Anda di halaman 1dari 12

CERITA GANGGA

 Pengrupukan
Sebagai permulaan hari,  marah-marah bukanlah hal yang baik, tapi sayangnya
hari ini saya memulai hari dengan kemarahan. Akhirnya saya memutuskan untuk
bermain bulutangkis sambil menceritakan perasaan saya kepada kakak saya yang
saat itu menjadi lawan bermain saya.

Setelah puas bermain saya menyapu halaman rumah, lumayan banyak sampah
dedaunan dan bunga, karena pohon jambu saya sedang berbunga. Tidak terasa
lama karena saya menyapu sambil mendengarkan lagu. Kemudian saya berjemur.
Kata orang berjemur bisa membantu pertumbuhan? Iya, saya mau tambah tinggi
lagi.

Sebelum mendengar teriakan Mama saya yang menyuruh saya untuk mandi, saya
dengan cepat ke kamar mandi setelah berjemur.

Setelah mandi, saya menjadi lebih tenang, dan mencoba menyelesaikan masalah
saya dan hal-hal yang membuat saya jengkel pagi itu. Saya berkonsultasi dengan
Ibu guru mengenai tugas kelompok saya dan perlahan-lahan perasaan marah itu
memudar. Dan saya juga sudah menemukan solusi terkait masalah saya.

Sambil makan saya juga berpikir terkait tugas-tugas saya, ada beberapa yang
sudah saya selesaikan agar saya bisa melewati hari libur dengan tenang. Tapi tidak
bisa dipungkiri sudah lama juga saya menunda-nunda beberapa tugas.
Saya tidak tahu kenapa hari terasa sangat cepat, saat saya menutup mata untuk
tidur siang saya sudah membuka mata di sore hari. Dan saya melewati hari ini
tanpa melakukan apa-apa.

Saat saya kedapur, tersedia banyak makanan ringan disana, seperti keripik dan
juga puding. Saya mengambil satu bungkus keripik dan membawanya keluar
rumah, saya duduk mengumpulkan nyawa sambil memperhatikan hamparan
sawah dan juga teman-teman saya yang sedang bermain. Saya tidak ikut, hanya
memperhatikan.

Mungkin lima belas menit saya terduduk diluar rumah sebelum akhirnya saya
masuk ke dalam rumah karena angin cukup kencang, saya tidak terlalu suka angin
sore.

Sama seperti hari-hari biasanya, setelah semua keluarga saya mandi, kami semua
sembahyang. Bertukar satu dua kata kemudian kembali ke kegiatan masing-
masing.

Beberapa hari terakhir ini saya sedang tertarik membaca cerita mengenai mitologi
yunani, menyenangkan melihat keunikan dan kekuatan dewa dewi mitologi
yunani. Hitung-hitung saya juga belajar bahasa Inggris karena cerita yang saya
baca berupa bahasa Inggris.

Oh iya, saya jujur sudah lupa kapan terakhir kali saya dan keluarga saya menonton
ogoh-ogoh. Mungkin saat saya kelas 3 SD? Selain karena malas keluar malam-
malam dan berdesakan, saya juga takut-takut berani untuk menonton ogoh-ogoh.
Saya takut kalau misalnya mereka hidup, ya walaupun sebenarnya enggak.
Tapi beberapa tahun terakhir ada alasan lain yang bisa saya gunakan, tentunya
saya tidak mau tertular atau bahkan menjadi orang yang menyebarkan virus. Saya
juga mau cepat-cepat pergi ke sekolah dengan normal.

Maka dari itu saya menahan keinginan saya untuk menonton ogoh-ogoh,
sebenarnya saya cukup iri dan sedih melihat status WhatsApp teman-teman saya
yang menonton ogoh-ogoh. Saya iri karena mereka bisa bertemu dan berbaur
dengan orang-orang di sekitarnya dan bahkan berkontribusi dalam pembuatan
ogoh-ogoh itu sendiri.

