Halaman
1
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ........................................................................................... 68.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan
upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1457/ Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan Kesehatan di
Kabupaten atau Kota, maka untuk itu di pandang perlu disetiap rumah sakit Umum atau Daerah
meningkatkan pasilitas dan pelayanan Laboratorium yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010. Sebagai pelaksanaan
ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
maka dipandang perlu juga untuk menetapkan Standar Profesi bagi tenaga Ahli Laboratorium
Kesehatan dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/SK/III/2007.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang
medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratoris
terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di laboratorium. Masyarakat
menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan penyakit.
Dalam era globalisasi, tuntutan standarisasi mutu pelayanan laboratorium tidak dapat dielakkan
lagi peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada seluruh profesi kesehatan
dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli teknologi laboratorium kesehatan indonesia
harus mampu bersaing dengan ahli ahli teknologi laboratorium ( Medical Laboratory
Technologist ) dari negara lain yang lebih maju. Untuk itulah perlu disusun suatu standar profesi
bagi para ahli teknologi laboratorium kesehatan dan pedomam yang jelas tentang pelayan
instalasi laboratorium di Indonesia.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya pedoman pelayanan laboratorium Puskesmas Balekambang ini
adalah untuk memberikan arah atau standar bagi seluruh petugas yang bekerja di Laboratorium
dalam memberikan pelayanan pada pasien khususnya pelayanan laboratorium.
D. Batasan Operasional
Laboratorium Sederhana Puskesmas Balekambang merupakan laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen dahak ,darah dan urine sederhanan
Batasan operasional untuk jenis pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain Hemoglobin strip ,Golongan Darah
3
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan Kimia Klinik adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain :, Gula Darah,Kolesterol,Asam Urat
3. Pemeriksaan Klinik Rutin
Pemeriksaan Klinik Rutin adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yang membutuhkan bahan urin antara lain : Urine protein ,Tes
kehamilan .
4. Pemeriksaan Imunologi dan Serologi
Pemeriksaan Imunologi dan Serologi adalah : pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan yeng memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan,
adapun pemeriksaannya antara lain : HbsAg, HIV rapid
5. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain : Sputum Gram dan BTA
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tenteng Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
2. Undang-Unadang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaga Negara Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
3. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 493/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perbahan Kedua atas
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Akreditasi
Laboratorium Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman dan
Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Jejaring
Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/PSK/IX/2009 tentang Pedoman
Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan Biomedik;
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
5
1 Penanggungjawab Laboratorium S1 Kedokteran (Dokter 1 Orang
Umum)
B. Standar Kompetensi
I. Penanggungjawab Laboratorium
6
IV. Pelaksana Sampling Laboratorium
V. Pelaksana Administrasi.
Selain tugas pokok, Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan mempunyai fungsi atau
kewajiban sebagai berikut :
e. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan efisien
untuk menginterprestasikan hasil uji laboratorium.
7
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi/kewajibannya, Ahli Teknologi Laboratorium
Kesehatan harus mempunyai kompetensi sebagai berikut :
a. Menguasai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya di
Laboratorium Kesehatan.
8
C. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Laboratorium RSUD Badung diatur dalam 3 shift jaga dengan
distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:
Yang bertugas sejumlah 7( tujuh ) orang dengan rincian :
a. 1 orang koordinator
b. 1 orang petugas sampling
c. 1 orang petugas administrasi
d. 1 orang bertugas di hematologi /serologi
e. 1 orang bertugas di kimia klinik
f. 1 orang bertugas di urinalisa
g. 1 orang petugas sampling ke Rawat inap atau UGD
Jam dinas dari pukul 08.00 wita s/d pukul 14.00 wita.
2. Dinas sore:
Jam dinas dari pukul 14.00 wita s/d pukul 20.00 wita.
3. Dinas malam:
Yang bertugas 2 ( dua ) orang dengan rincian tugas :
a. Sebagai penanggung jawab Shift merangkap pelaksana,
b. Sebagai petugas billing merangkap pelaksana
c. Sebagai petugas sampling merangkap pelaksana.
Jam dinas dari pukul 20.00 wita s/d pukul 08.00 wita.
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis di Instalasi Laboratorium RSUD Badung adalah sebagai
berikut:
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis dibuat oleh Ka Ruangan/ koordinator
laboratorium, disetujui oleh Kepala Instalasi Laboratorium dan ditandatangani oleh Kasi
Penunjang Medis dan Kabid Penunjang RSUD Badung.
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke analis pelaksana
laboratorium setiap satu bulan.
3. Untuk tenaga analis yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka analis
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas melalui koordinator dengan menulis pada
buku permintaan dinas. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada
dan tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan dapat disetujui.
4. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
Apabila ada tenaga analis jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( terencana ), maka analis bersangkutan harus memberitahu koordinator
laboratorium satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang bersangkutan sudah mencari
analis pengganti. Apabila analis bersangkutan tidak mendapatkan analis pengganti, maka
koordinator laboratorium akan mencari tenaga analis pengganti.
9
5. Apabila ada tenaga analis tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ), maka koordinator laboratorium akan mencari analis pengganti yang libur.
Apabila tidak dapat analis pengganti, maka analis yang dinas pada shift sebelumnya untuk
menggantikan.
Contoh jadwal dinas Instalasi Laboratorium RSUD Badung dalam satu bulan:
1. Latar Belakang
Pelayanan Laboratorium RSUD Badung merupakan unit pelayanan diagnostik dengan pelayanan 24
jam yang datang ke laboratorium. Dalam upaya penetapan tenaga di Laboratorium yang handal,
diperlukan perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan SDM yang tepat bagi kelancaran pelayanan
Laboratorium.
Perencanan tersebut diatas bertujuan untuk mengatasi dan menyiapkan turn over SDM didalam
Laboratorium. Untuk meningkatkan kompetensi SDM Laboratorium diperlukan pendidikan dan
pelatihan secara berkala.
2. Tujuan Umum
Tersedianya kuantitas dan kualitas SDM sesuai dengan persyaratan ketetapan ketenagaan di
Laboratorium.
