUANG LINGKUP…………………………………………………………………….
E. BATASAN OPERASIONAL…………………………………………………………..
10
BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………………….. 13
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………………………………………… 14
C. JADWAL KEGIATAN…………………………………………………………………. 15
BAB III STANDAR FASILITAS………………………………………………………………. 16
A. DENAH RUANG………………………………………………………………………. 16
B. STANDAR FASILITAS……………………………………………………………….. 16
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN…………………………………………………….. 21
B. METODE…………………………………………………………………………......… 29
C. LANGKAH KEGIATAN……………………………………………………………….. 31
BAB V LOGISTIK…………….…………………………………………………………………. 36
BAB IX PENUTUP.…………………………………………………………………………..... 52
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya bersifat kronis dan beberapa telah
mengalami kerusakan organ sehingga dapat menurunkan sistem kekebalan tu buh
penderitanya secara bertahap dan sangat rentan terhadap infeksi termasu k yang
disebabkan oleh infeksi virus COVID-19. menindaklanjuti upaya pence gahan
meluasnya penularan Corona Virus Disease 2019, maka dipandang per lu melakukan
penguatan penanganan pencegahan penularan COVID-19 pada orang dengan faktor
risiko dan penyandang PTM yang merupakan kelompok r entan dan comorbid
COVID-19.
Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya bersifat kronis dan beberapa telah
mengalami kerusakan organ sehingga dapat menurunkan sistem kekebalan tu buh
penderitanya secara bertahap dan sangat rentan terhadap infeksi termasu k yang
disebabkan oleh infeksi virus COVID-19. menindak Coronavirus Diseas e 2019
(COVID-19) adalah penyakit saluran napas yang disebabkan oleh viru s corona jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusi a.
Tanda dan gejala COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut s eperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari denga n masa
inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan
pneumonia, sindrom pernapasan akut, ggal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda
dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan
beberapa kasus mengalami kesuitan bernafas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas kedua paru.
4
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusi a
melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling beris iko
tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID- 19
termasuk yang merawat pasien COVID-19. Rekomendasi standar untuk me ncegah
penyebaran infeksi adalah melaui cuci tangan secara teratur, menerap kan etika batuk
dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan terna k dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang men unjukkan gejala penyakit
pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, men erapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas k esehatan terutama unit gawat
darurat.
Pada tahun 2016, sekitar 71 persen penyebab kematian di dunia adalah penyakit
tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun. Sekitar 80 persen
kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan menegah dan rendah. 73%
kematian saat ini disebabkan oleh penyakit tidak meniular, 35% diantaranya karena
penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit
pernafasan kronis, 6% karena diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data
WHO,2018).
5
Keprihatinan terhadap peningkatan prevalensi PTM telah mendorong lahirnya
kesepakatan tentang strategi global dalam pencegahan dan pengendalian PTM,
khususnya di negara berkembang. PTM telah menjadi isu strategis dalam agenda
SDGs 2030 sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara.
Indonesia saat ini mengahadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara
lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat transisi demografi, teknologi,
ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan
meningkatnya faktor risiko yang meliputi pola makan tidak sehat, kurang aktifitas
fisik, dan merokok serta alkohol.
Program kemenkes lainnya yang disinergikan dengan program PTM utama adalah
pengendalian gangguan indera serta yang berfokus pada gangguan penglihatan dan
pendengaranserta gangguan disabilitas. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi
ketulian sebesar 0,09%. hasil survei prevalensi kebutaan atas usia 50 tahun indonesia
berkisar antara 1,7% sampai dengan 4,4%. Dari seluruh orang yang menderita
kebutaan, 77,7% kebutaan disebabkan oleh katarak. Penyebab lain dari kebuataan di
indonesia adalah kelainan di segmen posterior bola mata (6%), glucoma (2,9%), dan
kelainan refraksi yang tidak terkoreksi (2,3%). Pada prevalensi gangguan pendengaran
ditemukan 2,6% dan ketulian sebesar 0,09%. sedangkan pada riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 disebutkan prevalensi disabilitas pada penduduk umur 18-59
tahun sebesar 22%.