Lalu saya sedih karena mereka sangat mementingkan budaya dan keinginan untuk
menonton ogoh-ogoh di kondisi dimana Bali sedang tidak baik-baik saja karena
virus. Berkumpul lebih dari lima orang saja tidak boleh, kok mereka berani sekali
untuk berdesakan di sana?

Untuk mengobati rasa sedih itu, saya melihat-lihat video tentang ogoh-ogoh
melalui internet. Tapi bukannya senang, saya malah merasa miris dan jengkel yaa.
Karena saya tidak sengaja menemukan komentar yang berisikan kata-kata kecewa
tentang dibatasi nya pengarakan ogoh-ogoh.

Dan orang-orang itu menunjukkan kekecewaannya kepada pemerintah. Ingin


tertawa saya, itu kan bukan hal-hal yang bisa di hendaki oleh orang
pemerintahan. Virus sudah di depan mata tapi kenapa mereka masih kekeh
mementingkan hal lain.
Perubahan dunia ini cepat sekali, kita bahkan tidak bisa menebak apa yang akan
terjadi beberapa menit kedepan. Kita harus siap pada perubahan dan tidak bisa
berpegang terus pada budaya, saya tau budaya itu harus di lestarikan dan di jaga,
tapi kalau budaya itu bisa merugikan dan mengamcam beberapa pihak apa harus
kita tetap berpegang teguh kepada itu?

Saya tidak bilang budaya itu harus ditinggalkan, tapi kita bisa memperbaharui nya
kan. Tapi saya tidak tahu kemana harus menyampaikan hal ini, dan bagaimana
memulainya.

Di penghujung hari saya video call dengan kakak sepupu saya yang saat ini sedang
bekerja di jepang. Dia memberi nasehat dan menyemangati saya kemudian kita
bertukar cerita mengenai hari ini sampai akhirnya waktu saya tidur tiba.

Berakhir video call itu, berakhir juga hari saya.

 Nyepi
"Oh, manusia berisik

Bermulut satu dan bicaranya lantang

Lidah tertutup gigi, tapi bagai terpampang"

Ini lagu pertama yang saya dengar di hari ini. Judulnya 'Berisik' karya Dere. Bagus,
saya suka, sederhana tapi ngena.
Saya mendengar lagu ini menggunakan earphone supaya tidak menganggu orang
lain. Sambil juga saya melipat pakaian bersih saya. Sebelumnya saya sudah makan
juga.

Hari ini rencananya saya mau bermain bulutangkis dan berjemur juga seperti hari-
hari kemarin. Tapi saya malah terbangun jam 8 pagi dan langsung makan.

Hari ini rasanya malas sekali untuk mandi. Setelah selesai melipat baju saya
kembali ke kasur dan melanjutkan menonton film.

Selain membaca mitologi Yunani, saya juga sedang menonton film tentang
persahabatan. Sebenarnya ini drama Korea sih, genre action comedy, tentang
penipu, black hacker, dan petarung mereka bekerjasama dengan kejaksaan untuk
menjatuhkan pejabat-pejabat korupsi.

Ini sudah keduakalinya saya menonton film ini, dan saya tetap menikmati nya.

Oh iya, kebetulan saya menggunakan wifi, jadi tetap ada internet.

Seharian itu saya benar-benar bolak-balik menonton film dan membaca mitologi
yunani. Sampai akhirnya saya di panggil untuk menghitung karet sama bapak
saya.
Mungkin sekitar 30 menit saya menghitung karet. Dan saya lanjut membaca
mitologi Yunani sampai akhirnya saya tertidur dan terbangun jam enam sore.

Selayaknya orang kepupungan saya di bangunkan oleh kakak saya dan langsung
mandi, karena sudah semakin gelap.

Rasanya segar, karena tadi pagi saya tidak mandi. Setelah itu saya makan lauknya
masih sama dengan yang tadi pagi tentunya.

Sekarang saya mengerti sih kenapa ibu-ibu itu selalu menstok makanan sebelum
nyepi. Supaya tidak perlu menghidupkan kompor lagi jadi kalau anaknya lapar
tinggal comot makanan.