3. Tujuan Khusus
Metode perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja Workload Indicators of
Staffing Need (WISN) adalah suatu metode perhitungan berdasarkan beban pekerjaan nyata yang
dilaksanakan oleh tiap kategori tenaga kesehatann pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan
kesehatan. Metode ini diciptakan oleh PJ Shipp (1984) dan sangat dianjurkan oleh Organosasi
Kesehatan sedunia (WHO). Kelebihan metode ini mudah dioperasikan , mudah digunakan,secara
teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
10
5. Perhitungan Kebutuhan Tenaga dr Penanggung Jawab Laboratorium
Pada umumnya dr Spesialis Penanggung jawab Laboratorium memiliki faktor kelonggaran sebagai
berikut :
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilakukan
di laboratorium selama kurun waktu 2013, yaitu 36.000 pasien tidak Cyto dan 3.600 pasien Cyto.
11
Standar beban kerja
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (Wisn), maka didapatkan
kebutuhan tenaga dr Spesialis Penanggung Jawab = 0.09 + 1.40 = 1 Orang / shif.
12
e. Rapat 2 jam per bulan = 0.5 jam /minggu
f. Kegiatan profesi 3 jam per bulan = 0.75 jam/minggu
g. Berobat = 1 jam /minggu
h. Lain-lain urusan pribadi = 2 jam/minggu
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilakukan
di laboratorium selama kurun waktu 2013, yaitu 36.000 pasien tidak Cyto dan 3.600 pasien Cyto.
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (Wisn), maka didapatkan
kebutuhan tenaga Analis = 1.05 + 18.77 = 19 Orang / shif.
disesuaikan dengan kebutuhan jadwal jaga dalam tiga (3) shif, jaga pagi 8 Orang, siang 2 orang, malam 2
Orang.sehingga dibutuhkan tenaga Analis sebanyak 19 orang.
13
membutuhkan waktu rata-rata 3 Menit. Sedangkan untuk pasien tidak Cyto
membutuhkan waktu rata-rata 5 menit.
Kuantitas kegiatan pokok disusun berdasarkan berbagai data kegiatan pelayanan yang telah dilakukan
di laboratorium selama kurun waktu 2013, yaitu 36.000 pasien tidak Cyto dan 3.600 pasien Cyto.
Kesimpulan :
14
Berdasarkan perhitungan dengan metode Workload Indicators of Staffing Need (Wisn), maka didapatkan
kebutuhan tenaga dr Spesialis Penanggung Jawab = 0.14 + 2.34 = 2 Orang / shif.
Keterangan :
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga di Laboratorium RSUD Badung dengan kondisi tenaga saat
ini, maka kekurangan tenaga Spesialis Pathologi Klinik 1 orang, Tenaga Analis 4 orang, Tenaga, tenaga
Administrasi 1 orang.
9. Kesimpulan
Sesuai dengan analisis diatas maka untuk memenuhi kekurangan tenaga di Laboratorium RSUD Badung,
maka diperlukan penambahan tenaga Spesialis Pathologi klinik, Analis, Dan tenaga Administrasi.
15
BAB III
STANDAR FASILITAS
Wastafel
R./ Analis
Ruang
Administrasi Lab.
N
R./ Gudang administrasi
I
C Gudang
Barang Kamar Mandi
U Laboratorium
PMI
Keterangan : Ruangan laboratorium luasnya : 108 m 2, dengan masing – masing luas ruangan
15,4m2 di tambah ruang tunggu pasien kurang lebih 20 m 2 , terdiri dari :
1. Ruangan Sampling
Yaitu tempat untuk penerimaan, pengambilan sampel
2. Ruangan administrasi
Yaitu tempat untuk registrasi data pasien, tempat untuk proses akhir hasil laboratorium
dan tempat mengentry data bahan habis pakai/reagen yang dipakai
3. Gudang administrasi
Yaitu ruangan tempat ATK dan lain- lain
4. Tempat reagen
Yaitu tempat reagen yang sudah didistribusikan dari gudang barang laboratorium
16
5. Gudang barang laboratorium
Yaitu tempat untuk penyimpanan stok reagen dan semua barang habis pakai di
laboratorium.
B. Standar fasilitas.
BAB IV
17
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Persyaratan Pelayanan
1. Persyaratan umum :
a. Pasien sudah terdaftar di sistim rekam medik rumah sakit sesuai dengan jaminan perawatan
masing-masing
b. Untuk Pasien rawat jalan; pasien datang langsung ke Laboratorium dengan membawa
formulir permintaan pemeriksaan yang telah diisi lengkap dan berkas jaminan yang sesuai
dengan jaminan yang dipakai.
c. Untuk pasien rawat inap; Sampel pemeriksaan dikirim ke laboratorium oleh petugas ruangan
beserta formulir permintaan yang telah diisi lengkap.
2. Persyaratan khusus :sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, seperti puasa,tidak
minum obat- obatan, tidak pada saat haid untuk pemeriksaan UL.
Adapun tata laksana pelayanan laboratorium RSUD Badung secara rinci dituangkan dalam
bentuk alur pelayanan laboratorium dapat dilihat dalam diagram berikut: Poin B.
18
Sampel Dari Sampel dari
Pasien Rawat
Ruang Rawat IGD
Jalan
Inap
Analisa
Analis Lab
Release
Analis Quality
Control
Autorized
Dokter Penanggung Jawab Lab
Print
Analis Lab
Pasien / Petugas IRJ /
Administrasi
Petugas IRI
19
JENIS PERMINTAAN JENIS PEMERIKSAAN WAKTU TUNGGU HASIL
Keterangan : Hal tersebut diatas berlaku jika semua alat laboratorium berada dalam kondisi baik,
dan untuk hitung jenis leukosit jika tidak ditemukan sel muda karena perlu konsultasi dengan
penanggung jawab laboratorium.
1. Hematologi
a) Pertama tabung EDTA yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur, Ruangan, atau
nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Sampel langsung dikerjakan di alat hematologi
c) Catat hasil d blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
d) Secara otomatis hasil laboratorium pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat
pada menu Result.
2. Kimia
a) Pertama tabung Kimia yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur, ruangan, atau
nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Sampel langsung dikerjakan di alat Kimia Klinik
c) Catat hasil d blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
d) Secara otomatis hasil laboratorium pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat
pada menu Result.
