Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
Pedoman Pelayanan IGD di RS Hermina Kemayoran dapat diselesaikan sesuai dengan
kebutuhan.
Pedoman Pelayanan IGD ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan pelayanan di IGD
RS Hermina Kemayoran
Pedoman ini akan dievaluasi kembali untuk dilakukan perbaikan / penyempurnaan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan atau bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan
kondisi di rumah sakit.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak, yang dengan segala upaya telah menyusun Pedoman Pelayanan IGD untuk dijadikan
acuan dalam melaksanakan pelayanan di IGD RS Hermina Kemayoran
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………....... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN IGD DI
RUMAH SAKIT HERMINA KEMAYORAN …………………………….…………. iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG……………………………………………. 1
B. TUJUAN………………………………………………………….. 1
C. RUANG LINGKUP……………………………………………… 2
D. BATASAN OPERASIONAL……………………………………. 2
E. LANDASAN HUKUM…………………………………………... 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN…………………………………………….. 4
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA………………….. 4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………………….. 5
C. PENGATURAN JAGA…………………………………………... 6
BAB III STANDAR FASILITAS…………………………………………………. 7
A. DENAH RUANGAN……………………………………………. 7
B. STANDAR FASILITAS…………………………………………. 8
C. STANDAR OBAT IGD………………………………………….. 13
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN…………………………..................... 16
A. ALUR PELAYANAN IGD………………………………………. 16
B. PELAYANAN PASIEN DI IGD………………………………… 16
C. TRIASE………………………………………………………….. 17
D. PELAYANAN A,BULANS……………………………………… 25
E. PELAYANAN RUJUKAN………………………………………. 26
F. DISASTER PLAN…………………………………………………. 29
G. PENUNDAAN DAN KELAMBATAN PELAYANAN………… 30
BAB V LOGISTIK……... ……………………………………………………....... 31
BAB VI KESELAMATAN PASIEN……………………………………………… 33
BAB VII KESELAMATAN KERJA……………………………………………….. 35
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………………………………. 37
BAB IX PENUTUP………………………………………………………………... 39
PT. MEDIKALOKA INTERNUSA
RUMAH SAKIT HERMINA KEMAYORAN
Jl. Selangit Blok B -10 Kav. 4, Kelurahan Gunung Sahari Selatan
Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat 10610
Telp. (021) 22602525 (Hunting) Fax. (021) 22602888
Website : www.herminahospitals.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR 076/KEP-DIR/RSHKMY/VII/2020
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
dan Bencana
11. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit, Edisi-1.1 (SNARS-1.1), KARS,
Kemenkes RI, tahun 2019
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) DI RUMAH SAKIT HERMINA
KEMAYORAN
KESATU : Pedoman Pelayanan IGD sebagaimana dimaksud pada menetapkan, sebagai
acuan dalam melaksanakan pelayanan di IGD RS Hermina Kemayoran,
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEDUA : Dengan dikeluarkannya keputusan ini, maka Keputusan Direktur No.
108/KEP-DIR/RSHKMY/V/2018 tentang Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) di Rumah Sakit Hermina dinyatakan tidak berlaku lagi
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 02 Juli 2020
DIREKTUR,
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dan setiap orang berhak
atas kesehatan dan mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman
dan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
Kejadian kegawatdaruratan saat ini semakin meningkat, baik karena kondisi tubuh seperti
penyakit infeksi, penyakit jantung, persalinan, atau karena kecelakaan maupun bencana
alam dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai instalasi pelayanan di RS yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien gawat darurat secara terpadu dengan
melibatkan disiplin ilmu, agar pasien terhindar dari ancaman kematian dan kecacatan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu disusun Pedoman Pelayanan Instalasi
Gawat Darurat di RS Hermina, untuk digunakan sebagai panduan / acuan dalam
menyelenggarakan Pelayanan Instalasi Gawat Darurat.
1
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terselenggaranya pelayanan Gawat Darurat yang optimal, terarah dan terpadu dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan berfokus pada keselamatan
pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Mencegah pasien terhindar dari kematian dan kecacatan.
b. Melakukan penanggulangan korban musibah massal dan bencana yang terjadi di
dalam maupun di luar rumah sakit.
c. Melakukan penanganan kasus "true emergency" maupun "false emergency"
d. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien / melakukan rujukan baik secara
horizontal (setingkat) maupun vertikal (ke tingkat yang lebih tinggi).
e. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan penderita
gawat darurat melalui pendidikan dan pelatihan serta menyelenggarakan berbagai
kursus yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan Bantuan Hidup
Dasar (Basic Life Support) maupun Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life
Support)
E. Landasan Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam pedoman pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS
Hermina Kemayoran, adalah :
1. Undang – Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang – Undang RI No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
4. Undang – Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.47 Tahun 2018 tentang Pelayanan
Kegawatdaruratan
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.145/Menkes/SK/IX/2017
tentang Pedoman Tekhnis Penyelenggaraan Gawat Darurat dan Bencana
10. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit ( SNARS ) Edisi 1.1, KARS, tahun 2019
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia di Instalasi Gawat Darurat RS Hermina Kemayoran
B. Distribusi Ketenagaan
1. Kepala Instalasi bertugas 1 shift dari jam 08.00 – 16.30
2. Kepala Perawat bertugas 1 shift dari jam 07 – 15.30
3. Dokter jaga IGD bertugas 24 jam yang dibagi dalam 3 shift, yaitu :.
a. Shift pagi : Pkl 08.00 – 16.00
b. Shift sore : Pkl 16.00 – 20.00
c. Shift malam : Pkl 20.00 – 08.00
4. Perawat bertugas 24 jam dibagi dalam 3 shift
: a. Shift pagi : 07.00 – 14.00
b. Shift sore : 14.00 – 21.00
c. Shift malam : 21.00 – 07.00
5. Petugas supir Ambulance masing-masing shift terdiri dari 1 orang secara
bergiliran. Bertugas 14 jam dibagi 2 shift
1) Shift pagi : 07.00 – 14.00
2) Shift sore : 14.00 – 21.00
3) Shift malam : on call
C. Pengaturan Jaga
1. Jadwal jaga dokter spesialis disusun oleh Manajer Pelayanan Medis (terkait dengan
jadwal oncall di instalasi lain). Jadwal disusun setiap bulan dan ditandatangani oleh
Wakil Direktur Medis / Direktur.
2. Jadwal jaga dokter umum disusun oleh Kepala Instalasi IGD. Jadwal disusun setiap
bulan dan ditandatangani oleh Wakil Direktur Medis
3. Jadwal jaga perawat IGD dan Blue Team disusun oleh Kepala Perawat IGD, jadwal
disusun setiap bulan dan ditandatangani oleh Kepala Perawat IGD dan diketahui
Kepala Instalasi IGD dan Manajer Keperawatan.
4. Jadwal jaga Petugas Supir Ambulans disusun oleh Kepala Urusan Pelayanan Umum,
jadwal disusun setiap bulan dan ditandatangani oleh Manajer Penunjang Umum
5. Jadwal jaga dokter spesialis, dokter umum, perawat dan petugas supir ambulans,
disimpan di IGD dan ditulis pada papan informasi IGD setiap harinya.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Hermina terletak di lantai 1 gedung RS Hermina dan
lokasinya mudah di jangkau. Memiliki pintu masuk dari luar gedung dan dari dalam
gedung. Lokasi berdekatan dengan ruang pendaftaran, Instalasi Laboratorium, Instalasi
Radiologi dan Instalasi Farmasi.
Timbangan Bayi/Infant /
1 Weighting Scale/Baby /
Weighting Scale CHARDER - U-TIMDE4900 1
1 NS
2 Timbangan Dewasa CHARDER - U-TIMBY5900 1
3 Oksigen dorong lengkap SHARP - U- Oxygent 1
Ruang 1 Kursi roda - - U-KURSI 1
2
Triase 2 Brankard TRISAHABAT - U-BRANCAR 1
1 Defibrilator Mindray D3 U-DCSHOCD3 1
2 Flow meter + humidifire - - U-FLOWMETER 1
Emergency Trolley +
3 Halogen Exam Lamp - - U-EC500P 1
4 Film Viewer / xray viewer SATYA - U-XRAY1 1
Lampu
Periksa/Examination
5
Lamp/Hanging Lamp /
lampu sorot - - U-LAMHAL10 1
6 Laryngoscope set anak - - U-LARYCHIL 1
7 Laryngoscope set dewasa - - U-LARYADULT 1
8 Nebulizer - - U-NEBUDEV 1
9 Pasien Monitor MINDRAY MEC1000 U-PATIENT1000 1
Stethoscope/Stetoskop
10
Dewasa - - U-STETOSDEL 1
11 Stethoscope/Stetoskop Bayi - - U-STETOSBA 1
Stethoscope/Stetoskop
12 - - U-STETOSAN 1
Anak
