Anda di halaman 1dari 2

1.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari 2
(dua) pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti Pulau
Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau Selat Nasik ditambah dengan pulau-pulau
kecil lainnya. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah, memiliki keindahan
pantai yang luar biasa serta kerukunan antar etnis dan kultur budaya.

Indentik sebagai daerah pertambangan penghasil timah terbesar di Indonesia, menjadikan


Bangka Belitung terbelenggu oleh permasalahan seperti kerusakan lingkungan, pencemaran
udara, pencemaran air dan pencemaran di lingkungan sekitar.

Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Harus kita akui jika kondisi lingkungan hidup dan hutan di Bangka Belitung saat ini masih dalam
kondisi kritis. Selain dampak dari aktifitas pertambangan, faktor lain yang menjadi penyebab
kerusakan lingkungan hidup antara lain tingginya pertumbuhan penduduk setiap tahun,
lemahnya penegakan hukum dan rendahnya kesadaran masyarakat.

Berdasarkan data Inventarisasi Kerusakan Lingkungan yang dikeluarkan oleh Badan Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014, kerusakan lahan mengalami
peningkatan dibandingkan pada tahun sebelumnya. Dari data inventarisasi tersebut persentase
lahan kritis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari:
Tidak kritis 10.814,45 Ha (1,5%);

Potensial kritis 625.782,62 Ha (39%);

Agak kritis 722.359,28 Ha (44%);

Kritis 144.231,21 Ha (9%);

Sangat kritis 117.860,85 Ha (7%).

Dari data di atas tergambarkan dengan jelas bahwa sebaran lahan lingkungan hidup yang tidak
dalam kondisi kritis hanya tersisa 1,5% dari total luas keseluruhan. Walaupun data yang
disajikan tersebut yang diambil pada tahun 2014, akan tetapi paling tidak dapat dijadikan
barometer bagi kita dalam mengambil kebijakan untuk mengatasi kondisi kerusakan lingkungan
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Aktifitas pertambangan memang bukan satu-satunya faktor dominan penyebab terjadinya


kerusakan lingkungan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, akan tetapi sebaiknya dalam
proses penambangan dan penggunaan atau eksploitasi sumber daya alam harus bijak, selaras,
serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian
lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai