Anda di halaman 1dari 3

Cerpen

Hafizh Ramadhan XI IPA 1

Bantal Guling

"Haaaa,akhirnya kita menang!” seru ku senang. Aku sedang bermain game sambil menelepon dengan
temanku, Kyo. Kami mulai bermain saat jam sembilan malam.

Aku melihat jam diponselku , sudah jam dua belas lewat. Terkadang, bermain game itu sangat
menyenangkan, sehingga membuat lupa waktu. Aku teringat akan ulangan harianku besok pagi.

“Kyo, udahan dulu, yuk. Aku ada ulangan harian besok pagi, diajar nya sama Pak Tardi pula. Kalo
telat masuk, bisa mati aku,” ucap ku. Kyo mengiyakan ku, seolah mengerti betapa galaknya guruku
pagi besok.

“Yaudah, dadah Kyo. Guling ku sudah mau ngajak ngapel nih,” canda ku Kyo tertawa. “Hati hati
dengan ucapan mu,” ledek Kyo.

Setelah mengucapkan ‘dadah’ berkali kali, akhir nya sambungan telepon putus. Aku membaringkan
tubuhku di kasur dan menarik selimut hingga seluruh tubuhku tertutup selimut.

Aku membuka ponsel, ingin bermain sebentar dengan benda pipih itu sebelum akhirnya rasa kantuk
menyerang mataku.

Aku bergelung dibawah selimut, memeluk guling empuk yang menemaniku selama aku dikamar.
Perlahan aku memejamkan mata, mulai membuka kilas kilas mimpi dialam bawah sadarku.

“Eh? Bau apa ini?”

Aku mengendus, mencium bau kentang yang menyeruak hebat di dalam kamarku. Sejak kapan ada
kentang di kamar ku?
Aku dengan malas membuka mata. Aih, bau ini begitu menyengat, menganggu pernapasan ku.

Aku duduk ditepi kasur dengan, berniat untuk minum air. Seteguk, dua teguk. Aku menaruh gelas
setelah meneguk air yang ke empat.

Aku kembali ke kasur, lalu mencoba tidur, lagi. Bau kentang itu semakin parah. Seolah bau itu berada
di dekatku.

Aku menutup hidung dengan gulingku, tetap positif thinking bahwa bau kentang itu dari masakan
ibuku yang mungkin dari siang sudah basi. Besok aku harus menyuruh ibuku untuk membuangnya

Percuma, gulingku yang wangi bahkan tak mampu mengalahkan bau bau tidak sedap ini. Aku
mendengus kesal, ingin tidur pun susah banget.

“Kentangnya seberapa banyak sih Bau banget, bikin mual aja,” decakku kesal.

Aku hendak memejamkan mata lagi saat aku merasakan bulu kudukku meremang. Pikiranku mulai
kalut, tidak tenang. Astaga, berpikir positif, Apis. Berpikir positif.

Hawa dingin menusuk leherku. Seakan belum cukup membuatku ketakutan, aku merasakan sesuatu
memeperhatikan ku dari jauh.

Aku berusaha tidak peduli dan menutup seluruh tubuh ku dengan selimut. Aku seakan ingin mati dari
dunia ini ketika selimutku ditarik paksa dan melihat sosok tinggi seperti guling yang tersenyum lebar,
memperlihatkan mata bolong, wajah berdarah, bernanah, dan belatung dimana mana.

Sosok itu tersenyum begitu lebar, seolah merobek wajahnya sendiri. Aku yakin aku pingsan setelah
sosok itu mengucapkan kalimat yang tidak akan pernah aku lupakan.

“Aku nungguin dari tadi loh, kita kan mau jalan.”


SELESAI
Cerita Pendek ini aku buat terinspirasi dari podcast horror di twitter yang aku buat versiku
jadi kurang lebihnya begini SEKIAN TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai