Anda di halaman 1dari 16

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah

Volume 1, Nomor 1, 2016, 69-84


Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir

Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan


Lembaga Pendidikan
Asmanah Rohmatun Sholehah1*, Saeful Anwar2, & Herman1
1Jurusan
Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
2Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,

UIN Sunan Gunung Djati, Bandung


*Email : rohmatunsholehah@uinsgd.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana gaya kepemimpinan, apa saja upaya
yang dilakukan oleh pemimpin dalam mengelola yayasan serta apa saja faktor
penunjang dan faktor penghambatnya. Metode penelitian ini menggunakan
metode kualitatif deskriptif dimana metode ini digunakan untuk menggambarkan
sejelas-jelasnya hasil dari penelitian tersebut. Adapun hasil penelitiannya gaya
kepemimpinan ketua yayasan bersifts demokratis dan mengutamakan kerjasama
yang membedakan dengan pemimpin yang lainnya ibu ketua yayasan memberikan
perhatian lebih seperti seorang ibu terhadap anaknya, adapun upayanya selain
mengadakan kegiatan yang mengikutsertakan seluruh anggota yayasan beliau
memperbarui sistem planning serta kepengurusan yayasan mempunyai relasi yang
luas karena beliau aktif di berbagai organisasi, menjadikan kelebihan tersebut
sebagai jalan untuk usaha baik dalam segi keuangan dan segi publikasi yayasan.
Kata Kunci: Kepemimpinan, Perempuan, Gaya kepemimpinan

ABSTRACT
This study describes how leadership style, what are the efforts made by leaders in managing the
foundation and what are the supporting factors and inhibiting factors. This research method uses
descriptive qualitative method where this method is used to describe clearly the results of the study.
As for the results of his research, the leadership style of the chairman of the foundation is
democratic and prioritizes cooperation which distinguishes the other leaders. The mother of the
foundation leader gives more attention to a mother to her child. As for her efforts in addition to
holding activities that involve all members of the foundation, she is renewing the planning system
and managing the foundation. broad because he is active in various organizations, making these
advantages as a way for business both in financial terms and in terms of foundation publications.
Keywords: Leadership, Women, Leadership Style

Diterima: Januari 2016. Disetujui: Maret 2016. Dipublikasikan: Maret 2016 69


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

PENDAHULUAN
Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan perempuan itu
masih dianggap “beda”, hal tersebut terjadi karena beberapa hal diantaranya,
karena faktor emosional, sifat alamiah dan budaya. Pemimpin diidentikan dengan
kaum adam. Dimana kaum adam lebih dipercaya diyakini lebih tegas, lebih
bertanggungjawab, lebih cerdas dan lebih pantas menjadi seorang pemimpin
dibandingkan kaum hawa, laki-laki lebih dipercaya bila menjadi seorang pemimpin
karena memiliki karakter yang mumpuni untuk menjalankan kepemimpinan.
Apabila ditinjau dari segi karakteristik antara laki-laki dan perempuan ternyata
memiliki perbedaan yang sangat menonjol salah satunya yaitu laki-laki memiliki
karakter rasional sedangkan perempuan lebih emosional (lebih mengedepankan
perasaan), salah satu fungsi pemimpin yaitu pengambil keputusan. Dalam
mengambil keputusan pemimpin hendaknya ditinjau dari segi objektif, logis dan
rasionalnya sesuai dengan karakteristik laki-laki, sedangkan perempuan yang
memiliki karakter emosional dikhawatirkan mengambil keputusannya dari segi
subjektifnya.Apabila dilihat dari sudut pandang agama islam, ada beberapa ayat
Al-Qur’an dan hadits yang menyatakan bahwa perempuan kurang tepat bila
menjadi seorang pemimpin namun tergantung dari bidang atau objek yang
dipimpinnya. Berikut salah satu ayat Al-Qur’an dan hadits yang menyatakan
kurang tepatnya pemimpin perempuan dalam bidang tertentu serta sedikit
penjelasannya surat an-Nisa’ ayat 34 dan salah satu hadits masyhur dari abi bakroh
:
‫ض َوبِّ َما أَنفَقُواْ ِّم ْن أَ ْم َوا ِّل ِّهم‬
ٍ ‫ض ُه ْم َعلَى بَ ْع‬
َ ‫ّللاُ بَ ْع‬ َ ِّ‫علَى النه‬
َّ َ‫ساء بِّ َما ف‬
‫ض َل ه‬ َ َ‫لر َجا ُل قَ َّوا ُمون‬
‫ِّ ه‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka....” (QS. An-Nisaa’: 34)
‫ لن يفلح قوم ولوا أمرهم اٍمرأة‬: ‫ قال انهبي صلي هللا عليه وسهلم‬,‫عن أبي بكرة‬
“Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu, telah berkata nabi shalallahu alaihi
wasallam : “Tidak akan beruntung suatu kaum (bangsa) manakala
menyerahkan urusan (kepemimpinan) nya kepada seorang wanita”.
Dalam Qs An Nisa ayat 34 disebutkan bahwa kaum laki-laki adalah
pemimpin perempuan, Kepemimpinan wanita untuk riasah ammah lil muslimin itu
tidak boleh. Quran, hadits dan ijmak sudah menunjukkan hal itu. Dalil dari Al-
Quran adalah QS An-Nisa 4:34 hukum dalam ayat tersebut mencakup kekuasaan
laki-laki dan kepemimpinannya dalam keluarga. Adapun dalil hadits dari Abi
Bakroh dalam sabda Nabi “Suatu kaum tidak akan berjaya apabila diperintah oleh
perempuan”. Apabila dilihat dari asbabun nuzumnya yaitu adanya hadits tersbut
merupakan respon Rasulullah SAW setelah mendengarkan Raja persi yang
bernama Kisra yang wafat dan kekuasaannya digantikan oleh putrinya (Nizar Ali
dalam Hamim Ilyas 2003:297). Bila dilihat dari asbabun nuzumnya hadits ini
diperuntukan larangan wanita menjadi pemimpin dalm konteks pemerintahan
70 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84
Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

(perempuan yang memimpin suatu kerajaan, pemerintah) sehingga tidak


diragukan lagi bahwa hadits ini menunjukkan haramnya kepemimpinan
perempuan pada otoritas umum atau otoritas kawasan khusus. Namun fakta yang
ada saat ini, telah banyak perempuan-perempuan menjadi pemimpin yang baik
dengan karakteristik alami sebagai perempuan itu sendiri dan terbilang cukup
sukses bila dilihat dari organisasi yang dipimpinnya. Bertolak dari fenomena
diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana seorang pemimpin
perempuan dalam menjalankan kepemimpinannya dipengaruhi oleh
karakteristiknya seorang wanita sebagai seorang pemimpin.
Adapun literature yang berkaitan dengan masalah ini yang pertama skripsi
yang telah disusun oleh Afriyahana Christian Putra (2009) yang berjudul “Presepsi
tentang kepemimpinan perempuan dikalangan pelajar SMK Negri 6 Surakarta”,
hasil ydari penelitian beliau adalah para siswa SMKN 6 Surakarta mendukung
adanya kepemiminan perempuan karena laki-laki dan perempuan memiliki hak
yang sama, asalkan pemimpin tersebut bisa dijadikan contoh, panutan dan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. Kedua yaitu jurnal yang disusun oleh Jumiati
Sasmita dengan judul “Kepemimpinan Pria dan Wanita” jurnal ini berdasarkan
study kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepemimpinan
pria dan wanita, hasil dari jurnal tersebut menunjukan bahwa pada dasarnya,
wanita memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin karena cenderung
lebih sabar, memiliki empati dan multitasking adapun gaya kepemimpinan pria
lebih cenderung kearah gaya transaksi sedangkan wanita lebih ke arah partisipassi.
Lokasi penelitian ini di Yayasan Pendidikan Al-Hasan yang beralamat di Jl.
Galumpit Cileunyi kulon Bandung. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada
ketertarikan penyusun terhadap fenomena yang diungkapkan, seperti diungkap
dalam bagian atas, selain ketersediaan data untuk permasalahan penelitian yang
memadai. Selain itu. Penelitian ini meliputi bagaimana gaya kepemimpinan Dra.
Hj Enen Rusdah Mutmainah dalam mengelola yayasan, apa saja upaya-paya yang
dilakukan dalam mengelola yayasan dan apa saja faktor penunnjang serta
penghambat dalam kepemimpinan Dra Hj Enen Rusdah. Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dimana temuannya dideskripsikan dan
dianalisis dengan kata-kata atau kalimat. Peneliti menggunakan metode kualitatif
deskriptif Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yang
dimaksud adalah sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya dideskripsikan
dan dianalisis dengan kata-kata atau kalimat. Pendekatan ini menggunakan
pendekatan manajemen dakwah, sedangkan spesifikasi penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif yang bertujuan mengumpulkan informasi ataupun data
untuk disusun, dijelaskan dan dianalisis (Muhtadi dan Safei, 2003:128), dan
penelitian kualitatif deskriptif ini merupakan penelitian yang tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang
sesuatu variabel, gejala atau keadaan (Suharsimi Arikunto, 1993:310) adapun jenis
data penelitiannya terdiri dari data-data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis,
lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati selebihnya adalah tambahan

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 71


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

kata-kata dan dokumen lainnya, adapun sumber data terdiri dari dua sumber yaitu
sumber data primer dan sumber data sekunder sedangan teknik pengumpulan
data melalui observasi dan wawancara, studi kepustakaan dan studi
dokumentasikemudian langkah terkahir yaitu analisis data, peneliti melakukan
analisis dengan langkah-langkah : yang pertama Mengumpulkan data yang
diperoleh dari hasil observasi awal, kedua wawancara dan dokumentasi serta
menyusun data berdasarkan satuan-satuan rumusan masalah, Setelahnya data
terkumpul kemudian diklasifikasikan menurut jenisnya masing-masing, kemudian
hubungkan satu dengan yang lainnya yaitu data hasil wawancara dan data yang
diperoleh dilapangan, selanjutnya kemudian dianalisis, data-data yang telah
didapat maka dianalisis dan ditafsirkan dan tahap terakhir yaitu menarik
kesimpulan berdasarkan data-data yang dihubungkan dengan teori-teori
pemimpin dan kepemimpinan.

LANDASAN TEORITIS
Pemimpin menurut Kartini Kartono (1994: 30) adalah seorang pribadi yang
memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan-kecakapan di satu
bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu atau beberapa
tujuan. Sementara itu, menurut Rivai Veithzal (2013: 1) dalam bukunya
mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses memengaruhi
kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisasi dalam usaha-usaha menentukan
tujuan dan pencapaiannya. Sehingga menjai seorang pemimpin melekat pada
dirinya sifat melayani, melindungi, memiliki rasa kasih sayang dan perhatian. Ada
berbagai macam pemimpin dan situasi kepemimpinan. Perbedaan ini
memunculkan beragam definisi tentang kepemimpinan. Beberapa definisi
didasarkan pada perilaku pemimpin, dan adapula definisi yang mengutamakan
hasil. Kepemimpinan dalam suatu organisasi memegang peranan penting dalam
hal meningkatkan kinerja karyawan pada suatu organisasi/perusahaan. Menurut
Ordway Tead dalam Kartini Kartono (1994: 49) kepemimpinan adalah
kegiatan memengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja
(operating style) atau cara bekerja sama dengan orang lain secara konsisten.
Menurut Slamet Sentosa yang dikutip oleh Purwanto (1991: 26) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar
mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai
tujuan kelompok yang telah disepakati. Kepemimpinan adalah sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya
kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang
dipimpinnya agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya dengan rela, penuh semangat ada kegembiraan batin, serta merasa tidak
terpaksa.

