Anda di halaman 1dari 83

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PEREKAMAN EKG DAN INTERPRESTASI EKG”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. IDA SURYATI. M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
PEREKAMAN EKG DAN INTERPRETASI EKG

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
Menurut (Armiyati, 2016: 161) EKG atau elektrokardiogram adalahsuatu
representasi dari potensial listrik otot jantung yang didapatmelalui serangkaian
pemeriksaan menggunakan sebuah alat bernamaelektrokardiograf.Elektrokardiograf
adalah alat medis yang digunakan untukmerekam beda potensial bioelektrik di
permukaan kulit yangdibangkitkan jantung dengan memasang elektroda rekam
(Ag/AgCl)pada tempat tertentu di permukaan tubuh. (Haryosuprobo dkk, 2016).

2. TUJUAN

Elektrokardiogram atau EKG adalah tes untuk mengukur dan merekam aktivitas
listrik jantung menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik (elektrokardiograf).

3. PRINSIP

Prinsip kerja EKG adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan
aktivitas jantung dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu.

4. KOMPLIKASI

Komplikasi pemeriksaan elektrokardiografi atau EKG biasanya tidak ada. Proses


pemeriksaan EKG tidak memberikan atau mengalirkan listrik pada tubuh pasien,
melainkan proses perekaman aktivitas listrik jantung. Komplikasi alergi jarang terjadi,
dapat berupa dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Gejala yang timbul
berupa gatal atau ruam merah akibat penggunaan elektroda yang melekat di kulit.
Namun, saat ini sudah banyak alat EKG dengan elektroda berbahan hipoalergenik
5. KRITERIA

Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan untuk mengukur dan merekam


aktivitas listrik jantung. EKG umumnya dilakukan untuk memeriksa kondisi jantung dan
menilai efektivitas pengobatan penyakit jantung.

Elektrokardiogram dilakukan menggunakan mesin pendeteksi impuls listrik


jantung yang disebut elektrokardiograf. Dengan alat tersebut, impuls atau aktivitas listrik
jantung akan terpantau dan tampak berupa grafik yang ditampilkan di layar monitor.

6. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


1) Alat monitor EKG lengkap dan siap pakai
2) Kapas alkohol dalam tempatnya
3) Jelly EKG
4) Kapas / kassa lembab
5) Pasien dan lingkungan:
 Keluarga diberi tahu penjelasan tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
 Posisi pasien diatur terlentang datar
 Baju bagian atas pasien dibuka

7. PETUNJUK UMUM
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3) Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4) Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau dipahami

8. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2) Susun dan letakan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3) Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
4) Perhatikan setiap langkah pemeriksaan EKG
9. PROSEDUR TINDAKAN
PROSEDUR PEREKAMAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
1) Tahap Preinteraksi
a. Explorasi diri
b. Baca catatan keperawatan dan medis
c. Cuci tangan
d. Siapkan alat: Mesin EKG, kabel eletroda, 6 elektroda prekordial dan 4 elektroda
ektremitas, kabel ground, kabel penghubung arus listrik, kertas EKG, jelly, kapas
alcohol, tissue, dan spidol atau pena (marker)
2) Tahap orientasi
a. Ucapkan salam dan panggil nama pasien
b. Perkenalkan diri
c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan, dan kontrak waktu pada pasien atau keluarga
d. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya

3) Tahap kerja
a. Dekatkan alat ke pasien
b. Jaga privasi pasien
c. Atur posisi yang nyaman untuk pasien (posisi supinasi)
d. Minta klien untuk melepaskan jam tangan, ikat pinggang dan barang lain yang
terbuat dari logam
e. Siapkan peralatan (sambungkan mesin EKG dengan kabel listrik dan sambungkan
dengan sumber listrik, pasang kabel ground, sambung kabel elektroda dan
pasangkan dengan masing-masing elektroda)
f. Nyalakan mesin, atur kecepatan dan voltage
g. Minta dan bantu pasien untuk membuka baju bagian atas
h. Bersihkan dengan menggunakan kapas alcohol pada area dada dan ektremitas yang
akan di pasang elektroda
i. Lakukan palpasi untuk menentukan area pemasangan elektroda pada daerah
precordial dan tandai dengan spidol atau pena
j. Oleskan jelly pada area pemasangan elektroda
k. Pasang elektroda pada:
a) Area precordial:
V1 : ICS IV garis sternal dektra
V2 : ICS IV garis sternal sinistra
V3 : antara V2 dan V4
V4 : ICS V garis midclavicula dektra
V5 : setinggi V4 garis anterior aksilaris sinistra
V6 : setinggi V4 garis midiaaksilaris sinistra
b) Ektremitas:
Electrode RA : pasang di tangan kanan
Electrode LA : pasang di tangan kiri
Electrode RL : pasang di tungkai kanan
Electrode LL : pasang di tungkai kiri

l. Pastikan semua kabel electrode tersambung dengan tepat


m. Lakukan kalibrasi 3 kali diawal pada lead I
n. Lakakukan perekaman EKG
o. Lakukan kalibrasi akhir 3 kali pada lead V6
p. sebelum melakukan perekaman, minta klien untuk tidak batuk ataupun berbicara
dan memegang benda logam
q. Cek gelombang pada semua lead
r. Matikan mesin
s. Lepaskan semua elektroda
t. Bersihkan kulit dari sisa jelly
u. Bantu pasien merapikan baju
v. Rapikan alat
w. Cuci tangan
4) Tahap terminasi & dokumentasi
a. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
b. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
c. Berikan reinforcement kepada pasien
d. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
e. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
(tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)

PROSEDUR INTERPRETASI EKG

1) Tentukan irama jantung Teratur atau tidak teratur


2) Hitung frekuensi jantung
a. Irama teratur: 300/jumlah kotak besar atau 1500/jumlah kotak kecil
b. Irama tidak teratur: rekam semala 6 detik dan hitung jumalh gelombang R kemudian
kali 10.
3) Nilai gelombang P
4) Nilai interval PR
5) Nilai kompleks QRS
6) Nilai segmen ST
a. Normal: isoelektris
b. Tidak normal: elevasi segemn ST, depresi segmen ST atau ada gelombang T
inverted (terbalik)
7) Nilai adanya hipertropi atrium dan ventrikel
a. Hipetropi atrium: perhatikan morfologi gelombang P
b. Hipertropi ventrikel: perhatikan tinggi gelombang R dilead V4, V5, & V6 dan S di
lead V1, V2, & V3 lead, serta perhaikan penyimpangan nilai axis.
8) Nilai adanya blok pada serbut purkinje Perhatikan bentuk M-Shape (perubahan komleks
QRS) pada lead V1 - V6
REFERENSI

Cadogan, Mike. (2014) Acid Base Disorders. https://lifeinthefastlane.com/investigations/acid-


base/

Dharma, Surya. (2012). Sistematika Interpretasi EKG: Pedoman Praktis. EGC: Jakarta.

Greven, Ruth. (1999) fundamental of nursing: human health and function, Philadelphia:
lippincott. bahasa Cristantie Effendy, Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PENGAMBILAN DARAH ARTERI DAN INTERPRESTASI AGD”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. IDA SURYATI. M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
PENGAMBILAN DARAH ARTERI DAN INTERPRETASI AGD

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN
Analisa gas darah merupakan suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk
mengetahui kecukupan oksigensi, ventilasi, dan status asam basa. Asam adalah ion
hidrogen atau donor proton. Suatu cairan dianggap asam apabila mampu
menyumbangkan atau melepas ion H+. Basa adalah ekseptor proton. Suatu cairan dikatan
basa apabila mampu menerima ion H+.
Pada pemeriksaan AGD akan diketahui status: pH, PaO2, PaCO2, SaO2, dan
untuk fungsi yang normal dari semua enzim dan proses metabolisme sel-sel tubuh maka
diperlukan suasana asam basa yang baik. Gangguan pernafasan sedikit saja dapat
menyebabkan retensi CO2 yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH darah.
Stabilisasi pH merupakan syarat mutlak untuk menjamin kehidupan dan
kemampuan bertahan hidup. Mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pH dalam
batas aman meliputi: mekanisme pengendalian pernafasan (paru-paru), mekanisme
pengendaliam ion hidrogen di ginjal dan sistem buffer (penyangga).

2. TUJUAN
1) untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida dan tingkat asam basa (pH) di dalam
darah
2) Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang
menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida

3. PRINSIP
Sampel darah arteri digunakan terutama untuk pemeriksaan analisa gas darah
(AGD) arteri. Sampel dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu pada pasien yang sering
diperiksakan AGD melalui kateter dalam arteri, atau dengan menggunakan spuit untuk
tusukan arteri pada pasien yang hanya butuh satu kali pemeriksaan

4. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi :
1) Trombosis arteri: menyebabkan iskemik dan kematian jaringan
2) Hematoma: dicegah dengan penekanan selama 3-5 menit pada luka. Penanganan jika
terjadi hematoma dengan kompres hangat.
3) Perdarahan: lokasi luka perlu dievaluasi terutama pada pasien dengan pemeriksaan
koagulasi yang memanjang atau mendapatkan obat antikoagulan.

