Anda di halaman 1dari 180

Penumpang Gelap Bundaran Samata

Malam yang tidak seperti biasanya. Aku baru pulang dari wifi corner
yang berada di Paccinongan. Aku menarik perlahan gas motor matic
yang kukendarai, menaikkannya hingga kecepatan 20km/jam. Sampai di
jalan yang terasa lenggang, hanya satu dua kendaraan yang lalu lalang.
Terkesan cukup menyeramkan. Aku memerhatikan jam di layar
ponselku menunjukkan pukul 00.23 WIT. Aku juga sudah separuh jalan
sebelum sampai ke kontrakanku. Aku memutar melewati bundaran
Samata menuju ke arah jalan Sultan Alauddin. Setelah memutar dan
hendak menarik gas kembali, tiba-tiba tarikan motorku terasa berat
seolah ada yang menahan motorku dari belakang, mencegahku untuk
melaju. Aku kemudian menoleh ke bawah ban motor, barangkali ada
sesuatu yang tersangkut dan menghalangi ban motorku, seperti batu
atau kayu misalnya. Belum sempat aku melihat apa yang menghalangi
ban motorku, tarikan gas kembali normal dan sempat membuatku
hampir terjatuh, karena aku menarik gas cukup keras yang membuat
laju motor menjadi kencang. Untung aku bisa kembali
mengendalikannya. Jika tidak, aku sudah pasti akan terjatuh dari motor.
Aku kemudian kembali melanjutkan perjalanan tanpa ada rasa curiga
sedikit pun dengan apa yang telah terjadi barusan, dan menganggap itu
adalah kejadian biasa.

Walaupun motorku telah kembali berjalan normal, namun di sisa


perjalanan pulangku, aku merasa ada sesuatu yang ikut duduk di
belakang jok motorku. Sampai tiba di depan lorong kontrakan yang
begitu gelap, tiba-tiba ada suara meminta turun dari motorku.

“Hei, aku tidak mengingat pernah membonceng seseorang tadi.” Tanpa


menoleh dan dalam keadaan kaget, kali ini aku betul-betul menarik gas
motorku, menyapu jalan di lorong yang hanya berupa batu-batu sebesar
Kenangan Mistis

kepalan tangan bayi membuat motorku tersiksa. Pikirkanlah walaupun


kalian tidak percaya akan adanya mereka, tapi bisa jadi saat ini mereka
ada di belakang daun telingamu, ikut membaca kisah ini.

Amran Arsadi-Samata-@amranarsadi

2
Kenangan Mistis

Gumpalan Hitam Di Tengah Malam

Antara nyata dan tidak nyata. Entah dimens manusia ataukah dimensi
makhluk lainnya. Malam itu aku tidur lebih cepat daripada malam-
malam biasanya. Aku tertidur dalam keadaan belum melaksanakan salat
isya. Aku mrasa berat pada pundakku, seperti ada yang bertengger di
atasnya dan mataku sangat mengantuk. Beberapa minggu belakangan
ini memang banyak kejadian aneh yang menimpaku. Teman sekamarku
pun sering mendapati aku mengigau hal-hal yang aneh hingga yang
berbau mistis setiap malamnya.

Di tengah tidurku, aku merasakan sesak pada dadaku. Sangat sesak.


Seolah-olah umurku akan berakhir pada detik itu juga karena kehabisan
napas. Tubuhku tidak bisa digerakan sedikit pun. Aku tahu, ada yang
aneh yang terjadi padaku. Entah makhluk apa yang sedang menghimpit
tubuhku. “Apakah ini perbuatan Puji yang sedang ingin bergurau
denganku? Tapi, jika ini memang Puji, sungguh tidak lucu.

Aku mencoba membuka mata dengan berjuta rasa takut sekaligus juga
rasa penasaran yang teramat. “Aaaaaaaaaa!!!” teriakku dengan suara
yang sagat kencang. Aeolah-olah akan membangunkan orang satu kos-
kosan. Aku melihat sesosok makhluk gaib menyerupai gumpalan hitam
yang sangat tebal sedang menindihi tubuhku. Aku berusaha berteriak
sekuat tenaga, tapi tidak ada satu orang pun yang terbangun karna
teriakanku itu. “Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Bantulah
aku, Tuhan. Sungguhnya Kaulah sebaik-baiknya penolong.” Sembari
terus membaca semua jenis doa yang aku ketahui, aku terus memohon
bantuan kepada-Nya.

Keajaiban tuhan pun menghampiriku. Aku melihat gumpalan hitam itu


pergi menuju arah jendela kamarku. Aku langsung bangun dari tempat

3
Kenangan Mistis

tidurku, menyalakan lampu dan mengambil secangkir air putih yang


letaknya tidak jauh dari tempat tidurku saat itu. Aku melihat jam
menunjukan pukul 00.00 WIB. Aku lalu kembali melanjutkan tidurku
dengan Alquran dalam dekapanku.

Ega Mustika Sari - Bukittinggi, Sumatera Barat - @egamstk

4
Kenangan Mistis

Dia yang Mengikutiku

Namaku Anand. Aku mantan anak pesantren yang kini duduk di bangku
perkuliahan. Waktu itu, aku sedang duduk memerhatikan teman-
temanku yang sedang persentase. Dan tiba-tiba, salah satu temanku
yang bernama Ummy tiba-tiba kesurupan. Dia berteriak di hadapan
teman-temanku dan itu membuat 3 teman perempuanku yang lainnya
juga ikut kesurupan. Dosenku yang waktu itu menangani salah satu
temanku dan temanku yang lainnya mencoba menyadarkan temanku
yang kesurupan.

Ummy yang kesurupan waktu itu semakin parah. Dia tertawa dan
mengeluarkan suara Laki-laki. Aku yang tidak bisa tinggal diam dan ikut
mencoba menenangkan Ummy dengan ayat ruqyah yang kupelajari
selama di pesantren. Namun dia malah tertawa dan selalu menggodaku.
Dia juga menjatuhkanku hingga aku hampir goyah. Tapi aku menahan
semua itu dan tetap membaca ayat ruqyah kepada Ummy sambil
memegang kepalanya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya hantu yang merasuki Ummy lepas


dari tubuhnya. Badanku seketika lemas setelah melakukan ruqyah
padanya. Karena kejadian itu, proses perkuliahan di kelasku di hentikan
hari itu.

Saat malam hari tiba, aku menceritakan hal itu kepada ibuku lewat
telepon. Kebetulan ibuku adalah tokoh agama di kampung. Betapa
terkejutnya ibuku saat mendengarnya. Dan dia berkata padaku, “Malam
ini, kamu tidak boleh goyah dan ketakutan. Karena kalau itu terjadi,
maka hantu itu akan mengikutimu. Itu adalah resiko orang yang
mengruqyah.”

5
Kenangan Mistis

Karena ketakutan malam itu, aku mencoba untuk tidur. Tetapi saat aku
terbaring di kasur, seseorang mengelus punggungku dengan lembut,
padahal aku sendirian di kontrakan. Aku mencoba bangun mengambil
segelas air, tetapi di dalam kamar ada suara benturan keras. Saat aku ke
sana, ternyata tidak terjadi apa-apa. Aku mulai ketakutan dan baring di
kasur menutupi badanku dengan selimut. Belum aku tertidur, hantu itu
berbisik kepadaku dan berada di sampingku sepanjang malam.

Adnan Syah - Gowa/Makassar - @anand.maouda

6
Kenangan Mistis

Teguran di Tengah Malam

Akan kuceritakan pengalaman misteri yang kualami saat SMP. Aku


tinggal di sebuah asrama bersama tujuh temanku di kamar lantai tiga.
Begitu banyak cerita menakutkan dari penghuni sebelumnya. Tidak
jarang kami merasakan kejadian yang membuat tengkuk merinding. Ini
adalah salah satu kejadian yang pernah kualami. Saat itu tengah malam,
tiba-tiba aku terbangun dan melihat ke sekeliling ranjang. Teman-
temanku sudah tidur dengan pulas, sepertinya mereka semua sudah
masuk ke dunia mimpinya masing-masing. Aku mencoba untuk tidur
kembali namun rasanya sangat susah. Karena tidak bisa tidur, aku
memutuskan untuk tidur berdua dengan salah satu temanku di
ranjangnya sambil membawa selimut. Aku tidur di bagian kanan, dan
temanku di bagian kiri. Sebelum tidur, aku memakai selimut dan
menutup seluruh tubuhku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Itu
adalah kebiasaanku saat tidak bisa tidur karena merasa aman ketika
menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Beberapa saat setelah aku memejamkan mata, ada seseorang yang


menarik selimutku dari arah kanan posisiku tidur. Sambil memejamkan
mata, aku menarik selimut itu kembali. Namun seseorang itu dengan
kasar kembali menariknya. Sampai tiga kali aku dan seseorang itu tarik-
menarik selimut. Ketika aku pasrah menarik selimutku kembali dari
seseorang itu, kemudian dia menyelipkan selimutku ke samping ranjang
seperti sedang memasang seprai. Aku sangat ketakutan. Beberapa saat
setelah itu aku menarik kembali selimutku yang sudah masuk ke
samping ranjang dan tidak ada lagi yang menariknya. Lalu aku mencoba
untuk tidur dengan perasaan ketakutan.

7
Kenangan Mistis

Pagi hari aku menceritakan kejadian yang kualami saat tengah malam
itu kepada teman-temanku. Setelah mendengarnya, mereka merasa
ketakutan. Namun aku mencoba menenangkan mereka dengan
mengatakan bahwa kejadian tersebut adalah teguran untuk aku dan
teman-temanku untuk selalu rajin merapihkan ranjang.

Anisa Alya Madani – Indramayu – @anisalyamadani

8
Kenangan Mistis

Malam Mencekam

Suara menyerupai kereta kencana mengagetkan penantian rasa kantuk


yang tidak kunjung datang. Waktu menunjukkan pukul 1 malam. Aku
mencoba mencubit tanganku, berharap pendengaran ini hanya mimpi
semata. Namun, “Ahh! Sakit ternyata. Ini bukan mimpi.” Kutarik selimut
sampai menutupi kepalaku. Aku dapat mendengar sendiri jantungku
berirama kencang.

Ranjangku berada di posisi sebelah jendela. Aku pelan-pelan membuka


selimutku ketika suara menyeupai kereta kecana tadi berganti menjadi
deritan besi tua yang menandakan kereta itu berhenti tepat di balik
jendela kamarku. Bulu kundukku berdiri. Aku ingin melompat dari
ranjangku, namun seakan sekujur tubuh ini terpatri di tempat. Beberapa
doa yang Ibu ajarkan sejak kecil aku rapalkan, berharap sesuatu yang
seperti berhenti di balik jendela kamar itu pergi.
Jarum jam seakan bergerak dengan perlahan. Di tengah doaku, ada yang
mengetuk pintu.

Tok! Tok! Tok!

“Ibuuuu!” teriakku. Aku memutuskan untuk tidur di kamar ibuku.

Malam berganti siang. Rumahku selalu sepi, hanya ada Ibu dan aku di
sini. Namun sudah dua hari pekarangan rumahku diramaikan oleh 4
orang tukang. Mereka bekerja merenovasi rumahku, sehingga pohon
besar yang ada di pekarangan harus di tebang.
Sore hari selepas mandi badanku tiba-tiba terasa menggigil, kepalaku
pusing tidak tertahan lagi. “Ibuu!” Aku berterik semampuku.
Pandanganku lalu gelap. Aku tidak ingat lagi apa yang terjadi.

Adinda Khoerunnisa – Bandung - @adindakhoerunnisa

9
Kenangan Mistis

Penghuni Rumah

Waktu itu tepat di hari Kamis. Aku tengah berbaring di tempat tidur
sambil memainkan ponsel. Tidak ada yang menarik, hanya mengecek
akun instagram lalu membalas pesan whatsapp. Merasa bosan,
kuputuskan untuk menonton chanel favoritku di youtube saja. Selang
beberapa menit kemudian, ponsel yang kupegang jatuh dengan
sendirinya. Kedua tanganku tiba-tiba saja terasa kaku. Bukan itu saja,
seluruh bagian tubuhku juga tidak bisa digerakkan. Aku memanggil
adikku yang kebetulan saat itu berada tidak jauh dari tempatku. Suaraku
terdengar lirih tapi masih bisa didengar. Aku tidak tahu, apa yang terjadi
pada diriku. Aku seperti terkena penyakit stroke. Ketindihan makhluk
halus atau orang-orang menyebutnya denga rep-repan? Tidak. Aku
pernah mengalaminya, namun berbicara dan mengeluarkan suara tidak
bisa. Yang kualami sekarang ini berbeda.

Aku meminta adikku untuk memanggil Ayah. Tentu saja adikku langsung
panik tidak keruan. Aku mengadu pada ayahku jika tubuhku tidak bisa
digerakkan sama sekali. Aku menangis.

Begitu Ayah melihat keadaanku, ayahku langsung mengambil segelas air


lalu membacakan ayat Alquran entah surat apa. Kemudian, dia
menyandarkan sedikit tubuhku dan menuntunku meminum air tersebut.
Perlahan, aku bisa menggerakkan tubuhku walau masih terasa sedikit
lemas. Langsung saja aku bertanya padanya, apa yang sebenarnya
terjadi. Ayahku mengatakan bahwa, ada menjahiliku dengan santet. Aku
mengucap istigfar berulang kali. Ayahku juga bilang, kalau di rumah
yang sekarang ini kami tinggali, di bawahnya terdapat kuburan. Pantas
saja pertama kali aku menginjakkan rumah kami, hawa panas langsung
menyambutku. Belum lagi, malam-malamku selalu bermimpi makhluk
halus.

10
Kenangan Mistis

Dan bukan itu saja, kerap kali aku mendengar suara tangis perempuan
dan cekikikan anak kecil. Jujur saja, tidurku tidak pernah nyenyak hingga
menimbulkan lingkaran di bawah kelopak mataku.

Afika Yulia – Jakarta – @afikayulia

11
Kenangan Mistis

Pacarku Pulang

Namaku Anes. Seorang mahasiswi dan pekerja paruh waktu di sebuah


café yang fokus menyajikan kopi sebagai menu andalannya. Menjelang
sore aku bekerja sepulang kuliah.
Setelah closing selesai, para pegawai yang sedari tadi berkumpul di
depan café menghilang satu-per satu ditelan gelap di ujung jalan. Yang
tersisa tinggal aku dan Teh Laras yang sedang menunggu suaminya
menjemput.
“Nes, kamu belum pulang? Lagi nunggu siapa?” tanya Teh Laras.
“Belum, Teh. Tiba-tiba aku takut, nggak mau pulang.” Aku merasa ada
yang sedang mengawasi dan mengikutiku. Bulu halus di sekujur tubuhku
menegang dalam sekejap.
“Ih, udah ah ceritanya. Kita cuma berdua loh di sini.” Teh Laras juga ikut
ketakutan.
Tidak lama kemudian, suami Teh Laras datang dan mereka memberi
tumpangan padaku.
Tidak biasanya suasana asrama begitu hening. Kupadamkan lampu agar
bisa fokus untuk mengerjakan tugas kuliah yang harus dikumpulkan
besok. Mendekati tengah malam, keran air di kamar mandi terbuka
hingga menimbulkan suara gemericik air yang memenuhi ruangan
kamarku. Bulu kuduk mulai merinding, tapi aku menampik rasa takut,
lalu menutup keran itu. Setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat
bayangan tubuh laki-laki berdiri di kegelapan, di belakang pintu
kamarku. Ketika aku menyalakan lampu, aku melihat jelas wajah
pacarku yang sangat pucat. Kupikir itu hanya halusinasi. Kubuka dan
kututup mataku, namun tubuh itu tidak bergeming dan masih berdiri
menunduk di tempat itu.

12
Kenangan Mistis

“Sayang? Itu kamu? Nggak mungkin. Kamu sudah meninggal dua bulan
yang lalu.” Aku terus memanggilnya untuk memastikan sambil
menghampirinya.
Saat akan menyentuhnya, wajahnya terangkat memandangku dengan
mata terbuka yang hampir keluar dari kelopaknya. Tubuhnya perlahan
membesar, menghitam dan menghampiriku, seakan ingin menerjang
tubuhku. Setelah saat itu aku tidak sadarkan diri. Menurut tetangga
kamarku, aku berteriak-teriak histeris. Berulang-ulang mengatakan
‘Jangan’. Saat tersadar, waktu hampir subuh dan banyak orang
mengelilingiku. Semenjak saat itu, aku selalu dihantui oleh bayangan
pacarku. Itu berlangsung lama dan aku bersyukur banyak teman-teman
yang selalu mendukung untuk bisa menghilangkan bayangan itu. Tentu
keluargakulah yang memberi motivasi terbesar. Aku menjalani berbagai
macam terapi dan pengobatan selama itu. Aku juga ingin meminta doa
kepada teman-teman untuk pacarku. Semoga dia tenang di alam sana.

Agustianta Rensa - Karawang – @a.rensa

13
Kenangan Mistis

Wajah Berdarah

“Alhamdulillah, akhirnya kita punya rumah yang begitu besar,” kata


Ayah ketika sampai di sebuah rumah yang baru saja Ia beli beberapa
bulan yang lalu dengan harga yang sangat murah. Namun beredar
kabar, jika rumah itu berhantu.
Saat tengah malam dalam tidur nyenyak Ayah, Ibu merasa selimutnya
ada yang menarik-narik. Membuatnya seketika terbangun dari tidurnya
dan berteriak. “Aduuuuh! Kenapa selimutku ditarik-tarik? Jangan!”
teriaknya.

Ibu diam seketika dan menuju dapur untuk mengambil air putih. Namun
muncul kejanggalan lagi.

Tok! Tok! Tok!


Srek! Srek! Srek!

Terdengar jelas ada suara ketokan dari gudang terkunci dan suara orang
menyapu di tengah malam. Ibu pun melihat sekeliling. Namun tidak ada
siapa-siapa. Tiba-tiba bulu kuduk Ibu merinding. Semakin lama Ibu
semakin ketakutan. “Ayah, bangun, Yah. Ibu takut,” kata Ibu sambil
membangunkan Ayah yang lagi tertidur lelap.

Ayah pun terbangun dan mendengarkan cerita Ibu. “Sudah, Bu. Nggak
ada apa-apa. Ayo tidur lagi. Jangan lupa berdoa.”
Ibu akhirnya memaksakan memejamkan mata, namun masih
memikirkan suara-suara aneh itu.

“Kamu yang jadi … aku … yang sembunyi.”


Brak! Brak! Braaakkkk!

14
Kenangan Mistis

Sayup-sayup Ibu mendengar suara anak-anak lagi bermain. Bukankah


Naena dan Naeni sedang tidur jam segini,” gumamnya.
Ibu pun bangun lagi dari tempat tidurnya untuk mendekati suara anak-
anak tersebut. Terlihat jelas ada bayangan dua anak kecil lagi asyik
bermain di ruang tengah. “Siapa kalian? Bagaimana kalian bisa masuk ke
rumah ini?”
Kedua anak kecil itu menoleh dengan wajahnya yang penuh sayatan dan
berlumuran darah.
Ibu pun terkejut lari terbirit-birit sambil berteriak.

Ani Budiyati – Surabaya – anibudiyati17

15
Kenangan Mistis

Sumur Tersembunyi

Semenjak aku mengalami kecelakaan mobil di usia 4 tahun, dan harus


melewati masa kritis selama 14 hari di rumah sakit, aku tumbuh menjadi
gadis introvert yang menyukai kegiatan melukis. Dahulu, saat aku kecil,
tempat favoritku saat melukis adalah di kamar orang tuaku yang
bernuansa tradisional. Karena semua perabotannya berbahan dari kayu
jati. Entah mengapa di sana lebih nyaman, dan tenang. Sehingga aku
dapat menangkap ide lebih cepat. Namun, saat usiaku beranjak dewasa.
Aku mendengar cerita dari tetua desa yang membuatku terkejut, karena
aku warga pindahan dan bukan asli daerah ini. Yaitu kuketahui, jika di
rumahku hanya ada 2 buah sumur. Rupanya masih ada satu buah sumur
tua yang sengaja ditutup bersama lantai karena suatu insiden yang
pernah terjadi di zaman penjajahan kolonial. Dan lokasi sumur tersebut
berada di kamar orang tuaku. Tepat di depan lemari jati, titik yang kerap
kujadikan sebagai tempat bersandar saat melukis, dan juga tempat
persembunyianku saat bermain petak umpet bersama kakak-kakakku.
Yaitu di dalam lemari jati. Pantas saja, dahulu aku pernah mengalami
astral projection. Aku melihat di samping ranjang tidurku ada seorang
nenek berwajah Belanda. Berambut putih memanjang hingga ke lantai,
kukunya panjang dan tajam, dan berwajah pucat. Beliau mengenakan
gaun renda putih yang tampak lusuh, sembari duduk di kursi goyang
berbahan kayu. Nenek itu hanya tersenyum sekilas ke arahku. Senyum
yang sulit kupahami kala itu. Namun untuk mengingatnya aku melukis
sosoknya, dan lukisan itu masih kusimpan hingga sekarang. Di buku
kumpulan lukisan mistis milikku.

Anne Jae- Purwokerto- @annejae6

16
Kenangan Mistis

Kesurupan Karena Boneka

Diana sedang beristirahat di kamar kosnya. Di luar, Okta memanggilnya


agar cepat membukakan pintu untuk meminta bantuan. Di kamar
sebelah sudah berkumpul anak kos lainnya dan Ibu Kos. Nafa,
menggeliat berteriak dan mencakar lantai, meminta boneka miliknya.
Diana dan Okta memegangi Nafa yang mengamuk. Tapi Nafa mencakar
Okta, cakarannya terasa sakit. Okta pikir kuku Nafa panjang, tapi setelah
dilihat kuku Nafa pendek. Nafa terus meminta bonekanya. Seorang
teman bernama Nanda mengambil boneka itu dan melemparnya ke
Nafa. Nafa semakin mengamuk. Nanda yang takut pergi sembunyi ke
kamarnya. Di kamarnya, Nanda mendengar pintu di gedor dan juga
suara laki-laki yang terus berteriak. Hanya Nanda yang mendengar,
karena Nanda memiliki indra ke enam. Tapi Nafa tidak terkendali, dia
marah karena bonekanya dilempar. Karena takut, mereka yang ada di
kos pun kabur, tapi Nafa mengejar mereka keluar. Ibu kos menenangkan
Nanda dengan mengunci pintu karena tadi Nafa sempat mencakar
lengannya dan terus meneriaki Nanda. Di luar mereka terpencar, tapi
untungnya Nafa sudah tenang dan terlihat lemas. Mungkin karna
incarannya tadi adalah Nanda. Dia terus menyebut nama Nanda.
Setelah kejadian ini, baru diketahui ternyata boneka milik Nafa itu ada
sesuatu di dalamnya.

Annisa Bunga Aurelia – Semarang – @a.bunga_aurelia

17
Kenangan Mistis

Kakek

Malam itu, waktu telah menujukan pukul sepuluh malam. Perlahan aku
mulai memejamkan mataku dan tertidur. Ketika tidurku mulai pulas,
tiba-tiba saja aku bermimpi bertemu dengan almarhum kakekku yang
sudah meninggal beberapa bulan lalu. Dia hanya tersenyum padaku.
Terus tersenyum, sampai aku terbangun dari tidurku. Tepatnya,
tertahan antara tidur dan bangun. Aku sulit menjelaskannya, tapi
mungkin itu yang biasa orang sebut dengan ketindihan. Saat itu,
badanku benar-benar tidak bisa digerakkan. Mulutku seakan terkunci
serta tidak bisa mengucap sepatah kata pun. Tetapi, mataku saat itu
masih dapat melihat sekeliling, juga keadaan di sekitarku, termasuk
sesuatu yang asing yang tidak pernah aku lihat ada di kamarku. Aku
tidak tahu, apakah itu benda atau apa? Tapi sesuatu itu terlihat
bergerak dan berjalan mendekat ke ranjang, di mana tubuhku sedang
terbaring. Setelah sesuatu itu berdiri tepat di sampingku, barulah aku
tahu apa itu? Aku dapat memastikan itu bukanlah sebuah benda,
melainkan sebuah siluet manusia. Bukan, dia bukanlah ayahku, dia juga
bukan ibuku. Tapi, dia adalah orang yang barusan aku mimpikan. Ya, dia
adalah almarhum kakekku, orang yang seharusnya sudah meninggal,
tapi kini berada di kamarku, bahkan tepat di sebelahku. Awalnya aku
memang tidak percaya, tapi dia benar-benar ada dan terlihat oleh
mataku. Sialnya, tubuhku juga masih belum bisa digerakan, padahal aku
sudah ketakutan setengah mati.

Sementara itu, perlahan dia mulai membungkukkan tubuhnya dan


mendekatkan kepalanya ke samping kepalaku sambil tertawa dengan
suara tawanya yang sama seperti suara tawa yang pernah aku dengar
semasa hidupnya dulu. Aku kaget, dan tiba-tiba saja tubuhku tersentak.

18
Kenangan Mistis

Barulah, setelah itu aku terbangun total dari tidurku dan tidak
mendapati ada almarhum kakek atau siapa pun di dalam kamarku.

Anwar Putra Aprilianto - Bekasi - @anctwarpa

19
Kenangan Mistis

Pria Berkaki Bengkok di Jam 3 Pagi

Aku tetap tenang walau harus berjalan sendirian di jam 3 pagi sehabis
dari rumah temanku. Aku menolak tawarannya untuk menginap, karena
aku sudah berjanji akan sahur dengan Mama. Saat itu, suasana di luar
sangat sepi. Tidak ada apa pun yang terjadi sampai aku bertemu pria itu.
Ia terlihat seperti siluet misterius di tengah jalan yang hanya diterangi
lampu jalan yang redup. Ia sedang berjalan ke arahku dengan cara yang
aneh. Kakinya bengkok sebelah. Langkahnya terpincang-pincang,
sementara posisi tubuhnya miring, membuatnya terlihat sangat ganjil di
tengah kesunyian malam. Aku tidak berhenti melangkah, tapi kurasakan
kakiku mulai ragu-ragu. Aku melihat pria itu menggenggam sebuah
benda panjang. Aku tidak tahu benda apa itu dan aku tidak mau tahu.
Aku segera berbalik dan berjalan cepat menuju arah berlawanan. Saat
itulah aku mendengar pria itu berlari. Sebelum otakku memproses
situasi, kakiku sudah bertindak duluan. Aku merasa seperti terbang
ketika melesat menuju rumah temanku. Sebelum mencapai pintu, aku
sudah menjerit-jerit, meneriakkan namanya. Aku nyaris pingsan ketika
temanku membukakan pintu. Setelah terlindung di dalam rumahnya,
aku mencoba mengintip keluar. Pria itu tidak ada. Sejak itu, aku tidak
pernah mendengar kabar tentangnya. Aku tidak tahu siapa pria itu dan
apakah dia manusia atau bukan. Satu hal yang jelas, aku tidak ingin lagi
berada di luar saat jam 3 pagi.

Bonita Maulida – Tangerang Selatan – @nitaa_bonitaa

20
Kenangan Mistis

Hantu Penunggu Rumah

Kala itu di tahun 2004. Aku dan keluargaku pindah dari rumah lama ke
sebuah rumah baru di komplek perumahan di Bogor. Rumah baruku ini
luas sekali dan sangat mewah. Ada 3 lantai di rumahku.

Beberapa hari setelah tinggal di sana, kami merasa sangat betah dan
nyaman. Hingga suatu hari kejadian aneh terjadi. Setiap malam di lantai
2, terdengar bunyi ‘Bugg! Buggg! Bugg!’ Suara seperti langkah kaki
orang yang sedang berjalan. Tampaknya kakinya besar sekali seperti
raksasa.