72 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

Dalam buku kepemimpinan (Leadership) karya M karjadi (1989:5) dijelaskan


bahwa kepemimpnan itu timbulnya dalam suatu organisasi. Hal ini rupa-rupanya
memang benar, walaupun pada hakekatnya lebih ditegaskan, bahwa pengertian
tentang kepemimpinan itu akan timbul kapan dan dimanapun, asalkan adanya tiga
hal seperti : adanya orang yang dipengaruhi, adanya orang yang mempengaruhi
dan orang yang mempengaruhi mendorong kepada tercapainya suatu tujuan.
Adapun peran kepemimpinan menurut Rivai Veithzal dan Dedy (157-161)
menjelaskan bahwa secara kesuluruhan pemimpin memiliki 2 peran dalam suatu
organisasi, diantaranya: Peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan dan
peran pemimpin dalam membangun tim.
Dalam buku kepemimpinan karya Khotib Pahlawan Kayo (2005:127)
menjelaskan tugas dan fungsi pemimpin secara umum ada empat macam,
diantaranya : Merumuskan atau mendefinisikan visi dan misi organisasi,
mengusahakan tercapainya tujuan, mempertahankan keutuhan organisasi dan
menyelesaikan konflik. Tugas pokok seorang pemimpin (M Karjadi, 1989:52-60)
ialah mengantarkan, mengetuai, mempelopori, memberi petunjuk, mendidik,
membimbing. Dapat dikatakan seorang pemimpin mampu mempengaruhi
mereka yang dipimpin, sehingga mereka itu mau mnegikuti kehendak pemimpin
untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh hasil atau mencapai
tujuan yang ditentukan.
Untuk memenuhi tugas tersebut seorang pemimpin harus mempunyai
beberapa macam fungsi diantaranya : 1) Fungsi perencanaan. Perencanaan yang
dilakukan dengan cara terus menerus, bukan saja yang menyeluruh bagi
organisasinya, tetapi juga rencana bagi diri sendiri selaku pemimpin dan
penanggungjawab berhasil tidaknya seluruh pekerjaan. 2) Fungsi memandang ke
depan. Seorang pemimpin harus memiliki pemikiran dan penglihatan yang
mampu meneropong apa yang akan terjadi, dan kemampuan untuk melihat ke
depan atas segala kemungkinan yang akan terjadi. 3) Fungsi pengembangan
loyalitas. Seorang pemimpin harus mampu menciptakan rasa cinta, rasa hormat,
dan kepercayaan terhadap organisasi, anggota kelompok serta tugas dan
pekerjaannya. Seorang pemimpin juga harus memberi teladan dalam pikiran, kata-
kata dan tingkah lakunya kepada anggota kelompoknya.
Pada dasarnya fungsi kepemimpinan menurut Ahmad Subkhi dan
Muhammad Jauhar dalam bukunya (2013:150) adalah menjalankan wewenang
kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara
kesediaan bekerjasama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi,
lembaga atau perusahaan.
Menurut Rivai Veithzal (2013:64) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi
kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan, diantaranya pengambilan
keputusan, pengembangan imajinasi, pendelegasian wewenang kepada bawahan,
pengembangan kesetiaan para bawahan, pemrakarsaan, penggiatan, dan
pengendalian rencana-rencana, pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-
sumber lainnya, pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 73


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

pelaksanaan, pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan, pemberian


tanda pengahrgaan kepada bawahan yang berprestasi, pertanggungjawaban semua
tindakan.
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang
bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya
kepemimpinan menurut Rivai Veithzal (2012:42) adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula diaktakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin. Dalam
menjalankan kepemimpinanya seorang pemimpin memiliki cara mereka
masing-masing dalam memimpin atau yang sering disebut dengan gaya
kepemimpinan. Menurut Tjiptono (2001:161) gaya kepemimpinan adalah
sekumpulan cara/strategi yang digunakan oleh pemimpin untuk berinteraksi
dengan bawahannya agar dapat mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan
merupakan hal yang penting dan wajib dibahas dalam topik kepemimpinan
karena gaya kepemimpinan mencerminkan apa yang dilakukan oleh pemimpin
dalam memengaruhi para pengikutnya untuk merealisasi/mencapai visinya.
Menurut Hadari Nawawi (1995:84) kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu
: Gaya kepemimpinan yang mementingkan pelaksanaan tugas kepemimpinan
dengan gaya ini didasari oleh asumsi bahwa tugas pemimpin adalah setiap anggota
melaksanakan tugas masing-masing secara maksimal, gaya mengutamakan
kerjasama gaya ini berpola mementingkan kerjasama yang berarti juga
mengutamakan hubungan manusiawi antara anggota organisasi, gaya
mengutamakan hasil kepemimpinan dengan gaya ini berpola mementingkan hasil
yang dapat dan lurus dicapai setiap organisasi dalam melaksanakan kerja atau
kegiatan tertentu. Wirawan dalam bukunya (2013:380-383) mengemukakan ada
lima perilaku pemimpin – gaya kepemimpinan - dalam memimpin para
pengikutnya, yaitu : Gaya otokratik, gaya kepemimpinan patrenalistik, gaya
kepemimpinan pasrtisipatif, gaya kepemimpinan demokratik, gaya kepemimpinan
pemimpin terima beres (Laissez faire / free rein).
Perempuan kerap kali didefinisikan sebagai lawan dari laki-laki. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1268) diartikan sebagai orang (manusia)
yang dapat menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui. Pada dasarnya dalam
menjalankan kepemimpinan tidak dibedakan atas siapa pelakunya, apakah
dilakukan oleh laki-laki atau oleh perempuan. Bagi kedua-duanya berlaku
persyaratan yang sama untuk menjadi pemimpin yang baik. Perempuan yang
menjadi seorang pemimpin memiliki tantangan tersendiri yakni tantangan
eksternal dimana masalah diskriminasi dan dominasi dari tekanan tradisi budaya
masyarakat yang mengakar. Dalam pandangan islam pemimpin dan
kepemimpinan mempunyai rujukan naqliyah, artinya ada isyarat-isyarat Al-Quran
yang memperkuat dan perlu pentingnya dalam kepemimpinan sistem sisoal. Selain
itu, kepemimpinan dalam arti khalifah dan khilafah menurut pandangan Husain
Said Agil (2005:197) mempunyai prinsip-prinsip yang harus dilakukan yaitu