Suction Pump
13 Portable/Aspirator/Vacuum - - U-SUCTPOR 1
14 Infusion Pump MINDRAY - - 1
Ruang 15
3 Syringe Pump MINDRAY - - 1
Resusitasi
Bed Patient
16 Manual/Tempat Tidur
Pasien Manual - - - 1
17 mandrin - - - 1
18 magil forcep dewasa JAPAN - I-MAGYLD 1
19 magil forcep Anak JAPAN - I-MAGYLA 1
20 magil forcep Bayi GERMANY I-MAGYLB 1
21 Bag Valve Mask Anak GEA CHILD U-AMBUAN 1
22 Bag Valve Mask bayi GEA INFANT U-AMBUBA 1
23 Bag Valve Mask Dewasa GEA ADULT U-AMBUDE 1
24 ECG MINDRAY R3 U-EKGR3 1
1
25 Trolley ECG - - U-TROLEKG
Nama
No Barang Merk Type Rekanan Jml
Ruangan
PT Delta
Scerem dan Rel Itali Black Out 10
Interior
Custom by Ega CV Ega
Signage Gantung 60cm x 8 cm 1
7 Area Resusitasi Megatec / Innograph Megatec
PT Mekar Abadi PT Mekar
Wallduct Prisma
Wallduct Pratama / Frammed Abadi 1
(6 stop kontak)
Recindomas Pratama
PT Delta
Scerem dan Rel Itali Black Out 10
Interior
Custom by Ega CV Ega
Signage Gantung 60cm x 8 cm 1
8 Area Bedah Megatec / Innograph Megatec
PT Mekar Abadi PT Mekar
Wallduct Prisma
Wallduct Pratama / Frammed Abadi 1
(6 stop kontak)
Recindomas Pratama
PT Delta
Scerem dan Rel Itali Black Out 10
Interior
Custom by Ega CV Ega
Signage Gantung 60cm x 8 cm 1
9 Area Triase Megatec / Innograph Megatec
PT Mekar Abadi PT Mekar
Wallduct Prisma
Wallduct Pratama / Frammed Abadi 1
(6 stop kontak)
Recindomas Pratama
Tissue
Custom by Ega CV Ega
11 Area Obat Signage Pintu 20cm x 3cm 1
Megatec / Innograph Megatec
Lemari Bawah Beton Dharma Putra Mandiri / 1.85 x 0.45 0.80 CV Dharma
12 Area Cuci 1
Spoelhook Maha Karya Indah m Putra Mandiri
Innograph / Ega
Signage Pintu 11.5 cm x 28cm PT Innograph 1
Megatec
Modera / High Point /
Meja 1/2 Biro 1/2 Biro Lido Furniture 1
Alba
Kursi u/ Meja Husindo / Atria / Alexis 800H PD Husindo 1
Ruang Dokter
13 Custom by CV Dharma Nakas Ruang CV Dharma
Jaga Nakas 1
Putera Mandiri Dokter IGD Putra Mandiri
Custom by CV Dharma CV Dharma
Ranjang Ranjang IGD 1
Putera Mandiri Putra Mandiri
Custom by CV Dharma CV Dharma
Busa Ranjang Busa 1
Putera Mandiri Putra Mandiri
Custom by Ega CV Ega
Signage Pintu 20cm x 3cm 1
14 Toilet R. Dokter Megatec / Innograph Megatec
Tissue
Custom by Ega CV Ega
Signage Pintu 20cm x 3cm 1
Megatec / Innograph Megatec
Tissue
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Baju Infus Besar Bercolin Size L CV Amin 5
Indah Busana
Indah Busana
Tempat CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
16 Penyimpanan Baju Infus Sedang Bercolin Size M CV Amin 10
Indah Busana
Linen Indah Busana
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Baju Infus Kecil Bercolin Size S CV Amin 10
Indah Busana
Indah Busana
Nama
No Barang Merk Type Rekanan Jml
Ruangan
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Bungkus Alat Besar Japan Drill CV Amin 15
Indah Busana
Indah Busana
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Bungkus Alat Sedang Japan Drill CV Amin 15
Indah Busana
Indah Busana
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Bungkus Alat Kecil Japan Drill CV Amin 15
Indah Busana
Indah Busana
CV Mandiri /
CV Mandiri / CV Amin
Duk Bolong IGD Japan Drill CV Amin 10
Indah Busana
Indah Busana
CV Mandiri / CV Amin CV Amin
Handuk 60 x 100
Handuk Indah Busana / Indah Busana 6
cm
PT Haciko / PT Haciko
Oscar & Sprei CV Amin
Perlak IGD CV Amin Indah Busana 7
245 x 70 cm Indah Busana
Protektor "INER"
Protektor Bantal CV Mandiri CV Mandiri 7
50 x 150 cm
Sprei CVC 280 PT Karya
Sarung Bantal PT Karya Candra Dewi 30
175 x 55 cm Candra Dewi
Sprei CVC 280 PT Karya
Selimut IGD PT Karya Candra Dewi 30
200cm x 100cm Candra Dewi
Sprei CVC 280 PT Karya
Sprei IGD PT Karya Candra Dewi 15
265 x 200cm Candra Dewi
Bahan Handuk 30 CV Amin
Washlap CV Amin Indah Busana 10
x 20 cm Indah Busana
Ranjang Periksa & Custom by Workshop / Ranjang Periksa
Workshop 1
Busa Dharma Putra Mandiri Poli Umum
Custom by Workshop / Meja Dokter Poli
Meja Dokter Workshop 1
Dharma Putra Mandiri Umum
Kursi Dokter Husindo / Atria / Alexis 800H PD Husindo 1
Kursi Pasien Husindo / Atria / Alexis 701H PD Husindo 2
Telepon Panasonic / Transtel KX-TS505MX Tokotelepon 1
Innograph / Ega
Signage Pintu 11.5 cm x 28cm PT Innograph 1
Megatec
CV Mandiri /
Kain Bungkus Alat CV Mandiri / CV Amin
Japan Drill CV Amin 2
Besar Indah Busana
Indah Busana
17 Poli Umum
Protektor "INER"
Protektor Bantal CV Mandiri CV Mandiri 3
50 x 150 cm
Sprei CVC 280 PT Karya
Sarung Bantal PT Karya Candra Dewi 2
175 x 55 cm Candra Dewi
Sprei CVC 280 PT Karya
Selimut PT Karya Candra Dewi 2
200cm x 100cm Candra Dewi
Oscar & Sprei CV Amin
Perlak CV Amin Indah Busana 3
245 x 70 cm Indah Busana
Sprei CVC 280 CV Amin
Sprei Poli Ibu CV Amin Indah Busana 3
265 x 200cm Indah Busana
Tissue
1. Standar Obat IGD
3. Triase
Triase adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas pasien berdasarkan berat
ringannya kondisi pasien/ kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Triase
merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang kompleks dalam rangka
menentukan pasien mana yang berisiko meninggal, berisiko mengalami kecacatan, atau
berisiko memburuk keadaan klinisnya apabila tidak mendapatkan penanganan medis
segera, dan pasien mana yang dapat dengan aman menunggu.
Selain menilai tingkat kegawatan suatu kondisi medis, triase juga menilai urgensi kondisi
pasien. Urgensi berbeda dengan tingkat keparahan. Pasien dapat dikategorikan memiliki
kondisi tidak urgen tapi masih tetap membutuhkan rawat inap di rumah sakit karena
kondisinya.
Selain penilaian keparahan (severity) dan urgensi (urgency), sistem triase juga
menentukan batas waktu menunggu, yaitu berapa lama pasien dapat dengan aman
menunggu sampai mendapatkan pengobatan di IGD.
Dengan metode triase, maka setiap pasien yang masuk ke IGD akan diterima oleh
petugas triase. Petugas triase kemudian melakukan proses pengambilan keputusan
berdasarkan metode terstruktur yang ditetapkan dan dilakukan dalam waktu singkat (1
menit), untuk kemudian mengarahkan pasien ke zona pelayanan medik yang sesuai
kategori triase. Petugas triase hanya menetapkan skala prioritas pasien, tidak melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik mendalam, tidak perlu menetapkan rumusan masalah
apalagi menetapkan diagnosis.
Tingkat kegawatan pasien dibagi dalam 5 kategori sesuai Australasian Triage Scale
(ATS), yaitu:
1. Kategori 1: Immediately Life Threatening (segera mengancam nyawa)
2. Kategori 2: Imminently Life Threatening (dalam waktu dekat dapat mengancam
nyawa)
3. Kategori 3: Potentially Life Threatening (berpotensial mengancam nyawa)
4. Kategori 4: Potentially Serious
5. Kategori 5 : Less urgent
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Pasien akan dilakukan triage oleh
dokter jaga IGD atau perawat triase yang sudah mendapatkan pelatihan. Dokter jaga IGD
dan/atau perawat triase memperkenalkan diri secara singkat kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan asesmen singkat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada saat proses triage harus dilakukan dengan cepat,
tidak lebih dari 1 menit karena asesmen ini tidak termasuk asesmen awal yang nanti akan
dilakukan oleh perawat pelaksana IGD. Perawat triase bertanggung jawab untuk
menempatkan pasien di area tindakan yang tepat sesuai kategori triase pasien.
Setelah perawat triage menentukan kategori triase pasien, perawat triase menginformasikan
kategori triase pasien yang didokumentasikan dalam formulir triase dan mengoperkan pasien
kepada perawat pelaksana IGD dan dokter jaga IGD untuk melakukan penanganan.
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa ia mengalami
gangguan pada airway, breathing, dan circulation (ATS Kategori 1), maka segera tangani
pasien terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif
sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian
dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer) jika
memungkinkan.
Setiap pasien di IGD dengan kondisi yang belum stabil/ transportable akan dilakukan
observasi oleh perawat dan dokter jaga IGD. Pasien akan diobservasi setiap 5-15 menit sesuai
dengan derajat keparahan penyakit. Apabila kondisi pasien mengalami perubahan signifikan
sewaktu-waktu selama berada di IGD, atau jika terdapat informasi tambahan yang relevan
dan berhubungan dengan urgensi pasien, maka pasien harus dilakukan re-triase/ triase ulang
dan dilakukan penilaian ulang penempatan pasien. Proses re-triase didokumentasikan dalam
formulir triase.
Alur Triase di IGD RS Hermina adalah sebagai berikut:
1. Pasien datang dan dilakukan skrining non medis oleh petugas RS (satpam/
security, bagian admission / informasi, dll)
2. Pasien diterima petugas/ paramedis IGD
3. Di ruang triase dilakukan anamnesis dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas)
untuk menentukan derajat kegawatannya oleh dokter jaga dan/atau perawat triase.
4. Pasien ditentukan tingkat kegawatannya yaitu kategori 1, 2, 3, 4, 5
5. Pasien dilakukan penanganan sesuai dengan tingkat kegawatannya yaitu dengan
urutan kategori 1, 2, 3, 4, dan 5
6. Pasien kategori level 1 dan 2 dapat langsung diberi tatalaksana di ruang resusitasi IGD.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, pasien dapat dipindahkan ke ruang
operasi maupun ruang perawatan intensif. Jika ruangan atau tempat tidur tidak tersedia di
RS, maka RS mencarikan alternatif tempat rujukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Dan
apabila RS rujukan tidak ada tempat, maka pasien dilakukan observasi di IGD serta
informed consent kepada pasien/keluarga.
7. Pasien dengan kategori level 3, 4 dan 5 dilakukan tatalaksana sesuai dengan
permasalahan klinis yang ada. Setelah selesai dilakukan tindakan di IGD, pasien
diantarkan ke ruang perawatan yang sesuai atau bila sudah memungkinkan untuk
dipulangkan, maka pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.
8. Apabila kondisi pasien mengalami perubahan signifikan sewaktu-waktu selama berada di
IGD, atau jika terdapat informasi tambahan yang relevan dan berhubungan dengan
urgensi pasien, maka pasien harus dilakukan re-triase/ triase ulang dan dilakukan
penilaian ulang penempatan pasien
9. Apabila dokter IGD sedang menangani pasien dengan kategori kuning tetapi disaat yang
bersamaan datang pasien dengan kategori merah, maka dokter IGD wajib mendahulukan
atau mengutamakan tindakan resusitasi kepada pasien dengan kategori merah tersebut
10. Berikan pelayanan pendukung untuk pasien seperti pelayanan kerohanian apabila
dibutuhkan.
11. Kecepatan transfer pasien IGD ke ruangan < 30 menit setelah pasien selesai registrasi
rawat inap untuk menghindari terjadinya penumpukan pasien di IGD.
Bagi pasien IGD yang meninggal masuk dalam kategori hitam. Jenazah akan diarahkan
menuju kamar jenazah setelah dipastikan kematiannya oleh dokter jaga IGD.
4. Pelayanan Ambulans
8. Tata tertib :
a. Sebelum berangkat harus dilakukan pengecekan terhadap kesiapan kendaraan,
fasilitas dan perlatan yang ada di ambulance termasuk ambulance kit.
b. Sewaktu menuju tempat penderita boleh menggunakan lampu rotator.
c. Pada saat mengangkut penderita hanya boleh menggunakan lampu syrine dan
lampu rotator.
d. Semua peraturan lalu lintas harus ditaati.
e. Kecepatan kendaraan maksimal 40 km/jam di jalan biasa dan 80 km/jam di jalan
bebas hambatan.
f. Petugas medis duduk di samping pasien.
g. Petugas membuat / mengisi laporan keadaan penderita selama transportasi, yang
disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas, waktu dan
keadaan penderita.