Suatu malam ayahku ketiduran di ruang tamu. Ia bercerita, malam itu ia


tidak dapat tidur nyenyak. Udara sangat pengap dan ia merasa ada
sosok yang mengawasinya saat ia sedang tertidur. Karena penasaran,
ayahku menoleh ke arah langit-langit. Tiba-tiba ada sosok tinggi besar
berbulu lebat hitam dan bermata merah. Sosok itu menembus sampai
atap. Karena hal itu, ayahku tidak pernah mau tidur di ruang tamu lagi.

Pada suatu hari ada seorang nenek menemui ayahku. Nenek itu tinggal
di desa dekat rumah kami. Beliau menjelaskan bahwa ternyata
beberapa puluh tahun lalu pun ada kasus pembunuhan wanita hamil di
rumah kami. Maka tidak diragukan lagi, mengapa rumahku menjadi
sangat angker. Ayah pun ketakutan mendengar cerita itu, ditambah lagi
sudah banyak kejadian yang kami alami.

Memikirkan akan kejadian buruk yang akan terjadi lagi, ayahku bersiap
mencari rumah baru untuk pindah. Kuingat, di malam terakhir saat kami
akan meninggalkan rumah itu, ketika kakak dan ayahku yang masih
terjaga, aku mendengar suara tawa wanita dari pohon besar di depan
rumah.

21
Kenangan Mistis

Hihihihihi!

Tawa dari sesosok kuntilanak yang mengerikan itu seakan menjadi


tanda perpisahan untuk kami.

Catherine Renata- Bogor – @catherinerenn

22
Kenangan Mistis

Kuntilanak Merah

“Mbak Ani, mencium sesuatu enggak?” bisik Tiara yang sedari tadi
berjalan di sampingku.

Suasana pondok tampak sunyi. Sebagian lampunya telah padam. Kulirik


jam di pergelangan tanganku. Pukul sebelas malam. Angin malam
berhembus menebarkan wewangian bunga melati. Memenuhi indera
penciumanku. Sial!

Tiba-tiba aku teringat sebuah cerita tentang setan berbaju merah yang
ada di pondok bagian belakang. Kupercepat langkah kakiku tanpa
mengubris rengekan Tiara. Tugas workshop dari sekolah telah membuat
kami pulang hingga larut malam. Lalu tiba-tiba berdiri seorang wanita
berbaju merah tepat di hadapan kami. Rambut panjangnya terurai acak-
acakan dengan seringai yang menakutkan. “Aaaa!” teriakku sambil
berlari pontang-panting diikuti oleh Tiara.

“Ada apa ini?” tanya Pak Syafii—satpam pondok.

“A-ada … se-tan, Pak,” jelasku dengan napas yang tersengal-sengal


sambil menunjuk tempat di mana aku melihat wanita tersebut.

Pak Syafii berjalan ke arah tempat yang aku tunjuk, memastikan semua
kebenaran ceritaku. “Tidak ada siapa-siapa,” katanya. “Kamu salah lihat
mungkin,” lanjutnya sambil menuntunku ke pos satpam mencoba
menenangkanku.

Christina Hanjar Sesanti – Surabaya – Christina_Sesanti

23
Kenangan Mistis

Siapa Si Kecil Itu?

Kala itu, sekitar pukul setengah 3 sore aku mendengar ada suara deru
motor yang memasuki pekarangan rumahku. Aku mengintip di balik
jendela, di sana, di atas motor terlihat kerabat Ayah memarkirkan motor
dengan seorang anak kecil laki-laki yang diboncengnya. Aku panggilkan
Ayah seraya memberi tahu, bahwa ada kerabatnya bertamu. Aku
sempat mengintip kembali saat hendak membuatkan minum. Si bapak
itu duduk bersebrangan dengan ayahku yang juga berdampingan
dengan anak kecil yang duduk sambil sibuk mengucang-ucang kakinya.
Aku pergi ke dapur untuk membuatkan 2 gelas kopi untuk ayah dan
kerabatnya, serta 1 gelas teh hangat untuk anaknya.

Saat aku keluar untuk membawa minum, aku tidak lagi melihat anak
kecil itu. Setelah aku menaruh minuman di atas meja, ayahku menegur,
“Untuk siapa teh hangat yang kamu buat?”

Aku lantas menjawab, “Untuk anak teman Ayah.”

Ayah dan kerabatnya terlihat bingung.

“Tadi ada anaknya Bapak di sini. Sekarang ke mana?” tanyaku pada


kerabat Ayah.

“Siapa yang neng maksud? Saya datang sendiri, enggak sama anak
saya,” jawabnya.

24
Kenangan Mistis

Aku terkejut dan juga tidak percaya. Lalu, siapa anak kecil itu? Siapa
anak laki-laki yang diboncengnya dan duduk sambil mengucangkan kaki?

Cirom-Tangerang-20-@Cirom33

25
Kenangan Mistis

Tangis Memilukan

Saat kecil, aku sangat tidak suka jika disuruh menginap di rumah Nenek
sendirian tanpa kedua orang tua. Meskipun di sana ramai, aku merasa
tidak nyaman. Namun malam itu tiba-tiba saja aku menginap di rumah
Nenek. Aku sangat kesal saat menyadarinya. Salah satu alasanku tidak
mau menginap sendirian, mungkin saja karena ada cerita di dekat kamar
mandi dulunya adalah makam wanita hamil. Cerita semakin seram
karena wanita hamil yang meninggal itu katanya sering bergentayangan.
Aku tidak ingat siapa yang menceritakan itu, tapi aku mengingatnya
dengan jelas. Semakin malam, aku menghindari area dapur dan kamar
mandi yang saling berdekatan.

Malam itu aku terbangun dari tidur karena panggilan alam yang seolah
tidak mengerti kengerianku dengan kamar mandi. Saat masuk ke kamar
mandi, napasku memburu. Lampu bercahaya remang dan suasana
sangat sepi. Jantungku berdebar dan seakan meledak saat keheningan
terpecah dengan suara tangisan wanita. Tengkukku meremang tapi
tidak bisa melakukan apa-apa, berteriak sekalipun.

Aku menghela napas dan kembali tersadar bahwa aku harus cepat-cepat
meninggalkan kamar mandi. Saat sampai di tempatku tidur, suara itu
tetap muncul sehingga membuatku merinding setengah mati. Aku
berpura-pura tidur dengan harapan suara tangisan itu hilang. Namun
sia-sia, suara itu tetap terdengar hingga aku tidak sadarkan diri sampai
pagi menjelang.

D Pras – Pasuruan – @dprasm

26
Kenangan Mistis

Panggilan Misteri
Acara tahunan keluarga kali ini, aku dan keluarga yang terdiri dari istri,
anak yang masih bayi, berserta dua pasangan kakak iparku akan
mengunjungi tempat wisata Ciwidey. Menurut kami, Ciwidey adalah
tempat yang sempurna untuk menghilangkan penat selama setahun
bekerja. Kami berangkat sore menjelang malam.
Seharian Aku sibuk packing. Aku lupa untuk mengisi daya telpon
genggamku. “Arg! Mah, aku lupa charge ponselku.”
“Tidak apa-apa, Pah. Ayo kita berangkat,” pinta istriku.
Mobil kami melaju dengan kecepatan sedang. Di tengah keceriaan kami
d iperjalanan, ada sudut hatiku yang merasa tidak nyaman.
Tepat Magrib kami sampai di penginapan. Tidak ada hal aneh terjadi.
Hanya perasaanku saja yang dari tadi tidak enak. Karena perasaan tidak
nyaman itu, aku tidak bisa tidur. Akhirnya aku mengajak dua kakak
iparku bermain catur. Dan di tengah sepinya malam ….
Dreett! Dreett!
“Ponsel siapa itu yang bergetar? Cepat angkat!” pinta kakak iparku.
Aku pikir itu bukan punyaku. “Heh, itu punyamu, loh.”
“Hah? Masa iya? Ponselku kan mati dari tadi. Itu sedang aku charge,
Kak.”
Aku pun bergegas untuk memastikan, dan ternyata memang poselku
yang bergetar. Tertulis nama “my wife”. Keningku seketika berkerut.
Aku melihat istriku sudah tertidur pulas. Aku bertekad menjawab
telpon. “Halo?”
Tidak ada jawaban. Hening beberapa detik.
“Halo?”
Terdengar suara semacam radio mencari saluran.
“Heuh? Halo?” Aku mendekatkan lagi ponselku di kupingku, terdengar
hembusan angina. “Halo?”
“Hhihihihihihi!” Terdengar suara cekikian, persis suara nenek lampir
yang pernah kudengar di TV.
Aku seketika kaget. Kulempar ponselku ke arah kakak ipar.

27
Kenangan Mistis

Karena penasaran, kakakku mencoba mendengar siapa yang menelpon


tengah malam begini. Dan begitu kagetnya kakakku, dia melemparkan
lagi ponselku ke arahku. Lalu bergegas aku matikan.
Kami bertiga akhirnya melaksanakan salat malam bersama.

Dadan Irsyada – Bandung – @paparapka

28
Kenangan Mistis

Siapa Gadis Itu?

Malam itu kami bersiap pada pukul 8 malam sebelum berangkat kami
mengadakan geladi bersih, serta ucapan baiat, dan beberapa peraturan
yang harus kami taati. Kami berangkat sekitar jam setengah 10 malam.
Barisannya dua orang memanjang dan saling berpegangan, tidak boleh
lepas. Mungkin agar kami tidak hilang. Selama perjalanan pun kami
tidak boleh bercanda atau melamun.

Malam itu sunyi. Kami melewati perumahan lalu persawahan yang gelap
hanya temaram sorot dan cahaya ponsel panitia. Sampai kami melewati
rumah kosong yang telah lama tidak dihuni, kami berhenti di belakang
rumah tua itu. Ternyata kami sudah sampai di lapangan yang di kelilingi
sawah dan dan beberapa pohon besar rindang. Kami memebentuk
lingkaran yang di kelilingi oleh panitia. Tapi herannya tidak ada panitia
yang berjaga di bawah pohon besar itu. Kami saling berpegangan
sebelum akhirnya kami melepaskan pegangan dan tidak boleh ada yang
kosong. Selain itu, kami semua harus khusyuk dan hanya boleh
berbicara pada saat ada instruksi. Tapi sialnya, aku melihatnya di depan
barisanku, di saat kami sholawatan, bernyanyi, atau pun mengepalkan
tangan ke atas, dia hanya diam sambil melihat ke kiri, tempat barisan
para santri putra. Dia memakai baju putih rok putih bersih tapi
wajahnya tidak terlihat karena batas cahaya. Aku ingin bertanya pada
teman sebelahku, tapi tidak berani. Seperti mengerti, dia juga
memandangiku dengan heran. Kami seperti berbicara dalam diam. Dan
ternyata benar saja ketika kami memutar untuk mencium bendera, dia
hilang. Dan ternyata dia merasuki dan mengincar salah satu santri putra
terajin.

29
Kenangan Mistis

Sampai ketika dia berhasil dikeluarkan ada yang bilang dia pergi ke
rumah kosong itu.

Devi Ellyza Hanum – Lamongan – @ellyza_han

30
Kenangan Mistis

Sosok Di Balik Jendela

Seperti malam sebelumnya, mata ini begitu sulit terpejam. Aku masih
bermain di dunia maya. Memandang dan mengusap layar pipih di
tanganku. 11.19 p.m, itu waktu yang tertera di layar ponselku. Lampu
sudah kumatikan, tinggal menunggu kantuk datang yang rasanya
mustahil karena bermain ponsel membuatku tidak merasakan kantuk
sedikit pun.
Semakin larut, udara malam semakin dingin. Aku menyimpan ponsel
yang sudah kelelahan rupanya. Tidak terasa, ini sudah hampir pukul dua
dini hari.
Baru saja mataku ingin terpejam, suara ketukan dari jendela
membuatku urung tertidur. Aku meliriknya dengan sedikit rasa was-was.
Aku abaikan suara itu, namun semakin lama semakin jelas terdengar.
Aku kembali melihat ke arah jendela, memang hanya ditutupi oleh kain
tipis transparan. Aku yang takut, hanya diam tanpa mengalihkan
pandangan dari jendela itu. Sesaat kemudian, sesuatu menampilkan
sosoknya di bawah remang sinar bulan. Tersenyum dengan sorot mata
merah yang tajam. Inginku menjerit sekuat mungkin. Namun entah
kenapa, tidak ada sedikit pun suara yang keluar dari mulutku. Pelipisku
dipenuhi keringat. Dalam hati aku mencoba tetap beristighfar. Beberapa
menit kemudian, aku bisa menutup mataku dengan masih sangat
ketakutan.
Kubuka kembali mataku dan sosok itu sudah tidak ada. Karena hal
tersebut, satu malam penuh membuatku terjaga. Entah makhluk apa
yang kulihat, namun, dia benar-benar menakutkan.

Dewi Anggraeni (‘D’) – Bandung – @dquill.ji

31
Kenangan Mistis

Wanita di Rumah Kosong

Lia sedang berada di rumah neneknya. Desanya sering mengalami


kebanjiran jika musim hujan begini. Untung saja rumah-rumah di sini
bermodel rumah panggung. Jika sudah banjir begini warga biasanya
membuat jembatan kecil dari papan di depan rumah agar bisa
tersambung ke rumah-rumah tetangga.

Suatu pagi, Lia duduk sendirian di balkon rumah. Ia tengah menatap


rumah di sebelahnya. Ia berpikir, bagaimana penghuninya bisa keluar
tanpa jembatan? Tanpa sengajaia mendapati seorang wanita sedang
menatap keluar jendela. Ia baru saja ingin memberinya senyum, namun
wanita itu langsung pergi. Tiba-tiba Ayahnya muncul di belakang. Ia
langsung bertanya pada Ayahnya, “Yah, rumah yang di sebelah itu kok
nggak buat jembatan? Kalau mau keluar gimana?”

“Ya, bagaimana mau buat jembatan kalau tidak ada orangnya,” jawab
ayahnya.

Lia seketika heran mendengar penuturan Ayahnya. Jelas-jelas tadi ia


melihat seseorang di dalam rumah.

Ayahnya melanjutkan, “Rumah itu sudah tidak ada penghuninya sejak


dua tahun lalu. Mereka sekeluarga meninggal satu-per satu.”

Lia langsung merinding mendengarnya.

Dila Disa – Makassar – @dila.disa

32
Kenangan Mistis

Malam Petaka
Bintang menemaniku malam itu. Ketika bulan juga ikut memancarkan
auranya di atas semesta, seperti hari-hari sebelumnya, aku selalu
menulis kala hari sudah dini hari. Tepat sekali, waktu itu aku sedang
berniat untuk menulis naskah bergenre horor. Aku pikir malam yang
sunyi akan semakin memacu adrenalin karena aku dapat merangkaikan
cerita dengan membayangkannya di tengah kegelapan. Sendirian di
bawah langit kelam lalu menulis beberapa hal yang membuat diriku
sendiri terngiang dan menganggap seandainya hal tersebut terjadi pada
realita.
Aku sedang mendeskripsikan tokoh hantu dalam naskahku, ketika aku
harus melihat sesuatu yang tidak kuinginkan terjadi. Jendela kamarku
yang berbatas kaca memantulan keadaan yang sebenarnya. Suara-suara
itu mirip sekali dengan kengerian yang kualami. Lalu di luarnya, aku
menyaksikan secara samar wanita dengan jubah putih dan rambut
tergerai sedang berada di atas genting rumah. Segera saja aku
mematikan laptopku karena aku sudah tidak tahan dengan jiwaku
sendiri. Takut telah merasukiku hingga tidak terasa aku telah mematikan
lampu dengan sangat cepat dan menyibak selimutku dengan napas
menderu. Kupejamkan mata dalam doa yang kupanjatkan agar tidak lagi
menemui kejanggalan esok hari.

Dyah Rahmadhani Saraswati – Mojokerto – 15 – @sarassvvti_

33
Kenangan Mistis

Creepy Stalker

Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Aku terbangun hendak buang
air kecil. Aku memberanikan diri menuju kamar mandi yang berada di
dapur.

Saat hendak kembali ke kamar, samar terdengar suara dari kejauhan.


“Hei.”

Sontak aku menoleh ke arah jendela yang menampilkan halaman


belakang rumah, di mana terdapat sebuah pohon tua yang sudah mati
mengering. Aku terdiam, terpaku menatap sosok wanita bergaun putih
lusuh dengan banyak bercak noda darah dan tanah yang tengah
bergelantungan di pohon itu. Rambutnya yang panjang nan kusut
terurai menutupi sebagian wajahnya. Kepala yang terasa berat serta
pandangan yang tiba-tiba menjadi buram membuatku tidak begitu jelas
melihat wajahnya. Namun satu hal yang kutahu, dia tengah tersenyum
menatap lurus ke arahku.

Setelah malam itu, setiap pukul tiga dini hari, selalu terdengar suara
tangisan dari luar jendela kamarku. Terkadang saat sedang sendirian,
aku selalu merasakan kehadirannya. Seperti penguntit, dia selalu
mengikutiku. Aku memang tidak melihatnya, tapi entah mengapa aku
merasa dia sedang menatapku dengan matanya yang merah serta
senyuman di wajah pucatnya. Entah apa maksud dari kehadirannya dan
entah sampai kapan.

Edwardo Alexander - Sorong - 20 - @edwards109

34
Kenangan Mistis

Sosok Misterius Di Rumahku

Suatu hari ketika aku tidur siang hanya memakai singlet, aku merasa ada
yang mengelus-elus lenganku. Aku pun kaget dan terbangun. Tapi tidak
ada siapa-siapa di kamarku dan kamar dalam posisi terkunci dan tidak
ada siapa-siapa dalam kamar selain aku. Aku pun lanjut tidur karena aku
pikir itu hanya mimpi. Dan ketika tidur lagi, aku merasa ada yang
meggeser rambut yang menutupi mukaku, karena kebetulan aku tidur
dengan posisi miring. Saat itu aku langsung buka mata dan betapa
kagetnya aku ketika aku buka mata dan di depanku ada sosok
menyeramkan dengan mata besar warna hitam seperti sedang
menatapku, namun langsung menghilang begitu saja. Entah itu aku
mimpi atau nyata, tapi aku merasa bahwa itu nyata.

Dan beberapa hari setelahnya, sekitar jam 11 malam, ketika semua


orang telah tertidur, aku bangun dan pergi ke kamar mandi. Ketika buka
pintu belakang, aku lihat keran air di wastafel menyala. Aku pikir ada
yang habis cuci tangan dan lupa matikan keran kembali, jadi aku
matikan kerannya dan masuk kamar mandi. Ketika keluar kamar mandi,
aku kaget karena air keran itu menyala lagi, padahal tidak ada siapa-
siapa.

Ke esokan harinya aku tanya Mama dan adekku, tentang siapa yang
nyalakan keran semalam. Tapi mereka bilang tidak ada yang nyalakan,
bahkan Mama pun juga tidak bangun semalaman.

Hari itu adekku ke sekolah dan Mama ke kantor. Jadi aku sendiri di
rumah. Ketika sedang cuci piring, tiba-tiba aku sosok seperti bayangan
yang lewat di sampingku, bahkan hingga beberapa kali. Dan setelah cuci
piring, aku ke kamar dan aku kaget pas masuk kamar, AC sudah
menyala, padahal sebelum cuci piring aku matikan AC dan buka semua

35
Kenangan Mistis

jendela. Mulai hari itulah aku merasa di dalam rumahku ada sesuatu
yang misterius.

Elda Lai - Nabire, Papua - @_Eldalai

36
Kenangan Mistis

Ayah

Kisah misteri ini dialami salah seorang temanku. Namanya adalah


Reina—nama samaran. Sekarang Reina sendirian di rumah. Ayahnya
tengah bekerja. Dan ibu serta adiknya pergi pulang kampung. Dia
mendengar suara pintu diketuk, namun tidak ada orang ketika dibuka.

Tiba-tiba ada suara pintu dibuka. Ayahnya ternyata telah pulang


bekerja. Ayahnya beres-beres dan bersantai. Saat ayahnya dan dia
tengah bersantai, lampu di teras rumahnya mati.

“Rei, tolong dicek dulu lampu teras. Sekalian dinyalain, ya,” pinta
ayahnya.

Reina mengecek. Namun saat di teras, lampun menyala. Dia kembali


untuk memberi tahu ayahnya. Namun, ayahnya tidak ada dan televisi
dalam kondisi mati. Tiba-tiba ada sebuah pesan WhatsApp yang masuk
dari ayahnya.

Reina, Ayah pulang jam 8, ya. Mau dibawain apa?

Anehnya, Reina tidak bisa ingat, apakah kaki ayahnya menapak pada
tanah atau tidak.

Elizabeth – Tangerang – @Elizabeth84._

37
Kenangan Mistis

Si Merah di Kegelapan Malam

Malam itu hujan turun rintik-rintik. Saat hujan turun di malam hari,
memang waktu yang pas untuk mengisi perut dengan sesuatu yang
hangat, berkuah, dan pedas. Maka dari itu, mama dan papaku pergi
mencari makanan ke luar. Tinggallah aku, kakak, dan nenekku di rumah.

Tidak berapa lama, tiba-tiba listrik padam. Karena tidak ada jaringan
saat listrik padam, akhirnya aku memilih untuk bermain game offline di
telepon pintarku. Kakakku asik menikmati suasana dengan bersantai di
sofa dan memutar lagu di smartphone-nya, sedangkan nenek tidur di
kamarnya.

Di tengah- tengah permainan, ujung mataku terganggu dengan sesuatu


berwarna merah yang berasal dari arah halaman. Apa itu? Ini kan gelap,
kok bisa kelihatan, sih?

Awalnya aku menghiraukannya dan berpikir ada yang salah dengan


pengelihatanku. Tetapi itu justru membuatku malah semakin penasaran.
“Kak, itu apaan sih? Kok ada merah-merah gitu ya? Kakak lihat nggak?”

“Mana? Nggak ada apa-apa tuh. Lagian ini gelap, Dek. Mana kelihatan.
Ngaco aja kamu.” Kakak menimpali.

“Itu Kak, di halaman. Aku lihat jelas kok. Rambutnya panjang gitu,
bajunya merah,” kataku ketakutan.

Kakak hanya bilang kalau dia tidak melihat apa-apa. Akhirnya aku pindah
ke samping Kakak dan tidur memeluknya.

Tidak berapa lama, mama dan papaku pulang membawa beberapa


bungkus mie ayam dan bakso. Saat kami makan bersama, aku

38
Kenangan Mistis

menceritakan kejadian yang aku alami tadi. Aku kaget mendengar


jawaban Mama. Mama bilang, di sana memang ada sosok berbaju
merah berambut hitam, dia adalah penunggu rumah kami.

Aku dan kakak akhirnya saling tatap dan diam.

Elvira Yulia Safitri – Padang – @elvira_yusa

39
Kenangan Mistis

Suara Perang

Saat SMA, aku mengikuti study tour di balai latihan kerja, Malang.
Bangunan tua seperti peninggalan jaman Belanda, menciptakan suasana
mencekam meskipun hari masih siang. Berdasarkan ketentuan, satu
kamar ditempati oleh 10 siswa. Kami diberikan kebebasan memilih
teman sekamar. Hari pertama hanya ada upacara penyambutan, selain
itu kami dibebaskan pergi ke mana saja. Para guru hanya meminta kami
untuk selalu sopan dan dilarang berkeliaran di atas jam tujuh malam.

Aku dan teman-teman sekamar memilih beristirahat. Perjalanan


Lamongan-Malang cukup membuat kami capek, apalagi terjebak macet
4 jam. Saat kami asyik mengobrol dan bersenda gurau, tiba-tiba aku
mendengar sesuatu. Suara orang berperang dari belakang gedung.
Suaranya sangat keras dan mencekam. Terdengar sabetan pedang,
pistol dan teriakan. Aku merasa semua temanku dapat mendengarnya.
Mereka sama denganku memilih diam. Kejadian itu berlangsung cukup
lama.

Saat kami mulai bersekolah aku mulai bercerita tentang hal ini, namun
semua temanku menyangkal mendengar hal yang sama denganku.
Sampai sekarang aku bertanya-tanya, nyatakah yang kudengar saat itu.

Fariska Hurun In - Desa Kalipang Kecamatan Sugio – Lamongan -


@fariska_hi

40
Kenangan Mistis

Siapa di Malam Hari?

Ini adalah sedikit uraian kata tentang cerita mistis yang dialami oleh bibi
dan nenekku. Dikarenakan suara bising ayam betina yang berkokok di
malam hari, yang mengganggu tidur di tengah hari. Ditambah dengan
dinginnya malam dalam suasana pedesaan yang asri dan penuh
pepohonan.

“Bu, bangun, Bu. Berisik sekali ayam di belakang rumah kita. Jangan-
jangan ada yang hendak mencuri ayam betina kita yang sedang
bertelur,” kata bibiku yang bernama Hamidah membangunkan nenekku.

Dengan mata yang sayup-sayup, nenekku bangun dan mendengarkan


suara ayam yang dimaksud oleh bibiku. “Ayo cepat bangun, kita lihat
apa yang terjadi pada ayam di belakang rumah.”

Lantas dengan langkah kaki yang mengendap-endap, nenek dan bibiku


pergi melihat penyebab dari suara bising ayam ternaknya. Nenekku
membuka pintu yang menjadi penghubung antara rumah dan tempat
ayam ternaknya. Terlihat di balik pintu, ada sesosok wanita berbaju
putih dengan rambut panjang duduk di atas tempat bertelur ayam
betinanya. Sosok tersebut duduk dengan membelakangi arah pintu,
sehingga hanya punggungnyalah yang terlihat oleh nenek dan bibiku.

Dengan keberanian dan tanpa rasa takut, nenekku akhirnya berjalan


pelan hendak mendekati sosok tersebut. Namun, baru beberapa
langkah kaki menjauhi pintu tersebut, sosok itu memutar kepalanya dan
menampakkan wajahnya yang teramat menakutkan. Dengan langkah
tergesa, nenekku kembali menuju pintu tersebut dan menyeret bibiku
untuk kembali masuk ke dalam rumah.

41
Kenangan Mistis

BRAKKK!!!

Suara bantingan pintu terdengar keras ketika mereka kembali memasuki


kamar. Segala doa dipanjatkan yang menurut kepercayaan nenekku
pada zaman dahulu yang masih terbilang kental dengan budaya dan
adat istiadat. Tidak sampai berhenti hingga hari di sambut matahari.

Feni Supriyatin (Feniarly) - Cilacap – @feniarly_

42
Kenangan Mistis

Empat Hal

Saat itu jam 3 pagi dan rasanya seluruh tubuhku mau rubuh. Aku
berjalan ke area belakang perkemahan, tempat berbagai peralatan
dapur diletakan. Niat awalnya aku ingin menyembunyikan diri sebentar
dari kepanitian yang tidak berujung ini. Begitu sampai di sana, langsung
kududukan diri dan langsung bernapas terengah-engah.