5. KRITERIA
Analisis gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang
menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Tes ini juga dilakukan pada
pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor kondisi serta
mengetahui apakah pengaturan alat sudah sesuai.

6. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


1) Antiseptik (kapas alkohol)
2) Kassasteril
3) Spuit yang steril ukuran 3 cc
4) Heparin
5) Kontainer atau es
6) Label spesimen
7) Sarung tangan
8) Pengalas
9) Bengkok
10) Plester dan gunting
7. PETUNJUK UMUM
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3) Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4) Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau dipahami

8. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2) Susun dan letakan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3) Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
4) Perhatikan setiap langkah pemeriksaan dan pelaksanaan pengambilan darah Arteri dan
Interpretasi AGD

9. PROSEDUR TINDAKAN
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH ARTERI
1) Tahap Pra Interaksi
a. Eksplorasi diri
b. Baca catatkan keperawatan dan medis
c. Cuci tangan
d. Siapkan alat: spuit insulin/ spuit 3 cc, heparin, kapas alcohol, plester, gunting
plester, karet penutup, kassa steril, perlak, bengkok, container, sarung tangan bersih,
2) Tahap Orientasi
a. Berikan salam dengan menyebut nama pasien
b. Perkanlkan diri
c. Jelaskan tujuan, prosedur, dan kontrak waktu kepada pasien dan keluarga
d. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
3) Tahap Kerja
a. Jaga privasi pasien
b. Pakai sarung tanganlabel)
c. Pasang perlak di area penyuntikan
d. Dekatkan alat-alat ke dekat klien
e. Buka bungkus spuit 3 cc tanpa mengkontaminasi jarumnya, masukkan heparin
(2strip) ke dalam spuit
f. Lakukan palpasi di area penyuntikan untuk mencari arteri:
 Arteri radialis: posisikan lengan dalam posisi abdukssi dengan telapak tangan
menghadap keatas. Bagian bawah pergelangan tangan dapat diganjal bantal
kecil bila perlu
 Arteri brakialis: lengan pasien dalam posisi ekstensi maksimal
g. Bersihkan area penyuntikan dengan kapas alcohol & biarkan kering dengan gerakan
melingkar dari pusat ke tepi, pegang kapas dengan jari lain /letakkan pada kulit
pasien. Oleskan juga kapas alkohol pada ujung jari tangan yang akan digunakan
untuk meraba nadi
h. Lepaskan tutup jarum letakkan pada tempat yang aman
i. Lakukan penusukan pada arteri dengan sudut 450 (arteri brakialis) atau 300 (arteri
radialis) dengan arah jarum menghadap keatas. Pilih arteri yang nadinya teraba
paling kuat
j. Setelah tampak darah pada, maka spuit akan terdorong oleh tekanan darah
(penderita hipotensi: spuit dapat ditarik pelan-pelan)
k. Setelah jumlah darah terpenuhi kemudian cabut jarum dan spuit dari tangan pasien
menggunakan tangan kanan
l. Tangan kiri langsung melakukan penekanan pada area penusukan dengan kassa
steril selam 5-10 menit untuk menghentikan perdarahan
m. Tangan kanan mengatur keluar udara dari spuit dan menusukkan ujung jarum pada
karet penutup yang sudah dipersiapkan (untuk mencegah udara masuk ke dalam
spuit)
n. Spuit yang sudah berisi darah diberi label: nama, No RM, tanggal dan jam
pengambilan darah
o. Letakkan spuit pada container untuk dibawa ke laboratorium
p. Tutup dengan kasa seril dan plester pada tempat tusukan sesudah perdarahannya
berhenti
q. Atur posisi pasien kembali
r. Lepaskan sarung tangan
s. Rapikan alat
4) Tahap Terminasi dan dokumentasi
a. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
b. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
c. Berikan reinforcement kepada pasien
d. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
e. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
(tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)

PROSEDUR PEMERIKSAAN AGD

1) Spesimen darah arteri sebanyak 3 – 5 ml dimasukkan ke dalam spuit yang telah terisi
heparin
2) Tuliskan pada sisi spuit: nama klien, No RM, tanggal, jam pengambilan darah
3) Hasil akan dilaporkan dan kemudian dibandingkan dengan tanda klinis pasien

CARA INTERPRETASI HASIL AGD

1) Perhatikan pH untuk menentukan keadaan asidosis atau alkalosis, jika pH normal lihat
nilai BE
2) Tentukan penyebab primer/ utama dari keadaan tersebut:
a. PaCO2: jika penyimpangan searah dengan pH maka respiratorik
b. BE, HCO3: jika penyimpangan searah dengan pH maka metabolic
3) Tentukan apakah sudah ada kompensasi
Apabila PaCO2 atau BE sudah menyimpang ke arah yang berlawanan dengan pH
artinya sudah ada kompensasi. Jika tidak ada kompensasi disebut asidosis atau
alkalosis murni.
4) Perhatikan kondisi klinis pasien
REFERENSI

Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba
Mardika Hudak & Gallo. (2011). Keperawatan Kritis Pndekatan Holistik. Edisi 8. EGC:
Jakarta

https://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Chest+drain
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“TEKNIK FISIOTERAPI DADA”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. IDA SURYATI. M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
TEKNIK FISIOTERAPI DADA

A. KONSEP TEORI:

I. PENGERTIAN
Tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, clapping dan
vibrating pada pasien dengan gangguan system pernafasan seperti penyakit paru-
paru Obstruksi kronis (Bronkhitis kronis), Asma dan Emfisema.
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam
fisioterapi tenaga alam yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, padas, dingin,
massage dan latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan batas
toleransi penderita sehingga didapatkan efek pengobatan.
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat
efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien
dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit
paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot
pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk
kelainan neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim
paru seperti fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian postural drainage, perkusi, dan vibrasi.
Kontra indikasi.
Fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status
asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif
seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor
paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsangan.
II. TUJUAN
1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
2. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran
sekret
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup
6. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
III. PRINSIP

IV. KOMPLIKASI

V. KRITERIA

B. BAHAN, PERALATAN & PERLENGKAPAN


a) Pot sputum
b) Kertas tissue
c) Dua balok tempat tidur
d) Satu bantal
e) Meja sandaaran
f) Bengkok / piala ginjal
g) Stetoskop
C. PETUNJUK UMUM

D. KESELAMATAN KERJA
1. Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang
2. Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap
3. Periksa nadi dan tekanan darah
4. Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk
mengeluarkan sekret.

E. PROSEDUR KERJA TINDAKAN


Prosedur Kerja :
Postural Drainase
1. Cuci tangan
2. Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area
paru, data klinis, dan chast x-ray.
3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada
diatas area yang di drainage.
6. Setelah drainage pada posisi pertama, mintaklien duduk dan batukbila tidak bisa
batuk lakukan suction. Tampung sputm disputum pot.
7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu
8. Anjurkan klien minum sedikit air.
9. Ulangi lagkah 3-8 sampai semua area tersumbat terdrainage
10. Ulangi pengkajian dada pada semua bindang paru.
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan
Prosedur kerja :
Vibrating

1. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap kebawah didaerah dada yang akan
didrainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama
dan ekstensi. Cara yang lain tangan bisa diletakan secara bersebelahan.
2. Anjurkan klien menarik nafas dalam-dalam melalui hidung dan menghembuskan
nafas secara perlahan lewat mulut atau pursed lips.
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan
hampir semua tumit tangan. Getarkan tangan, gerakkan kearah bawah.
Hentikan getaran jika klien melakukan insipirasi.
4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien untuk batuk dan keluarkan sekret kedalam
tempat sputum.
Prosedur kerja:
Perkusi

1. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat, untuk meningkatkan relaksasi
3. Perkusi pada tiap segman paru selama 1-2 menit
4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi
cedera, seperti:mammae, sternum, dan ginjal.
F. REFERENSI

Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Editor: Monica
Ester.- Jakarta : EGC : 2004

Kozier, B. Fundamentals of nursing. St.Louis: Mosby. 2011.

Potter F, Fundamental Of Nursing. St. Louis:Mosby. 2012

Dewit & O neill, Fundamental Concept and Skill For Nursing, Lipincott,2010.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi KebutuhanDasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.

Lubis, M. Helmi. (2005). Fisioterapi pada Penyakit Paru


Anak.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2024/1/anak-helmi2.pdf.Diunduh
pada Sabtu, 2 Okt 2010. Pukul 19.30 WIB.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“NEBULISASI/ TERAPI INHALER”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. IDA SURYATI. M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
NEBULISASI/TERAPI INHALER

A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN

Terapi nebulizer merupakan obat topikal untuk saluran pernafasan. Nebulizer


dapat mengubah larutan obat menjadi partikel kecil (aerosol) secara terus menerus
dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

Berbagai macam obat yang dapat diberikan dengan nebulizer antara lain
antibiotik, anti kolinergik, bronkodilator, kortikosteroid, kromolin, dan mukolitik.
Nebulizer dapat juga diberikan untuk melakukan profokasi untuk mendiagnosis suatu
penyakit, seperti menggunakan obat histamin atau metakolin.