h. Petugas memakai seragam RS Hermina dan menggunakan name tag
i. Setelah selesai kegiatan, petugas ambulance (supir dan penanggungjawab IGD)
mengecek dan mencatat seluruh pemakaian alat medis, obat, BHP yang
digunakan pada buku catatan pemakaian fasilitas ambulance, dan segera
dilakukan penggantian agar kembali sesuai dengan standar
5. Pelayanan Rujukan
Pasien emergensi yang datang ke RS Hermina dapat merupakan pasien yang datang atas
rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ataupun langsung tanpa surat
rujukan sebagaimana lazimnya. Pasien yang datang ke IGD:
a. Akan diterima dan ditangani kegawatdaruratannya di IGD, yang siap melayani
pasien 24 jam/7 hari
b. Dokter IGD yang menangani akan melakukan pemeriksaan fisik dan penanganan
kegawatan pasien, melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
serta mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosis serta rencana tatalaksana di
formulir asesmen gawat darurat
c. Dokter IGD akan memberi penjelasan tentang:
1) Kondisi penyakit pasien saat ini, tindakan dan atau pelayanan medis dan
penunjang medis selanjutnya yang akan dilaksanakan,
2) Risiko bila tidak dilakukan penanganan lebih lanjut sekaligus keuntungannya
bila dilakukan pada waktunya yang tepat
3) Penjelasan-penjelasan lain sehubungan dengan penyakit dan kondisi pasien saat
ini, serta penjelasan atas pertanyaan pasien/keluarga.
d. Atas penjelasan yang diberikan, pasien/keluarga akan memutuskan:
1) Menyetujui untuk menindaklanjuti proses pelayanan sesuai rencana
pelayanan/tindakan yang akan dilakukan
2) Menolak mendapatkan layanan berikutnya, dan pasien pulang paksa atau pindah
layanan sehingga kesinambungan proses layanan pasien terhenti. Apabila pasien
merupakan pasien rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan lain, keputusan
penolakan tersebut wajib segera diberitahukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
perujuk
e. Apabila pasien/ keluarga menyetujui rencana pelayanan selanjutnya, maka pasien
akan dikirim ke:
1) Ruang tindakan khusus sesuai dengan kasusnya, atau
2) Ruang perawatan elektif untuk perawatan dan pengobatan selanjutnya, atau
3) Meneruskan pasien ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut,
sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.
f. Setelah pasien dimungkinkan untuk dipulangkan dari RS, maka pasien harus
dikembalikan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang semula merujuk. Bila pasien
datang tanpa rujukan karena kondisi awalnya datang sebagai pasien emergensi, maka
surat rujukan balik dialamatkan ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
lokasi terdekat tempat tinggal pasien, dengan melampirkan beberapa informasi
penting berupa:
1) Diagnosis akhir yang ditetapkan berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan lanjutan
sepanjang pasien dirawat
2) Resume dari pemeriksaan yang dilakukan dan hasilnya, pelayanan/tindakan
yang dilakukan dan hasil akhirnya, serta obat-obat yang telah diberikan dan
yang masih diberikan
3) Saran-saran yang perlu untuk dipatuhi oleh pasien,
4) Saran-saran tindak lanjut yang masih harus dilakukan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan perujuk untuk pemulihan kesehatan pasien, maupun tindakan apa saja
yang harus dilakukan pasien/keluarga dengan atau tanpa bantuan provider
kesehatan
5) Rencana pelayanan/kunjungan ulang berikutnya ke RS Hermina (pada kasus
tertentu yang memerlukan)
g. Merujuk pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tiga yang lebih mampu
1) Kriteria pasien yang dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tiga:
a) Kondisi penyakit pasien menyebabkan pasien harus memperoleh
pelayanan sub-spesialistik di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tiga.
b) Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,
tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
2) Adapun tujuan merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tiga adalah:
a) Mengalihkan pelayanan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
tiga, dan proses rujukan akan mengikuti SPO yang berlaku disertai
penjelasan tentang:
Kondisi penyakitnya saat ini dan diagnosis yang ditegakkan,
Pemeriksaan yang sudah dan sedang dilakukan, serta hasilnya
Obat yang sudah diberikan dan tindakan yang sudah dilakukan
b) Merujuk pasien untuk pemeriksaan spesialis/subspesialis yang lebih
kompeten, dimana pasien masih tetap dirawat di RS Hermina dengan
saran dari spesialis/sub spesialis
c) Melengkapi pemeriksaan penunjang medik yang tidak dapat dilakukan
dan pasien tetap ditangani di RS Hermina,
d) Hanya mengirimkan specimen laboratorium untuk diperiksa dan
diperoleh hasilnya, dan lainnya.
