KHARITAS BHAKTI
PEDOMAN
PELAYANAN
UNIT GAWAT
DARURAT (UGD)
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHARITAS BHAKTI PONTIANAK
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT GAWAT DARURAT DI RUMAH
SAKIT KHARITAS BHAKTI PONTIANAK
Kedua : Pedoman pelayanan unit gawat darurat yang dimaksudkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini
Ketiga : Pedoman pelayanan unit gawat darurat yang dimaksudkan untuk menjadi
acuan bagi semua staf di UGD dalam menjalankan pelayanannya
Poliklinik - UGD - ICU - Unit Bersalin - Perinatologi - Rawat Inap - Laboratorium - Apotek - Radiologi
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan diadakan
pembetulan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :Pontianak
Pada tanggal :31 Desember 2022
Poliklinik - UGD - ICU - Unit Bersalin - Perinatologi - Rawat Inap - Laboratorium - Apotek - Radiologi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas perkenanNya
kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat “ di Rumah Sakit Kharitas
Bhakti dengan lancar dan tanpa hambatan yang berarti.
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kharitas Bhakti ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi semua staf di Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit Kharitas Bhakti dalam pemberian
pelayanan pasien. Melalui pedoman ini diharapkan semua tenaga dokter umum pemberi asuhan medis
pasien serta tenaga perawat di UGD dapat memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pelayanan Unit
Gawat Darurat di Rumah Sakit Kharitas Bhakti.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga keinginan untuk dapat lebih meningkatkan
mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai, seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan di Unit Gawat
Darurat yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu
permohonan maaf perlu kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian mudah-mudahan Pedoman Pelayanan Unit Gawat
Darurat l ini masih dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait.
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………….………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ……..…………………….………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………………………………….………………… 1
B. TUJUAN………………………………………………….………………………………………. 2
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN…………………………………………………….……….. 2
D. BATASAN OPERASIONAL………………………………………………….………………… 3
E. LANDASAN HUKUM…….……………………………………………….…………………….. 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SDM………………………………………………….………………................ 4
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN………………………………………………….………………. 5
C. PENGATURAN JAGA……………………………………………….…………………………. 6
BAB III STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG………………………………………………….……………………………... 7
B. STANDAR FASILITAS…………………………………………….………………………….... 8
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
A. FORMULIR REKAM MEDIS YANG HARUS DIISI DI UGD………………………………… 12
B. FORMULIR REKAM MEDIS TAMBAHAN / OPTIONAL……………………………………. 12
C. SCREENING TRIAGE…………………………………………….…………………………….. 12
ALUR MASUK PASIEN…………………………………………………………………………. 14
D. PELAYANAN PENERIMAAN PASIEN………………………………………………………... 14
E. PELAYANAN PASIEN GAWAT DARURAT ………………………………………………..…. 18
F. SCREENING PASIEN PENYAKIT MENULAR……………………………………………..…. 19
G. PELAYANAN PASIEN KECELAKAAN LALU LINTAS…………………………………..……. 19
H. PELAYANAN PASIEN DATANG DALAM KONDISI TIDAK SADARKAN DIRI ………..….. 20
I. PELAYANAN PASIEN DENGAN KEKERASAN FISIK …………………………………..….. 20
J. PELAYANAN PASIEN DEATH ON ARRIVAL (DOA) ……………………………………….. 21
K. PELAYANAN PASIEN MENINGGAL DI UGD ………………………………………………… 22
L. PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN OBSTETRI & GINEKOLOGI …………………. 23
M. PELAYANAN OPERASI ELEKTIF ……………………………………………………………... 23
N. PELAYANAN OPERASI CITO ………………………………………………………………….. 24
O. PELAYANAN ODC (ONE DAY CARE) ………………………………………………………… 26
P. PELAYANAN PEMBELIAN DAN PENGGUNAN OBAT SERTA BHP………………………. 26
Q. PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM…………………………………………….. 27
R. PELAYANAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI…………………………………………………… 27
S. PELAYANAN TRANFUSI DARAH DI UGD…………………………………………………….. 28
BAB V LOGISTIK
A. PENGERTIAN…………………………………………………………………………………….. 29
ii
B. TUJUAN…………………………………………………………………………………………… 29
C. SYARAT MANAJEMEN LOGISTIK…………………………………………………………….. 29
D. KEGIATAN LOGISTIK DI INSTALASI RAWAT INAP………………………………………… 29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN…………………………………………………………………………………….. 31
B. TUJUAN…………………………………………………………………………………………… 31
C. TATALAKSANA KESELAMATAN PASIEN DI UGD………….………………………………. 31
D. 6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN……………………………………………………….. 32
1. KEPASTIAN IDENTIFIKASI PASIEN………………………………………………… 32
2. PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF…………………………………… 32
3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI……………... 33
4. KEPASTIAN TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT OPERASI………… 33
5. PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN…… 33
6. PENGURANGAN RESIKO PASIEN JATUH………………………………………… 33
BAB VII PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
A. PENGERTIAN……………………………………………………………………………………. 35
B. RANTAI INFEKSI………………………………………………………………………………… 35
C. JENIS HAIS………………………………………………………………………………………. 36
D. FAKTOR RESIKO HAIS………………………………………………………………………… 36
E. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT…………………….. 37
F. TATALAKSANA KEWASPADAAN STANDAR DI RUANG UGD…………………………... 37
G. TATALAKSANA KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI………………………… 39
H. PENGGUNAAN SPIL KIT DI RAWAT INAP…………………………………………………... 39
BAB VIII PROGRAM MUTU RAWAT INAP…………………………………………………………….. 41
BAB IX KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. PENGERTIAN……………………………………………………………………………………. 42
B. TUJUAN………………………………………………………………………………………….. 42
C. PELAKSANAAN PENCANA K3RS……………………………………………………………. 43
D. BAHAYA DAN RISIKO DI RUMAH SAKIT……………………………………………………. 44
E. SUPERVISI PELAKSANAAN K3RS…………………………………………………………… 44
BAB X PENUTUP…………….…………………………………………………………………………... 45
LAMPIRAN
1. TATA TERTIB
2. SKOR PELANGGARAN TATA TERTIB
3. SPO DI UGD
iii
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan bidang usaha yang memberikan pelayanan jasa kesehatan.
Dalam konteks tersebut tentunya diperlukan pelayanan yang prima dalam prakteknya.
Pelayanan prima dapat dicapai dengan adanya koordinasi dari seluruh aspek Rumah Sakit
baik dari segi fasilitas, sumber daya manusia, peralatan maupun bangunan.
Untuk mencapai pelayanan prima, tentunya perlu suatu sistem manajemen dan
pengaturan yang tepat sehingga rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
memuaskan bagi aspek pasien tanpa mengabaikan aspek sumber daya serta keuangan
rumah sakit. Selain itu, juga diperlukan suatu pengaturan yang mengikat seluruh karyawan
rumah sakit baik medis maupun non medis agar pengorganisasian dapat berjalan
sebagaimana mestinya dan tujuan-tujuan dapat tercapai. Tanpa adanya aturan yang
mengikat, dikhawatirkan dapat mempengaruhi keprofesionalan pegawai dalam bekerja serta
menurunkan produktifitas yang pada akhirnya membuat rumah sakit dinilai kurang baik di mata
masyarakat. Hal ini tentu sangat tidak diharapkan oleh semua rumah sakit
Hal yang sama juga dialami oleh Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak. Rumah
Sakit Kharitas Bhakti Pontianak merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berada
dibawah naungan sebuah yayasan sosial yakni Yayasan Usaha Sosial Kharitas Bhakti. Untuk
dapat menjadi rumah sakit pilihan masyarakat, tentunya perlu suatu sistem manajemen yang
landasan hukumnya kuat serta mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. Hal ini tentu
menjadi tugas penting tidak hanya bagi manajemen rumah sakit, melainkan bagi seluruh staf
rumah sakit.
Pada Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak, terdapat beberapa unit pelayanan yang
menjadi pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah unit gawat
darurat. Boleh dikatakan unit gawat darurat merupakan pintu pertama pelayanan pasien di
Rumah Sakit Kharitas Bhakti. Sehingga perlu perhatian lebih dalam pencapaian mutu dan
kualitas pelayanan terhadap pasien. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas pelayanan yang
diinginkan, perlu adanya aturan-aturan tetap yang sifatnya mengikat bagi staf yang bekerja di
unit gawat darurat.
Dalam memenuhi fungsinya dalam memberikan pelayanan gawat darurat, Rumah
Sakit berkewajiban untuk :
1. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanan RS.
2. Memberikan pelayanan gawat darurat tanpa meminta uang muka (DP).
3. Memberikan pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa (KLB).
4. Memprioritaskan penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan bagi
pasien dalam keadaan darurat.
1
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap
5. Tidak menolak pasien jika masih bisa dilakukan pelayanan di ruang UGD
Oleh sebab itu, pihak manajemen rumah sakit merangkum dan menuangkan aturan-aturan
tersebut dalam bentuk Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan yang telah ditetapkan di Rumah Sakit Kharitas Bhakti.
2. Tujuan Khusus
a. Seluruh staf di unit gawat darurat dapat mengetahui dan memahami standar fasilitas
dan ketenagaan yang ada di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kharitas Bhakti.
b. Dapat menjalankan tatalaksana pelayanan di Unit Gawat Darurat dengan tepat dan
benar.
c. Pemanfaatan barang-barang logistik yang efektif dan efisien sehingga dapat menekan
biaya operasional rumah sakit.
d. Adanya jaminan keselamatan bagi pasien sehingga pasien merasa tenang selama
penanganan di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak.
e. Adanya jaminan keselamatan kerja bagi karyawan sehingga karyawan dapat bekerja
dengan giat dan tenang.
f. Memudahkan kontrol dan pengawasan terhadap mutu pelayanan di Unit Gawat
Darurat Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak.
2
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap
D. BATASAN OPERASIONAL
Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak beroperasional selama
24jam non stop yang menerima pasien dalam kondisi apapun. Pasien yang datang dapat
merupakan pasien rujukan faskes lainnya, rujukan poliklinik rawat jalan, rujukan dokter praktek
atau bahkan pasien mandiri. Unit Gawat Darurat dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari
unit kerja lainnya guna menunjang kesinambungan pelayanan terhadap pasien.
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Instalasi Rawat Inap Kesehatan.
3
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
KATIM
4
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Untuk dapat memberikan pelayanan medik maupun non medik yang maksimal bagi
pasien, maka rumah sakit perlu menyediakan sumber daya manusia yang cekatan dan
kompeten di bidangnya masing-masing serta mempunyai kemampuan sesuai dengan
perkembangan teknologi. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu adanya proses perekrutan
yang tepat serta jumlah tenaga yang sesuai dengan keperluan bagian masing-masing. Berikut
ini adalah tabel jumlah tenaga yang saat ini ada di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Kharitas
Bhakti:
Tabel 2.1
Distribusi Ketenagaan Unit Gawat Darurat
NO POSISI PADA UNIT GAWAT DARURAT JUMLAH TENAGA
1 Kepala Ruangan 1 orang
2 Kepala Tim 7 orang
3 Perawat Pelaksana 7 orang
15 orang
5
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jam kerja merupakan salah satu kebijakan manajemen bagi seluruh staf
Unit Gawat Darurat untuk kedisiplinan dalam melaksanakan tugas-tugasnya serta menjaga
kelancaran operasional di Rumah Sakit Kharitas Bhakti. Jam kerja bagi seluruh staf Unit
Gawat Darurat ditetapkan sebagai berikut:
1. Shift Pagi
Jam kerja shift pagi dimulai dari pukul 06.45 – 14.00 WIB. Jam masuk diatur sedemikian
agar petugas shift pagi dapat aplusan dengan petugas shift malam sebelumnya (selama
15 menit).
2. Shift Sore
Jam kerja shift sore dimulai dari pukul 13.45 – 21.00 WIB. Jam masuk diatur sedemikian
agar petugas shift sore dapat aplusan dengan petugas shift pagi (selama 15 menit).
3. Shift Malam
Jam kerja shift malam dimulai dari pukul 20.45 – 07.00 WIB. Jam masuk diatur sedemikian
agar petugas shift malam dapat aplusan dengan petugas shift sore (selama 15 menit).
6
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Unit Gawat Darurat
R. ADMIN Bed 1
Bed 2
Bed 3
R. ISOLASI
Bed 4
Bed 5
Counter
R. DOKTER
Bed 6
7
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
B. STANDAR FASILITAS
1. UNIT GAWAT DARURAT
a. Area penerimaan / triage
Area triage harus memiliki akses terhadap peralatan dan perlengkapan berikut ini :
• Sphygmomanometer
• SpO2
• Stop kontak
• Alkohol handrub
• Tissue
• Telpon
• Meja dan kursi
• Timbangan
• Alat ukur tinggi badan
• Area untuk menyimpan peralatan medis dasar dan alat tulis
Setelah melalui proses triage, pasien dapat diarahkan ke :
• Bed Resusitasi untuk pasien dengan kategori merah
• Bed tindakan untuk pasien kategori hijau / kuning
• Bed observasi
b. Tempat tidur di UGD terdiri dari 6 Bed yang berfungsi sebagai :
• 1 bed resusitasi / untuk pasien gawat darurat
• 4 bed tindakan dan observasi
• 1 bed PONEK
c. Ruang Counter Perawat
Ruang counter perawat merupakan ruang terbuka dimana seluruh staf perawat unit
gawat darurat berada. Ruang ini juga berfungsi sebagai ruang kerja dan ruang
komunikasi antara dokter / perawat dengan pihak keluarga pasien.
Kelengkapan sarana yang terdapat di ruangan ini antara lain:
1) Meja
2) Kursi
3) Komputer
4) UPS
5) Printer
6) Telepon internal
7) Handphone ruangan
8) Air purifier
9) Air conditioner
10) Kulkas
11) Wastafel
12) Tabung oksigen
13) Lemari arsip, berisi:
8
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
9
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
10
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
11
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
C. SCREENING TRIAGE
Proses triase atau penentuan pasien prioritas di UGD bertujuan untuk mendapatkan
urutan penanganan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan pasien, seperti kondisi cedera
ringan, cedera berat yang bisa mengancam nyawa lebih cepat, atau sudah meninggal.
Triase UGD umumnya diterapkan ketika sistem perawatan medis di rumah sakit
sedang kelebihan beban. Misalnya, pada kejadian bencana alam, pandemi, atau kecelakaan
massal.
1. Kategori Triase UGD
Ada 4 kategori warna dalam sistem triase UGD dan setiap warna memiliki arti masing-
masing yang disesuaikan dengan kondisi pasien.
a) Kategori merah
12
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
13
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
h) Apabila kondisi pasien berubah, dokter UGD juga akan segera melakukan
triase ulang atau retriase. seperti, pasien yang berada dalam kategori kuning
bisa berpindah ke kategori merah ketika kondisinya bertambah parah.
PASIEN
Swab Antigen
REGISTRASI TRIASE Rontgen
PCR
POSITIF NEGATIF
RUANG
ISOLASI
14
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
15
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
g) Petugas registrasi lapor ke perawat UGD kamar rawat inap yang akan
ditempati pasien sudah di booking
h) Perawat UGD menghubungi rawat inap yang dituju agar kamar segera
disiapkan
i) Perawat UGD input pemeriksaan penunjang dan menghubungi petugas
laboratorium / radiologi untuk pemeriksaan penunjang lainnya sesuai
dengan intruksi DPJP setelah dikonsulkan oleh dokter UGD
j) Dokter dan perawat UGD melengkapi form pendokumentasian di rekam
medis pasien
k) Katim melakukan pendokumentasian di buku aplusan pasien
l) Dokter UGD mengecek :
− Kelengkapan pengisian rekam medis pasien seperti : Form ringkasan
masuk keluar, Form general concent, Form pengkajian awal
keperawatan gawat darurat, Form pengkajian resiko jatuh, Form
assesmen awal dokter UGD, Form permintaan DPJP, Form rekonsiliasi
obat, dan form transfer pasien
− Gelang identitas pasien
− Tanda khusus di gelang identitas (pin alergi, resiko jatuh atau DNR)
jika ada
− Order pemeriksaan penunjang sudah diinput di system (pemeriksaan
penunjang / pemeriksaan radiologi)
Jika semua sudah lengkap maka dokter UGD mengintruksikan pasien boleh
ditransfer ke rawat inap, jika kondisi pasien memerlukan perawatan di ruang
ICU maka dokter UGD / bangsal ikut serta dalam proses transfer pasien
m) Perawat UGD menelpon ruang rawat inap untuk memastikan ruangan telah
siap dan pasien segera akan di transfer
n) Perawat UGD yang akan mentransfer pasien mengecek Kembali gelang
identitas pasien, kelengkapan Rekam medis pasien, form transfer pasien
serta obat-obatan pasien
o) Saat proses transfer, perawat UGD melakukan aplusan kepada perawat
yang menerima pasien sesuai apa yang telah dilakukan dan tertulis di lembar
transfer pasien
p) Perawat yang mengantar dan yang menerima sama-sama menandatangani
form transfer pasien bukti pelimpahan tanggung jawab atas pasien telah
selesai
16
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
17
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
18
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
19
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
3. bila pasien dalam kondisi tidak sadarkan diri maka barang berharga milik pasien
harus diamankan oleh satpam yang bertugas dengan disaksikan oleh pendamping
pasien (keluarga, orang yang menolong pasien, polisi) dan juga perawat UGD.