Pada bayi dan anak-anak, metode pemberian bronkodilator yang terpilih adalah
menggunakan nebulizer dimana memiliki efektivitas yang sama dengan pemberian
intravena namum memiliki efek samping yang jauh lebih kecil. Steroid yang diberikan
secara inhalasi dalam jangka panjang dapat berguna untuk pencegahan serangan asma,
sehingga pemberian steroid sistemik dapat dibatasi hanya saat eksaserbasi atau pada
penderita tertentu dengan asma berat.

2. TUJUAN
1) Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
2) Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas sehingga lendir
menjadi encer dan mudah keluar
3) Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
4) Melegakan pernafasan
5) Mengurangi pembekakan selaput lender
6) Mencegah pengeringan selaput lender
7) Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
8) Menghilangkan gatal pada kerongkongan
3. PRINSIP

Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker.

4. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari tindakan nebulasi, diantaranya:
1) Henti nafas
2) Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
3) Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat
4) Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik
padasistem sekunder penyerapan dari obat. Hipokalemia dan atrial atau ventricular
disritmia dapat ditemui pada klien dengan kelebihan dosis
5) Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan

5. KRITERIA

Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita gangguan


pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat gejala sesak napas
sedang muncul.

6. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


1) Seperangkat alat nebulizer mencangkup kompresor udara
2) masker atau corong mulut
3) tabung kompresor
4) cangkir nebulizer atau wadah obat
5) Obat yang biasa digunakan adalah obat asma (bronkodilator), obat antiradang, dan obat
pengencer dahak
7. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2) Susun dan letakan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3) Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
4) Perhatikan setiap langkah pemeriksaan dan pemberian nebulisasi

8. PROSEDUR TINDAKAN
PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI NEBULISASI
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Eksplorasi diri
b. Baca catatan keperawatan dan medis
c. Siapkan alat: alat nebulizer, selang udara, masker atau mouthpiece, obat inhalasi
sesuai order, Nacl 0,9 %, Sarung tangan bersih, kapas alkohol, tissue, bengkok.
d. Cuci Tangan

2. Tahap Orientasi
a. Berikan salam, panggil nama klien dengan namanya
b. Jelaskan prosedur & tujuan tindakan pada klien
c. Berikan kesempatan kepada pasein dan keluarga untuk bertanya
d. Jaga privasi klien.

3. Tahap Kerja
a. Dekatkan alat ke pasien, letakkan nebulizer di tempat yang aman dan mudah
dijangkau
b. Pakai sarung tangan
c. Ukur obat sesuai dengan dosis dan pengencer sesuai dengan order dokter
d. Masukkan obat ke dalam tempat penampungan obat (cup) nebulizer
e. Hubungkan selang udara dari kompresor ke dasar nebulizer cup. Pastikan bahwa
selang udara dan nebulizer cup tersambung dengan kuat sehingga obat tidak keluar.
f. Hubungkan mouthpiece atau face mask ke nebulizer cup
g. Hidupkan nebulizer dan lakukan pengecekan bahwa alat berfungsi dengan baik
(ditandai adanya uap), lalu matikan.
h. Atur posisi fowler atau posisi yang nyaman
i. Jalan nafas hidung dibersihkan dengan kapas lembab, kapas yg kotor buang ke
bengkok
j. Sebelum nebulizer diberikan, dengarkan dahulu suara napas
k. Hidupkan nebulizer:
1) Jika menggunakan mouthpiece: letakkan mouthpiece diantara gigi dan minta
pasien menutup bibir disekelilingnya
2) Jika menggunakan facemask: letakkan masker diwajah sehingga menutup
hidung dan mulut
l. Minta pasien untuk menghirup uap yang keluar melalui nebulizer dengan tenang
sekitar 3-5 detik, penghisapan udara dilakukan dari hidung dan keluar melalui mulut
m. Minta pasien untuk menahan nafas, sehingga obat dapat menyebar ke jalan nafas.
n. Minta pasien untuk bernafas normal
o. Putar nebulizer cup bila masih ada obat yang tersisa dan masih dapat menguap
p. Setelah obat sudah habis matikan mesin nebulizer, lepaskan mouthpiece atau face
mask
q. Dengarkan lagi suara napas dengan stetoscope
r. Perhatikan keadaan umum pasien
s. Mulut klien dibersihkan dengan tissue
t. Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas
u. Cuci tangan

4. Tahap Terminasi & dokumentasi


a. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
b. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
c. Berikan reinforcement kepada pasien
d. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
e. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
REFERENSI

Tarwoto, Wartonah .(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
:Salemba Mardika

Lynn, P. B., Taylor, C., & Lynn, P. B. (2011). Taylor's handbook of clinical nursing skills.
Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Perry, Potter.(2005) Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta :EGC.

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“SUCTIONING”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. MUHAMMAD ARIF, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022

NEBULISASI/TERAPI INHALER
B. KONSEP DASAR
9. PENGERTIAN

Terapi nebulizer merupakan obat topikal untuk saluran pernafasan. Nebulizer


dapat mengubah larutan obat menjadi partikel kecil (aerosol) secara terus menerus
dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

Berbagai macam obat yang dapat diberikan dengan nebulizer antara lain
antibiotik, anti kolinergik, bronkodilator, kortikosteroid, kromolin, dan mukolitik.
Nebulizer dapat juga diberikan untuk melakukan profokasi untuk mendiagnosis suatu
penyakit, seperti menggunakan obat histamin atau metakolin.

Pada bayi dan anak-anak, metode pemberian bronkodilator yang terpilih adalah
menggunakan nebulizer dimana memiliki efektivitas yang sama dengan pemberian
intravena namum memiliki efek samping yang jauh lebih kecil. Steroid yang diberikan
secara inhalasi dalam jangka panjang dapat berguna untuk pencegahan serangan asma,
sehingga pemberian steroid sistemik dapat dibatasi hanya saat eksaserbasi atau pada
penderita tertentu dengan asma berat.

10. TUJUAN
9) Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
10) Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas sehingga lendir
menjadi encer dan mudah keluar
11) Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
12) Melegakan pernafasan
13) Mengurangi pembekakan selaput lender
14) Mencegah pengeringan selaput lender
15) Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
16) Menghilangkan gatal pada kerongkongan
11. PRINSIP

Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker.

12. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari tindakan nebulasi, diantaranya:
6) Henti nafas
7) Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
8) Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat
9) Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik
padasistem sekunder penyerapan dari obat. Hipokalemia dan atrial atau ventricular
disritmia dapat ditemui pada klien dengan kelebihan dosis
10) Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan

13. KRITERIA

Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita gangguan


pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat gejala sesak napas
sedang muncul.

14. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


6) Seperangkat alat nebulizer mencangkup kompresor udara
7) masker atau corong mulut
8) tabung kompresor
9) cangkir nebulizer atau wadah obat
10) Obat yang biasa digunakan adalah obat asma (bronkodilator), obat antiradang, dan obat
pengencer dahak
15. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2) Susun dan letakan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3) Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
4) Perhatikan setiap langkah pemeriksaan dan pemberian nebulisasi

16. PROSEDUR TINDAKAN


PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI NEBULISASI
5. Tahap Pra-Interaksi
e. Eksplorasi diri
f. Baca catatan keperawatan dan medis
g. Siapkan alat: alat nebulizer, selang udara, masker atau mouthpiece, obat inhalasi
sesuai order, Nacl 0,9 %, Sarung tangan bersih, kapas alkohol, tissue, bengkok.
h. Cuci Tangan

6. Tahap Orientasi
e. Berikan salam, panggil nama klien dengan namanya
f. Jelaskan prosedur & tujuan tindakan pada klien
g. Berikan kesempatan kepada pasein dan keluarga untuk bertanya
h. Jaga privasi klien.

7. Tahap Kerja
v. Dekatkan alat ke pasien, letakkan nebulizer di tempat yang aman dan mudah
dijangkau
w. Pakai sarung tangan
x. Ukur obat sesuai dengan dosis dan pengencer sesuai dengan order dokter
y. Masukkan obat ke dalam tempat penampungan obat (cup) nebulizer
z. Hubungkan selang udara dari kompresor ke dasar nebulizer cup. Pastikan bahwa
selang udara dan nebulizer cup tersambung dengan kuat sehingga obat tidak keluar.
aa. Hubungkan mouthpiece atau face mask ke nebulizer cup
bb. Hidupkan nebulizer dan lakukan pengecekan bahwa alat berfungsi dengan baik
(ditandai adanya uap), lalu matikan.
cc. Atur posisi fowler atau posisi yang nyaman
dd. Jalan nafas hidung dibersihkan dengan kapas lembab, kapas yg kotor buang ke
bengkok
ee. Sebelum nebulizer diberikan, dengarkan dahulu suara napas
ff. Hidupkan nebulizer:
3) Jika menggunakan mouthpiece: letakkan mouthpiece diantara gigi dan minta
pasien menutup bibir disekelilingnya
4) Jika menggunakan facemask: letakkan masker diwajah sehingga menutup
hidung dan mulut
gg. Minta pasien untuk menghirup uap yang keluar melalui nebulizer dengan tenang
sekitar 3-5 detik, penghisapan udara dilakukan dari hidung dan keluar melalui mulut
hh. Minta pasien untuk menahan nafas, sehingga obat dapat menyebar ke jalan nafas.
ii. Minta pasien untuk bernafas normal
jj. Putar nebulizer cup bila masih ada obat yang tersisa dan masih dapat menguap
kk. Setelah obat sudah habis matikan mesin nebulizer, lepaskan mouthpiece atau face
mask
ll. Dengarkan lagi suara napas dengan stetoscope
mm. Perhatikan keadaan umum pasien
nn. Mulut klien dibersihkan dengan tissue
oo. Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas
pp. Cuci tangan

