Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alya Putri Rama

Kelas : Beta 2020

NIM : 04011282025057

Learning Issue Histologi Sistem Integumen

Kulit merupakan organ terbsesar pada tubuh. Pada manusia, turunan kulit
mencangkup kuku, rambut, dan beberapa jenis kelenjar keringat dan sebasea. Kulit terdiri
dari epidermis di superfisial dan dermis di dalam, epidermis yang non-vaskular dilapisi oleh
epital squmosa berlapis keratin dan dermis yang vascular mengandung jaringan ikat ireguler,
pembuluh darah, saraf dan kelenjar. Di bawaah dermis terdapat hypodermis atau lapisan
subkutis jaringan ikat atau fasia.

1. Epidermis

Epidermis terdiri dari epitel squamosal berlapis keratin. Pada kulit tebal epidermis
dibagi menjadi 5 lapisan yang berbeda

a. Stratum basale

Merupakan lapisan terdalam atau dasar di epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu
lapisan sel silindris atau kuboid yang terletak pada membrane basale yang memisahkan
epidermis dan dermis. Sel sel yang melekat melalui demsom dan hemidesmosom ke
membrane basal. Sel disini berfungsi sebagai sel punca untuk epidermis memperlihatkan
peningkatan aktivitas motoric. Sel akan mengalami pematangan dan bermigrasi ke atas
epidermis serta menghasilkan filament intermediate keratin.

b. Stratum spinosum
Sewaktu membelah diri dengan mitosis, keratinosit bergerak ke atas di epidermis dan
membentuk lapisan keratinosit kedua atau stratum spinosum. Lapisan ini terdiri dari empat
sampai enam baris sel. Preparasi histologic rutin dengan berbagai bahan kimia menyebabkan
sel-sel ini menciut. Karenanya, ruang antarsel yang terbentuk antara sel-sel tampak
membentuk tonjolan-tonjolan sitoplasma atau spina. Spina sendiri mencerminkan tempat
desmosome melekat ke berkas filament intermeidat keratin dan sel sel sekitar.

c. Stratum Granulosum

Sel-sel yang mengalami pematangan dan bergerak ke atas stratum spinosum mengakumulasi
granul keratohiain basofilik pada dan membentuk lapisan ketiga yaitu stratum granulosum.
Sel granulosum ini terdiri dari tiga sampai lima lapisan sel gepeng. Sel terisi oleh granula
keratohialin pada dan granula lamerlar yang terbungkus membrane. Granula lameral
mengeluarkan banyak bahan lemak ke celah antar sel dan membentuk lapisan kedap air.

d. Stratum lusidum

Terletak diatass startum granulosum, hanya ditemukan pada kulit tebal. Terdapat enzim-
enzim hidrolitik yang menguraikan isi sel dan mengemasnya dengan filament keratin.

e. Stratum Korneum

Merupakan lapisan paling superficial dan terdiri dari sel-sel datar mati yang terisi oleh keratin
lunak. Sel sel yang mengalami keratinisasi ini secara terus menerus dilepaskan (mengalami
deskuamasi) dar permukaan dan diganti dengan sel baru. Selama keratiisasi, enzim-enzim
hidrolitik melenyapkan nukelus dan organel sel.

f. Sel lain
- Melanosit berasal dari sel neural crest (krista saraf). Sel ini memiliki jalur-jalur
sitoplasma - atau dendrit panjang dan ireguler yang bercabang-cabang ke dalam
epidermis. Melanosit terletak di antara stratum basal dan stratum spinosum epidermis
serta membentuk pigmen coklat tua melanin. Melanin disintesis dari asam amino
tirosin oleh melanosit. Granula melanin yang terbentuk di melanosit kemudian
bermigrasi ke tonjolan sitoplasma untuk kemudian dipindahkan ke keratinosit di
lapisan basal epidermis. Melanin menimbulkan warna gelap pada kulit, dan
terpajannya kulit ke matahari meningkatkan sintesis melanin. Fungsi utama melanin
adalah melindungi kulit dari efek radiasi ultraviolet yang merusak.
- Sel Langerhans berasal dari sumsum tulang, bermigrasi melalui aliran darah, dan
berdiam di kulit, terutama di stratum spinosum. Sel jenis dendritik ini ikut serta dalam
respons imun tubuh. Sel Langerhans mengenali, memfagosit, dan memproses antigen
asing dan kemudian menyajikannya ke limfosit T untuk respons imun. Dengan
demikian, sel ini berfungsi sebagai sel penyaji antigen (APC) dan merupakan bagian
dari pertahanan imunologik kulit.
- Sel Merkel ditemukan di lapisan basal epidermis dan paling banyak di ujung jari.
Karena berkaitan erat dengan akson tak-bermielin aferen (sensorik), sel-sel ini
merupakan mekanoreseptor untuk sensasi kulit.
2. Dermis