Awalnya semuanya senyap tidak ada yang aneh. Hanya beberapa suara
jangkrik yang terdengar secara beraturan. Namun suasana itu langsung
berubah sekejap. Suara-suara jangkrik itu menghilang tiba-tiba seperti
ada yang mengusik keberadaan mereka. Aku yang menyadari hal itu
langsung mendongakkan kepalaku dan melihat 4 sosok itu. Sosok
pertama terlihat ramah. Dia duduk di pagar pembatas dan tersenyum
lebar padaku. Sosok kedua berada tidak jauh dariku. Dia hanya berdiri
menatapku penasaran. Sosok yang ke tiga berada di luar pagar.
Kepalanya benar-benar tidak normal dan senyumnya benar-benar
membuatku tidak nyaman. Dan sosok ke empat, dia duduk di dahan
pohon dengan rambut yang menutupi sepertiga wajahnya dan kakinya
mengayun-ngayun perlahan. Langsung kubenamkan wajahku ke lipatan
tanganku dan menghitung mundur dari 10. Begitu hitunganku selesai,
kudonggakan lagi kepalaku dan semuanya kembali seperti semula,
seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Fikri Khaikal Nasution – Padang - 19 - @who.is.fikri

43
Kenangan Mistis

Jin Penjaga

Jam menunjukan pukul 15.30 sore. Aku memutuskan untuk istirahat


sebentar menunaikan ibadah salat ashar sebelum melanjutkan bekerja
kembali. Setelah selesai salat, aku kembali duduk di depan computer,
lebih tepatnya di samping Lastri yang sedang meneruskan pekerjaanku.
Aku lihat dia baru menyelesaikan kurang dari 1 lembar halaman
coreldraw. Aku memutuskan untuk bermain ponselku sebentar. Kulihat
Lastri mengusap keningnya yang berkeringat, padahal suhu di dalam
ruangan tidak terlalu panas.

“Elsi, kamu lanjutin ya ngetiknya,” kata Lastri menyuruhku untuk


melanjutkan pekerjaannya.

Aku heran, padahal 1 lembar halaman saja dia belum selesai. Kulihat dia
sedikit pucat dan dia juga mengaku tadi siang tubuhnya tiba-tiba sakit,
jadi aku lanjutkan saja pekerjaannya.

Saat tengah mengetik, aku melirik sekilas tumpukan beberapa kertas


dan kardus yang ada di sebelah kananku. “ASTAGFIRULLAH!” ucapku
setengah berteriak ketika melihat sosok aneh tepat di samping
tumpukan kertas dan kardus. Sosok aneh tersebut terlihat seperti ular
kobra putih berkepala dua. Matanya yang merah menyala terus melihat
ke arahku. Aku sempat bertanya kepada Lastri, apa dia melihat sosok
aneh tersebut. Lastri menjawab tidak. Namun dia bercerita. Saat aku
sedang salat, beberapa benda di ruang tengah tempatnya berada
bergerak sendiri.

Tiba-tiba saja pandanganku gelap, ruangan komputer yang aku tempati


berganti menjadi hamparan rumput luas. Di depan tempat aku berdiri
ada seorang pria tua dan sosok ular kobra putih berkepala dua tadi.

44
Kenangan Mistis

“Tenang saja, tidak usah takut. Dia hanya tertarik denganmu, Nak” ucap
pria tua tadi. “Aku adalah jin yang punya janji dengan Mbah Haji
Syamsuri untuk menjaga anak turunannya dari gangguan makhluk
seperti dia,” sambungnya sambil menunjuk sosok ular di sampingnya.

Aku ingat, Kakek pernah bercerita kalau keluarganya yang memang


generasi ke-8 Hj.Syamsuri punya jin penjaga. Pria tua itu menjelaskan
kalau sosok itu hanya tertarik padaku yang sedang salat di tempat kerja.
Dia hanya akan memerhatikanku selama beberapa hari dan setelah itu
dia tidak akan menunjukan wujudnya lagi.

Firda Azzahro-Pemalang- @firdaazzahro1605

45
Kenangan Mistis

Ruang Guru di Hari Jumat

Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh kakak kandungku.
Semua berawal pada hari Jumat, di mana hari tersebut merupakan
jadwal piket rutin kakakku tiap minggunya. Awalnya biasa saja,
membersihkan kelas seperti biasa. Tetapi pada waktu itu kakakku
mendapat giliran untuk meletakkan perabot kelas, seperti absen dan
spidol ke meja wali kelasnya yang berada di ruang guru lantai 2.

Ketika sampai di lantai 2, sebelum masuk, kakakku mengintip jendela


ruang guru untuk melihat sekilas keadaan ruangan. Untuk memastikan
masih ada guru yang belum pulang atau sudah kosong. Ketika kakakku
mengintip, dia melihat ada seorang guru perempuan berambut panjang
dan memakai baju berwarna pink sedang berjalan ke belakang.
Kemudian kakakku masuk ke dalam ruang guru itu. Tetapi ketika masuk,
ternyata ruang guru tersebut kosong. Kakakku melihat dengan jelas seisi
ruangan untuk memastikan dan ruang guru itu memang kosong dan
masalahnya pintu untuk keluar masuk dari ruangan tersebut hanya satu
pintu dan tidak ada satu orang pun yang dari tadi melintasi pintu itu.

Kakakku mulai panik dan ketakutan, lalu berlari turun. Ditambah


suasana sekolah yang sudah sore dan sepi benar-benar membuat
kakakku semakin panik. Kakakku benar-benar trauma hingga sekarang.
Dia menjadi agak sedikit takut bila masuk ke ruang guru sendirian,
terutama bila keadaaan sedang sepi.

Firly Pricilla - Jambi - @firlypricilla

46
Kenangan Mistis

Hilangnya Tali Pocong

Ini sebuah kisah nyata yang dialami oleh kerabat jauh saya yang menjadi
korban dari pesugihan. Anggap saja namanya adalah Suryati. Dia bekerja
sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah mewah. Majikannya
adalah pengusaha meubel yang sangat sukses. Tapi hal yang aneh dari
rumah itu, beberapa pekerja rumah meninggal secara tidak wajar. Ada
yang meninggal tersetrum saat membuka air keran dan salah satunya
adalah Suryati.

Pada suatu hari Suryati diajak ke suatu daerah luar kota. Ketika dia
bertanya mau ke mana kepada si majikan, si majikan menyuruhkan
untuk ikut sala.

Akhirnya mereka bergoncengan mengendarai sepeda motor. Lalu di


tengah jalan Suryati mengalami kecelakaan ditabrak bus dan meninggal.
Mungkin terdengar biasa, namun hal yang aneh adalah mengapa sang
majikan tidak mengalami luka sedikit pun. Bahkan si majikan pulang
dengan selamat. Ketika ditanya, si majikan mengelak kalau dia tidak
tahu Suryati jatuh.

Keganjilan ini belum selesai sampai di situ. Saat pemakaman, ibuku


membantu mengafani jenazah. Hal yang aneh terjadi, waktu itu dengan
jelas tali pocong ada tiga buah, namun ketika akan ditalikan ke jenazah,
tali tersebut tiba-tiba hilang tersisa dua. Orang-orang yang ikut
mengafani jenazah kebingungan mencari, sambil membaca istighfar
karena mereka sadar kematian ini bukanlah hal yang wajar.

Hantihyun – Pasuruan – @han_2097

47
Kenangan Mistis

Nobar Bersama Kunti Stalker

Sore itu selepas kantor, saya lekas pulang demi menonton pertandingan
bola klub favorit saya di TV. Pukul 17:30 pertandingan mulai dan saya
sudah duduk manis di depan TV bersama cemilan dan kopi. Namun
mungkin karena kecapaian dari kantor, dalam 15 menit pertama saya
malah jatuh tertidur di sofa. Saya terbangun karena teriakan gol dari
komentator TV. Saya lihat sudah pukul 18:45, di mana hari sudah gelap
dan saya belum sempat menyalakan lampu mana pun di rumah.
Penerangan saat itu hanya hari cahaya televisi saja. Saat remang-
remang itulah saya merasakan ada keberadaan sosok lain di ruangan ini.
Dan saya ingat, saya home alone hari itu. Saya melihat ada sosok wanita
berbaju putih lusuh dan berambut panjang acak-acakan seperti
kuntilanak. Dia duduk di sofa yang sama dengan saya. Saya di ujung kiri
dan sosok itu di sisi kanan.
Mbak Kunti itu duduk tenang di tempatnya, seakan menemani saya
nonton. Namun anehnya dia menunduk dan bukan melihat ke TV. Di
antara takut, panik dan deg-degan, saya mencari strategi untuk kabur.
Celakanya untuk menyalakan lampu atau keluar dari rumah, saya harus
melewati si Mbak Kunti. Maka pilihan saya adalah balik badan dan naik
ke lantai atas. Maka pelan-pelan saya bangkit dan berjalan menuju
tangga walau tanpa penerangan. Saat menaiki tangga, saya mendengar
suara kain diseret di belakang saya.
Sret! Sret!
Dengan ekor mata, saya lihat si Kunti berbaju lusuh itu ikut menaiki
tangga tepat di belakang saya. Jantung saya emakin kencang berdegub.
Sialnya tangga rumah saya cukup tinggi, pakai belok pula. Rasanya itu
naik tangga terlama buat saya. Untung saya ingat, di ujung tangga lantai
atas ada steker lampu. Setelah sok cool naik tangga tanpa panik, saya
segera meraih steker dan menyalakan lampu lantai atas. Saya cek ke
belakang, si Kunti stalker itu sudah menghilang. Saya lega walau masih
gemetaran.

48
Kenangan Mistis

Malam itu saya tidur dengan semua lampu di rumah saya menyala
sampai pagi.

Haruming S. Saraswati - Jakarta Selatan - @kelanasaras

49
Kenangan Mistis

Sepi Tapi Ramai

Kini udara dingin mulai menusuk tulang-tulangku. Apalagi senja


sudah berpamitan dan berganti malam. Suasana perdesaan memang
tidak seramai perkotaan. Rumahku memang di area persawahan.
Sekitar 2 km adalah jarak antara rumahku dengan perbukitan.

Seperti biasa, aku terbangun di tengah malam dan mendengar suara itu
lagi. Logika menepis fakta itu. Kanan rumahku adalah bangunan yang
tidak berpenghuni dan seluruh keluargaku terlelap tidur. Lalu siapa laki-
laki yang bersuara tidak jelas kemudian berganti dengan suara burung?

Tidak ada yang memelihara burung. Suara aneh itu ada di halaman
kanan rumah. Aku mencoba tidur dan akhirnya tertidur dengan
setumpuk pertanyaan yang entah ada jawabannya atau tidak.
Terbangun lagi. Ya … ini sungguh menjengkelkan,” umpatku.

Di jam yang tidak tepat, aku selalu kebelet pipis. Dan kenapa kamar
mandi dengan rumahku terpisah? Aku harus ke belakang rumah untuk
menuju ke tempat penyetoran urin. Sampainya di kamar dan mencoba
tidur lagi, tiba-tiba puncak keanehan itu terdengar. Telingaku benar-
benar mendengar ramainya sebuah pesta. “Mana ada pesta di jam
segini, ini sudah begitu larut dan tabuhan gamelan itu?” kataku sambil
berpikir sejenak.

Suara yang terdengar semacam pesta rakyat, seperti berdendangnya


tabuhan gamelan. Suara itu berasal dari perbukitan. “Sudah cukup, ini di
luar nalar, perbukitan itu adalah tempat yang begitu sepi. Tidak
mungkin ada keramaian. Atau jangan-jangan memang benar ada. Tidak
… tidak!” ucapku dengan tangan menutup kedua telingaku.

50
Kenangan Mistis

Siapa yang tidak panik dengan kejanggalan seperti ini. Segera aku
berdoa untuk kembali tidur, berharap esok adalah hari yang paling
cerah dan melupakan apa yang telah terjadi.

Hawa Ayom Ilavi – Blitar - @hawaayom

51
Kenangan Mistis

Teman dari Keraton

Dua hari yang lalu aku pergi ke Keraton Jogja bersama Ayah. Aku
berpetualang di sana dengan sangat antusias. Bahkan aku mendapatkan
teman baru yang boleh kubawa pulang. Tentu saja Ayah yang
mengizinkan.

Hari ini petang sudah datang, azan magrib sudah berkumandang, tetapi
aku masih ingin bermain petak umpat bersama teman. Saat ini tugasku
berjaga. Aku mencoba memeriksa ruang tamu, tetapi tidak kutemukan,
padahal sudah kutelusuri setiap sudut.

Lalu aku mendengar suara mamaku. “Bimo, ayo makan malam dulu.
Jangan bersembunyi di balik gorden dong.”

Langsung saja kuhampiri Mama. Suaranya terdengar dari dapur.


“Mama, dia nggak makan. Dia nggak makan nasi, dan juga dia itu bukan
Bimo!” kataku dengan volume suara agak tinggi.

Tentu saja mamaku tersentak. “Eh... terus dia siapa, La?” tanyanya
heran dengan wajah mulai pucat.

“Dia itu teman!” ujarku bersemangat.

Tepat setelah aku bilang begitu ke Mama, temanku tersebut langsung


keluar dari balik gorden menuju tembok di sebelah kanan kami,
menembusnya dengan mudah. Aku langsung berlari mengikutinya,
berniat menembus tembok, tetapi aku malah menabrak tembok. Aku
jatuh terduduk, kepalaku terasa berdenyut, dan pantatku terasa panas.
“Teman curang! Aku nggak bisa nembus tembok!” protesku.

52
Kenangan Mistis

Mama panic. Dia berlari mengambil telepon—berniat menghubungi


Ayah.

Setelah kejadian itu, aku yang ternyata punya indera ke enam langsung
ditutup. Selama dua hari aku menangis, bertanya-tanya tentang
keberadaan temanku yang sudah tidak lagi menemaniku bermain.

Helai Sunyi-Yogyakarta-@n_rainsleep

53
Kenangan Mistis

Dekat

Hening adalah kata yang cukup mewakili suasana kali ini. Aku terusik
dalam tidur. Kupikir kesadaranku belum kembali hilang karena kedua
netraku yang tertutup bisa melihat objek di depanku. Posisi tidurku yang
menyamping membuatku bisa melihat dengan jelas warna tembok
kamar yang sudah memudar dan terkelupas itu. Namun bukan itu yang
membuatku tidak nyaman. Ketika mata yang kukira sudah terpejam itu
ternyata bisa dengan jelas melihat objek tersebut. Kupikir aku
bermimpi, dan dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk tersadar.
Namun nihil. Mataku sukar untuk kembali terbuka. Hal yang sama
terjadi pada ragaku yang mendadak sulit untuk digerakan juga. Aku
panik, terlebih untuk pertama kalinya aku bisa melihat wajah buruk rupa
yang memang tidak begitu jelas dengan rambut terurai panjang tepat
berada di depan wajahku. “Astagfirullahaladzim!”

Entah terucap di bibir atau sekadar dalam hati, mataku akhirnya bisa
terbuka sepenuhnya. Hal pertama yang kulihat adalah tembok dingin
dengan cat tua terkelupas persis seperti tadi. Jantungku berdegup
kencang. Peluh sudah membasahi tubuhku. “Jam 2 dini hari,”
gumamamku dengan suara parau saat melihat jam.

Segera kuambil air wudu dan bertahajud. Mungkin mimpi tadi adalah
pengingat untuku agar mendekatkan diri kepada-Nya.

Hellin Crown - Kuningan - @helincrwn

54
Kenangan Mistis

Dendam Cinta

“Katanya, Bu Ratna itu dijaili sama orang yang dulu cinta mati tapi
ditolak sama dia. Kayak di santet gitu. Kalau sudah kambuh, dia nggak
bisa lihat apa pun. Bukan karena buta, tapi karena setiap yang dia lihat
itu jadi seram. Lihat kasur, di bawahnya ada ribuan ulat bulu. Lihat
manusia, kayak lihat hantu. Pasti tersiksa itu,” jelas Mak Sum—
tetanggaku yang juga sama-sama baru saja keluar dari rumah Bu Ratna.
“Saat diobati, akhirnya ketemu barang-barangnya. Ada kulit harimau,
ada rambut panjang, ada tanah kuburan, bahkan buli-buli,”
sambungnya. “Buli-buli itu barang seperti kendi kecil sarangnya jin,”
tambah Mak Sum seolah tahu pertanyaan dalam benakku.

Aku hanya mangut-mangut mendengarkannya bercerita pada para


tetangga, termasuk aku yang masih berusia muda. Aku cukup mengerti
arah pembicaraan orang tua ini. Pasalnya, Ulfa—teman sekelasku yang
merupakan anak Bu Ratna sering menceritakan keadaan ibunya sambil
menangis.

“Hampir seperti orang gila, Ibuku. Tidak kuat aku melihatnya seperti
itu,” kata Ulfa beberapa minggu lalu sambil tersedu.

Lantas aku memeluk dia yang kemudian menceritakan banyak kejadian


janggal di rumahnya. Seperti bercak darah misterius, pintu yang terbuka
dan tertutup tiba-tiba, keran air yang menyala, suara tangisan, bahkan
suara orang tertawa. Dan tentunya masih banyak lagi hal yang terjadi di
luar logika.

55
Kenangan Mistis

Di sini aku hanya bisa turut prihatin atas musibah aneh yang menimpa
keluarga Bu Ratna. Hanya karena dendam cinta, nyawa dan kebahagiaan
banyak orang direnggut begitu saja.

Hilma Hasanah – Subang – @hilmahasanah05

56
Kenangan Mistis

Sosok Berkain Putih

Aku terus berlari melewati sekolah dan rumah-rumah warga. Berharap


dia tidak lagi mengejarku. Aku tidak tahu, dari mana dia datang. Kakiku
mulai lelah, tapi aku tidak berani untuk berhenti. Sosok tinggi berbalut
kain putih yang kumal dan bau dengan setiap sisi lekuk badannya
terikat. Dia tidak bisa berlari, tapi satu lompatannya sama dengan
kecepatan lariku sekuat tenaga.

Keringat dan air mata jatuh beriringan. Berteriak, tapi rasanya


tenggorokanku seperti dihalang sesuatu,tidak dapat keluar. Aku sudah
terlalu lelah. Kakiku serasa mati. Hingga saat aku benar-benar tidak lagi
mampu berlari, aku terjatuh dan memejamkan mata yang sudah basah.
Bau busuk yang menyengat. Dia sudah di hadapanku. Aku ketakutan.
Tubuhku menggigil, napasku sesak dan dadaku terasa nyeri.

Perlahan aku membuka mata, ternyata semua ini mimpi buruk. Keringat
di tubuhku sudah berserakan di kasur. Napasku tersengal-sengal.
Tenggorokanku terasa sangat kering. Kulihat jam dinding yang
berdentum mengisyaratkan masih pukul 2 pagi. Aku tidak dapat
menahan kegelisahan tenggorokan ini.

Aku mengambil air lalu minum. Belum segar tenggorokanku, telingaku


mulai diusik oleh suara yang terdengar samar-samar. Kulihat sekeliling,
tidak ada yang terbangun selain diriku sendiri. Perlahan aku cari sumber
suara itu. Langkah demi langkah, akhirnya mengarahkanku ke depan
pintu keluar. Rumahku terletak di bagian paling ujung, sawah
membentang di samping, dan di depan kali kecil mengalir santai. Dari
balik jendela bertirai, kulihat seseorang sedang duduk di atas pot bunga
berukuran menengah milik mama, yang masih belum ditumbuhi
tanaman. Suaranya semakin terdengar jelas. Tersedu-sedu. Berbalut

57
Kenangan Mistis

kain putih dengan rambut terurai panjang. Tidak lama aku memandangi
dengan heran, dia melihat ke arahku sambil tersenyum. Wajah yang
cantik dan bersih. Hingga akhirnya aku menyadari, dia bukanlah
manusia. Entah hantu, setan atau jin. Aku berpura-pura tidak melihat
lagi dan pergi ke kamar melanjutkan tidur.

Malam yang melelahkan. Aku terkadang masih tidak percaya. Apakah


itu benar adanya atau sekadar imajinasiku? Karena antara mimpi dan
kenyataan sama-sama samar dan penuh khayalan.

(Indah Widya Sari-Padang-@Rangminang.iws02)

58
Kenangan Mistis

Dia

Aku rasa, semenjak hari itu, hari di mana aku bertemua dia yang
seharusnya tidak aku temui. Kami bertemu saat aku baru pertama kali
masuk ke sekolahku yang baru. Ya, aku anak pindahan, karena aku
dengan orang tuaku pindah ke kota. Entah dia wanita atau bukan, baju
panjang putih dan rambut panjang lurus menutupi sampai lutut. Tapi
ada yang aneh. Kaki itu terbalik. Aku pikir itu hanya halusinasiku saja.
Tapi sepertinya tidak. Setiap aku berjalan ke mana pun, aku rasa dia ada
di depanku, menatapku tepat di depan wajahku. Bahkan saat aku
bercanda dengan teman-temanku, aku rasa dia ikut tertawa bersama
kami.

Suatu waktu, aku sedang belajar sambil mendengarkan penjelasan dari


guru ku. Seperti siswa normal yang lain, mataku mulai terasa berat.
Mataku melihat ke sana kemari untuk menghilangkan rasa kantukku ini.
Eh, tapi sepertinya aku melihat kaki itu tepat di bawah meja guruku. Aku
langsung mengalihkan pandanganku ke arah papan tulis. Kantukku
hilang seketika itu. Saat aku menoleh untuk memastikan kaki itu tidak
ada lagi. Tapi sayangnya kaki itu masih ada dan aku tahu persis posisi
hadap itu. Aku rasa dia mengikutiku. Mungkin karena hari itu. Jika
waktu bisa diulang, aku tidak akan mau bertemu dia. Mungkin aku akan
mengambil jalan lain.

Apa kalian percaya hantu? Aku yakin tidak, sama seperti aku. Tapi mau
bagaimana, mereka ada di dekat kita. Seperti dia yang selalu ada.

Indri Dayu Safitri – Palangka Raya – @indridayus_

59
Kenangan Mistis

Laboratorium

Azan magrib telah berkumandang. Dengan bergegas aku mengambil


wudu dan salat di salah satu lab yang kosong karena kampusku cukup
jauh untuk ke musalah. Saat rakaat pertama, semua masih biasa-biasa
saja, tidak ada yang menganggu kekhusuanku. Tapi ketika rakaat
terakhir, ada suara anak kecil terdengar sangat nyata. Aku pun semakin
mengkhusukan salatku. Dan saat sujud, ada tatapan tajam menatap ke
arahku dari bawah meja dengan senyum yang lebar.

Intan Kartika Kusdianti – Sumedang – @ikrt0

60
Kenangan Mistis

Tek! Tek! Tek!

Rumahku adalah rumah yang bangunannya setengah permanen, artinya


hanya setengah yang menggunakan batu bata dan semen, selebihnya
adalah susunan kayu yang disusun sedemikian rupa dan dilapisi papan
pipih sehingga menyerupai tembok. Rumahku tidak memiliki plafon
seperti rumah orang-orang kebanyakan. Maklum, keluargaku bukanlah
keluarga berada.
Kalian pernah mendengar setan tek tek? Ya, aku pernah diganggu
olehnya. Anehnya kejadian itu tidaklah terjadi di tengah malam seperti
adegan di film-film horor. Kejadian itu terjadi sekitar pukul delapan
malam saat Aku dan ayahku sedang menonton acara di televisi.
Saat hening dan disertai angin masuk ke dalam rumah, kupikir itu hal
biasa yang terjadi di rumahku yang memiliki banyak celah untuk angin
masuk ke dalam. Tetapi ternyata berbeda. Setelah embusan angin
berhenti ,tiba-tiba saja muncul suara tepat di atas genteng rumah kami
dan kupastikan dengan mata kepalaku sendiri, bahwa tidak ada apa pun
di sana. Suara itu sangat nyata dan terdengar begitu jelas.
Tek … tek … tek … tek … tek.
Beberapa detik jeda, lalu suara itu muncul kembali.
Tek ... tek … tek … tek.
Aku terhenyak sesaat dan kutatap wajah ayahku yang mengiyaratkan
sesuatu terjadi tepat di atas genteng kami. “Itu setan Tek Tek,” lirihnya.

Ishaq Robin – Jakarta – @ishaqrobin

61
Kenangan Mistis

Tamu Tak Diundang

Saat itu terjadi ketika aku sedang santai menonton televisi sendirian di
rumah Nenek yang sedang pergi. Aku mengeraskan volume televisi agar
tidak merasa kesepian.

Tok! Tok! Tok!

Aku pikir seseorang datang berkunjung. Dengan malas, aku beranjak


dan membuka pintu. Namun tidak ada siapa pun. Aku juga baru
menyadari kalau di luar sedang hujan deras. Aku tidak berpikir macam-
macam dan langsung menutup pintu. Belum jauh dari pintu, aku
mendengar suara ketukan lagi. Untuk kedua kalinya, aku membuka
pintu. Sayang sekali, masih tidak ada siapa pun di sana. Aku kembali ke
ruang keluarga untuk menonton televisi. Aku mengeraskan volumemya
karena suaranya hampir tidak terdengar. Hingga aku mendengar suara
yang lain.

Kreeek!

Aku menengok ke arah belakang. Kursi hijau itu bergeser. Jantungku


semakin berdegup kencang. Derasnya hujan membuat suasana
mencekam. Hanya suara guntur yang mampu memecah kesunyian.
Pandanganku beralih ke arah televisi karena volume suaranya yang
mengecil. Lebih parahnya lagi, saluran televisiku berubah.

Aku terdiam. Beberapa detik kemudian, aku mematikan televisi dan


memutuskan untuk tidur lebih cepat. Bahkan, aku lupa mengunci pintu
dan tidak berniat untuk melakukannya. Yah, lagi pula siapa juga yang
mau bertamu di tengah derasnya hujan begini.

(Isnana – Cepu – @lubbock_ina)

62
Kenangan Mistis

Hantu Penunggu Kos

Aku merebahkan badanku yang lelah setelah kerja kelompok. Ditambah


kos sedang sepi. Kebetulan di depan kamarku ada tangga, karena kos
yang kutinggali dua lantai.

Saat hendak memutuskan untuk tidur, aku melihat jam sudah pukul
01:00 dini hari. Aku mendengar ada langkah kaki tengah menaiki tangga.
Pikirku itu Mbak Iwed yang pulang kerja. Mengingat kamarnya ada di
atas. Namun fikiran itu berubah saat langkah kaki itu berubah menjadi
suara orang yang seperti sedang kejar kejaran disusul suara cekikikan.
Dalam hati masih mencoba berpikir positif. Mungkin Mbak Iwed lagi
bercanda sama temanya. Ahirnya aku memaksa untuk tetap tidur. Tapi
suara itu malah tambah keras, lalu aku memberanikan diri keluar untuk
menegur. Tapi anehnya saat aku membuka pintu tidak ada siapa-siapa.

Aku coba menaiki tangga. Kamar Mbak Iwed juga terkunci. Dengan
jantung yang deg-degan karena takut, aku pun turun dan kembali ke
kamarku. Namun baru saja aku menutup pintu, suara orang kejar-
kejaran itu muncul lagi. Aku yang ketakutan setengah mati mencoba
menghubungi temanku untuk datang menjemput. Sesaat suara kejar
kejaran itu berhenti. Namun setelah temanku mengiyakan kaerna
kawatir denganku, suara itu muncul lagi. Tapi bukan lagi kejar-kejaran,
tapi seseorang yang sedang menggedor paksa pintu kamarku. Karena
sudah tidak kuat lagi, daripada hantunya yang masuk, mending aku yang
keluar. Akhirnya aku keluar dari kamar dan berlari sekencang
kencangnya. Untunglah di depan sudah ada temanku yang menunggu.

63
Kenangan Mistis

Malam itu ahirnya aku tidur di rumah temanku, dan dua hari setelahnya
memutuskan untuk pindah kos.

Jizella Delero – Blitar – Jizel_delero

64
Kenangan Mistis

Subuh

Ketika Subuh memanggil, segeralah laksanakan salat.