8. Tahap Terminasi & dokumentasi


f. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
g. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
h. Berikan reinforcement kepada pasien
i. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
j. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
REFERENSI

Tarwoto, Wartonah .(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
:Salemba Mardika

Lynn, P. B., Taylor, C., & Lynn, P. B. (2011). Taylor's handbook of clinical nursing skills.
Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Perry, Potter.(2005) Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta :EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PERAWATAN WSD”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. MUHAMMAD ARIF, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
NEBULISASI/TERAPI INHALER

C. KONSEP DASAR
17. PENGERTIAN

Terapi nebulizer merupakan obat topikal untuk saluran pernafasan. Nebulizer


dapat mengubah larutan obat menjadi partikel kecil (aerosol) secara terus menerus
dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

Berbagai macam obat yang dapat diberikan dengan nebulizer antara lain
antibiotik, anti kolinergik, bronkodilator, kortikosteroid, kromolin, dan mukolitik.
Nebulizer dapat juga diberikan untuk melakukan profokasi untuk mendiagnosis suatu
penyakit, seperti menggunakan obat histamin atau metakolin.

Pada bayi dan anak-anak, metode pemberian bronkodilator yang terpilih adalah
menggunakan nebulizer dimana memiliki efektivitas yang sama dengan pemberian
intravena namum memiliki efek samping yang jauh lebih kecil. Steroid yang diberikan
secara inhalasi dalam jangka panjang dapat berguna untuk pencegahan serangan asma,
sehingga pemberian steroid sistemik dapat dibatasi hanya saat eksaserbasi atau pada
penderita tertentu dengan asma berat.

18. TUJUAN
17) Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas
18) Menghilangkan sesak selaput lendir saluran nafas bagian atas sehingga lendir
menjadi encer dan mudah keluar
19) Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab
20) Melegakan pernafasan
21) Mengurangi pembekakan selaput lender
22) Mencegah pengeringan selaput lender
23) Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk
24) Menghilangkan gatal pada kerongkongan
19. PRINSIP

Prinsip alat nebulizer adalah mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
sehingga dapat dihirup penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker.

20. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi dari tindakan nebulasi, diantaranya:
11) Henti nafas
12) Dosis yang kurang tepat karena kurang tepat dalam menggunakan alat ataupun
tekniknya.
13) Kurang dalam pemberian obat karena malfungsi dari alat
14) Pemberian dosis tinggi dari beta agonis akan menyebabkan efek yang tidak baik
padasistem sekunder penyerapan dari obat. Hipokalemia dan atrial atau ventricular
disritmia dapat ditemui pada klien dengan kelebihan dosis
15) Spasme bronkus atau iritasi pada saluran pernapasan

21. KRITERIA

Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita gangguan


pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat gejala sesak napas
sedang muncul.

22. BAHAN, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN


11) Seperangkat alat nebulizer mencangkup kompresor udara
12) masker atau corong mulut
13) tabung kompresor
14) cangkir nebulizer atau wadah obat
15) Obat yang biasa digunakan adalah obat asma (bronkodilator), obat antiradang, dan obat
pengencer dahak
23. KESELAMATAN KERJA
1) Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
2) Susun dan letakan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3) Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
4) Perhatikan setiap langkah pemeriksaan dan pemberian nebulisasi

24. PROSEDUR TINDAKAN


PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI NEBULISASI
9. Tahap Pra-Interaksi
i. Eksplorasi diri
j. Baca catatan keperawatan dan medis
k. Siapkan alat: alat nebulizer, selang udara, masker atau mouthpiece, obat inhalasi
sesuai order, Nacl 0,9 %, Sarung tangan bersih, kapas alkohol, tissue, bengkok.
l. Cuci Tangan

10. Tahap Orientasi


i. Berikan salam, panggil nama klien dengan namanya
j. Jelaskan prosedur & tujuan tindakan pada klien
k. Berikan kesempatan kepada pasein dan keluarga untuk bertanya
l. Jaga privasi klien.

11. Tahap Kerja


qq. Dekatkan alat ke pasien, letakkan nebulizer di tempat yang aman dan mudah
dijangkau
rr. Pakai sarung tangan
ss. Ukur obat sesuai dengan dosis dan pengencer sesuai dengan order dokter
tt. Masukkan obat ke dalam tempat penampungan obat (cup) nebulizer
uu. Hubungkan selang udara dari kompresor ke dasar nebulizer cup. Pastikan bahwa
selang udara dan nebulizer cup tersambung dengan kuat sehingga obat tidak keluar.
vv. Hubungkan mouthpiece atau face mask ke nebulizer cup
ww. Hidupkan nebulizer dan lakukan pengecekan bahwa alat berfungsi dengan baik
(ditandai adanya uap), lalu matikan.
xx. Atur posisi fowler atau posisi yang nyaman
yy. Jalan nafas hidung dibersihkan dengan kapas lembab, kapas yg kotor buang ke
bengkok
zz. Sebelum nebulizer diberikan, dengarkan dahulu suara napas
aaa. Hidupkan nebulizer:
5) Jika menggunakan mouthpiece: letakkan mouthpiece diantara gigi dan minta
pasien menutup bibir disekelilingnya
6) Jika menggunakan facemask: letakkan masker diwajah sehingga menutup
hidung dan mulut
bbb. Minta pasien untuk menghirup uap yang keluar melalui nebulizer dengan tenang
sekitar 3-5 detik, penghisapan udara dilakukan dari hidung dan keluar melalui mulut
ccc. Minta pasien untuk menahan nafas, sehingga obat dapat menyebar ke jalan nafas.
ddd. Minta pasien untuk bernafas normal
eee. Putar nebulizer cup bila masih ada obat yang tersisa dan masih dapat menguap
fff. Setelah obat sudah habis matikan mesin nebulizer, lepaskan mouthpiece atau face
mask
ggg. Dengarkan lagi suara napas dengan stetoscope
hhh. Perhatikan keadaan umum pasien
iii. Mulut klien dibersihkan dengan tissue
jjj. Alat dibersihkan dan dirapikan, sarung tangan dilepas
kkk. Cuci tangan

12. Tahap Terminasi & dokumentasi


k. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
l. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
m. Berikan reinforcement kepada pasien
n. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
o. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
REFERENSI

Tarwoto, Wartonah .(2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta
:Salemba Mardika

Lynn, P. B., Taylor, C., & Lynn, P. B. (2011). Taylor's handbook of clinical nursing skills.
Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

Perry, Potter.(2005) Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta :EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

TOURNIQUET TES

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. LISA MUSTIKA SARI, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
TOURNIQUET TES

G. KONSEP TEORI:

VI. PENGERTIAN
Tes tourniquet sering disebut juga dengan rumple leede test merupakan tes
yang bertujuan untuk melihat adanya tanda kerapuhan pada pembuluh darah
kapiler yang ditandai dengan adanya patechie (ruam atau bitnik-bintik merah).
Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa pasien menderita demam berdarah. Tes
tourniquet harus diulang apabila hasilnya negatif atau tidak ada tanda patechie.
Tourniquet test adalah pemeriksaan bidang hematologi dengan melakukan
pembendungan pada bagian lengan atas selama 10 menit untuk uji diagnostik
kerapuhan vaskuler dan fungsi trombosit.
Sebuah tes tourniquet (juga dikenal sebagai Rumpel-Leede Kerapuhan
kapiler-Test atau hanya tes kerapuhan kapiler) menentukan kapiler kerapuhan. Ini
adalah metode diagnostik klinis untuk menentukan kecenderungan perdarahan
pada pasien. Ia menilai kerapuhan dinding kapiler dan digunakan untuk
mengidentifikasi trombositopenia(dengan pengurangan count platelet).
Tes ini juga dikenal sebagai tourniquet test, adalah evaluasi nonspesifik
untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah platelet dan
fungsinya.