3) Kepada pasien/keluarga perlu dijelaskan tentang penyakit pasien dan
kondisinya, perlunya pasien dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu sesuai kebutuhannya, antara lain perlu pemeriksaan penunjang
medis sehingga pasien, rancangan dan prosedur pengiriman pasien/ rujukan,
persiapan keluarga untuk memenuhi persyaratan rujukan, dan lainnya
sebagaimana prosedur informed concent, keputusan akhir akan ditentukan
oleh pasien/keluarga.
4) Apabila keputusannya berupa:
a) Penolakan untuk dirujuk, maka kemungkinan pasien akan keluar dari
pelayanan, dan dalam kondisi demikian fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tetap harus diberitahu tentang keputusan pasien/keluarga
bersangkutan
b) Rencana rujukan disetujui, selanjutnya prosedur pelaksanaan rujukan
dipersiapkan, demikian pula kebutuhan dukungan sumber dayanya.
5) Apabila pasien setuju untuk dirujuk, dokter jaga IGD akan membuat surat
rujukan rangkap dua, satu untuk fasilitas pelayanan kesehatan tujuan dan satu
untuk arsip di RS Hermina, yang disimpan dalam file rekam medik pasien
6) Rumah sakit menunjuk staf yang bertanggung jawab dalam proses
pengelolaan/penyiapan rujukan
7) Rumah sakit memastikan proses rujukan dan perpindahan pasien berlangsung
dengan aman
8) Pasien dan pendamping rujukan dipersiapkan dengan baik, dengan
kelengkapan peralatan medik, obat-obatan yang akan digunakan dalam proses
rujukan, dan perangkat komunikasinya, terutama bila tujuan rujukan cukup
jauh dan proses rujukan berisiko pada kondisi pasien yang dirujuk
9) Pasien segera dirujuk diikuti keluarga, dalam kondisi emergensi didampingi
staf klinis yang berwenang untuk memberikan layanan medik emergensi
selama perjalanan
10) Dengan perangkat komunikasi yang tersedia, RS Hermina akan berkoordinasi
dengan berbagai pihak, mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai
kebutuhan kesinambungan asuhan pasien, memastikan bahwa fasilitas
kesehatan yang menerima dapat memenuhi kebutuhan pasien yang dirujuk,
koordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan mengenai
proses rujukan dan koordinasi dengan staf klinis/ provider yang akan
mendampingi pelaksanaan rujukan, sampai akhirnya pasien diserahkan pada
provider di tempat rujukan
1. Penundaan pelayanan merupakan akibat dari situasi dimana tim medis dan atau
fasilitas penunjang maupun kondisi pasien bermasalah / mengalami kendala sehingga
pelayanan pasien menjadi tertunda dari jadwal yang telah ditentukan
2. Kelambatan pelayanan merupakan suatu akibat dari situasi dimana tim medis dan atau
fasilitas penunjang maupun kondisi pasien bermasalah/ mengalami kendala sehigga
pelayanan pasien tidak dapat terselesaikan pada waktu yang telah di perkirakan
sebelumnya
3. Pasien rawat inap dan pasien rawat jalan diberikan informasi apabila terjadi
penundaan dan kelambatan pelayanan.
4. Pasien diberikan informasi alasan penundaan dan kelambatan pelayanan serta
diberikan informasi tentang alternatif solusi yang tersedia sesuai dengan keperluan
klinik mereka.
5. Informasi didokumentasikan didalam rekam medis pasien pada formulir KIE
BAB V
LOGISTI
K
Logistik adalah proses pengelolaan mulai dari pemindahan dan penyimpanan barang serta
informasi terkait dari sumber pengadaan ke konsumen secara efektif dan efisien. Logistik
yang diperlukan di ruang IGD RS Hermina terdiri dari obat-obatan, peralatan kesehatan,
peralatan umum serta barang-barang ATK.
Manajemen logistik yang dilakukan di RS Hermina terbagi dalam 4 proses, yaitu :
1. Proses Perencanaan
a. Semua kebutuhan obat, alkes, dan ATK dilakukan analisa oleh Kepala Instalasi dan
dibantu oleh PJ Admin dengan perhitungan sesuai dengan kebutuhan minimum dan
maksimum yang ada.
b. Perhitungan kebutuhan tersebut diperhitungkan dengan menyesuaikan waktu atau
periode permintaan ke gudang farmasi maupun gudang umum.
c. Dalam menentukan kebutuhannya hal yang menjadi perhatian khusus adalah jangan
sampai ada permintaan jumlah yang berlebihan
2. Proses Pengadaan
a. Permintaan barang dilakukan sesuai dengan hari yang ditetapkan yaitu hari senin dan
kamis
b. Permintaan (Obat, Alkes dan ATK) yang dibutuhkan agar dilakukan pengimputan di
komputer dan di print out untuk ditandatangani oleh Kepala Instalasi.