Azan subuh yang berkumandang di masjid pesantren, membuatku


terburu-buru menuju asrama selepas program bahasa yang kuikuti.
Teman-temanku pun sudah bergegas menuju masjid saat aku baru saja
sampai di pintu asrama. Lantas, aku langsung menyusul mereka. Namun
baru beberapa langkah, aku terhenti. Apakah harus melaksanakan salat
jamaah di masjid?

Entah apa yang merasukiku, malah aku bersembunyi di belakang asrama


yang berbatasan langsung dengan rawa-rawa dan hutan perkampungan.

Iqamah yang sayup-sayup terdengar menandakan salat subuh secara


berjamaah akan segera dimulai. Tepat pada saat itu, mataku tidak
sengaja melihat bayangan putih dari arah rawa-rawa. Bukan hanya satu
melainkan tiga. Kupikir itu mungkin hanya embun pagi yang terlihat
seperti kabut.

Aku mengusap wajahku sekali, kemudian memastikan lagi


penglihatanku. Betapa kagetnya aku saat ke tiga bayangan itu melayang
mendekat dan kulihat dengan jelas bahwa itu adalah … pocong.

Diikuti bau anyir yang seketika menyeruak indera penciumanku. Ingin


rasanya aku berteriak, tapi suaraku tercekat. Dengan sekuat tenaga aku
berlari ke masjid sambil mengucapkan istighfar berkali-kali.

65
Kenangan Mistis

Aku tidak tahu, apa pocong itu mengikutiku atau tidak. Namun, begitu
sampai di masjid, aku langsung menuju shaf terakhir kemudian
mengikuti salat subuh berjamaah. Dan semenjak saat itu, aku trauma
untuk meninggalkan salat subuh.

Devi Juliyanti / Kimijuliaaa - Jakarta Selatan.- @ kimijuliaaa.

66
Kenangan Mistis

Kembang wangi bocah tua

Setelah putusnya hubungan kakakku dengan pacarnya, hari itu terlihat


sayup di wajahnya. Seperti sangat sulit melupakannya. Membuatku
berpikir berbagai macam tentang wanita mantan pacarnya. Hari-hari
dilaluinya dengan keadaan yang hambar di hidupnya. Yang kulihat
dengan hati dan mata kepalaku sendiri sebagai wanita, setelah
terjadinya peristiwa itu, aku merasakan kejadian-kejadian janggal yang
mengitari kamar kakakku.

“Kok wangi banget, ya?” tanya Bapak di pagi hari.

“Halah, mungkin juga parfum,” kataku singkat.

Tidak disangka, setelah beberapa hari, aku merasakan sendiri yang


mungkin telah dialami Bapak. Ketika malam yang sunyi sekitar pukul
03.00 WIB, aku terbangun dan ke kamar mandi melewati kamar kakakku
dan aku mecium aroma kembang yang sangat sulit d jelaskan. Aroma itu
sangat menyengat hingga pikiranku kalut berkeliaran. “Gila! Baunya
siapa sih? Pagi gini udah wangi banget,” gerutuku.

Kejadian tersebut aku lalui dengan cuek. Hingga suatu hari, setiap aku
berada di dapur dekat kamar kakakku, aku merasakan aroma wangi
yang sama dengan rasa merinding yang sangat kuat. Aroma itu hingga
saat ini masih teringiang di otakku. Beberapa kali kucium bau aroma
wangi kembang yang sangat pekat, hingga kakakku juga bertanya tanya
tentang aroma yang selalu mengitari area kamarnya.

Setelah peristiwa wewangian tersebut terjadi, kejadian baru lagi


menyapaku sendiri di rumah. Ketika sore sedang hujan deras di luar,
ibuku akan pergi keluar rumah dan aku tidak sengaja melihatt kaki yang

67
Kenangan Mistis

sangat kecil dan pucat seperti kaki bayi yang sedang berlari dari kamar
kakakku menuju arah dapur. Sontak matakku melotot dan otakku
kembali mengingat-ingat yang terjadi.

Rasannya ingin kuceritakan pada semua orang yang ada di rumah.


Namun setiap kali kuceritakan, ada saja yang memotong pembicaraan
yang membuatku lupa akan hal tersebut. Misteri tersebut kulupakan
dengan paksa dan sedikit sulit.

Namun peristiwa aneh lagi menyapaku kini di malam hari. Aku yang
sedang asyik menonton dan bermain ponsel di ruang tengah. Dengan
posisi duduk menghadap kamar kakakku yang pintu kamarnya sedikit
terbuka, ditambah mataku sedikit berbalut rasa kantuk.

Tidak sengaja aku melirik kamar kakakku dan aku melihat seorang ibu-
ibu yang sudah tua duduk di kasur kakakku. Aku melihat itu lebih dari
satu detik dan aku melongo melihat itu. Kuucapkan doa dan aku sedikit
tersadarkan.

Lalu setelah kejadian-kejadian tersebut, aku lebih berhati-hati dalam


berucap.

( Kristi Listianingrum – Yogyakarta – @kristilistia_ )

68
Kenangan Mistis

Halo

Seorang gadis kecil duduk di depan komputer pribadinya tengah


bermain permainan online yang kala itu menjadi favoritnya. Sesekali ia
bersenandung, mendengungkan lagu-lagu pop yang sedang naik daun
pada zamannya. Gadis itu duduk sendirian di ruangan yang hanya diisi
oleh sebuah meja dan perangkat komputer lengkap.

Ayahnya sedang bekerja di sebuah perusahaan swasta sejak dua jam


lalu. Sedang ibunya, baru pulang dari melayat di rumah tetangga dan
langsung tidur di kamar yang terletak di belakang ruangan yang di
tempati gadis itu.

Gadis itu melirik ke kiri, di mana lubang pintu tertutup oleh gorden
hijau. Tubuhnya menegang, keringat dingin mengalir di dahinya. Sebuah
bayangan berbentuk tubuh manusia berwarna hitam pekat berdiri di
balik gorden, melambaikan tangan kanannya padanya. Bulu romanya
berdiri, mengingat tidak ada orang lain selain ibunya dan dirinya di
rumah itu. Dan satu hal yang pasti, bayangan itu tidak menapakkan kaki.

Laksita Adelia - Sleman - @dch16_

69
Kenangan Mistis

Friday Night

Malam Jumat pukul 23:58 WIB.

Aku dan Mbak Rie keluar dari kamar. Kami mengintip dari lubang kecil di
dekat pintu. Kami melihat Black—kucing milik Mbak Rie. Lalu Mbak Rie
membuka pintu agar Black masuk ke dalam rumah. Saat itu kami
mendengar suara tangisan seseorang. Aku dan Mbak Rie bersikap biasa
saja seolah tidak merasakan apa pun. Kami melirik sekeliling tidak ada
siapa pun kecuali Black yang sedang duduk di samping pondok. Kami
tidak tahu jika saat itu waktu menunjukkan pukul 00:00. Suara-suara
pun mulai terdengar, mulai dari suara ayam yang berkokok, suara katak
dan kami juga mendengar suara orang tertawa. Untungnya, kami tidak
melihat apa-apa di luar. Tubuhku sedikit gemetar dan aku juga merasa
sedikit takut. Karena sebelumnya aku sangat jarang sekali mendengar
suara-suara yang cukup menakutkan bagiku.

(Lastari – Palembang - @lastari.tr)

70
Kenangan Mistis

Yang Kami Simpan Sendiri- sendiri

“Eh, kok bau tahi sih?” Rea beranjak dari duduknya sambil menutup
hidung.

Aku mencoba menajamkan indra penciuman. “Bau kapur barus,” kataku


deraya tertawa.

“Mana ada bau kapur barus begini bau?” Hedi menimpali. Dia
membenarkan perkataan Rea.

Tidak ada percakapan lagi. Masing-masing sibuk dengan laptop yang


sudah terkoneksi dengan jaringan wifi kampus yang menjadi andalan
anak kos ketika kuota mulai sekarat. Tidak peduli waktu yang terus
merangkak menuju puncak malam. Lupa memperhatikan, betapa
menyeramkan pohon beringin besar yang tumbuh lima meter di
samping gazebo tempat kami duduk menikmati hak sebagai mahasiswa.

Sudah sampai di tiga puluh menit menuju puncak malam. Ika—teman


satu kos datang bersama kekasihnya membawa makanan yang
menambah betah berlama-lama di gazebo kampus yang memiliki
jaringan penuh wifi itu.

“Pulang, yuk?” ajak Wahyu—kekasih Ika yang sejak datang hanya


berbaring. Padahal belum sepuluh menit sudah mengajak pulang.

Sampai di kos, semua lansung mengambil posisi tidur dengan lampu


dimatikan.

“Sebenarnya, ada yang berdiri di samping pohon beringin itu. Wahyu


pusing karena tidak bisa menahan bau busuk dari mahluk itu,” kata Ika.

71
Kenangan Mistis

Tepat setelah Ika menyelesaikan kalimatnya, lampu yang sudah


dimatikan tiba-tiba menyala kembali. Lalu suasan menjadi senyap. Kami
berpura-pura tidur dalam ketakutan dan menyimpan apa yang terjadi
malam itu sendiri-sendiri.

Leni Mahayani – Lombok Tengah – @le_pluviophile

72
Kenangan Mistis

Siapa yang Berbicara?

Kisah ini dialami oleh ibuku saat waktu menunjukkan pukul 03.00 dini
hari. Ibuku memang terbiasa bangun sepagi itu. Karena masih ada
waktu, Ibu menyempatkan diri untuk melaksanakan salat malam. Seusai
itu, sambil menunggu waktu Subuh, Ibu keluar dari tempat salat dan
berjalan menuju ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan
dimasak untuk sarapan.

Tiba-tiba Ibu mendengar suara seseorang. “Hhhmm … entahlah.


Mungkin tetangga sebelah juga sudah bangun,” kata ibuku. Ibuku
memang sedikit tidak percaya dengan hal seperti itu dan selalu
mengalihkan pikirannya dengan memikirkan hal-hal yang positif.

Kemudian suasana kembali hening. Tidak lama kemudian, suara itu


kembali terdengar dengan sangat jelas tepat dari balik tembok dapur.
Jika awal tadi Ibu hanya mendengar suara seseorang, kini Ibu
mendengar suara dua orang yang sedang bercengkerama. Bahkan kata
Ibu seperti orang sedang bergosip bahkan sampai tertawa juga.

“Siapa sih yang jam segini udah gosip kayak gitu?” tanya Ibu dengan
suara yang lirih.

Sebenarnya Ibu ingin membuka pintu dan keluar untuk memastikan.


Tapi Ibu tidak begitu berani. Akhirnya, sebisa mungkin Ibu membaca doa
dan kemudian berkata dengan setengah berteriak, “Kalian siapa? Masih
jam segini sudah ngobrol sampai tertawa seperti itu. Kalau mau ganggu
jangan di sini!”

73
Kenangan Mistis

Setelah itu, suara misterius itu tidak lagi terdengar sampai sang fajar
tiba.

Lucky Audrylya Mahatan – Kediri – @luckyaudrylya

Sate tengah malam

Suatu malam di perumahan di kota Semarang, tetangga saya pernah


mengalami kejadian aneh. Beliau biasanya duduk sambil merokok di
depan rumah sekitar pukul satu atau dua malam. Tapi berbeda kali ini,
saat beliau sedang duduk santai sembari merokok dan bermain gadget,
beliau mendengar suara lonceng penjual sate. Namun suasanannya
berbeda. Terasa lebih dingin dan mencekam. Beliau kira itu tukang sate
yang memang malam itu sengaja lewat di perumahan itu sebelum
pulang ke rumah.

Hingga suara itu semakin mendekat, beliau merasa lapar juga. Akhirnya
beliau memutuskan untuk memanggil tukang sate itu dan berniat
membeli satenya. Karena merasa kasihan jam segitu masih saja
berjualan, bahkan hingga perumahan yang notabene sudah sepi di jam-
jam seperti itu.

Saat beliau membuka pagar dan melihat ke arah tukang sate tersebut,
beliau baru sadar, semua lengkap dari bawah ada celana, kaos, dan
gerobaknya yang masih penuh dengan sate. Tapi beliau kaget sekaget
kagetnya, tukang sate ini tidak memiliki kepala. Mendadak dingin dan
bergemetar tubuh beliau. Beliau langsung lari terbirit-birit ke dalam

74
Kenangan Mistis

rumah. Dan sejak saat itu beliau tidak pernah lagi merokok di luar
terutama di jam-jam tengah malam.

Biodata :

Muhammad Nur Syamsuddin – Semarang – @m_nur_s

Sareupna

Pada suatu sore, kurang lebih jam 17.30, Bi Lilis dikejutkan oleh si
Dudung—anak tetangganya yang dia temukan tertidur di tengah jalan
menuju pulang ke rumahnya. Singkat cerita, Bi Lilis teriak minta tolong,
lalu si Dudung di bawa pulang. Waktu Pak Ustad datang memberikan air
dan doa, sampai Pak Ustad pulang pun si Dudung belum sadar juga.
Namun, Pak Ustad sebelumnya mengatakan, bahwa kemungkinan
besar, anak ini habis lihat sesuatu yang mengerikan. Sabangsaning
lelembutan. Semacam makhluk halus.

Setelah kurang lebih satu jam berlalu, akhirnya si Dudung terbangun.


Keluarganya senang bukan main.

75
Kenangan Mistis

1
“Dung, ari maneh kunaon Jang? Te eling teh lila-lila teuing?”

Bukannya menjawab, Dudung malah menangis sambil ketakutan.

Sambil menenangkan diri, Dudung dikasih air pemberian Pak Ustad lalu
diminumnya. Setelah terlihat tenang, Dudung cerita, bahwa ketika dia
sedang berjalan, tiba-tiba di depan ada yang mengahalangi dengan
wajah hitam ngeri. Ketika balik badan, punggungnya bolong banyak
2
darahnya. “Tidinya urang teu inget deui nanaon.”

“Matak ari rek liar teh ulah sok sareupna Dung, wayahna liar jurig eta
3
the,” pesan sang bapak sambil mengacak-acak rambut anaknya yang
baru berumur 12 tahun tersebut.

(Mae – Tasikmalaya – emaernawati26)

1
Kamu kenapa Dung, gak sadar nyampe lama banget?
2
Habis itu saya gak inget apa-apa lagi.
3
Makanya kalo mau bepergian jangan sore-sore amat Dung,
itu waktu nya keluar setan,

76
Kenangan Mistis

Ada Apa dengan Posko Water Jo?

Lia dan Ica hampir menyudahi tugas, karena malam ini jadwal
merekalah untuk cuci piring. Tempat cuci piring itu hanya dihidupi
lampu remang dan di kelilingi oleh pohon pisang yang berada di
belakang posko dua.

Suasana mencekam saat ada suara siulan yang Ica dengar. Untuk
menutupi rasa takut, Ica memilih bernyanyi. Lalu mereka pun
mendengar suara siulan lagi tapi tidak melihat ada orang lain. Mereka
akhirnya berlari ke posko satu dengan wajah ketakutan.

“Kami dengar orang besiul tadi. Tapi nggak ada siapa-siapa,” kata Ica.

“Loh, kok sama. Waktu aku angkat jemuran tadi sore, aku juga dengar
suara siulan,” kata Lia.

Semakin aneh ketika Fani ke toilet, kami semua mendengar suara siulan
lagi. Lalu tidak lama, terdengar sesuatu jatuh ke atas genteng dan
seperti ada langkah kaki di atas. Kami menyuruh El untuk memantau
dari posko dua.

Tok! Tok!

Suara itu terdengar dan tidak satu pun dari kami yang berani
melihatnya.

Berselang beberapa menit, terdengar lagi suara batu yang menghujam


pintu dapur. Hingga ketika kami melihat, ada bayang dan sosok yang
lewat dari sela-sela pintu depan. Kami hubungi El untuk memastikan
siapa yang lewat barusan.

77
Kenangan Mistis

“Nggak ada orang yang lewat loh,” kata El.

Lantas bunyi-bunyi dan bayang tadi berasal dari mana?

Marini Sari Sitorus - Medan - marinisaristr

78
Kenangan Mistis

Kamar Kos

Sampailah aku dan Naila di sebuah restoran cepat saji. Setelah


memesan makanan, kami bercerita sambil menunggu makanan tiba.
Ternyata hal yang kurasakan di kamar kos semalam juga dialami gadis
berpostur tinggi itu. Dia bilang, bahwa kakinya seperti digigit nyamuk,
tetapi esensi yang ada layaknya ditusuk. Tidak ada sayup-sayup dengung
dari kepakan sayap nyamuk yang biasanya mengitari. Kipas angin yang
semula berputar pelan menjadi kencang. Dia kira aku yang
memindahkan tombolnya. Begitu pun sebaliknya aku yang mengiranya
yang memindahkan tombolnya. Nyatanya tidak seorang pun yang
mengubah tombol.
Tidak dapat tidur tenang. Itu yang kami rasa. Padahal kamar kos sempat
kami kunci. Kukatakan padanya, bahwa kemarin aku merasakan sesak
dan suram ketika pertama kali melihat kamar tersebut. Disahutlah oleh
Naila, bahwa semalam dia juga mengira aku sedang mengirim pesan
suara ke salah satu teman. Padahal paket data tidak aku nyalakan. Cuma
sekadar melihat jam. Kuasumsikan mungkin saja kamar seberang sedang
berkomunikasi ria di dunia maya sehingga dia dapat mendengar tatkala
pesan suara itu diputar.
“Secara naluriah, pendengaran manusia dapat membedakan suara di
dalam atau di luar ruangan, apalagi sepi. Aku mendengarnya dengan
seksama dan volumenya tinggi, meski suara yang diputar tidak jelas.
Suara itu ada di dalam kamar.”

Mufidah M Muhamad – Mojokerto – @mufmunmuh

79
Kenangan Mistis

Pintu Kamar Kos

Kamis pekan kemarin benar-benar hari yang paling melelahkan. Semua


kegiatan kampus seperti menumpuk di hari yang sama. Belum lagi
banyaknya tugas dari dosen yang jika digabungkan sudah seperti
ensiklopedia sejarah saja. Menyeramkan.

Setelah beberapa tugas tersebut terselesaikan aku pun langsung


bergegas pulang. “Paling tidak, beberapa tugas sudah beres, tinggal
makan lalu tidur,” kataku sambil melepas tas dan menaruhnya di sudut
kamar.

Suasana yang tenang menjadi nilai mistis dari kosanku. Selang beberapa
menit setelah makan, aku putuskan untuk tidur melepaskan semua
kelelahan yang rasanya sangat terikat dengan badan serta pikiranku.
“Satu sampai dua jam cukup kayaknya,” kataku sambil menarik selimut.

Sekitar sepuluh menit aku pun terlelap. Memejamkan mata seolah-olah


besok akan baik-baik saja. Tiga puluh menit berlalu, seperti ada yang
mengusikku dari balik gagang pintu kamar, seolah-olah ingin masuk. Aku
abaikan. Satu jam setelahnya, gagang tersebut kembali bergetar
semakin keras. Aku diamkan, lagi. Aku tetap melanjutkan tidur dan
berpikir positif. Lalu, gagang tersebut bergetar lagi untuk ke tiga kalinya.
Bunyi ke tiga lebih seperti ingin mendobrak masuk. Aku langsung
bangun dan mencoba melihatnya. Ternyata, tidak ada siapa-siapa dan
terlebih orang-orang sebelah kamarku sedang tidak ada di kosan.
Merinding. Angin pun tidak terasa kencang. Lalu aku putuskan kembali
dan tidak beberapa lama kemudian azan ashar pun berkumandang
tepat pukul 15.15 WIB.

80
Kenangan Mistis

“Berakhir sudah.” Aku menghela napas lega.

(Muhamad Rizwan Saputra - Bandung - @muhamadrizwns)

81
Kenangan Mistis

Mystical Figure in My Room

Baru satu menit memejamkan mata, aku dikagetkan oleh suara sesuatu
terjatuh. Aku tidak jadi menutup badan dengan selimut. Aku
mengalihkan pandangan ke setiap sudut kamarku yang lengang, tidak
ada siapa-siapa. Lalu, untuk mengobati rasa penasaran, aku beranjak
dari tempat tidur, memastikan bahwa benda yang jatuh hanya sebuah
pensil yang kusimpan di atas meja belajarku. Tepat di beberapa buku
yang telah aku baca sebelum tidur. “Oh, ternyata hanya pensil.”

Pada akhirnya aku berbalik dan kembali berjalan menuju tempat tidur.
Namun, langkahku terhenti ketika aku mengingat sesuatu. Pensil itu
jatuh? Padahal meja belajarku tidak miring sedikit pun. Bagaimana
mungkin?

Aku buru-buru menengok ke arah jendela. Memastikan kalau tidak ada


angin di ruangan kamarku. Dugaanku memang benar. Jendela itu
ditutup rapat sehingga tidak ada angin malam yang masuk. Lantas,
mengapa benda kecil sebuah pensil itu bisa jatuh tanpa angin yang
menerpa?

Jantungku berdegup kencang tidak keruan. Napasku tidak beraturan.


Aku takut.

Ketika ada sesuatu yang aneh, aku hanya mengintip keadaan sekitar dari
sudut mata tanpa melirik. Aku merasa seperti ada yang meniup pundak,
hingga membuat bulu kudukku berdiri. Merinding.

Ada sosok bayangan di sudut dinding itu. “Itu siapa??!” tanyaku lantang.

Tubuhku bergetar. Mataku pun melirik ke arah jam. Baru pukul 10


malam, tetapi seolah sudah menunjukkan dua belas. Kata orang-orang,

82
Kenangan Mistis

tengah malam adalah waktunya hantu berkeliaran. Tentu saja hal itu
membuatku takut. Seketika listrik padam secara tiba-tiba. Membuat
beberapa kertas beterbangan. Satu foto berfigura lepas dan pecah
dengan suara yang amat nyaring. Bahkan, ada suara aneh, suara ketawa
seorang perempuan yang cekikikan. Seperti suara perempuan yang
tercekat. Kuntilanak.

Aku mendesah. Hatiku terus ber-istighfar. Aku melafalkan ayat-ayat suci


Alquran dan berzikir untuk memohon perlindungan kepada Sang
Pencipta dari godaan setan yang terkutuk.

Muhammad Aidhul Bakri – Tangsel – @muhammaddhri_

83
Kenangan Mistis

Beberapa Detik di Kamar Mandi

Malam semakin sunyi ketika seekor anak kucing menghampiri induknya


di teras musalah. Dengan ekspresi kelelahan, aku berjalan menuruni
anak tangga untuk menuju ke kamar mandi. Aku terbangun sedikit lebih
awal dari biasanya pada pukul 01.00, karena aku tiba-tiba merasakan hal
aneh di perutku. Aku merasa sedikit mual.

Tanpa berpikir panjang aku bergegas menuju kamar mandi. Aku sedikit
takut karena keadaan kamar mandi gelap gulita. Setelah aku masuk
salah satu kamar mandi dan kututup pintu kamar mandi. Aku tidak
tahan dengan rasa mualku ini dan langsung aku muntahkan.

Beberapa menit aku berada di kamar mandi, tiba-tiba lampu mati


beberapa detik dan menyala lagi. Kejadian itu terjadi tiga kali berturut-
turut. Aku sontak kaget dan berteriak mencoba memanggil salah
seorang teman, tetapi apa daya, tidak ada yang merespons. Akhirnya
aku keluar dari kamar mandi dan diam sejenak untuk melihat, apakah
ada orang di sekitar kamar mandi atau tidak.

Saat aku menoleh ke pojok kamar mandi aku melihat bayangan hitam
melintas dengan cepat. Sontak aku kaget dengan memegangi perut
yang masih sedikit mual. Aku bergegas menuju tempat tidurku lagi.

Setelah kejadian itu aku tidak bisa tidur kembali, karena selalu terangan-
angan kejadian yang baru terjadi.

84
Kenangan Mistis

Esoknya aku bercerita ke salah satu teman dan teman yang juga pernah
mengalami hal yang sama.

Muhammad Rizqi Abroor Shofiadi – Malang – @rizqi_abroor

85
Kenangan Mistis

Di Suatu Sore

Gelap. Aku sendirian di rumahku yang gelap saat matahari nyaris


tenggelam. Seharusnya aku sudah terbiasa. Seharusnya. Tapi hari itu
lain. Sore itu, entah kenapa aku lapar di jam yang tidak biasa.
Karenanya, aku memutuskan untuk memasak mi instan.
Aku beranjak menuju dapur rumahku, jauh di belakang rumah.
Kemudian, aku menyiapkan barang-barang yang harus aku sediakan
untuk memasak satu porsi mi instan. “Hm? Mana minya?” tanyaku yang
baru sadar aku melupakan mi yang harusnya aku bawa. Aku kembali ke
ruang keluarga untuk mengambil mi yang aku lupakan. Sekalipun ruang
keluarga gelap, tidak masalah karena aku sudah terbiasa. Seharusnya.
“Lah, guntingnya?” Aku kembali lagi untuk mengambil gunting.
Saat itulah, saat aku mengambil gunting untuk memotong, televisi di
ruang keluarga menyala tiba-tiba. Aku terdiam seketika, lalu melihat
sekeliling. Tidak ada orang. Aku yakin itu. Mama sedang tertidur, adik-
adikku sedang bermain di rumah tetangga. Siapa? Siapa yang
menyalakannya?
Aku kembali ke dapur, berusaha agar tidak memikirkan lebih lanjut apa
yang terjadi. Namun hal itu justru semakin membuatku takut. Kenapa
televisi tiba-tiba menyala? Padahal tidak ada orang?
Wooosshhh!
Aku mengelus tengukku. Tiba-tiba aku merasakan hawa dingin di
sekitarku.
Aku menggeleng. Tidak ada yang harus aku takuti.

Nabila Anasya Zahro – Surabaya – @nanasyaz94

86
Kenangan Mistis

Panggilan Misterius

Seorang gadis kecil yang sangat menyukai berbagai cerita horor. Ia tidak
pernah takut mengenai hal-hal seperti itu. Sampai suatu ketika id
sedang duduk di teras rumah, di waktu siang. Tiba-tiba mbah putri
memanggil namanya. Sontak ia kaget. Menyahuti dua sampai lima
kalimat seperti orang berdialog, namun dalam jarak jauh.
Akhirnya ia menghampiri mbah putri. Saat dihampiri ternyata si mbah
tidak sedang duduk sendiri, tapi bersama pamannya. Dengan ekspresi
mukanya yang polos, ia bertanya kepada si mbah. “Tadi manggil ada apa
mbah?”
“Siapa yang manggil?”
“Lah, si mbah tadi manggil Nana ‘kan?”
“Siapa yang manggil to ndo? Dari tadi si mbah lagi ngobrol sama
pamanmu iki loh. Kalau tidak percaya tanya saja sama pamanmu.”
Setelah bertanya kepada si paman, memang benar tidak ada yang
memanggilnya.
Pertanyaan yang terlintas di pikirannya. Siapa yang tadi bicara
denganku?
Ia teringat cerita temannya, jika suaranya dekat artinya makhluk itu jauh
dari kita. Berarti, jika suaranya jauh?

Nadaa Shofiya Zahran - Purwokerto - @adaanazahran @nadaasz_

87
Kenangan Mistis

Pohon Belimbing

Semua berawal dari keributan yang kerap kali terjadi pada satu
keluarga. Terdapat sepasang orang tua dengan tiga orang anaknya. Yang
paling menonjol di antara tiga orang anaknya adalah anak kedua yang
bernama Riri. Riri ini anaknya lumayan nakal karena telah memasuki
pergaulan bebas yang terus mengekang dirinya, hingga ia tidak bisa
menjadi anak yang baik. Waktu malamnya ia habiskan untuk bersenang-
senang dengan teman lelakinya yang ada d iluar sana dan terkadang ia
kerap menonton konser dengan teman-temannya hingga ia jarang
pulang ke rumah. Ia sering mendapat gangguan mahluk halus yang
kerap masuk ke dalam tubuhnya. Percaya atau tidak, Tapi ini seperti
keturunan. Karena kedua orang tuanya dan kakaknya pun kerap
merasakan hal yang sama, yaitu merasa di ikuti oleh mahluk lain dan
mereka juga terkadang bisa melihat hantu yang ada di dalam rumahnya
sendiri.