VII. TUJUAN
Mengetahui gejala penyakit utamanya DHF atau DBD atau penyakit lainnya.

VIII. PRINSIP
Prinsip yang digunakan dalam uji torniquet adalah dimana terhadap
kapiler diciptakan suasana anoksida dengan jalan membendung aliran darah vena.
Anoksia merupakan ketiadaan penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi
darah ke jaringan adekuat. Suasana anoksia dan penambahan tekanan internal
akan memperlihatkan kemampuan ketahanan kapiler. Jika ketahan kapiler turun
akan timbul petekie di kulit.
IX. KOMPLIKASI
Tes Rumpel Leede umumnya tidak menimbulkan komplikasi.
Pemeriksaan ini sederhana, aman, murah, dan tidak invasif.
Perlu diketahui bahwa terdapat laporan kasus dimana hasil tes Rumpel
Leede positif pada pasien dengan hipertensi dan diabetes mellitus. Pemeriksaan
ini juga memiliki nilai prediksi positif yang tinggi dan nilai prediksi negatif yang
rendah untuk diagnosis demam dengue, sehingga sebaiknya tetap dilanjutkan
dengan pemeriksaan serologi.
X. KRITERIA

H. BAHAN,PERALATAN & PERLENGKAPAN


Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam uji Tourniquet atau Rumple Leede antara lain:
1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Timer

I. PETUNJUK UMUM

J. KESELAMATAN KERJA

K. PROSEDUR KERJA TINDAKAN


Prosedur Torniquet Test
1 Tahap Pre interaksi
a. Eksplorasi diri
b. Baca catatan keperawatan dan medis
c. Cuci tangan
d. Siapkan alat:
 stetoskop,
 senter, spigmomanometer, dan
 sarung tangan bersih.
2 Tahap Orientasi
a. Ucapkan salam dengan panggil nama pasien
b. Perkenalkan diri
c. Jelaskan tujuan, prosedur, dan kontrak waktu
d. Berikan kesempatan untuk bertenya kepada pasien dan keluarga
e. Tutup privasi
3 Tahap kerja
a. Berikan posisi yang nyaman
b. Anjurkan pasien untuk duduk jika perlu
c. Gunakan sarung tangan
d. Lipat lengan baju pasien
e. Lakukan palpasi untuk menentukan lokasi pemasangan manset (± 2.5cm) dari
siku
f. Letakkan diafragma stetoskop pada arteri
g. Pompa balon spigmomanometer, lihat perkembangan manset
h. Tentukan tekanan darah pasien (sistolik dan diastolic) dan catat
i. Tentukan nilai rata-rata dengan cara menjumlahkan tekanan sistolik dan
diastolic kemudian bagi 2.
j. Tahan tekanan manset pada posisi tersebut (nilai rata-rata) selama 2 menit
k. Hitung jumlah patechie pada 2,5 cm2 (positif jika terdapat ³ 10 maka hasilnya
positif)
l. Rapikan kembali pasien dan atur posisi
m. Lepas sarung tangan
n. Cuci tangan
4 Tahap terminasi & dokumentasi
a. Tanyakan (eksplorasi) perasaan pasien
b. Simpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan
c. Berikan reinforcement kepada pasien
d. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan salam
e. Lakukan dokumentasi (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon
pasien) (tanggal, jam, tindakan yang dilakukan, dan respon pasien)
L. REFERENSI

Hastuti, Oktri. 2008. Demam berdarah dengue penyakit dan cara pencegahan. Yogyakarta:
kanisius. http://www.kalbe.com.id diles/edk/files/05_DemamBerdarahDengue.pdf/05-
Demamberdarah.htmlwww.scribd.com

Jeon,YS et al. Rumpel-Leedeee phenomenon associated with noninvasive blood pressure


monitoring -A case report-.Korean J Anesthesiol. 2010 Sep;59(3):203-5. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20877706?dopt=Abstract

Hartley, A et al. Rumpel-Leedeee phenomenon in a hypertensive patient due to mechanical


trauma: a case report. Journal of Medical Case Reports volume 10, Article number: 150
(2016). Available from :
https://jmedicalcasereports.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13256-016-0950-3
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“TRANSFUSI DARAH”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. LISA MUSTIKA SARI, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022
A. KONSEP TRANSFUSI DARAH

1. PENGERTIAN
Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi darah adalah proses
menyalurkan darah atau produk berbasis darah dari satu orang ke sistem peredaran orang
lainnya. Transfusi darah berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah
dalam jumlah besar disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ
pembentuk sel darah merah.
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukan darah melalui vena dengan menggunakan
set transfusi. Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi
darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Banyak komplikasi dapat
ditimbulkan oleh terapi komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan mematikan, penularan penyakit infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan
reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan oleh identifikasi pasien yang tidak
benar atau pembuatan label darah atau komponen darah yang tidak akurat, menyebabkan
pemberian darah yang inkompatibel.
2. TUJUAN
- Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau perdarahan
- Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin
pada klien yang mengalami anemia berat.
- Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal : faktor
pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien yang menderita
hemofilia)

3. PRINSIP
Adanya aglutinogen dan aglutinin yang sama dalam plasma darah menyebabkan 
terjadinya koagulasi (penggumpalan) darah peristiwa menggumpalnya darah 
karena kesamaan aglutinin A dan aglutinogen A dalam darah menyebabkan terjadinya
koagulasi darah. Pada peristiwa transfusi darah, koagulasi darah lebih disebabkan oleh
aglutinin dari darah resipien dibandingkan oleh aglutinin darah donor.
4. INDIKASI
- Kehilangan darah akut, bila 20-30% total volume darah hilang dan perdarahan masih
terus terjadi
- Anemia berat
- Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai
tambahan dari pemberian antibiotic).
- Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor pembekuan, karena
komponen darah spesifik yang lain tidak ada
- Transfuse tukar pada neonates dengan icterus berat

5. KONTRAINDIKASI
- Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal.
- Pasien yang memiliki tekanan darah rendah
- Transfusi dengan golongan darah yang berbeda.
- Transfusi dengan darah yang mengandung penyakit, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B.

6. KOMPLIKASI
- Reaksi transfusi hemolitik
a. Reaksi hemolitik ekstravaskuler
b. Reaksi hemolitik intravaskuler
- Infeksi
a. Bakteri (stapilokok, citobakter)
b. Virus (hepatitis, AIDS, CMV)
c. Parasit (malaria)
- Lain-lain Demam, urtikaria, anafilaksis, hiperkalemia, asidosis

7. ALAT
- Kateter besar (18G atau 19G)
- Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
- Set infuse darah dengan filter
- Produk darah yang tepat
- Sarung tangan sekali pakai
- Kapas alcohol
- Plester
- Manset tekanan darah
- Stetoskop
- Thermometer
- Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani

8. KESELAMATAN KERJA
Unit Tranfusi Darah yang disingkat dengan UTD merupakan proses pengambilan darah
dari masyarakat umum atau disebut pendonor, dimana petugas tidak melakukan
pemeriksaan awal terhadap status darah atau kesehatan pendonor. Apakah pendonor
memiliki riwayat penyakit yang dapat ditularkan kepada petugas seperti Hepatitis, HIV,
ataupun pendonor tidak menjadi ancaman bagi petugas. Ketidaktahuan status darah atau
riwayat kesehatan pendonor memberikan risiko terhadap petugas yang bekerja di bagian
UTD. Untuk mencegah risiko ditempat kerja petugas harus memperhatikan hirarki
pencegahan risiko. Hirarki tersebut adalah :
- Eliminasi
- Subtitusi
- Administrasi
- Alat pelindung diri.
Dari ke empat hirarki tersebut, pemakaian APD merupakan pengendalian yang paling
efektif di laksanakan pada pekerja di UTD. Hal ini dikarekan proses kegiatan pekerja di
UTD tidak bisa dihindari dari kontak langsung dengan pendonor. Anjuran pemakaian
APD saat melakukan tranfusi darah juga terdapat pada permenkes 91 tahun 2015 tentang
standar pelayanan tranfusi darah (Silaban G, 2016 )

9. PROSEDUR
- Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
- Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau ruam
dengan segera
- Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
- Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
- Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar Lampiran
- Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
- Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai
- Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
- Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
- Ukur tanda vital dasar klien
- Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali
dengan pengisian filter didalam selang
- Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
- Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse, selanjutnya ukur
setiap jam.
- Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.
- Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.
REFERENSI

Kepmenkes RI No. 1087/MENKES/SK/VIII?2010. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


Rumah Sakit. Jakarta

Price,Sylvia A. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Smith-Temple, jean, dkk.(2010). Buku saku prosedur klinis keperawatan edisi 5. Jakarta: EGC.

Weinstein,Sharon M. (2001). Buku saku terapi intravena edisi 2. Jakarta: EGC.


LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“INFUS”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA


TAHUN 2021/2022

PEMASANGAN INFUS

A. KONSEP TEORI
a. Pengertian

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah
jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh..

b. Tujuan
1. Mempertahankan atau menggantikan cairan tubuh yang menganung air,elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral
2. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
3. Memperbaiki keseimbangan asam basa
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
c. Prinsip

Pemasangan infus sesuai SOP adalah pasien dalam keadaan berbaring. Menyambungkan
botol cairan infus dengan selang kemudian digantungkan pada standar infus. Menentukan area
vena yang akan ditusuk kemudian memasang alas dibawahnya. Area vena yang akan ditusuk
dipasangkan tourniquet kurang lebih 15 cm diatas area.