3. Serologi/Imunologi
a) Pertama tabung tanpa antikoagulan yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur,
ruangan, atau nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Sampel untuk pemeriksaan HBsAg, Anti HCV, WIdal, dikerjakan secara manual.
c) Catat hasil d blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
20
d) Secara otomatis hasil laboratorium pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat
pada menu Result.
4. Bakteriologi
a) Pertama pot yang berisi sampel untuk pemeriksaan bakteriologi seperti dahak, diberi
nama, umur, ruangan atau nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien ,
b) Dilakukan pembuatan preparat BTA atau Sputum Gram
c) Preparat pasien dibaca pada mikroskop
d) Catat hasil di buku TB 04 untuk pemeriksaan BTA
e) Ketik hasil pemeriksaan Sputum gram pada computer
f) Secara otomatis hasil sputum gram pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat
pada menu Result.
5. Urine
a) Pertama pot yang berisi sampel urine, diberi nama, umur, ruangan atau nomor CM
( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien ,
b) Dilakukan pembuatan preparat urine
c) Preparat urine pasien dibaca pada mikroskop
d) Ketik hasil pemeriksaan urine pada computer
e) Secara otomatis hasil urine pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat pada menu
Result.
6. Faeces
a) Pertama pot yang berisi sampel faeces,diberi nama, umur, ruangan atau nomor CM
( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Dilakukan pembuatan preparat faeces
c) Preparat faeces pasien dibaca pada mikroskop
d) Ketik hasil pemeriksaan faeces pada computer
e) Secara otomatis hasil faeces pasien tersimpan pada computer dan dapat dilihat pada
menu Result.
D. Pengelolaan Spesimen
1. Persiapan Pasien :
a. Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.
1) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 10 - 12 jam. Pagi hari pasien
diambil darah untuk pemeriksaan glukosa puasa, kemudian pasien makan dan
minum seperti biasa, selesai makan pasien puasa lagi selama 2 jam.
2) Pasien diambil darah dan urine yang kedua untuk pemeriksaan glukosa 2 jam pp
b. Pemeriksaan Profil Lipid.
2. Persiapan Alat :
a. Needle vacutainer, Tube vacutainer.
b. Spuit, Lancet, Wing needle, Tourniquet.
c. Pot urine
d. Objek glass, cover glass.
21
3. Persiapan Bahan :
a. Kapas alcohol
b. Anti koagulant
22
1) Ambil sedikit faeces ke dalam wadah bersih dan bertutup, jangan bercampur
dengan urine.
2) Ambil bagian yang ada darah dan lendirnya.
f. Sputum
1) Ambil sputum dengan metode SPS ( sewaktu, pagi baru bangun tidur, sewaktu)
2) Tampung pada wadah bersih, kering dan bermulut besar dan tertutup.
g. Pleura dan cairan tubuh lain
Tampung semua sample/bahan pada wadah bersih, kering, dan bermulut lebar.
h. Sekret / swab
Bahan diambil dari swab vagina, uretra, tenggorok, telinga, hidung sesuai dengan
permintaan dokter.
i. Kultur
Pada pemeriksaan kultur, sample ditampung pada wadah bersih dan steril.
E. Pengolahan Spesimen
Darah segar (Gall kultur / Masukkan ke dalam botol Darah dalam botol
MO darah) bactec
Simpan semua specimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hari serta bulan
penyimpanan.
1. Serum
Disimpan di freezer selama 10 hari pada suhu -200C, setelah disimpan selama 1 bulan, sisa
serum dibuang
2. Darah EDTA
Sisa sample darah EDTA disimpan selama 24 jam pada suhu 80C, setelah itu dibuang
23
3. Darah Beku
Sisa sample darah beku disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan, (15-30 0C), setelah itu
dibuang .
4. Urine
Sisa sample urine di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian shift
kerja, setelah itu dibuang.
5. Faeces
Sisa sample faeces di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian shift
kerja, setelah itu dibuang.
6. Cairan Tubuh
Sisa sample cairan tubuh di simpan pada suhu 80C selama 1 minggu, setelah itu dibuang.
(dalam menit)
HEMATOLOGI :
Setiap hari ≤ 60
8. Hitung Eosinofil Darah EDTA 2 ml
Setiap hari 2 hari
Darah EDTA 2 ml
9. IT Ratio Setiap hari ≤ 60
Darah EDTA 2 ml
Setiap hari ≤ 60
10. Hitung Eritrosit Darah EDTA 2 ml
Setiap hari ≤ 60
Darah EDTA 2 ml
11. VER, HER, KHER Setiap hari ≤ 60
Darah EDTA 2 ml
Setiap hari ≤ 60
12. Hitung Jenis Darah EDTA 2 ml
Leukosit dirujuk 1 x 24 jam
13. LED Darah EDTA 2 ml
14. Gambaran darah Setiap hari 1 x 24 jam
tepi
24
15. Malaria
HEMOSTASIS :
URINALISIS :
4. Glukosa urin
FAECES :
1. Transudat/ exudat
Cairan Pleura dirujuk ≤ 140
2. Cairan sendi
Cairan Sendi dirujuk ≤ 140
DRUG MONITORING :
1. Amphetamin
25
Kimia
(dalam menit)
KARBOHIDRAT :
LEMAK :
4. Kolestrol LDL
FUNGSI GINJAL :
BAKTERIOLOGI :
FUNGSI HATI :
26
2. Albumin Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 140
SEROLOGI :
27
H. Penanganan Nilai Kritis ( Critical Value )
Penetapan dan penanganan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Badung,
berdasarkan kesepakatan dari seluruh SMF yang ada di lingkungan RSUD Badung.
Pengertian : Hasil kritis ( Critical Value ) adalah hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa
parameter dengan hasil diluar rentang normal yang ditetapkan ( terlalu tinggi atau
terlalu rendah ), yang harus segera dilaporkan kepada dokter penanggung jawab
pelayanan ( DPJP ) agar dapat diambil tindakan segera guna mengatasi keadaan /
penyakitnya.