Suatu ketika Riri sedang berjalan di sebuah jembatan yang melintasi


sungai besar, lalu ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Benar saja, ia
diikuti oleh sesosok gadis berwajah aneh yang meninggal karena bunuh
diri. Hampir setiap hari hantu itu mengajaknya untuk berkomunikasi.
Namun ia sering menolak. Lebih parahnya lagi hantu ini kerap
menunjukkan wajah buruk rupanya kepadanya jika tidak mau diajak
mengobrol.

Pergaulan bebas yang terus diikuti Riri membuatnya kehilangan iman,


hingga ia sering sekali kesurupan. Terutama jika ia telah melewati
tempat-tempat yang menyeramkan.

Suatu malam terdengar kegaduhan di rumah Riri. Suara riuh ricuh


terdengar dari keluarganya dan tetangga sekitar. Mereka semua

88
Kenangan Mistis

mengatakan bahwa, Riri kesurupan. Saat itu ada saudara Riri yang
memiliki kemampuan dapat melihat, mengobrol dan mengusir hantu.
Saudaranya ini berkata, bahwa sesosok kuntilanak ada pada tubuh Riri.
Kuntilanak ini berasal dari pohon belimbing yang berada tepat di
samping rumah Riri.

Suara cekikikan khas kuntilanak pun terdengar dari Riri. Ia seakan tidak
terkendali dan suaranya benar-benar suara khas dari hantu kuntilanak.
Semua orang tidak henti untuk melantunkan ayat suci dan terus
menyebut nama Allah, namun Riri malah berkata kasar dan semakin
tidak terkendali. Lalu setelah itu Riri bisa sadar, ia berkata bahwa dalam
alam bawah sadarnya, jika ia sedang dilekang oleh sesosok wanita
cantik. Karena mungkin tetangga masih membicarakan si kuntilanak itu,
akhirnya Riri pun kembali kesurupan. Saat kali ke tiganya, Riri akhirnya
bisa kembali sadar dan keadaan kembali seperti semula. Namun
menurut saudara, Riri yang juga bisa melihat mahluk halus berkata, jika
kuntilanak itu masih berada di atas pohon belimbing.

Nazwa Lutfiyah - Cirebon - @nanazwa_05

89
Kenangan Mistis

Kisah CCTV yang Merekam Segala Sisi

Kompleks ini memang berulang kali kami gunakan untuk sebuah acara.
Biasanya kami merancang kegiatan selama tiga hari. Kami pakai
bangunan yang belum seberapa tua dari kompleks ini. Terdiri dari
sekolahan, masjid, dan lapangan yang sangat nyaman menemani
serangkaian kegiatan kami. Tidak jarang, kegiatan yang kami lakukan
hingga larut malam, bahkan sesekali dini hari baru selesai.

Lokasi bangunan ini di sebuah gang kecil sudut perkotaan yang


bernuansa desa. Pada jam sembilan malam, kompleks ini akan sepi
dengan portal-portal gang yang tertutup rapi. Barangkali semuanya
sibuk merebahkan diri setelah seharian bersitegang memperjuangan
materi.

Kami sudahi kegiatan malam ini sampai pukul 01:00 WIB. Riuh tawa
memberi isyarat, kami telah menyelesaikan kegiatan dengan ragam
rupa pertanggung jawabannya. Berat memang, berada di pimpinan
organisasi memang harus paham konsekuensi. Orang-orang berkata,
Amanah tidak akan salah memilih pundak. Dan malam itu kami selesai
mempertanggungjawabkannya, meskipun tidak melulu sempurna dalam
prosesnya.

Kami sudahi dengan foto bersama. Dijejer dan ditata rapi sedemikian
rupa demi potret yang enak dipandang mata.

“Satu … dua ... tiga,” kata sang fotografer memberi ancang-ancang.

Beberapa kali mengambil gambar, kemudian kami bergerumbul untuk


melihat hasilnya. Personil kami 25 orang. Setelah dihitung-hitung
muncul keganjalan. Pojok kanan terlihat bayang-bayang. Kami mencoba
memperbesar. Dan ….

90
Kenangan Mistis

“Huaaaaaa!” Pecah seketika suara kami.

“Siapa itu putih-putih?” tanya salah seorang dari kami.

Kami bergegas naik untuk melihat hasil di CCTV. Sorot mata kami
menatap tajam. Semakin jelas terekam di sini. Akhirnya kami kembali
turun untuk bergegas meninggalkan tempat. Bayangkan saja, tengah
malam dikagetkan dengan hal yang mencengangkan.

Nelly Amaliyah Fitrotin – Lamongan – @nellyamaliyahf

91
Kenangan Mistis

Ada Apa di Kamar( ku) ?

Di kamar hotel yang udaranya panas dan gerah.


Cekrek! Cekrek! Cekrek!
Suara tombol pengaturan kipas angin berbunyi, tanda arah kipas
berubah.
“Mmm … mungkin sedang rusak,” kataku sambil mengubah kembali
arahnya. Namun ….
Cekrek! Cekrek!
Arah kipas angin berubah dengan sendirinya. Beberapa kali begitu.
“Ada apa, In?” Hani bertanya.
“Ini kok kipas anginnya begini ya? Berubah sendiri arahnya,” kataku.
Lalu tiba-tiba ….
Blag! Blag! Blag!
Suara pintu kamar mandi seperti terbanting.
Tidak ada angin dan aku memastikan pintu itu kenapa. Ternyata saat
aku lihat, pintu itu sedang terbuka dan tertutup dengan sendirinya.
Tidak ada siapa-siapa di dalamnya.
Beberapa kali terbanting, aku terkejut dan kembali duduk mendekati
Hani yang sekarang sudah terbangun dari tempat tidur. “In … Hani
keluar dulu ya.”
Tanpa basa-basi, Hani yang sedang sakit, saat itu memaksakan diri
bangun dari tempat tidur dan beranjak keluar kamar. Aku tahu, itu kode
dia ketakutan tanpa bertanya soal kejadian aneh itu.
Aku pun ikut keluar sedikit berteriak, sampai teman-teman di kamar
sebelah keluar dan bertanya. “Ada apa?”
Teman-temanku heran.
Setelah itu kejadiannya menjadi hangat seperti semula, karena kami
terus berdoa. Lalu kami kembali ke kamar itu yang dipenuhi lagi oleh
penghuni kamar yang jumlahnya tidak lagi sedikit.

92
Kenangan Mistis

Itu adalah kali pertama aku mengalaminya dan kisah itu menakutkan.

Nilam Alea – Bandung – @nilam.alea

93
Kenangan Mistis

Bayangan Hitam Berbadan Besar

Malam ini malam Jumat, di mana malam yang sangat ditakuti oleh
semua orang. Malam yang sangat mengerikan dari malam-malam yang
sebelumnya. Malam di mana aku tidur di kamar depan sendirian.

Di rumah hanya ada Ibu, adik dan aku. Ibuku tidur di kamar tengan
dengan adikku. Dan waktu terus berjalan. Sekitar pukul 11 sampai 1
malam, ibuku tidak bisa tidur. Ibuku terbangun dari tidurnya karena
mendengar seseorang yang sedang berjalan di ruang tengah. Ibuku
hanya bisa mendengar langkah kakinya. Hingga suatu ketika langkah
kakinya berhenti tepat di depan kamarnya. Ibuku tidak mendengarkan
langkah kaki lagi, tapi ibuku melihat sebuah bayangan hitam berbadan
besar. Ibuku kira bayangan itu adalah suaminya, tapi rasanya tidak
mungkin suaminya ada di rumah. Karena ia merantau.

Tidak lama bayangan itu hilang dan ibuku terus berpikir tentang
bayangan hitam tersebut sampai sekarang. Hingga suatu hari ibunya
mencoba menanyakan tentang bayangan hitam itu ke pada Pak kyai,
ternyata benar, bayangan hitam bertubuh besar itu ada dan selalu
keluar sekiar jam 11 sampai 1 malam, karena makhluk itu menginginkan
rumah itu dan ingin menjadikan kamar depan sebagai rumahnya. Pak
kyai juga menyarankan agar penghuni itu selalu salat dan mengaji agar
tidak diganggu lagi. Karena suatu saat bayangan hitam itu akan selalu
muncul agar bisa menempati rumah itu.

Nur Aisyah Risqiana – Pemalang - @Aisyah_Risqqiana

94
Kenangan Mistis

Di Balik Pintu

Rembulan bersembunyi di balik awan hitam. Sesekali petir menyambar


merusak heningnya malam. Malam itu, Ayah dan Ibu terpaksa
meninggalkanku sendiri di rumah setelah menerima kabar duka dari
keluarga ayahku. Hujan pun mengiringi langkah kaki mereka. Ibu
mengingatkanku untuk mengunci pintu dan tidak menerima tamu pada
malam itu.
Malam itu terasa malam yang sangat panjang. Jarum panjang pada jam
dinding bergerak begitu lamban. Kuputuskan untuk memejamkan mata,
meski tidak jua membuatku tertidur.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar ketukan pintu belakang rumah. “Siapa?” tanyaku sambil
mengerutkan kening.
Tidak ada jawaban.
Rasa penasaran mengerakkan tubuhku menuju arah ketukkan itu.
Namun, langkahku terhenti. Aku tidak yakin dengarn suara ketukkan
yang kudengar. Sebab hujan yang begitu deras. Aku pun kembali ke
kamar. Akan tetapi, suara ketukkan pintu itu kembali terdengar dan
begitu jelas. “Siapa?” tanyaku lagi.
“Ini Ibu, Nak. Tolong bukain pintu,” kata ibuku.
“Ibu? Kok Ibu lewat belakang, sih? Kenapa nggak lewat pintu depan?”
tanyaku.
Tidak ada jawaban. Aku pun perlahan mendekati pintu tersebut.
Namun, tiba-tiba terdengar suara ketukkan dari arah pintu depan
rumah. Suara Ibu terdengar jelas memanggil namaku. Jantungku
berdetak tidak keruan. Aku pun memberanikan diri mengintip di balik
lubang pintu tersebut. Namun, aku tidak melihat seorang pun di sana.
Aku pun berlari menuju pintu depan. Tanganku gemetar membuka
pintu. Aku pun memeluk Ibu dan menangis.

95
Kenangan Mistis

Ibu dan Ayah terkejut melihat sikapku ini. Hanya saja, aku tidak berani
menceritakan kejadian malam itu hingga detik ini.

Nur Intan Sari – Makassar – @nurintansari2005.

96
Kenangan Mistis

Antar Pulang

Malam itu malam pertunjukan wayang. Di sebuah desa yang cukup jauh
dari sana, seorang pemuda memberanikan diri berdua dengan
temannya datang ke tempat pertunjukan. Akulah pemuda itu. Kami
mencari posisi agar dapat melihat wayang dengan jelas. Namun, saat
bulan terlihat semakin terang, kantuk menghampiriku. Aku mengalah. Di
bawah pohon pisang yang tidak jauh, aku tidur. Pulas.

“Kang! Kang! Udah pagi. Ayo pulang!”

Aku membuka mata. Temanku sudah menunggu rupanya. Ia berjalan di


belakangku.

Selama perjalanan pulang, kami bercerita banyak hal. Lebih tepatnya,


aku yang bercerita. Entah apa yang membuatnya jadi pendiam.
Mungkin, ia kesulitan saat membangunkanku dan marah. “Sampai juga.
Maap, yo, aku tidur. Makasih sudah sampai rumah. Aku masuk dul--”

Ia tida-tiba tidak ada. Heran, apa ia terburu-buru?

Matahari masih enggan menampakkan wujudnya. Cuaca dingin sekali.


Hingga hangat tiba, aku baru menemui temanku. “Bro, kemarin kok
pulang cepet-cepet? Kan bisa main dulu, masih pagi.”

“Maaf yo, Kang. Kemarin aku pulang duluan, nggak sempat bangunin,”
katanya yang langsung membuatku tertegun.

“Maksudmu apa, toh? ‘Kan kemarin kita pulang bareng?”

97
Kenangan Mistis

“Aku kemarin pulang sendiri, cepet-cepet. Nggak sampai pagi


nontonnya.”

Loh?

Ranifita Khotimah – Cilacap - @ranifita.kh

98
Kenangan Mistis

Asrama

Usiaku 12 tahun kala itu. Aku belajar di sekolah berasrama setelah


tamat dari sekolah dasar. Aku mendapatkan kamar di bangunan paling
pojok yang berbatasan langsung dengan pagar belakang asrama. Setiap
kamar terdiri dari 6 orang anak. Seperti anak baru pada umunya, kami
berkenalan dan bercerita hingga larut malam.

Sepertinya semua siswa lain sudah lelah, sehingga tidak ada suara
keributan dari kamar lain terdengar. Hanya kamar kami yang masih
terbangun. Saat sedang bercerita terdengar suara kucing berkelahi di
depan kamar. Kami pun serentak terdiam. Lalu tidak lama kemudian
terdengar suara piring-piring kaca berjatuhan dari atas rak piring di
depan kamar. Kami terdiam dan tidak ada yang berani keluar kamar
untuk membereskan kekacauan di luar. Udara malam itu terasa dingin.
Kami merapat ke pojok kamar. Tiba-tiba berjatuhan beberapa belatung
dari langit-langit kamar dan kaca berukuran sedang yang diletakkan di
atas lemari milik salah satu anak di kamarku jatuh ke bawah dan
terlempar ke hadapan kami hingga pecah. Tidak lama kemudian,
penjaga asrama datang memeriksa murid-murid yang belum tidur. Ia
menenangkan kami dan menyuruh kami untuk segera tidur.

Sebelum tidur aku mengecek rak piring di depan kamar yang ternyata
masih tersusun rapi seperti tidak pernah ada kejadian apa pun. Hari itu,
kami menurunkan kasur dari ranjang kami masing-masing dan tidur di
lantai bersama.

Ini hanya sambutan selamat datang.

Ratih A. Hidayah – Yogyakarta - @rthyhdyh

99
Kenangan Mistis

Kenangan Mistis

Kisah ini sekitar tahun 2011, di mana saat itu saya mengalami
kecelakaan.

Malam itu saya keluar rumah untuk membeli minuman segar di kedai
minuman yang berada di sebrang jalan rumah saya.

Setelah saya membeli minuman tersebut, sewaktu saya menyebrang


jalan, ada sebuah motor tanpa lampu yang menabrak saya dan setelah
itu saya tidak ingat apa pun. Tapi bukan tidak sadarkan diri, lebih
tepatnya syok parah jadi membuat saya tidak mengingat banyak apa
yang saya alami.

Menurut saksi mata yang melihat kejadian tersebut dan menolong saya,
setelah saya tertabrak, saya langsung berlari menyebrang jalan sambil
berteriak, ‘Abahhhh!’ Dan memeluk orang yang menolong saya.

Memang sewaktu saya tertabrak. Saya sendiri antara sadar atau tidak di
sebrang jalan dekat rumah saya itu memang ada seseorang bertubuh
tinggi, perpakaian putih, tapi tidak terlalu terlihat wajahnya karena
buram. Memang postur tubuhnya mirip seperti kakek saya yang saya
panggil ‘Abah’. Dan memang saya rasa, yang menolong saya dan yang
saya peluk itu memang mendiang kakek saya. Tetapi setelah saya benar-
benar sadar dan mendengar cerita dari saksi mata itu, saya baru
teringat, bahwa kakek saya telah meninggal 2 minggu yang lalu.

Ratna Mardiana - Garut - @mardianaratna994

100
Kenangan Mistis

Penunggu Kuburan Keramat

Ibuku dulu tinggal di desa terpencil di Jawa Tengah. Dengan jalan tanah,
tidak ada listrik, bahkan kendaraan. Untuk masuk ke pemukiman, warga
harus melewati sawah dan kuburan yang katanya angker, karena
seringnya mereka muncul dan mengganggu. Hal ini dialami sendiri oleh
pamanku bernama Hendri.

Malam itu, Hendri pulang pukul 22.30 WIB dari desa sebelah. Pulang
berjalan kaki sendirian dengan senter di tangannya. Dia penakut tapi
rasa kantuknya membuatnya menjadi pemberani. Dia terus berjalan
hingga sampai di kuburan itu. Di matanya, kuburan itu adalah sebuah
rumah megah dengan banyak kendaraan di dalamnya. Seorang wanita
rambut panjang menghentikan jalannya. Bagai dihipnotis, dia masuk ke
rumah bersama wanita itu. Dia diberi makanan dan minuman yang enak
dan dengan antusias dilahapnya. Semuanya seperti nyata di matanya.
Tidak terlintas di pikirannya tentang kuburan itu.

Pagi harinya, dia terbangun di sebuah nisan dengan menggenggam daun


jati berisikan cacing dan tanah. Bulu kuduknya merinding saat
mengingat kejadian tadi malam. Dengan tubuh dingin, dia berlari
tunggang langgang. Dia lalu menceritakannya kepada Kakek.

Kata kakek, penunggu dis itu memang sering menyesatkan. Untung saja
Hendri masih bisa kembali. Bagaimana jika tidak?

Rennyta Puspitasari – Wonogiri, Jawa Tengah - @rnytaa_

101
Kenangan Mistis

Tapak Sandal
Kurebahkan begitu saja tubuhku di atas kasur setelah memastikan ayah
dan ibuku telah lelap lebih dulu. Sekarang sudah larut. Pukul setengah
dua malam. Sunyi dan sangat sunyi seperti biasanya. Namun hal lain
kurasakan. Bulu kudukku tegap berdiri. Seakan membaca sinyal gaib
yang entah tidak dapat kupikirkan. Pikiranku melayang berlarian ke
mana-mana. Memikirkan segala kemungkinan alasan berdirinya bulu
kudukku serta rasa merinding yang kurasakan.
Plak! Plak! Plak!
Suara apa itu? Mataku terbelalak bulat seketika. Jantungku berdetak
beradu dengan pikiranku yang berlarian tidak tentu arah. Suara itu
terdengar sangat jelas dari ruang keluarga yang letaknya berbatasan
dengan dinding kamarku. Tapak sandal yang hanya terdengar tiga
langkah itu berhasil membuatku berkenalan dengan situasi
menyeramkan. Aku ingat, ayah dan ibuku sudah lelap dalam tidurnya.
Lantas suara tapak sandal siapa itu?
Kutarik selimut agar dapat menutupi wajahku yang awalnya hanya
menutupi kakiku. Mencoba berdamai dengan situasi yang membuatku
larut dalam ketakutan. Seketika kudengar lagi suara itu, semakin jelas,
semakin mendekat. Aku mulai tidak tenang.

Ridho Adji Asshodiq - Sorong - @rdh.dj

102
Kenangan Mistis

Dongengan Maghrib

Lentera bumi sudah pulang ke peraduan, menyisakan sabana temaram


mengambang. Selepas salat magrib, kami bercengkerama dulu sebelum
pulang ke rumah di teras masjid.

Di saat kami sibuk bercengkerama sederhana, tiba-tiba Resa menyeletuk


keluar topik pembicaraan. “Eh, Dis. Rumor yang beredar, katanya kamu
bisa lihat mereka ya?” tanyanya pada Disa.

Yang lain sontak terkejut.

“Terus, kamu tahu nggak? Siapa yang buat suara pintu kebuka tadi?”
tanya Satya antusias. Dia mendekat ke arah Disa. Disusul Kemal yang
memilih diam.

Disa memandang kami satu per satu, lalu dia membuka mulut dan
menceitakan semuanya tentang kejadian mistis sekolah kami. Setelah
sekian lama bercerita, dia terdiam lagi.

“Mm … kalian tahu? Kenapa tadi aku diem?” tanya Disa lirih.

Kami menggeleng tidak tahu.

Disa menghela napas. “Aku sedang menyapa mereka yang kalian panggil
untuk mendengar dongenganku tentang mereka.” Kemudian dia
mengangguk ke arah belakang kami.

103
Kenangan Mistis

Kami tercekat saling pandang.

Kemal tersenyum.

Sabilisme – Pemalang – @sabilihaq_

104
Kenangan Mistis

Festival

Meriah. Gemerlap lentera dan sorot lampu setia menjamah. Hiruk pikuk
lalu lalang kian bertambah, menyemarakkan suasana festival malam itu,
festival budaya di sekolah. Namun, keramaian dan kebisingan hanyalah
tabir semu. Yang kulihat tidaklah demikian.

Tidak. Sebenarnya sama sekali tidak ada yang menyeramkan. Sebab


tiada satu pun yang menyadari selain aku. Tidak ada yang menyadar,i
jika di tengah hiruk pikuk ini, bukan hanya manusia yang turut
berseliweran. Berbaju batik, kembang-kembang, garis-garis, nyaris tidak
ada bedanya, berbaur sempurna dan berlaga seperti manusia. Hanya
saja jika ada yang mau teliti, tidak terbodohi dengan keramaian dan
keyakinan, bahwa mereka tidak akan hadir dalam suasana ini. Pasti akan
ada yang menyadari, bahwa sekali dua kali orang bermulut sobek atau
berwajah tidak beraturan lewat. Syukurlah, tidak ada yang menyadari
selain aku. Jika tidak, festival yang telah kami persiapkan siang dan
malam ini akan berantakan, penuh jerit ketakutan.

Tenang saja, kawan-kawan. Rahasia kalian kusimpan diam-diam. Tahun


depan tetaplah jadi tamu yang sopan dalam festival ini. Terima kasih.

Shelia Putri Arianto – Jember - @arianto_shelia

105
Kenangan Mistis

Dia

Kejadian ini bermula dari mimpiku yang berulang-ulang dan


berkelanjutan. Seakan menuntunku ke arah titik temu tujuan mimpi
tersebut.

Siang hari itu aku tengah memperhatikan para siswa yang asik bermain
basket di lapangan. Tiba tiba ada suara jeritan kencang dari belakang
sekolah. Aku pun bergegas lari ke arah arah suara tersebut. Sampai di
sana, semua orang tengah berkumpul. Kulihat dari sela-sela orang yang
berkerumungan ada sosok gadis yang tergeletak dan di sekitarnya ada
darah yang mengalir. Ketika aku ingin mendekati kerumunan itu, sebuah
tangan menahanku dan menarikku keluar dari belakang sekolah.

Saat itu aku sadar, seragam yang kupakai berbeda dengan seragam
sekolahku saat ini. Di mana rok sekolahku panjang dan di mimpi ini
rokku pendek seperti pada masa lalu.

”Jangan ke sana.” Hanya itu kata yang diucapkan orang yang menarikku.

Setelah itu aku terbangun. Kupikir itu hanya sekadar bunga tidur, tapi
ternyata mimpi itu terus berlanjut. Lama kelamaan sosok gadis yang
kulihat tergeletak, menampakan sekilas wajahnya ke hadapanku yang
membuatku terbangun dari tidur. Rambutnya yang panjang menutupi
wajahnya yang terlihat hanya sebelah wajah dan bibirnya yang sudah
membiru. Saat itu aku tetap berpikir, itu hanya bunga tidur. Sampai
temanku yang indigo menanyakan gadis itu, padahal aku tidak pernah
bercerita tentang mimpiku padanya.

Puncaknya ketika aku sedang tidak enak badan dan tidur di sekolah. Aku
bermimpi sedang di toilet sekolah menunduk untuk mencuci tanganku

106
Kenangan Mistis

di keran. Dari ujung pintu toilet tersebut ada gadis yang memakai rok
pendek, kaos kakinya sudah lusuh tengah berjalan ke arah ku.

Badanku seketika kaku. Sedangkan ia semakin mendekat dan


menyentuh punggungku sambil berkata, “Kita temenan, yuk.”

Kepalaku tidak bisa menengok ke arah wajahnya dan tangan yang ada di
punggungku terasa sangat dingin sampai rasanya menusuk tulang.

Sinta Maulana – Jakarta – @sinsinml

107
Kenangan Mistis

Isakan Tangis Di ujung Senja

Suara azan magrib telah berkumandang memanggil para jamaahnya.


Aku yang dulu masih berumur sepuluh tahun dengan semangat
memeluk sajadah dan mukena menuju surau yang terletak di dekat jalan
raya. Tidak kebetulan jarak rumahku menuju surau harus melewati
rumah kosong atau rumah yang tidak dihuni yang masih banyak pohon
pisang di halamannya.

Suatu ketika saat langkah kakiku melewati depan rumah kosong itu.
Sayup-sayup aku mendengar isakan seseorang tersedu pilu dari arah
halaman rumah kosong tersebut. Seketika kakiku terpaku, kulitku
meremang karena merinding dan suara itu semakin jelas terdengar.
Setelah sadar dengan keadaanku yang waktu itu sendirian di tempat
kejadian, aku lari terbirit-birit karena takut. Bukan hantunya yang aku
takutkan, melainkan suasana sepi, gelap dan suara misterius itu yang
mendukung sekali membuatku takut. Maklum saja, tempat tinggalku ini
di desa dan masih banyak rumah baru dibangun tetapi ditinggalkan
pemilik keluar kota untuk bekerja.

Siti Nurfiana – Kediri – @anna_nurfi

108
Kenangan Mistis

Mereka

Dia terlihat menatap kosong ke depan. Duduk di bawah pohon beringin


yang terdapat di dalam sekolah. Masih terlalu pagi untuk siswa datang
ke sekolah. Sekolah ini beberapa hari lalu terjadi peristiwa kerasukan
massal.

“Dia kenapa?” Salah satu seorang siswi bertanya sambil menatap gadis
yang duduk di bawah pohon beringin itu.

“Dikendalikan oleh mereka.” Suara datar dan tajam itu berhasil


mengalihkan perhatian siswi itu.

Siswi itu menatap temannya yang sudah berdiri di sampingnya. Tidak


heran dengan keadaan yang ada.

Suasana sekolah memang terasa mencekam akhir-akhir ini. Penghuni


makhluk lain di sekolah ini marah. Sekolah ini terdapat asrama putri,
penyebab dari semua kekacauan yang ada. Kejadian dimulai dari anak-
anak perempuan yang menempati asrama itu membuang sampah
pembalut mereka di belakang sekolah. Membuat mereka terusik. Satu
per satu dari gadis itu kerasukan. Dan terjadian kerasukan massal.

“Gadis di sana dikendalikan oleh Steven.”

Ucapan temannya itu membuat siswi tersebut merinding.

“Steven?”

109
Kenangan Mistis

“Dia pernah meninggal di toilet sekolah karena terbunuh. Kejadian yang


sudah lama,” ucap teman siswi itu.

Stefany – Makassar – @duniaskly

110
Kenangan Mistis

Dita

Sebagai siswa yang tinggal di asrama, aku terbiasa bangun sebelum


Subuh untuk mandi. Pagi itu langit masih gelap. Aku sempat melihat jam
yang ada di dinding menunjukkan pukul 03.30. Setelah selesai mandi
aku segera bergegas kembali ke kamar. Ketika sedang berjalan, aku
bertemu dengan teman sekamarku Dita.

Dita berjalan ke arah tempat menjemur pakaian dengan membawa


ember hitam. Sosoknya tampak samar-samar karena tertutup oleh
pakaian-pakaian yang sedang dijemur. Aku sempat menyapanya, yang
kemudian hanya dijawabnya dengan dehaman. Aku bergegas menuju
kamar untuk meletakkan alat mandi milikku pada tempatnya dan
memutuskan untuk berbaring sembari menunggu azan subuh.

