Anda di halaman 1dari 2

Dr.H.C Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A.

(7 November 1935 – 6 Agustus 2009) atau


dikenal sebagai W.S. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater
berkebangsaan Indonesia.

W.S. RendraRendraS Lahir Willibrordus Surendra Bawana Rendra,7 November 1935 Solo, Hindia
Belanda,MeninggalPribad 6 Agustus 2009 (umur 73) Depok, Jawa Barat

Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.[1]
Pernah mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada dan dari perguruan tinggi itu Rendra
menerima gelar Doktor Honoris Causa.[2] Penyair yang kerap dijuluki sebagai “Burung Merak”[3] ini,
pada tahun 1967 mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Melalui Bengkel Teater itu, Rendra
melahirkan banyak seniman antara lain Sitok Srengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-
lain. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, ia memindahkan Bengkel Teater
ke Depok, Oktober 1985.[4]

Kehidupan Pribadi

Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu
Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pada
sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah
penari serimpi di Keraton Surakarta Hadiningrat. Masa kecil hingga remaja Rendra
dihabiskannya di kota kelahirannya.
Pernikahan Rendra dengan Sunarti Suwandi dan Sitoresmi Prabuningrat berakhir dengan
perceraian, dan terakhir ia menikahi Ken Zuraida yang juga seniman teater. Dari ketiga
istrinya, Rendra dikaruniai sebelas orang anak.

Penelitian tentang karya Rendra

Profesor Harry Aveling, seorang pakar sastra dari Australia yang besar perhatiannya terhadap
kesusastraan Indonesia, telah membicarakan dan menerjemahkan beberapa bagian puisi Rendra
dalam tulisannya yang berjudul “A Thematic History of Indonesian Poetry: 1920 to 1974”. Karya
Rendra juga dibicarakan oleh seorang pakar sastra dari Jerman bernama Profesor Rainer Carle dalam
bentuk disertasi yang berjudul Rendras Gedichtsammlungen (1957—1972): Ein Beitrag Zur Kenntnis
der Zeitgenossichen Indonesischen Literatur. Verlag von Dietrich Reimer in Berlin: Hamburg 1977.

Penghargaan

Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Yogyakarta (1954)

Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)


Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)

Hadiah Akademi Jakarta (1975)

Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)

Penghargaan Adam Malik (1989)

The S.E.A. Write Award (1996)

Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Beberapa Drama
 Orang-orang di Tikungan Jalan (1954)
 Bib Bob Rambate Rate Rata (Teater Mini Kata) - 1967
 SEKDA (1977)
 Selamatan Anak Cucu Sulaiman (dimainkan 6 kali)
 Mastodon dan Burung Kondor (1972)
 Hamlet (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)- dimainkan
dua kali
 Macbeth (terjemahan dari karya William Shakespeare, dengan judul yang sama)
 Oedipus Sang Raja (terjemahan dari karya Sophokles, aslinya berjudul "Oedipus Rex")
 Lysistrata (terjemahan)
 Odipus di Kolonus (Odipus Mangkat) (terjemahan dari karya Sophokles,
 Antigone (terjemahan dari karya Sophokles,
 Kasidah Barzanji (dimainkan 2 kali)
 Lingkaran Kapur Putih
 Panembahan Reso (1986)
 Kisah Perjuangan Suku Naga (dimainkan 2 kali)
 Shalawat Barzanji
 Sobrat

Kumpulan sajak/puisi
 Ballada Orang-orang Tercinta (Kumpulan sajak)
 Blues untuk Bonnie
 Empat Kumpulan Sajak
 Sajak-sajak Sepatu Tua
 Mencari Bapak
 Perjalanan Bu Aminah
 Nyanyian Orang Urakan
 Pamphleten van een Dichter
 Potret Pembangunan Dalam Puisi
 Disebabkan oleh Angin
 Orang Orang Rangkasbitung
 Rendra: Ballads and Blues Poem
 State of Emergency
 Do'a untuk Anak-Cucu
 Perempuan yang Tergusur
 Sajak Sebatang Lisong
 Nyanyian Angsa

Anda mungkin juga menyukai