4. Barang berharga pasien dicatat di form perlindungan barang berharga milik pasien
serta disimpan di box dalam loker satpam serta dikunci, saat pasien sadar maka
satpam beserta perawat menyerahkan barang berharga milik pasien dan meminta
tanda tangan pasien bukti jika barang telah diserahkan
5. Bila pasien tidak tertolong dan dinyatakan meninggal maka dokter UGD membuat
surat keterangan kematian
6. Bila pasien sudah stabil maka lakukan prosedur selanjutnya sesuai dengan pelayanan
pasien gawat darurat
7. Dokter dan perawat UGD mengisi Rekam medis pasien dengan lengkap dan detail
8. Jika diperlukan pengantar untuk dilakukan tindakan Visum Et Repertum maka dokter
UGD membuat surat pengantar Visum Et Repertum demi keperluan penyidikan oleh
kepolisian
20
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
5. Jika diperlukan pengantar untuk dilakukan tindakan Visum Et Repertum maka dokter
UGD membuat surat pengantar Visum Et Repertum demi keperluan penyidikan oleh
kepolisian
21
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
8. Bila penyebab kematian yaitu kecelakaan lalu lintas atau kemunginan kriminal, jika
diperlukan pengantar untuk dilakukan tindakan Visum Et Repertum maka dokter UGD
membuat surat pengantar Visum Et Repertum demi keperluan penyidikan oleh
kepolisian
9. Bila penyebabnya bukan merupakan kasus tertentu seperti di atas, maka perawat
menyerahkan Jenazah beserta Surat Keterangan Kematian kepada
penanggungjawab pasien.
22
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
23
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
24
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
3. Dokter dan perawat UGD melakukan tindakan penyelamatan nyawa pasien terlebih
dahulu sesuai SPO kegawat daruratan
4. Setelah pasien stabil lakukan screening covid – 19 ( swab antigen dan rontgen thorax)
5. Bila pasien indikasi operasi CITO maka dokter UGD menghubungi DPJP sesuai jadwal
DPJP kecuali jika pasien sudah mempunyai rujukan dari dokter spesialis atau pasien
meminta penanganan dari dokter spesialis diluar jadwal yang ada
6. Dokter UGD lapor dokter DPJP tentang kondisi pasien dan penanganan yang sudah
dilakukan serta meminta intruksi yang harus dikerjakan selanjutnya dan jam operasi akan
dilakukan
7. Perawat UGD koordinasi dengan pertugas administrasi menanyakan ketersediaan ruang
isolasi
8. Pasien yang akan operasi CITO dan setelah di lakukan screening covid hasilnya positif
maka tetap dilakukan tindakan operasi CITO dan dokter UGD menjelaskan kepada pasien
dan atau keluarga pasien bahwa prosedur operasi tetap dilakukan dan pasien harus
dirawat di ruang isolasi setelah tindakan operasi selesai
9. Dokter UGD menghubungi tim kamar operasi (perawat OK dan dokter anestesi) untuk
memberitahukan bahwa ada pasien yang akan dilakukan operasi CITO
10. Perawat meminta keluarga atau penanggung jawab pasien untuk booking kamar yang
akan ditempati
11. Dokter dan perawat UGD melengkapi catatan di Rekam medis pasien
12. Dokter UGD mengecek kelengkapan dan kesiapan pasien untuk di transfer ke rawat inap
seperti :
− Kelengkapan pengisian rekam medis pasien seperti : Form ringkasan
masuk keluar, Form general concent, Form pengkajian awal
keperawatan gawat darurat, Form pengkajian resiko jatuh, Form
assesmen awal dokter UGD, Form permintaan DPJP, Form rekonsiliasi
obat, dan form transfer pasien
− Gelang identitas pasien
− Tanda khusus di gelang identitas (pin alergi, resiko jatuh atau DNR)
jika ada
− Pemeriksaan penunjang telah dilakukan dan Order pemeriksaan
penunjang sudah diinput di system (pemeriksaan penunjang /
pemeriksaan radiologi)
Jika semua sudah lengkap maka dokter UGD mengintruksikan pasien
boleh ditransfer ke rawat inap
15. Perawat UGD menelpon kamar operasi untuk memastikan ruangan telah siap dan
pasien segera akan di transfer
16. Perawat UGD yang akan mentransfer pasien mengecek Kembali kelengkapan Rekam
medis pasien, form transfer pasien serta obat-obatan pasien
25
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
17. Saat proses transfer, perawat UGD melakukan aplusan kepada perawat yang
menerima pasien sesuai apa yang telah dilakukan dan tertulis di lembar transfer
pasien
18. Perawat yang mengantar dan yang menerima sama-sama menandatangani form
transfer pasien bukti pelimpahan tanggung jawab atas pasien telah selesai
26
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
Tabel 1.1
Jadwal keliling petugas Laboratorium
JADWAL KELILING JAM PEMBERIAN
Shift dinas pagi Pukul 08.00 WIB
Shift dinas siang Pukul 15.00 WIB
Shift dinas malam Pukul 04.30 WIB
Cito Sesaat setelah permintaan pemeriksaan
27
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
28
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB V
LOGISTIK
A. PENGERTIAN
Unit gawat darurat dalam pelayananannya juga berlaku sebagai penyelenggara dan
pengawas dalam hal penyediaan obat dan bahan habis pakai, formulir-formulir pendukung,
serta barang-barang yang menunjang pemenuhan kebutuhan pelayanan terhadap pasien
dalam kurun waktu tertentu secara efektif dan efisien.
B. TUJUAN
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan
kualitas yang baik pada waktu dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tercapainya tujuan operasional dengan biaya yang efektif dan
efisien.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau rusak, kurang, pemborosan, penggunaan tanpa hak sehingga
dapat mempengaruhi pembukuan atau pencatatan akuntansi.
29
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
2. Penerimaan
a. Katim di ruangan pemesan memeriksa barang yang diantarkan oleh petugas gudang
baik dari sisi item maupun ketepatan jumlah.
b. Jika terdapat selisih atau ada barang yang tidak sesuai dengan pesanan, langsung
koreksi di lembar penerimaan obat/alkes/bhp
c. Jika sudah benar antara form penerimaan obat/alkes/bhp dengan barang yang
diantar, maka katim di ruangan pemesan menandatangani form penerimaan
obat/alkes/bhp.