d. Komplikasi
1. Infiltrasi: larinya cairan kedalam jaringan sub cutan penyebabnya adalah jarum melesat
2. Phlebitis : inflamasi pada pembuluh darah penyebabnya adalah Trauma mekanik dari
jarum kateter, Trauma kimia , Dari larutan septic yang terkontaminasi, Memakai cairan
hipertonik (osmolaritas terlalu tinggi), Satu jarum dipakai jangka panjang, dan Memakai
vena kecil
3. Thrombus : penggumpalan darah penyebabnya adalah trauma jaringan oleh jarum infus
4. Embolus : adanya udara dalam sirkulasi penyebabnya adalah Thrombus dipaksa keluar
dan bersirkulasi di dalam darah dan Udara masuk ke pembuluh darah melalui jalur infus
5. Speed shock : reaksi tubuh terhadap substansi yang disuntikan kedalam sirkulasi terlalu
cepat penyebabnya adalah infus cairan kedalam sirkulasi terlalucepat
e. Kreteria
1. Keadaan emergency yang memungkinkan pemberian obat langsung kedalam Intra
Vena (IV)
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3. Pasien yang mendapatkan terpi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalu
Intra Vena (IV)
4. Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan resiko perdarahan, dipasang jalur infuse Intra Vena (IV) untuk
persiapan jika terjadi syok)
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya dehidrasi daan syok,
sebelum pembuluh darah kolaps sehingga tidak dapat dipasang jalur infuse
7. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi Intra Muskuler (IM)
B. BAHAN - ALAT DAN PERLENGKAPAN

a) Persiapan Alat (baki beralas berisi) :

1. Infus set steril


2. Jarum iinfus sesuai ukuran
3. Cairan infus
4. Kassa steril dan kapas lidi steril pada tempatnya
5. Pinset
6. Betadin
7. Kom berisi kapas alkohol 70 %
8. Korentang dalam tempatnya
9. Perlak dan pengalas
10. Lampu sorot /penerang
11. Toniquet
12. Plester
13. Gunting plester
14. Bidai bila perlu
15. Handschoen
16. Bengkok
17. Standart infus
18. Sampiran / sketsel
19. Tempat sampah medis dan nonmedis
20. Jam tangan
21. Alat tulis
22. Lembar observasi cairan
23. Larutan clorin
24. Lembar perstujuan

C. PETUNJUK UMUM
1. Vena yang terlihat jelas bukan berarti vena yang terbaik
2. Pastikan tempat insersi dirotasi. Frekuensi rotasi tergantung bahan kateter:
3. Kateter Teflon atau Vialon perlu diganti setiap 48-72 jam
4. Kateter Aguavene dapat dipertahankan lebih lama
5. Kateter yang terpasang lebih dari 72 jam perlu diberi    alasan yang didokumentasikan
dalam catatan perawatan  pasien

Tempat insersi perlu diganti jika terjadi kemerahan, edema, nyeri tekan, atau filtrasi
Pedoman pemilihan vena”
1. Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu
2. Gunakan lengan pasien yang tidak dominan
3. Pilih vena-vena diatas area fleksi
4. Pilih vena yang cukup besar untuk aliran darah adekuat ke dalam kateter
5. Palpasi vena untuk tentukan kondisnya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan yang
tidak tersumbat
6. Pastikan lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari
7. Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang
akan dilaksanakan
8. Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan
dewasa
a) Bagian atas tangan
1. Metacarpal Veins
2. Dorsal Venous Arch
3. Cephalic Vein
4. Basilic Vein
b) Bagian bawah tangan
1. Median antebrachial vein
2. Accessory Cephalic Vein
3. Median cuboital vein
4. Cephalic Vein

D. KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu isu penting di dunia
kerja saat ini termasuk di lingkungan rumah sakit. Angka kecelakaan kerja di rumah sakit
lebih tinggi dibandingkan tempat kerja lainnya dan sebagian besar diakibatkan oleh
perilaku yang tidak aman. Agar dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang
berkualitas dan berkinerja tinggi diperlukan tenaga keperawatan yang profesional,
memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar
praktik, memperhatikan kaidah etik dan moral. Jenis tindakan perawat yang sering
dilakukan di IGD yaitu memasang infus, menjahit luka, mengangkat dan memindahkan
pasien dan tindakan lain.

Risiko pada pemasangan infus yaitu tertusuk jarum suntik, terpapar darah pasien,
postur janggal, tertular penyakit Hepatitis dan low back pain. Nilai Consequences (C),
Exposure (E), Likelihood (L) pada tindakan pemasangan infus untuk risiko fisik dan
biologi adalah C:5, E:6, dan L:6, (180); risiko ergonomi C:5, E:3 dan L:3; (45). Tingkat
risiko bahaya pemasangan infus berada pada level risiko besar. Pengendalian yang sudah
di lakukan manajemen Rumah Sakit adalah penyediaan APD berupa (masker, sarung
tangan, sepatu, celemek), SOP tindakan untuk semua jenis pekerjaan, dan perlengkapan
alat cuci tangan. Disarankan untuk upaya pengendalian lebih lanjut sesuai dengan
hierarki pengendalian K3 yang terdiri implementasi SOP, role play setiap tindakan, dan
pelatihan yang berhubungan dengan pengetahuan keterampilan perawat tentang K3
rumah sakit, upaya perbaikan perilaku aman selama bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, program vaksinasi, serta melengkapi beberapa peralatan dan meja tindakan yang
aman.

E. PROSEDUR KERJA TINDAKAN


1. Mencuci tangan
2. Menutup kran aliran infus
3. Menghubungkan selang infus dengan botol infus (sebelumnya tutup botol
debersihkan dengan alkohol 70%)***
4. Menggantungkan botol infus pada standart infuse
5. Membuka kran pada selang infus untuk mengalirkan cairan kedalan bengkok dan
mengeluarkan udara(ujung jarum / selang infus jangan menyentuh bengkok)
6. Menutup kran kembali
7. Menyiapkan plester
8. Memakai hendschoen
9. Memasang perlak dan pengalas
10. Menyalakan lampu sorot untuk penerangan
11. Memilih letak vena yang akan di tusuk
12. Memasang tourniquet
13. Meminta klien untuk mengepal tangan dan membuka genggaman untuk mengisi vena
14. Membbersihkan area yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%
15. Menusukkan jarum ke area vena dengan lubang jarum menghadap ke atas
16. Bila darah sudah nampak tourniquet dilepas genggaman dibuka
17. Memasukkan jarum secara perlahan
18. Hubungkan ujung selang infus dengan pangkal jarum (perhatikan jangan sampai ada
udara yang masuk)
19. Buka kra untuk mengalirkan cairan infus
20. Bila tetesan lancan lakukan fiksasi
21. Berikan betadin pada tempat insersi dengan menggunakan kapas lidi
22. Menutup tempat insersi dengan kassa steril(menggunakan pinset)
23. Berikan fiksasi
24. Menghitung tetesaan infus
25. Mengatur posisi / bagian tubuh yang terpasang infus bila perlu pasang bidai
26. Pasien dirapikan
27. Peralatan dibereskan
28. Cuci tangan dalam larutan clorin,melepas sarung tangan dengan keadaan terbalik
29. Cuci tangan
30. Mendokumentasikan : jenis cairan, jumlah tetesan, dan waktu pemassangan
31. Memberikan edukasi ke pasien:
- Jangan memainkan kran alian infus
- Tidak boleh menarik selang
- Tidak boleh terlalu banyak bergerak

Jika cairan tidak menetes klien tidak nyaman segera menghubungi perawate.
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“TERAPI INTRAVENA”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022

TERAPI INTRAVENA

1. PENGERTIAN TERAPI INTRAVENA

Terapi intravena adalah terapi yang bertujuan untuk mensuplai cairan melalui
vena ketika pasien tidak mampu mendapatkan makanan, cairan elektrolit lewat mulut,
untuk menyediakan kebutuhan garam untuk menjaga kebutuhan cairan, untuk
menyediakan kebutuhan gula(glukose/dekstrosa) sebagai bahan bakar untuk
metabolisme, dan untuk menyediakan beberapa jenis vitamin yang mudah larut melalui
intravena serta untuk memberikan medium untuk pemberian obat secara intravena.
(Aryani, et. Al. 2009).

2. TUJUAN TERAPI INTRAVENA


Tujuan dari terapi cairan intravena ini adalah :

- Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang mana sudah tidak dapat dipertahankan
secara adekuat melalui pemberian oral.
- Memperbaiki keseimbangan asam dan basa.
- Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
- Menyediakan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
- Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
- Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan diistirahatkan yang bisa disebabkan
karena gangguan penyakit atau cedera.
3. PRINSIP TERAPI INTRAVENA

Terapi intravena adalah metode untuk memberikan cairan obat secara langsung ke
dalam vena. Karena menggunakan drip chamber atau ruang tetes, infus seringkali
diistilahkan sebagai tetesan. Sedangkan obat yang masuk melalui intravena disebut obat
khusus. Terapi intravena mengirim dua jenis cairan, kristaloid dan koloid.

4. KOMPLIKASI TERAPI INTRAVENA


Meski tindakan ini cukup aman dilakukan, tapi efek samping yang mungkin timbul dari
penggunaan intravena adalah:
- Infeksi pada area suntikan.
- Merusak pembuluh darah pada area suntikan.
- Emboli udara (terbentuknya gelembung udara pada jantung dan paru-paru yang dapat
menghambat aliran darah.
- Pembekuan darah.

