Anda di halaman 1dari 4

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR :14/M-IND/PER/2/2016
TENTANG
KRITERIA TEKNIS IMPOR BARANG MODAL DALAM KEADAAN TIDAK
BARU

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. B ar an g M o da l D al am K ea da an T id ak Ba ru , y an g selanjutnya
disebut BMTB, adalah barang sebagai modal usaha atau untuk
menghasilkan sesuatu, yang m a s i h l a y a k p a k a i , a t a u u n t u k
d i r e k o n d i s i , remanufakturing, difungsikan kembali dan bukan
skrap.
2. Impor adalah kegiatan memasukkan barang barang ke dalam daerah
pabean.
3. P erusahaan P emakai Langs ung adalah perusahaan yang telah
memiliki izin usaha yang mengimpor BMTB un tu k ke pe rl ua n p ros es
p ro du ks i ny a s e nd ir i a ta u digunakan sendiri oleh perusahaan untuk
keperluan lain tidak dalam proses produksi.
4. Perusahaan Rekondisi adalah perusahaan yang telah m e m i l i k i i z i n
u s a h a i n d u s t r i r e k o n d i s i a t a u j a s a reparas i/perbaikan yang
mengimpor BMTB untuk diproses menjadi produk akhir dalam
rangka tujuan e k s p o r d a n / a t a u m e m e n u h i p e s a n a n P e r u s a h a a n
Pemakai Langsung dalam negeri.
5. Perusahaan Remanufakturing adalah perusahaan yang telah memiliki
izin usaha industri remanufacturing (termasuk dalam KBLI 28240)
yang mengimpor BMTB b e r u p a k o m p o n e n a l a t b e r a t b u k a n b a r u
u n t u k diproses menjadi produk akhir dengan spesifikasi t e k n i s
secara produk baru dan digaransi oleh pemegang merek
d a l a m r a n g k a t u j u a n e k s p o r d an /a ta u me me nu hi p es an an
P er us a ha an P em ak ai Langsung dalam negeri.
6. Persetujuan Impor adalah persetujuan yang digunakan sebagai izin untuk
melakukan impor BMTB.
7. Pertimbangan Teknis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat
yang ditunjuk yang berisi penjelasan mengenai BMTB yang akan
diimpor.
8. S u r v e y K e m a m p u a n a d a l a h k e g i a t a n p e n i l a i a n t e r h a d a p
k e m a m p u a n p e m a n f a a t a n B M T B o l e h Perusahaan Rekondisi.
9. M e n t e r i a d a l a h m e n t e r i y a n g m e n y e l e n g g a r a k a n urusan
pemerintahan di bidang Perindustrian.
1 0. D i re kt ur J en de ra l a da la h D ir ek tu r J e nd er al In dus tr i L o g a m ,
Mesin, A1at Transportasi dan Elektronika Kementerian
Perindustrian.
Pasa1 2
(1) Impor BMTB dapat dilakukan oleh:
a.Perusahaan Pemakai Langsung;
b.Perusahaan Rekondisi; dan
c.Perusahaan Remanufakturing.
(2) Daftar BMTB yang dapat diimpor oleh Perusahaan P e m a k a i
Langsung, Perusahaan Rekondisi, dan Perusahaan
Remanufakturing tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II,
d a n L a m p i r a n I I I y a n g me ru pa ka n b ag ia n t id ak te rp is ah ka n d ar i
P er at ur an Menteri ini.
Pasal 3
(1) Perus ahaan P emakai Langsung yang akan melakukan Impor BM TB
s ebagaimana dimaks ud dalam P as al 2 huruf a wajib memiliki:
a. Izin Usaha Indus tri atau izin us aha lain selain izin usaha
perdagangan;
b. profil perusahaan (deskripsi singkat perusahaan); dan
c. r e n c a n a d a n a l a s a n p e m a n f a a t a n B M T B .
(2) Untuk P erusahaan Pemakai Langs ung yang termas uk d a l a m
K e l o m p o k I n d u s t r i P e r m e s i n a n d a n s u d a h berproduksi, selain
kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga wajib memiliki
laporan produksi 2 (dua) tahun terakhir.
(3) Untuk P erusahaan Pemakai Langs ung yang termas uk dalam Pos
Tarif/HS 89 selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
juga wajib memiliki sertifikat pembuatan kapal (builder certificate)
dan sertifikat tonase kotor kapal (gross tonnage certificate).