3. Penyimpanan
a. Obat/alkes/bhp yang telah diterima disusun ke lemari obat dan bahan habis pakai
dengan pola barang yang baru diterima ditempatkan di posisi yang lebih dalam
dibandingkan sisa stok yang ada.
b. Untuk obat-obat dengan syarat suhu tertentu untuk penyimpanannya, maka akan
disimpan di kulkas.
4. Pemakaian
a. Saat hendak dipakai, katim mengecek kembali ketersediaan obat/alkes/bhp serta
tanggal kadaluarsanya.
b. Jika terdapat obat yang telah kadaluarsa, maka wajib membuat BAP (berita acara
perkara) dan menyerahkannya kepada kepala ruangan.
5. Pencatatan
a. Obat/alkes/bhp yang dipesan dan telah diterima dicatat di kolom masuk barang serta
tambahkan keterangan tanggal kadaluarsanya.
b. Obat yang telah dipakai dicatat di kolom keluar barang.
c. Barang yang tersisa seharusnya adalah barang dengan tanggal kadaluarsa sesuai
pemasukan terakhir item bersangkutan.
d. Setiap BHP yang dipakai di input ke sistem
e. Pengecekan fisik dilakukan sebulan sekali oleh petugas keuangan dengan mengecek
jumlah serta tanggal kadaluarsa semua obat/alkes/bhp.
30
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien dalam konteks ini merupakan suatu sistem yang dijalankan
Rumah Sakit Kharitas Bhakti untuk memberikan jaminan keselamatan terhadap pasien
sehingga dapat meningkatkan keselamatan dan kepercayaan pasien kepada Rumah Sakit
Kharitas Bhakti.
B. TUJUAN
Tujuan adalah untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh pelayanan
yang tidak seharusnya ataupun pelayanan yang seharusnya dilakukan tetapi tidak
dilaksanakan sesuai SPO oleh petugas Rumah Sakit. Hal ini tentu harus menjadi budaya
Rumah Sakit sehingga mengurangi resiko kejadian yang tidak diinginkan yang mengancam
keselamatan pasien.
31
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
32
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
c) Lakukan double cross chek saat pemberian obat High alert dan LASA (look a like
sound a like)
d) Obat-obatan High alert dan LASA disimpan pada tempat yang ditentukan sesuai
kebijakan ruangan dan dilakukan pengecekan berkala setiap shift oleh karu/katim dan
petugas apoteker.
e) Observasi 15 menit paska pemberian obat kepasien
f) Lakukan pendokumentasian setelah melakukan pemberian obat-obatan kepada
pasien
33
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
34
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB VII
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
A. PENGERTIAN
Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi
Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah menjadi Infeksi Terkait
Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian yang
lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
B. RANTAI INFEKSI
Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai
penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksi dapat
dicegah atau dihentikan. Berikut penjelasan tentang rantai infeksi :
a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia,
agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen
penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah
(dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau
laboratorium mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.
b. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-
biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir
terbanyak adalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air,
lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat,
permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga
merupakan reservoir.
c. Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme)
meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta
transplasenta.
d. Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu:
(1) kontak: langsung dan tidak langsung
(2) droplet
(3) airborne
(4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah)
(5) melalui vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat).
e. Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan
dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit
yang tidak utuh.
35
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
f. Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi
kekebalan adalah umur, status gizi, imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma, pasca pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan.
g. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status
ekonomi, pola hidup, pekerjaan dan herediter.
C. JENIS HAIS
Jenis jenis HAIs yang paling sering terjadi di rumah sakit dan harus dilaporkan oleh sistem
jejaring PPI yang ada diruangan rawat inap :
1. Ventilator associated pneumonia (VAP).
2. Infeksi Aliran Darah (IAD).
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK).
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
36
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
4. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan di unit gawat darurat, antara lain berupa upaya kebersihan
udara, kebersihan air, kebersihan ruangan dari hama seperti kecoak dan kebersihan
permukaan dari debu
37
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
5. Pengolahan limbah
• Limbah dibedakan menjadi limbah medis non medis, limbah tajam dan B3
• Segera buang limbah yang dihasilkan ke tempat pembuangan sesuai kebijakan dan
SPO
• Pembuangan limbah di tempat penampungan yang ada diruangan jika sudah ¾
penuh maka harus sudah dibuang
6. Penatalaksanaan Linen
• Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah
tangga, gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
• Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh
• Pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat
• Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus, dimasukkan kantong kuning dan diangkut/ditranportasikan secara
berhati-hati agar tidak terjadi kebocoran.
7. Perlindungan kesehatan petugas
• Setiap petugas harus dalam kondisi sehat saat bertugas
• Jangan menggunakan jam, cincin maupun gelang (aksesoris) saat jam dinas
• Tidak menggunakan recapping jarum setelah dipakai
• Setiap tenaga kesehatan di lingkungan RS sudah di programkan untuk
mendapatkan imunisasi seperti imunisasi hepatitis dan covid,
8. Penempatan Pasien
• Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
• Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri
9. Etika batuk
Petugas kesehatan yang ada di UGD wajib mengetahui dan melakukan serta
mengedukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang etika batuk
10. Praktek menyuntik yang aman.
• Menerapkan tehnik aseptik untuk mecegah kontaminasi alat-alat injeksi
• Tidak menggunakan spuit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu pasien
walaupun jarum suntiknya diganti
• Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien dan
satu prosedur
• Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial / ampul untuk pemberian berikutnya.
• Bila harus menggunakan obat-obat multi dose, semua alat yang akan dipergunakan
harus steril
38
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
39
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
40
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB VIII
PROGRAM MUTU
UNIT GAWAT DARURAT
Pelaporan indikator mutu unit gawat darurat dilaporkan oleh staf ruangan yang telah ditunjuk
oleh tim PMKP dan diketahui oleh kepala ruangan.