74 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

keadilan (al-‘adl), amanat (amanah), dan musyawaroh (syuro). Husain Said Agil
dalam bukunya mmenyebutkan (2005: 203) Seringkali perempuan dipandang
sebelah mata oleh publik. Sebenarnya dalam pandangan islam perempuan dan
laki-laki memiliki kedudukan yang sama. Seperti yang dijelaskan dalam hadits
diatas bahwa setiap orang adalah pemimpin, dan setiap orang harus
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di akhirat nanti. Ada banyak
tantangan yang dihadapi kaum perempuan dalam mendaki puncak karier dalam
sebuah organisasi. Salah satu yang utama yang disebutkan oleh sasmita J dan
Raihan As’ad dalam bukunya (2013 : 213) adalah faktor budaya. Sejak zaman
dahulu, perempuan dan laki-laki telah melakukan pekerjaan ynag berbeda. Faktor
budaya ini juga terlihat dalam sebuah organisasi. Laki-laki dituntut untuk bersikap
tegas dalam memimpin. Tetapi ketika wanita bersikap tegas disebut agresif atau
malah disebut judes. Tentang kepemimpinan perempuan bahwa pemimpin rumah
tangga mutlak diperankan oleh suami berikut wewenang mengambil keputusan
keluarga sebagaimana pandangan ulama klasik. Sedangkan kepemimpinan publik
dapat diperankan oleh laki-laki maupun perempuan, dengan syarat jika tidak ada
laki-laki yang memenuh kriteria sebagai pemimpin, tidak ada laki-laki yang
sanggup ntuk menjadi pemimpin, dan perempuan yang akan mengakses menjadi
pemimpin publik harus memperoleh izin dari suaminya. Jika kemudian ada laki-
laki yang sdapat menganulir hal ini maka kepemimpinan berpindah pada laki-laki
tersebut. Seperti halnya pandangan ulama klasik yang mengkaitkan dengan hadits
nabi yang menginformasikan tentang kekurangan akal dan agama perempuan
dengan laki-laki.
Salah satu cara untuk membandingkan kepemimpinan laki-laki dan
perempuan adalah membandingkan karakteristik atau sifat keduanya ketika
melaksanakan kepemimpinan. Dalam kepemimpinan perempuan menurut Carol
A Cornor (1996:30-31) menyatakan bahwa dalam proses keperempuan memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan perempuan adalah 1)
Perempuan identik dengan sifat kelembutan, ketenangan dan rendah hati. Sifat
yang dimiliki perempuan jelas berbeda dengan sifat yang dimiliki laki-laki,
perbedaan tersebutlah yang dapat dijadikan kelebihan peimpin perempuan dalam
memimpin bawahannya, misalnya dengan seifat kelembutan dan rendah hati maka
bawahan akan merasa nyaman dan dengan sifat kelembutan yang dimiliki oleh
perempuan umumnya dapat menimbulkan suasana kerja yang kondusif karena
perintah-perintah dan saran yang diberikan untuk bawahannya selalu disampaikan
dengan tutur kata yang halus. 2) Memiliki sifat analisis dan hati-hati. Dengan
memiliki sifat tersebut maka seorang pemimpin akan lebih hati-hati dalam
mengambil keutusan, dianalisis terlebih dahulu sebelum memutuskan hal yang
akan diambil. Seperti halnya dalam pengelolaan yayasan yang memiliki lembaga
dibawahnya sehingga dalam menagmbil keputusan harus dianalisis secara
mendalam terlebih dahulu apakah akan berdampak pada masa depan lembaganya
atau tidak. 3) Lebih memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh
bawahannya. Dengan beberapa sifat khas seorang wanita seperti kelembutan

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 75


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

maka dalam memimpin pun akan memberikan kenyamanan kepada bawahannya


sehingga bawahanpun tidak segan untuk bercerita tentang pendapatnya,
begitupun secara emosional pemipin perempuan memiliki sensitivitas yang tinggi
dalam memahami emosional bawahannya sehingga akan membantu untuk
memahami dan mengerti apa yang diinginkan bawahannya.
Adapun kelemahan perempuan adalah 1) Kepercayaan diri yang cenderung
kurang. Kurangnya dukungan dari bawahan serta anggota organisasi terhadap
keputusan atau proses kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin perempuan
pun berpengaruh terhadap kepercayaan diri pemimpin itu sendiri.bawahan
merupakan orang yang merasakan dampak dari kepemimpinan itu sendiri
sehingga dapat lebih mengerti bagaimana kepemimpinan dijalankan agar lebih
baik dan lebih kondusif. 2) Kurang berani/kurang tegas dalam mengambil
keputusan. Sifat analisi dan hati-hati bisa menjadi kelebihan dalam kepemimpinan
prempuan tapi ketika dalam penyampaiannya kurang tegas maka itu bisa menjadi
boomerang bagi pemimpin itu sendiri. Adapun pengambilan keputusan yang
kurang tegas dapat mempengaruhi kewibawaan pemimpin dihadapan para
bawahannya. 3) Kadang muncul sifat otoriter, misal : mendikte tugas bawahan
dan teman sekerja. Sifat otoriter kadang muncul dalam sebuah kepemimpinan
dikarenakan seorang bawahan tidak semuanya bisa sependapat atau mengikuti
jalan atasannya ada juga bawahan yang tidak patuh terhadap perintah atasan. Hal
tersebutlah yang menjadi penyebab sifat otoriter muncul dan kadang mendikte
perintah-perintah kepada bawahan yang kurang patuh.
Munculnya diskriminasi jabatan berdasarkan faktor jenis kelamin berawal
dari kecenderungan pandangan masyarakat yang melebihkan posisi laki-laki
sehingga peran publik yang seharusnya bisa juga dilakukan oleh perempuan seolah
memonopoli laki-laki dalam pandangan masyarakat, demikian halnya terhadap
nilai patriarkis yang menegaskan perempuan sebagi istri dan pendamping karir
suami selain ibu bagi keluarga. Dengan kata lain, diskriminasi dan dominasi
dibentuk oleh andil faktor tradisi budaya masyarakat yang masih mengunggulkan
laki-laki.(Kusumawati, 2007:39, vol 1)
Al-Quran yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad, mengharapkan
agar seluruh umat manusia terutama kaum pria dimuka bumi ini agar
memperlakukan kaum wanita lebih baik dan terhormat sesuai dengan prinsip
ajaran kesetaraan pria wanita sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mulia. Banyak
ayat maupun hadits yang menjelaskan hal ini, antara lain :
“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari jenis seorang
laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Qs
al Hujurat :13)
Arti ayat di atas menjelaskan kedudukan pria dan wanita adalah sederajat.
Adanya perbedaan antara pria dan wanita dibidang hukum bukan karena jenis laki-