Tujuan : Agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pasien yang mengalami kegawatan atau
dalam keadaan kritis.
Kebijakan : Setiap hasil kritis yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium di Instalasi
Laboratorium RSUD Badung, harus segera dilaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan ( DPJP )/ Dokter pengirim, atau perawat penanggung jawab sebelum hasil
dicetak di kertas.
Prosedur :
1. Dokter / analis penanggung jawab laboratorium segera menghubungi DPJP atau perawat
penanggung jawab ruangan melalui telepon bila hasil pemeriksaan pasien menunjukkan nilai
kritis ( critical value ).
2. Petugas laboratorium yang melapor hasil kritis mencatat pada buku pelaporan hasil kritis (
critical value ).
3. Hasil pemeriksaan laboratorium critical value segera dikirim ke ruangan / atau ke unit pengirim
oleh petugas laboratorium sesuai prosedur.
4. Hasil yang belum diambil setelah diinformasikan lebih dari tiga puluh menit ( 30 menit ), petugas
laboratorium wajib mengingatkan kembali ke ruangan / unit perawatan pasien.
28
SMF GIGI : ≥ 200 mg/dl -tidak bisa
dilakukan
pencabutan
gigi
7 APTT Umum : > 100 detik dan APTT khusus pasien yang
sedang diheparinisasi
29
10 AGD Umum : pH : 7,35 – 7,45
pCO2 : 35 – 45 mmHg
cHCO3 : 23 – 33 mmol/L
SBC : 22 – 26 mmol/L
SO2 : 95 – 99 mmol/L
I. Pengelolaan Limbah
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah dipisahkan dalam kantong kuning untuk sampah infeksius dan container dengan
kantong sampah hitam untuk sampah non infeksius
b. Limbah benda tajam/ sepuit bekas dimasukan ke dalam wadah khusus benda tajam
yang tahan tusukan seperti jerigen bekas.
c. Labeli tempat limbah.
d. Pergunakan alat pelindung setiap menangani limbah.
2. Pengumpulan dan Pengangkatan Limbah
a. Periksa kantong limbah jerigen, jika sudah mencapai ¾ jerigen ganti dengan kantong
limbah/ jerigen yang penuh tadi agar limbah tidak tumpah atau berceceran.
b. Jerigen yang ¾ penuh tadi diambil oleh petugas cleaning service di bawa ke tempat
pengolahan limbah.
c. Limbah benda tajam / spuit dikumpulkan pada wadah yang tahan tusuk, kemudian
diambil oleh petugas cleaning servis, di bawa ke tempat pengolahan limbah.
KODE WARNA YANG DISARANKAN UNTUK LIMBAH KLINIS
30
WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
31
d. Berkas yang telah melewati masa simpan,di musnahkan dan di buat berita acara
pemusnahan berkas.
6. Laporan bulanan dan tahunan
a. Laporan bulanan dan tahunan di kumpulkan sesuai dengan bulan dan tahun secara
berurutan.
b. Simpan dalam box file.
c. Laporan bulanan dan tahunan di simpan oleh ADM laboratorium selama 3 tahun.
d. Berkas yang telah melewati masa simpan,di musnahkan dan di buat berita acara
pemusnahan berkas.
7. Print out hasil dari alat
a. Rekatkan print out hasil laboratorium di masing-masing kertas kerja sesuai dengan hari
dan tanggal pemeriksaan.
b. Simpan print out bersama dengan buku kerja.
2. Inkubator
a. Bagian dalam inkubator dan rak harus di bersihkan secara teratur dengan di desinfektan.
b. Pemantauan,catat suhu setiap hari pada permulaan kerja.
c. Perbedaan suhu ± 2 °C, pengaturan suhu perlu di stel kembali.Suhu yang masih dapat
diterima adalah ± 2 °C dari suhu yang diinginkan.
d. Perawatan setiap 6 bulan sekali.
3. Centrifuge
a. Letakkan centrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai tiap centrifus. Beban harus di buat
seimbang sebelum centrifus di jalankan,kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena
tabung kapiler sangat kecil.
c. Pastikan bahwa penutup telah tertutup dengan baik dan kencang sebelum centrifus di
jalankan.
d. Bersihkan dinding bagian dalam dengan laritan anti septic setiap minggu atau bila
terjadi tumpahan atu tabung pecah.
e. Pada pengguna sentrifuge mikro hematokrit,tabung kapiler harus di tutup pada salah
satu ujungnya untuk menghindari keluar darahnya.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung, bila bantalan tidak ada maka tabung mudah
pecah waktu di centrifus karena adanya gaya sentrifugal yang kuat menekan tabung
kaca ke dasar wadah,bantalan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang di perlukan.
32
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh.
i. Jangan mengoperasikan sentrifuge dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifuge dengan kecepatan yang lebih tinggi dari keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifuge sebelum sentrifuge benar-benar telah berhenti.
l. Perawatan setiap tahun.
4. Mikroskop
a. Mikroskop di letakkan di tempat yang datar.
b. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa objektif 10x dulu, bila saranan jelas,
perbesar dengan objektif 40x, dan bila perlu dengan 100x. Untuk pembesaran 100x
gunakan dengan minyak imersi.
c. Bersihkan lensa dengan kertas lensa yang di basahi dengan xylol setiap hari setelah
selesai bekerja,terutama bila terkena minyak imersi.
d. Jangan membersihkan / merendam lensa dengan alcohol atau sejenisnya karena akan
melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
e. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau objektif,karena kotoran akan
mudah masuk.
f. Saat mikroskop di simpan, lensa objektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada satu
garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer
dan mikrometernya sudah rusak.
g. Membersihkan dan melumasi peyangga setiap minggu.
h. Mikroskop di simpan di tempat yang kelembapannya rendah, jangan menyentuh lensa
dengan jari.
i. Periksa kelurusan sumbu kondensor setiap bulan.