Adapun Standar pelayanan minimal Rumah Sakit dalam pedoman ini meliputi jenis-jenis
pelayan, indikator dan standar pencapaian kinerja pelayanan Rumah Sakit.
Jenis-jenis pelayanan Rumah Sakit yang minimal wajib disediakan oleh Rumah Sakit meliputi:
1. Pelayanan Gawat Darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan Rawat Inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
Dibawah ini merupakan SPM gawat darurat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
129/MENKES /SK/II/2008 tentang STANDAR PELAYANAN MINIMAL GAWAT DARURAT
No Jenis pelayanan Indikator standar
1 UGD Kemampuan menangani life saving 100%
Pemberi pelayanan kegawatdaruratan 100%
yang bersertifikat yang masih berlaku
Waktu tanggap pelayanan dokter di unit <5 menit terlayani, setelah
gawat darurat pasien datang
Jam buka pelayanan unit gawat darurat 24 jam
41
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB IX
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. PENGERTIAN
K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit
Keselamatan dapat dilihat dari segi :
1. Keselamatan petugas
2. Keselamatan pasien
3. Keselamatan pengunjung
B. TUJUAN
1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
2. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan
di Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan dan
kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung.
3. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.
4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari pajanan
dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk memastikan SDM Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari bahaya
api, asap, dan bahaya lain.
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan
kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
7. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis baik saat
digunakan maupun saat tidak digunakan.
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan untuk meminimalkan
dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang dapat menimbulkan
kerugian fisik, material, dan jiwa, mengganggu operasional, serta menyebabkan
kerusakan lingkungan, atau mengancam finansial dan citra Rumah Sakit.
42
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
9. Unit Pelayanan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk menurunkan kejadian dan
prevalensi penyakit pada SDM Rumah Sakit dari penyakit menular, penyakit tidak
menular, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan akibat kerja.
43
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
4. Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat supervisi.
44
Rumah Sakit Kharitas Bhakti
Pedoman Pelayanan Unit Gawat Darurat
BAB X
PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Kharitas
Bhakti Pontianak ini diharapkan:
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait.
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait,
pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan demi terwujudnya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit Kharitas Bhakti Pontianak.
Ditetapkan di : Pontianak
Pada tanggal : 31 Desember 2022
45
RUMAH SAKIT
KHARITAS BHAKTI
TATA TERTIB Jl. Siam No. 153
Pontianak 78122
RUMAH SAKIT KHARITAS BHAKTI Kalimantan Barat
Telp. (0561) 734373
Fax. (0561) 768969
Email : kharitas_bhakti@yahoo.com
1. Jam masuk dinas
Shift pagi : Pukul 06.45 – 14.00 WIB
Shift sore : Pukul 13.45 – 21.00 WIB
Shift malam : Pukul 20.45 – 07.00 WIB
2. Jam istirahat makan bagi karyawan ( berlaku izin maksimal hanya 30 menit) secara bergantian
Pagi : Pukul 10.00 – 11.30 WIB
Sore : Pukul 17.00 – 18.30 WIB
3. Karyawan RS dilarang makan di nurse station.
4. Hari kerja dalam 1 (satu) bulan bagi karyawan bekerja secara shift yaitu 22 – 24 hari.
5. Jika karyawan tidak masuk selama 2 (dua) hari berturut-turut tanpa pemberitahuan maka
dianggap yang bersangkutan telah mengundurkan diri.
6. Bagi karyawan yang berhalangan hadir, diwajibkan meminta izin kepada atasan dengan
alasan yang jelas dan benar, jika tidak ada pemberitahuan/keterangan atau memberikan
alasan yang tidak masuk akal maka atasan berhak tidak memberikan izin. Jika karyawan
tersebut tetap tidak masuk, atasan boleh menegur atau memberikan surat peringatan (SP)
jika teguran tidak diindahkan.
7. Bagi karyawan yang tidak masuk secara bersamaan (mogok kerja), maka pihak rumah sakit
berhak melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
8. Bagi karyawan yang datang terlambat dalam 1 (satu) bulan :
− datang jam dinas melewati jam masuk sampai 15 menit maka tetap mendapat uang
rajin sebesar Rp. 200.000,
− telat 15 - 30 menit maka karyawan yang bersangkutan tidak mendapatkan tambahan
uang rajin dan tidak mendapatkan potongan insentif
− telat 30 - 60 menit maka tidak mendapatkan uang rajin dan mendapat potongan
insentif sebesar Rp. 200.000
− telat diatas 60 menit (1 jam) maka tidak mendapatkan uang rajin dan mendapatkan
potongan insentif sebesar Rp. 500.000.
9. RS tidak akan mentoleransi karyawan yang sering datang tidak tepat waktu dan jika tidak
mengindahkan teguran yang diberikan oleh kepala ruangan atau atasan di unit terkait, maka
pihak manajemen akan memberikan sanksi berupa surat peringatan (SP) kepada yang
bersangkutan.
10. Jika karyawan menolak perintah atasan yang berhubungan dengan pekerjaan, maka akan
diberikan sanksi berupa surat peringatan (SP) kepada yang bersangkutan.
11. Tidak mengindahkan teguran atasan dan berbicara serta bertingkahlaku tidak sopan kepada
atasan, rekan kerja, pasien atau keluarga pasien, maka karyawan bersangkutan akan
diberikan surat peringatan (SP).
12. Karyawan yang bekerja disemua unit harus bersedia untuk diroling atau dimutasikan keunit
lainnya.
13. Batas tukar jadwal dinas dalam 1 (satu) bulan maksimal hanya 3 (tiga) kali dengan alasan
yang dapat diterima, dan tidak diperkenankan karyawan dengan sengaja menabung libur
dengan jadwal dinas yang berkelanjutan tanpa persetujuan atasan.