Saat aku sampai di ranjang milikku, aku melihat sosok yang tidur di
ranjang Dita dengan selimut yang menutupi ujung kepala hingga ujung
kakinya. Aku memberanikan diri untuk membuka selimut yang
menutupi wajahnya. Aku terperangah saat menyadari sosok itu adalah
Dita. Aku berpikir keras, siapa sosok yang aku lihat di jemuran tadi? Bulu
kudukku eketika mulai naik, sebelum akhirnya menyadari jika hari itu
Dita pulang menjenguk neneknya yang sedang sakit.

Syifa’ Hasna’ Azzaidahnisa Arrohmah - Tangerang Selatan –


@syifaazzaidah

111
Kenangan Mistis

Kerasukan

Waktu itu saya masih bersekolah di Madrasah Aliyah di kota


Purwokerto. Saya mempunyai teman dekat namanya Luri yang seorang
indigo. Konon katanya, mata batinnya telah terbuka sejak ia mondok
sedari kecil. Sehingga memungkinkan dapat melihat sosok makhluk
ghaib atau pun dengan mudah dirasuki oleh sosok menyeramkan itu.

Singkat cerita, saat sedang jam pelajaran dimulai. Luri menepuk bahuku
hingga aku menoleh ke arahnya. Ia menunjukan tulisan bahwa, ia ingin
ke kamar kecil bersamaku dengan mata yang sedikit melotot ke arahku.
Sontak aku kaget bukan kepalang, terlebih ketika hati tidak ingin
beranjak dari bangku. Malah aku mengiyakan permintaanya dan segera
meminta zjin kepada guru yang mengajar saat itu. Laju kakiku
kupercepat mengikuti jalannya Luri yang lebih dulu berjalan di depanku.

Sepanjang perjalanan hingga sampai ke kamar kecil, ia terus bergumam


dan terlihat seperti orang yang sedang mencari sesuatu. “Banyu mendi
4
banyu? Awakku panas! Banyu mendi? Panas! Panass!” Terus menerus
ia berteriak sehingga membuat bulu kudukku merinding, terlebih di
kamar mandi tidak terlihat satu seorang pun siswa.

”Tooloooooong buuuuu! Tolooong, Luriii buuuuu!!!” Aku berteriak ,


berharap guru atau pun siswa lainya mendengarkanku.

Seketika itu Luri berlari menuju lapangan. Para guru dan siswa sudah
berlarian keluar ruangan. Aku sungguh panik dengan terus menangis
sambil berteriak. Beberapa siswa laki–laki segera mengejar Luri untuk
mencegat kelakuannya yang tidak wajar itu.

4
Air mana air? Badanku panas! Air mana? Panas! Panas!

112
Kenangan Mistis

Kemudian guru agama menghampiri Luri. Beliau lekas bertindak dengan


apa yang terjadi pada muridnya itu. Di tengah lapangan beliau
membacakan doa sembari tanganya seperti menyapu d iatas telinga
Luri.

Sebelum Luri jatuh dengan badan lemas, orang–orang yang berada di


area lapangan pun semakin tegang melihat kejadian tersebut. Setelah
keadaan kembali normal dan Luri dibawa pulang oleh pengurus sekolah,
aku kembali ke dalam kelas. Tidak sengaja aku menoleh ke arah jendela
kelas dan terlihat sosok wanita berambut panjang dengan pakaian serba
putih melintas dengan tatapan tajam ke arahku. Tulisan ajakan Luri di
buku pun hilang seperti terhapus oleh hal ghaib.

Tatik Haryanti-Purwokerto-@riaaanti.

113
Kenangan Mistis

Tangisan Siapa?

Tepat pukul 12.00 dini hari, aku merasakan sesuatu yang tidak enak.
Mulai dari napas yang tidak beraturan, sampai badan terasa kaku
semua. Seakan-akan ada yang menekan diriku dari atas. Aku menyadari,
bahwa aku sedang dibawa ke dunia mereka atau sering di sebut banyak
orang ketindihan. Aku melihat sekelilingku masih tetap sama, yaitu di
kamar dan posisi tidurku masih seperti awal dengan kepala ke arah
jendela luar. Lalu aku mendengar suara tangisan bayi yang begitu keras
dan suara itu berasal dari dekat rumahku. Pikiran positif masih terngiang
di dalam pikiranku. Mungkin bayi tetangga yang sedang rewel. Namun
beberapa menit kemudian, suara tangisan itu semakin keras dan
semakin mendekat ditambah teriakan seorang wanita. Hal ini
membuatku tersadar akan sesuatu dan ingin berteriak minta tolong
kepada semua orang. Namun suaraku tidak dapat keluar, seperti ada
yang mencekik leherku. Aku hanya bisa berdoa dan berteriak dalam
hati. “TUHAN!! TOLONG AKU!!”

Akhirnya dengan sekuat tenaga aku mencobanya, aku bisa bebas dari
dunia tersebut. Tetapi, tentang suara tangisan itu, aku masih
memikirkannya dan akan menanyakannya kepada keluargaku saat pagi
hari nanti.

Saat semua orang berkumpul untuk persiapan berangkat ke tempat


masing-masing, aku bertanya kepada ayah dan bundaku, apakah
tetangga sebelah rumah memiliki seorang bayi. Namun, mereka
menjawab, bahwa sebelah rumah itu adalah rumah kosong yang jarang
ditempati sama pemiliknya. Tidak mungkin ada tangisan bayi apalagi
malam hari.

114
Kenangan Mistis

Lagi pula, pemilik rumah itu adalah seorang kakek dan nenek. Lalu yang
semalam kudengar tangisan siapa?

Tio Fanny Glorianna M. - Kediri – @tiofanny24_

115
Kenangan Mistis

Penghuni Villa Cibiru : TERUSIR

“Tempati kamar kalian masing-masing sesuai keinginan. Ada 20 kamar di


villa Cibiru ini,” ujar seorang mahasiswa Bandung kepada seluruh
mahasiswa dari berbagai daerah.

Kami pun bergegas untuk memilih kamar.

“Ini saja. Ada AC dan TV-nya. Kamar lain nggak ada.” Senyum seorang
mahasiswa dari Yogyakarta.

Lalu kami masuk bergantian dan membereskan pakaian masing-masing.


Oh ya, aku lupa untuk memperkenalkan diri. Aku adalah Lisa. Aku di sini
dengan 6 orang mahasiswi satu angkatan denganku.

Tidak terasa suara azan magrib tersiar dari belakang villa. Sebagian dari
kami beristirahat termasuk aku dan sebagian lain beribadah salat.
Suasana kamar begitu tenang, namun tiba-tiba kami dikejutkan oleh
teriakan melengking di semua sudut kamar. Mata kami melotot dan
melihat satu sama lain. “Siapa yang teriak? Woy!” tanyaku yang
berusaha menyembunyikan rasa takut.

Mustahil. Nggak ada satu pun dari kami yang membuka mulut. Kami pun
berteriak sambil berusaha mencari kerudung agar cepat keluar dari
kamar itu. Teriakkan itu berubah menjadi suara cekikikan. Aku tahu
suara itu. Kalian semua juga pasti tahu. Suara itu … suara Kuntilanak.

“Aku … aku melihatnya. Astaghfirullah ... dia … di sudut kiri … atas


kamar kita … menghadap kita … dia … dia berbisik ….”

116
Kenangan Mistis

Seluruh mahasiswa menunggu lanjutan ucapan temanku dengan bulu


kuduk yang sudah merinding. Sedangkan temanku menatap semua
mata mahasiswa di sana lalu menelan saliva.

“PERGI KALIAN DARI SINI!”

Verilisia Fatimah Ardhiyanti Riyanto_Yogyakarta_@aerilisia

117
Kenangan Mistis

Home Sweet Home

Rumahku memang agak angker. Karena aku telah di sini sejak kecil, aku
sudah terbiasa dengan suasana itu. Tapi, ada satu kejadian yang tetap
membekas di pikiranku. Aku memiliki kebiasaan terbangun di tengah
malam.

Aku ingat, suatu hari, aku terbangun tepat pukul 01.50 WIB di mana Ibu,
Ayah dan adik laki-lakiku masih terlelap. Kalian mengira aku terbangun
dengan alasan ingin buang air? Nyatanya tidak. Indra pendengaranku
menangkap suara tertawa seorang gadis dan suaranya terasa tepat di
sebelahku. Aku pun tersentak kaget dan langsung bangkit dari lelap,
sulit untuk tidur lagi.

Esok paginya, aku menceritakannya kepada ibuku. Ibuku tidak bisa


berkata banyak. Ia hanya menjawab, “Banyak tetangga kita yang
melihat sosok yang kadang terbang di malam hari. Yang kamu dengar itu
mungkin hanya kejailannya.”

Aku mungkin memang masih kecil waktu itu, tapi aku sudah bisa
mengerti maksudnya. Sejak hari itu pula, aku jadi tahu dari cerita
orangm bahwa pohon pisang adalah tempat bersemayam para makhluk
tidak kasat mata. Selain itu, aku pernah mendengar suara ketukan kayu
seperti orang mengetuk pintu. Jail atau kode? Tidak ada yang tahu.

Rumah angker yang terletak di jalan yang dikenal cukup angker dengan
banyak ditanami pohon yang biasa disebut sarangnya. Ya, itulah
rumahku.

118
Kenangan Mistis

Jadi, apa kalian tetap yakin ingin berkunjung ke rumahku? Mungkin saja
kalian ingin mencoba pengalaman ini atau lainnya?

Frecillia – Palembang – @frclla.vie

119
Kenangan Mistis

Makrab di Vila Angker

Hari itu kami memutuskan untuk mensurvei tempat yang akan kami
jadikan sebagai penginapan dan tempat berlangsungnya acara. Salah
satu dari kami menyarankan sebuah tempat yang katanya bagus untuk
dijadikan penginapan di sebuah vila, tepatnya di sebelah selatan kota
Semarang. Selain jaraknya yang tidak cukup jauh dari kota,
pemandangannya pun sangat indah.

Kami tiba di vila pukul sepuluh pagi. First impression bagi saya yang
merasaka suasana sangat aneh. Ada bau–bau mistis di sana. Tidak hanya
saya, teman saya juga merasakan hal yang sama. Puncaknya adalah
ketika malam hari, ketika sedang berlangsung acara bakar–bakar.
Tepatnya pukul sepuluh malam. Saat itu saya ditugasi untuk mengambil
piring dan juga sendok di dapur. Posisi hanya ada saya di dalam vila dan
yang lain berada di halaman vila. Saat menuju ke dapur, saya melihat
sekelebat sosok bayangan hitam yang sangat besar dan tinggi. Seketika
jantung saya akan mencelos keluar melihat sosok bayangan itu. Tidak
henti-hentinya saya berzikir dalam hati dan segera mengambil piring
lalu keluar dari dalam vila. Saya tidak berani bercerita pada teman saya,
karena khawatir akan membuat suasana semakin horror.

Sepulang dari vila, teman saya yang lain bercerita, bahwa semenjak
kedatangan kami ke sana memang sudah ada yang mengawasi. Namun
sosoknya berbeda dengan yang saya lihat di dapur. Sosoknya adalah
seorang nenek sepuh dan parahnya lagi terlihat dengan jelas foto api
unggun yang bentuknya seperti pocong sedang membungkuk. Itu benar-
benar membuat kami bergidik merinding dan shock.

120
Kenangan Mistis

Pengalaman terhoror yang WOW.

Yolland Aviany – Semarang – @golden.veanee

121
Kenangan Mistis

Pramuka

Ibuku mulai menceritakan kisah temannya saat masih menduduki


bangku sekolah menengah pertama. Kala itu sekolah mengadakan
kegiatan pramuka di sebuah lapangan besar yang sebenarnya tidak
terlalu sepi, namun selalu menyimpan cerita mistis hingga saat ini.
Seperti biasa, hari pertama mulai pemasangan tenda untuk bermalam,
lalu dilanjutkan dengan apel pembukaan dan kegiatan lainnya. Tiap
kelompok terdiri dari 7 orang dan tidur di satu tenda. Setelah semua
kegiatan di malam pertama selesai, para siswa pun kembali ke tenda
untuk bersistirahat.

Di tengah kepulasannya, mendadak teman ibuku terbangun. Namun, dia


merasa ada sesuatu yang janggal. Tiba-tiba dia mulai menghitung
jumlah siswa satu per satu. “1 … 2 … 3 … 4 … 5 … 6… 7 … 8. Lah kok?” Dia
pun kembali menghitung karena masih penasaran. Barang kali dia keliru.
Namun, sudah 3 kali mengulang, hasilnya tetap sama, yaitu 8. Perasaan
bingung yang terbalut ketakutan pun membuat dia segera
membangunkan teman di sampingnya dan mengatakan hal serupa.

Temannya yang dibangunkan secara paksa tersebut mulai ikut


menghitung jumlah siswa yang ada di dalam tenda, dan hasilnya juga
sama. Mereka berpikir mungkin salah satu temannya ada yang
menumpang tidur. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk
membangunkan semua orang. Semua siswa yang ada di tenda tersebut
pun terbangun dengan sisa-sisa kantuknya. Namun alangkah
terkejutnya dia, setelah semua siswa terbangun, ternyata jumlah
mereka kembali ke asal yaitu 7. Padahal dia tidak melihat siapa pun
keluar tenda.

122
Kenangan Mistis

Esoknya teman ibuku mengalami demam tinggi dan dipulangkan.

Yosi Lida Arisanti_Ciamis_@yosi_gatezsevenfold

123
Kenangan Mistis

Menggambar Ibu

Sejak pindah ke rumah kontrakan baru, Budi kecil tidak pernah lagi
bermain di luar. Saat ibunya sibuk mengerjakan pesanan catering untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua sehari-hari, dia selalu
menemaninya di dapur sambil menggambar. Kegiatan yang sepertinya
lebih disukainya beberapa hari belakangan ini.

Suatu hari saat sedang beristirahat sejenak, ibunya menghampirinya


dan duduk di sampingnya. “Asyik sekali kelihatannya. Sedang
menggambar apa, Nak?” tanya sang ibu.

“Menggambar Ibu.” Budi menunjukkan gambar-gambar yang telah


dibuatnya. “Ini Ibu waktu lagi masak, ini Ibu lagi cuci piring, ini Ibu lagi
potong-potong sayur.”

Sang ibu meraih buku gambar itu dan mengamati lembar demi lembar.
“Hm … kenapa kamu selalu menggambar Ibu dengan pakaian ini, Nak?
Ibu ‘kan nggak punya jubah putih bertudung hitam seperti ini?”

“Ini bukan jubah putih bertudung hitam, Bu.” Budi menggeleng. “Yang
warna putih ini bajunya, yang warna hitam ini rambutnya yang panjang.
Ini kan, Tante Baju Putih yang selalu menempel di belakang Ibu.”

Yuhana Kusumaningrum - Tangerang Selatan -


@yuhana_kusumaningrum

124
Kenangan Mistis

Spanduk

Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, saat aku masih duduk di
bangku SMA kelas II. Saat itu musimnya pemilihan calon Bupati untuk
kota Pandan, kampung halamanku. Malam itu aku sedang mengerjakan
tugas sekolah di warnet atau warung internet.

Setelah dua jam lamanya berdiam diri menghadap layar monitor, aku
segera bergegas untuk pulang dan waktu telah menunjukkan pukul
sembilan malam. Aku berjalan kaki menuju rumah melewati sebatang
pohon mangga besar yang tumbuh tepat di sebelah gang menuju
rumahku. Sejauh mata memandang, terdapat berbagai bentuk spanduk
dan baliho dari masing-masing calon kandidat. Beberapa baliho besar
didirikan di pinggir jalan. Spanduk dan stiker berukuran sedang hingga
yang paling kecil ditempel di tiang listrik dan juga di batang pohon.
Beberapa ada yang masih bagus dan layak terpajang dan ada juga yang
sudah rusak parah. Misalnya sebuah spanduk yang tergantung terbalik
di batang pohon mangga besar ini. “Kasihan, spanduknya sampai
terbalik gitu. Pasti pakunya nggak kuat, jadi lepas, deh,” kataku selama
perjalanan

Ke esokan harinya aku berinisiatif untuk melaporkan kepada salah satu


tim sukses yang berada di daerah tempat tinggalku mengenai kondisi
spanduk yang memprihatinkan itu. Namun tanggapan dari salah satu
tim sukses itu sukses mengejutkanku. “Kami tidak pernah
menggantungkan spanduk di batang pohon mangga itu.”

125
Kenangan Mistis

Aku segera berlari menuju pohon mangga itu dan spanduk terbalik yang
semalam kulihat sudah tidak ada lagi di sana.

Yuyun Indryati Nobel Simanungkalit – Medan – @yuinel_si

126
Kenangan Mistis

Menginap Di Rumah Tante

Malam itu, di saat semua orang telah terhanyut dalam gelapnya malam,
suasana di sekitar rumahku sangat sunyi dan terasa damai sebelum
kejadian itu terjadi. Saat itu aku menginap di rumah tanteku. Aku
diminta untuk menemaninya karena pamanku sedang bekerja di luar
kota. Rumah tanteku tepat di depan rumahku. Ketika tengah malam,
aku terbangun dan mendengar suara seperti seseorang yang berjalan
mengelilingi rumah. Namun anehnya dia berjalan dengan kaki yang
digesekkan ke tanah. Lalu tidak lama terdengar suara daun pintu yang di
naik-turunkan berkali-kali. Sepertinya orang itu berusaha untuk
membuka pintu rumah tanteku. Aku pun segera membangunkan
tanteku. Dia pun berusaha untuk tenang, namun suara gesekan kaki dan
daun pintu terus terdengar nyaring bersamaan dengan suara kucing
yang saling bersahutan. Aku pun memutuskan untuk menelpon Ayah
dan menceritakan semuanya.

“Ayah sedang mengintip di jendela, Nak. Dan tidak ada siapa pun,” .kata
ayah yang mulai khawatir.

Mendengar apa yang dikatakan Ayah, aku tercengang, jika bukan orang,
lalu siapa yang melakukan semua ini??

Ketakutanku mulai menjadi-jadi. Bulu kudukku berdiri dan aku tidak bisa
berkata-kata lagi ketika mendengar suara pintu berhasil dibuka.

Elizabeth Sibuea - Pekanbaru - @e_senjaa

127
Kenangan Mistis

Toilet Duduk Di Lantai Basement

Menjelang Magrib, aku tidak bisa menahan buang air kecilku.

“Kamu mau ke mana?” tanya temanku bernama Anita.

“Aduh, Nit. Udah nggak tahan pengen buang air kecil,” kataku sambil
bergegas.

Nita menyarankan untuk jangan toilet itu ketika Magrib. Namun aku
harus ke toilet sepi itu, karena aku tidak bisa menggunakan toilet duduk.
Menurut cerita, kalau toilet itu jarang ada yang ke sana. Ada suara-suara
aneh menjelang Magrib. Itu cerita yang pernah Nita dengar dari security
yang kebetulan melintas.

Sebenarnya aku merasa takut, namun aku sudah tidak tahan. Aku
memutuskan berjalan menuju lorong yang sepi. Suasana basement
memang sepi dengan sinar lampu remang-remang. Namun aku akhirnya
sampai ke toilet tujuanku. Lampu dalam toilet tidak terang. Sejenak aku
lupa akan apa yang diceritakan Nita.

Tiba-tiba aku merasa ada yang memanggilku, “Putri … Putri.” Suara itu
terdengar sayup-sayup.

Bulu kudukku berdiri entah kenapa. Suasana toilet itu menjadi


menyeramkan. Bergegas aku berlari meninggalkan toilet tersebut.
Namun aku merasa ada yang mengikuti dari belakang. Tidak perduli, aku
terus berlari ke arah lift basement. Kutekan panah atas, namun lift ini
begitu lama. Tiba-tiba lift sebelah kiri terbuka, aku langsung masuk ke
lift itu. Aku merasa lift ini berhenti, namun panah penunjuk terus

128
Kenangan Mistis

bergerak cepat. Aku berusaha untuk menekan lantai lainnya, namun


pintu lift tidak terbuka. Aku berusaha tenang. Aku perhatikan panah
terus bergerak. Tiba-tiba lift terbuka dan dengan sigap aku langsung
melompat keluar. Lift pun tertutup. Aku terpana dengan kejadian yang
aku alami. Aku menceritakan ke Nita, kalau aku mengalami kejadian
horor. Dan aku tidak mau lagi untuk ke toilet menjelang Magrib.

Harmeinda-Jakarta-ameeka24702019

129
Kenangan Mistis

Firasat

Saya Rini. Saya ingin menulis kisah mistis yang saya alami. Saat itu usia
saya 13 tahun. Hampir setiap malam saya mendengar suara aneh dari
belakang rumah. Dari suara lolongan anjing, orang yang menebang
kayu, serta suara gamelan di tengah malam. Kata kakek saya, hal itu
biasa dan tidak apa. Tapi hampir setiap malam saya dihantui ketakutan.
Pucaknya saat saya mendengar suara aneh dari rumah bagian tengah.
Semula saya berpikir itu suara ranjang tua yang ditiduri kakek saya. Tapi
bukan. Itu suara sepeda bayi milik adik saya. Sepeda itu sudah tua, jadi
bila dijalankan suara gesekan besinya terdengar. Saya memberanikan
diri untuk melihat keluar kamar. Saya penasaran karena suara itu
terdengar semakin keras dan berkelanjutan. Saat saya mau turun dari
ranjang, tiba-tiba gorden kamar saya bergerak seperti tertiup angin.
Saya melihat bayangan seorang lelaki berdasi bersama anak kecil. Saya
berjalan menghampiri mereka. Lelaki itu mendadak berbalik melihat
saya, membuat mata kami saling bertatap meski hanya bersekat horden
saja. Saya terdiam karena merinding. Mata lelaki itu merah menyala.
Tepat saat ia menyeringai, saya kembali ke tempat tidur. Sejak malam
itu saya jadi memiliki firasat. Saya lebih peka dari sebelumnya. Saya bisa
merasakan hadirnya mereka.

Rini P.A- Rembang- @rinput085

130
Kenangan Mistis

The Night When LDK

Berawal waktu pertama kali masuk SMA, hari itu saya mengikuti
kegiatan latihan dasar kepimpinan di kawasan Gunung Bunder, Bogor.

Sejak pagi kegiatan tersusun dan berjalan dengan sempurna, hanya saja
berbeda keadaannya saat malam tiba. Mulai pukul 18.00 WIB semua
berubah menegangkan. Setelah salat magrib berjamaah, terdengar
suara petik di langit, angin yang berembus lalu menyapu dedaunan yang
ada di tanah dan air langit mulai berjatuhan. Badai datang, tenda
beterbangan, pohon-pohon tumbang dan beberapa menimpa tenda
yang terpasang di bawahnya. Semua siswa berhamburan mencari
perlindungan. Ada yang masuk ke dalam surau, mencari warung pinggir
jalan, ada pula yang masuk ked alam mobil untuk menyelamatkan diri.

Tangisan, rasa takut dan rasa ingin cepat pulang menyelimuti keadaan
malam itu. Salah satu siswa memberontak dan mengamuk karena
tubuhnya dirasuki jin. Ada juga yang melihat sosok berwujud kuntilanak
dan pocong berdiri di sekitar kami. Ia berkata, bahwa kami mengganggu
kediaman mereka dan ia tidak suka dengan kami, karena beribadah dan
melakukan kegiatan di surau kecil yang ada di sana. Bukan hanya satu,
tapi silih berganti ia merasuki teman-temanku, mengamuk dan
membuat keadaan semakin mencekam.

Malam itu terasa sangat panjang untuk menunggu pagi yang tidak
kunjung datang. Hingga akhirnya kami pulang.

131
Kenangan Mistis

Salah satu temanku berkata, ia melihat beberapa makhluk yang


melambai kepadanya saat kami berjalan pulang meninggalkan tempat
itu ke esokan paginya.

Vhia – Jakarta – @vhiaaaaa

132
Kenangan Mistis

Ada Hantu Numpang Tidur di Kamarku

Malam itu, aku terbangun dari tidur lelapku. Suhu dalam kamarku
sangat panas. Aku gelisah di sepanjang rebahanku. Sesekali kakiku
menempel ke dinding, berharap pantulan dinginnya menular ke kulitku.
Namun malah bajuku semakin basah oleh keringatku yang bercucuran.
Suasana kamar seperti sauna. Maka aku pun bangun dan kuraih sebuah
binder yang tertera di atas meja. Kukibaslah diriku dengan angin yang
kuciptakan dari kibasan binder. Lama-lama pandanganku mengarah ke
bawah lantai. Pandangan agak sedikit remang, karena gelap. Aku
melihat sosok perempuan tertidur lelap di samping teman kamarku. Aku
seketika heran. “Perasaan semalam, hanya berdua yang tiduran di
lantai. Kok jadi bertiga?” gumamku.

Aku tidak sempat berpikir lama-lama kala itu. Aku pun mengibas diriku
sambil berbaring kembali. Angin kecil dari kibasan binder mulai
menjemput kantukku. Maka dalam waktu 5 menit aku pun terlelap.
Tanganku pun sudah mulai layu, hingga tertidur dan menjatuhkan
binder ke lantai. Sontak saja, aku kembali terbangun dan kuraih binder
itu di lantai.

Pandanganku mengarah ke lantai lagi, saat itu juga aku terbelalak tidak
mengerti. Kini yang kulihat hanya dua sosok teman kamarku yang
tertidur lelap. Kucari sosok perempuan tadi yang kulihat tertidur pulas
juga. Aku bangun dan melihat keliling kamar mencarinya. “Dimana ya?”

Aku tidak mungkin berhalusinasi. Karena tadi yang kulihat itu sangat
jelas ada tambahan satu orang yang terlelap juga di bawah lantai. Dan
aku ingat posisinya terlentang dengan rambut panjang,dan memeluk
bantal guling. Nah, sekarang bantal gulingnya pun juga ikut hilang.

133
Kenangan Mistis

Saat itu baru aku baru sadar, bahwa ternyata yang kulihat tadi bukan
manusia. Karena pintu kamar kami ternyata terkunci dari dalam.
Otomatis tidak ada penghuni asrama lainnya yang bisa lolos masuk,
apalagi gagang pintu kami memang rusak dan teknik membukanya pun
hanya aku dan teman-teman lainnya yang tahu.

(Nuratul Khofifah – Mamuju – @yurifablovers)

134
Kenangan Mistis

Di Kala Senja Tiba


“Yang membekas dari lilin bukanlah lelehnya, tetapi wajahmu sebelum
gelap.”
Jika kalian membaca kisah ini, di mana lampu-lampu telah berlomba-
lomba menerangi penjuru kota maupun desa, maka terimalah salam
dariku di masa lampau. Saat ini kita masih bergelut dengan kegelapan.
Hanya sebuah lilin yang menjadi andalan. Aku Michele, berumur dua
belas tahun dan adikku Misha berumur empat tahun. Kedua orang
tuaku sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing di pulau Dewata
ini. Aku dan adikku tidak jarang hanya berdua di rumah tua ini.
“Satu … dua … tiga … empat. Aku melihatmu.”
Senja sudah tiba dan mentari bergulir membagikan sinarnya ke bagian
bumi lainnya. Warna-warni dunia berubah menjadi hitam dan gelap.
Batangan lilin-lilin putih mulai disulut oleh api.
“Aku takut,” kata Misha sambil memeluk erat tanganku.
“Jangan takut. Ada Kakak di sini.”
“Bagaimana kalau dia kembali lagi?”
Aku bergeming tidak bersuara. Aku berusaha menutupi ketakutanku
sendiri.
Suasana berubah menjadi dingin dan angin sepoi-sepoi perlahan masuk.
Kreeek!
Suara khas pintu kayu tua yang sedang dibuka, entah siapa. Aku dan
Misha meringkuk bersembunyi di bawah kursi rotan yang panjang.
Terlihat taring yang panjang dan wujudnya yang sangat buruk. Jantung
yang berwarna merah tua itu terus berdenyut seakan-akan bernyawa.
Di waktu yang sama ,aku hanya bisa menahan takut dan tidak berani
untuk mengadu. Aku hanya menggenggam tangan Misha erat-erat,
sambil terus menutup kedua mata. Sosok leak itu perlahan memasuki
ruangan dengan embusan napasnya yang mengintai.