Jauh ke epidermis adalah dermis. Daerah ini tersusun tidak teratur dan sebagian besar
diisi oleh jaringan ikat. Itu terletak jauh ke membran basal stratum basale. Pada orang
dewasa, sekitar 85% serat kolagen yang memberikan keuletan adalah kolagen tipe I,
sedangkan sisanya adalah kolagen tipe III. Selain kolagen, dermis juga mengandung serat
elastis yang memfasilitasi recoil kulit. Kolagen tipe IV terutama terletak di persimpangan
dermo-epidermal, di mana ia menyelubungi sel Schwann serta endotel vaskular. Serat
kolagen tipe V, VI dan VII berkontribusi sangat sedikit pada struktur dermal.

a) Layer Papilar

Ada dua lapisan definitif dermis. Yang lebih superfisial dari keduanya adalah lapisan
papiler. Hal ini ditandai dengan papila dermal, yang menonjol proyeksi tidak teratur yang
terjalin dengan punggung epidermal epidermis. Secara apikal, papila tumpul dan dapat
dipisahkan menjadi cusp. Mereka kurang melimpah dan lebih kecil di kulit tipis yang
memiliki tekanan mekanis minimal, jika dibandingkan dengan di area kulit yang lebih tebal
(yaitu telapak tangan dan telapak kaki), di mana mereka cenderung membentuk garis paralel
melengkung.

b) Reticular Layer

Jauh ke lapisan papiler adalah lapisan retikuler dermis. Tidak ada demarkasi yang
jelas antara kedua struktur tersebut. Tidak seperti lapisan papiler, lapisan retikuler sebagian
besar mengandung serat tipe I kasar dengan jumlah serat elastis yang bervariasi. Ada
interaksi yang signifikan antara serat tipe I dan tipe III di kedua lapisan sampai pada titik di
mana kisi-kisi yang kokoh, namun dapat ditempa, terbentuk.

c) Hypodermis

Akhirnya, dermis bertumpu pada lapisan jaringan ikat longgar yang dikenal sebagai
hipodermis. Ini adalah selubung fasia superfisial dengan jaringan adiposa diselingi
(panniculus adiposus). Fasia mengurangi gesekan antara dermis dan otot-otot yang lebih
dalam, sementara jaringan adiposa berpartisipasi dalam mekanisme termoregulasi serta
menyebarkan kekuatan yang dihasilkan dari dampak langsung.

Analisis Masalah

3a. Adakah hubungan antara riwayat alergi dari ayah dan itu pasien dengn keluhan yang
dialami pasien?

Dermatitis Atopik disebabkan oleh banyak hal salah satunya ialah genetik. Kedua orang tua
pasien yang memiliki riwayat alergi dan asma dapat menjadi penyebab dermatitis atopic pada
pasien dengan faktor risiko genetik. Hal ini menyebabkan adanya regulasi system imun yang
mengakibatkan disregulasi fungsi barrier kulit. Selain itu juga dermatitis atopic berhubungan
dengan atopi (Asma dan Rhinitis)

4a. Bagaimana hubungan riwayat pindah rumah pasien dengan keluhan yang muncul?

Salah satu pencetus dermatitis atopic ialah debu. Maka dari itu pasien dermatitis atopic
apabila terkena debu maka dermatitisnya akan kambuh.

4b. Bagaimana hubungan keparahan dengan durasi 1 bulan yang dialami pasien?

Dermatitis atopic yang dibiarkan terus menerus akan menimbulkan beberapa komplikasi dan
keparahan lesi, seperti: Infeksi bakteri atau jamur, terutama bila ruam sering digaruk.
Selulitis. Luka terbuka.

Daftar Pustaka

Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi Di Fiore. 2019. Translated by dr. Brahm U. Pendit,
edited by dr. Y. Joko Suyono and dr. Calvin Kurnia Mulyadi, 12th ed., Jakarta, ECG,
2015, p. 606.

Paxton, Steve, et al. “The Leeds Histology Guide.” Leeds.ac.uk, 2019,


www.histology.leeds.ac.uk/skin/skin_layers.php.

Sanjay Agarwal, and Karthik Krishnamurthy. “Histology, Skin.” Nih.gov, StatPearls


Publishing, 25 Jan. 2019, www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537325/.

“Skin Histology.” Kenhub, www.kenhub.com/en/library/anatomy/histology-of-the-skin.

Anda mungkin juga menyukai