14. Karyawan tidak diperkenankan dinas dalam 3 shift berturut turut, maksimal shift yang dihandle
dalam waktu 24 jam adalah 2 shift dengan jeda satu shift untuk istirahat.
15. Pengajuan cuti harus dilakukan satu bulan atau maksimal 2 (dua) minggu sebelum tanggal
cuti berlangsung, kepala ruang atau bidang keperawatan berhak tidak mengizinkan cuti jika
Poliklinik - UGD - ICU - Unit Bersalin - Perinatologi - Rawat Inap - Laboratorium - Apotek - Radiologi
karyawan tidak melakukan pengajuan cuti sebelumnya atau kondisi ruangan tidak
memungkinkan karena kekurangan staf.
16. Hak cuti bulanan hanya bisa diambil oleh 3 (tiga) orang karyawan saja perbulannya dalam 1
(satu) ruangan tapi jika kondisi ruangan tidak memungkinkan dikarenakan kekurangan staf
maka kepala ruang berhak membatasi jumlah karyawan yang cuti di ruangannya.
17. Bagi karyawan wanita yang telah mengambil cuti melahirkan masih berhak mengambil cuti
tahunan selama 12 hari ditahun yang sama (berlaku bagi karyawan tetap).
18. Mengunakan seragam dinas yang lengkap dan rapi meliputi :
− baju dinas.
− Name tag.
− Menggunakan sepatu (hitam /putih) dan kaos kaki saat dinas.
− Bagi tenaga kesehatan wanita yang menggunakan jilbab, maka wajib menggunakan
jilbab dari RS dan saat digunakan harus dimasukkan ke dalam kerah baju.
− Bagi perawat wanita dan bidan yang tidak menggunakan jilbab maka diwajibkan
menggunakan kap kepala dan rambut harus diikat rapi menggunakan cepol, rambut
tidak boleh diwarnai (warna yang terang).
− Tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan, dan berdandan / make up yang
mencolok.
19. Bagi karyawan pria rambut tidak boleh panjang dan berwarna yang mencolok, serta tidak
boleh brewokan dan menggunakan anting
20. Karyawan dilarang bertato, dan menggunakan kuteks kuku.
21. Karyawan RS (khusus tenaga kesehatan) dilarang berkeliaran diluar lingkungan RS
menggunakan seragam dinas / keluar saat jam dinas, wajib pergi dinas dan pulang dinas
menggunakan baju bebas rapi.
22. Tidak boleh tidur disaat jam dinas.
23. Dilarang memalsukan tanda tangan atasan dan stempel RS atau menggunakan stempel RS
untuk kepentingan pribadi tanpa izin dari pihak RS.
24. Dilarang menggunakan telpon kantor untuk kepentingan pribadi.
25. Dilarang bermain HP, Gadget maupun game di komputer saat jam dinas, jika karyawan yang
bersangkutan masih bermain HP atau gadget disaat jam dinas maka atasan berhak menyita
HP tersebut.
26. Karyawan dilarang memposting foto atau video apapun dimedia sosial yang berhubungan
dengan lingkungan rumah sakit dan atribut rumah sakit kecuali dalam rangka kegiatan yng
dilakukan oleh rumah sakit, jika diketahui karyawan yang bersangkutan melakukan hal
tersebut maka pihak manajemen berhak memberikan sanksi berupa surat peringatan (SP)
sampai dengan tindakan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
27. Karyawan dilarang membuat status dimedia sosial yang berhubungan dengan pasien,
pelayanan rumah sakit maupun situasi internal yang ada dirumah sakit, jika diketahui
karyawan yang bersangkutan melakukan hal tersebut maka pihak manajemen berhak
memberikan sanksi berupa surat peringatan (SP) sampai dengan tindakan pemutusan
hubungan kerja secara sepihak.
28. Suami istri tidak boleh bekerja dalam satu unit.
29. Selama masih berstatus karyawan Rumah Sakit Kharitas Bhakti dilarang untuk datang atau
masuk ke diskotik atau lingkungannya (menggunakan seragam atau atribut yang
berhubungan dengan RS), dan apabila diketahui akan diberikan sanksi berupa surat
peringatan (SP) sampai dengan tindakan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
30. Dilarang membawa teman atau anggota keluarga yang tidak ada hubungan dengan pekerjaan
kedalam lingkungan Rumah Sakit.
31. Dilarang keras melakukan tindak kriminal maupun asusila di lingkungan RS.
32. Dilarang merokok di lingkungan Rumah Sakit.
Poliklinik - UGD - ICU - Unit Bersalin - Perinatologi - Rawat Inap - Laboratorium - Apotek - Radiologi
33. Karyawan dilarang keras menggunakan obat-obatan terlarang (narkotika) dan miras, jika
terbukti menggunakan maka pihak RS akan melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja
secara sepihak.
34. Dilarang mengambil BHP atau barang milik RS yang tersedia diruangan untuk kepentingan
pribadi.
35. Dilarang membawa status Rekam Medis pasien keluar dari lingkungan RS.
36. Mencuri, berkelahi, membawa senjata tajam, menyebarkan barang porno (buku, VCD, dan
Video), berselingkuh dengan sesama karyawan, mengintimidasi, memprovokasi,
menyebarkan HOAX, membuat pernyataan bohong tentang RS dan merusak sarana RS
dengan sengaja, jika terbukti melakukan maka pihak RS akan melakukan tindakan pemutusan
hubungan kerja secara sepihak.
37. Jika ada karyawan yang melindungi teman yang bersalah maka karyawan tersebut akan
diberikan sanksi berupa surat peringatan (SP) oleh manajemen.
38. Dilarang merayakan ulang tahun teman di lingkungan RS dengan cara yang berlebihan seperti
menyiram ,melempar dengan telur/tepung serta mengikat dengan tali.
39. Jika ada karyawan yang melakukan kelalaian yang menyebabkan cedera atau kerugian pada
pasien maka manajemen akan diberikan sanksi berupa surat peringatan (SP) sampai dengan
tindakan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
40. Tenaga kesehatan tidak boleh melakukan home visite (homecare) mengatasnamakan RS
untuk kepentingan pribadi.