Nurul Arifah-Banyuwangi- @ulfa_poerwokusumo

135
Kenangan Mistis

Siapa?

Kali ini saya akan bercerita pengalaman horor dari teman dekat saya.
Anggap saja namanya Nugi. Jadi, saat Nugi masih berusia anak-anak, ia
pernah diminta ibunya untuk beli gado-gado di warung tetangga dekat
rumahnya. Saat itu hari mulai beranjak senja. Berangkatlah ia ke warung
dengan hati riang karena ibunya bilang, bahwa uang kembaliannya nanti
akan diberikan padanya.

Sesampainya di warung, Nugi menunggu lama, karena banyaknya


pesanan orang. Ia pun menunggu sambil bermainan di sekitar warung.

“Ini Nak, gado-gadonya,” ujar penjualnya yang mengejutkan Nugi yang


sedang asyik bermain.

Setelah menerima uang kembalian, Nugi berlari menuju rumahnya.


Karena azan magrib segera berkumandang. Namun, ia melihat ada Sigit
di tepi jalan. Dengan sigap, ia menggandeng tangan Sigit yang
merupakan anak laki-laki yang usianya jauh di bawahnya. Karena rumah
mereka yang berdekatan, aberinisiatif untuk menemani Sigit pulang
sampai rumahnya. Namun ada yang janggal. Di sepanjang perjalanan
pulang, cara berjalan Sigit tampak seperti seekor kera.

“Kamu kapan dibotaknya, Git?” tanya Nugi ketika menoleh ke arah Sigit.
“Kamu juga kok Magrib-Magrib di luar rumah sih? Pakai celana dalam
saja lagi. Warna putih lagi. Hahah,” sambungnya dengan polosnya.

“Nak, cepat pulang! Magrib ini, Le!” teriak salah satu tetangga yang
melihat Nugi masih di jalanan.

Mendengar teriakan tetangganya, Nugi pun menoleh ke belakang


sambil membalasnya, “Iya Bulek. Aku mau pulang ini.” Dan ketika ia

136
Kenangan Mistis

menghadap ke samping, Sigit yang ia gandeng sedari tadi sudah tidak


ada. Ia pun kocar kacir lari ke rumahnya.

Sampai di rumah, ia tidak menceritakannya pada ibunya. Dan keesokan


harinya sebelum berangkat sekolah, ia mencari Sigit dan menanyakan
kepadanya mengenai kejadian kemarin sore. Dan Sigit mengaku bahwa,
ia tidak ada keluar rumah dan pernyataan Sigit pun diperkuat oleh orang
rumahnya.

Radhiya Afma – Kalimantan - @radhiya_afma

137
Kenangan Mistis

Di Balik Suara Itu

Berawal dari ibuku yang menyuruhku pulang sekolah untuk mampir ke


rumah Uwa, karena ada barang yang harus diberikan kepada uwa. Uwa
adalah kakak ibuku. Ya, rumah uwa tidak terlalu jauh dari sekolahku.

Setelah pulang sekolah aku pun pergi ke rumah uwa. Rumah uwa
terdapat dua pintu. Pintu bagian depan dan pintu satu lagi yang
mengarah langsung pada jalan. Pintu itu terletak di ruang jahit. Aku pun
sampai di depan pintu samping. Terdengar suara mesin jahit. Kupikir itu
Uwa yang sedang menjahit. Aku pun mencoba mendekati jendela, dan
benar ada seseorang sedang menjahit, tapi tidak terlalu jelas karena
terhalang tirai.

Aku berjalan menuju pintu depan, setelah sampai di pintu, ternyata


pintu itu terkunci dan jendela tertutup rapat. Aku heran dan mengetuk
pintu berulang-ulang, namun tidak ada yang membukanya. Aku pun
mencoba melihatke arah jendela yang posis nya benar- benar lurus ke
arah ruang mesin jahit, dan ternyata tidak ada yang menjahit di situ.
Aku segera mungkin memberitahu ibuku, ternyata Uwa sedang pergi
sebentar.

Di saat itu aku takut dan tidak mendekati arah pintu selama Uwa belum
datang. Mungkin menurut sebagian orang, itu tidak terlalu seram. Tapi
itu nyata adanya. Dan aku dengar dari keponakanku, di sana memang
ada penghuni lain yang tidak terlihat. Itu pengalaman yang pernah
kualami.

Alya Shalma N-Bandung-@alyashalma

138
Kenangan Mistis

Suara Misterius

Malam itu hujan membasahi bumi. Tidak deras, namun mampu


membuat orang-orang malas keluar rumah dan tidur lebih awal. Saat itu
jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Ketika orang rumah sudah tertidur,
aku masih menonton acara televisi. Padahal bisanya akulah orang
pertama yang berangkat tidur. Tetapi malam itu berbeda.

Awalnya semua tidak ada yang aneh. Aku menonton televisi dengan
tenang. Kepalaku sesekali menoleh ke arah ibuku yang tertidur di kasur
yang sengaja diletakkan di depan televisi.

Srek! Srek!

Kepalaku menoleh ke arah pintu, ketika sebuah suara seperti langkah


kaki yang diseret terdengar olehku. Suara itu diikuti oleh suara kayu
yang beradu dari arah samping rumahku. Lebih tepatnya tempat di
mana setumpuk kayu berdiam. Aku mencoba berpikir positif, mungkin
itu tikus. Tetapi pemikiranku langsung sirna ketika suara tangisan lirih
ikut mengiringi.

Dengan jantung yang berpacu, aku mencoba membangunkan ibuku.


Tidak butuh waktu lama, ibuku pun terbangun dari tidurnya. “Ibu,
dengar suara tangisan tidak?”

“Tangisan apa? Sudah, tidur sana.

Mendengar jawaban Ibu, aku langsung meringkuk di samping tubuh


ibuku yang sudah kembali terlelap.

139
Kenangan Mistis

Saat itu juga aku teringat dengan kejadian dua hari lalu. Ada orang
meninggal karena gantung diri.

Amelia Rengganis-Jawa Tengah-@ameliaro_789

140
Kenangan Mistis

Dia Yang Menyerupaiku

Kisah ini bermula ketika usiaku 14 tahun. Saat itu aku sedang duduk
bersantai membaca buku di taman belakang. Tiba-tiba Ibu memanggilku
untuk mengambilkan segelas the. Posisi Ibu berada di taman depan,
cukup jauh dengan jarakku sekarang.
Setelah aku merapihkan buku yang tergeletak berantakan, aku segera
bergegas ke dapur untuk membuatkan Ibu teh. Setelah selasai, dengan
langkah setengah cepat aku segera menghampiri Ibu di taman depan.
Wajah ibu terheran melihatku membawa segelas teh.
“Bukannya tadi kamu sudah memberikan Ibu segelas teh?” Sambil
menunjuk teh yang masih panas dengan kepulan asap di atasnya.
Dengan sengaja aku tepis teh yang berada di meja, lalu digantikan
dengan teh buatanku, Aku hanya tersenyum tipis, lalu pergi menuju
kamar dengan badan gemetar.
Aku berlari sekencang mungkin menuju kamar sambil menangis,
ditambah rasa takut. “Siapa yang menyerupaiku di hadapan Ibu?”
Pertanyaan itu terus menghantui pikiranku. Dengan sangat emosi aku
berbicara sendiri di dalam kamar. “Siapa yang menyerupaiku? Tolong
tunjukan dirimu sekarang.”
Hening. Lalu tiba-tiba cermin di kamarku begetar. Secara misterius
bertuliskan kata ‘AKU’ dengan cairan merah cair seperti darah.
Dengan suara yang parau, aku kembali melanjutkan kalimat itu. “Kita
beda alam. Mohon jangan mengagguku.”
Prang!
Tiba-tiba cermin tadi pecah. Aku berteriak histeris hingga membuat Ibu
berlari mendekapku. Aku tidak berbicara sedikit pun. Ibu memanggil
orang pintar ke rumah. Katanya orang pintar itu telah mengusir dia yang
menyerupaiku. Namun entah kenapa, aku rasa dia tetap ada, walau
tidak mengangguku lagi. Buktinya saat aku tengah mengetik naskah ini,
dia mengintipku.

141
Kenangan Mistis

Dia paling suka jika kisahnya diketahui orang lain. Barangkali dia sedang
menemanimu membaca kisahku di situ sekarang.

Ditta Enjellika-Banten-@_ditta.e

142
Kenangan Mistis

Siapa Dia?

Ketika itu aku kelas 1 Aliyah di sebuah madrasah di lereng gunung


Singgalang, Madrasah ini sudah cukup tua. Hampir setengah abad
usianya. Madrasah ini berbasis asrama layaknya sebuah pesantren. Tapi
walaupun Aku yang notabennya merupakan lulusan MTS yang tidak
pernah mencicipi kehidupan asrama, aku tidak membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk bisa beradaptasi di lingkungan ini. Teman baru.
Guru baru. Kebiasaan baru. Dan tetangga baru.

Jam satu dini hari itu aku baru pulang dari warnet bersama dengan dua
orang temanku. Dengan memanjat pagar di samping sekolah dan
berjalan menginjit-nginjit, agar tidak terdengar oleh satpam sekolah dan
pembina asrama. Itu adalah jurus andalan kami setiap malam minggu
tiba.

Kala itu seperti biasanya, sebelum memasuki gebang asrama, kami


melewati pekarangan masjid sekolah yang berjendela besar. Hingga
mudah saja untuk memantau, apakah masih ada orang di masjid. Dan
dari kejauhan, kami melihat seorang perempuan berkulit putih dan
bermukenah putih tengah salat di sana. “Mungin dia lagi salat tahajud,”
pikirku. Tapi siapa dia? Sulit sekali melihat wajahnya dari sudut tempat
kami berjalan. Bukankah gerbang asrama putri sudah berjam-jam yang
lalu dikunci?

Pada awalnya kami acuh. Hingga menjelang ingin memanjat pagar


asrama, aku penasaran. Aku memberanikan diri melihat kembali siapa
dia, dari sudut samping masjid tempatku berdiri sekarang, hingga aku
leluasa melihat wajahnya. Tapi ternyata aku salah. Bukan wajahnya yang
aku lihat. Tapi memang tidak ada yang kulihat. Tidak ada siapa-siapa di
sana. KOSONG MELOMPONG. Di mana dia?

143
Kenangan Mistis

Suara gesekan pintu masjid yang terbuka pun tidak terdengar. Di


samping itu, teman-temanku yang sudah duluan memanjat, memanggil-
manggil agar aku cepat menyusul.

Menjelang tidur, aku masih berpikir. Siapa dia?

Irfan Amru – PADANG – @irfandonesia

144
Kenangan Mistis

Mawar Merah

Hari itu, kegiatan kemah kami berjalan normal. Semua orang bersenang-
senang. Teman saya mendapat bunga mawar dari kekasihnya. Semua
kesenangan itu hilang ketika hari mulai malam. Teman-teman saya
sengaja bermain dengan hal-hal mistis. Di kamar mandi tidak sengaja
mengusik sosok nenek penunggu waduk. Sampai waktu tidur tiba,
teman saya yang menerima bunga mawar merah dari kekasihnya
terlihat sudah terlelap. Tiba-tiba kakak senior datang dan meminta kami
pindah ke dalam villa dekat waduk. Saya coba membangunkan teman
saya itu, tapi tubuhnya kaku. Teman saya tidak bergerak sampai tiba-
tiba dia berteriak dan menangis sambil memeluk saya. Setelah dia
dibawa ke pos panitia, kami yang berada dalam satu tenda membaca
doa bersama. Sejenak suasana mulai tenang. Tidak lama, teman saya
yang memiliki indera ke enam menjerit, berlari masuk ke dalam tenda
dengan ketakutan. Dia berteriak “Bukan saya! Ampun! Ampun!”

Apa yang dia lihat adalah sosok nenek penunggu waduk yang merangsek
masuk ke dalam tenda dan menuduhnya menjadi penyebab kekacauan
yang terjadi. Sebenarnya, teman saya yang memiliki indera ke enam
tahu, jika di tempat tidur, salah satu teman saya itu ada sosok wanita
yang berdiam diri. Dia adalah pemiliki bunga mawar merah yang dipetik
sembarangan oleh kekasih.

Semua selesai saat kekasih teman saya mengembalikan mawar itu ke


tempat asalnya.

Kainara Bintang - Mojokerto - @silviadyahsafitri

145
Kenangan Mistis

Anak Kecil Yang Selalu Mengikutiku

Kejadian ini terjadi saat aku pertama kali pindah ke rumah mertuaku,
mengikuti suamiku yang bertempat tinggal di daerah Bekasi. Aku dan
suamiku menempati kamar yang berada di lantai dua. Pertama kali aku
tinggal di rumah itu tidak ada yang terjadi. Tetapi, setelah berminggu-
minggu aku tinggal bersama suamiku di rumah mertuaku itu, banyak hal
aneh yang terjadi.
Saat itu aku sedang berada di kantor, tempat kerjaku. Ketika aku sedang
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh atasanku. Tiba-tiba
atasanku masuk ke ruang kerjaku. Dia bermaksud untuk menanyakan,
apakah aku sudah menyelesaikan pekerjaan yang dia berikan kepadaku.
Setelah atasanku masuk, lalu dia menanyakan suatu hal padaku. Dia
menanyakan, apakah aku sering merasakan hal-hal aneh setiap harinya.
Aku pun menjawab pertanyaan atasanku tersebut. Bahwa benar, aku
sering bermimpi seperti ada banyak anak kecil yang sering berlarian di
lantai bawah, padahal di rumah mertuaku tidak ada anak kecil yang
tinggal. Lalu aku juga sering merasakan kaki dan tangan sering
merinding. Saat aku telah menceritakan hal yang aku rasakan kepada
atasanku. Lalu dia mengatakan padaku, bahwa ada anak kecil yang
sering mengikutiku tidak mau jauh dariku dan selalu mengikutiku. Aku
pun bingung, entah siapa anak kecil yang mengikutiku itu. Aku tidak
tahu siapa dia.
Semua hal aneh yang terjadi padaku akibat dari anak kecil yang
mengikutiku hampir setiap hari itu, membuatku terkadang merasa takut
akhirnya di rumah tersebut. Aku pun belum sempat menanyakan
sejarah dari rumah mertuaku. Namun banyak orang yang mengatakan,
bahwa aku selalu diikuti anak kecil penghuni rumah mertua itu.

Leonardo Masus Turnip-Bandung-@diamelambay

146
Kenangan Mistis

Pintu

Jam menunjukkan pukul 02:00 pagi dan mataku masih segar menatap
seisi benda-benda yang ada di kamarku satu per satu.

Tok! Tok! Tok!

Kemudian terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarku. “Ada apa,
Ma?” tanyaku dengan berteriak sambil berjalan ke arah pintu berniat
untuk membukanya. “Eh, kosong,” gumamku sesaat setelah membuka
pintu. “Ah, si Wawan kali,” tebakku seraya m menyakinkan diri dan
kembali keatas kasurku.

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

Belum lama aku membaringkan badan di atas kasur, pintu kamarku


kembali di ketuk dengan lebih berisik dan lebih banyak ketukan kali ini.

“Wawan jangan mainin pintu. Tidur sana!” teriakku memperingatkan


adik laki-lakiku itu.

Namun bukannya berhenti, suara ketukan di pintu semakin menjadi-


jadi. Aku langsung berjalan ke arah pintu dengan perasaan dongkol.
“APAAN SIH WAN!!” terakku marah seraya membuk pintu dengan dan
mengumpulkan segala sumpah serapah yang rencanaya akan aku
lontarkan pada adikku. Tapi ternyata tidak ada satu orang pun yang
berada di balik pintu kamarku. Aku lalu berjalan ke arah kamar orang
tua dan adikku untuk melihat, siapa yang telah menjahiliku. Tapi
ternyata mereka semua masih tertidur pulas di kasurnya masing-
masing.

147
Kenangan Mistis

Tiba-tiba saja secara spontan, darah yang berada di tubuhku serasa


mengalir naik ke ubun-ubunku dan membuat bulu di tengkukku berdiri.
Pengalaman yang barusan aku ceritakan hanya salah-satunya. Dulu juga
pernah jendelaku diketuk-ketuk ketika aku lihat ternyata tidak ada
orang. Barang-barang di dapur juga kadang jatuh sendiri. Paling serem
kalau atap rumah yang bunyi. Soalnya suarannya besar sekali. Karena
atap rumahku dari seng, jadi suaranya jelas sekali dan anehnya ini
terjadi di waktu yang sama.

Biodata Singkat: Mirna Yuliana.Tamrin-Pinrang-@mirna_yuliana23

148
Kenangan Mistis

Si Hitam

Pada malam itu, seperti biasanya aku dan Dimas belajar bersama di
kosan. Belum genap satu jam kami belajar, mataku menjadi berat dan
otakku pun tidak bisa lagi berpikir. Akhirnya aku memutuskan untuk
tidur sebentar. ”Mas, bangunin gua jam 01.00.”

“Padahal baru jam 10 loh. Yowis, entar gua bangunin,” kata Dimas tanpa
memalingkan pandangannya dari buku yang ia baca.

Akhirnya aku pun tertidur pulas di atas kasur. Dalam mimpiku, aku
merasa pipiku ditepuk-tepuk. Kubuka mataku dan ternyata yang
menepuk pipiku itu Dimas. “Udah jam satu, Mas?” tanyaku. Belum
sempat Dimas menjawab, aku telah melihat jam di layar ponsel yang
menunjukan pukul 11.58 malam.

“Belum, Bil.” Seketika aku melihat raut wajah Dimas yang ketakutan.

Samar-samar terdengar nyanyian dari luar kosan. “Mas itu siapa yang
nyanyi? Bapak-bapak yang lagi ronda?”

“Bukan, Bil. Suaranya aja bagus gitu. Bapak-bapak pos ronda juga lagi
kosong,” jawab Dimas.

“Lah, terus siapa Mas?” tanyaku lag.

“Nah, itu dia, Bil. Gua dari tadi takut buat ngelihat, siapa yang nyanyi.
Makanya gua ngebangunin lo,” terang Dimas.

Nyanyiannya semakin jelas, dan akhirnya kami berdua pun mengintip


melalui jendela. Tidak disangka, ternyata kami melihat bagian belakang
seorang perempuan berpakian serba hitam dan berambut panjang.

149
Kenangan Mistis

Perlahan tapi pasti dia menampakkan wajahnya yang hancur dan penuh
darah kepada kami dan kami berdua pun pingsan hingga pagi
menjelang.

(Nabil Ramada-Pandeglang-@nabilramada)

150
Kenangan Mistis

Aku Yang Keliru

Rumah-rumah kayu berdiri berjejer dengan cat warna-warni yang


kulihat melalui jendela bus. Memang bagus sebagai latar untuk
memotret kenangan. Bukannya aku tidak tertarik dengan tempat
wisatanya, tapi linu telah menyerang berbagai titik pada tubuh.
Bagaikan menahan batu sekian puluh kilogram di punggung. Kantuk pun
sulit diusir. Akibat kejadian setelah api unggun, semua orang tidak
berani terlelap hingga dini hari. Karena malam tidak lagi hening. Cukup
bosan jika aku hanya memandang keluar. Jadi, kucoba membuka
pembicaraan dengan teman sebelah.

Dari tempatku berdiri, bisa kulihat dia diangkat ke dalam mobil.


Pekiknya masih terdengar menusuk telinga. Bahkan, ekspresinya yang
berubah-rubah terlihat begitu menyeramkan. Aku yang hanya bisa
menyingkir darinya, sebab ketakutan yang melanda merasakan
penyesalan yang mendalam kemudian. Ah, ini memang salahku. Salahku
mengungkit kejadian semalam dengan orang yang menjadi sasaran kala
itu.

Nasywa Amirah F-Pekanbaru-@chill.oasiss

151
Kenangan Mistis

Bukan Milikku Lagi

Malam itu lebih panas dari malam biasanya. Aku masih belum terjaga
karena terlalu asik memainkan ponsel. Di luar sangat gelap dan hening.
Hingga pada satu waktu, seakan tersihir, mataku tidak lagi kuat menatap
layar ponsel dan tiba-tiba terpejam.

Saat itu, entah mengapa rasanya panas sekali. Gelisah menyelimuti


pikiranku. Karena merasa ada yang tidak beres, aku membuka mataku
dan mendapati sesosok hitam berambut panjang dengan matanya yang
hijau menyala menatapku. Perawakannya yang hitam legam seperti
tercebur ke genangan oli. Dia mencoba merayap dari bawah kasur
menuju ke atas tubuhku. Mulai dari kaki dan perlahan naik ke perut.
Anehnya tubuhku sama sekali tidak bisa digerakkan.

“Apakah ini yang dinamakan ketindihan?” pikirku. Sambil terus


melafalkan doa menurut kepercayaanku, juga mencoba menggerakan
tangan dan kakiku namun tidak bisa. Namun sayang semua seakan
membeku dan tubuhku sudah bukan milikku lagi.

Niluh Putu Irianti-Denpasar-@putupai

152
Kenangan Mistis

Kesurupan Masal saat PKL

Semester lalu, tepatnya ketika adik kosku semester lima, dia


melaksanakan PKL ke salah satu hutan di dekat pantai. Wajib kalian
tahu, kalau dia bisa melihat makhluk-makhluk yang tidak kasat mata
ketika ketakutan, melamun, dan mungkin ketidaksengajaan.

Saat melakukan jelajah di hutan, dia melihat banyak makhluk ghaib yang
mendekati temannya, tapi langsung diusirnya. Alhasil ketika melalui
suatu jalan, dia terpisah dari temannya dan bergabung dengan
kelompok lain. Tidak ada satu pun yang mengajaknya komunikasi.
Membuatnya melamun sehingga di situlah makhluk halus itu
mengitarinya.

Berpura-pura tidak melihat apa pun, tapi nyatanya gagal. Tongkat yang
dibawanya ditarik-tarik oleh salah satu makhluk itu. Mereka seperti
menyampaikan sesuatu yang membuatnya marah, tetapi tidak bisa
dimengerti. Kemungkinan karena pengusiran adik kosku ini. Dia terus
merapalkan doa agar tidak semakin lemah dan menarik tongkatnya yang
masih ditarik oleh makhluk itu. Sampai akhirnya dia sampai di rumah
warga yang entah kenapa, membuat semua makhluk itu hilang entah ke
mana.

Sore hari mereka mendirikan tenda di salah satu lapangan dekat pantai.
Ketakutan luar biasa menyerangnya. Dilihatnya ke atas, ternyata banyak
sekali makhluk halus yang mengitari tenda mereka. Selang beberapa
menit kemudian, banyak mahasiswa yang kesurupan. Dia ingin
menolong, tapi itu pantangan dari kakeknya. Semakin banyak yang
menjadi korban, akhirnya dia pergi ke rumah warga dan meminta
tolong.

153
Kenangan Mistis

Dari situlah diketahui, bahwa mereka membangun tenda di balai


pertemuan makhluk halus dari pantai dan dari hutan.

dek_nop – Mojokerto – @Dek_Novia

154
Kenangan Mistis

Dua Anak Kecil Di Dekat Sumur Tua

Tepat pukul sembilan malam, saatnya menjemput Ibu dari rumah


tetangga yang sedang ada acara hajatan di sana. Sebenarnya lokasinya
dekat saja, hanya sekitar dua rumah dari rumahku. Tetapi ibuku takut
pulang sendirian, karena harus melewati pekarangan yang memiliki
banyak pohon bamboo.

Di tengah petarangan tersebut terdapat sumur tua yang terkenal


angker. Sekitar lima menit kemudian, sinar lampu senterku menyorot ke
sebuah sumur tua di tengah rimbunan bambu. Langkahku terhenti saat
mendapati anak tetanggaku, kakak beradik Fajar dan Randi sedang
bermain di sekitar sumur. Aku bertanya sedang apa mereka di sana.
Namun tidak dijawab. Mereka hanya diam menatapku dengan sorot
mata dingin. Mimik wajahnya tanpa ekspresi. Mata mereka tampak
merah. Kupikir itu efek dari tersorot lampu senterku. Rumah mereka
sejalan dengan tujuanku, sehingga aku menawarkan diri mengantar
mereka pulang ke rumah.

Selesai mengatar mereka sampai depan pintu rumah, aku melanjutkan


perjalanan menjemput ibuku. Lalu paginya, aku berpapasan dengan Ibu
Fajar dan Randi. Aku bertanya padanya, kenapa semalam Fajar dan
Randi masih bermain di luar rumah. Namun Ibu Fajar dan Randi kaget
mendengar ceritaku. Dia bercerita, seminggu ini Fajar dan Randi sedang
menginap di Magelang, di rumah neneknya. Aku seketika terdiam. Bulu
kuduku merinding ketika teringat tatapan kedua anak kecil semalam
yang sorot matanya dingin berwarna merah.

155
Kenangan Mistis

“Lalu siapa yang aku antar semalam? “

Olivia Elfatma – Yogyakarta – @olivia_elfatma

156
Kenangan Mistis

Aku Tidak Takut

“Pergi kau dari sini!!”

Kudengar suara, namun aku tidak tahu suara siapa itu. Tubuhku yang
semula tidur di atas ranjang kemudian terangkat sedikit lebih tinggi.
Disertai tawa nyaring dari makhluk tak kasat mata tersebut. “Dengar!
Aku tidak takut terhadapmu! Memang kenapa jika tetap di sini?”
balasku.

Kurasakan kalau makhluk tersebut semakin marah padaku. Lalu tubuhku


terangkat lebih tinggi lagi. Aku berusaha untuk turun, tapi aku tidak
sanggup. Aku merasakan kekuatan yang sangat kuat mengikat seluruh
tubuhku. “Kenapa? Kamu marah padaku?” tanyaku menantangnya.

“Kau ingin membuatku semakin marah ya?” ucapnya dengan penuh


kemarahan.

Lalu kulihat Ibu berjalan di bawahku, di samping kasurku. Aku berteriak


memanggilnya. Tapi makhluk itu mengangkatku lagi hingga ke langit-
langit rumah. “Aku tidak takut!!!” teriakku marah dan menahan sakit
pada tulangku hingga terasa sesak.

Lalu tubuhku diempaskan.

Aku terbangun. Tapi rasa sakit karena diempaskan masih terasa nyata.
Dan ibu masih berdiri di tempat tadi aku melihatnya.