5. Fotometer / spectrometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing- masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 – 30 menit ( tergantung jenis / merek alat ),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab, tidak berjamur.
e. Kuvet ( tergantung jenisnya ) harus tepat meletakkannya,sisi yang dilalui cahaya harus
menghadap ke arah cahaya, bagian tersebut harus bersih, tidak ada bekas tangan,
goresan ataupun embun.Untuk menghindari hal tersebut pegang kuvet di ujung dekat
permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi kuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus di inkubasi pada suhu yang sesuai dengan
suhu pemeriksaan.
i. Amplifer / pengolah signal harus berfungsi dengan baik.
j. Jangan menyentuh lampu dengan tangan, karena lemak dari tangan yang melekat pada
permukaan lampu akan menimbulkan bekas yang sulit dihilangkan, bila tersentuh
tangan waktu mengganti lampu, segera bersihkan dengan alcohol.
6. Sheker / rotator
a. Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar.
b. Kencangkan sekrup pada rangka pengocok.
c. Minyaki mesin.
d. Periksa ke-aus-an sikat dan bagian berputar lainnya.
7. Kamar hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih sebab kotor ( jamur, partikel debu ) pada
pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat sebagai sel.
33
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung terlihat jelas dan
lengkap.
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan menyebabkan terjadinya
pengenceran dan kemungkinan sel darah akan pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung
menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca penutup berfungsi
untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka volume dalam kamar hitung
menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung : dengan menggunakan pipet Pasteur dalam posisi
horizontal, sampel dimasukkan dalam kamar hitung yang tertutup kaca penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau sampel
mengisi parit kamar hitung / menggenang kamar lain, atau kamar hitung tidak terisi
penuh, maka pengisian harus dibuang.
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau dengan air detergent
encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dengan air detergent, kemudian bilas dengan air bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat.
8. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukan yaitu : pipet transfer yang dipakai
untuk memindahkan sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti, serta pipet ukur
yang dipakai untuk memindahkan berbagai volume tertentu yang diinginkan.
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan cara
menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya dengan kertas
tissue pada dinding wadah / bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan di biarkan
mengalir sendiri.
f. Pipetvolumetrik tidak boleh ditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan dialirkan
maka sisa cairan diujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat bantu pipet.
h. Pipet ukur yang tidak memiliki cincintidak boleh ditiup.
i. Pipet dengan volume kecil ( 1 – 500 ul ), harus dibilas untuk mengeluarkan sisa cairan
yang menempel pada dinding bagian dalam.
j. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptic, kemudian baru
dicuci.
9. Pipet semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang, karena pencucian tip pipet
akan mempengaruhi kelembapan plastic tip pipet, juga pengeringan seringkali
menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas skala tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak pipet.
34
Pencucian alat laboratorium :
1) Cairan pencuci : larutan netral 2 %
2) Cairan pelarut : extran netral 20 ml
3) Air sampai : 1 liter
Cara pencucian :
1) Rendam alat yang di cuci dalam air sampai bersih, kemudian rendam dalam
larutan extran netral 2 % selama 2 – 24 jam, bila alat terlalu kotor rendam lebih
lama.
2) Setelah itu bilas dengan air sampai sisa – sisa larutan extran tidak tertinggal
pada alat yang dicuci.
3) Alat kaca dimasukkan dalam incubator dengan suhu 50 – 60 °C dan alat plastic
di keringkan dengan suhu kamar 15 - 25°C.
1. Kalibrasi Biosystem
2. Kalibrasi A 15
35
4. Kalibrasi Sysmex XS 800i
Trouble Shooting
36
MASALAH
37
terdeteksi mengklik tanda SS ,
Buka penutup rotor, ambil rotor yang
penuh, ganti dengan yang baru
Tutupkan penutup rotor lalu
Tutupkan penutup utama
Lakukan proses “New ROTOR “ klik N-
Rotor
Setelah proses New Rotor selesai
maka secara otomatis langsung
melanjutkan proses sampling
38
untuk melanjutkan
2. Trouble Shooting A 15
39
mengklik tanda SS , tunggu sampai
lengan alat benar benar berhenti
Buka Cover Utama ( Helm ) Lepaskan
botol pembuangan, buang isinya dan
bersihkan
Pasang kembali botol yang kosong
dengan benar dan sempurna
Lanjutkan proses analisa dengan
mengklik CONT
40
semula
Kemudian isikan / daftar
kembalilubang yang sudah terhapus
tadi dengan sample yang sama,
letakan rak sample pada posisi
semula
Jika sudah yakin tidak ada yang
keliru, tutup penutup Utama
Kemudian di layar klik “ACCEPT “
kembali ke layar monitor , dan jika
tidak ada alarm lainnya , Klik CONT
untuk melanjutkan
41
sambungan
Env Temp High / Temperatur alat Set temperature ruangan pada 15°
Temp Low diluar batas yang - 30°C
ditetapkan Bila 30 menit pesan tetap
ditampilkan, kemungkinan sesuatu
rusak, hubungi teknisi sysmex
RH Therm Sens Salah satu dari Matikan alat dan nyalakan kembali,
Err sensor suhu untuk jika pesan masih muncul, hubungi
pemanas reagen teknisi sysmex
rusak
FCM RU Therm Salah satu dari Matikan alat dan nyalakan kembali,