76 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

laki itu lebih mulia menurut Allah dan lebih dekat dengan-Nya daripada jenis
wanita. Ayat diatas menjelaskan pandangan possitif terhadap kedudukan dan
keberadaan wanita yang memiliki kedudukan setara (egaliter) serta hak dan
kewajiban yang sama dengan pria dalam hal berbuat baik dan mendapatkan
imbalan kebaikan dari Allah SWT. (Hasbi Indra dkk, 2004: 250-251)
Berikut Wiraan mengemukakan dalam bukunya Kepemimpinan beberapa
faktor yang menjadi dasar kepempinan laki-laki dengan kepemimpinan wanita
didasarkan pada lima asumsi yaitu perbedaan fisik, jJenis dan jumlah hormon
berbeda, otak manusia terdiri dari otak kanan dan oatak kiri. Beberapa penelitian
mengemukakan, laki-laki memproses sesuatu lebih baik diotak kirinya sedangkan
wanita kedua belah otaknya mempunyai kemampuan memproses yang sama,
psikologi. Ilmu psikologi membedakan psikologi wanita dan psikologi laki-laki.
Perbedaan psikologi ini berdampak pada perbedaan pola pikir, sikap dan perilaku
wanita terhadap perilaku laki-laki, presepsi lingkungan sosial dan presepsi agama
yang dianut oleh masyarakat, undang-undang. Sejarah kewanitaan berkembang
dari ketidaksamaan gender ke arah persamaan gender. Contoh yang dialami oleh
wanita Indonesia perjuangan RA Kartini. (2013: 503-504)
Faktor-faktor diatas merupakan hal-hal yang dihasilkan dari beberapa
penelitian yang dilakukan oleh para ilmuan dalam meneliti perbedaaan
kepemimpinan perempuan dan laki-laki. Kenneth Nowack dalam buku
kepemimpinan melakukan telaah terhadap berbagai penelitian mengenai
perbedaan gender dalam kepemimpinan. Dari penelitian-penelitian tersebut ia
menyimpulkan sebagai berikut : Penelitian metaanalisis dan telaah lebih dari 160
penelitian menyimpulkan wanita cenderung lebih banyak memakai kepemimpinan
partisipasif dan transformasional jika dibandingkan dengan laki-laki, telaah
terhadap 80 penelitian menyipulkan bahwa tak ada perbedaan efektivitas
kepemimpinan wanita dengan kepemimpinan laki-laki, hormon oxytocin
merupakan kunci kontribussi logika syaraf (neurological) respon terhadap stres
kecenderungan dan menjadi teman (tend and be friend), meningkatnya empati,
kepercayaan dan kolaborasi lebih besar wanita jika dibandingkan laki-laki,
perbedaan kepemimpinan laki-laki dan perempuan –-transformasional versus
transaksional karena perbedaan dasar biologikal dimediasi oleh hormon oxytocin.
(Wirawan, 2013:505-506).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit pada awal didirikannya berada di daerah
Cicadas, Bandung kemudian didirikan pula ditanah waqaf yang bertempat di Jl.
Galumpit Desa Cileunyi Kulon Kec. Cileunyi Kab. Bandung Jawa Barat. Yayasan
Al-Hasan Galumpit posisinya berada didekat gerbang tol Cileunyi, lebih tepatnya
dekat Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Cileunyi. Bapak KH. Kanta
Sumpena, SH (almarhum) dan Ibu Hj. Nyanyu Maryam KS (almarhumah) aktiv
diberbagai bidang salah satunya dibidang politik keduanya pernah menjadi
anggota MPR dan DPR, aktiv pula dalam berbagai organisasi, selain itu mereka

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 77


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

juga menjadi aktivis dakwah menjadi penceramah dalam berbagai majelis ta’lim
dan kegiatan keagamaan lainnya. Selain aktiv diberbagai bidang tersebut Bapak
KH. Kanta Sumpena, SH dan Ibu Hj. Nyanyu Maryam memiliki jiwa seorang
pendidik karena dalam sejarah hidupnya sebagai seorang pendakwah mempunyai
cita-cita agar jiwa penerus dapat mengeyam jenjang pendidikan terutama
pendidikan islam. Atas dasar jiwa pendidik serta cita-cita tersebut Bapak KH.
Kanta Sumpena, SH dan Ibu Hj. Nyanyu Maryam KS mempunyai keinginan
membangun sebuah lembaga sosial yang bergerak didalam bidang pendidikan,
keduanya berfikir agar generasi penerus memiliki kualitas lebih baik maka harus
mengenyam jenjang pendidikan, terutama pendidikan islam (hasil wawancara
dengan Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah, 26 juni 2016).
Dengan latar belakang tersebut maka pada tahun 1998 berdirilah Yayasan
Al-Hasan Galumpit yang membina berbagai lembaga diantaranya lembaga
pendidikan non formal (pesantren), lembaga pendidikan formal (Madrasah Aliyah
dan Madrasah Tsanawiyah, TK), lembaga sosial (Rumah Yatim Piatu dan Jompo),
Lembaga-Lembaga Kemesjidan dan Lembaga Penyiaran. (berdasarkan data
anggaran dasar rumah tangga). Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit berdiri di
dua tempat, yang pertama Al-Hasan daerah Cicadas, Bandung dan kedua Ar-
Roudloh di Cileunyi Bandung. Lembaga Al-Hasan yang berada di Cicadas
mengelola Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Dewan kemakmuran
Masjid, lembaga Ar-Roudloh yang bertempat di Cileunyi Bandung mengeola
beberapa lembaga formal dan non formal diantaranya pesantren Ar-Roudloh

Analisis Gaya Kepemimpinan Perempuan Dra. Hj. Enen Rusdah


Mutmainah
Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit yang bersifat keluarga, maka sistem
kepengurusan inti pun bersifat turun-temurun. Dalam sebuah yayasan yang
bersifta turun temurun maka mau tidak mau ketika keturunan sebelumnya
meninggalkan kedudukannya sebagai pemimpin maka keturunan selanjutnya
harus menggantikannya menjadi seorang pemimpin, begitu seterusnya. jiwa
kepemimpinan yang dimiliki oleh Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah tumbuh
berdasarkan pembiasaan dari orang tua beliau (Ibu Hj. Nyanyu Maryam dan
Bapak KH. Kanta Sumpena, SH) dalam mengikusertakan atau mengajak putra-
putrinya dalam kegiatan yang dijalaninya, sehingga anak bisa belajar atau berkaca
kepada orang tua bagaimana bersikap layaknya pemimpin. Adapun kunci utama
dari kepemimpinan perempuan menurut Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah
adalah rasa percaya diri yang kuat serta bekal ilmu pengetahuan yang memadai,
namun dalam hal ini ibu ketua sendiri didukung oleh lingkungan sekitar yang
memang sudah terbiasa dengan proses kepemimpinan yang dipimpin oleh
seorang perempuan beliau merasakan tidak ada pandangan beda dari masyarakat
sekitar.
Setiap pemimpin pasti memiliki gaya tersendiri dalam proses
kepemimpinannya, begitupun dengan kepemimpinan Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah

78 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

Mutmainah dalam memimpin yayasan yang dikelolanya. Beliau menjelaskan


sebagai ketua mencoba menerapkan gaya kepemimpinan yang bersikap
demokratis, dimana ibu ketua yayasan menerima atau menampung semua
pendapat yang disampaikan oleh bawahan dalam forum rapat atau musyawarah.
Salah satu usaha Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah dalam mengaplikasikan
gaya demokratis yaitu interaksi atau pendekatan kepada para bawahannya melalui
rapat/ musyawarah rutin yang dilakukan dengan pimpinan serta pengurus
yayasan. Berdasarkan pernyataan Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah datas,
ibu ketua yayasan tidak bisa melakukan pendekatan kepada bawahan secara intens
kepada setiap orang yang menjadi bawahannya karena kegiatan beliau yang
memang aktiv di berbagai organisasi. Sehingga jalan lain dalam melakukan
pendekatan melalui pengarahan serta pemberian motivasi kepada bawahannya
beliau mengadakan rapat rutin dengan lembaga-lembaga yang berada di Yayayasan
Pendidikan Al-Hasan Galumpit. Pernyataan Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah
sesuai dengan teori yang diungkapkan Miftah Thoha dalam bukunya (1983:49)
yaitu gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut coba mempengaruhi perilaku orang lain seperti
yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan
mempengaruhi perilaku dengan orang yang perilaknya akan dipengaruhi menjadi
amat penting kedudukannya.
Adapun menurut Bapak Drs. H. Kasmat Munajat selaku pimpinan pondok
pesantren A-Roudloh mengatakan bahwa ibu ketua yayasan selalu
mengikutsertakan seluruh anggota pengurus lembaga, apabila terdapat
permasalahan yang ada di lembaga dalam proses pengambilan keputusan atau
kebijakan-kebijakan yang diberikan yayasan kepada lembaga yang berada dibawah
bimbingannya tetap hasil musyawarah bersama, menurut beliau ibu ketua yayasan
memimpin secara idealis namun tetap mempertimbangkan dengan realitas atau
kenyataan yang ada. Berbeda pendapat dengan Bapak Najib selaku kepala sekolah
MA Enterpreneur Ar-Roudloh mengatakan bahwa kepemimpinan Ibu Dra. Hj.
Enen Rusdah Mutmainah layaknya seorang ibu kepada anaknya. Menurut beliau
kepemimpinan Ibu Yayasan lebih mengayomi, “cerewet” dalam artian lebih
perhatian, lebih banyak kekhawatirannya seperti khawatirnya seorang ibu yang
takut anaknya melakukan kesalahan dimana sifat keibuannya lebih besar.

Upaya-upaya Ibu Dra Hj Enen Rusdah Mutmainah sebagai pemimpin


dalam Mengelola Yayasan Pendidikan Al-Hasan serta lembaga
dibawahnya
Usaha-usaha dari seorang pemimpin untuk memajukan oganisasi yang dikelolanya
bermacam-macam tidak hanya bentuk materi namun bisa berupa non materi.
Usaha-usaha bisa berupa program-program yang dijalankan pada masa
kepemimpinannya ataupun dukungan moral kepada para bawahaan agar tetap
semangat menjalankan tugas serta mempunyai kinerja yang baik dalam mencapai
tujuan yayasan. Kepemimpinan Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah sudah

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 79


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

berjalan kurang lebih sekitar 9 tahun. Sebelum beliau menjadi pemimpin, beliau
tidak hanya semata-mata dijadikan pemimpin saja namun melalui beberapa
proses, diantaranya beliau mengamati bagaimana manajemen yayasan, memantau
beberapa kegiatan yang berlangsung bagaimana mengambil keputusan dibawah
ketetapan peraturan dan kebijakan-kebijakan pada masa kepemimpinan
pemimpin sebelumnya. Salah satu upayanya yaitu mulai 3 tahun belakang ini,
lembaga formal (Mts, MA) telah berjalan sendiri dimana setiap lembaga
mengadakan raker (rapat kerja) tersendiri sehingga tidak seperti tahun-tahun yang
lalu dimana seluruh pengurus dikumpulkan dalam suatu forum besar.
Program kerja setiap lembaga dirumuskan berdasarkan musyawarah
pengurus lembaga dalam forum raker (rapat kerja) kemudian hasil dari rapat kerja
tersebut diserahkan kepada pihak yayasan untuk dimusyawarahkan dengan
pengurus yayasan dalam rakortas (rapat kooordinasi terbatas). Setelah mencapai
kesepakatan dalam RAKORTAS (Rapat Koordinasi Terbatas) tersebut maka hasil
akhirnya merupakan program-program yang telah disepakati pihak yayasan dan
pihak lembaga, yang harus dijalankan oleh setiap lembaga yang berada di bawah
pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan Al-Hasan Galumpit untuk satu tahun
kedepan. Pembaruan proses perencanaan program kerja diatas merupakan salah
satu usaha berupa non materi dari ketua yayasan dalam kepemimpinanya agar
Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit serta lembaga yang dibawahnya dapat
bertahan dan bersaing dengan lembaga lainnya
Upaya-upaya lain dari ibu ketua yayasan yang diungkapkan oleh Bapak
Drs. H. Kasmat Munajat selaku pimpinan pesantren Ar-Roudloh yaitu pada awal
berdirinya Yayasan Pesantren Ar-Roudloh sebelum mendapatkan izin resmi dan
masih dibawah pimpinan Ibu Hj. Nyanyu Maryam, kyai atau ustadz-ustadz yang
mengajar di Psantren Ar-Roudhoh masih mengambil dari luar dalam artian belum
mempunyai ustadz tetap yang tinggal di dilingkungan pesantren, selain itu dalam
hal kepengurusan inti yayasan terdiri dari 1 pimpinan dan 2 wakil pimpinan
Setelah berjalannya kepemimpinan Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah, beliau
menetapkan untuk pengajar/kyai/ustadz yang memang kesehariannya tinggal
dilingkungan pesantren sehingga dapat memantau keseharian santri itu sendiri.
Adapun menurut Bapak Najib yang sudah berada selama 5 tahun dalam
kepemimpinan Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah beliau mengatakan
terdapat beberapa inovasi dalam proses kepemimpinan beliau, diantaranya karena
program lembaga terutama Madrasah Aliyah sendiri bersifat jangka menengah
dimana program satu tahun direncanakan dalam raker (rapat kerja) sehingga ketika
salah satu program yang direncanakan tidak terlaksana maka langsung dilakukan
perubahan dan perbaikan terhadap program yang akan mendatang,
Hal tersebut menurut pandangan Bapak M Najib, S.Pd merupakan salah
satu strategi dan inovasi ibu ketua yayasan dalam mempertahankan yayasan dan
memajukan lembaga dibawahnya. Bila dibandingkan dengan perencanaan
program jangka panjang menurut beliau program jangka pendek lebih efisien dan
lebih efektif dalam pelaksanannya. Adapun usaha dalam bentuk materi yaitu ibu