c. Formulir yang sudah ditandatangani oleh kepala instalasi dikirimkan ke bagian
farmasi atau ke bagian gudang umum.
d. Petugas PJ admin mengambil barang yang diminta dan melakukan serah terima barang
yang dipesan
e. Semua permintaan yang ada agar disimpan dengan rapih dalam lemari yang sesuai
dengan peruntukkan barang
3. Proses Pendistribusian
Proses pendistribusian di instalasi rawat inap dilakukan oleh PJ admin. Semua pemakaian
barang di input kedalam komputer
4. Proses Pencatatan, evaluasi, dan pelaporan
a. Pencatatan dilakukan secara rutin oleh PJ admin
b. Evaluasi dilakukan oleh PJ admin dan kepala perawat IGD, bila dalam evaluasi
terdapat selisih maka dilakukan penelusuran sampai ditemukan permasalahannya, dan
dibuat analisa serta rencana tindak lanjut
c. Pelaporan
1) Laporan mingguan untuk barang habis pakai
2) Laporan triwulan untuk alkes dan obat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Adapun dalam keselamatan pasien ada indikator sasaran keselamatan pasien, yaitu untuk
menilai penampilan dari suatu kegiatan sasaran keselamatan pasien. Indikator keselamatan
pasien yang dipantau di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Hermina adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi operasi (minor)
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Insiden terdiri dari :
1. Kejadian Potensial Cedera (KPC), adalah kondisi di rumah sakit yang berpotensi
menimbulkan cedera pada pasien, karyawan atau lingkungan.
2. Kejadian Tidak Cedera (KTC), adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil yang dapat mencederai pasien tapi
cedera serius tidak terjadi.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien.
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang
mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya.
5. Sentinel adalah KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Hermina melakukan pencatatan semua kejadian terkait
dengan keselamatan pasien pada formulir yang sudah disediakan. Adapun petugas yang
terkait dengan kejadian keselamatan pasien harus membuat kronologis kejadian tersebut
paling lama 1x24 jam sudah dibuat dan dilaporkan oleh Kepala Instalasi atau perawat ruangan
IGD terkait kejadian keselamatan pasien di morning meeting.
Kepala Instalasi atau perawat ruangan IGD membuat laporan insiden keselamatan pasien
(IKP) maksimal 2x24 jam lalu diserahkan kepada Sekretaris Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KPRS). Selanjutnya Tim KPRS menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang
dilaporkan IGD dan berdasarkan akar masalah.
Tim KPRS merekomendasikan solusi pemecahan masalah dan hasil solusi pemecahan
masalah kepada pimpinan rumah sakit. Pimpinan rumah sakit melaksanakan pemantauan dan
evaluasi terkait tentang pelaksanaan keselamatan pasien di IGD.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Rumah sakit sebagai suatu bangunan umum haruslah dilengkapi dengan peralatan, dijalankan
dan dipelihara sedemikian rupa untuk menjaga keamanan dan mencegah hal – hal yang tidak
diharapkan, serta persiapan dalam menjaga keselamatan dan keamanan di rumah sakit. Hal ini
untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup pasien, karyawan dan pengunjung rumah
sakit.
Dalam upaya menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), RS Hermina
menerapkan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja dimana didalamnya terdapat
aspek manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja.
Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS Hermina adalah:
1. Mengelola rumah sakit untuk menciptakan lingkungan rumah sakit yang aman dan
nyaman bagi pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit.
2. Menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit yang aman dari kebakaran dan mencegah
terjadinya bencana.
3. Menciptakan suatu kondisi sehat dan aman dari kecelakaan kerja bagi seluruh karawan
rumah sakit.
A. DEFINISI
Mutu adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan rumah sakit.
B. TUJUAN
1. Umum
Tercapainya kepuasan, harapan dan kebutuhan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
2. Khusus
a. Terselenggaranya upaya peningkatan mutu yang menjunjung keselamatan pasien.
b. Terselenggaranya pelayanan sesuai dengan standar profesi.
c. Tercapainya profesionalisne dalam mutu pelayanan.
d. Tercapainya indikator mutu.
e. Terselenggaranya survey yang berkaitan dengan mutu.
C. INDIKATOR MUTU
Instalasi Gawat Darurat RS Hermina menjalankan program pengendalian mutu dan
peningkatan mutu, sesuai dengan pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah upaya peningkatan mutu secara
keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam
proses klinis maupun lingkungan fisik.
Upaya peningkatan mutu adalah pendekatan terhadap proses pembelajaran dan proses
yang terus menerus dari proses penyediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien
dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 02 Juli 2020
DIREKTUR,