6
Untuk data PTM lainnya menunjukkan hasil yaitu Prevalensi asma pada penduduk
semua umur menurun dari 4,5% menjadi 2,4%, Prevalensi kanker meningkat dari
1,4% per mil menjadi 1,8 per mil, Prevalensi stroke pada penduduk umur ≥ 15 tahun
meningkat dari 7 per mil menjadi 10,9 per mil, Prevalensi penyakit ginjal kronis ≥ 15
tahun meninhkat daei 2,0 per mil menjadi 3,8 per mil, Prevalensi diabetes melitus
pada penduduk umur ≥ 10 tahun meningkat dari 26,1 % menjadi 33,5%, Prevalensi
konsumsi buah/sayur kurang pada penduduk umur ≥ 5 tahun meningkat dari 93,5%
menjadi 95,5%.
7
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Tujuh Ulu
adalah “Terwujudnya Puskesmas Tujuh Ulu sebagai pusat pelayanan kesehatan
masyarakat yang BARI dan PRIMA di Kecamatan Seberang Ulu satu Kota
Palembang”.
Berdasarkan visi Puskesmas Tujuh Ulu, maka disusunlah misi Puskemas Tujuh
Ulu sebagai berikut : 1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak, 2. Meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat,
3. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan yang bermutu prima, 4.
Meningkatkan standar pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Puskesmas Tujuh Ulu menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, salah satunya adalah
pelayanan Penyakit Tidak Menular.
8
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
C. Sasaran
9
1. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif (Target 100%) = 22611 Oran g
2. Pelayanan Kesehatan Pada Hipertensi (Target 100%) = 8866 Orang
3. Pelayanan Kesehatan Pada Diabetes Melirus (Target 100%) = 351 Oran g
4. Pelayanan Pemeriksaan IVA (Target 100%) = 5444 WUS
5. Pelayanan Kesehatan Indera (Target 100%) = 30382 Orang
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa (ODGJ) ( Taget 100%) = 60 Orang
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan PTM baik di dalam
gedung maupun di luar gedung di wilayah kerja Puskesmas Tujuh Ulu meliputi,
pengendalian melalui promosi dan deteksi dini serta pemantauan dan tindak lanjut dini
faktor risiko PTM, pelayanan kesehatan sesuai standar pada pasien hipertensi dan
diabetes melitus.
E. Batasan Operasional
d. Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas
10
kesehatan dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
e. Pelaporan adalah kegiatan rutin pengumpulan data, yakni pengumpulan data
penyakit tidak menular kasus baru, pengumpulan data surveilans faktor risiko
penyakit, pengumpulan data pelaksanaan posbindu PTM
f. Tindak lanjut adalah suatu aksi atau lanjutan langkah dari kegiata
F. LANDASAN HUKUM
6. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. HK. 02.01/MENKES/202/2020 Tentang Pro tokol
Isolasi Diri Sendiri Dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019
11
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakt Hidup Sehat
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Mnajemen Puskesmas
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaran Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal di Bidang Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
BAB II
12
STANDAR KETENAGAAN
Adapun sumber daya manusia sebagai tenaga kompeten dalam upaya kesehatan
dalam kegiatan Penyakit Tidak Menular meliputi :
B. Distribusi Ketenagaan
13
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tujuh Ulu :
14
Sesuai Puskesmas
kekurangan
Kesehatan Standar Tujuh Ulu
Tenaga
5 Kesehatan 2 Orang 3 Orang Kelebihan
masyarakat
Tenaga
6 Kesehatan 1 Orang 2 Orang kelebihan
Lingkungan
Ahli teknologi
7 3 Orang 3 Orang Cukup
laboratorium
C. Jadwal Kegiatan
1. Kegiatan pelayanan Penyakit Tidak Menular dilaksanakan setiap harinya pada unit
poli umum dan untuk IVA dilaksakan pada hari rabu di unit poli KIA.