80 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

ketua yayasan yang memang aktiv dalam berbagai bidang organisasi sehingga
memiliki relasi dan menjadi seorang pendakwah yang sudah memiliki jadwal rutin
diberbagai tempat salah satunya di Masjid Agung Bandung. Dengan keadaan yang
demikian, memberikan peluang kepada ketua yayasan untuk mempunyai relasi
yang sangat luas

Faktor penunjang dan faktor penghambat Kepemimpinan Ibu Dra Hj


Enen Rusdah Mutmainah
Sudah terbiasa mengikuti aktivitas dan jadwal padat dari berbagai kegiatan sang
ibunda, membuat Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah menjadi seorang
pemimpin sekaligus ibu yang memiliki berbagai kesibukan dalam berbagai bidang
seperti organisasi yang diikuitnya serta perannya sebagai seorang ibu dilingkungan
keluarganya. Berikut beberapa faktor penunjang kepemimpinan Dra Hj Enen
Rusdah Karena keadaan lingkungan yang sudah terbiasa dengan pemimpin
perempuan maka dalam proses kepemimpinannya ibu merasa mendapatkan
dukungan kuat baik dari pihak keluarga ataupun masyarakat. ibu mengatakan
ketika seorang perempuan ingin aktiv berkarir maka faktor utama yang harus
mendukung yaitu keluarga (suami dan anak), ketika keluarga sudah meridhoi maka
proses karirnya pun akan lancar dan berjalan dengan baik. Dukungan lain yang
menjadi faktor penunjang kepemimpinan Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah
yaitu dari lingkungan masyarakat sekitar diantaranya pengurus lembaga, santri dan
warga desa sekitar lingkungan Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Ketua yayasan masyarakat lingkungan jl
Galumpit Cileunyi kulon sangat ramah, walaupun tidak bisa bertemu setiap hari
karena kesibukan masing-masing, tetapi ketika berpapasan masyarakat selalu
menyapa, selain itu masyarakat pun aktiv dalam mengikuti kegiatan yayasan (yang
sifatnya terbuka untuk umum) misalkan majelis Ta’lim di Masjid Ar-Roudloh dan
kegiatan PHBI (perayaan hari besar islam), pelaksanaan bazaar serta kegiatan rutin
seperti shalat jum’at di Masjid Ar-Roudloh.
Adapun faktor penghambat dari kepemimpinan yang dijalankan oleh Dra
Hj Enen Rusdah Berdasarkan wawancara dengan ibu Dra. Hj. Enen Rusdah,
dalam kepemimpinan beliau sendiri tidak merasa ada hambatan baik dari internal
(keluarga) maupun eksternal (masyarakat sekitar). Namun terdapat sedikit kendala
yaitu kurangnya proses interaksi antara masyarakat didalam yayasan dengan
masyarakat diluar yayasan, karena belum adanya kegiatan rutin dari yayasan yang
melibatkan masyarakat sehingga mungkin hal tersebut agak menjadi jarak bagi
masyarakat lingkungan sekitar kepada masyarakat yayasan terutam dengan ibu
ketua sendiri. Berdasarkan pernyataan ibu yayasan itu sendiri, beliau berkata untuk
hambatan sendiri tidak ada namun ada beberapa kendala yang memang sedang
atau sering terjadi di dalam lembaga serta Yayasan Pendidikan Al-Hasan
Galumpit. Salah satu kendala yang sedang terjadi pada 2 tahun terakhir ini SDM
di lembaga sedang mengalami penurunan, karena daya minat masyarakat terhadap
sekolah-sekolah gratis yang berada dibawah pemerintah lebih besar daripada

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 81


Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

sekolah yang berada dinaungan yayasan seperti halnya Mts dan Ma Ar-Roudloh.
Adapun kendala lainnya yaitu masalah dana. Masalah dana atau keunganan
merupakan masalah sensitif yang mungkin menjadi masalah umum disetiap
lembaga/yayasan sosial apalagi yayasan tersebut tidak mendapat dana bantuan
dari pemerintah, begitupun dengan yayasan pendidikan Al-Hasan Galumpit
Sehingga perlu adanya inovasi baru agar lebih meningkatkan daya minat lembaga-
lembaga yang berada dibawah yayasan pendidikan Al-Hasan Galumpit supaya
dapat bersaing dengan lembaga-lembaga lainnya ynag memiliki kelebihan-
kelebihan lain. Inovasi-inovasi tersebut belum dapat ibu temukan, sehingga
sekarang masih dalam proses pencarian inovasi yang tepat itu bagaimana, apakah
ada yang kurang dalam proses promosinya ataukah ada yang harus diperbaiki lagi
program-programnya atau hal lainnya, hingga samapai saaat ini belum ada inovasi
baru yang bisa diterapkan di yayasan ataupun lembagat tersebut.
Adapun kendala lainnya yaitu masalah dana. Masalah dana atau keunganan
merupakan masalah sensitif yang mungkin menjadi masalah umum disetiap
lembaga/yayasan sosial apalagi yayasan tersebut tidak mendapat dana bantuan
dari pemerintah, begitupun dengan yayasan pendidikan Al-Hasan Galumpit.
Yayasan ini dikelola oleh sebuah keluarga dimana dalam pembangunannya serta
pengembangannya yayasan ini mendapatkan sumbangan dan dari beberapa
donatur dan instansi yang tidak mengikat, sehingga pemasukan perbulan atau
pertahunnya tidak menentu. Masalah yang seering terjadi dalam soal keunagan
yaitu ketika suatu program tidak dapat terlaksana karena terhambat oleh dana yang
tidak mencukupi untuk memenuhi RAB (Rencana Anggaran Biaya) program itu
sendiri, masalah/kendala seperti ini sering terjadi baik itu dalam program kegiatan
yayasan atau lembaga. Untuk proses dari program yang terhambat oleh masalah
dana, maka piak yaysan mengevaluasinya dan menyimpan kembali program
tersebut untk diklaksanakan di tahun mendatang dengan persiapan yang lebih baik
lagi baik dari segi pemenuhan RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan hal lainnya.
Yayasan ini dikelola oleh sebuah keluarga dimana dalam pembangunannya serta
pengembangannya yayasan ini mendapatkan sumbangan dan dari beberapa
donatur dan instansi yang tidak mengikat, sehingga pemasukan perbulan atau
pertahunnya tidak menentu.

