Anda di halaman 1dari 2

NAMA:PRIMA JURIANSYAH

Kelas:X.IPA.3

 
Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan
menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.Saat Sri
Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan
empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya pada burung jantan tentang keberadaan Sita
Dewi yang diculik orang. Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya
dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah
Sri Rama mendengar perkataan burung itu. Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia
Raya agar memgutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi.
Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.

Malam tlah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau
yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu. Bangau mengatakan
bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama
merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu. Sebagai balas budi, Sri Rama
memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai
dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau terlalu panjang maka
dapat dijerat orang.

Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian
datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang
minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu
dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.
Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk
mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatunya anak panah agar
dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu, Laksamana membawanya
pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk. Sri Rama meminta
Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air dimana Laksamana memperolehnya.
Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama mengatakan bahwa dulu
pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu. Kemudian, Sri Rama dan Laksamana
memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu.

Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat sayapnya
dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu seperti itu. Jentayu
menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan Maharaja Rawana.
Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang dilontarkan Sita Dewi saat
Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana. Kemudian, cincin itu diambil
oleh Sri Rama. Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu memang benar cincin istrinya, Sita Dewi.

Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri, Sri
Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara Wanam.
Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang bertapa. Jentayu
tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah Jentayu selesai
berpesan, ia pun mati.

Sri Rama menyuruh Laksamana  mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan
memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu ia
kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat
menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama. Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana untuk
menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tanagn Sri Rama. Lalu diletakkannya
bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan di bakar oleh Laksamana. Beberapa lama kemudian, api
itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya tidak terluka bakar
sedikitpun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu.

Anda mungkin juga menyukai