41. Bagi karyawan yang berstatus kontrak dibawah 2 (dua) tahun tidak diperkenankan untuk
mengikuti tes CPNS, jika terbukti mengikuti maka RS akan melakukan pemutusan hubungan
kerja secara sepihak, dan yang bersangkutan wajib membayar biaya finalti sesuai yang tertera
di surat kontrak yang telah disepakati dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak.
42. Setiap karyawan yang diberikan tanggung jawab baik berupa jabatan atau pendelegasian
tugas harus melakukan tugasnya tersebut , jika yang bersangkutan tidak melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai tanggung jawab dan uraian tugas yang diberikan maka atasan dapat
memberikan surat peringatan langsung kepada karyawan yang bersangkutan.
43. Setiap karyawan diharapkan mengikuti setiap peraturan yang berlaku disetiap ruangan
maupun peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak RS dan apabila melanggar tata tertib dan
SPO RS maka Kepala Ruang maupun Kabid Keperawatan atau Pihak Manajemen RS berhak
memberikan teguran atau memberikan surat peringatan langsung kepada karyawan yang
bersangkutan.
44. Manajemen RS dapat memberikan surat peringatan (SP) secara berturut-turut atau langsung
memberikan SP-3 bahkan pemutusan hubungan kerja secara sepihak jika karyawan
melakukan pelanggaran peraturan RS yang dianggap telah merugikan RS.
Poliklinik - UGD - ICU - Unit Bersalin - Perinatologi - Rawat Inap - Laboratorium - Apotek - Radiologi
SKOR PELANGGARAN TATA TERTIB
RUMAH SAKIT KHARITAS BHAKTI
A. ETIKA
NO JENIS PELANGGARAN SKOR
1 Terlibat dalam tindak kriminal, tindak pidana ( mencuri,merampas barang milik orang lain ) 100
2 Membawa dan menggunakan senjata tajam / senjata api 100
3 Membawa dan atau menggunakan narkoba / miras 100
Membawa, melihat dan atau mengedarkan barang porno ( buku,VCD, video dari HP dan 100
4
sejenisnya )
5 Berkelahi / terlibat / pemicu perkelahian ( tawuran ) 100
6 Menganiaya / mengintimidasi atasan, teman, dokter, karyawan lain,pasien dll 100
7 Tidak masuk lebih dari satu hari berturut-turut tanpa keterangan /mogok kerja / berdemo 100
Berbuat asusila dilingkungan RS /berselingkuh dengan sesama karyawan RS dilingkungan 100
8
RS
Membuat status dimedia sosial yang berhubungan dengan pasien, pelayanan RS maupun 100
9
situasi internal yang ada di RS
Memposting foto atau video apapun dimedia sosial yang berhubungan dengan RS (saat jam 100
10
dinas)
Memalsukan stempel RS atau menggunakan stempel RS untuk kepentingan pribadi tanpa ijin 100
11
kepala RS
Melakukan kelalaian yang mengakibatkan cedera pada pasien ( merugikan pasien)
12 − Jika jujur dan menyampaikan langsung setelah kejadian ke atasan 60
− Jika menutupi kesalahan dari atasan 100
13 Melakukan kelalaian kerja yang tidak menimbulkan cedera pada pasien 80
Membuat pernyataan bohong, dusta atau palsu dalam memberikan keterangan yang 100
14
berhubungqan dengan RS
Melakukan perawatan ke pasien diluar RS (homecare) tanpa menggunakan surat tugas dari 100
15
RS, tetapi mengatasnamakan RS kepada Pasien untuk kepentingan pribadi
Mencemarkan nama baik RS (atasan, rekan kerja atau karyawan lain ) baik secara lisan, 100
16
makar , Hoak, ataupun melalui media online
17 Melakukan tindakan provokasi 100
18 Merusak sarana dan prasarana RS dengan sengaja 85
19 Menolak perintah atasan yang berhubungan dengan pekerjaan di RS 80
20 Berperilaku tidak sopan kepada atasan 80
Pergi ketempat tempat seperti diskotik dan tempat tempat dunia malam menggunakan atribut 75
21
RS
22 Merokok di lingkungan RS 50
23 Tidur disaat jam dinas 50
24 Bermain hp saat jam kerja 25
Berbicara dan bertingkah laku tidak sopan kepada teman sejawat,pasien serta keluarga 25
25
pasien
26 Membuang sampah dan meludah di sembarang tempat 20
Merayakan ulang tahun secara berlebihan ( menyiram atau melempar dengan telur, air, 20
27
pewarna, tepung serta mengikat dengan tali dll) di dalam lingkungan RS
Tukar dinas lebih dari 3 kali dalam satu bulan sesuai ketentuan RS tanpa ada alasan yang 20
28
jelas
29 Mengajukan cuti tidak sesuai dengan ketentuan RS 20
30 Pulang dinas sebelum jam dinas berakhir 20
31 Melindungi teman yang bersalah 20
32 Datang dan pergi dinas menggunakan seragam dinas/ kerja 20
B. KERAJINAN
No JENIS PELANGGARAN SKOR
1 Tidak melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai kepala Ruang / Katim/ Pelaksana 100
3 Tidak masuk dengan alasan sakit tanpa memberi surat atau keterangan kepada atasan 75
C. KERAPIAN
No JENIS PELANGGARAN SKOR
1 Memakai seragam tidak sesuai dengan ketentuan 25
2 Tidak memakai atribut yang telah ditentukan ( jilbab, name tag,id card, sepatu,kaos kaki) 25
3 Rambut tidak rapi, gondrong,di cat dengan warna yang mencolok , brewokan / tidak 25
bercepol bagi yg tidak berjilbab, laki laki menggunakan anting
4 Memakai perhiasan ( gelang,cincin dll secara berlebihan} tindik yang berlebihan 20
5 Berhias (make up yang berlebihan) 20
SANKSI DAN PENILAIAN KELAKUAN