Sens Err sensor suhu untuk jika pesan masih muncul, hubungi
chamber reaksi teknisi sysmex
rusak
FCM Sheat Therm Salah satu dari Matikan alat dan nyalakan kembali,
Sens Err sensor suhu untuk jika pesan masih muncul, hubungi
reagen sheat rusak teknisi sysmex
FCM TD Therm Salah satu dari Matikan alat dan nyalakan kembali,
Sens Err sensor suhu untuk jika pesan masih muncul, hubungi
detector optik rusak teknisi sysmex
Env Therm Sens Salah satu dari Matikan alat dan nyalakan kembali,
Err sensor suhu untuk jika pesan masih muncul, hubungi
mendeteksi
42
temperatur rusak teknisi sysmex
43
ada yang robek / terjepit / lepas
Chamber EPK Err / Selang antara alat Periksa selang dan perbaiki
Chamber FCM dan reagen terjepit /
Sheat Err tersumbat / terlepas
FCM Sheat Motor Beban motor Injeksi Periksa pompa injeksi sheat FCM
Error sheat terlalu tinggi pastikan tidak ada cairan,
hubungan saklar atau selang yang
mengganjal bagian atas / bawah
dari pompa penyedot sample
Rinse Motor Error Beban motor untuk Periksa rinse cup pastikan tidak ada
menggerakan Rinse cairan, hubungan saklar atau selang
Cup terlalu tinggi yang mengganjal bagian atas /
bawah dari Rinse cup
Low blood Volume darah kurang - Periksa darah sample dan ulangi
Volume ketika menggunakan analisa
sampler - Bersihkan sample piecer , SRV dan
jalur penyedot sample
Lakukan prosedur shutdown
dengan cellclean
- lakukan auto rinse dan lakukan
analisa sample
Sample Not Asp - Sample darah tidak - Periksa darah sample dan ulangi
Error normal, adanya analisa
gumpalan dalam - Bersihkan sample piecer , SRV dan
darah, konsentrasi jalur penyedot sample
darah sangat ekstrim Lakukan prosedur shutdown
sedikit dengan cellclean
- Jarum piecer, - lakukan auto rinse dan lakukan
Sample Rotor Valve analisa sample
- Jika kotoran tidak dapat hilang,
dan selang penyedot
masukkan cellclean ke dalam
sample tersumbat
- Selang penyedot tabung sample dan lakukan analisa
sample ke sampler pada mode sample untuk
terlepas membersihkan piecer dan jalur
44
penyedot sample
Rack Feed In Func Sensor posisi rack Hilangkan kotoran atau debu
Error Feed-in tidak
berfungsi
Rack Feed In Init Sensor posisi rack Hilangkan kotoran atau debu
Error Feed-in tidak
berfungsi
Rack Shift Home Sensor posisi awal Hilangkan kotoran atau debu
Pos Error rack Feed tidak
berfungsi
Rack Feed Out Sensor rack Feed Hilangkan kotoran atau debu
Func Error tidak berfungsi
Rack Feed Out Init Sensor rack Feed Hilangkan kotoran atau debu
Error tidak berfungsi
Rack Move Error 1 Rack tidak bisa Pindahkan rak dari jalur sampler
bergeser dan kembalikan pada posisi awal
Rack Move Error 2 Ketika Hand Clipper Pindahkan rak dari jalur sampler
tidak mengambil dan kembalikan pada posisi awal
sampler, Rack
berdgeser
Rack Move Error 3 Ketika diinterupsi, Pindahkan rak dari jalur sampler
45
Rack bergeser dan kembalikan pada posisi awal
Tube Inv Position Tabung tidak bisa Pindahkan tabung sampler pada
Error dibalik / diputar hand clipper dan kembalikan ke
vrak. Periksa tidak ada benda asing
yang menghalangi
Rack Full Error Rak telah penuh dan Pindahkan rak yang telah dianalisa
analisa dengan
sampler tidak dapat
dilanjutkan
Sampler Start Ketika masih ada rak Pindahkan rak dari jalur sampler
Error berada pada jalur dan kembalikan ke awal, dan
sampler, analisa lakukan analisa kembali
dengan mode
sampler dimulai
46
RBC / PLT Ch Error Jumlah sel RBC / PLT Jauhkan sumber noise dari alat dan
melampaui batas ulang analisa sample
tertinggi yang
disebabkan
gangguan noise
WBC / BASO, Dif, - Detektor optic flow Bersihkan flowcell pada detector
RET Sampling cell kotor / optic dan lakukan analisa kembali,
Error / CH tersumbat, sample periksa sample dengan manual
tidak normal ( Slide )
- Sample kurang
( tidak cukup sample
dan tercampur
gelembung )
Low Count Error Sample tidak normal, Ulangi analisa sample, Bersihkan
Piecer tersumbat piecer, bersihkan SRV, bersihkan
SRV tersumbat , Pipa pipa penyedot sample
penyedot tersumbat
RET Error Sample tidak normal, Ulangi analisa sample dan periksa
sumbatan pada SRV , reagen RET
terjepit atau terlepas
pada cairan RET dye
dan selang diluent
47
Laser Tube Aged Umur laser mulai Matikan dan nyalakan kembali alat,
berakhir bila pesan masih muncul, hubungi
teknisi Sysmex
Laser Power Error Deteriorated Laser Ulangi analisa sampel, bila pesan
masih muncul, hubungi teknisi
Sysmex
Close FCM Detect Cover detector optic Tutup cover detector optic, bila
Cover terbuka, sensor masih error, sensor cover rusak,
cover rusak ganti sensor cover, hubungi teknisi
Sysmex
ID unit Com Error Kesalahan CPU Matikan dan nyalakan kembali alat,
karena Interfensi bila pesan masih muncul, hubungi
Noise teknisi Sysmex
Xm Limit Error, L-J Hasil Xm, L-J, Xb Periksa grafik QC, Periksa analisa
Limit Error, Xb control diluar batas data untuk parameter yang keluar
Limit Error yang ditentukan dari batas control jika perlu lakukan
kalibrasi
Clean the CRV Sudah saatnya Bersihkan SRV dan reset hitungan
memberishkan penggunaan SRV
Sample rotor Valve
48
MASALAH
49
transport
50
selama dimonitor
oleh elektrode
Archieve Full Data Terlalu Penuh Pindahkan data ke dalam flash disk
51
Recharge Battery Batere Lemah Dianjurkan unruk menghubungkan
PIMA analyser dengan listrik
sebelum melakukan analisa
ERROR CODE 202 Cagridge belum Cek Catridge apakah sdh tertutup dg
tertutup sempurna baik, jika sdh tertutup tetap error
ulangi dengan catridge baru
52
masing
Pastikan pada saat memutar
tidak bersuara
53
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian : Logistik di laboratorium adalah penyediaan bahan – bahan habis pakai / reagen
Yang dibutuhkan untuk pelayanan di laboratorium.