Karena tadi siang kakak saya memasak mie dan pangsit dan kena marah sama
mama saya. Tapi menurut saya nyepi tanpa makan mie itu ada yang kurang gitu
rasanys. Walaupun saya nggak bantu masak dan ga kena marah, saya tetap
kebagian mie dan pangsit.

Karena sudah jam setengah tujuh jadi rumah saya yang bagian depan lampunya
sudah mati semua. Saya duduk di ruang tengah sambil melihat matahari
terbenam dari dalam rumah saya.

Sebelum saya makan mama saya sudah peringatkan untuk jangan makan di gelap-
gelap. Tapi saya ngeyel karena lauk saya cuma satu dan saya sudah tau apa yang
saya makan, tidak mungkin kan tiba-tiba ada cabai sebiji yang tiba-tiba masuk
kedalam mulut saya.
Tapi sayangnya iya, cabai itu ada dan masuk ke mulut saya.

Untungnya bukan satu biji, mungkin setengahnya. Saya gak tau dimana cari botol
saya karena lupa taruh botol minum saya dimana, sama saya juga malas beranjak
dari duduk. Akhirnya untuk menetralisir rasa pedas saya, saya makan beng beng
yang kebetulan ada didekat saya.

Setelah itu saya lanjut makan dan tetap duduk di tempat gelap. Sampai akhirnya
saya pindah makan di dapur karena kena cabai untuk kedua kalinya.

Ya begitulah.

Sampai akhirnya malam semakin gelap. Angin juga berhembus kencang. Ada satu
hal yang paling saya tunggu-tunggu saat nyepi, yaitu melihat bintang.

Waktu Nyepi semua bintang terlihat lebih jelas karena tidak ada polusi cahaya.
Tapi sayangnya malam ini mendung. Saya cukup sedih karena ini hal yang bisa
saya nikmati 1 tahun sekali.

Dan selanjutnya saya tidak melakukan apapun hingga akhirnya saya tertidur.

 Ngembak Gni
Ini hari orang jalan-jalan kan? Sebenarnya apa makna Ngembak gni itu? Yang ada
di pikiran saya adalah pergi keluar rumah, menikmati kebersamaan dengan
keluarga.

Kalau di google saya baca, kebanyakan orang silaturahmi saat ngembak gni. Tapi
saya rasa info itu kurang akurat, karena yang saya lihat dan biasa saya lakukan
adalah jalan-jalan saat ngembak gni.

Tapi lagi-lagi, 2-3 tahun terakhir ini saya nggak jalan-jalan waktu ngembak gni.
Selain alasan mama saya sibuk, jalanan juga padat dan tentunya
mengkhawatirkan ya kalau harus pergi keluar rumah.

Tapi alasan lain untuk hari ini, karena Bapak dan Mama saya pergi ke kampung.
Mereka akan 'ngidih' di kampung, karena Paman saya mau menikah tanggal 7
maret nanti.

Subuh-subuh jam empat, orang tua saya berangkat ke Buleleng. Setengah sadar
saya merasa di cium oleh mama saya saat pagi hari. Dan saat saya benar-benar
bangun, rumah sudah sepi.

Rumah juga sudah bersih karena kakak saya yang menyapu, lalu Bapak saya
sebelum pergi sudah mebanten juga. Jadi saat bangun saya ke dapur dan
mengecek makanan. Sudah tersedia sup sayur dan daging (bohongan) vegetarian.

Jadi saya langsung makan saja, karena saya bangunnya jam delapan. Setelah itu
saya mandi dan tidur-tiduran di kasur.
Saya merasa sangat bosan, karena tidak ada hal yang bisa saya lakukan. Hanya
scrolling social media, kebetulan cerita mitologi Yunani yang saya baca lagi hiatus
dan saya juga sudah menyelesaikan semua episode drama yang saya tonton.

Tiba-tiba kakak saya datang dan bertanya apakah saya ingin nitip atau belanja
sesuatu? Karena dia akan pergi bersama temannya.