(4) Salinan bukti kepemilikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) disampaikan k e p a d a K e m e n t e r i a n P e r d a g a n g a n
p a d a s a a t pengajuan permohonan Persetujuan Impor.
Pasal 4
(1) Perusahaan Rekondisi yang akan melakukan Impor BMTB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b wajib memiliki:
a. Izin Us aha Indus tri;
b. fasilitas mesin dan peralatan yang sesuai dengan jenis produksinya
untuk melakukan proses perbaikan dan/atau pemeliharaan;
c . jaminan/ garansi mutu;
d . s u m b e r d a y a m a n u s i a y a n g k o m p e t e n d i bidangnya;
e . layanan purna jual; dan
f . area workshop dan area penampungan barang.
(2) Kepemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan di dalam
Laporan Hasil Survey pada saat proses penerbitan Persetujuan Impor.
Pasal 5
(1) Perusahaan Remanufakturing yang akan melakukan Impor BMTB
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c wajib memiliki:
a. Izin Us aha Indus tri;
b. fasilitas mesin dan peralatan yang sesuai dengan jenis produksinya
untuk melakukan proses pemulihan;
c. fasilitas pengujian kinerja (test perforrnance);
d. jaminan/garansi mutu setara dengan produk baru;
e. jaminan garansi dari pemegang merek (principal);
f. s u m b e r d a y a m a n u s i a y a n g k o m p e t e n d i bidangnya;
g• layanan purna jual; dan
h. area workshop dan penampungan barang.
( 2) K ep em il ik a n s e ba ga im an a di ma ks ud pa da ay at ( 1) dibuktikan di
dalam Laporan Hasil Survey pada saat proses penerbitan Persetujuan
Impor.
Pasal 6
B M TB yang termas uk dalam Pos Tarif/H S 8511, 8704, 8705, dan 8716
dapat diimpor apabila berusia paling lama 15 (lima belas) tahun.
Pasal 7
(1) I mp or BM TB y an g t er ma s u k d al am P os Ta ri f/ H S 8 5 1 1 . 4 0 . 3 2 . 0 0
d a n 8 5 1 1 . 5 0 . 3 2 . 0 0 h a n y a d a p a t diberikan untuk tujuan ekspor.
(2) BM TB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang rusak dan tidak
dapat dilakukan rekondisi berjumlah paling banyak 10% (sepuluh
persen) dari jumlah unit barang yang diimpor.
(3) Apabila jumlah BMTB yang rusak dan tidak dapat d i l a k u k a n
r e k o n d i s i m e l e b i h i b a t a s s e b a g a i m a n a dimaksud pada ayat (2),
maka terhadap kelebihannya wajib dilakukan re-ekspor.
Pasal 8
(1) Permohonan Persetujuan Impor BMTP yang termasuk P os T a r i f / H S
8 5 1 1 , 8 7 0 4 , 8 7 0 5 , d a n 8 7 1 6 k e p a d a Kementerian Perdagangan wajib
dilengkapi
Pertimbangan Teknis dari Direktur Jenderal.
(2) Direktur Jenderal dapat memberikan mandat kepada D irektur pembina
indus tri untuk menandatang ani Pertimbangan Teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan Pertimbangan
T e k n i s I m p o r B M T B y a n g t e r m a s u k P o s T ar if /H S 8 51 1, 8 70 4, 8 70 5,
d an 87 16 d ia tu r d en ga n Peraturan Direktur Jenderal.
Pasal 10
(1) Direktur Jenderal melakukan monitoring dan evaluasi Impor BMTB oleh
Perusahaan Pemakai Langsung, Perusahaan Rekondsisi,dan Perusahaan
Remanufakturing serta pelaksanaan Survey Kemampuan oleh surveyor.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
setiap 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3) D a l a m m e l a k u k a n p e n g a w a s a n s e b a g a i m a n a dimaksud pada ayat
(1) Direktur Jenderal dapat membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi.
Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 9 / M-IND / PER/ 2/ 2014 tentang Ketentuan Pemberian Rekomendasi
Impor Barang Modal Bukan Baru dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 12
P e r a t u r a n M e n t e r i i n i m u l a i b e r l a k u p a d a t a n g g a l diundangkan

Anda mungkin juga menyukai