Proses Kreatif Nama : Helsi Pramesti NPM : A1A020101 Kelas 6C Dosen : Drs., Amrizal, M.Hum
Mencari Konsep kreatif drama W.S Rendra, Arifin Chenur, Wisran Hadi, Putu Wijaya, dan Muhammad Ibrahim Ilyas.
1. Konsep kreatif drama W.S Rendra
Bakat Rendra dapat dikatakan lengkap di dunia Sastra. Tidak hanya pandai menulis puisi, Rendra juga piawai ketika berada di atas panggung. Ia dapat mementaskan drama dan tampil apik sebagai pembaca puisi. Pada tahun 1961, Rendra pulang dari Amerika Serikat. Setelah itu, Rendra membentuk kelompok teater di Yogyakarta. Pada masa ini, proses penciptaan karya dijalani Rendra. Namun, kelompok teater ini terhenti karena Rendra mendapatkan beasiswa dan pergi ke Amerika untuk melanjutkan studi. Ketika kembali ke Indonesia untuk kedua kalinya (1968), Rendra membentuk grup teater yang bernama Bengkel Teater. Sampai saat ini, nama Bengkel Teater sangat terkenal bagi kalangan yang memiliki minat pada bidang teater. Bengkel Teater juga memberi warna dan suasana baru dalam kehidupan teater di tanah air. Rendra memberikan alasan penamaan Bengkel Teater sebagai nama kelompok teaternya, “Maksud saya adalah memperbaiki pribadi sehingga bisa kreatif dan berguna bagi kehidupan, seperti halnya reparasi mesin di bengkel” (Aktuil No. 182 edisi Desember 1975 hal. 9). Sejak tahun 1977, akibat dari tekanan politik, Bengkel Teater mengalami kesulitan untuk tampil di muka publik baik untuk mementaskan dramanya maupun membacakan puisinya. Akhirnya, pada tahun 1985, Rendra memindahkan segala aktivitas teaternya ke Depok, Jawa Barat. Lahan seluas 3 hektar menjadi tempat bernaung Rendra dan kelompoknya, lahan itu terdiri dari bangunan kediaman Rendra beserta keluarga dan bangunan sanggar untuk latihan drama dan tari. Sampai dengan tulisan ini dibuat, Bengkel Teater Rendra pun masih berdiri. Dalam perjalanannya, dihitung dari tahun 1968 sampai tahun 2005, Rendra dan Bengkel Teater telah berhasil mementaskan 23 naskah: dengan rincian 15 naskah asing/adaptasi, 7 naskah sendiri dan sebuah naskah di luar karya Bengkel Teater.
2. Konsep kreatif drama Arifin Chenur
Arifin Chairin Noer, atau lebih dikenal sebagai Arifin C. Noer, adalah sutradara teater dan film asal Indonesia yang beberapa kali memenangkan Piala Citra untuk penghargaan film terbaik, sutradara terbaik, dan penulis skenario terbaik Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMA di kota Solo akhir tahun 1950. Karya- karyanya tersebar di berbagai penerbitan, surat kabar, dan majalah, antara lain Indonesia, Sastra, Gelora, Basis, Suara Muhammadiyah, dan Horison. Tulisannya yang pertama berupa sajak, yang menggambarkan curahan perasaan cintanya kepada seorang gadis, Nurul Aini (1963), yang kemudian ternyata menjadi istrinya. Demikian pula naskah lakon yang ditulisnya, misalnya "Prita Istri Kita" (1967) yang kemudian dipersembahkan sebagai mas kawinnya. Kemudian, Arifin menulis puisi dan naskah lakon yang sangat religius, humanis, sosial, dan absurd. Dia juga menulis skenario film dan sinetron, kritik dan esai drama, serta seni pentas yang lain. Konsep kreatif dalam drama karya Arifin Chenur melibatkan penggunaan teknik- teknik teatrikal yang efektif, karakter-karakter yang kompleks, serta plot yang terjalin dengan baik. Drama-dramanya mampu menyampaikan pesan moral yang kuat dan memberikan pengalaman teatrikal yang berkesan bagi penontonnya.
3. Konsep kreatif Drama Wisran Hadi
Menggeluti teater sejak tahun 1971 dengan menulis beberapa naskah drama. Sembilan naskah dramanya mendapat penghargaan sebagai pemenang Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Indonesia yang dilaksanakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Wisran Hadi telah melahirkan 47 naskah yang telah dipentaskan oleh grup-grup teater di Indonesia. Wisran Hadi merupakan orang pertama yang membawa randai dalam pementasan teater modern. Wisran cenderung menjadikan randai dan kesenian tradisi Minangkabau lainnya sebagai sumber permainan dan sumber penciptaan teater. Randai adalah suatu bentuk kesenian tradisional Minangkabau. Teater modern menjadikan naskah sebagai tolak ukur yang penting, sementara dalam randai, naskah hanya sebagai pijakan untuk bermain yaitu acuan peristiwa, kemudian pemain bisa mengembangkannya sendiri lewat improvisasi.
4. Konsep Kreatif Drama Putu Wijaya
Bagi Putu Wijaya, menulis "semaunya" merupakan pengakuan jujur kepada diri sendiri yang tidak dimiliki orang lain. Menulis semaunya tentang pengalaman pribadi yang konyol tentu menjadi sesuatu yang khas jika dibaca orang lain. Kemudian dari tahap itu, pencarian Putu Wijaya makin berkembang dan tidak lagi menuliskan hal-hal yang bersifat pribadi, tetapi menulis tentang lingkungan di sekitarnya. Kemudian lebih berjarak lagi dengan menuliskan tentang orang lain, menuliskan tentang isu-isu terhangat dari berita yang diendapkan, sehingga menjadi sebuah tulisan fiksi yang bisa diterima banyak orang. Sampai pada akhirnya Putu Wijaya menemukan gaya kepenulisannya sendiri.
5. Konsep Kreatif Drama Muhammad Ibrahim Ilyas.
Mempunyai keunikan dari penulis naskah drama lainnya di Sumatera Barat lainnya. Muhammad Ibrahim Ilyas mempunyai proses yang seimbang dan berkelanjutan dalam dunia drama. Ia mulai menulis naskah drama pada tahun 1981. Ia pernah menjadi pemain, penata panggung, pimpinan produksi, dan sutradara. Dengan kata lain, keseluruhan proses dari dunia drama sudah dilaluinya secara berkelanjutan sejak 1978. Proses yang berkelanjutan itu membantunya ketika menulis naskah drama. Karya-karyanya mempunyai kekhasan dalam hal penulisan dialog-dialognya yang bersifat puitis. Cabik merupakan salah satu naskah drama yang mendapat penghargaan dalam sayembara penulisan naskah drama yang diadakan Taman Budaya Yogyakarta tahun 1992. Persoalan dalam naskah drama Cabik tersebut mengacu pada persoalan sosial, budaya, dan psikologi masyarakat. Persoalan- persoalan yang coba dibangun Bram dalam naskah drama Cabik adalah pengalaman pribadinya. Tema dalam naskah drama ini, merupakan sebuah persoalan hubungan laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Berdasarkan beberapa pembagian yang dikemukakan tentang proses kreatif Muhammad Ibrahim Ilyas dalam menciptakan naskah drama Cabik, yakni proses kreatif yang dilalui oleh Bram dibagi atas lima tahap, yaitu: tahap memperoleh ide, tahap inkubasi (pengendapan), tahap penulisan, tahap pengkomunikasian (publikasi), dan tahap verifikasi (revisi/evaluasi).