Jadi saya akan ditinggal dirumah, sebenarnya saya nggak sendirian ada team
mama saya yang bekerja hari itu dan kakak sepupu saya. Tapi saya tidak mungkin
kan menganggu mereka disaat jam kerja.

Dan begitulah pagi dan siang hari saya berlalu. Sampai saya terbangun dari tidur
siang. Sekitar jam empat sore, mama saya sudah datang dari kampung.

Ada Kakak sepupu saya dan keponakan saya yang ikut pulang ke rumah. Nama
keponakan saya Nithya, umurnya sudah 4 tahun. Terkadang saya akrab sama dia,
tapi kadang juga bertengkar. Mungkin dia merasa saya teman sebayanya karena
kami berdua suka memperebutkan hal yang sama.

Sore itu kondisi semua orang kurang bagus. Bapak saya yang kelelahan membantu
mengurus pernikahan Paman saya, Mama dan Kakak sepupu saya yang mabuk
kendaraan, dan adik Nithya yang demam.

Mau tidak mau saya, terutama kakak saya mengalah dengan keadaan. Saya
sempat pijitin mama saya dan kakak saya mengajak Nithya bermain.
Hebatnya, adik Nithya tidak menangis dan mau makan, dia bahkan berlari-lari
menghampiri saya dengan mainan dokter-dokterannya, seolah suhu badan yang
panas itu bukan apa-apa.

Tapi saat malam hari, dia mulai merengek tidak mau minum obat, dan juga
merasa matanya panas dan kepanasan.

Saya tidak mengerti maksudnya bagaimana. Tapi yang membuat saya sedih dan
kasihan karena sepanjang malam, adik Nithya merengek dan berkata.

"Panas ibu."

"Panas sekali."

Saya mendengar karena hari itu saya begadang sampai malam. Siapa yang bisa
tidur dalam keadaan seperti itu?

Karena melihat adik Nithya yang demam, saya jadi teringat saat-saat saya demam.
Selalu ada cerita menarik waktu suhu badan saya turun. Kata Mama saya,
biasanya orang kalau abis panas tinggi terus malamnya panasnya turun, dia
biasanya ngigau, atau saya lebih sering sebut ngipit.
Dan saya adalah orang yang mengalami hal itu. Tapi anehnya, saat saya ngipit
yang sambil berjalan, itu saya selalu berhubungan dengan kasur, ntah di tengah
malam saya merapikan tempat tidur, mencuci bantal dan lain-lain.

Saya gak tau ya kenapa bisa seperti itu, tapi apa ada yang pernah mengalami hal
yang sama?

Tapi saat membuat tugas ini, saya merasa banyak sekali waktu yang saya habiskan
tanpa melakukan apa-apa, dan hidup saya sangat dimudahkan, saya tidak
memiliki tekanan apa-apa selain dari sekolah karena memang saya tidak
mengikuti kegiatan apapun.

Untuk rangkaian upacara keagamaan yang biasanya orang bali lakukan menjelang
Nyepi. Saya cuma ingat Melasti, melasti terakhir yang saya lakukan di kampung itu
sebelum nenek saya meninggal, saat saya kelas enam SD. Atau karena pandemi
maka tidak ada melasti? Atau sebenarnya ada tapi saya tidak tahu.

Kalau seperti membuat canang dan yang lainnya, keluarga saya membeli canang.
Jadi empat belas tahun saya hidup, saya tidak pernah beli busung atau bunga
kecuali tuntutan sekolah atau mama saya memang kepingin buat tipat.

Saya merasa pengetahuan saya tentang adat istiadat bali sangat minim ya, bahkan
dalam hal-hal yang biasa di lakukan setiap hari. Saya sadar itu bukan hal yang bisa
saya banggakan juga, karena lingkungan saya memang seperti itu.

Mungkin begitu saja sekiranya cerita tentang kehidupan saya selama tiga hari
berturut-turut. Terimakasih sudah menyempatkan membaca sampai bawah.

Anda mungkin juga menyukai