5. ALAT DAN BAHAN


1) Infus set
2) Abocath
3) Cairan infus
4) Tornikuet/tensimeter
5) Kapas alkohol
6) Kasa steril
7) Betadin salep
8) plester, gunting,
9) spalk dan pembalut kalau perlu
10) tiang infus
11) perlak kecil dan alasnya

6. PETUNJUK UMUM
- pemilihan vena
 pilih vena diatas area fleksi
 guakan vena kaki jika vena tangan tidak bias diakses
 pilih vena yang mudah diraba
 gunakan vena distanatal untuk pilihan pertama
- hindari memilih
 vena yang nyeri palpasi
 vena yang tidak stabl
 vena yang mudah pecah
 venak yang berbelok-belok
 vena dorsla yang rapuh
 vena yang rusak karna insersi sebelumnya(karna flebitis, inflitrasi,
sklerosis)
- cara memunculkan vena
 mengurut ekstremitas dari distal ke proksimal dibawah tempat fungsi
vena
 meminta klien menggemgam dan membuka secara bergantian
 ketuk ringan diatas vena
 gunkan turniket sedikitnya 5-15 cm diatas tempat yang akan diinsersi,
kencangkan torniket
 beri kompres hanagt terhadap ekstremitas selama beberapa menit

7. KESELAMATAN KERJA

Tingkat risiko bahaya pemberian terapi intravena adalah tertusuk jarum, berada
pada level risiko besar. Pengendalian yang sudah di lakukan manajemen Rumah Sakit
adalah penyediaan APD perlengkapan keamanan saat melakukan injeksi / pemberian obat
langsung ke intravena.

8. TAHAP KERJA
1) Pertama lakukan verifikasi order yang ada untuk terapi IV.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
3) Pilih vena yang layak untuk dilakukan venipuncture.
a) Bagian belakang tangan - vena metakarpal. Jika memungkinkan jangan lakukan pada
vena digitalis.
 Keuntungan dilakukannya venipuncture diisi ini adalah
memungkinkan lengan bergerak bebas.
 Jika kemudian timbul masalah pada sisi ini, gunakan vena lain diatasnya.
b) bLengan bawah - vena basilica atau cephalica.
c) Siku bagian dalam - fossa antecubital - median basilic dan median cephalic untuk infus
jangka pendek.
d) Ekstermitas bawah.
 1Kaki - vena pleksus dorsum, arkus vena dorsalis, vena medikal marginalis.
 2Mata kaki - vena saphena magma.
e) Vena sentralis digunakan:
Jika obat dan infus hipertonik atau sangat mengiritasi, membutuhkan kecepatan, dilusi
volume yang tinggi untuk mencegah reaksi sistemik dan kerusakan vena lokal ( misal:
kemoterapi, hiperalimentasi).
LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“PEMASANGAN OKSIGEN”

DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022

PROSEDUR PEMASANGAN OKSIGEN

1. PENGERTIAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar


dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami
kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat
sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan
oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit,
dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb. 1998. Dalam Asmadi
2008).

2. PENGERTIAN PEMBERIAN OKSIGEN

Pemberian terapi Oksigen adalah suatu Tata cara pemberian bantuan gas oksigen
pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke paru paru yang melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat khusus,Pemberian oksigen pada Klien dapat
melalui 3 cara : kateter nasal,kanula nasal dan masker oksigen.

3. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGEN

Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan memenuhi


kebutuhan oksigen (Rahayu & Harnanto, 2016) dan juga
 Memenuhi kekurangan Oksigen
 Membantu kelancaran Metabolisme
 Sebagai Tindakan Pengobatan
 Mencegah Hipoksia
 Mengurangi Beban Kerja Alat Nafas Jantung
4. PRINSIP PEMBERIAN
 O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup
yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.
5. KOMPLIKASI PEMBERIAN OKSIGEN

Pemberian terapi oksigen ini dapat menimbulkan efek samping di sistem pernafasan,
susunan saraf pusat, dan juga mata (terutama pada bayi prematur).¹ Pada sistem respirasi:

a. Depresi nafas Keadaan ini terjadi pada pasien yang menderita PPOM dengan hipoksia
dan hiperkarbia kronik. Oleh karena pada penderita PPOM kendali pusat nafas bukan oleh
kondisi hiperkarbi seperti pada keadaan normal, tetapi oleh kondisi hipoksia, sehingga
apabila kadar oksigen dalam darah meningkat malah akan menimbulkan depresi nafas. Pada
pasien PPOM, terapi oksigen di anjurkan dilakukan dengan sistem aliran rendah dan
pemberiannya secara intermiten.

b. Keracunan oksigen Keracunan oksigen ini terjadi apabila pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi (>6O%) dalam jangka waktu lama. Akan timbul perubahan pada paru
dalam bentuk: kongesti paru, penebalan membrane alveoli, edema, konsolidasi dan
atelektasi. Pada keadaan hipoksia berat, pemberian terapi oksigen dengan FiO2 sampai
100% dalam waktu 6-12 jam untuk life saving seperti misalnya pada saat resusitasi masih di
anjurkan. Namun setelah keadaan kritis teratasi, FiO2 harus segera di turunkan.

c. Nyeri substemal Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi pada trakea yang
menimbulkan trakeitis. Hal ini terjadi pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi dan
keluhannya akan lebih hebat lagi apabila oksigen yang diberikan itu kering (tanpa
humidifikasi). Pada susunan saraf pusat : Pemberian terapi oksigen dengan konsentrasi
tinggi dapat menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada sendi. Pada mata : Pada bayi
baru lahir terutama pada bayi prematur, hiperoksia

Risiko Jangka Panjang Terdapat tiga klasifikasi risiko penggunaan jangka panjang terapi
oksigen yaitu: fisik, fungsional, dan sitotoksik.
a. Risiko fisik Penggunaan jangka panjang dari terapi oksigen secara fisik dapat
mengakibatkan luka lecet pada hidung dan wajah yang timbul dari pemakaian nasal kateter
dan sungkup. Kulit kering dan pengelupasan kulit dapat muncul dengan penggunaan gas
yang kering tanpa proses humidifikasi.

b. Risiko fungsional Terapi oksigen dapat menyebabkan hipoventilasi pada pasien


dengan COPD. Dalarn prakteknya, terapi oksigen aliran rendah, memiliki risiko yang kecil
untuk menyebabkan hipoventilasi tersebut.

c. Risiko kerusakan sitotoksik Pemberian oksigen dapat menyebabkan kerusakan


struktural pada paruparu. Perubahan proliferasi dan perubahan fibrosis akibat toksisitas
oksigen terbukti setelah dilakukannya otopsi pada pasien COPD yang diterapi dengan
oksigen jangka panjangv Namun perubahan ini tidak menimbulkan pengaruh yang
signifikan pada pexjalanan klinis atau kelangsungan hidup pasien yang diterapi dengan
oksigen. Sebagian besar kerusakan yang texjadi diakibatkan oleh hasil hyperoksia dari
pemberian FiO2 tinggi pada kondisi akut.

1. KRITERIA TERAPI OKSIGEN


Terapi oksigen diindikasikan pada orang dewasa dan anak dengan PaO2<60
mmHg atau saturasi O2<90% pada kondisi istirahat dalam udara Sedangkan pada
neonatus, terapi oksigen diindikasikan bila PaO2<50 mmHg atau saturasi O2<88%.
Terapi oksigen konvensional dapat mengirimkan oksigen 15 liter per menit. Sedangkan
terapi oksigen arus tinggi dapat mengalirkan oksigen maksimal 60 liter per menit.

2. PROSES OKSIGENASI

Menurut Tarwanto dan Wartonah (2006). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di


dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan. Yaitu :

a. Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmsfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Prose ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain
adanya perbedaan tekanan antara atmosfer paru,adanya kemampuan thraks dan paru pada
alveoli dalam melaksanakan ekspansi ,adanya jalan nafas yang dimulai dengan hidung
hingga alveoli yang kerjanya dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, dan adanya refleks
batuk dan muntah.

b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di aveoli dengan kapiler paru CO2,dikapiler
dengan alveoli.poses ii dpengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan
paru,tebalnya membran respirasi dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan ,perbedaan tekanan antara kontraksi O2, dan kemampuan untuk menembus
dan saling mengikat Hb.
c. Transfortasi gas
Yaitu prose pendistribusian antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan
tubuh ke kapiler,transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantranya
cardiac output dan kondisi pembuluh darah,latihan dan lain lain.

3. INDIKIASI

Menurut Standar Keperawatan ICU Depkes RI (2005) dan Andarmoyo (2012), indikasi terapi
oksigen adalah :
a. Pasien hipoksia.

b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal.

c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal.

d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.

e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.

f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah

4. KESELAMATAN KERJA

Pemberian O2 dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :


1. Kebakaran O2 bukan zat pembakar tetapi O2 dapat memudahkan terjadinya
kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian O2 harus menghindari :
Merokok, membukan alat listrik dalam area sumber O2, menghindari penggunaan listrik
tanpa “Ground”.

2. Depresi Ventilasi Pemberian O2 yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan


aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi

3. Keracunan O2 Dapat terjadi bila terapi O2 yang diberikan dengan konsentrasi


tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti
atelektasi dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan

5. ALAT DAN BAHAN PEMBERIN OKSIGEN NASAL KANUL

Alat dan Bahan Gambar


1. Tabung oksigen (O2)
lengkap dengan manometer

2. Pengukuran flowmeter dan


humudfier
3. Nasal Kanul

4. Plester atau Pita

5. Kateter Nasal

6. Vaselin
7. Masker

6. PROSEDUR PEMASANGAN NASAL KANUL ( KONSENTRASI O2 40-60% (1-5


LTR))

Langkah –Langkah
a. Tahap Pra interaksi
NO Tahapan Gambar
1 Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien

2 Cuci tangan.
3 Siapkan Alat

b. Tahap Orientasi
NO Tahapan Gambar
1 Beri salam, panggil klien dengan
namanya.

2 Jelaskan tujuan dan prosedur


tindakan.

3 Beri kesempatan pada klien untuk


bertanya.

c. Prosedur kerja tindakan


NO Tahapan Gambar
1 Bantu klien pada posisi semi fowler jika
memungkinkan, untuk memberikan kemudahan
ekspansi dada dan pernafasan lebih mudah.

2 Pasang peralatan oksigen dan humidifier.

3 Nyalakan oksigen dengan aliran sesuai advis


4 Periksa aliran oksigen pada selang.

5 Sambung nasal kanul dengan selang oksigen.


6 Pasang nasal kanul pada hidung.

7 Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung


dan selang serta kaitkan dibelakang telinga atau
mengelilingi kepala. Yakinkan kanul masuk
lubang hidung dan tidak ke jaringan hidung.

8 Plester kanul pada sisi wajah, selipkan kasa di


bawah selang pada tulang pipi untuk mencegah
iritasi.

9 Kaji respon klien terhadap oksigen dalam 15-30


menit, seperti warna, pernafasan, gerakan dada,
ketidaknyamanan dan sebagainya.

10 Periksa aliran dan air dalam humidifier dalam 30


menit.
11 Kaji klien secara berkala untuk mengetahui
tanda klinik hypoxia, takhikardi, cemas, gelisah,
dyspnoe dan sianosis.
12 Kaji iritasi hidung klien. Beri air / cairan
pelumas sesuai kebutuhan untuk melemaskan
mukosa membran.
13 Catat permulaan terapi dan pengkajian data.

d. Tahap Terminasi
NO Tahapan Gambar
1 Evaluasi hasil / respon klien.

2 Dokumentasikan hasilnya

3 Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya.


4 Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat.
5 Cuci Tangan

7. PROSEDUR PEMASANGAN KATETER NASAL(KONTRAKSI O2 24%-44%(1-


6LT)

NO Tahapan Gambar
1 Jelaskan Prosedur apa yang dilakukan

2 Cuci tangan
3 Observasi Humidifier dnegan melihat jumlah
air yang sudah disiapkan sesuai level yang
telah ditetapkan

4 Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan


yang dibutuhkan, kemudian observasi
Humidifier Pada tabung air dengan
menunjukkan adnya gelembung air
5 Atur Posisi dengan Semifowler atau kenyaman
Klien

6 Ukur kateter nasal dari lubang telinga sampai


kehidung dan berikan tanda
7 Buka saluran udara dari flowmeter O2
8 Berikan Vaselin atau geli
9 Masukkan dalam hidung sampai Batas yang
tentukan
10 Lakukan Pengecekan Kateter Apakah sudah
masuk atau Belum Dengan menekan Lidah
Pasien Dengan Menggunakan Spatel (akan
terlihat Posisinya di bawah uvula )
11 Fiksasi daerah hidung
12 Periksa katete nsal stiap 6-8 jam
13 Kaji Cuping Hidung ,Sputum dan mukosa
hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen ,
rute pemberian dan respon paisien

14 Cuci tangan setelah melakukan Tindakan

8. MASKER OKSIGEN

NO Tahapan Gambar
1 Jelaskan Prosedur apa yang dilakukan

2 Cuci tangan

3 Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier


dengan melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan
atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan
yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan
adanya gelembug air.
.
4 Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier
dengan melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan
atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan
yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan
adanya gelembug air.
5 Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan
hidung klien dan atur pengikat untuk
kenyamanan kllien

6 Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam

Kaji cuping
7 Kaji hidung, sputum, mukosa hidung serta
periksa kecepatan aliran oksigen, rute
pemberian dan respon pasien

8 Cuci Tangan

REFERENSI

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan.Edisi 3. Salemba Medika.
Jakarta.
Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. EGC. Jakarta.

Knight, john; Nigam, Yamni; Jones, Aled. Effects of bedrest 2: gastrointestinal, endocrine, renal,
reproductive and nervous systems. Nursing Times; (2009), 105; 22

Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Guyton, AC; Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11. Jakarta :
EGC

Gunawan, Adi. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot.INTEGRAL, vol. 6, no. 2, Oktober
2001

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“TRAKHEOTOMI”
DISUSUN OLEH :

DILLA TRI NOVITA

2020242005

DOSEN PEMBIMBING :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021/2022

1. PENGERTIAN
` Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior
trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan
memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
2. TUJUAN

1. Mencegah obstruksi jalan nafas

2. Sarana untuk mengangkat sekret

3. Meningkatkan kerja paru

4. Mencegah infeksi

5. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostomi

3. INDIKASI

1. Tumor laring

2. Injuri/trauma berat

3. Obstruksi jalan nafas

4. Memasang alat bantu pernafasan (respirator)

5. Mengeluarkan sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fiisologis,
misalnya pada pasian dalam keadaan koma

6. Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas atas seperti rongga mulut, sekitar
lidah, dan farin.

4. PROSEDUR

PERSIAPAN PASIEN

· Atur posisi terlentang atau semifowler.


PERSIAPAN ALAT

1. Tali pengikat trakeostomi

2. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida (H202), spuit 10cc.

3. Stetoskop

4. Suction set

5. Set ganti balut steril

6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril

7. Kapas apus (swab), alkohol 70%

8. Nierbeken/bengkok, plester, dan gunting

9. sikat pembersih

10. Handuk, perlak, dan kantung plastik

11. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/ skort (kalau perlu)

5. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan prosedur dan tujuannya kepada klien
2. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman (supine atau semifowler)
3. Membentangkan handuk didada klien
4. Menjaga kebutuhan privacy klien
5. Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau
6. Menutup sampiran
7. Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih
8. Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang dibutuhkan untuk pembersihan
trakeostomi.
a. Meletakkan perlak paling bawah
b. Mengatur mangkuk steril kedua dekat, jangan menyentuh bagian dalam mangkuk
c. Tuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk, jangan sampai menetes ke
perlak
d. Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrgen
peroksida
e. Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrogen
peroksida
f. Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa pertama, dan
normal salin pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga dibiarkan kering.
g. Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai ( disposible), buka
bungkusnya sehingga dapat dengan mudah diambil. Pertahankan sterilisasi kanule
dalam
h. Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang diperlukan dengan
menggandakan lingkar leher dan menambah 5 cm dan gntung tali pada panjang
tersebut.
9. Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah mengguanakan skort, kaca mata
pelindung, dan handscoen steril
10. Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen steril yang baru.
Pertahankan agar tangan dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan.
11. Membersihkan kanule dalam.
12. Mengganti kanule dalam sekali pakai ( disposible inner-canule)
a. Buka dan lepaskan kanul dalam dengan menggunakan tangan yang tidak dominan
dengan hati-hati
b. Lakukan teknik penghisapan dengan teknik steril (jika diperlukan)
c. Mengeluarkan kanul dalam baru steril dari bungkusnya dan siramkan normal salin
steril pada kanul baru tersebut. biarkan normla salin menetes dari kanul dalam.
d. Memasang kanul dalam dengan hati-hati dan cermat dan kunci kembali agar tetap
pada tempatnya
e. Menghubungkan kembali klien dengan sumber oksigen
13. Membersihkan dalam tak disposible
a. Lepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan dan masukkan kanule
tersebut ke dalam mangkuk berisi hidrogen peroksida
b. Membersihkan kanule dalam dengan menggunakan sikat (tangan dominan
memegang sikat dan tangan yang tidak dominan memegang kanul).
c. Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan
normal saline pada kanula sampai semua bagian kanula terbilas dengan baik.
Biarkan normal saline menetes dari kanule dalam.
d. Memasang kembali kanule dalam dan kunci
e. Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen
14. Membersihkan bagian luar/sekitar kanula dan kulit sekitarnya dengan menggunakan
hidrogen peroksida, lalu bilas dengan Nacl dan keringkan dengan kasa
15. Mengganti tali pengikat trakeostomi:
a. Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara memasang tali yang
baru
b. Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate. Melingkarkan kedua
ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi
lainnya faceplate dan ikat dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali trakeostomi
yang lama.
16. Memasang kasa mengelilingi kanul luar dibawah tali pengikat dan faceplate. Periksa
kembali untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa
trakeostomi tertahan dengan aman pada tempatnya.
17. Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakeostomi:
a. memakai hanscoen
b. jika terdapat klem pada pipa cuff lepaskan klemnya dan sambungkan dengan spuit
c. meminta klien menghirup nafas dalam (biasanya 5cc). Amati kesulitan bernafas
18. Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur dan atur kembali
ketinggian tempat tidur.
19. Rapikan peralatan
20. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.

6. DOKUMENTASI
1. Form lembar catatan perkembangan terintegrasi
2. Form observasi tanda-tanda vital

Anda mungkin juga menyukai