PENUTUP
Berdasarkan hasil data penelitian dan pembahasan data yang dikaitkan dengan
beberapa teori yang ada serta mengacu pada rumusan masalah maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut : Seperti halnya gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah sendiri beliau menerapkan
gaya kepememimpinan demokratis yang mengutamakan kerjasama, namun
berbeda halnya dengan pedapat Bapak Drs. H. Kasmat Munajat selaku pimpinan
pesantren Ar-Roudloh beliau berpendapat ibu ketua yayasan memimpin secara
idealis yang bersifat parsitipasif demokratik dan pendapat berebeda lainnya yang
dikemukaan oleh bapak M Najib, S.Pd selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah

82 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84


Pola Kepemimpinan Perempuan dalam Pengelolaan Yayasan Lembaga Pendidikan

bahwa gaya ibu ketua dalam memimpin yayasan yaitu lebih ke seorang ibu kepada
anaknya atau biasa disebut gaya paternalistik. Sehingga pola dari gaya Dra Hj Enen
Rusdah Mutmainah dalam memimpin yaitu demokratis dan mengutamakan
kerjasama yang melibatkan semua anggota pengurus yayasan dan lembaga dan tak
lepas dari naluri sebagai seorang ibu yang terkadang memberikan perhatian lebih
terhadap anaknya. Adapun upaya-upaya Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah
dalam proses pengelolaan yayasan tidak hanya berbentuk materi maupun bisa
bersifat non materi. Salah satu upaya pengelolaannya yaitu dengan memperbarui
sistem planning serta sistem kepengurusan pada masa kepemimpinan sebelumnya.
Ibu ketua yayasan memiliki hubungan baik dengan para relasi yang memiliki dana
lebih, mempunyai perusahaan selain itu mereka mengetahui bahwa Ibu Dra. Hj.
Enen Rusdah Mutmainah seorang pemimpin sebuah yayasan. Maka dengan
adanya hubungan baik tersebut, ketika mereka memiliki dana lebih maka dapat
disalurkan kepada yayasan sehingga dapat membantu yayasan dalam hal dan atau
keuangan. Faktor penunjang yang berperan utama dalam proses kepemimpinan
Ibu yayasan yaitu dukungan dari keluarga. Dimana keluarga memberikan support
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh Ibu Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah
serta dari lingkungan masyarakat yang ramah walaupun jarang bertatap muka.
Adapun untuk faktor penghambat berjalanannya kepemimpinan ketua
yayasan itu tidak ada, namun dalam proses pengelolaannya itu ada beberapa
persoalan diantaranya kurangnya interaksi antara masyarakat yang berada
dilingkungan yayasan (santri/siswa, pengurus yayasan dan lembaga) dengan
masyarakat lingkungan sekitar, karena belm adanya kegiatan rutin yng melibatkan
msyarakat dalm dan masyarakat luar. Berdasarkan hasil penelitian serta
kesimpulan terdapat beberapa rekomendasi yang ingin penulis sampaikan yaitu
sebagai berikut : Untuk pihak yayasan pemimpin merupakan orang pertama, ibarat
nahkoda kapal yang harus menjalankan kapal dalam sebuah wadah yang disebut
organisasi. Begitupun Dra. Hj. Enen Rusdah Mutmainah yang merupakan
pemimpin ketua yayasan yang memgang kendali bagaimana yayasan itu berjalan.
Dalam sistem kepemimpiannya lebih ditingkatkan lagi proses POAC (planning,
organizing, actuating, controlling) lebih dilakukan lagi secara intens lagi adapun untuk
inovasinya lebih banyak mengambil ilmu dari yayasan lainnya, belajar dari evaluasi
kegiatan yang ada serta berkaca pada lembaga-lembaga lain yang lebih maju dari
lembaga yang berada di Yayasan Pendidikan Al-Hasan Galumpit. Bagi peneliti
selanjutnya, mengingat penelitian ini hanya berkaaitan dengan kepemimpinan
perempuan, sedangkan yayasan pendidikan Al-Hasan Galumpit. memiliki
beberapa lembaga dibawahnya maka masih terbuka lahan bagi para penelitian
lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Al Munawar Said Agil Husain. 2005 Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Ciputat : Ciputat Press
Anoraga Pandji. 2011 Psikologi Kepemimpinan, Jakarta : Asdi Mahasatya
Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84 83
Asmanah R. S. , Saeful A., & Herman

Hasan Alwi Dkk. 2002 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Karjadi M. 1989 Kepemimpinan (Leadership), Bandung : Karya Nusantara
Kartini Kartono, 1992 Psikologi Wanita, , Bandung : Mandar Maju
Nawawi Hadari. 2006 Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Nawawi Hadari. 2006 Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Rivai Veithzal dan Dedy Mulyadi. 2012 Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
Jakarta : Rajawali Pers
Rivai Veithzal dkk. 2013 Pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi, Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Susilastuti Dewi H. 1993. Gender tinjau dari Persepsi Sosiologis. Yogyakarta : Tiara
Wacana Yogya
As’ad Raihan dan Sasmita J. 2013 Kepemimpinan Pria dan Wanita, Repository
University of Riau
Kusumawati, 2007 Kepemimpinan dalam Perspektif Gender: Adakah Perbedaan ? Jurnal
Administrasi Bisnis Vol I, No I, Juni 2007
Novianti Ida. 2008 Dilema Kepemimpinan Perempuan dalam Islam, Jurnal Studi
Gender dan Anak Vol 3, No 2, Juli-Desember 2008
Putra Afrihayana Chrisdhian. 2009 Presepsi Tentang Kepemimpinan Perempuan di
Kalangan Pelajar Pria SMK Negeri 6 Surakarta, Surakrta: Universitas Sebelas
Maret.

84 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 1 No. 1 (2016) 69-84

Anda mungkin juga menyukai