Prima Indrasari – Kota malang – @phi_ye

157
Kenangan Mistis

Kembalikan bolaku

Cerita ini berasal dari kisah nyata yang dialami oleh kakakku sendiri.
Dulu,kakakku pernah bercerita, kalau pada saat ia berangkat ke
sekolahnya bersama ayahku, ia terpaksa harus berangkat pagi
dikarenakan ayahku harus pergi bekerja. Sesampainya di sekolah, ia pun
meminta ayahku untuk menurunkannya di jalan sempit yang dekat
dengan kantin sekolahnya. Ia pun berjalan dengan santainya. Namun
dari kejauhan, ia seperti mendengar bunyi bola basket yang sedang
dimainkan, padahal saat itu hanya ada kakakku seorang diri. Kemudian,
ia pun mengingat cerita yang pernah didengarnya dari warga sekolah
serta teman-temannya yang mengatakan, kalau mendengar suara
seperti bola basket yang sedang dimainkan pada pagi hari jam setengah
enam atau pada saat sore menjelang waktu salat magrib itu adalah tuyul
yang memainkannya. Dan ketika bola itu bergelinding ke arah kaki kita
dengan sendirinya, maka tuyul tersebut akan datang menghampiri kita
untuk meminta kita mengembalikan bolanya. Dan tidak lama ketika
tuyul tersebut meminta bolanya untuk dikembalikan, ibu dari tuyul
tersebut akan datang menghampiri kita, yang pastinya akan
mendatangkan bahaya untuk diri kita.
Mengingat hal tersebut, kakakku tetap berusaha untuk tenang dan
tetap berjalan tetapi semakin lama. Bunyi bola basket itu seperti
perlahan mendekati arah di mana kakakku sedang berdiri. Dan tidak
lama setelah itu, bola basket itu pun secara perlahan bergulir hingga
sampailah tepat di depan kaki kakakku. Pada saat itu, ia masih berdiri
diam sampai ia mendengar seperti bunyi langkah orang yang berjalan
mendekat ke arahnya. Dan benar saja, tuyul tersebut muncul tepat di
hadapan kakakku sembari berkata, “Kak, kembalikan bolaku.”

158
Kenangan Mistis

Kakakku langsung sadar dan berlari kencang ke arah di mana awal dia
masuk ke jalan sempit tersebut, hingga kakakku berkata bahwa, ia tidak
akan mau berangkat pada jam segitu lagi.

Rahma Khairunnisa-Bekasi-@rahma__khr

159
Kenangan Mistis

Teriakan Malam

Aku tinggal di asrama ketika SMA. Hal yang sudah lumrah kulakukan
ketika di asrama yaitu tidur larut malam. Alasannnya mengerjakan tugas
yang menumpuk dan ada kalanya menonton mulai dari film western
sampai drama Korea.
Suatu malam setelah belajar bersama, kami memutuskan untuk
menonton drama Korea sebagai alasan melepas lelah setelah belajar.
Kebetulan di kamar teman yang hanya berjarak tiga kamar dari
kamarku. Kami menonton hingga larut malam dan teman pemilik kamar
sudah memberikan peringatan, bahwa aku harus kembali ke kamar.
Karena memang tidak cukup tempat di kamarnya.
Tiba-tiba lorong asrama terasa sepi dan aku melirik jam dinding sudah
menunjukkan pukul 02.30 pagi. Aku berencana untuk kembali ke kamar
setelah satu episode yang akan kami selesaikan. Namun tiba-tiba aku
dan temanku mendengar suara teriakan perempuan yang begitu
kencang di luar gedung asrama. Aku dan temanku sempat lirik-lrikkan
karena takut. Kami berdua sadar, itu bukan suara siapa pun yang kami
kenal di asrama. Suaranya jelas berbeda dan terdengar mengerikan.
Suara itu hanya terdengar satu kali teriakan. Akhirnya kami
memutuskan untuk tidur dalam perasaan yang begitu takut dan
berdesakan karena aku tidak berani kembali ke kamar dan temanku pun
melarangku balik ke kamar.
Kami tahu tidak ada siapa pun di luar pukul 02.30 pagi. Dan kami
mengintip jendela di luar gedung asrama yang begitu sepi dan
mencekam. Hanya ada lampu dan embun yang mulai turun. Pepohonan
terlihat tenang. Aku dan temanku tertidur dan ke esokan paginya
mengklarisfikasi kejadian tersebut kepada teman-teman yang lain. Dan
ternyata hanya kami berdua yang mendengarnya.

(Rezkia Fujinanda- Tangerang Selatan-@rezkiafuji_nanda)

160
Kenangan Mistis

Malam Mencekam Di Bawah Air Terjun

Kami berjalan dalam satu kelompok yang beranggotakan sekitar 20


orang. Setelah menempuh perjalanan hampir tiga kilometer dengan
berjalan kaki, kami pun sampai di bawah air terjun yang indah. Tempat
itu masih sangat asri dan berada di kawasan hutan yang rindang. Kami
pun mendirikan tenda secara individu. Aku masih ingat, bahwa tenda itu
terbuat dari dua mantel hujan yang disatukan dan hanya cukup untuk
satu orang saja. Bivak namanya.

Malam pun tiba. Kami diinstruksikan tidur oleh panitia. Entah mengapa,
aku tersentak dan mataku sulit terpejam. Suara burung hantu dan
kelelawar saling bersautan. Angin berembus kencang. Suara orang yang
berisik di sekitarku mendadak hening. Seisi perkemahan tertidur dengan
lelap, kecuali aku. Sesaat kemudian, dari atas tendaku terbuka. Kulihat
gelap sekali. Tetapi perlahan kemudian muncullah sosok berwajah pucat
dengan rambut panjang dan mata terbelalak. Sontak aku kaget dan
mataku terus menatapnya. Mulutku pun seperti terkunci. Belum lagi
suasana hening, pun suara air terjun turut membuat keadaan itu
semakin mencekam.

Ya, sosok itu seperti kuntilanak yang pernah kulihat di layar kaca. Aku
tidak tahu harus berbuat apa. Dalam hati aku terus bergumam
mengucapkan kalimat istighfar atau semacamnya. Anehnya mataku
hanya berkedap-kedip. Hatiku terus bergejolak sambil terus mengulangi
kalimat itu. Lima menit kemudian, sosok hantu itu pun menghilang dari
tatapanku. Aku bersyukur akhirnya pemandangan itu pun telah sirna.

Malam itu tepatnya bulan Februari tahun 2008. Aku sedang mengikuti
acara pramuka yang bernama Raimuna Daerah Propinsi Sumatera
Utara, tepatnya di daerah Sipispis Serdang Bedagai. Itu merupakan

161
Kenangan Mistis

pengalaman yang sangat sukses membuat jantungku berdegup kencang,


bahkan lebih kencang daripada saat pertama kali jatuh cinta pada
suamiku.

Biodata singkat : Rosa Mardiyah Batubara - Deli Serdang –


@rosamardiyah

162
Kenangan Mistis

Wanita Berjubah putih

Hari semakin gelap. Sebentar lagi azan akan berkumandang. Aku


bergegas menyelesaikan cucianku. Ibu sebenarnya sudah melarangku
untuk mencuci sepetang itu, tapi aku tetap kekeh untuk melakukannya.

Satu per satu kain yang sudah kuperas kulempar ke dalam ember yang
sudah kusiapkan tidak jauh dariku. Lemparan pertama, kedua, ke tiga
sangat tepat masuk ke ember. Aku tersenyum bangga. Tapi saat
lemparan ke empat, sudah tidak tepat lagi. Rasanya ada yang janggal.
Ember seperti bergeser sedikit demi sedikit. Namun aku abaikan.
Mungkin lemparanku yang kurang bagus.

Lama-lama ember semakin menjauh dan membuatku heran. Aku yang


tadinya membungkuk berdiri tegak dan berjalan lebih dekat dengan
ember. Saat itu juga aku tercekat, napasku memburu. Aku melihatnya
tersenyum ke arahku. Wanita itu memakai jubah putih dengan rambut
panjang yang tergerai tidak beraturan. Aku berlari sekuat tenagaku,
bahkan sampai menabrak barang-barang yang ada di kamar mandi.
“Iiibbuuuu!!” Aku beringsut di belakang Ibu. Seluruh tubuhku terasa
lemas dan gemetaran. Tidak lama kemudian tubuhku luruh di lantai
tidak berdaya. Masih sempat aku dengar teriakan iIu memanggil bapak
lalu semuanya gelap.

(Siti Kumala Tumanggor-Doloksanggul-@sitikumala_30).

163
Kenangan Mistis

Makhluk Bertaring

Aku terduduk diam dengan perasaan yang berkecamuk. Seluruh


tubuhku bergetar dengan hebatnya. Kejadian ini seperti mimpi, namun
ini semua memang benar-benar terjadi. Aku diserang oleh sekumpulan
makhluk aneh tidak kasat mata. Semua terjadi saat kupandangi jendela
kamar malam itu. Ketika cemas menghampiri. Ketika suasana sunyi
mencekam, sebab rindu yang tidak terbendung akan kedatangan orang
tuaku dari luar kota. Seketika itu pula sekelebat bayangan hitam tinggi
dengan kawan-kawannya menghampiriku, menunjukkan taring
tajamnya kepadaku. Lalu semua menjadi gelap dan aku tisak tahu apa
yang terjadi padaku malam itu. Aku terbangun dan rasanya leherku
sakit, bahkan berdarah saat aku usap dengan tanganku. Entahlah,
mungkin aku pingsan sehingga terjatuh dan berdarah. Aku pun menjerit
sekeras mungkin. Namun, tidak ada yang mendengarkanku.
Sunyi. Sepi d irumah sendiri dengan ketakutan yang teramat dalam. “Ah,
cuma mimpi,” gumamku. Tapi semua terasa nyata dengan adanya darah
di leherku yang kini terasa perih dan mungkin ini memang nyata.
Saat aku gerakkan kakiku, tiba-tiba suara mengerang dari bawah tempat
tidurku terdengar dengan kerasnya. Ingin kulihat ke bawah, tapi takut
sekali rasanya. Hingga dadaku berdebar dengan kencangnya, sehingga
selimut menutupi seluruh tubuhku tanpa terkecuali. Aku menangis
dengan kencang dan menjerit sekeras mungkin. Kuharap ada yang
mendengarku di luar sana. Aku tidak hentinya berdoa, hingga akhirnya
mereka menghilang.
Mudah-mudahan mereka tidak kembali. Saat itu, aku buka selimutku
sedikit dan kulihat keadaan kamar sekitarku. Namun tidak ditemukan
apa-apa. Kuberanikan melihat bawah kasurku dan tidak ada hal aneh
pun yang ada di sana.

(Tira Apitriani Maretha-Tasikmalaya-@dhyerha34)

164
Kenangan Mistis

Kenangan Mistis

Gia dan Mala adalah murid di sebuah sekolah asrama ternama di


kotanya. Dan bulan ini adalah bulan ujian. Di mana dalam tiap dua
minggu, mereka akan mengikuti dua jenis ujian yang berbeda. Ujian
lisan dan ujian tulisan.

“Aku dulu apa kamu dulu?” tanya Gia.

“Udah, kamu dulu, Gi. Aku urutan tujuh,” kata Mala.

Gia lekas masuk ke dalam bilik kamar mandi tersebut. Kamar mandi
dengan bak mandi yang dibuat panjang tanpa sekat. Dia mencari gayung
lantas memanggil Mala, agar mengambilnya di ujung bilik.

“Ada orangnya kok, Gi. Kamu bilang aja dari dalam, Kak minta gayung,”
kata Mala.

Gia melongok sedikit. “Masa sih, La? Aku mandi sendiri ini. Kanan kiri
aku kosong. Aduh, Mala. Cepet dong. Aku mau gosok gigi, nih,” kata
Gigi.

“Ada orang Gia. Masa iya aku buka.”

Merasa tidak percaya, akhirnya Gia keluar kamar mandi. Beruntungd ia


belum melepas pakaiannya. “Mana sih ada orang, La?” tanyanya.

“Itu, tuh. Denger nggak ada suara airnya?”

Gia maju beberapa langkah. Telinganya menangkap suara air tersebut.


Lalu perlahan dia mengetuk pintu. “Kak, maaf, boleh minta gayung
nggak?”

Hening. Tiba-tiba tidak terdengar suara apa pun.

165
Kenangan Mistis

“Kak minta gayung dong, Kak.”

Bukannya menjawab, pintu kamar mandi malah sedikit terbuka.

“Eh, ada orang gak sih, La?”

Tanpa menjawab, Mala lantas menendang pintu tersebut dan kosong.

Dengan cepat, Gia kembali masuk ke bilik yang sudah ia taruh


perlengkapan mandinya tadi. Lalu tiba-tiba saja terdengar suara ….

Pluk!

Suara benda jatuh ke dalam air yang perlahan berjalan mengambang di


bak tersebut. Namun sayang, bukannya gayung yang Gia butuhkan. Dia
malah mendapatkan kepala tanpa badan yang menggenang di
depannya.

Zakiah Alhafni - Tangerang - @zakiah_afi

166
Kenangan Mistis

Teman Baru Misterius

Di suatu malam pada tahun 2007. Aku yang tengah dirawat di RS kala
itu, tiba-tiba terbangun pada pukul 02.00 dini hari. Pandanganku yang
seakan menyelidik ke semua sudut ruangan, akhirnya terhenti pada titik
di belakang pintu kamar perawatan. Ada sosok misterius di sana yang
sedang menatapku. Dengan ketakutan luar biasa, mataku sembari
mengamati detailnya. Dia memakai gaun putih, rambut hitam yang
dibiarkan terurai panjang hingga pinggangnya, lalu wajah pucat tetapi
kurang jelas terlihat. Kedua tangannya diletakkan di samping badan dan
sebuah benda tajam di tangan kirinya. Kurasa dia sedang menggenggam
pisau.

Rasa penasaran mendesakku untuk memberanikan diri memandanginya


lekat-lekat. Ternyata benar, bahwa sorot matanya menatap jelas ke
arahku seperti mengirim pesan, bahwa dia sedang membutuhkan
pertolongan. Batinku pun bertanya-tanya. Apakah dia korban
ketidakadilan? Ataukah dia sedang mencari keadilan untuk
keluarganya? Atau mungkinkah dia sekadar menunjukkan diri untuk
memberikan penjagaan untukku? Entahlah.

Aku kemudian berusaha menyakinkan diri sendiri, bahwa dia tentunya


tidak berniat buruk padaku, melainkan hanya ingin menjadi teman.
Akhirnya aku memutuskan untuk menutup mata dengan segera,
merapatkan selimut lalu kembali bermimpi.

Ayu Lestari Idris – Makassar – - @ayulestariidris

167
Kenangan Mistis

Kenangan Mistis

“Nak, Mama pergi ke pasar, ya. Kamu jaga rumah ya, Nak. Sampai
abangmu pulang.”

Aku sedang asyik bermain mobile legends ketika Mama mengatakan hal
itu. Jadi tidak terlalu mendengar pesannya.

Setengah jam kemudian, setelah memenangkan pertarungan sengit


yang sangat seimbang, aku keluar dari kamarku untuk mengambil air
putih. Bermain game MOBA sudah seperti olahraga bagiku, yang
kukerjakan setiap hari di samping kegiatanku sebagai mahasiswa.
Karena durasi bermain yang bisa lama dan bisa sebentar, aku sering lupa
waktu saat memainkan game ini. Akibatnya, setiap kali selesai bermain,
aku merasa lapar, letih, dan badan bau ketek luar biasa.

Di dapur, aku tidak sendiri. Ada kucing kampung warna abu-abu yang
sedang asyik menjilati tangannya. Jadi kuambil segenggam makanan
kucing untuknya dan mengambil segelas air untukku. Namun tiba-tiba,
kucing itu lari meninggalkanku. Aku memanggilnya, tapi kucing itu tidak
kembali. Aku pun menyusulnya hingga ke ruang tamu. Dari balik sofa
terdengar suara tawa Mama yang terlalu bahagia dan membuatku
penasaran. Mama memang suka kucing dan senang sekali bermain
dengan kucing. Tapi belum pernah aku mendengar tawa seceria dan
semembahana ini. “Ma,” panggilku sambil melompat ke depan sofa.

Namun tidak ada siapa pun yang duduk di sofa itu, bahkan kucingku.

Suara tawa itu masih terdengar, lebih pelan dari sebelumnya. Dan aku
pun melihat dari balik tirai putih tipis di jendela. Ada sesosok wanita

168
Kenangan Mistis

berbaju hitam berdiri di teras rumah. Belakangan aku tahu, wanita itu
selalu berdiri di sana dan menatap ruang tamuku.

Zulvanny Fatwa Firmananda – Pekanbaru – vannyy.fatwa

169
Kenangan Mistis

Alunan Penyambutan

D isinilah kami. Pos V Sahyang Rangkah Gunung Ciremai. Aku dan ke


empat kawanku terduduk menahan rasa lelah di seluruh badan ini.

“Sebat dulu.” Suara Arya memecah keheningan kami. Ia mengeluarkan


rokok dan korek gas. Mengambil sebatang dan memberikan sisanya
kepada Danu.

“Makasih,” ujar danu yang dibalas anggukan oleh Arya.

Asap rokok itu pun mengepul.

Tiba-tiba suara gamelan sayup-sayup terdengar di telingaku.


Kulanjutkan kegiatanku memakan roti tadi dan beranggapan, bahwa
mungkin saja aku salah mendengar. Tapi kenapa semakin lama semakin
jelas suaranya? Ahh, Biarkan saja.

“Itu suara gamelan?”

Kami semua menghentikan kegiatan kami. Menajamkan pendengaran


masing-masing. Jika dilogika, itu tidak mungkin terjadi, apalagi di tengah
hutan seperti ini. Kami memandang satu sama lain. Ada raut ketakutan
di wajah Sinta dan Danu. Namun, tidak dengan Arya yang begitu tenang.
Seolah mengisyaratkan, bahwa kami memang harus tenang.

“Kita disambut,” ujar Danu dengan sedikit raut ketakutan yang masih
terlihat jelas di wajahnya.

Arya mengangguk. “Mari Baca doa.”

Kami mengangguk.

170
Kenangan Mistis

Lambat laun suara gemelan itu menghilang. Hening. Kami bersyukur


tidak terjadi apa-apa. Kami pun melanjutkan perjalanan tadi dengan
cepat. Lalu melanjutkan perjalanan kembali.

Putri Wulan Cahyaning – – Solo - @putri_w

171
Kenangan Mistis

Mati Lampu

Jam dinding menunjukkan pukul delapan malam. Hujan sudah reda,


namun listrik masih mati. Persediaan lilinku di rumah sudah habis.
Hanya aku yang terjaga, sementara ibuku sedang tidur. Aku ingin pergi
ke warung untuk membeli lilin, namun tidak tega membangunkan ibu.
Tiba-tiba aku mendengar ada suara anak-anak di halaman rumahku. Aku
merasa senang, dengan begitu aku bisa meminta tolong kepada mereka
untuk pergi membelikan lilin ke warung.
Saat aku mulai membuka pintu. Aku melihat tidak jauh dari tempatku
berdiri ada dua anak kecil yang sedang membelakangiku. Mereka
seperti kakak beradik yang sedang tertawa. Tanpa ada sedikit rasa
curiga, aku memanggil mereka. Tapi saat keduanya membalikkan badan
ke arahku, aku kaget. Jantungku seolah akan copot. Wajah kedua anak
kecil tersebut penuh dengan darah. Matanya merah menyala. Ekspresi
wajahnya terlihat penuh amarah. Aku segera menutup pintu.
Aku mencoba mengintip ke jendela. Suatu hal yang tidak kuduga, kedua
anak kecil tersebut berada sangat dekat sekali dengan kaca jendela.
Kami saling beradu pandang. Bukan itu saja, pintu rumahku pun digedor
oleh mereka dengan kencang dan kanopi pintu berkali-kali diputar.
Mereka sedang berusaha untuk membuka pintu.
Aku berlari ketakutan menuju kamar ibuku. Berusaha menyelamatkan
diri dari kejaran hantu dua anak kecil itu. Ibuku yang sudah bangun dari
tidurnya dan menatapku dengan khawatir. Aku menceritakan kejadian
yang baru saja aku alami dan ibuku mencoba menenangkanku.

Annita Fitri-Pekanbaru-@Annita.fitri

172
Kenangan Mistis

Siapa?

Malam itu aku mengangkat pakaian di luar rumah bersama anakku.


Ketika aku sibuk mengangkat pakaian, anakku berkata, jika ada
seseorang yang tengah memperhatikan kami. Aku menoleh dan tidak
mendapati siapa pun. Namun anakku tetap bersikukuh sambil menunjuk
ke rumah itu. Seketika bulu kudukku berdiri. Aku langsung menarik
anakku masuk dan mengunci pintu rapat-rapat. Aku baru tersadar,
anakku seorang indigo dan rumah itu ada penunggunya.

Riska Rahmawati—Bogor—@kariska31

173
Kenangan Mistis

Kejanggalan Rumah Nenek

Setelah masa kecilku berlalu, aku baru sadar, bahwa rumah di pinggir
sawah milik Nenek yang ditinggali keluarga besar menyimpan cerita.
Bagaimana tidak? Kamar depan rumah setiap jam 12 malam selalu
ramai dengan suara sinden yang diiringi gamelan dan akan berbunyi
setelah ada orang baru selain omku yang masuk ke kamar itu. Suaranya
pernah mengganggu Ibu dan aku saat adik kecilku menangis. Dan benar
sekali, sangat merdu. Namun aku tetap tertidur lelap di samping Ibu
yang menjaga adik kecilku.

Kejanggalan itu juga dirasakan oleh kakak sepupu yang tidur di sana.
Katanya, dia menikmati sih, karena suaranya yang nggak terlalu jelek
juga. Bukan itu saja, Nenek dan Ibu juga dikejutkan oleh orang berbadan
besar dengan baju khas madura yang berdiri tepat di tengah pintu jalan.
Karena rasa terkejutnya, Nenek dan Ibu tidak dapat berdiri hingga
berjalan merangkak. Tidak lama kemudian orang itu masuk ke kamar
omku dan menghilang.

Kejanggalan juga terdapat di kamar mandi belakang. Setiap hari Jumat


siang, tepatnya orang-orang ingin pergi jumatan, kamar mandi selalu
ditumpangi orang untuk mandi sejenak. Namun setelah mandi itu
selesai, kamar mandinya kering dan airnya tenang. Kemudian ada sandal
yang basah masuk ke dalam rumah, tetapi tidak ada orang. Kejadian itu
dialami oleh Ayah, Ibu, dan kakak sepupuku. Bahkan jika dilihat dari luar
rumah, itu sedikit menyeramkan. Karena ada pohon beringin yang
tumbuh sekitar 3 meter. Kakek tidak pernah mau untuk menebang
pohon itu karena pohon itu telah dirawatnya semenjak rumah itu
dibangun.

174
Kenangan Mistis

Akan tetapi beringin itu tetap berukuran sedemikian hingga saat ini.

Vera Wulandari – Probolinggo – vera vera

175
Kenangan Mistis

Kali Malik

Kejadian ini aku alami ketika kelas 3 SMP. Aku adalah tipe orang yang
suka begadang. Entah itu menonton TV atau sekadar bermain HP.
Hingga suatu malam aku mendengar suara tabuhan gamelan yang
terdengar tidak jauh dari rumahku. Secara logika, mana ada orang yang
sempat-sempatnya tengah malam memutar lagu gamelan. Tapi, waktu
itu aku hanya berpikiran positif. Mungkin saja ada orang yang sedang
mengadakan hajatan dan melakukan cek sound dengan lagu gamelan.

Hingga ke esokkan harinya, aku mencoba bertanya pada ibuku. Mungkin


saja ada orang yang sedang hajatan. Entah itu khitanan atau pernikahan.
Tapi jawaban ibuku membuatku berpikir ulang. Karena jawaban yang
Ibu berikan adalah, tidak ada yang sedang mengadakan hajatan.

Beberapa hari setelah kejadian itu, saudaraku menceritakan hal yang


sama yang pernah kualami. Dan dia juga menceritakan, bahwa kejadian
itu memang sudah sering terjadi dan banyak orang yang mengalaminya.
Karena kampungku berada tidak jauh dari tempat yang bernama Kali
Malik. Di mana tempat itu memang terkenal angker.

Lutfi Eka Rakhmawati – Purwokerto – dandelion0197

176
Kenangan Mistis

Pohon Jambu dan Tangisan Misterius

Hari ini adalah hari penebangan pohon jambu di dekat rumahku. Aku
tidak tahu awal tumbuhnya pohon jambu itu. Para petugas sudah
bersiap-siap untuk memotongnya. Sekejap kemudian pohon jambu itu
terpotong.

Sebenarnya pohon jambu itu sangat misterius, karena tidak ada yang
tahu awal mula tumbuhnya pohon jambu itu. Sekejap kemudian ….

ZZRRR!

Suara gergaji mesin terdengar di telingaku. Gergaji tersebut memotong


seluruh bagian pohon jambu hingga tumbang ke tanah lapang, yang
jelas itu bukan tanah keluargaku.

Kemudian, siang berganti malam, aku sedikit takut sih, tentang pohon
jambu yang di potong itu. Ya, karena ini malam Jumat. Aku juga akan
menonton film horror malam ini.

Jam 00.00 berlalu, 00.01 pun datang.

Hiks! Hiks! Hiks!

Terdengar suara tangisan dari arah pohon jambu itu. Aku pun melirik ke
jendela kamarku dengan keringat dingin melumuri tubuhku. Aku
melihat sosok perempuan berjubah putih sedang mengendong anak
bayi yang tengah menangis. Kakiku seketika bergemetar. Aku sangat
gugup dan segera mematikan laptop dan berlindung di selimutku.

Sungguh malam Jumat yang menakutkan. Di rumah aku hanya bersama


Bunda dan kedua adikku yang sudah terlelap dalam mimpinya.

177
Kenangan Mistis

Sepertinya, hantu di pohon jambu itu sedih karena di tebang oleh warga
dan akan balas dendam dengan menakuti warga yang tidur tengah
malam.

Sophia Safana Artema - Kabupaten Bogor - @sophiaartema

178
Kenangan Mistis

Teman Sekamar

Dino merasa tubuhnya tergoncang goncang. Keringat dingin bercucuran


dari tubuhnya. Suasana malam yang sejuk saat itu tidak membuatnya
kedinginan. Napasnya tersenggal-senggal. Dibuka matanya dan dia
melihat suasana kamarnya sama seperti ketika dia tertidur tadi. Lampu
di kamarnya masih menyala, suara kipas angin yang berputar juga
terdengar.

Sambil mengatur napas dan mencubit pipinya, Dino baru sadar, jika di
sampingnya terlihat seseorang yang sedang duduk di tempat kasur
sebelahnya sambil membaca sebuah majalah. Jantungnya seketika
berdegub kencang. Jangan jangan mimpi itu menjadi kenyataan. Karena
orang itu terlihat tersenyum ramah ketika melihat Dino terbangun.

“Radit ya? Temen sekamar gue bukan?” tanya Dino sambil mengulurkan
tangannya. “Radit, Tehnik Sipil 2005. Abis mimpi buruk ya?” tanyanya
sambil tersenyum ramah. Dia lalu bangkit dan mengambil sebotol air
mineral. Dia ingin menghubungi Aryo dan menggodanya, bahwa teman
sekamarnya sepertinya seru.

Ketika menghambil HP di kantongnya Dini tersadar, kunci yang


dititipkan untuk Radit masih ada di kantongnya. Dia melihat kunci
miliknya juga masih tergantung di pintu. Slot grendel kunci pintunya
juga masih terpasang, tidak berubah. Bagaimana Radit masuk ke
kamar?

Jantung Dino tiba tiba kembali berdegub kencang. Seluruh tubuhnya


mulai bergetar. Bulu kuduknya berdiri.

179
Kenangan Mistis

Dia tidak berani menoleh. Suara siulan tiba tiba terdengar dari
belakangnya.

Bagas Wira Paksi-Jakarta-@bagaswp

180

Anda mungkin juga menyukai