15
Hari Pukul
Senin s/d kamis 07.30 - 14.00
Jum’at 07.30 - 11.30
Sabtu 07.30 - 12.30
No Kegiatan Bulan
ja feb ma apr mei jun jul agus sep okt nov de
P2PTM
n r t t s
1 Pembinaan v 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x 1x
POSBINDU (HT,
DM, KTR,
KESWA)
BAB III
SATANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
16
Pemeriksaan dan konsultasi bagi penderita penyakit tidak menular dilakukan di Poli
Balai Pengobatan (BP) dan pemeriksaan IVA di lakukan di Poli KIA.
B. Standar Fasilitas
1. Poli KIA di Puskesmas Tujuh Ulu sudah memenuhi standar Luas, Atap,
Langit-langit, dinding, lantai, pintu dan jendela sudah memenuhi syarat.
2. Sanitasi, Ventalasi, Pencahayaan dan listrik cukup
17
3. Peralatan/Perlengkapan yang tersedia di ruang konsultasi antara lain :
a. Meja
b. Kursi
c. Media KIE (Poster)
d. Alat pemeriksaan PTM (HT, DM, KTR, IVA, INDERA, KESWA)
e. Buku register pasien dan Alat tulis kantor
Jumlah minimal
Kondisi di Kelebihan /
NO Jenis Peralatan di Puskesmas
Puskesmas Kekurangan
Non Rawat Inap
18
II. Bahan Habis Pakai
Sesuai Sesuai
3 Kain Steril kebutuhan kebutuhan
Cukup
Cukup
Sesuai Sesuai
4 Kapas kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
5 Kasa Non Steril Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
6 Kasa Steril Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
7 Lidi kapas Steril Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
8 Lubrikan gel Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
9 Masker Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
10 Cairan Asam Asetat Cukup
kebutuhan kebutuhan
Sesuai Sesuai
11 Sabun Tangan atau Antiseptik kebutuhan kebutuhan
Cukup
Sesuai Sesuai
12 Sarung tangan kebutuhan kebutuhan
Cukup
19
1 Bantal
1 Buah 1 Buah Cukup
3 Celemek Plastik
1 Buah 1 Buah Cukup
4 Kasur
1 Buah 1 Buah Cukup
5 Lemari Alat
1 Buah 1 Buah Cukup
6 Lemari Obat
1 Buah 1 Buah Cukup
pembuka penutup
14 Tirai 1 Buah 1 Buah Cukup
Sesuai Sesuai
1. Formulir FR-PTM Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
20
Sesuai Sesuai
2. Formulir Informed Consent Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
3. Formulir Pemeriksaan IVA Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
4. Formulir SRQ Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
5. Formulir Laporan Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
6. Formulir Rujukan Cukup
Kebutuhan Kebutuhan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup kegiatan
21
1. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) :
Kegiatan berupa konsultasi pasien, pemberian obat sesuai kebutuhan pasien
yang tersedia di Puskesmas atau dirujuk.
c. Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran usia produktif ( berusia 15-59 tahun ) di wilayah
kabupaten/kota dalam satu tahun menggunakan data proyeksi BPS atau data
riil yang diyakini benar, dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil
survei/riset yang terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2. Pelayanan edukasi pada usia proktif adalah Edukasi yang dilaksanakan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM
3. Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining yang
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular meliputi :
22
d) Anamnesa perilaku berisiko
2. Wanita usia 30-50 tahun yang sudah menikah atau mempunyai riwayat
berhubungan seksual berisiko dilakukan pemeriksaan SADANIS dan cek IVA
b. Pengertian
c. Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran penderita hipertensi ditetapkan oleh Kepala daerah dengan
menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri
Kesehatan
2. Pelayanan kesehatan hipertensi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang meliputi :
23
a) Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di
fasilitas pelayanan kesehatan
b. Pengertian
3. Terapi farmakologi
24
c. Mekanisme Pelayanan
b. Pengertian
25
Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan
Skizofrenia meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan jiwa
2. Edukasi
c. Mekanisme Pelayanan
1. Penetapan sasaran pada ODGJ berat ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
2. Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi:
a) Pemeriksaan status mental
b) Wawancara
c) Edukasi kepatuhan minum obat.
d) Melakukan rujukan jika diperlukan
b. Mekanisme pelayanan
1. Petugas memastikan identitas pasien dan kelengkapan informed consent
2. Petugas melakukan anamnesa kepada pasien
26
3. Petugas menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien
4. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign
5. Petugas meminta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga
lutut untuk menggunakan kain yang sudah disiapkan
6. Petugas mengatur posisi paien dan menyalakan lampu sorot
7. Petugas mencuci tanagn dan memakai handscoon
8. Petugas melakukan vulva hygiene
9. Petugas melakukan pemeriksaan dengan menggunakan spekulum dan
melihat serviks
10. Petugas membersihkan serviks dan mengoleskan asam asetat
11. Petugas melihat apakah ada perubahan warna pada leher rahim
Jika tidak, jelaskan kepada pasien kapan harus kembali untuk mengulangi
pemeriksaan ulang
Jika ya, tentukan metode tata laksana yang akan dilakukan untuk
pemeriksaan lanjut
12. Petugas melakukan dekontaminasi alat
13. Petugas memnita pasien untuk memasang kembali pakaiannya
14. Petugas mencuci tangan
1. Penetapan KTR
27
c. Mekanisme pelayanan :
28
3. Petugas membantu menentukan pilihan sesuai kebutuhan klien
Pelayanan momen khusus dilakukan dalam bentuk kegiatan skrining program indera
B. Metode
1. Perencanaan
29
a. Menentukan prioritas masalah
b. Menentukan tujuan
c. Menentukan kegiatan
2. Pelaksanaan
3. Monitoring
4. Evaluasi
30
dicapai. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja program
pelayanan program penyakit tidak menular ( PTM ) di Puskesmas Tujuh Ulu.
5. Pelaporan
C. Langkah Kegiatan
1. Pengkajian Awal
31
Subyektif
Obyektif
Data obyektif pasien didapatkan dari pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
terhadap pasien, baik pemeriksaan fisik maupun penunjang. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan anatara alain : keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital,
status generalis, status lokalis, dan pemeriksaan fisik lain yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosa.
Assesment
Temuan pada kajian awal dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan
menetapkan pelayanan / tindakan sesuai kebutuhan serta rencana tindak lanjut
dan evaluasinya.
Temuan dan kajian awal juga dapat digunakan untuk membuat keputusan
perlunya review / kajian ulang pada situasi yang meragukan.
32
Planning (Perencanaan Layanan)
Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk
diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar pelayanan
medis dan standar asuhan keperawatan.
Pasien punya hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang akan
diperoleh. Pasien/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun
rencana layanan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun rencana layanan
tersebut harus memperhatikan nilai-nilai budaya yag dimiliki oleh pasien.
Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan layanan terpadu yang melibatkan tim
kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi : tujuan layanan yang akan diberikan,
pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau keluarga pasien, jadwal kegiatan,
sumber daya yang akan digunakan, dan kejelasan tanggung jawab tiap anggota tim
kesehatan dalam melaksanakan layanan. Pelaksanaan layanan terpadu antar profesi
dilaksanakan dengan rujukan internal Puskesmas.
33
Salah satu cara melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
yang diterimanya adalah dengan cara memberikan informed consent/informed
choice. Untuk menyetujui/memilih tindakan, pasien harus diberi
penjelasan/konseking tentang hal yang berhubungan dengan pelayanan yang
direncanakan, karena dieperlyakan untuk suatu keputusan persetujuan.
Informed consent dilakukuan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang
berisiko. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur, dan
pengobatan mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat
memberikan persetujuan secara tertulis pada lembar inform consent.
Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas
kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan
kesehatan dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien,
oleh karena itu penyuluhan dan pendidikan pasien/keluarga perlu dipadukan dalam
pelayanan klinis.
34
4. Perencanaan Rujukan
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh Puskesmas, maka pasien harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan oleh pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh
informasi tentang rencana rujukan. Informasi tentang rencana rujukan harus
disampailkan dengan cara yang mudah dipahami oleh pasien/keluarga pasien.
Jika puskemas menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi atau fasilitas kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut
terhadap pasien melalui proses kajian, dan sesuai prosedur yang berlaku, dengan
memperhatikan rekomendasi tindak lanjut dari sarana kesehatan yang memberikan
umpan balik rujukan.