B. Tujuan : Agar kebutuhan bahan – bahan habis pakai/reagen sebagai sarana pemeriksaan
dapat tersedia dengan tepat, cepat, efektif, efisien dan profesional untuk
meningkatkan mutu laboratorium
C. Ruang lingkup : Alur kerja pembelian dan penyimpanan bahan- bahan habis pakai/reagen ini
Menerangkan suatu sistem mulai dari mengevaluasi jumlah stok reagen,
membuat surat pesanan reagen sampai mendapatkan reagen yang diperlukan
D. Alur kerja pemesanan dan penerimaan bahan – bahan habis pakai/reagen :
PROSES KETERANGAN
Mulai
Buat SP
Hubungi Suplier
Suplier
Ka. Ruangan
Terima Barang
OK tidak
4. Setelah barang datang Ka Ruangan :
Catat di buku penerimaan
Ya Retur barang
Mengentry barang( PO,DO,Faktur)
Ka Ruangan
Beri label,simpan di
gudang laboratorium
54
E. Alur pendistribuasian reagen/bahan habis pakai dari gudang laboratorium
PROSES KETERANGAN
Mulai
1. Amprahan barang ditandatangi oleh koordinator
laboratorium
Koordinator Lab.
ya
Setuju
selesai
Mengambil amprahan
Ka.Ruangan/Gudang lab.
Koordinator Lab.
Koordinator Lab
Mendistribusikan ke
Ruangan
55
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di laboratorium
menjadi lebih aman.
B. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
1. Pedoman umum :
Sistem keselamatan pasien di laboratorium perlu dilaksanakan sebab
a. Banyaknya jenis/item pemeriksaan dan persiapannya
b. Banyaknya jenis spesimen pemeriksaan
c. Banyaknya jenis wadah penampung/container
d. Jumlah konsumen yang banyak
e. Jumlah staf yang tidak memadai potensial bagi terjadinya kesalahan
56
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif (lakukan read back saat menerima pesan melalui
telepon)
c. Meningkatkan keamanan pengeluaran hasil lakukan doble check untuk verifikasi hasil
laboratorium ( maker dan checker )
d. Mengurangi resiko salah lokasi, salah pasien, salah pemeriksaan dan salah penggunaan
bahan/reagen.
Ada 8 prinsip benar antara lain : permintaan pemeriksaan, persiapan pasien, spesimen
dan penampungan, transportasi, pengolahan dan penyimpanan, jenis pemeriksan, hasil
pemeriksaan,dokumentasi.
e. Mengurangi risiko infeksi dengan mengimplementasikan praktek pencegahan infeksi
(kewaspadaan standar) antara lain :
* Kebersihan tangan
* Penggunaan alat pelindung diri
* Penanganan limbah dan benda tajam
* Pengendalian lingkungan
* Peralatan perawatan pasien
* Penanganan linen
* Penyuntikan yang aman, kesalahan karyawan dan etika batuk.
57
c. Hasil yang tertukar semua/sebagian (fungsi checker tidak berjalan)
d. Salah memberikan hasil (salah sampel, salah prosedur)
e. Hasil laboratorium / sampel tidak ada(koordinasi dengan bagian yang lain kurang efektif)
Faktor Kontribusi
BAB VII
58
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Adalah suatu system dimana Instalasi Laboratorium RSUD Badung membuat suatu
asuhan kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit bagi petugas di lingkungan Instalasi
Laboratorium.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.
2. Analitik
a. Penggunaan Pipet
1) Pengolahan specimen / sampel dan melaksanakan tes harus selalu hati-hati dan
menganggap semua bahan infeksius ( Universal Precaution ).
2) Memakai jas laboratorium, sarung tangan,dan masker untuk mencegah tertular
bahan berbahaya dan atau terkontaminasi bahan infeksius pada kulit, mulut, mata
atau luka.
3) Jangan memipet langsung dengan mulut, gunakan alat bantu pipet.
4) Jangan meniup udara maupun mencampur bahan infeksius dengan cara menghisap
atau meniup cairan lewat pipet.
5) Tindakan jika terjadi tumpahan bahan kimia:
a) Segera memberitahu petugas laboratorium lain dan jauhkan petugas yang tidak
berkepentingan dari lokasi tumpahan.
59
b) Upayakan pertolongan segera pada petugas laboratorium yang mengalami
cedera.
c) Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan yang mudah terbakar, segera
matikan semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan.
Matikan semua peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api.
d) Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
b. Petugas Sampling
1) Gunakan sentrifuge sesuai instruksi pabrik
2) Sentrifuge diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas yang pendek pun
dapat melihat kedalamnya dan menempatkan tabung sentrifuge dengan mudah.
3) Periksa rotor sentrifuge dan selongsong secara berkala untuk melihat tanda korosi
atau keretakan
4) Gunakan air untuk menyeimbangkan, jangan NaCl atau hipoklorit karena bersifat
korosif.
5) Setelah dipakai disimpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan penyeimbang
dapat mengalir keluar.
60
a. Beri pertolongan pertama pada orang yang terkena, kalau perlu dipindahkan ke unit
lain.
b. Beri peringatan kepada orang yang berada di sekitar lokasi.
c. Lakukan tindakan sesuai dengan Tugas Penyelamatan
d. Putus aliran listrik bila diperlukan padamkan dengan alat kebakaran yang ada di rumah
sakit ( APAR )
e. Tulis berita acara kejadian.
2. Biakan atau specimen yang tumpah
a. Tumpahan dan wadahnya di tutup dengan kain atau tissue yang dibasahi desinfektan.
b. Kain tersebut dibuang di wadah infeksius.
c. Wadah di desinfektan atau autoclaf.
61
G. Pemakaian Masker
1. Pengertian :
Suatu alat penutup mulut dan hidung
2. Tujuan :
Untuk menahan tetesan basah yang keluar sewaktu menjalankan pekerjaan (sewaktu
bicara/bersin).
3. Kebijakan :
Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang
4. Prosedur :
a. Masker tersedia dalam keadaan bersih
b. Masker dipasang menutupi hidung dan mulut
c. Tali masker ditalikan dibelakang kepala
d. Masker setelah dipakai, ditempatkan di sampah medis
e. Dipakai di kamar operasi
f. Dipakai di ruang penyakit menular
g. Dipakai memeriksa pemeriksaan tuberculosis
h. Dipakai rumah tangga/gudang arsip
i. Dipakai di laboratorium
j. Dipakai di farmasi/meramu obat
62
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
masing-masing laboratorium secara terus menerus setiap hari untuk mencegah dan mendeteksi suatu
kesalahan serta memperbaikinya sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan
tersebut dilaksanakan sejak tahap preanalitik, tahap analitik sampai dengan tahap pasca analitik.
63
I. Tahap pra analitik
a. Bahan diambil sebelum penderita minum obat anti mikrobia, bila sudah terlanjur minum
obat. Sebaiknya diberikan informasi tentang takaran serta lama pemberian obat.
b. Pengambilan bahan dilakukan dengan alat yang steril secara aseptic
c. Bahan pemeriksaan diambil pada saat dan tempat yang tepat yang dipilih dengan
mempertimbangkan kemungkinan terbesar terkontaminasi dengan kuman-kuman penyebab
penyakit.
d. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium hendaknya diisi dengan lengkap
e. Bahan permintaan seharusnya dikirim ke laboratorium.
f. Wadah bahan pemeriksaan harus diberi label identitas yang jelas dan sesuai.
2. Pengambilan sampel
Dalam petunjuk khusus akan dirinci menurut jenis bahan pemeriksaan. Tidak semua kegiatan
pengambilan bahan pemeriksaan dapat diambil sembarangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Cara pengambilan
b. Jumlah bahan yang dibutuhkan
c. Waktu pengambilan
d. Tempat pengambilan
e. Wadah
3. Pemberian identitas
Pemberian identitas ini adalah hal yang sangat penting di laboratorium dalam menerima sampel
yang memuat data antara lain :
4. Pengiriman sampel
64
a. Sampel untuk pemeriksaan kimia darah supaya didiamkan setengah jam sebelum
dicentrifuge.
b. Setelah dicentrifuge serum harus segera dipisahkan (menjaga stabilitas)
a. Pengujian mutu aquadest harus sesuai dengan spesifikasi aquades yang dimuat
dalam buku referensi Farmakope Indonesia dan buku standar lain.
b. Pengujian mutu reagen dapat berupa : pemeriksaa label, tanggal kadaluarsa.
Uji fisik meliputi wujud, warna, kejernihan, larutan, konsistensi dan lain-lain
1. Pengolahan sampel :
2. Kalibrasi Peralatan :
a. Kalibrasi pipet dengan cara : mengisi larutan dan ditimbang pada timbangan analitik.
b. Kalibrasi alat kimia klinik dengan blangko dan kalibrator
c. 1000/2000 jam lampu harus sudah diganti sesuai dengan jenis alat.
Uji ketelitian dan ketepatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan control yang telah
diketahui nilainya. Pemeriksaan bahan control dilakukan tiap hari. Uji ini dimaksudkan untuk
mengetahui ketepatan dan mengetahui ketelitian dari sampel.
Kegiatan pencatatan dan pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat dan teliti karena dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam intepretasi hasil.
Pemantapan Mutu Ekternal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain diluar laboratorium
secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang
pemeriksaan yang ditentukan.
Tujuan : Membandingkan hasil pemeriksaan dari laboratorium lain yang mempunyai metode
pemeriksaan yang sama atau berbeda.
65
Kebijakan : Prosedur tetap pemantapan mutu external sebagai pedoman bekerja di laboratorium dan
harus dipatuhi oleh semua petugas.
Instalasi laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Badung telah mengikuti kegiatan
pemantapan mutu eksternal secara rutin yang diselenggarakan oleh Departement Kesehatan RI
dan Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia.
Kegiatan PME tingkat nasional yang telah diselenggarakan oleh pemerintah dan yang
telah diikuti laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Badung sampai saat ini adalah :
1. Pemantapan mutu eksternal untuk bidang KIMIA KLINIK yang biasa dikenal PNPKLK-K
( Program Nasional Pemantapan Kualitas Laboratorium Kesehatan ) bekerja sama dengan
PDS PATKLIN Surabaya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan WIS
( Wariance Index Score ), dengan nilai 0 – 400, makin kecil nilai WIS yang diperoleh suatu
laboratorium berarti semakin baik penampilan laboratorium tersebut.
2. Pemantapan mutu eksternal bidang HEMATOLOGI, yang biasa dikenal sebagai PNPKLK-H
( Program Nasional Pemantapan Kualitas Laboratorium Bidang Hematologi ).
Penyelenggaranya adalah Pusat Laboratorium Kesehatan bekerja sama dengan PDS Patklin.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan perhitungan ID ( Index Deviasi ) dengan nilai 0 - >
3, semakin kecil nilai yang diperoleh oleh suatu laboratorium, berarti semakin baik
penampilan laboratorium tersebut.
3. Pemantapan mutu eksternal bidang IMUNOLOGI ( PME I ) meliputi pemeriksaaan VDRL,
HbsAg, HIV, HCV. Penilaian dilakukan dengan menggunakan system scoring dengan nilai 0 –
4. Semakin tinggi nilai yang didapat oleh suatu laboratorium, berarti semakin baik
penampilan laboratorium tersebut.
1. Persiapan
a. Setiap tahun dilaksanakan 2 siklus
b. Calon peserta mengirim surat pendaftaran
c. Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar dengan membayar biaya PME
d. Calon peserta diseleksi, bila OK diberi nomer peserta
e. Peserta dikirim bahan control ( serum control )
2. Pengiriman serum control
a. Serum control dikirim sekaligus kepada peserta
b. Dokumen lengkap :
Formulir hasil
1) Petunjuk pelaksana
2) Daftar alat dan reagen
3) Daftar pemeriksa
c. Dikirim kepada kepala laboratorium atau Direktur Rumah Sakit
66
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan bahan kimia
murni. Apabila bahan yang diperiksa adalah dari manusia maka lebih baik menggunakan
bahan control dari manusia.
67
BAB IX
PENUTUP
Laboratorium merupakan pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai salah satu bagian
penunjang medik diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek
labolatoris terhadap spesimen atau sampel yang dilakukan pengujian, sehingga mutu hasil
pengujian laboratorium terus dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan penyakit.
Pedoman ini disusun dengan format yang telah disepakati oleh tim akreditasi yang akan
diperbaharui apabila diperlukan sesuai dengan perkembangan serta undang-undang yang berlaku
Mangupura, 2013
68