35
Sebagai pelaksana pelayanan kesehatan memberikan pelayanan
pemberian obat kepada pasien
BAB V
LOGISTIK
36
adalah dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang
menggangur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi, berapa banyak bahan yang
kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
A. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu
tahun. Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan
obat, yaitu :
37
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
pelayanan, pola penyakit, target kinerja kerja
B. Penganggaran
C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan
D. Penyimpanan
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan
barang terhadap surat pesan (SP) dan surat perintah kerja (SPK)
38
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan
3. Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu surat pesan (SP)
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita cara penerimaan (BAP)
barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yaitu biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi
diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini
harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secara
otomatis) yang memadai, yang dietetapkan oleh yang berwenang (pimpinan).
39
dengan meprhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau
normal (VEN System). Digabungkan dengan apakah barang tersebut fast atau slow
moving. Selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaan,
sehingga diketahui rata-rata penggunaan per bulan juga fluktuasi permintaannya. Dari
perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah.
Dalam penyimpanan dikenal ada system FIFO (first in first out). Khusus di
Puskesmas seharusnya FIFO juga dibaca sebagai first expired first out (FEFO). Mana
yang mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dahulu,
tidak tergantung kapan diterimanya digudang.
40
BAB VI
A. Tujuan
41
B. Penyelenggaraan Keselamatan Pasien
a. Pelayanan secara menyeluruh dan terkoordinasi mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, pemindahan
pasien, rujukan, dan saat pasien keluar dari fasilitas pelayanan kesehatan
b. Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan ketersediaan
sumber daya fasilitas pelayanan kesehatan
42
4. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor
rekam medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat
43
pendaftaran, pemberian obat, pengambilan spesimen atau pemberian tindakan
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien. Pengukuran indikator
dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani oleh bagian farmasi
dikurangi kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh pasien yang
mendapat pelayanan obat.
44
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Tujuh Ulu wajib
menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. 7 langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS)
harus dilaksanakan pada keadaan, yaitu :
Sangat penting bagi staf fasilitas pelayanan kesehatan untuk dapat menilai kemajuan
yang telah dicapai dalam memberikan asuhan yang lebih aman. Dengan tujuh langkah
menuju keselamatan pasien, melalui perencanaan kegiatan dan pengukuran kinerjanya.
Melaksanakan tujuh langkah ini akan
45
membantu memastikan bahwa asuhan yang diberikan seaman mungkin, dan jika
terjadi sesuatu hal yang tidak benar bisa segera diambil tindakan yang tepat.
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan budaya adil dan
terbuka
b. Memimpin dan mendukung staf. Tegakkan fokus yang kuat dan jelas tentang
keselamatan pasien diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan anda
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf untuk
menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang bagaimana terjadi
insiden
46
BAB VII
KESELAMATAN
KERJA
Dalam mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap pemegang
program harus mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati, mengenali bahan potensial
berbahaya dan penanggungannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut
merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas Tujuh Ulu adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia di
Puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Puskesmas
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Puskesmas.
47
Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemberian imunisasi
Pengelolaan sarana dan prasarana puskesmas dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja
Pengelolaan peralatan medis puskesmas dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja
Pengelolaan bahan berbahaya, beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun
48
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana, ketersediaan
dana, dan standar prosedur operasional
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manjemen, buadaya, respon, dan tingkat
pendidikan masyarakat.
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu standar
b. Pelaksanaan, yaitu :
49
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksana rencana kerja (membandingkan antara
capaian dengan rencana kerja)
2 Pelayanan Kesehatan Penderita 100% Jumlah penduduk usia produktif + Jumlah pen
Hipertensi Sesuai Standar duduk usia lansia x 31,2%
3 Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 100% Jumlah penduduk usia produktif + Jumlah pen
Melitus (DM) Sesuai Standar duduk usia lansia x 8,5
50
Indikator Kinerja Program PTM adalah sebagai berikut :
51
BAB IX
PENUTUP
52